Anda di halaman 1dari 5

Siklus Akuntansi Keuangan Pemerintah

8.1 Pengertian Siklus Akuntansi Keuangan Pemerintah


Siklus akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan keuangan organisasi suatu
periode akuntansi tertentu. Siklus akuntansi terbagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan selama periode tersebut, bersumber dari transaksi atau kejadian selanjutnya
dimulailah siklus akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi atau kejadian,
pemindahbukuan ke dalam buku besar, dan penyiapan laporan keuangan pada akhir
periode. Pekerjaan yang dilakukan pada akhir periode termasuk mempersiapkan akun
untuk mencatat transaksi-transaksi pada periode selanjutnya. Banyaknya langkah yang
harus dilakukan pada akhir periode secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebagian
besar pekerjaan dilakukan pada bagian akhir. Walaupun demikian, pencatatan dan
pemindahbukuan selama periode tersebut membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan
dengan pekerjaan di akhir periode.

Siklus ini dimulai dari transaksi yang harus didukung dengan bukti dan dicatat di Buku
Jurnal, selanjutnya diposting ke Buku Besar dan Buku Besar Pembantu. Dengan
klasifikasi di Daftar Saldo, Kertas Kerja serta Penyesuaian maka dihasilkan Laporan
Keuangan Setelah tahap Penutupan dan dibuat Daftar Saldo Setelah penutupan serta
Pembalikan, maka Neraca Awal dapat disusun dengan baik.

Siklus Akuntansi Keungan Daerah

Pada dasarnya siklus akuntansi keuangan daerah mengikuti siklus akuntansi pada
umumnya. Sistem akuntansi pemerintahan daerah menurut Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 Pasal 232 ayat (3) meliputi serangkaian prosedur, mulai dari proses
pengumpulan data, pencatatan, penggolongan, dan peringkasan atas transaksi atau
kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban APBD
yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Dalam sistem
akuntansi pemerintahan ditetapkan suatu entitas pelaporan dan entitas akuntansi yang
menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintah daerah. Sistem akuntansi pemerintahan
daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) pada Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan sistem akuntansi Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dilaksanakan oleh pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (PPK-SKPD). Sistem akuntansi pemerintahan daerah secara garis besar
terdiri atas empat prosedur akuntansi yaitu : prosedur akuntansi penerimaan kas,
pengeluaran kas, selain kas, dan aset.

8.2 Transaksi Dan Bukti Transaksi


Transaksi merupakan suatu kegiatan yang dapat mengubah posisi keuangan suatu entitas
dan pencatatannya memerlukan data, bukti atau dokumen pendukung dalam kegiatan
operasi suatu entitas. Pencatat transaksi akuntansi adalah sebagai berikut :

1. Pemegang Kas - Bendahara Rutin (Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi


dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Fisik)
2. Pemegang Kas - Bendahara Proyek (Belanja Modal)
3. Pemegang Kas - Bendahara Gaji
4. Pemegang Kas - Bendahara Penerima

Jenis Transaksi

1. Transaksi Kas, yaitu transaksi yang mengakibatkan pertambahan atau pengurangan


kas.
Contoh : Pencairan SPMU, Penerimaan Piutang, Pembayaran Belanja Gaji, dll.
2. Transaksi Nonkas,yaitu transaksi yang mengakibatkan perubahan pada aset,
utang,pendapatan, belanja tetapi tidak mempengaruhi kas.
Contoh : Penerimaan aktiva tetap dari donatur, pembebasan utang.

Bukti Transaksi

Bukti transaksi adalah semua media pendokumentasian dari transaksi atau kejadian
ekonomi.

Contoh :
Kas Surat Tanda setoran (STS), Surat Perintah Membayar (SPM)
Piutang Daftar piutang
Persediaan BA Penerimaan barang, daftar persediaan
Aktiva Tetap BA Penerimaan inventaris, daftar aktiva
Utang Surat perjanjian (Akad Kredit), dokumen penarikan pinjaman
Pendapatan Surat Tanda Setoran (STS), Daftar Pembukuan Administratif
(DPA)
Belanja Surat Perintah Membayar (SPM), Daftar Pembukuan
Administratif (DPA)

8.3 Sistem Akuntansi Pemerintah


Sistem Akuntansi Pemerintah adalah serangkaian prosedur (manual atau
terkomputerisasi) yang meliputi : pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai
dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.

Sistem Akuntansi Pemerintahan Indonesia terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu:

1. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)


2. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari 2 (dua) subsistem, yaitu:

1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP)


SiAP, adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi
keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara.
2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
SAI adalah serangkaian prosedur (manual maupun terkomputerisasi) mulai dari
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan posisi
keuangan dan operasi keuangan pada kementrian negara/ lembaga

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) terdiri dari 4 prosedur akuntansi yaitu

1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas,


2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas,
3. Prosedur Akuntansi Selain Kas, dan
4. Prosedur Akuntansi Asset.

8.4 Analisis Transaksi & Jurnal Transaksi


Untuk dapat memahami yang dimaksud dengan analisis transaksi, terlebih dahulu akan
diulang kembali penjelasan tentang “system (tata buku) berpasangan” dan “persamaan
dasar akuntansi”. Akuntansi menggunakan system pencatatan berpasangan (double entry
system).

Analisis transaksi juga tunduk pada system berpasangan tersebut. Untuk memahami
analisis transaksi demikian, kita akan menggunakan alat bantu “persamaan dasar
akuntansi”.

Penjurnalan adalah prosedur pencatatan transaksi keuangan pada buku jurnal. Jurnal
dibedakan menjadi dua yaitu jurnal umum dan jurnal khusus. Jurnal umum adalah jurnal
yang digunakan untuk mencatat semua jenis transaksi, sedangkan jurnal khusus adalah
jurnal yang digunakan untuk mencatat hanya satu jenis transaksi.
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, buku jurnal yang digunakan dalam
akuntansi keuangan daerah meliputi buku jurnal penerimaan kas, buku jurnal pengeluaran
kas, dan buku jurnal umum.

8.5 Menyusun Laporan Keuangan Pemerintah


PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

A. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Semester I

1. LRA Kementerian Negara/Lembaga Semester I disusun berdasarkan hasil


penggabungan LRA UAPPA-E1 Semester I lingkup Kementerian Negara/Lembaga
yang bersangkutan.
2. LRA UAPPA-E1 Semester I disusun berdasarkan hasil penggabungan LRA Semester
I UAKPA di bawah eselon I, LRA Semester I UAKPA dengan pola pengelolaan
keuangan BLU, LRA Semester I UAPPA-W, dan LRA Semester I UAPPA-W
Dekonsentarasi/Tugas Pembantuan Semester I.
3. LRA UAPPA-W Semester I disusun berdasarkan hasil penggabungan LRA UAKPA
Semester I lingkup wilayah yang bersangkutan.
4. LRA UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Semester I disusun berdasarkan
hasil penggabungan LRA UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Semester I
lingkup wilayah yang bersangkutan.

B. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Tahunan

1. LRA Tahunan Kementerian Negara/Lembaga disusun berdasarkan hasil


penggabungan LRA UAPPA-E1 Tahunan lingkup Kementerian Negara/Lembaga
yang bersangkutan.
2. LRA Tahunan UAPPA-E1 disusun berdasarkan hasil penggabungan LRATahunan
UAKPA di bawah eselon I, LRA Tahunan UAKPA dengan pola pengelolaan
keuangan BLU, LRA Tahunan UAPPA-W, dan LRA Tahunan UAPPA-W
Dekonsentarasi/Tugas Pembantuan.
3. LRA UAPPA-W Tahunan disusun berdasarkan hasil penggabungan LRA Tahunan
UAKPA lingkup wilayah yang bersangkutan.
4. LRA Tahunan UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan disusun berdasarkan
hasil penggabungan LRA Tahunan UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan
lingkup wilayah yang bersangkutan.

C. Neraca per 30 Juni 2XX1

1. Neraca Kementerian Negara/Lembaga per 30 Juni 2XX1 berdasarkan hasil


penggabungan neraca UAPPA-E1 per 30 Juni.
2. Neraca UAPPA-E1 per 30 Juni 2XX1 disusun berdasarkan hasil penggabungan
neraca UAKPA di bawah eselon I, LRA UAKPA dengan pola pengelolaan keuangan
BLU, Neraca UAPPA-W, dan neraca UAPPA-W dekonsentrasi/tugas pembantuan per
30 Juni.
3. Neraca UAPPA-W per 30 Juni 2XX1 disusun berdasarkan hasil penggabungan neraca
UAKPA per 30 Juni.
4. Neraca UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan per 30 Juni 2XX1 disusun
berdasarkan hasil penggabungan neraca UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan
per 30 Juni.

D. Neraca per 31 Desember 2XX1

1. Neraca Kementerian Negara/Lembaga per 31 Desember 2XX1 disusun berdasarkan


hasil penggabungan neraca UAPPA-E1 per 31 Desember.
2. Neraca UAPPA-E1 per 31 Desember 2XX1 disusun berdasarkan hasil penggabungan
Neraca UAKPA di bawah eselon I, LRA UAKPA dengan pola pengelolaan keuangan
BLU, Neraca UAPPA-W, dan neraca UAPPA-W dekonsentrasi/tugas pembantuan per
31 Desember.
3. Neraca UAPPA-W per 31 Desember 2XX1 disusun berdasarkan hasil penggabungan
Neraca UAKPA per 31 Desember.
4. Neraca UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan per 31 Desember 2XX1 disusun
berdasarkan hasil penggabungan Neraca UAKPA Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan
per 31 Desember.

Referensi :

1. Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Edisi Ketiga,
Erlangga. Jakarta.
2. Halim, Abdul dan M. S. Kusufi. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan
Daerah. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.
3. ftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/peraturan/perdirjen/2008/per_51_pb_2008
/03_Lampiran%20III%20Tatacara.pdf

Anda mungkin juga menyukai