Anda di halaman 1dari 5

Contoh Modal Pemegang Saham

Contoh :Modal PT Hitankara adalah sebagai beikut :

Modal saham prioritas 5.000 lembar @ Rp 2.000 = Rp 10.000.000

Modal saham biasa 10.000 lembar @ Rp.1.000 = Rp 10.000.000

Agio saham prioritas = Rp 1.000.000

Agio saham biasa = Rp 1.500.000

Laba ditahan = Rp 15.000.000

Jumlah Rp 37.500.000

Harga pasar per lembar saham:

Saham prioritas = Rp 2.500

Saham biasa = Rp 1.100

Untuk mencatat dividen saham terdapat harga yang dapat digunakan yaitu :

a.Dicatat sebesar harga pasar pada saat saham dibagi

b.Dicatat sebesar nilai nominal saham

c.Dicatat sebesar harga jual sahamnya dulu sehingga jumlah agio dan disagionyasama.

Contoh :

Diumumkan pembagian dividen saham sebesar 10% untuk pemegang saham biasa.

Jurnal saat pengumuman

Laba ditahan Rp 1.100.000

Utang dividen saham biasa Rp 1.100.000

Jurnal saat tanggal pengeluaran

Utang dividen saham biasa Rp 1.000.000

Modal saham biasa Rp 1.000.000


Contoh Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)

Sebagai contoh SBPU adalah sebagai berikut:

Nasabah melunasi pinjaman kepada bank dengan wesel, maka wesel tersebut harus sebesar
nilai kewajiban pelunasan tersebut. Nilai kewajiban nasabah ini ditulis sebagai nilai nominal di
lembar surat berharga. Surat berharga yang diterima bank dari nasabah/ masyarakat/ bank lain
akan menjadi sumber dana bank bila dijual di pasar uang. Penjualan surat berharga ini, akan
diterima sebesar harga jualnya (nilai tunai). Selisih nilai tunai dengan nilai nominal dicatat
sebagai diskonto surat berharga pasar uang (SBPU) yang belum diamortisasi. Di pihak lain,
harus mengkredit rekening surat berharga yang diterbitkan yang diposisikan sebagai hutang.
Sedangkan diskonto yang telah diperhitungkan harus diamortisasi setiap akhir bulan hingga
SBPU itu jatuh tempo serta dikenakan pajak.

Contoh

Misalnya awal September 2019 seorang nasabah Bank ABC mempunyai pinjaman kepada bank
sebesar Rp 100.000.000.

Pinjaman tersebut telah diangsur sampai Februari 2020 sebesar Rp 15.700.000 dengan
perincian:

 angsuran pokok Rp 12.000.000 dan


 angsuran bunga Rp 3.700.000.

Setelah angsuran itu, ternyata nasabah tersebut tidak lancar dalam melunasi kreditnya.
Sehingga nasabah tersebut dengan itikad baik membuat surat sanggup untuk melunasi sisa
kreditnya beserta tunggakan bunga yang telah mencapai Rp 4.800.000. Bunga promes 18% per
tahun dan berjangka waktu 90 hari.

Penerbitan surat berharga ini terhitung tanggal 1 Mei 2020. Pada 31 Mei 2020 Bank ABC
menjualnya ke Bank Indonesia dengan diskonto 16% per tahun. Hasil penjualannya langsung
diterbitkan ke rekening giro Bank Indonesia milik Bank ABC.
Perhitungan untuk menentukan nilai nominal Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) adalah:

Pencatatan penerbitan promes atau SBPU pada tanggal 1 Mei 2020 adalah sebagai berikut:

#1: Tanggal 1/5/2020:

Surat Berharga Diterbitkan Rp 96.976.000

Kredit yang diberikan Rp 88.000.000

Pendapatan Bunga Rp 4.800.000

Bunga SBPU Diterima di Muka Rp 4.176.000

Bunga SBPU yang diterima di muka harus diamortisasi setiap akhir bulan.

Dengan demikian pencatatan amortisasi dilakukan sebagai berikut:

#1: Tanggal 31/5/2020:

Bunga SBPU diterima di muka Rp 1.392.000

Pendapatan Bunga Rp 1.184.000

Utang Pajak Rp 208.800

#2: Tanggal 30/6/2020:

Bunga SBPU Diterima Di Muka Rp 1.392.000

Pendapatan Bunga Rp 1.184.000

Utang Pajak Rp 208.800

#3: Tanggal 31/7/2020:


Bunga SBPU Diterima Di Muka Rp 1.392.000

Pendapatan Bunga Rp 1.184.000

Utang Pajak Rp 208.800

Surat berharga promes yang telah dikuasi bank ini, selanjutnya dijual 31 Mei 2020 oleh Bank
ABC ke Bank Indonesia dengan diskonto 16%.

Untuk mencatat penjualan surat berharga ini, perlu menentukan harga tunainya dan besarnya
diskonto SBPU dalam rupiah sebagai berikut:

Nominal SBPU = Rp 96.976.000

Harga Tunai = (96.976.000 x 360)/(360 + (16% x 60)) = Rp 94.457.143

Diskonto SBPU = Rp 96.976.000 – Rp 94.457.143 = Rp 2.518.857

Pencatatan jurnal transaksi SBPU ini adalah:

#1: Tanggal 31/5/2020:

Giro Bank Indonesia Rp 94.457.143

Diskonto SBPU Belum Diamortisasi Rp 2.518.857

Surat Berharga SBPU Rp 96.976.000

Diskonto sebesar Rp 2.518.857 adalah untuk 60 hari atau dua bulan. Dengan demikian bank
melakukan amortisasi pada akhir bulan kedua dan ketiga.

#2: Tanggal 30/6/2020:

Biaya Bunga SBPU Rp 1.259.428

Diskonto SBPU Rp 1.259.428

#3: Tanggal 31/7/2020:

Biaya Bunga SBPU Rp 1.259.428


Surat Berharga SBPU Rp 96.976.000

Diskonto SBPU Rp 1.259.428

Giro Bank Indonesia Rp 96.976.000

Pada tanggal 31 Mei 2020 Bank ABC di samping melakukan amortisasi diskonto SBPU, juga
membukukan pelunasan SBPU yang dijual ke BI atas beban Giro BI yang dimiliki Bank ABC
sebesar Rp 96.976.000. Sebab SBPU telah jatuh tempo.

Pelunasan SBPU ke Bank Indonesia tidak lepas dari realisasi kesanggupan (akseptasi) nasabah
debitur yang melunasi promes yang diterbitkan kepada Bank ABC. Untuk itu pada tanggal 31
Mei 2020, Bank ABC juga mencatat pelunasan tersebut dari nasabahnya.

Tanggal 31/7/2020:

Kas Rp 96.976.000

Surat Berharga Diterbitkan Rp 96.976.000

Dengan melakukan transaksi di pasar uang, seperti diilustrasikan di atas sebenarnya Bank ABC
telah memperoleh keuntungan berupa pendapatan bunga bersih sebagai berikut:

Perhitungan pendapatan bunga bersih surat

berharga pasar uang:

Anda mungkin juga menyukai