Anda di halaman 1dari 22

ASET TETAP TIDAK BERWUJUD SERTA AMORTITASINYA

A. Pengertian Aset Tetap tidak Berwujud (Intangible Assets) dan Amortitasi


Aktiva tetap tidak berwujud adalah asset yang mempunyai umur ekonomis panjang dan
memberikan manfaat untuk operasi perusahaan, namun tidak memiliki bentuk fisik. Aktiva
tersebut mencerminkan berbagai hak – hak istimewa atau memberikan posisi yang
menguntungkan bagi perusahaan dalam mendapatkan penghasilan.
Amortisasi (amortize) merupakan berkurang atau menurunya nilai aktiva tetap tidak
berwujud secara bertahap dalam jangka waktu tertentu di dalam suatu periode akuntansi.
Karenanya, amortisasi berhubungan erat dengan aktiva tetap tak berwujud suatu
perusahaan.
Yang dimaksud aset tak berwujud adalah aset tetap yang tidak memiliki bentuk fisik
dan sudah dimiliki perusahaan lebih dari satu tahun. Misalnya adalah seperti hak-hak yang
dimiliki perusahaan. Aset tak berwujud dianggap memiliki nilai karena diharapkan dapat
memberikan sumbangsih kepada perusahaan.

B. Jenis-Jenis Aset Tetap Tak Berwujud dan Perlakuannya


Aset tetap tak berwujud bisa berupa aset yang terkait dengan pemasaran, pelanggan,
artistik, kontrak, maupun teknologi. Beberapa jenis aktiva yang digolongkan sebagai aktiva
tetap tak berwujud diantaranya adalah:
1. Hak paten
Yaitu hak istimewa yang diberikan pemerintah kepada perseorangan atau perusahaan
tertentu untuk memanfaatkan suatu penemuan melalui direktorat paten. Hak paten biasanya
diberikan maksimal selama 17 tahun, dan dapat dipindah tangankan kepada pihak lain. Hak
paten diamortisasi selama periode tertentu, dan bisa dihitung atas dasar unit produk yang
dibuat. Pada penulisan jurnalnya, akun amortisasi paten akan didebitkan. Sedangkan akun
paten dikreditkan.
2. Hak cipta
Hak cipta, atau lebih dikenal sebagai copyright merupakan hak tunggal yang diberikan
kepada perseorangan ataupun badan untuk menjual atau memperbanyak suatu karya maupun
barang baik yang berasal dari hasil seni ataupun karya intelektual. Hak cipta bisa didapatkan
dengan cara riset, dan dapat dijual. Jangka waktu kepemilikan adalah 28 tahun dan masih bisa
diperpanjang selama 28 tahun lagi. Copyright yang didapat dari ciptaan sendiri biasanya
memiliki nilai yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dibebankan pada periode akuntansi
tersebut. Sedangkan copyright yang didapatkan dengan cara membeli nilainya akan cenderung
besar, sehingga perlu dikapitalisasi dan diamortisasikan.
 
3. Merek Dagang
Merek dagang (trademark) merupakan hak tunggal yang dimiliki perseorangan atau suatu
perusahaan untuk menggunakan brand, lambang, logo usaha atas suatu produk maupun jasa.
Pembukuan nilai merek dagang sangat berpengaruh dengan nilainya. Bila nilainya terlalu
besar, maka perlu dilakukan kapitalisasi dan amortisasi. Namun, pada beberapa kasus tidak
dilakukan amortisasi karena umurnya yang tidak terbatas. Namun bila nilainya relatif kecil,
maka perusahaan bisa menjadikannya sebagai beban pada periode yang sama.
 
4. Franchise
Franchise merupakan hak yang dimiliki sebuah perusahaan atas perusahaan lain untuk
mengkomersialisasikan proses, teknik, ataupun produk tertentu. Franchise biasanya diberikan
dalam jangka waktu tertentu, dan biasanya dibarengi dengan persyaratan yang disepakati kedua
belah pihak. Karena sifatnya tersebut, amortisasi dilakukan setiap tahunya.
 
5. Leasehold
Leasehold yaitu hak atas penggunaan suatu aktiva yang terikat dalam perjanjian sewa.
Biaya sewa yang dibayarkan di setiap periode harus dibebankan pada periode setiap
pembayaranya. Sedangkan biaya sewa yang dibayar dimuka dapat dicatat sebagai pendapatan
sewa dibayar dimuka ataupun sebagai aktiva tetap tak berwujud jika jangka sewanya relatif
lama.
6. Goodwill
Goodwill merupakan nilai lebih yang dimiliki suatu perusahaan dari reputasi yang baik
akan nama, manajer, letak yang strategis, relasi, dan sebagainya. Pencatatan goodwill baru bisa
dilakukan apabila terjadi penjualan dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasaran.
Pembukuan goodwill bisa dilakukan apabila timbul dari pembelian maupun transaksi
perusahaan.

C. Metode Pencatatan Amortisasi Aset Tak Berwujud dan Contohnya


Pencatatan amortisasi aset tak berwujud dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
metode garis lurus dan saldo menurun. Berikut penjelasanya:
1. Metode garis lurus
Yaitu perhitungan amortisasi aset tidak berwujud dengan cara menyamakan pembebanan
biaya yang dialokasikan di setiap tahunya. Dengan kata lain, nilai penyusutan yang dialami
setiap tahunya selalu sama. Untuk memperjelas, berikut studi kasus dan cara penulisanya:
Contoh kasus:
PT Harapan Baru membeli lisensi produksi produk kerajinan dari PT Kreasi Indah.
Masa manfaat yang disepakati adalah selama 5 tahun, dengan nilai Rp. 100,000,000.
Perhitungan dan penulisan jurnal amortisasi
Karena dihitung dengan metode garis lurus, maka perhitungan amortisasi per tahun adalah:  
Rp. 100,000,000/5 tahun = Rp. 20,000,000/tahun. Dengan begitu, maka penulisan jurnalnya
adalah:
Beban amortisasi Rp. 20,000,000
          Aset tak berwujud Rp. 20,000,000
2. Metode saldo menurun
Yaitu perhitungan amortisasi dengan cara mengalokasikan pembebanan biaya yang mana
dihitung semakin menurun setiap tahunnya. Penurunan beban tersebut seiring dengan
bertambahnya masa manfaat yang dirasakan perusahaan. Sedangkan pada masa manfaatnya
yang terakhir, dilakukan penyusutan sekaligus atas nilai sisa yang ada.
Karena perhitungannya seperti itu maka biaya penyusutan pada tahun pertama akan lebih
besar daripada tahun kedua. Begitupun seterusnya hingga masa manfaatnya habis. Dengan
contoh kasus yang sama seperti pada metode garis lurus, perhitungan dan penulisan jurnalnya
adalah sebagai berikut:
a. Amortisasi tahun 1: 50% x Rp. 100,000,000 = Rp. 50,000,000
Beban amortisasi Rp. 50,000,000
          Aset tak berwujud Rp. 50,000,000
b. Amortisasi tahun 2: 50% x (Rp. 100,000,000 - Rp. 50,000,000) = Rp. 25,000,000

Beban amortisasi Rp. 25,000,000


          Aset tak berwujud Rp. 25,000,000
c. Amortisasi tahun 3: 50% x (Rp. 50,000,000 - Rp. 25,000,000) = Rp. 12.250,000
Beban amortisasi Rp. 12,250,000
          Aset tak berwujud Rp. 12,250,000
d. Amortisasi tahun 4: 50% x (Rp. 25,000,000 - Rp. 12.250,000) = Rp. 6,125,000
Beban amortisasi Rp. 6,125,000
          Aset tak berwujud Rp. 6,125,000
e. Amortisasi tahun 5 (sisa nilai aktiva) = Rp. 6,125,000
Beban amortisasi Rp. 6,125,000 Rp. 50,000,000
          Aset tak berwujud Rp. 6,125,000 Rp. 50,000,000
 
Goodwill merupakan nilai lebih yang dimiliki suatu perusahaan dari reputasi yang baik
akan nama, manajer, letak yang strategis, relasi, dan sebagainya. Pencatatan goodwill baru bisa
dilakukan apabila terjadi penjualan dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasaran.
Pembukuan goodwill bisa dilakukan apabila timbul dari pembelian maupun transaksi
perusahaan.
 
D. Metode Pencatatan Amortisasi Aset Tak Berwujud dan Contohnya
Pencatatan amortisasi aset tak berwujud dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
metode garis lurus dan saldo menurun. Berikut penjelasanya:
1. Metode garis lurus
Yaitu perhitungan amortisasi aset tidak berwujud dengan cara menyamakan pembebanan
biaya yang dialokasikan di setiap tahunya. Dengan kata lain, nilai penyusutan yang dialami
setiap tahunya selalu sama. Untuk memperjelas, berikut studi kasus dan cara penulisanya:
Contoh kasus:
PT Harapan Baru membeli lisensi produksi produk kerajinan dari PT Kreasi Indah.
Masa manfaat yang disepakati adalah selama 5 tahun, dengan nilai Rp. 100,000,000.
Perhitungan dan penulisan jurnal amortisasi
Karena dihitung dengan metode garis lurus, maka perhitungan amortisasi per tahun
adalah:  Rp. 100,000,000/5 tahun = Rp. 20,000,000/tahun. Dengan begitu, maka penulisan
jurnalnya adalah:
Beban amortisasi Rp. 20,000,000
          Aset tak berwujud Rp. 20,000,000
2. Metode saldo menurun
Yaitu perhitungan amortisasi dengan cara mengalokasikan pembebanan biaya yang mana
dihitung semakin menurun setiap tahunnya. Penurunan beban tersebut seiring dengan
bertambahnya masa manfaat yang dirasakan perusahaan. Sedangkan pada masa manfaatnya
yang terakhir, dilakukan penyusutan sekaligus atas nilai sisa yang ada.
Karena perhitungannya seperti itu maka biaya penyusutan pada tahun pertama akan lebih
besar daripada tahun kedua. Begitupun seterusnya hingga masa manfaatnya habis. Dengan
contoh kasus yang sama seperti pada metode garis lurus, perhitungan dan penulisan jurnalnya
adalah sebagai berikut:

a. Amortisasi tahun 1: 50% x Rp. 100,000,000 = Rp. 50,000,000


Beban amortisasi Rp. 50,000,000
          Aset tak berwujud Rp. 50,000,000

b. Amortisasi tahun 2: 50% x (Rp. 100,000,000 - Rp. 50,000,000) = Rp. 25,000,000


Beban amortisasi Rp. 25,000,000
          Aset tak berwujud Rp. 25,000,000

c. Amortisasi tahun 3: 50% x (Rp. 50,000,000 - Rp. 25,000,000) = Rp. 12.250,000


Beban amortisasi Rp. 12,250,000
          Aset tak berwujud Rp. 12,250,000

d. Amortisasi tahun 4: 50% x (Rp. 25,000,000 - Rp. 12.250,000) = Rp. 6,125,000


Beban amortisasi Rp. 6,125,000
          Aset tak berwujud Rp. 6,125,000

e. Amortisasi tahun 5 (sisa nilai aktiva) = Rp. 6,125,000


Beban amortisasi Rp. 6,125,000 Rp. 50,000,000
          Aset tak berwujud Rp. 6,125,000 Rp. 50,000,000

E. Uji Kompetensi

1. Pada tanggal 1/1/1995,Arnold memperoleh hak cipta atas lagu yang dikarangnya.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyusunan karangan, pendaftaran dan hak
memperoleh hak cipta tersebut sebesar Rp. 9.000.000. Menurut taksiran hasil
penjualan karangan, taksiran umur hak cipta 9 tahun. Buatlah jurnal yang
diperlukan.

2. Tanggal 1 April 1995, Firma Halomoan & Co memperoleh hak merek atas produk
pabriknya dengan biaya Rp. 7.800.000,-. Harga perolehan tersebut diamortisasi
selama 6 tahun. Buatlah jurnal yang diperlukan.
UTANG WESEL JANGKA PANJANG

A. Pengertian Utang Wesel Jangka Panjang

Hutang Wesel Jangka Panjang adalah janji tertulis yang dibuat oleh perusahaan untuk
membayar kepada kreditor sejumlahtertentu dan bunga pada tingkat yang telah disepakati. Wesel
Jangka Panjang adalah long-dated paper yaitu wesel yang benjangka waktu minimum tiga puluh
hari; biasanya, wesel jangka panjang ini ditarik antara enam puluh hingga sembilan puluh hari
setelah ditunjukkan; untuk perdagangan yang memerlukan waktu pengapalan yang cukup lama,
wesel ini biasanya ditarik antara empat hingga enam bulan setelah ditunjukkan.
Wesel Bayar adalah note payable yaitu janji tertulis tanpa syarat yang ditandatangani oleh
seseorang untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal yang telah ditetapkan dalam
surat wesel tersebut.
Akuntansi untuk wesel dan obligasi sangat mirip. Seperti obligasi, wesel juga dinilai pada
nilai sekarang dari arus kas bunga dan pokok masa depan, di mana setiap premi dan diskonto
diamortisasi dengan cara
B. Jenis-jenis Utang Wesel

Wesel digolongkan menjadi dua jenis yaitu :


1. Wesel berbunga
Wesel berbunga adalah wesel yang pada saat pembayarannya selain membayar pokok
utangnya juga harus membayar bunga yang telah disepakati.
Contoh :
bank A pada tanggal 1 oktober 2008 setuju memberikan pinjaman kepada PT. B sebesar Rp.
5000.000; untuk itu PT. B harus menandatangani promes dengan bunga 10% yang berjangka
waktu 5 bulan.

Jurnal penerimaan kas oleh PT. B :

Kas Rp 6.000.000
           Utang wesel Rp 6.000.000

Saat tutup tahun, 31 desember 2008, PT. B membuat jurnal penyesuaian untuk biaya bunga
selama tiga bulan (okt-des)

Biaya bunga Rp 150.000


             Utang bunga Rp 150.0001

Rp 6.000.000 X 10% X 3/12 = Rp 150.000

Jurnal saat pembayaran utang wesel, 1 maret 2009 :

Utang wesel Rp 6.000.000


Utang bunga Rp 150.000
Biaya bunga Rp 100.000
                  Kas Rp 6.250.000

Keterangan :
utang biaya Rp 150.000 telah dibebankan pada tahun 2008
biaya bunga Rp 100.000, biaya bunga untuk bunga bulan januari dan februari 2009

Contoh 2 :
pada tanggal 3 desember 2008 PT. C menarik wesel sebesar Rp 12.000.000 dengan bunga 10%
dan jangka waktu 2 bulan untuk menggantikan utang yang telah jatuh tempo

jurnal saat penggantian utang :

Utang dagang Rp 12.000.000

                 Wesel bayar Rp 12.000.000

Jurnal saat pembayaran/ pelunasan

wesel bayar Rp 12.000.000


bunga Rp 200.000
            Kas Rp 12.200.000
2) Rp 12.000.000 X 10% X 2/12 = Rp 200.000

2. Wesel tidak berbunga


Wesel tidak berbunga adalah wesel yang tidak secara eksplisit menyebutkan tingkat
bunga tertentu dalam surat wesel yang bersangkutan.
Sebenarnya wesel tersebut tetap ada bunganya karena peminjam wajib membayar lebih besar
daripada pinjaman yang diterima. Selisih antara pinjaman yang diterima dengan yang harus
dibayar inilah bunga. Dengan kata lain, peminjam menerima kas sebesar nilai tunai atau nilai
wesel saat ini (present value).
Nilai tunai adalah sama dengan nilai nominal wesel pada tanggal jatuh tempo dikurangi
bunga/ diskonto yang dibebankan.
Contoh : PT. C menandatangani wesel dengan nilai nominal Rp 9.300.000, jangka waktu 3 bulan
tanpa bunga. Nilai tunai wesel adalah Rp 9.000.000.
Jurnal untuk mencatat transaksi di atas dalam pembukuan PT. C adalah :

Kas Rp 9.000.000
Diskonto utang wesel Rp 300.000
Utang wesel Rp 9.300.000

Rekening diskonto utang wesel adalah merupakan lawan (contra account) terhadap
rekening utang wesel, rekening ini dalam neraca dikurangkan terhadap rekening utang wesel.
Diskonto utang wesel ini diamortisasi selama jangka waktu utang wesel.
Jurnal untuk mencatat amortisasi diskonto utang wesel :

Biaya bunga Rp 300.000


          Diskonto utang wesel Rp 300.000

C. Uji Kompetensi
1. Mei Jaya menerbitkan wesel bayar 90 hari dan bunga 10% sebesar Rp 5 juta pada tanggal
1 April 2019 untuk membayar utang usaha yang sudah jatuh tempo dengan besaran yang
sama. Buatlah pencatatan keuangannya?
2. Pada tanggal 7 November 2018 PT Bakti Utama menarik wesel berbunga 24%, berjangka
waktu 90 hari sejumlah Rp 10.000. Wesel ini ditarik untuk PT Husada guna mengganti
uangnya yang telah jatuh tempo. Dan pada tanggal 5 Februari 2018, wesel berbunga yang
ditarik untuk PT Husada jatuh tempo. Buatlah ayat jurnal yang diperlukan.
UTANG OBLIGASI
A. Pengertian Utang Obligasi
Obligasi adalah surat tanda bukti utang yang dikeluarkan oleh perusahaan
kepadapemegangnya dengan imbalan bunga sejumlah tertentu. Dalam setiap obligasi
tertera nilainominal obligasi serta tingkat bunga obligasi. Nilai nominal atau nilai pari
adalah nilai yangmenunjukkan jumlah yang harus dibayar perusahaan pada waktu
obligasi jatuh tempo. Sedangkan tingkat bunga obligasi menunjukkan sejumlah
prosentase tertentu yang harusdibayarkan secara periodik kepada pemegang
obligasi.Perusahaan menerbitkan obligasi biasanya disebabkan oleh kebutuhan dana
dalamjumlah besar yang tidak bisa dipenuhi dari akumulasi laba ditahan maupun dari utang
bank.Karena obligasi ini memiliki masa jatuh tempo yang lebih dari satu tahun (biasanya
antara 5sampai dengan 20 tahun), maka apabila perusahaan menerbitkan obligasi akan
menimbulkanutang obligasi. Utang ini dikelompokkan ke dalam utang jangka panjang.
Utang Obligasi adalah utang yang diperoleh melalui penjualan surat obligasi.
Hal-hal yang dicantumkan dala obligasi :
 Nominal obigasi;
 Bunga pertahun;
 Tanggal pelunasan;
 Tanggal kupon;
 dan lain-lain.
Dalam transaksi obligasi ada yang namanya pembeli obigasi dan penerbit obligasi.
Pembeli obligasi adalah pihak yang memegang obligasi dan penerbit obligasi adalah pihak yang
mengeluarkan obligasi.
Keuntungan-keuntungan mengeluarkan obligasi :
 Pemegang obligasi (bondholders) tidak dapat mengatur jalannya perusahaan
 Biaya bunga yang dikeluarkan relatif lebih kecil dari bunga saham
 EPS lebih tinggi dibandingkan apabila perusahaan mengeluarkan saham
 Biaya bunga dapat digunakan untuk mengurangi laba sebelum pajak.

Kerugian-kerugian apabila mengeluarkan obligasi :


 Biaya bunga akan menjadi beban tetap bagi perusahaan pertahunnya
 Obligasi memiliki hak untuk melikuidasi perusahaan

B. Jenis-jenis Utang Obligasi


Ada dua jenis utang obligasi, diantaranya adalah :

 Utang obligasi terjamin;


 Utang obligasi tidak terjamin.
Utang obligasi terjamin adalah utang obligasi dengan jaminan aktiva tertentu sedangka
utang obligasi tidak terjamin adalah utang obligasi tanpa jaminan apapun.
Jenis-jenis obligasi :
a. Berdasarkan waktu jatuh tempo :
 Obligasi Biasa (Term Obligasi)
 Obligasi Berseri (Serial Bond)
b. Berdasarkan Jaminan :
 Obligasi yang dijamin (Secured Bond)
 Obligasi yang tidak diberi jaminan (Unsecured Bond)
c. Berdasarkan Bentuk :
 Obligasi atas nama (Registered Bond)
 Obligasi atas tunjuk (Beaner / Coupon Bond)
d. Berdasarkan sifatnya yang dapat ditukar dengan saham :
 Obligasi yang dapat ditukar dengan saham (Convertible Bond)
 Obligasi yang tidak dapat ditukar dengan saham (Callable Bond)

C. Bunga Obligasi
Bunga obligasi dibayar tiap enam bulan pada tanggal-tanggal tertentu yang disebut dengan
tanggal kupon, misalnya 1/3 - 1/9, 1/4 - 1/10. Bunga obligasi dicatat dalam akun Beban Bunga
Obligasi.

Kejadian yang mengakibatkan timbulnya pencatatan biaya bunga


Berikut ini adalah kejadian yang mengakibatkan timbulnya pencatatan biaya bunga obligasi :

 Waktu penempatan obligasi yang tidak terjadi pada salah satu tanggal kupon, sehingga
timbul bunga berjalan yang harus dibayar oleh  pembeli untuk masa mulai tanggal kupon
terakhir sampai tanggal transaksi;
 Tiap tanggal kupon, harus membayar bunga 6 bulan untuk utang obligasi yang beredar;
 Pada akhir periode akuntansi, harus dibuat jurnal penyesuaian untuk bunga berjalan yang
dihitung dari tanggal kupon terakhir sampai tanggal penyusun neraca.
 Pada awal periode akuntansi, sebaiknya dibuat jurnal pembalik atas bunga berjalan
tersebut.

D. Penempatan Obligasi
Penempatan obligasi dapat dicatat dengan dua cara, yaitu :

1. Pencatatan sejak penempatan (yang dicatat hanya yang terjual)


2. Pencatatan sejak penerbitan (yang dicatat obligasi yang terjual dan yang belum terjual)
Obligasi dapat dijual sebesar nilai nominal, di atas nilai nominal, dan dibawah nilai
nominal. Jika obligasi dijual diatas nilai nominalnya maka akan terdapat selisih lebih antara
harga jual dengan harga nominalnya dicatat sebagai akun Agio Obligasi. Dan jika obligasi dijual
di bawah nilai nominalnya maka akan ada selisih kurang antara harga jual dengan harga
nominalnya dicatat sebagai akun Disagio Obigasi.

E. Pencatatan Penempatan Obligasi Sejak Penempatan


Pencatatan Utang Obligasi (pencatatan selama masa obligasi)
1) Jurnal transaksi penerbitan obligasi
2) Jurnal transaksi pembayaran bunga obligasi
3) Jurnal penyesuaian setiap akhir periode akutansi, yang terdiri dari :
• Jurnal penyesuaian terkait dengan beban bunga obligasi yang belum dibayar
• Jurnal penyesuaian terkait dengan amortisasi premium atau diskon obligasi
• Jurnal pembalikan setiap awal periode berikutnya
• Jurnal transaksi pelunasan obligasi

Berikut ini adalah pencatatan penempatan obligasi sejak penempatan :

1. Penempatan tepat hari kupon kurs nominal


Jurnalnya :
Kas (debet) Rp. 100,00
Utang Obligasi (kredit) Rp. 100,00

2. Penempatan tepat hari kupon kurs dibawah nominal


Jurnalnya :
Kas (debet) Rp. 98,00
Disagio Obligasi (debet) Rp. 2,00
Utang Obligasi (kredit) Rp. 100,00
3. Penempatan tepat hari kupon kurs di atas nominal
Jurnalnya :
Kas (debet) Rp. 105,00
Utang Obligasi (kredit) Rp. 100,00
Agio Obligasi (kredit) Rp. 5,00
4. Penempatan di antara tanggal-tanggal kupon kurs nominal
Jurnalnya :
Kas (debet) Rp. 101,00
Utang Obligasi (kredit) Rp. 100,00
Beban Bunga Obligasi (kredit) Rp. 1,00
5. Penempatan di antara tanggal-tanggal kupon kurs di bawah nominal
Jurnalnya :
Kas (debet) Rp. 99,00
Disagio Obligasi (debet) Rp. 2,00
Utang Obigasi (kredit) Rp. 100,00
Beban Bunga (kredit) Rp. 1,00
6. Penempatan di antara tanggal-tanggal kupon kurs di atas nominal
Jurnalnya :
Kas (debet) Rp. 106,00
Utang Obligasi (kredit) Rp. 100,00
Agio Obligasi (kredit) Rp. 5,00
Beban Bunga Obligasi (kredit) Rp. 1,00
F. Pelunasan Obligasi
Pelunasan obligasi dilakukan pada tanggal jatuh tempo. Tetapi jika dana untuk pelunasan
sudah siap sebelum tanggal jatuh tempo, maka lebih baik obligasi yang beredar ditarik kembali
dari pada harus membayar bunga setiap tanggal kupon. Jika pelunasan obligasi dilakukan pada
tanggal jatuh tempo, maka dicatat sebesar nilai nominalnya ditambah bunga yang terutang;
Jika pelunasan obligasi dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo, berarti membeli kembali
obligasi dari para pemegang, dengan harga sesuai dengan kesepakatan atau harga wajar
menurut bursa surat-surat berharga, sehingga mungkin akan ada timbulnya laba atau rugi
pelunasan obligasi.

G. Pencatatan Pelunasan Obligasi


Berikut ini adalah pencatatan pelunasan obligasi :
1. Pelunasan tepat tanggal jatuh tempo kurs nominal
Jurnalnya :
Utang Obligasi (debet) Rp. 100,00
Kas (kredit) Rp. 100,00
2. Pelunasan tepat tanggal jatuh tempo kurs di bawah nominal
Jurnalnya :
Utang Obligasi (debet) Rp. 100,00
Beban Bunga (debet) Rp. 3,00
Kas (kredit) Rp. 102,00
Disagio Obligasi (kredit) Rp. 1,00
3. Pelunasan tepat tangga jatuh tempo kurs di atas nominal
Jurnalnya :
Utang Obligasi (debet) Rp.100,00
Beban Bunga (debet) Rp. 2,00
Agio Obligasi (debet) Rp. 1,00
Kas (kredit) Rp. 103,00
4. Pelunasan sebelum jatuh tempo kurs penempatan nominal kurs pelunasan sama
Jurnalnya :
Utang Obligasi (debet) Rp. 100,00
Beban Bunga (debet) Rp. 2,00
Kas (kredit) Rp. 102,00
5. Pelunasan sebelum jatuh tempo kurs penempatan nominal kurs pelunasan nominal di
bawah penempatan
Jurnalnya :
Utang Obligasi (debet) Rp. 100,00
Beban Bunga (debet) Rp. 3,00
Kas (kredit) Rp. 100,00
Laba Pelunasan Obligasi (kredit) Rp. 3,00
6. Pelunasan sebelum jatuh tempo kurs penempatan nominal kurs pelunasan nominal di
atas penempatan
Jurnalnya :
Utang Obligasi (debet) Rp. 100,00
Beban Bunga (debet) Rp. 3,00
Rugi Pelunasan Obligasi (debet) Rp. 2,00
Kas (kredit) Rp. 105,00
7. Pelunasan sebelum jatuh tempo kurs penempatan di bawah nominal kurs pelunasan
sama
Jurnalnya :
Utang Obigasi (debet) Rp. 100,00
Beban Bunga (debet) Rp. 3,00
Kas (kredit) Rp. 102,00
Disagio Obligasi (kredit) Rp. 1,00
8. Pelunasan sebelum jatuh tempo kurs penempatan di bawah nominal kurs pelunasan di
bawah
Jurnalnya :
Utang Obligasi (debet) Rp. 100,00
Beban Bunga (debet) Rp. 3,00
Kas (kredit) Rp. 100,00
Disagio Obligasi (kredit) Rp. 1,00
Laba Pelunasan Obligasi Rp. 200
9. Pelunasan sebelum jatuh tempo kurs penempatan di bawah nominal kurs pelunasan di
atas
Jurnalnya :
Utang Obligasi (debet) Rp. 100,00
Beban Bunga (debet) Rp. 4,00
Rugi Pelunasan Obligasi (debet) Rp. 1,00
Kas (kredit) Rp. 104,00
Disagio Obligasi (kredit) Rp. 1,00
10. Pelunasan sebelum jatuh tempo kurs di atas nominal pelunasan sama
Jurnlanya :
Utang Obligais (debet) Rp. 100,00
Beban Bunga (debet) Rp. 2,00
Agio Obligasi (debet) Rp. 1,00
Kas (kredit) Rp.103,00
11. Pelunasan sebelum jatuh tempo kurs di atas nominal pelunasan di bawah
Jurnlanya :
Utang Obligasi (debet) Rp. 100,00
Beban Bunga (debet) Rp. 2,00
Agio Obligasi (debet) Rp. 1,00
Kas (kredit) Rp. 102,00
Laba Pelunasan Obligasi Rp. 1,00

12. Pelunasan sebelum tanggal jatuh tempo kurs di atas nominal pelunasan di atas
Jurnalnya :
Utang Obligasi (debet) Rp. 100,00
Beban Bunga (debet) Rp. 4,00
Agio Obligasi (debet) Rp. 1,00
Kas (kredit) Rp. 105,00

H. Amortisasi Agio dan Disagio Obligasi


Agio dan disagio obigasi tiap-tiap periode jatuh tempo bunga atau periode akuntansi harus
diamortisasikan ke dalam bunga obligasi secara proporsional, sesuai umur jatuh tempo obligasi
tersebut. Misalnya obigasi diterbitkan untuk masa 10 bulan, maka amortisasi harus dihitung
dengan cara membagi bulan berjalan terhadap 10 kali jumlah agio atau disagio obligasi
tersebut.

Contoh 1:
Obligasi ditempatkan dari tanggal 1 September 2009 dan akan jatuh tempo tanggal 1
September 2010. Bunga dibayar tiap 1/3 dan 1/9 dengan nominal Rp. 1.200.000.000,00 dan
tingkat bunga 12% kurs 90%.

Besarnya amortisasi per 31 Desember 2009 adalah :


Disagio Obligasi = Nominal Obligasi - Kurs 90%
Disagio Obligasi = Rp. 1.200.000.000,00 -Rp. 1.080.000.000,00
Disagio Obligasi = Rp. 120.000.000,00

Umur Obligasi = 1/9/2009 s.d. 1/9/2010 = 12 bulan


Bulan Berjalan = 1/9/2009 s.d. 31/12/2009 = 4 bulan

Amortisasi = (4/12) x 120.000.000,00 = Rp. 40.000.000,00

Maka Jurnalnya :
Bunga Obligasi (debet) Rp. 40.000.000,00
Disadio Obligasi (kredit) Rp. 40.000.000,00

Contoh 2 :
Obligasi ditempatkan pada tanggal 1 Oktober 2009 dan akan jatuh tempo pada tanggal 1
Oktober 2010. Bunga dibayar 1/4 dan 1/10, dengan nilai nominal Rp. 1.200.000.000,00 dan
tingkat bunga 12%, kurs 120%.

Besarnya amortisasi agio per 31 Desember 2009 adalah :


Agio Obligasi = Nominal Obligasi - Kurs 120%
Agio Obligasi = Rp. 1.200.000.000,00 - 1.440.000.000,00
Agio Obligasi = - Rp.240.000.000,00

Umur Obligasi = 1/10/2009 s.d. 1/10/2010 = 12 bulan


Bulan Berjalan = 1/10/2009 s.d. 31/12/2010 = 3 bulan

Amortisasi = (3/12) x Rp. 240.000.000,00 = Rp. 60.000.000,00

Maka jurnalnya :
Agio Obligasi (debet) Rp. 60.000.000,00
Beban Bunga (kredit) Rp. 60.000.000,00

I. Uji Kompetensi
1. Pada 1 Mei tahun ke-1, sebuah entitas menerbitkan obligasi pada 103 ditambah bunga yang
diakru, sebanyak 500.000, obligasi tersebut senilai 10.000.000 dengan bunga 12%. Obligasi
tersebut tertanggal 1 Januari tahun ke-1 dan jatuh tempo pada 1 Januari tahun ke-6. Bunga
harus dibayar semi tahunan yakni pada 1 Januari dan 1 Juli. Bagaimana Ayat jurnal untuk
mencatat penerbitan obligasi dan penerimaan cash proceeds akan dilakukan?
2. Tanggal 10 Januari 2011, PT. SALT&SOUR menjual obligasi dengan tingkat bungaobligasi 11%
dengan nilai nominal Rp. 600.000.000. Bunga obligasi dibayar setiap 1Juli dan 1 Januari. Obligasi berumur
5 tahun. Kurs obligasi pada saat dijual adalah112. Metode yang digunakan untuk mengamortisasi
diskon/premi adalah metodegaris lurus.
PENJUALAN KONSINYASI
A. Pengertian
Definisi konsinyasi adalah penyerahan harta tetap tanpa pemindahan hak milik dengan
kontrak perjanjian penjualan yang telah disepakati. Penitip barang dagangan = consignor atau
sering disebut sebagai pengamanat. Agen bagi Consignor untuk menjual barang disebut sebagai
consignee atau komisioner (yang berhak atas pembayaran kembali biaya-biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan perjanjian ini komisi).

B. Tujuan Dan Manfaat Konsinyasi:


1. Konsinyasi mungkin merupakan satu-satunya cara yang memungkinkan produsen atau
distributor memperoleh daerah pemasaran yang lebih luas.
2. Consignor dapat memperoleh spesialis penjualan, terutama untuk penjualan gandum,
ternak dan hasil bumi.
3. Harga jual eceran barang konsinyasi dapat dikendalikan oleh pihak consignor yang masih
menjadi pemilik barang ini. Pengendalian ini sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan
apabila barang ini dijual kepada agen penjual.
C. Akuntansi Untuk Transaksi Konsinyasi
Faktor-faktor yang membedakan konsinyasi dari penjualn biasa harus ditetapkan dalam
mencatat penyerahan barang konsinyasi dan trasaksinya yang timbul kemudian. Prosedur
akutansi yang biasanya diikuti oleh pihak consignor tergantung pada apakah :

 Transaksi konsinyasi harus diikhtisarkan terpisah dan laba atas masing-masing


konsinyasi harus dihitung terpisah dari laba atas penjualan biasa, ataukah
 transaksi konsinyasi harus disatukan dengan transaksi lain pihak consignee, tanpa
pemisahan antara laba atas penjualan konsinyasi dan laba atas penjualan biasa.

1. Akuntansi oleh Pengamanat (Consignor)


Pada dasarnya akuntansi consignor dapat dibedakan menjadi 2, yaitu metode terpisah dan
metode tidak terpisah.
Metode Terpisah Metode tidak terpisah

Metode terpisah akan memisahkan antara Metode tidak terpisah tidak


laba-rugi dari kegiatan konsinyasi dengan memisahkan antara laba-rugi dari
laba- rugi dari kegiatan usaha biasa. Oleh kegiatan konsinyasi dengan laba- rugi
karena itu pendapatan dan biaya dari dari kegiatan usaha biasa. Oleh karena
kegiatan konsinyasi juga dipisahkan. Pada itu pendapatan dan biaya dari kegiatan
umumnya kegiatan konsinyasi akan konsinyasi juga tidak dipisahkan
berengaruh pada debet-kreditnya rekening dengan kegiatan biasa.
“Barang konsinyasi”.

 Barang konsinyasi –Debet bila terkait


dengan biaya-biaya.
 Barang konsinyasi –Kredit bila terkait
dengan pendapatan.
Pencatatan di pihak consignor dengan
metode terpisah meliputi transaksi sbb:

Pencatatan di pihak consignor dengan


Metode Terpisah
metode tidak terpisah meliputi
a) Pengiriman barang konsinyasi, transaksi sbb:
jurnalnya:
Barang konsinyasi xxx Metode Tidak Terpisah

Persediaan a) Pengiriman barang jurnalnya


tidak dicatat.
xxx
---
b) Pembayaran biaya angkut, jurnalnya:
Barang konsinyasi xxx
b) Pembayaran biaya angkut,
Kas
jurnalnya:
xxx Biaya transpot xxx
Pada dasarnya biaya-biaya pada Kas xxx
metode terpisah dicatat sebagai debet
barang konsinyasi.

c) Menerima laporan Pertanggung- c) Menerima lap.


jawaban dari komisioner, jurnalnya: Pertanggungjawaban dari
Piutang-komisioner xxx komisioner, jurnalnya:
Piutang-komisioner xxx
Barang konsinyasi xxx
Biaya xxx
Barang konsinyasi
xxx Penjualan xxx

d) Menerima pembayaran dari


komisioner, jurnalnya:
Kas xxx

d) Menerima pembayaran dari Piutang komisioner xxx


komisioner, jurnalnya:
Kas xxx

Piutang komisioner xxx


Contoh soal :

Pada awal tahun 2007 PT. PIA mengadakan peranjian konsinyasi dengan Toko KIU, dengan isi
perjanjian sebagai berikut :
 PT. PIA akan menitipkan barang kepada Toko KIU.
 Toko KIU berhak atas komisi sebesar 20% dari hasil penjualan.
 Semua biaya ditanggung oleh PT. PIA.
 Toko KIU harus membuat pertanggungjawaban secara bulanan.

Transaksi yang terjadi antara PT. PIA dan toko KIU terkait dengan perjanjian tersebut adalah
sebagai berikut :

1. PT. PIA mengirim 100 unit barang yang dalam keadaan CKD ke toko KIU. Harga pokok
barang tersebut @ Rp. 30.000 sedangkan harga jual ditentukan Rp. 50.000
2. PT. PIA membayar biaya angkut sebesar Rp. 50.000
3. Toko KIU menerima kiriman barang dari PT. PIA dan membayar biaya perakitan sebesar
Rp. 20.000
4. Toko KIU berhasil menjual seluruh barang dagangan secara tunai
5. Toko KIU mengirimkan laporan atas hasil penjualan pada PT. PIA
6. Toko KIU mengirimkan kas yang menjadi hak PT. PIA yaitu :
— Penjualan : 100 x Rp. 50.000 = Rp. 5.000.000
— Komisi 20% x 5000.000 =(Rp. 1.000.000)
— Biaya perakitan 20.000 =(Rp. 20.000) +
— Kas yang dikirim = Rp. 3.980.000

Buatlah jurnal untuk trnsaksi yang dicatat oleh pengamanat/conignor baik dengan metode
terpisah maupun dengan metode tidak terpisah.

Jawab :

Metode Terpisah Metode tidak terpisah

Pencatatan di pihak consignor dengan Pencatatan di pihak consignor dengan


metode metode tidak terpisah meliputi transaksi
sbb:
terpisah meliputi transaksi sbb:
1). Transaksi No. 1 tidak dicatat PT. PIA

1). Pengiriman barang konsinyasi,


jurnalnya:
Barang konsinyasi 3000.000

Persediaan
3000.000
2). Pembayaran biaya angkut, jurnalnya: 2). Pembayaran biaya angkut, jurnalnya:
Barang konsinyasi 50.000 Biaya transpot 50.000

Kas 50.000 Kas 50.000

3). Transaksi no. 3 tidak dicatat oleh PT. 3). Transaksi no. 3 tidak dicatat oleh PT.
PIA. PIA.
4). Transaksi no. 4 tidak dicatat oleh PT. 4). Transaksi no.4 tidak dicatat oleh PT.
PIA. PIA.
5). Menerima laporan Pertanggung- 5). Menerima lap. Pertanggungjawaban
jawaban dari komisioner, jurnalnya: dari komisioner, jurnalnya:
Piutang-komisioner 3.980.000 Piutang-komisioner 3.980.000

Barang konsinyasi 1.020.000 Biaya 1.020.000

Barang konsinyasi 5.000.000 Penjualan 5.000.000

6). Menerima pembayaran dari komisioner, 6). Menerima pembayaran dari


jurnalnya: komisioner, jurnalnya:
Kas 3.980.000 Kas 3.980.000

Piutang komisioner 3.980.000 Piutang komisioner 3.980.000

D. Uji Kompetensi
1. Pada awal tahun 1993 PT PIA mengadakan perjanjian konsinyasi dengan toko KIU, dengan
isi perjanjian sebagai berikut :
 PT. PIA akan menitipkan barang kepada Toko KIU.
 Toko KIU berhak atas komisi sebesar 20% dari hasil penjualan
 Semua biaya ditanggung oleh PT. PIA.
 Toko KIU harus membuat pertanggungjawaban secara bulanan

Transaksi yang terjadi antara PT. PIA dan toko KIU terkait dengan perjanjian tersebut adalah
sebagai berikut :
1. PT PIA mengirimkan 100 unit barang yang dalam keadaan CKD ke toko KIU. Harga
pokok barang tersebut @ Rp. 30.000 sedangkan harga jual ditentukan @ Rp. 50.000
2. PT. PIA membayar biaya angkut sebesar Rp. 50.000.
3. Toko KIU menerima kiriman barang dari PT. PIA dan membayar biaya perakitan sebesar
Rp. 20.000
4. Toko KIU berhasil menjual seluruh barang dagangan secara tunai
5. Toko KIU mengirimkan laporan atas hasil penjualan ke PT. PIA.
6. Toko KIU mengirimkan kas yang menjadi hak PT. PIA yaitu :
— Penjualan : 100 x Rp. 50.000 = Rp. 5.000.000
— Komisi 20% x 5000.000 =(Rp. 1.000.000)
— Biaya perakitan 20.000 =(Rp. 20.000) +
— Kas yang dikirim = Rp. 3.980.000
Buatlah jurnal untuk trnsaksi yang dicatat oleh pengamanat/conignor baik dengan metode
terpisah maupun dengan metode tidak terpisah.
MODAL PERUSAHAAN

A. Jenis-jenis Badan Usaha


Badan usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari
laba atau keuntungan. Badan Usaha seringkali disamakan dengan perusahaan, walaupun pada
kenyataannya berbeda. Perbedaan utamanya, Badan Usaha adalah lembaga sementara
perusahaan adalah tempat dimana Badan Usaha itu mengelola faktor-faktor produksi.

1. Koperasi
Koperasi merupakan suatu badan usaha dengan didasari oleh asas-asas kekeluargaan.
Organisasi ekonomi ini dioperasikan untuk kepentingan bersama. Berdasarkan UU no. 25
tahun 1922 tentang perkoperasian dijelaskan bahwa:
 Koperasi bersifat terbuka, demokratis, dan mandiri.
 Memberikan balasan atas  jasa terhadap pemodal.
 Pendidikan dalam perkoperasian.
 Kolaborasi antar suatu koperasi.
2. BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
Modal suatu BUMN, sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh pemerintah. Walaupun
bekerja demi kepentingan suatu negara, pegawai BUMN tidak bisa disebut sebagai pegawai
negeri. Ada tiga macam bentuk BUMN, antara lain:

a. Perjan (Perusahaan Jawatan)

Perjan merupakan BUMN yang bujetnya termasuk dalam APBN (Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara). Perjan memiliki tujuan untuk membuat sejahtera masyarakat melalui
pengabdian dan pelayanan. Hal tersebut dilakukan tanpa mengabaikan poin-poin esensi,
efektivitas, ekonomi serta pelayanan yang baik. Saat ini BUMN tidak memiliki perjan. Tidak ada
badan usaha yang bisa digolongkan perjan karena badan-badan usaha yang sebelumnya sudah
dialihkan menjadi badan hukum ataupun badan usaha. Berikut contoh-contoh perjan yang telah
berganti bentuk:

 Perjan Kereta Api menjadi Persero Kereta Api.


 Perjan Pegadaian  yang sempat menjadi perum, kini telah beralih bentuk lagi
menjadi persero.
 Perjan Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan kita, perjan Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo,perjan Rumah Sakit Dr. Kariadi, Perjan Rumah Sakit Dr. M. Djamil, dan
Perjan Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin berubah status menjadi Badan Layanan
Umum.
 Perjan Radio Republik Indonesia dan Perjan Televisi Republik
Indonesia menjadi Lembaga Penyiaran Publik.

b. Persero (Perusahaan Perseroan) 


Sebuah perusahaan milik negara yang memiliki bentuk perseroan terbatas. Perusahaan
tersebut bertujuan untuk mengejar keuntungan dengan memiliki saham yang seluruhnya atau
sebagian (dengan minimum 51%) dengan kepemilikan atas nama Negara Republik Indonesia.
Dalam membentuk suatu persero, Menteri mengusulkan suatu usaha tersebut kepada Presiden,
lengkap dengan pengkajian yang telah didasari dengan berbagai pertimbangan. Pendirian persero
bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa yang memiliki nilai jual lebih tetapi tetap
memiliki kualitas yang baik.

c. Perum (Perusahaan Umum)

Perum merupakan perusahaan yang kepemilikan sepenuhnya dimiliki oleh negara. Perum
memiliki tujuan untuk kemanfaatan dalam hal yang umum, baik dalam bentuk jasa maupun
barang. Kegiatan perusahaan umum juga harus memperhatikan kualitas serta keuntungan dengan
asas pengelolaan perusahaan. Dalam membentuk suatu perum, dibutuhkan koordinasi antara
Menteri BUMN, Menteri Keuangan dan presiden. Menteri BUMN mengusulkan kepada Presiden
dengan dasar-dasar yang telah dikaji bersama Menteri Teknis dan Menteri Keuangan. Perum
berfungsi sebagai penyelenggara usaha untuk kemanfaatan umum dengan barang dan atau jasa
berkualitas tetapi harga tetap terjangkau oleh masyarakat umum. Hal tersebut tetap diolah
dengan sistem perusahaan yang baik.

3. BUMS (Badan Usaha Milik Swasta)

Seperti namanya BUMS adalah badan usaha yang modalnya dimiliki oleh pihak swasta.
BUMS ini memiliki beberapa bentuk dengan tujuan mencari keuntungan dalam mengembangkan
usaha. BUMS memiliki dua jenis antara lain, badan usaha swasta dalam negeri dan badan usaha
swasta asing. Badan usaha swasta dalam negeri adalah badan usaha yang modalnya dimiliki oleh
masyarakat dalam negeri. Sedangkan badan usaha swasta asing adalah badan usaha swasta yang
modalnya dimiliki oleh masyarakat yang bukan warga negara Indonesia. Pasal 33 UUD 1945
mengatur tentang bidang-bidang yang bisa dikelola oleh swasta seperti mengelola sumber daya
ekonomi yang memiliki sifat tidak vital dan strategis, atau yang tidak menguasai hajat hidup
orang banyak. Berikut adalah jenis-jenis BUMS yang dapat dibedakan atas beberapa bentuk
badan usahanya:

a. Perusahaan Perseorangan (PO) 

PO merupakan salah satu bentuk bisnis yang dimiliki oleh satu orang. Umumnya PO
memiliki modal kecil, jenis produk dan jumlah produksinya terbatas, tenaga kerja sedikit, alat
produksi dan teknologinya cukup sederhana. Perusahaan perseorangan adalah badan usaha/
perusahaan yang dimiliki, dikelola, dan dipimpin oleh individu. Sehingga tanggung jawab atas
aktivitas dan risiko perusahaan ditanggung oleh individu tersebut.

b. Firma (Fa)

Firma merupakan persekutuan antara seseorang dengan orang lainya (atau lebih) untuk
menjalankan usaha bersama dengan tujuan untuk berbagi keuntungan yang didapatkan dari
persekutuan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa Firma memiliki minimal anggota dua orang.
Anggota tersebut yang akan bertanggung jawab terhadap perusahaan dan menyerahkan modal
sesuai yang tertera pada akta pendirian firma. Apabila bangkrut, semua anggota bertanggung
jawab hingga modal pun ikut dipertanggungkan.

c. Commanditaire Vennootschap (CV)

  CV merupakan bentuk kemitraan yang dibentuk oleh dua orang atau lebih dengan
beberapa anggota memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas dan beberapa lainnya yang
memiliki tanggung jawab terbatas. CV memiliki dibagi menjadi dua jenis yakni sekutu aktif
(komplementer) dan sekutu pasif (komanditer). Sekutu aktif adalah sekutu yang mengelola suatu
perusahaan sekaligus memiliki hak untuk membuat perjanjian dengan pihak ketiga. Sedangkan
sekutu pasif adalah sekutu yang hanya menyerahkan modal tetapi tidak ikut campur dalam hal
pengelolaan perusahaan. Bisa dikatakan bahwa sekutu pasif hanya berperan dalam memberikan
modal.

d. Perseroan Terbatas (PT)

PT merupakan salah satu jenis usaha yang dilindungi oleh hukum dengan modal yang
terdiri dari saham. Seseorang dapat dikatakan sebagai pemilik PT apabila memiliki sebagian
saham sebesar yang ditanamkannya.Menurut Undang-Undang NOmor 40 Tahun 2007 yang
mengatur perihal PT, disebutkan bahwa perusahaan berjenis Perseroan Terbatas adalah badan
usaha yang berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian dan melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya telah dibagi dalam saham, atau bisa disebut
juga sebagai persekutuan modal.

B. Uji Kompetensi
1. Pada tanggal 1 Mei 2010 Holoan dan Jaya sepakatmendirikan persekutuan firma bernama Fa.
Hoya.Holoan memasukkan modal Rp 25.000.000,- namunbaru disetor tunai Rp
15.000.000,-. Jayamenginvestasikan Rp 20.000.000,- disetor penuh. Buatlah laporan keuangan
yang diperlukan?
2. Pada tanggal 1 Januari 2010 Agus,Bondan, dan Chandra sepakat mendirikan Fa. ABC
pendiranmenyebutkan ketentuan-ketentuansebagai berikut. Agus menyetorkanmodal Rp
50.000.000,- berupaseluruh aktiva, kewajiban, dan modalperusahaan lama. Sebelum
menjadisekutu, aktiva agus diadakanrevaluasi (penilaian kembali). Ataskekurangannya
disetor dengan kas.Bondan menyetorkan modal Rp40.000.000,- dan untuk
sementaradisetor tunai Rp 30.000.000,-.Chandra memasukkan modal Rp25.000.000,- dan
disetor penuh. Buatlah laporan yang diperlukan?

Anda mungkin juga menyukai