Oleh :
Febi Kurniawan
NIM: 18104169
Pada umumnya perusahaan dalam kegiatan usahanya melakukan pemotongan pajak (tax
deductions) yang disebabkan karena adanya pengeluaran kas, baik untuk pembelian barang,
membayar tenaga kerja, maupun jasa lainnya yang digunakan dalam kegiatan operasional.
Pengakuan biayanya sederhana tergantung apakah perusahaan menggunakan dasar kas
atau dasar akrual dalam pembukuannya. Namun ada jasa yang digunakan dalam kegiatan
operasional yang harus dibeli terlebih dahulu seperti gedung, mesin, dan tanah. Pengeluaran kas
untuk hal tersebut memberikan manfaat lebih dari satu periode. Untuk kepentingan pajak,
perlakuan terhadap pengeluaran semacam ini dapat menimbulkan masalah dalam penentuan
pajak penghasilan. Menurut Undang-Undang pajak penghasilan, penyusutan atau depresiasi
merupakan konsep alokasi harga perolehan harga tetap berwujud dan amortisasi merupakan
konsep alokasi harga perolehan harga tetap tidak berwujud dan harga perolehan harta sumber
alam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian penyusutan pajak
2. Untuk mengetahui Kebijakan Pajak untuk Penyusutan
3. Untuk mengetahui Karakteristik Dari Aset yang Dapat Disusutkan
4. Untuk mengetahui Pengelompokan Harta berwujud
5. Untuk mengetahui metode dan tarif penyusutan pajak
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk keadilan pajak perlu diperhatikan jenis kegiatan dari Wajib Pajak, apakah perusahaan
manufaktur atau perusahaan jasa, bagaimana struktur modalnya, padat modal, atau padat karya.
Dengan adanya penyusutan maka kegiatan usaha manufaktur dn jenis usaha yang padat modal
akan lebih diuntungkan dibanding dengan yang lainnya.
2. Kebijakan ekonomi
Dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan modal. Jika penyusutan besar
maka laba setelah pajak juga besar, sehingga arus kas menjadi tinggi. Menurut ketentuan
perpajakan, perhitungan penyusutan dimulai pada tahun perolehan. Secara ekonomis dapat diatur
dengan peraturan tertentu secara selektif, untuk mendorong atau menghambat suatu peningkatan
modal. Penyusutan secara selektif dapat dibedakan menjadi :
Secara administrasi penyusutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sederhana dan kompleks.
Pemilihan jenis penyusutan, baik yang sederhana ataupun yang kompleks, bergantung pada
beberapa hal, seperti besarnya biaya administrasi, sumber daya manusia, dan kepatuhan dari
wajib pajak.
Aset yang boleh disusutkan adalah asset yang dipakai dalam usaha atau menjalankan usaha. Aset
ini dapat dibedakan menjadi asset bisnis, asset campuran, dan asset pribadi.
Untuk asset bisnis dapat disustkan semuanya, sedangkan untuk aset campuran boleh disusutkan
sebagian sesuai dengan yang digunakan dalam kegiatan usaha.
Nilai asset yang dapat disusutkan harus menurun secara bertahap, baik karena semakin buruk
fisiknya atau karena faktor kualitas.
Kalau nilainya tidak menurun secara bertahap makan tidak dapat disusutkan tetapi langsung
dibiayakan, sedangkan untuk aset yang tidak dapat disusutkan adalah tanah, asset pendanaan,
barang dagangan dan persediaan.
Aset berwujud maupun aset tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
yang disusutkan. Untuk asset yang tidak berwujud penyusutannya disebut dengan amortisasi.
Pihak yang berhak melakukan penyusutan
Termasuk didalamnya adalah harga, ongkos dan pajak. Pajak yang dapat dikreditkan, seperti
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dapat dikreditkan dengan pajak keluaran yang tidak
termasuk dalam harga perolehan.
Pada prinsipnya harga perhgantian tidak diperkenankan, Karen untuk kepentingan pencatatan
menggunakan harga perolehan.
3. Revaluasi (revaluation)
Suatu asset yang telah direvaluasi biasanya disusutkan berdasarkan nilai revaluasinya.
Kelompok 2 8 tahun
Kelompok 3 16 tahun
Kelompok 4 20 tahun
Metode ini dasar penyusutannya adalah harga perolehan dengan menganggap aktiva tetap akan
memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi) disepanjang masa penggunaannya,
sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke
periode hingga aktiva ditarik dari penggunaannya.
Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan “Matching Cost Principle”,
metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva yang fungsionalnya tidak
terpengaruh oleh besar kecilnya volume produk/jasa yang dihasilkan. Misalnya : bangunan,
peralatan kantor.
Contoh :
PT. Dongan Sahuta membeli sebuah aktiva yang termasuk dalam kelompok I harta berwujud
seharga Rp.100.000.000 pada tanggal 10 Juli 2009, maka pembebanan atas biaya penyusutan
aktiva tersebut berdasarkan metode garis lurus adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Untuk tahun 2009 biaya penyusutan dihitung berdasarkan 6/12 x 25% x biaya perolehan, karena
pembelian dimulai pada bulan Juli 2009 sehingga biaya yang diperkenankan hanya dari bulan
Juli 2009 sampai Desember 2009 yaitu selama 6 bulan. Untuk tahun 2013 biaya penyusutan
dihitung berdasarkan 6/12 x 25% x biaya perolehan, karena sisa masa manfaat hanya untuk bulan
Januari 2011 sampai Juni 2011 yaitu selama 6 bulan.
Metode ini dasar penyusutannya adalah nilai sisa buku fiskal, aktiva tetap dianggap akan
memberikan kontribusi terbesar pada periode diawal-awal masa penggunaanya, dan akan
mengalami tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di periode berikutnya seiring dengan
semakin berkurangnya umur ekonomis atas aktiva tersebut.
Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat kehausannya
tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva mesin produksi.
Cara perlakuan nilai sisa buku suatu aktiva tetap pada akhir masa manfaat yang disusutkan
dengan metode saldo menurun adalah nilai sisa buku suatu aktiva pada akhir masa manfaat yang
disusutkan dengan metode saldo menurun harus disusutkan sekaligus.
Contoh :
PT. Ai So Ise membeli sebuah aktiva yang termasuk dalam kelompok I harta berwujud seharga
Rp.100.000.000 pada tanggal 10 Juli 2009, maka pembebanan atas biaya penyusutan aktiva
tersebut berdasarkan metode saldo menurun adalah sebagai berikut :
Untuk tahun 2009 biaya penyusutan dihitung berdasarkan 6/12 x 50% x biaya perolehan, karena
pembelian dimulai pada bulan Juli 2009 sehingga biaya yang diperkenankan hanya dari bulan
Juli 2009 sampai Desember 2009 yaitu selama 6 bulan.
Kelompok 4 5% 10,00%
Daftar Pustaka
http://riskymahira.blogspot.com/2012/11/perencanaan-pajak-atas-penyusutan.html
http://rizal-fathoni-pemasaran.blogspot.com/2016/04/makalah-penyusutan-dan-amortisasi.html
http://www.nusahati.com/2013/04/sekilas-tentang-penyusutan-dalam-perpajakan/
https://keuanganlsm.com/penyusutan-depresiasi-menurut-perpajakan/
https://dokumen.tips/documents/makalah-penyusutan.html