Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun.
PT Sukses membeli mesin pabrik sebesar Rp60.000.000, biaya pemasangan mesin senilai Rp3.500.000. Sementara biaya asuransi mesin sebesar
Rp1.600.000, maka perhitungannya:
Penjelasan:
Kas Rp65.100.000
PT Maju Mapan membeli sebuah aset tetap berupa mobil Toyota dengan harga perolehan sebesar Rp
120.000.000 dibayar dalam 24 kali angsuran pada tanggal 15 Mei 2018. Angsuran tiap bulan Rp
5.000.000 dengan bunga 12% per tahun dibayarkan setiap tanggal 15.
Pengeluaran ini bertujuan untuk mempertahankan aktiva tetap pada kondisi tetap baik.
Pengeluaran dicatat debit akun pemeliharaan.
Pengeluaran ini bertujuan untuk mengembalikan aktiva tetap pada kondisi semula.
Pengeluaran ini dicatat di debit akun beban reparasi.
Pengeluaran ini bertujuan untuk mengganti sebagian / seluruh komponen aktiva tetap yang
rusak berat. Pengeluaran ini biasanya mengakibatkan penambahan terhadap usia penggunaan
aktiva tetap yang bersangkutan.
Pengeluaran ini dicatat debit akun aktiva tetap yang bersangkutan/debit pada akun akuntansi
yang penyusutannya berhubungan langsung dengan aktiva tersebut.
Pengeluaran ini bertujuan untuk meningkatkan aktiva tetap peada kondisi yang lebih baik.
Pengeluaran ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas/untuk memperpanjang usia
penggunaan aktiva tetap. Pengeluaran ini dicatat dalam debt akun aktiva yang bersangkutan.
Pengeluaran ini bertujuan untuk perluasan/peningkatan fasilitas yang sudah ada, misalnya
untuk menambah bangunan sayap dan sebuah pabrik, perluasan tempat parkir, dsb.
Pengeluaran ini dicatat debet akun aktiva yang bersangkutan.
Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap
Dalam proses operasionalnya, perusahaan mengenal dua jenis aktiva, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar/tetap. Aktiva lancar adalah aktiva dengan
likuidasi mudah, seperti uang kas dan piutang jangka pendek. Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang likuidasinya sulit dan biasanya digunakan bertahun-
tahun, seperti bangunan, mesin, dan kendaraan.
Aktiva-aktiva tetap seperti di atas akan mengalami penurunan kualitas, entah karena usia atau terlalu sering dipakai. Kondisi inilah yang disebut dengan
penyusutan aktiva tetap. Di dunia akuntansi, penyusutan aktiva tetap wajib dihitung untuk memastikan nilai riil aset perusahaan.
Truk tersebut dibeli dengan harga Rp 200.000.000 dengan perkiraan masa pakai selama 5 tahun dan nilai sisa atau residu sebesar Rp 150.000.000.
Hitunglah akumulasi biaya dan membuat jurnal penyusutan atau depresiasi dengan metode garis lurus?
Sedangkan untuk membuat jurnal penyusutan bulanan, perhitungan akumulasi yang bisa Anda lakukan adalah dengan membagi biaya depresiasi Rp 10.000.000 dengan 12 bulan.
Itu berarti tingkat depresiasi garis lurus Anda adalah 20%. Mengetahui tingkat depresiasi garis lurus penting karena Anda harus menggandakannya untuk menghitung depresiasi menurun
ganda:
2 x 20% = 40%
Ini berarti bahwa tingkat depresiasi Anda untuk depresiasi menurun ganda adalah 40%, membuat depresiasi tahun pertama Anda menjadi Rp. 40.000.000 Anda akan mendepresiasi aset
hingga nilai buku mencapai Rp. 8.000.000.
Di bawah ini adalah tabel depresiasi menggunakan depresiasi garis lurus. Ingat, dalam depresiasi garis lurus, nilai sisa dikurangi dari biaya awal. Jika tidak ada nilai sisa, nilai saldo awal buku
adalah Rp. 100.000.000, dengan $20.000 disusutkan setiap tahun.
Tahun Nilai Buku Awal Depresiasi Garis LurusNilai Buku Akhir Tahun
1 Rp. 92.000.000 Rp. 18.400.000 Rp. 73.600.000
2 Rp. 73.600.000 Rp. 18.400.000 Rp. 55.200.000
3 Rp. 55.200.000 Rp. 18.400.000 Rp. 36.800.00
4 Rp. 36.800.000 Rp. 18.400.000 Rp. 18.400.000
5 Rp. 18.400.000 Rp. 18.400.000 Rp. 0
Beban penyusutan garis lurus tetap sama setiap tahun.
Bagan berikutnya menampilkan perbedaan antara garis lurus dan penyusutan saldo menurun ganda, dengan dua tahun pertama penyusutan secara signifikan lebih tinggi.
Tahun Nilai Buku Awal Penyusutan Saldo Menurun Berganda Tahunan Nilai Buku Akhir Tahun
1 Rp. 100.000.000 Rp. 40.000.000 Rp. 60.000.000
2 Rp. 60.000.000 Rp. 24.000.000 Rp. 36.000.000
3 Rp. 36.000.000 Rp. 14.400.000 Rp. 21.600.000
4 Rp. 21.600.000 Rp. 8.640.000 Rp. 12.960.000
5 Rp. 12.960.000 Rp. 4.960.000 Rp. 8.000.000
Depresiasi saldo menurun ganda lebih tinggi pada tahun-tahun awal, kemudian menurun seiring waktu.
Meskipun total depresiasi tahun kelima seharusnya Rp. 5.184.000, hanya Rp. 4.960.000 yang dapat disusutkan sebelum mencapai nilai sisa aset, yaitu Rp. 8.000.000.
Contoh Berdasarkan Unit Produksi :
PT. Maju Jaya kembali membeli mesin produksi sebesar Rp 100.000.000, dengan nilai sisa sebesar Rp 50.000.000.
Menurut keputusan manajemen, mesin ini mampu menghasilkan produk hingga 50.000 selama umur penggunaan.
Bagaimana cara membuat jurnal penyusutan aktiva tetap dengan metode satuan jam kerja?
Jika tahun pertama perusahaan telah memproduksi sebanyak 10.000 unit, maka perhitungan akumulasi penyusutannya:
Berdasarperhitungan tersebut memiliki akumulasi beban penyusutan sebesar Rp1.200, dengan tahun produksi pertama sebesar 15.000 unit. Sehingga perhitungannya yaitu:
Sedangkan cara membuat jurnal penyusutan peralatan atau aktiva tetap per bulan adalah (dibagi 12):
PT. Maju Jaya membeli peralatan berupa mesin packaging pada tanggal 1 Maret 2022 senilai Rp 75.000.000 dengan nilai residu Rp 50.000.000 maksimal sisa
waktu yang dimiliki yaitu 50.000 jam.
Jika tahun pertama perlatan tersebut digunakan selama 10.000 jam, maka perhitungan biaya akumulasi penyusutannya yaitu:
Di bawah ini adalah contoh jurnal depresiasi tahunan peralatan perusahaan tersebut:
Sistem penghentian aktiva tetap adalah gabungan beberapa unsur yang saling berkaitan yang bekerjasama untuk menghentikan kekayaan berwujud perusahaan yang sudah tidak terpakai lagi dari kegiatan
operasinya.
Sebuah peralatan yang dibeli dengan harga Rp 5.000.000 telah disusutkan sepenuhnya pada akhir periode. Pada awal Februari mesin tersebut dibuang. Jurnal untuk mencatat pembuangan aktiva tetap ini
adalah:
Peralatan Rp.5.000.000
Sebuah peralatan yang dibeli dengan harga Rp.3.000.000,- disusutkan dengan tarif tahunan garis lurus 10%. Setelah ayat jurnal penyesuaian akhir Desember 2019, saldo akumulasi penyusutan peralatan
sebesar Rp.2.000.000 sehingga masih ada nilai buku sebesar Rp.1.000.000. Kemudian pada awal Maret 2020 peralatan tersebut dibuang/dihapuskan. Jurnal untuk kasus ini adalah:
Sebelum perusahaan menghapuskan peralatan, perusahaan terlebih dahulu menjurnal beban penyusutan dari awal tahun sd tanggal penghapusan diawal Maret dengan rumus:
(harga beli x tarif garis lurus 10%) x (jumlah bulan dari awal tahun sd tanggal penghapusan dibagi 12)
= (3.000.000 x 10% x 3 / 12) = 75.000
Beban penyusutan = Rp.75.000
Jurnal penghapusan
Sebuah peralatan yang dibeli dengan harga Rp.3.000.000 disusutkan dengan metode garis lurus sebesar 10% setiap tahunnya.
Peralatan tersebut dijual secara tunai pada akhir tahun keempat pemakaiannya. Saldo akumulasi penyusutan pada saat penjualan
terjadi adalah Rp.2.400.000,-. Nilai buku peralatan tersebut adalah Rp 600.000. Jurnal pada kasus ini bisa dibuat menjadi 3 kondisi
tergantung pada nilai jualnya, yaitu:
1. Jurnal jika peralatan dijual seharga nilai buku yaitu Rp.600.000 (impas)
2. Jurnal jika peralatan dijual seharga dibawah nilai buku yaitu Rp.400.000 (rugi)
3. Jurnal jika peralatan dijual seharga diatas nilai buku, misal Rp.800.000 (untung)
Perusahaan menukar mesin lama yang dimiliki dengan mesin yang baru. Mesin lama diperoleh dengan
harga Rp.50.000.000, akumulasi penyusutan dari mesin lama tersebut Rp.25.000.000. Sedangkan untuk
harga mesin yang baru didapat dengan harga Rp.55.000.000, sehingga kas yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk mesin baru sebesar Rp.32.000.000
Dalam kasus diatas perusahaan mengalami kerugian atas pertukaran sebesar Rp.2.000.000, maka jurnal
yang dicatat adalah: