Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun.

Karakteristik Aktiva Tetap

1. Usia manfaatnya lebih dari 1 tahun


2. Digunakan dalam kegiatan perusahaan
3. Dimiliki untuk tidak dijual kembali dalam kegiatan normal
perusahaan

Unsur-unsur Aktiva Tetap

4. Memiliki fisik (berwujud nyata)


5. Tidak diperjual-belikan.
6. Memiliki nilai yang material/nilainya besar.
7. Memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun buku serta nilai
manfaat ekonomisnya dapat diukur secara perhitungan.
Perolehan Aktiva Tetap
Pembelian Tunai
Aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam pembukuan dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Jumlah
uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aset termasuk harga yang tercantum di faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aset tetap
tersebut siap dipakai. Apabila dalam pembelian aset ada potongan tunai, maka potongan tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap
harga faktur, tidak memandang apakah potongan itu didapat atau tidak. Dan apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam
aktiva tetap maka harga perolehan harus dialokasikan pada masing-masing. Misalnya dalam pembelian gedung beserta tanahnya maka harga
perolehan dialokasikan untuk gedung dan tanah. Dasar alokasi yang digunakan sedapat mungkin dilakukan dengan harga pasar relatif masing-
masing aktiva, yaitu dalam hal pembelian tanah dan gedung, maka dicari harga pasar tanah dan harga pasar gedung, masing-masing harga
pasar ini dibandingkan dan menjadi dasar alokasi harga perolehan.

Contoh Pembelian Tunai

PT Sukses membeli mesin pabrik sebesar Rp60.000.000, biaya pemasangan mesin senilai Rp3.500.000. Sementara biaya asuransi mesin sebesar
Rp1.600.000, maka perhitungannya:

Penjelasan:

Harga beli mesin = Rp60.000.000

Biaya Pemasangan = Rp3.500.000

Premi Asuransi = Rp1.600.000

Harga Perolehan = Rp65.100.000

Pencatatan Transaksi Jurnal Aset Tetap:

Mesin Pabrik Rp65.100.000

Kas Rp65.100.000
PT Maju Mapan membeli sebuah aset tetap berupa mobil Toyota dengan harga perolehan sebesar Rp
120.000.000 dibayar dalam 24 kali angsuran pada tanggal 15 Mei 2018. Angsuran tiap bulan Rp
5.000.000 dengan bunga 12% per tahun dibayarkan setiap tanggal 15.

Maka perhitungan untuk angsuran pertama:

Angsuran bulanan Rp5.000.000

Bunga 1 : 12 x 12% x Rp 120.000.000 Rp1.200.000

Jumlah pembayaran angsuran pertama Rp6.200.000

Sedangkan perhitungan untuk angsuran kedua:

Angsuran bulanan Rp5.000.000

Bunga 1 : 12 x 12% x [Rp 120.000.000 – Rp 5.000.000] Rp1.150.000

Jumlah pembayaran angsuran kedua Rp6.150.000

Atas transaksi di atas maka pencatatan jurnalnya adalah sebagai berikut:


1.Saat pembelian aset tetap

Tgl Akun Debit Kredit

15/08 Mobil Toyota Rp 120.000.000

Hutang Angsuran Rp 120.000.000

2.Saat pembayaran angsuran pertama

Tgl Akun Debit Kredit

15/09 Hutang Angsuran Rp 5.000.000

Beban Bunga Rp 1.200.000

Kas dan Bank Rp 6.200.000

3.Saat pembayaran angsuran kedua

Tgl Akun Debit Kredit

15/09 Hutang Angsuran Rp 5.000.000

Beban Bunga Rp 1.150.000

Kas dan Bank Rp 6.150.000


Pengeluaran Aktiva Tetap
1. Pengeluaran untuk pemeliharaan (maintanance)

Pengeluaran ini bertujuan untuk mempertahankan aktiva tetap pada kondisi tetap baik.
Pengeluaran dicatat debit akun pemeliharaan.

2. Pengeluaran untuk reparasi (repair)

Pengeluaran ini bertujuan untuk mengembalikan aktiva tetap pada kondisi semula.
Pengeluaran ini dicatat di debit akun beban reparasi.

3. Pengeluaran untuk mengganti komponen yang rusak (replacement)

Pengeluaran ini bertujuan untuk mengganti sebagian / seluruh komponen aktiva tetap yang
rusak berat. Pengeluaran ini biasanya mengakibatkan penambahan terhadap usia penggunaan
aktiva tetap yang bersangkutan.
Pengeluaran ini dicatat debit akun aktiva tetap yang bersangkutan/debit pada akun akuntansi
yang penyusutannya berhubungan langsung dengan aktiva tersebut.

4. Pengeluaran untuk perbaikan (betterment)

Pengeluaran ini bertujuan untuk meningkatkan aktiva tetap peada kondisi yang lebih baik.
Pengeluaran ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas/untuk memperpanjang usia
penggunaan aktiva tetap. Pengeluaran ini dicatat dalam debt akun aktiva yang bersangkutan.

5. Pengeluaran untuk penambahan (addition)

Pengeluaran ini bertujuan untuk perluasan/peningkatan fasilitas yang sudah ada, misalnya
untuk menambah bangunan sayap dan sebuah pabrik, perluasan tempat parkir, dsb.
Pengeluaran ini dicatat debet akun aktiva yang bersangkutan.
Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap

Dalam proses operasionalnya, perusahaan mengenal dua jenis aktiva, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar/tetap. Aktiva lancar adalah aktiva dengan
likuidasi mudah, seperti uang kas dan piutang jangka pendek. Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang likuidasinya sulit dan biasanya digunakan bertahun-
tahun, seperti bangunan, mesin, dan kendaraan.
Aktiva-aktiva tetap seperti di atas akan mengalami penurunan kualitas, entah karena usia atau terlalu sering dipakai. Kondisi inilah yang disebut dengan
penyusutan aktiva tetap. Di dunia akuntansi, penyusutan aktiva tetap wajib dihitung untuk memastikan nilai riil aset perusahaan.

Contoh Berdasarkan Garis Lurus :


PT. Maju Jaya memiliki aktiva tetap berupa truk untuk kegiatan operasional yang di beli pada tanggal 1 Januari 2022.

Truk tersebut dibeli dengan harga Rp 200.000.000 dengan perkiraan masa pakai selama 5 tahun dan nilai sisa atau residu sebesar Rp 150.000.000.

Hitunglah akumulasi biaya dan membuat jurnal penyusutan atau depresiasi dengan metode garis lurus?

Beban Penyusutan = (Rp 200.000.000 – Rp 150.000.000)


5 tahun
Beban Penyusutan = Rp 10.000.000

Jurnal penyusutan tahunan berdasarkan contoh soal di atas adalah:

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31/12/2022 Beban penyusutan kendaraan Rp 10.000.000
Akumulasi penyusutan kendaraan Rp 10.000.000

Sedangkan untuk membuat jurnal penyusutan bulanan, perhitungan akumulasi yang bisa Anda lakukan adalah dengan membagi biaya depresiasi Rp 10.000.000 dengan 12 bulan.

Jurnal penyusutan bulanan adalah:

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31/12/2022 Beban penyusutan kendaraan Rp 833.333
Akumulasi penyusutan kendaraan Rp 833.333
Contoh Berdasarkan Saldo Menurun Ganda :
Anda membeli sebuah mesin untuk pabrik Anda seharga Rp. 100.000.000 dengan nilai sisa Rp. 8.000.000, dan masa manfaat lima tahun. Untuk mendapatkan tingkat depresiasi Anda, Anda
akan menggunakan rumus depresiasi berikut:

1/5 x 100 = 20%

Itu berarti tingkat depresiasi garis lurus Anda adalah 20%. Mengetahui tingkat depresiasi garis lurus penting karena Anda harus menggandakannya untuk menghitung depresiasi menurun
ganda:

2 x 20% = 40%

Ini berarti bahwa tingkat depresiasi Anda untuk depresiasi menurun ganda adalah 40%, membuat depresiasi tahun pertama Anda menjadi Rp. 40.000.000 Anda akan mendepresiasi aset
hingga nilai buku mencapai Rp. 8.000.000.

Di bawah ini adalah tabel depresiasi menggunakan depresiasi garis lurus. Ingat, dalam depresiasi garis lurus, nilai sisa dikurangi dari biaya awal. Jika tidak ada nilai sisa, nilai saldo awal buku
adalah Rp. 100.000.000, dengan $20.000 disusutkan setiap tahun.

Tahun Nilai Buku Awal Depresiasi Garis LurusNilai Buku Akhir Tahun
1 Rp. 92.000.000 Rp. 18.400.000 Rp. 73.600.000
2 Rp. 73.600.000 Rp. 18.400.000 Rp. 55.200.000
3 Rp. 55.200.000 Rp. 18.400.000 Rp. 36.800.00
4 Rp. 36.800.000 Rp. 18.400.000 Rp. 18.400.000
5 Rp. 18.400.000 Rp. 18.400.000 Rp. 0
Beban penyusutan garis lurus tetap sama setiap tahun.

Bagan berikutnya menampilkan perbedaan antara garis lurus dan penyusutan saldo menurun ganda, dengan dua tahun pertama penyusutan secara signifikan lebih tinggi.

Tahun Nilai Buku Awal Penyusutan Saldo Menurun Berganda Tahunan Nilai Buku Akhir Tahun
1 Rp. 100.000.000 Rp. 40.000.000 Rp. 60.000.000
2 Rp. 60.000.000 Rp. 24.000.000 Rp. 36.000.000
3 Rp. 36.000.000 Rp. 14.400.000 Rp. 21.600.000
4 Rp. 21.600.000 Rp. 8.640.000 Rp. 12.960.000
5 Rp. 12.960.000 Rp. 4.960.000 Rp. 8.000.000
Depresiasi saldo menurun ganda lebih tinggi pada tahun-tahun awal, kemudian menurun seiring waktu.

Meskipun total depresiasi tahun kelima seharusnya Rp. 5.184.000, hanya Rp. 4.960.000 yang dapat disusutkan sebelum mencapai nilai sisa aset, yaitu Rp. 8.000.000.
Contoh Berdasarkan Unit Produksi :

PT. Maju Jaya kembali membeli mesin produksi sebesar Rp 100.000.000, dengan nilai sisa sebesar Rp 50.000.000.

Menurut keputusan manajemen, mesin ini mampu menghasilkan produk hingga 50.000 selama umur penggunaan.

Bagaimana cara membuat jurnal penyusutan aktiva tetap dengan metode satuan jam kerja?

Beban Penyusutan = (Rp 100.000.000 – Rp 50.000.000) / 50.000 unit

Beban Penyusutan = Rp 1.000 per unit

Jika tahun pertama perusahaan telah memproduksi sebanyak 10.000 unit, maka perhitungan akumulasi penyusutannya:

Berdasarperhitungan tersebut memiliki akumulasi beban penyusutan sebesar Rp1.200, dengan tahun produksi pertama sebesar 15.000 unit. Sehingga perhitungannya yaitu:

10.000 unit × Rp 1.000 = Rp 10.000.000

Jurnal penyusutan tahunan berdasarkan metode hasil unit adalah:

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31/12/2022 Beban penyusutan peralatan Rp 10.000.000
Akumulasi penyusutan peralatan Rp 10.000.000

Sedangkan cara membuat jurnal penyusutan peralatan atau aktiva tetap per bulan adalah (dibagi 12):

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31/12/2022 Beban penyusutan peralatan Rp 833.000
Akumulasi penyusutan peralatan Rp 833.000
Contoh Berdasarkan Metode Jam Kerja :

PT. Maju Jaya membeli peralatan berupa mesin packaging pada tanggal 1 Maret 2022 senilai Rp 75.000.000 dengan nilai residu Rp 50.000.000 maksimal sisa
waktu yang dimiliki yaitu 50.000 jam.

Buatlah jurnal depresiasi dengan metode satuan jam kerja?

Biaya Depresiasi = ( Rp 75.000.000 – Rp 50.000.000) / 50.000 jam

Biaya Depresiasi = Rp 500 per jam

Jika tahun pertama perlatan tersebut digunakan selama 10.000 jam, maka perhitungan biaya akumulasi penyusutannya yaitu:

10.000 jam × Rp 500 = Rp 5.000.000

Di bawah ini adalah contoh jurnal depresiasi tahunan peralatan perusahaan tersebut:

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31/12/2022 Beban penyusutan peralatan Rp 5.000.000
Akumulasi penyusutan peralatan Rp 5.000.000

Sedangkan jurnal depresiasi bulanannya adalah (dibagi 12 bulan):

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31/12/2022 Beban penyusutan peralatan Rp 416.000
Akumulasi penyusutan peralatan Rp 416.000
Penghentian Aktiva Tetap

Sistem penghentian aktiva tetap adalah gabungan beberapa unsur yang saling berkaitan yang bekerjasama untuk menghentikan kekayaan berwujud perusahaan yang sudah tidak terpakai lagi dari kegiatan
operasinya.

Contoh Dengan Cara di Buang :

Sebuah peralatan yang dibeli dengan harga Rp 5.000.000 telah disusutkan sepenuhnya pada akhir periode. Pada awal Februari mesin tersebut dibuang. Jurnal untuk mencatat pembuangan aktiva tetap ini
adalah:

Nama Perkiraan Debet Kredit

Akumulasi penyusutan – Peralatan Rp.5.000.000

Peralatan Rp.5.000.000

Dibuang (belum sepenuhnya disusutkan)

Sebuah peralatan yang dibeli dengan harga Rp.3.000.000,- disusutkan dengan tarif tahunan garis lurus 10%. Setelah ayat jurnal penyesuaian akhir Desember 2019, saldo akumulasi penyusutan peralatan
sebesar Rp.2.000.000 sehingga masih ada nilai buku sebesar Rp.1.000.000. Kemudian pada awal Maret 2020 peralatan tersebut dibuang/dihapuskan. Jurnal untuk kasus ini adalah:

Sebelum perusahaan menghapuskan peralatan, perusahaan terlebih dahulu menjurnal beban penyusutan dari awal tahun sd tanggal penghapusan diawal Maret dengan rumus:

(harga beli x tarif garis lurus 10%) x (jumlah bulan dari awal tahun sd tanggal penghapusan dibagi 12)
= (3.000.000 x 10% x 3 / 12) = 75.000
Beban penyusutan = Rp.75.000

Nama Perkiraan Debet Kredit


Beban penyusutan – Peralatan 75.000
Akumulasi penyusutan – Peralatan 75.000

Jurnal penghapusan

Nama Perkiraan Debet Kredit


Akumulasi penyusutan – Peralatan 2.075.000
Kerugian atas pelepasan aktiva tetap 925.000
Peralatan 3.000.000
Contoh Dengan Cara Di Jual :

Sebuah peralatan yang dibeli dengan harga Rp.3.000.000 disusutkan dengan metode garis lurus sebesar 10% setiap tahunnya.
Peralatan tersebut dijual secara tunai pada akhir tahun keempat pemakaiannya. Saldo akumulasi penyusutan pada saat penjualan
terjadi adalah Rp.2.400.000,-. Nilai buku peralatan tersebut adalah Rp 600.000. Jurnal pada kasus ini bisa dibuat menjadi 3 kondisi
tergantung pada nilai jualnya, yaitu:

1. Jurnal jika peralatan dijual seharga nilai buku yaitu Rp.600.000 (impas)

Nama Perkiraan Debet Kredit


Kas 600.000
Akumulasi penyusutan – Peralatan 2.400.000
Peralatan 3.000.000

2. Jurnal jika peralatan dijual seharga dibawah nilai buku yaitu Rp.400.000 (rugi)

Nama Perkiraan Debet Kredit


Kas 400.000
Akumulasi penyusutan – Peralatan 2.400.000
Kerugian atas penjualan aktiva 200.000
Peralatan 3.000.000

3. Jurnal jika peralatan dijual seharga diatas nilai buku, misal Rp.800.000 (untung)

Nama Perkiraan Debet Kredit


Kas 800.000
Akumulasi penyusutan – Peralatan 2.400.000
Peralatan 3.000.000
Keuntungan atas penjualan aktiva 200.000
Contoh Dengan Cara Di Tukar :

Perusahaan menukar mesin lama yang dimiliki dengan mesin yang baru. Mesin lama diperoleh dengan
harga Rp.50.000.000, akumulasi penyusutan dari mesin lama tersebut Rp.25.000.000. Sedangkan untuk
harga mesin yang baru didapat dengan harga Rp.55.000.000, sehingga kas yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk mesin baru sebesar Rp.32.000.000

Dalam kasus diatas perusahaan mengalami kerugian atas pertukaran sebesar Rp.2.000.000, maka jurnal
yang dicatat adalah:

Nama Perkiraan Debet Kredit


Mesin baru 55.000.000
Akumulasi penyusutan – Peralatan 25.000.000
Kerugian atas pertukaran mesin 2.000.000
Mesin lama 50.000.000
Kas 32.500.000

Anda mungkin juga menyukai