Investasi
Pay back periode (dalam tahun) =
Laba tunai rata-rata pertahun
Contoh 1 :
Tuan A mempunyai rencana akan menginvestasikan uangnya
dalam usaha transportasi. Merurut rencana dia akan membeli
sebuah mobil penumpang dengan harga Rp. 72.000.000 (sudah
termasuk bea balik nama). Untuk memperkirakan dalam jangka
waktu berapa tahun investasi tersebut akan kembali, Tuan A
memperkirakan pendapatan differensial dan biaya differensial
tunai per bulan dari usahanya sebagai berikut :
Taksiran pendapatan differensial Rp. 5.000.000
Taksiran biaya differensial tunai
(berupa biaya keluar dari saku) Rp. 3.800.000
Laba tunai perbulan Rp. 1.200.000
Dua rumus perhitungan pay back period tersebut di atas digunakan jika
laba tunai atau penghematan tunai setiap periode sama.
Contoh 2 :
Suatu rencana investasi membutuhkan investasi mula-mula (aktiva
differensial) sebesar Rp. 30.000.000. Diperkirakan laba tunai setelah
pajak (pendapatan differensial – biaya differensial tunai) setiap tahun
selama 5 (lima) tahun berturut-turut sebagai berikut : Rp. 8.800.000,
Rp. 7.200.000, Rp. 8.400.000, Rp. 8.800.000 dan Rp. 6.800.000, maka
perhitungan pay back period sebagai berikut :
Arus Kas
Pay back period
Investasi (dalam tahun)
Tahun Jumlah yang ditutup yang diperlukan
1 Rp. 8.800.000 Rp. 8.800.000 1,0
2 Rp. 7.200.000 Rp. 7.200.000 1,0
3 Rp. 8.400.000 Rp. 8.400.000 1,0
4 Rp. 8.800.000 Rp. 5.600.000* 0,6**
5 Rp. 6.800.000 Rp. - -
Investasi Rp. 30.000.000
Pay back period dalam tahun 3,6
Contoh 3
Dalam tahun 20xx perusahaan akan mengganti sebuah truk yang dimilikinya
sekarang dengan truk baru. Penggantian ini akan dilakukan berdasarkan
pertimbangan penghematan biaya dengan pemakaian truk baru tersebut. Jika dalam
1 (satu) tahun diperkirakan jarak yang ditempuh sebuah truk sebanyak 180.000 km,
maka taksiran biaya differensial berupa penghematan biaya dgn pemakaian truk
baru dibanding truk lama sebagai berikut :