Anda di halaman 1dari 7

Keputusan Investasi

1. Pengertian keputusan investasi.


Menurut Sunariyah, Pengertian investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih
aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang. Menurut Sharpe et all (1993), merumuskan
investasi dengan pengertian berikut: mengorbankan aset yang dimiliki sekarang guna mendapatkan aset pada masa mendatang yang tentu saja dengan jumlah yang lebih besar. Menurut
Jones (2004) mendefinisikan investasi sebagai komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu
atau lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang.
Maka, keputusan investasi adalah suatu kebijakan atau keputusan yang diambil untuk
menanamkan modal pada satu atau lebih aset untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan
datang.
Jika pemodal menginvestasikan dananya pada suatu proyek (rencana investasi dan bukan di
pasar modal maka dana tersebut akan digunakan untuk investasi real assets, dimana perusahaan
akan membayarkan deviden kepada pemegang saham atas investasi tersebut. Namun bila
pemodal memiliki pilihan investasi di tempat lain (pada financial assets) dan tidak harus pada
proyek atau rencana investasi tersebut, maka dana tersebut akan dapat diberikan kepada para
pemodal yang dapat mereka gunakan untuk investasi pada financial assets.
Kas

Investasi
Real assets

Perusaha
an

investa
si

Pemegan
g saham

Membayar
dividen kepada
pemegang
saham

Investasi
financial
assets
Pemegang
saham
menginvest
asikan
sendiri

Pengaturan investasi modal yang efektif perlu memperhatikan faktor-faktor berikut ini.
1.
2.
3.
4.
5.

Adanya usul-usul investasi


Estimasi arus kas dari usul-usul investasi tersebut
Evaluasi arus kas tersebut
Memilih proyek-proyek yang sesuai dengan kriteria tertentu, dan
Monitoring dan penilaian terus menerus terhadap proyek investasi setelah investasi
dilaksanakan.

2. Penilaian kelayakan investasi dari sisi Ekonomi


Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan investasi adalah menaksir arus kas
dari sebuah rencana investasi; menentukan tingkat keuntungan yang layak dengan
memperhatikan resikonya; menggunakan tingkat bunga dari keuntungan untuk menghitung
present value dari taksiran rencana arus kas rencana investasi tersebut; menghitung Net Present
Value (NVP), yaitu selisih antara present value arus kas tersebut dengan nilai investasinya.
Dalam pengambilan keputusan investasi, opportunity cost memegang peranan yang penting.
Opportunity cost merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai
akibat dipilihnya alternatif tertentu. Misalnya dalam penggantian mesin lama dengan mesin
baru, harga jual mesin lama harus diperhitungkan dalam mempertimbangkan investasi pada
mesin baru. Karenanya kita perlu menaksir arus kas yang relevan, perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
1. Taksirlah arus kas dasar setelah pajak. Perhatikan bahwa yang dinikmati oleh pemilik
perusahaan adalah kas masuk bersih setelah pajak.
2. Taksirlah arus kas atas dasar incremental atau selisih. Rencana peluncuran produk baru
mungkin akan mengakibatkan pengurangan penjualan produk lama (kanibalisme), lebihlebih kalau produk-produk tersebut ternyata mempunyai pasar yang sama. Dengan
demikian perlu diperhatikan pengurangan kas masuk dari produk lama akibat peluncuran
produk baru.
3. Taksirlah arus kas yang timbul karena keputusan investasi. Arus kas karena pendanaan,
seperti membayar bunga pinjaman, mengangsur pokok pinjaman, dan pembayaran
deviden,tidak perlu diperhatikan. Perhatikan yang kita analisis adalah profitabilitas
investasi.
4. Jangan memasukan sunk cost (biaya yang telah terjadi sehingga tidak akan berubah
kerena keputusan yang akan kita ambil). Apa yang telah terjadi tidak mungkin berubah,
karena keputusan kitalah yang relevan dalam analisis.

2.1. Metode-metode Penilaian Profitabilitas Investasi


Suatu investasi dikatakan menguntungkan (profitabel) kalau investasi tersebut bisa membuat
pemodal menjadi lebih kaya. Dengan kata lain, kemakmuran investor menjadi lebih besar
setelah investasi. Pengertian ini konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.

a. Net Present Value


Misalkan kita saat ini membeli sebidang tanah dengan harga Rp. 50 juta. Dan kita akan
menerima Rp. 60 juta satu tahun yang akan datang, berapa nilai sekarang (present value)
penerimaan tersebut? Kalau kita pertimbangkan bahwa tingkat bunga yang relevan adalah 15%,
maka present value (selanjutnya disingkat PV) adalah:

PV=

60
(1+0,15)

= Rp. 52,17 juta

Dengan demikian selisih antara PV penerimaan dengan PV pengeluaran (disebut sebagai


Net Present Value, atau disingkat NPV), adalah
NPV= Rp. 52,17-Rp. 50,00 = Rp. 2,17 juta
NPV yang positif yang menunjukan bahwa PV penerima > PV pengeluaran karena itu NPV
yang positif berarti investasi yang diharapkan akan meningkatkan kekayaan pemodal. Kerena
investasi tersebut dinilai menguntungkan.
Dengan demikian perhitungan NPV memerlukan dua kegiatan penting yaitu menaksir arus
kas dan menentukan tingkat bunga yang dipandang relevan. Berikut ini contoh untuk investasi
yang mempunyai usia ekonomis lebih dari satu tahun.
Misalkan suatu perusahaan transportasi akan membuka divisi baru yaitu divisi taksi. Divisi
tersebut akan dimulai dengan 50 buah taksi, dan karena akan dipergunakan untuk usaha taksi,
mobil-mobil tersebut bisa dibeli dengan harga Rp.30 juta/Unit. Ditaksir usia ekonomis selama 4
tahun, dengan nilai sisa sebesar Rp.4 juta. Maka akan dipergunakan metode penyusutan garis
lurus (artinya, beban penyusutan pertahunnya sama). Taksi tersebut akan dioperasikan selama
300 hari dalam satu tahun, setiap hari pengemudi dikenakan setoran Rp. 50.000. berbagai biaya
yang bersifat tunai (seperti penggantian ban, kopling, rem, penggantian oli, biaya
perpanjangan STNK dan sebagainya) ditaksir sebesar Rp. 3 juta. Berapa NPV usaha taksi
tersebut jika perusahaan sudah terkena tarif pajak penghasilan sebesar 35%?
Taksiran rugi laba per tahun dari divisi taksi (50 unit)

Penghasilan = 300 x 50 x Rp.50.000

Rp.750,00 juta

Biaya-biaya
Yang bersifat tunai = 50 x Rp.3 juta

Rp.150,00 juta

Penyusutan

Rp.325,00 juta

= 50 x Rp.6,5 juta

Total

(Rp.475,00 juta)

Laba operasi

Rp.275,00 juta
(Rp. 96,25 juta)

Pajak (35%)

Rp.178,75 juta
Laba setelah pajak
Penyusutan per tahun dihitung dengan cara sebagai berikut.
Penyusutan per tahun =
Dengan demikian,

Harga perolehanNilai sisa


Usia Ekonomis

Penyusutan per tahun =

Rp .1.500 jutaRp .200 juta


4

= Rp.325 juta

Kas masuk bersih = Laba setelah pajak + penyusutan per tahun


= Rp.178,75 + Rp.325 juta = Rp.503,75 juta.

Tabel arus kas rencana investasi divisi taksi (50 unit)


Tahun ke

Kas keluar

Tahun ke 0

-Rp.1.500 juta

Kas masuk

Tahun ke 1

+Rp.503,75 juta

Tahun ke 2

+Rp.503,75 juta

Tahun ke 3

+Rp.503,75 juta

Tahun ke 4

+Rp.503,75 juta
+Rp.200,00 juta

Misalkan tingkat bunga yang relevan adalah 16% per tahun, maka perhitungan NPVnya
bisa dinyatakan sebagai berikut.
4

503,75

NPV = -1.500 + [ i=1 (1+0,16)t ] +

200
(1+0,16)4

NPV = -1.500 + 1.409,58 + 110,45


= -1.500 + 1.520,03
= +Rp.20,03 juta.
Karena investasi tersebut memberikan NPV yang positif, maka investasi tersebut diterima.
b. Average rate of return
Metode ini menggunakan angka keuntungan menurut akuntansi, dan dibandingkan dengan
rata-rata nilai investasi. Nilai investasi pada setiap akhir tahunnya berkurang sebesar
penyusutan. Maka nilai rata-rata investasi adalah penjumlahan investasi awal plus investasi
akhir tahun lalu dibagi dua.
Average rate of return =

rataratalaba setelah pajak


rataratainvestasi

x 100%

Sebagai contoh soal investasi taksi seperti diatas. maka,


Tahun

Investasi

Investasi

Rata-rata

Laba setelah

Rate of

awal

akhir

investasi

pajak

return

Rp.1.500

Rp.1.175

Rp.1.337,5

Rp.503,75

37,66%

Rp.1.175

Rp. 850

Rp.1.012,5

Rp.503,75

49,75%

Rp. 850

Rp. 525

Rp. 687,5

Rp.503,75

73,27%

Rp. 525

Rp. 200

Rp. 362,5

Rp.503,75

138,96%

Jumlah

Rp.3.400,0

Rp.2.015

299,64%

Rata-rata

Rp. 850,0

Rp.503,75

59,26%

Average rate of return =

503,75
850

x 100%

= 59,26%
Metode ini memiliki beberapa kelemahan, seperti bagaimana menentukan tingkat
keuntungan (rate of return) yang dianggap layak. Dan metode ini juga mengabaikan nilai watu
uang.
c. Payback period
Metode ini menghittung berapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali. Karena itu
hasil penghitungannya dinyatakan dalam satuan waktu (yaitu tahun atau bulan). Sebagai contoh
investasi taksi seperti diatas.
Selama dua tahun dana sudah kembali sebesar,
2 x Rp.503,75 juta = Rp.1.007,5 juta.
Dengan demikian sisanya tinggal,
Rp.1.500 1.007,5 = Rp.492,5 juta.
Karena pada tahun ketiga diproyeksikan investasi tersebut akan kembali menghasilkan
keuntungan Rp.503,75 juja, maka kekurangan sebesar Rp.492,5 juta akan kembali dalam
waktu,
492,5
503,75

x 12 bulan = 11,73 bulan

Dengan demikian periode paybacknya = 2 tahun 11,73 bulan. Semakin pendek periode
payback, semakin menarik investasi tersebut.
Kelemahan mettode payback adalah tidak memperhatikan nilai waktu uang, dan
mengabaikan arus kas setelah periode payback.
d. Internal rate of return
IRR menunjukkan tingkat bunga yang menyamakan PV pengeluaran dengan PV penerimaan.
PV pengeluaran = PV penerimaan

503,75

1.500 = [ i=1 (1+i)t ] +

200
4
(1+i)

Dengan trial anda error dan interpelasi, kita akan dapatkan

Selisih

PV kas masuk

16%

1.520,03

17%

1.487,63

1%

32,40

Yang kita inginkan adalah agar sisi kanan persamaan = RP.1.500. kalau kita selisihkan
dengan i = 16% dengan PV = Rp.1.520,03, maka perbedaan Rp.20,03 adalah ekuivalen dengan,
20,03
32,40

x 1% = 0,62%

Karena itu i = 16% + 0,62% = 16,62%


Jika investasi memberikan IRR tingkat bunga yang dipandang layak, maka investasi
tersebut dipandang menguntungkan.
e. Profitability index
Profitabillity index menunjukkan perbandingan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar.
Dinyatakan dalam rumus,
Profitabiity index =

PV kas masuk
PV kas keluar

Untuk contoh investasi yang sama seperti diatas, maka proitability index dapt dihitung sebagai
berikut.
PI =

1.520,03
1.500

= 1,013

Investasi dipandang menguntungkan jika PI 1,0.


3. Penilaian kelayakan investasi dari sisi non-ekonomi.
Sebuah keputusan investasi dipengaruhi juga oleh keadaan non-ekonomi, yang erat kaitannya
dengan keadaan lingkungan dimana investasi tersebut akan ditanamkan. Dalam hal ini, sebuah
investasi pasti mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan diluar perhitungan arus kas,
seperti keadaan lingkungan alam, keamanan, sistem birokrasi, dsb. Adapun beberapa faktor nonekonomi yang mempengaruhi keputusan investasi adalah:
3.1. Sosial dan budaya
Sebagai contoh adanya pertimbangan investasi pada peternakan babi. Tentu akan sulit jika
investasi tersebut ditanamkan di daerah Banten atau Bandung, yang mayoritas penduduknya

beragama Islam dan diharamkan mengkonsumsi babi. Kecuali jika investasi tersebut
berorientasi ekspor, dimana pasar lokal diabaikan. Atau ada distorsi pasar, sehingga jual-beli
babi terjadi dalam pasar yang tidak sehat.
3.2. Birokrasi
Sama halnya dengan kegiatan perekonomian yang lain, dalam pengambilan keputusan
investasi, waktu sangatlah penting. Semakin cepat dan akurat penyaluran dana investasi, maka
peluang keuntungan yang didapat akan lebih besar. Sebagai contoh, birokrasi mempengaruhi
proses legalisasi perusahaan atau bisnis baru yang berbadan hukum. Jika legalisasi tersebut
berjalan mudah, maka akan sangat baik jika investasi ditanamkan. Namun jika legalisasinya
sulit atau runyam, maka lebih baik ditinggalkan, karena opportunity cost yang dikeluarkan akan
sangat besar.
Dalam prakteknya di Indonesia, birokrasi seringkali berbelit-belit, dan sangat dipengaruhi
oleh tingkat korupsi yang tinggi. Pada akhirnya good governance tidak terwujud dan kegiatan
investasi menjadi tersumbat.
3.3. Infrastruktur dasar
Ketersediaan infrastruktur dasar seperti listrik, prasarana transportasi, dan telekomunikasi,
juga mempengaruhi sebuah keputusan investasi. Karena infrastruktur dasar tersebut sangat
penting peranannya dalam kegiatan ekonomi.
3.4. Regulasi dan politik
Regulasi atau kebijakan pemerintah sangat mempengaruhi sebuah keputusan investasi,
karena seorang investor membutuhkan peraturan yang jelas dan perlindungan hukum.
Ketidakpastian regulasi akan mengurangi tingkat kepercayaan seorang investor. Dalam kasus
Indonesia, regulasi sangat erat kaitannya dengan panggung politik dan kekuasaan. Ketika
suasana politik tidak stabil atau terjadi perpindahan kekuasaan, maka regulasi pun akan ikut
terpengaruh.
Kaitannya dengan faktor-faktor diatas, menurut WEF (2005), cukup banyak faktor
penghambat investasi di berbagai negara, yaitu sebagai berikut (diurutkan dari yang paling
buruk): (1) Birokrasi yang tidak efisien; (2) infrastruktur yang buruk; (3) Regulasi perpajakan
yang kurang kondusif; (4) Korupsi pejabat; (5) Kualitas SDM yang buruk; (6) Kebijakan yang
tidak stabil; (7) Regulasi ketenagakerjaan yang restriktif; (8) tarif pajak yang terlalu tinggi;
(9)Akses ke pasar keuangan yang rendaah; (10) Regulasi valuta asing yang kurang mendukung;
(11) Kriminalitas; (12) Pemerintah yaangg tidak stabil; (13) etika kerja yang buruk dari para
pekerja; dan (14) Inflasi yanng terlalu tinggi.
4. Kesimpulan
Dalam pengambilan keputusan investasi, harus memperhatikan aliran kas dan
mempertimbangan juga pengaruh non-ekonomi. Setiap proyeksi investasi pasti terkait dengan
resiko.

Anda mungkin juga menyukai