Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya, sehingga kami selaku kelompok penyusun dapat menyelesaikan makalah “Akuntansi
Biaya” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas “Akuntansi Biaya”, Dalam makalah ini kami
banyak mendapat bantuan dari berbagai referensi buku dan website, selain itu makalah ini berisikan
tentang Meode Harga Pokok Proses yang merupakan metode pengumpulan biaya produksi melalui
departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan produk atau massa..
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kelemahan dan kekurangan, maka
saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
acuan pembuatan makalah yang sama dikemudian hari.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................. ...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Metode harga pokok proses yang merupakan metode pengumpulan biaya produksi untuk
menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar
pesanan. Pemahaman terhadap konsep biaya memerlukan analisis yang hati-hati terhadap karekteristik
dari transaksi yang berkaitan dengan biaya. Ada elemen laporan lain yang sifatnya hampir sama dengan
biaya namun sebaiknya tidak dimasukkan sebagai komponen biaya. Harga pokok pesanan dapat dipahami
dengan mengenali batasan atau pengertian yang berkaitan dengan biaya.
Dengan pemahaman seperti ini, transaksi yang berkaitan dengan hpp dapat dengan mudah
diidentifikasi sehingga dapat disajikan dengan benar dalam laporan keuangan. Dalam makalah ini akan
membahas tentang biaya yang merupakan dasar pencatatan nilai dalam akuntansi pada tahap
pembebanan.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui karakteristik dan tujuan metode harga pokok proses.
2. Untuk mengetahui metode harga pokok proses.
3. Untuk mengetahui penggolongan biaya produksi pada metode harga pokok proses.
4. Untuk mengetahui arus produk.
5. Untuk mengetahui prosedur akuntansi untuk biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik.
6. Untuk mengetahui pengaruh dari otomatisasi.
7. Untuk mengetahui laporan biaya produksi pada metode harga pokok proses.
8. Untuk mengetahui penambahan bahan pada departemen berikutnya.
9. Untuk mengetahui penyelesaian dari contoh soal metode harga pokok proses.
BAB I
Metode harga pokok proses (processing cost) adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui
departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan produk atau massa. Contoh perusahaan yang menggunakan metode harga pokok
proses adalah:
Memproduksi barang : pabrik tekstil, penyulingan minyak, pabrik baja, pabrik semen, pabrik
gula, pharmasi, radio, mesin cuci, TV, Kalkulator, mesin tik, dan sebagainya.
Memproduksi jasa : tenaga listrik (PLN), gas kota, pemanasan (di negara dingin), angkutan,
dan sebagainya.
Metode harga pokok proses- tanpa memperhitungkan persediaan produk dalam proses awal.
Variasi contoh penggunaan metode harga pokok proses yang diuraikan dalam bab ini mencakup:
a) Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produksinya diolah
hanya melalui satu departemen produksi :
Pengolahan produk melalui satu tahap (departemen), semua biaya dibebankan
berdasarkan biaya sesungguhnya.
Pengolahan produk melalui satu tahap (departemen), biaya overhead pabrik (BOP)
dibebankan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
b) Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah
melalui lebih dari satu departemen produksi :
Pengolahan produk melalui beberapa tahap (departemen), produk selesai pada
departemen tertentu langsung dipindah ke departemen berikutnya.
Pengolahan produk melalui beberapa tahap (departemen), produk selesai dari
departemen permulaan dimasukkan ke gudang produk selesai, dimana sebagian akan
diproses didalam departemen lanjutan dan sebagian langsung dijual.
C. Penggolongan Biaya Produksi Pada Metode Harga Pokok Proses
Dalam akuntansi biaya untuk metode harga pokok proses, biaya produksi dapat digolongkan
menjadi :
a) Biaya Bahan
Dalam metode harga pokok proses tidak diadakan pemisahan antara bahan baku dan bahan
penolong, hal ini disebabkan umumnya produk yang dihasilkan bersifat homogen dan bentuknya
standar sehingga setiap satuan produk yang sama akan menikmati bahan yang relatif sama juga.
Semua harga pokok bahan yang diproses atau diolah menjadi prodek selesai atau bagian produk
selesai, baik dapat diidentifikasikan atau tidak dapat diidentifikasikan dengan produk tertentu,
adalah merupakan biaya bahan. Kartu buku besar pembantu persediaan dibuat untuk setiap jenis
bahan, permintaan bahan oleh setiap departemen yang menggunakan bahan digunakan dokumen
Bon Permintaan Bahan dan Pemakaian bahan didalam produksi oleh setiap departemen harus
dibuatkan Laporan Pemakaian Bahan yang akan dipakai dasar menyusun Laporan Harga Pokok
Produksi. Laporan Pemakaian Bahan digunakan pula untuk pengendalian pemakaian bahan oleh
setiap departemen.
Misalnya proses pengolahan produk melalui satu tahap pengolahan, pemakaian bahan dibuat
jurnal sebagai berikut :
jurnal untuk mencatat biaya bahan baku ;
Barang dalam proses – Biaya Bahan Rp, xx
Persediaan Bahan Rp. xx
Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong
Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp. xx
Persediaan bahan penolong Rp. Xx
Apabila produk diproses melalui Deoartemen A dan Departemen B, dimana bahan hanya dipakai
pada Departemen A, jurnal pemakaian bahan sebagai berikut :
Barang dalam proses – Departemen A Rp. xx
Persediaan bahan Rp. xx
Apabila bahan dipakai didepartemen A dan Departemen B, jurnalnya sebagai berikut :
Barang dalam proses – Biaya Bahan – Departemen A Rp. xx
Barang dalam proses – Biaya Bahan – Departemen B Rp. xx
Persediaan bahan Rp. xx
b) Biaya Tenaga Kerja
Dalam metode harga pokok proses tidak dipisahkan atau dibedakan antara biaya tenaga kerja
langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Apabila produk diolah dalam satu tahapan
pengolahan, maka semua biaya tenaga kerja dipabrik digolongkan sebagai elemen biaya tenaga
kerja, dari daftar gaji dan upah untuk produksi dibuat jurnal sebagai berikut :
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp. xx
Biaya gaji dan upah Rp. xx
Apabila produk diolah melalui beberapa tahapan atau departemen, semua biaya tenaga kerja
pada departemen produksi digolongkan sebagai biaya tenaga kerja, sedangkan biaya tenaga kerja
departemen pembantu diperuntukkan sebagai elemen biaya overhead pabrik. Dari daftar gaji dan
upah departemen produksi, misalnya Departemen A dan Departemen B, akan dibuat jrnal sebagai
berikut :
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja – Departemen A Rp. xx
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja – Departemen B Rp. xx
Biaya gaji dan upah Rp. Xx
c) Biaya Overhead Pabrik
Dari uraian penggolongan biaya ba han dan biaya tenaga kerja tersebut diatas dapat ditarik
kesimpulan biaya overhead pabrik. biaya overhead pabrik dalam metode harga pokok proses, yaitu
meliputi semua biaya produksi di departemen produksi selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja
ditambah semua biaya pada departemen pembantu yang ada dipabrik. Apabila perusahaan tidak
memiliki departemen pembantu dipabrik, biaya biaya overhead pabrik meliputi semua elemen
biaya produksi selain biaya bahan dan tenaga kerja. Jurnal yang dibuat untuk mencatat biaya
overhead pabrik sebagai berikut :
Produk diolah melalui satu tahapan produksi
Untuk perusahaan yang telah menggunakan tarif biaya overhead pabrik, biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya dibuat jurnal :
Biaya overhead pabrik Rp. xx
Kas Rp. xx
Persediaan supplies pabrik xx
Persediaan suku cadang xx
Persekot biaya xx
Akumulasi penyusutan xx
Hutang biaya xx
Dan lain-lain rekening dikredit xx
Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dibuat jurnal sebagai berikut :
JurnaL untuk mencatat biaya overhead pabrik
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp. xx
Biaya overhead pabrik Rp. xx
Untuk perusahaan yang menggunakan tarif biaya overhead pabrik, jurnal yang dibuat atas biaya
overhead yang sesungguhnya sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp. xx
Kas Rp. xx
Persediaan supplies pabrik xx
Persediaan suku cadang Rp. xx
Persekot biaya xx
Akumulasi penyusutan xx
Hutang biaya xx
Dan lain-lain rekening dikredit xx
Terhadap pembebanan biaya overhead pabrik pada produk dibuat jurnal sebagai berikut:
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp. xx
Biaya overhead pabrik dibebankan Rp. xx
Pada akhir periode dalam rangka menghitung selisih biaya overhead pabrik, biaya overhead
pabrik yang dibebankan ditutup ke rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya denga jurnal
sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik dibebankan Rp. xx
Biaya overhead pabik sesungguhnya Rp. xx
Produk diolah melalui beberapa tahap dan perusahaan memiliki departemen pembantu
dipabrik
Untuk perusahaan yang tidak menggunakan tarif biaya overhead pabrik, biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya dibuat jurnal sebagai berikut (misalnya perusahaan memiliki
departemen produksi : Departemen A dan Departemen B, serta departemen pembantu :
Departemen Y dan Departemen Z) :
Biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Y xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Z xx
Kas Rp. xx
Biaya gaji dan upah xx
Persediaan supplies pabrik xx
Persediaan suku cadang xx
Persekot biaya xx
Akumulasi penyusutan xx
Hutang biaya xx
Dan lain-lain rekening dikredit xx
Setelah biaya sesungguhnya setiap departemen diketahui, biaya overhead pabrik departemen
pembantu dialokasikan ke departemen prosuksi, karenaa produk yang memikul harga pokok
diolah di departemen produksi, jurnal alokasi sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Y Rp. xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Z xx
Selanjutnya biaya overhead pabrik setiap departemen produksi dibebankan pada produk
yang diproses dengan jurnal sebagai berikut :
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Apabila perusahaan menggunakan tarif biaya overhead pabrik, biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya dibuat jurnal sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Y xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Z xx
Kas Rp. xx
Biaya gaji dan upah xx
Persediaan supplies pabrik xx
Persediaan suku cadang xx
Persekot biaya xx
Akumulasi penyusutan xx
Hutang biaya xx
Dan lain-lain rekening yang dikredit xx
Alokasi biaya overhead pabrik sesungguhnya dari departemen pembantu ke departemen
produksi dibuat jurnal sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Y Rp. xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Z xx
Pembebanan biaya overhead pabrik pada setiap departemen produksi dibuat jurnal sebagai
berikut :
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Baya overhead pabrik dibebankan – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik dibebankan – Departemen B xx
Pada akhir periode dalam rangka menghitung selisih biaya overhead pabrik setiap
departemen produksi, biaya overhead pabrik yang dibebankan ditutup ke rekening biaya overhead
pabrik sesungguhnya denga jurnal sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik dibebankan – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik dibebankan – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen B xx
D Arus Produk
Dalam kalkulasi biaya proses, biaya total dan biaya per unit pada setiap departemen akan
diiktisarkan dalam laporan biaya produksi. Arus produk yang berkaitan dengan metode kalkulasi biaya
proses dibagi dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Arus produk berurutan (Saquential Product Flow). Dalam arus produk berurutan, setiap produk
diproses melalui rangkaian langkah yang sama.
2. Arus produk sejajar (Parallel Product Flow). Dalam arus produk sejajar, bagian tertentu dari
pekerjaan dilaksanakan secara serentak atau bebarengan kemudian sama – sama ditransfer keproses
penyelesaian dan akhirnya diteruskan kebarang jadi.
3. Arus produk selektif (Selective Product Flow). Dalam arus selektif, produk bergerak melalui
departemen yang berbeda – beda dipabrik sesuai dengan produk akhir yang diinginkan.
E Prosedur Akuntansi Biaya Pada Metode Harga Pokok Proses
Prosedur dalam rangka menentukan harga pokok produk pada metode harga pokok proses adalah
sebagai berikut :
a) Mengumpulkan data produksi dalam periode tertentu untuk menyusun laporan produksi ekuivalen
dalam rangka menghitung harga pokok satuan,
b) Mengumpulkan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik periode tertentu. Apabila
prodk diproses melalui beberapa departemen elemen biaya tersebut dikumpulkan untuk setiap
departemen,
c) Menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya, yaitu jumlah elemen biaya tertentu dibagi
produksi ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan,
d) Menghitung harha pokok produk selesai yang dipindahkan ke gudang atau ke departemen berikutnya
dan menghitung harga pokok produk dalam proses akhir.
G Metode Harga Pokok Proses - Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksi
Soal 1 :
CV. ABADI dalam pengelolaan produknya dilakukan secara massal dan departemen
produksi. Berikut disajikan data produksi dan kegiatan selama bulan Desember 2012, yakni sbb :
Produk yang dimasukkan dalam proses 6.000 unit
Produk jadi 4.700 unit
Produk hilang awal proses 100 unit
Produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian bahan baku
dan bahan penolong 80%
Biaya konversi 60% (1.200 unit)
Jumlah produk yang diproses 6.000 unit
Diminta :
- Berapa biaya produksi per unit untuk mengolah produk tersebut?
- Tentukan berapa harga pokok produk jadi?
- Berapa harga pokok produk dalam proses akhir bulan Desember 2012?
- Buatlah jurnal-jurnal yang diperlukan?
Penyelesaian :
1. Metode Satu Departemen Produksi (Hilang Awal Proses)
DATA PRODUKSI :
Produk masuk proses 6.000
Produk jadi transfer ke gudang 4.700
Produk hilang awal/akhir proses 100
Produk dalam proses akhir 1.200
(BU 80% ; BK 60%) 6.000
Supriyono (1987: 217) menyebutkan metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan
Harga Pokok Produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara
terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya. Proses produksi akan dimulai
setelah ada pesanan dari langganan melalui dokumen pesanan penjualan yang memuat jenis dan jumlah
produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan. Pesanan
penjualan merupakan dasar kegiatan produksi perusahaan. Pada metode ini, yang menjadi obyek biaya
(Cost Object) adalah unit produk individual, batch, atau kelompok produk dalam satu job.
Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi membawa dampak yang merugikan
bagi perusahaan, karena Harga Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan
laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan.
Dalam menghitung unsur-unsur biaya pada harga pokok produksi terdapat beberapa pendekatan
yaitu metode full costing dan variable costing. Mulyadi (1990 : 377) menyatakan “metode full costing
maupun variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produk”. Perbedaan pokok yang ada
diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku
tetap.
Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk
menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Atau
Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya
produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Di dalam metode full costing, biaya overhead
pabrik yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif
yang ditentukan di awal pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh
karena itu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang
belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk selesai
tersebut tidak dijual.
Tujuan dari penggunaan metode harga pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok
produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk
persatuan. Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok
produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan
jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Pada pengumpulan harga pokok pesanan
dimana biaya yang dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan
dapat dipisahkan identitasnya. Atau dalam pengertian yang lain, penentuan harga pokok pesanan adalah
suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak atau tumpukan
produk yang spesifik. Dalam pembahasan kali ini diuraikan lebih mendalam metode harga pokok pesanan
dalam perusahaan yang menggunakan full costing dalam penentuan harga produksinya. Uraian akan
diawali dengan siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur, kemudian dilanjutkan dengan
karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, serta karakteristik metode harga
pokok pesanan. Dan diakhiri dengan pembahasan metode harga pokok pesanan.
c. Produksi dibuat untuk memenuhi pesanan bukan untuk memenuhi persediaan stock barang
digudang.
Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan merupakan metode pengumpulan biaya produksi dengan
metode harga pokok pesanan yang barang produksinya berdasarkan pesanan dari pelanggan. Karakteristik
metode harga pokok pesanan yaitu:
Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan keinginan pelanggan serta
setiap jenis produk dihitung harga pokoknya secara masing-masing.
Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi doa
kelompok, yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung,
sedangkan biaya produksi tidak langsung tersiri dari BOP (Biaya Overhead Pabrik) .
Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu
berdasarkan biaya yang benar-benar terjadi sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan
terhadap harga pokok pesanan sesuai dengan tarif yang sudah ditentukan diawal.
Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara
membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit
produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
Kartu biaya pesanan adalah dokumen dasar dalam penentuan biaya pesanan yang mengakumulasi
biaya-biaya untuk setiap pesanan. Karena biaya diakumulasi setiap batch atau loy dalam sistem biaya
pesanan menunjukkan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik yang
dibebankan untuk suatu pesanan. File kartu biaya pesanan yang belum selesai dapat berfungsi sebagai
buku besar tambahan untuk persediaan dalam proses.
BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan selama satu tahun yang sama, kemudian pada akhir
tahun dibandingkan dengan yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif.
Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan (untuk mempertemukan BOP
Dibebankan dengan BOP Sesungguhnya):
Harga Pokok Produk jadi dicatat dalam Kartu Persediaan (Finish Goods Ledger Card) dan Kartu Harga
Pokok Pesanan tersebut dipindahkan ke dalam arsip Kartu Harga Pokok Pesanan yang telah selesai.
Untuk menaksir biaya produksi = taksiran biaya bahan baku+taksiran biaya tenaga kerja
langsung+taksiran biaya overhead pabrik.
Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk dalam Proses yang disajikan
dalam Neraca
Dalam mempertanggungjawabkan keuangan periodik, Manajemen harus membuat laporan
keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba dimana didalam neraca harga pokok persediaan produk jadi
dan produk dalam proses yang disajikan, manajemen perlu membuat catatan biaya produksi tiap pesanan
terlebih dahulu.
Untuk mencatat biaya produksi, didalam buku besar dibentuk rekening control barang dalam proses.
Rekening ini dapat dipecah lebih lanjut menurut unsure biaya produksi, sehingga ada tiga macam
rekening barang dalam proses berikut ini:
Untuk menggambarkan penggunaan metode harga pokok pesanan, berikut ini disajikan contoh
pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan dan pendekatan full
costing. Metode harga pokok pesanan adalah metode yang digunakan untuk menghitung harga pokok
pesanan pada suatu perusahaan.
Contoh:
PT. Accorner merupakan perusahaan yang bergerak di bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi
berdasarkan spesifikasi yang diminta oleh pemesan dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan
yang diterima. Perusahaan menggunakan pendekatan full costing dalam penentuan harga pokok produksi.
Dalam mencatat biaya produksi, setiap pesanan diberikan nomor pesanan dan setiap dokumen sumber dan
dokumen pendukung diberi indentitas nomor pesanan yang bersangkutan. Pada bulan november 20X2,
PT Accorner mendapat pesanan untuk mencetak undangan sebanyak 1500 lembar dari PT Rimendi
dengan harga Rp 3.000 per lembar. Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk
mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar dari PT. Oki dengan harga Rp 1.000 per lembar. Pesanan
dari PT Rimendi diberi nomor 101 dan pesanan dari PT Oki diberi nomor 102. Kegiatan produksi dan
kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut adalah sebagai berikut:
Bahan baku dan bahan penolong yang dibeli pada tanggal 3 November untuk keperluan produksi adalah
sebagai berikut:
Bahan Baku :
Rp. 5.475.000
Bahan Penolong :
Bahan baku dan bahan penolong dibeli oleh bagian pembelian.Bahan tersebut kemudian disimpan
dalam gudang menani saatnya dipakai dalam proses produksi untuk memenuhi pesanan tersebut.
Pembelian bahan baku dan bahan penolong di atas dicatat sebagai berikut:
Jurnal #1
Persediaan bahan baku Rp. 5.475.000
Utang dagang Rp. 5.475.000
Jurnal #2
Persediaan bahan penolong Rp. 470.000
Utang dagang Rp. 470.000
Untuk dapat mencatat bahan baku yang digunakan dalam setiap pesanan, perusahan menggunakan
dokumen yang disebut bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Untuk memproses pesanan 101
dan 102 digunakan bahan sebagai berikut:
Rp. 1.350.000
Rp. 4.125.000
Rp. 300.000
Atas dasar bukti permintaan dan pengeluaran gudang tersebut, jurnal yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
Jurnal #3
Karena dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara biaya langsung dengan biaya tidak
langsung maka pemakaian bahan penolong yang merupakan biaya tidak langsung dicatat dengan
mendebet rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dan mengkredit Persediaan Bahan Penolong.
Biaya Overhead Pabrik hanya didebet untuk mencatat biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka. Jadi pemakaian bahan baku akan dijurnal sebagai berikut:
Jurnal #4
Untuk mencatat biaya tenaga kerja, terlebih dahulu dipisahkan antara upah langsung dan upah tidak
langsung. Upah langsung dicatat dengan mendebet rekening Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja
Lansung sedangkan upah tidak langsung dicatat dengan menggunakan rekening Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya. Misalkan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi adalah sebagai
berikut:
Upah langsung untuk pesanan #101 225 jam @ Rp.4.000 Rp. 900.000
Upah langsung untuk pesanan #102 1.250 jam @ Rp 4.000 Rp 5.000.000
Upah tidak langsung Rp 3.000.000
Jumlah upah Rp 8.900.000
Gaji karyawan administrasi dan umum Rp 4.000.000
Gaji karyawan bagian pemasaran Rp 7.500.000
Jumlah gaji Rp 11.500.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp 20.400.000
Karena biaya tenaga kerja terdiri dari beberapa unsur biaya yakni biaya tenaga kerja lansung, biaya
tenaga kerja tidak langsung, dan biaya non produksi (gaji karyawan bagian adm dan bagian pemasaran)
maka diperlukan adanya distribusi biaya tenaga kerja sehingga jurnal untuk mencatat transaksi biaya
tersebut adalah sebagai berikut:
Jurnal #6
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp 5.900.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 3.000.000
Biaya administrasi dan umum Rp 4.000.000
Biaya pemasaran Rp 7.500.000
Gaji dan upah Rp 20.400.000
Gaji dan upah yang dibayarkan akan dicatat dengan jurnal berikut:
Jurnal #7
Utang gaji dan upah Rp 20.400.000
Kas Rp 20.400.000
Biaya Overhead Pabrik dan mengkredit rekening Biaya Overhead yang Dibebankan. Biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya terjadi merupakan biaya overhead pabrik yang benar-benar terjadi pada saat
proses produksi dan dicatat dengan mendebet rekening kontrol Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Secara periodik (biasanya akhir bulan) biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk akan
dibandingkan dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan mendebet rekening Biaya Overhead
Pabrik yang Dibebankan dan mengkredit rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya kemudian
dihitung selisihnya. Misalkan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk adalah sebesar
150% dari biaya tenaga kerja masing-masing produk sehingga biaya overhead pabrik yang dibebankan
pada masing-masing produk adalah sebagai berikut:
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan di atas adalah:
Jurnal #8
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp 8.850.000
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp 8.850.000
Misalkan selama proses produksi terdapat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi selain yang
disebut dalam jurnal #4 dan #6 seperti berikut:
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi seperti disebut di atas adalah
sebagai berikut:
Jurnal #9
Untuk mengetahui apakah biaya overhead pabrik yang dibebankan menyimpang dari biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya terjadi maka saldo rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan ditutup
ke rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Jurnal #10
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp 8.850.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 8.850.000
Setelah itu kita hitung saldo Biaya Overhead Pabrik yang sesungguhnya terjadi seperti berikut:
Jurnal #4 Rp 300.000
Jurnal #6 Rp 3.000.000
Jurnal #9 Rp 5.700.000
Jumlah debit Rp 9.000.000
Selisih tersebut akan dipindahkan ke rekening Selisih Biaya Overhead Pabrik dengan mencatat jurnal
berikut:
Jurnal #11
Selisih biaya overhead pabrik Rp 150.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 150.000
5.Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi
Harga pokok produk yang sudah jadi dapat dihitung dari informasi biaya yang dikumpulkan dalam kartu
harga pokok pesanan yang bersangkutan. Misalkan produk yang sudah selesai diproduksi adalah pesanan
101 . Harga pokok produk pesanan 101 berdasarkan kartu harga pokok pesanan adalah sebagai berikut:
Jurnal #12
Persediaan produk jadi Rp 3.600.000
Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp 1.350.000
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja langsung Rp 900.000
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp 1.350.000
Pada akhir periode, kemungkin terdapat produk yang masih dalam proses produksi. Biaya yang telah
dikeluarkan untuk pesanan tersebut dapat dilihat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan
kemudian dibuat jurnal untuk mencatat persediaan produk dalam proses dengan mendebet rekening
Persediaan Produk Dalam Proses dan mengkredit rekening Barang Dalam Proses. Jurnalnya adalah :
Jurnal #13
Harga pokok produk yang diserahkan kepada pemesan dicatat dengen mendebet rekening Harga Pokok
Penjualan dan mengkredit Persediaan Produk Jadi. Untuk pesanan 101 jurnalnya adalah sebagai berikut:
Jurnal #14
Jurnal #15
Sistem metode harga pokok proses digunakan dalam perusahaan yang memproduksi satu jenis produk
dalam jumlah besar dalam jangka panjang. Contohnya adalah produksi kertas. Prinsip dasar dari metode
harga pokok proses adalah mengakumulasikan biaya dari operasi atau departemen tertentu selama satu
periode penuh (bulanan, kuartalan, dan tahunan) dan kemudian membaginya dengan jumlah unit yang
diproduksi selama periode tersebut.
1) Produk diolah secara massal dalam jumlah yang cukup besar dan sesuai dengan kapasitas
produksi mesin-mesin yang ada.
2) Sifat produk yang diolah menunjukkan keseragaman antara produk yang satu dengan yang
lainnya. Tingkat kesamaannya membutuhkan presisi yang tinggi sehingga sulit dibedakan antara
produk yang satu dengan lainnya.
3) Produk diolah secara terus-menerus (continuous), sehingga antara periode yang satu dengan
periode yang lain tidak dibatasi oleh jarak waktu tertentu (time lag). Tiadanya jarak waktu
tersebut disebabkan penghentian suatu proses produksi yang ditujukan hanya untuk menghitung
harga pokok produk menjadi tidak ekonomis, justru menimbulkan kerugian yang cukup berarti
bagi perusahaan.
4) Laporan harga pokok produksi disusun atau dihitung secara periodik. Antara periode yang satu
dengan yang lainnya harus ditetapkan batasan waktu tertentu (cut off).
5) Tujuan produksi tidak dimaksudkan untuk memenuhi permintaan khusus dari pelanggan tertentu.
Produksinya dilaksanakan untuk mengisi gudang dengan mengingat permintaan pasar yang sudah
diperkirakan terlebih dahulu untuk jangka waktu tertentu. Mengingat proses produksi tidak boleh
dihentikan pada setiap saat(setup costnya sangat mahal) maka manajemen harus menganggarkan
jumlah yang harus diproduksi dalam jumlah waktu tertentu.
METODE HARGA POKOK PROSES – PRODUK DIOLAH MELALUI SATU DEPARTEMEN
PRODUKSI
Contoh 1.
PT Risa Rimendi mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi. Jumlah biaya
yang dikeluarkan selama bulan Januari 19x1 disajikan dalam gambar 3.1
Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai
berikut: Biaya bahan baku : 100 %;biaya bahan penolong 100 %, biaya
tenaga kerja 50 %; biaya overhead pabrik 30 %. 500 kg
Unsure biaya produksi Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per
satuan
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai dioleh pada akhir
bulan januari 19 x1
METODE HARGA POKOK PROSES –PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU
DEPARTEMEN PRODUKSI
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk yang
dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan produk jadi dari departemen
sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnyua tersebut, maka harga
pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
Contoh2:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan
Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1
disajikan dalam gambar berikut :
Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Unsur biaya produksi Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per kg
Total Rp 173.000 Rp 15
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A ke departemen B:
Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam
department A pada akhir bulan januari 19x1
Total Rp 675.000 Rp 25
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B
600.000
24.000 x Rp 40
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B ke gudang
Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam
department A pada akhir bulan januari 19x1
Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per
satuan
Contoh3:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan
Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1
disajikan dalam gambar berikut :
Departemen A Departemen B
Departemen A Departemen B
Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya produksi Biaya per kg
departemn A ( unit ekuivalensi) Departemen A produk yang
dihasilkan oleh
departemen A
Rp 130.500 Rp 159
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 159 Rp 111.300
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen pertama
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A Rp 159,00
Rp 111.300 : 700
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A Rp 222.60
setelah adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B sebanyak
200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Rp 63.60
Departemen A
Rp 63.350 Rp 140
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 kg):
Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per
satuan
Contoh:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan
Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1
disajikan dalam gambar berikut :
Departemen A Departemen B
Departemen A Departemen B
Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya Biaya per kg
departemn A ( unit ekuivalensi) produksi produk yang
Departemen dihasilkan oleh
A departemen A
Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg + 100 kg= 1000 kg Rp 22.500 Rp 22.5
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg+ 100 kg = 1000 kg 26.100 26.10
penolong
Rp 130.500 Rp141.67
Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk yang hilang pada akhir 14.167,00
proses 100 xRp 141,67
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan : 700 x 113.334,40
Rp 161,91
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Rp 17.165.60
Produk yang hilang pada akhir proses di departemen produksi setelah departemen produksi pertama
Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Jumlah biaya Biaya per kg yang
departemen B ( unit ekuivalensi) produksi yang ditambahkan di
ditambahkan di Departemen B
departemen B
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 400 x Rp 161.91 Rp 64.764,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 161.91+Rp 97.09 51.800,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan : 400 x 155.400,00
Rp 388.5
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 Kg)
Contoh PT Risa Rimendi memproduksi produknya melalui dua departemen produksi: departemen 1 dan
Departemen 2. Data produksi dan biaya produksi bulan januari 19x1 di kedua departemen produksi
tersebut disajikan dalam gambar berikut:
PT RISA RIMENDI
Dep 1 Dep2
Data produksi
Produksi dalam proses awal:
Biaya bahan baku 100 %; BK 40 % 4.000 kg -
Biaua tenaga kerja 20 %; BOP 60% - 6.000 kg
Dimasukkan dalam proses bulan ini 40.000 kg -
Unit yang ditransfer ke departemen 2 35.000 kg -
Unit yang diterima dari departemen 1 - 35.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang - 38.000 kg
Produk dalam proses akhir;
Biaya bahan baku 100 %; biaya konversi 70 % 9.000 kg -
Biaya tenaga kerja 40%; biaya overhead pabrik 80% - 3.000kg
Harga pokok produk dalam proses awal; Rp 11.150.000
Harga pokok dari departemen 1 - -
Biaya bahan baku Rp 1.800.000 1.152.000
Biaya tenaga kerja 1.200.000 4.140.000
Biaya overhead pabrik 1.920.000
Biaya produksi
Biaya bahan baku Rp 20.200.000
Biaya tenaga kerja 29.775.000 Rp 37.068.000
Biaya overhead pabrik 37.315.000 44.340.000
Rumus perhitungan harga pokok per unit produk departemen pertama dengan menggunakan metode
harga pokok rata-rata tertimbang
Biaya bahan baku yang melekat + Biaya bahan baku yang dikeluarkan
Biaya bahan = pada produk dalam proses dalam periode sekarang
baku
Per unit Unit ekuivalensi biaya Bahan baku
Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 1
Rumus perhitungan harga pokok per unit produk Departemen ke dua dengan menggunakan Metode harga
pokok rata-rata tertimbang
Harga pokok produk Harga pokok produk dalam Harga pokok produk yang ditransfer
per unit yang dibawa proses awal yang berasal dari dari departemen sebelumnya dalam
dari = departemen sebelulmnya + periode sekarang
Departemen Produk dalam proses awal + Produk yang ditransfer dari departemen
sebelumnya sebelumnya dalam periode sekarang
(1)
Biaya bahan baku yang melekat + Biaya bahan baku yang dikeluarkan
Biaya bahan baku = pada produk dalam proses awal dalam periode sekarang
Per unit Unit ekuivalensi biaya Bahan baku
(2)
Biaya tenaga kerja yang melekat + Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
Biaya tenaga kerja = pada produk dalam proses awal dalam periode sekarang
Per unit Unit ekuivalensi biaya Tenaga kerja
(3)
Biaya produk yang l elekat pada + Biaya overhead pabrik yang
Biaya overhead = produk dalam proses awal dikeluarkan dalam periode sekarang
Per unit Unit ekuivalensi biaya Overhead pabrik
(4)
Total harga pokok = (1) +(2)+(3)+(4)
per satuan
Perhitungan harga pokok kumulatif per satuan produk departemen 2 dengan menggunakan metode harga
pokok rata-rata tertimbang
Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 2
Metode ini menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kalil digunakan untuk
menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan
untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang
Perhitungan unit ekuivalensi biaya bahan baku departemen 1 dengan menggunakan MPKP
Perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan departemen 2
Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 2
Rp. 24.014.000
Harga pokok produk dari produksi sekarang 32.000 unit x Rp. 4.381 = Rp.140.192.000
Rp. 164.202.000
Harga pokok produk dari departemen 1 = 3.000 x Rp. 2.201 Rp. 6.603.000
Rp. 10.665.000
*jumlah seesungguhnya adalah Rp. 164.206.000. pencantuman jumlah tersebut dikurangi Rp.
2.000 karena adanya pembulatan angka pada waktu perhitungan biaya per unit.
a. Tambahan jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang mengkonsumsi tambahan
bahan baku tersebut. Jika tambahan bahan baku tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan ,
maka tambahan ini tidak berpengaruh terhadap perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan,
dan sebagai akibatnya tidak mempengaruhi perhitungan harga pokok produksi per satuan produk
yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.
b. Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang mengkonsumsi tambahan
bahan baku tersebut. Jika terjadi tambahan produk yang dihasilkan dengan adanya tambahan bahan
baku dalam departemen setelah departemen produksi sebelumnya. Penyesuaian ini dilakukan karena
total harga pokok produk yang berasal dari departemen sebelumnya, yang semula dipikul oleh jumlah
tertentu, sekarang harus dipikul oleh jumlah produk yang lebih banyak sebagai akibat tambahan
bahan baku tersebut. Akibatnya harga pokok produk per unit yang berasal dari departemen
sebelumnya menjadi lebih kecil.
PT oki sasangka
Dep2
Data produksi
Produksi dalam proses awal:
Biaua tenaga kerja 20 %; BOP 60% 6.000 kg
Dimasukkan dalam proses bulan ini -
Unit yang diterima dari departemen 1 35.000 kg
Tambahan produk karena tambahan bahan baku 4.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Produk dalam proses akhir;
Biaya tenaga kerja 40%; biaya overhead pabrik 80% 7.000kg
Harga pokok produk dalam proses awal; Rp 11.150.000
Harga pokok dari departemen 1 -
Biaya bahan baku 950.000
Biaya tenaga kerja 1.152.000
Biaya overhead pabrik 4.140.000
Harga pokok kumulatif persediaan produk dalam proses Rp 17.392.000
awal
Harga pokok produk yang diterima dari departemen 1 Rp 77.019.000
dalam bulan ini 35.000 x Rp 2.201
Biaya produksi
Biaya bahan baku 15.000.000
Biaya tenaga kerja Rp 37.068.000
Biaya overhead pabrik 44.340.000
96.408.000
Perhitungan biaya produksi per satuan dengan metode MPKP jika tambahan bahan baku menambah
produk yang dihasilkan di departemen 2
Total biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang Rp 17.392.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses awal
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:
BTK 80% x 6.000 x Rp 936 4.492.800
BOP 40 % x 6.000 x Rp 1.109 2.661.600
24.546.400
Harga pokok produk dari produksi sekarang 32.000 unit x Rp 4.405
140.960.000
165.468.600
Harga pokok produk dalam proses akhir :
Harga pokok dari departemen 1 = 7000 x Rp 1.975 13.825.000
BBB : 7.000 kg x 100% x Rp1.975 2.695.000
BTK : 7.000 kg x 40% x Rp 936 2.620.800
BOP : 7.000 kg x 80 % x Rp 1.109 6.210.400 25.350.400
Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen 2 190.819.000
Tambahan bahan baku di departemen setelah departemen produksi yang pertama mempunyai 2
kemungkinan : menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen yang bersankutan atau tidak
menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen yang bersangkutan.
Jika bahan baku tersebut tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen yang
bersangkutan, tambahan biaya bahan baku tersebut hanya menambah biaya bahan baku per satuan dalam
departemen tersebut. Jika bahan baku tersebut menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh
departemen yang bersangkutan, tambahan bahan baku tersebut akan berakibat terhadap penyesuaian
harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya dan tambahan biaya bahan
baku per satuan dalam departemen setelah departemen produksi pertama.
BAB III
Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan tersebut di atas berpengaruh
terhadap pengumpulan biaya produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi dengan metode harga
pokok pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap
jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.
2. Biaya produksi harus digolongkan berrdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua
kelompok, yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
3. Biaya produksi langusng terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan
biaya produksi tidak langsung disebut dengan biaya overhead pabrik.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan
biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga
pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi
jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang
dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
3. Memantau realisasi biaya produksi.Informasi taksiran biaya produksi pesanan tertentu dapat
dimanfaatkan seagai salah satu daar untuk menetapkan harga jual yang akan dibebankan kepada
pemesan. Informasi taksiran biaya produksi juga bermanfaat sebagai salah satu dasar untuk
mempertimbangkan diterima tidaknya suatu pesanan. Jika pesanan telah diputuskan untuk diterima,
manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam
memenuhi pesanan tertentu. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan
informasi biaya produksi tiap pesanan yang diterima untuk memantau apakah proses produksi untuk
memenuhi pesanan tertentu menghasilkan total biaya produksi pesanan sesuai dengan yang
diperhitungkan sebelumnya. Pengumpulan biaya produksi per pesanan tersebut dilakukan dengan
menggunakan metode harga pokok pesanan. Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang
dikeluarkan untuk pesanan tertentu dilakukan dengan formula berikut ini:
4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.Informasi laba rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk
mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya nonproduksi dan menghasilkan laba atau
rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan digunakan oleh manajemen untuk
mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk tiap pesanan guna
menghasilkan informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan dihitung sebagai berikut:
Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xx
Biaya produksi pesanan tertentu:
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xx
Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya xx
Taksiran biaya overhead pabrik xx +
Total biaya produksi pesanan xx _
Laba bruto Rp xx
5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam
neraca.Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik,
manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca rugi-laba. Di dalam neraca,
manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok persediaan
produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu
menyelenggarakan catatan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang telah selesai diproduksi,
namun pada tanggal neraca belum diserahkan pada pemesan dijadikan sebagai harga pokok produk
jadi dan manajemen dapat pula menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang pada
tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan dijadikan sebagai harga pokok persediaan produk
dalam proses.
Untuk mencatat biaya produksi, di dalama buku besar dibentuk rekening kontrol Barang Dalam
Proses. Rekening ini dapat dipecah lebih lanjut menurut unsur biaya produksi, sehingga ada tiga macam
rekening Barang Dalam proses berikut ini:
Jika produk diolah melalui beberapa departemen produksi, rekening Barang Dalam Proses dapat
dirinci lebih lanjut menurut departemen dan unsur biaya produksi seperti contoh berikut ini:
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Departemen A
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen A
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen A
Untuk mencatat biaya nonproduksi, dalam buku besar dibentuk rekening kontrol Biaya
Administrasi dan Umum dan Biaya Pemasaran. Rekening Biaya Pemasaran digunakan untuk menampung
biaya-biaya yang terjadi dalam fungsi pemasaran, sedangkan rekening Biaya Administrasi dan Umum
digunakan untuk menmapung biaya-biaya yang terjadi di fungsi administrasi dan umum (misalnya biaya
yang terjadi di Bagian Akuntansi, Bagian Personalia, Bagian Hubungan Masyarakat dan Bagian Intern).
Untuk mencatat pemakaian bahan baku yang dipakai dala pembuatan suatu produk, jurnal yang
dibuat adalah:
Barang Dalam Proses
Persediaan Bahan Baku
dan bukan jurnal berikut ini:
Biaya Bhan Baku
Persediaan Bahan Baku
karena rekening Biaya Bahan Baku tidak diselenggarakan dalam buku besar, melainkan dalam buku
pembantu kartu harga pokok. Perhatikan jurnal-jurnal pencatatan biaya berikut ini yang menggunakan
rekening kontrol:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Akumulasi Depresiasi Gedung
Untuk mencatat biaya depresiasi gedung pabrik.
Biaya Administrasi dan Umum
Kas
Untuk mencatat biaya telex.
Biaya Pemasaran
Akumulasi Depresiasi Kendaraan
Untuk mencatat biaya depresiasi kendaraan yang digunakan Bagian Pemasaran.
Dalam kartu harga pokok yang telah disebutkan di atas berfungsi sebagai rekening pembantu,
yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Kartu harga pokok merupakan
catatan yang penting dalam metode harga pokok pesanan. Biaya produksi dipasahkan menjadi biaya
produksi langsung terhadap pesanan tertentu dan biaya produksi tidak langsung dalam hubungannya
dengan pesanan tersebut. Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang
bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak lanngsung dicatat dalam kartu harga
pokok berdasarkan suatu tarif tertentu. Contoh kartu harga pokok dapat dilihat pada gambar berikut:
Untuk menggambarkan penggunaan metode harga pokok pesanan, berikut ini disajikan contoh
pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan dan pendekatan full
costing.
Contoh:
PT Barokah berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan spesifikasi dari
pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Untuk dapat mencatat biaya
produksi, tiap pesanan diberi nomor dan setiap dokumen sumber dan dokumen pendukung diberi identitas
nomor pesanan yang bersangkutan. Dalam bulan September 2017, PT Barokah mendapat pesanan untuk
mencetak undangan sebanyak 1.500 lembar dari PT Razakti. Harga yang dibebankan kepada pemesan
tersebut adalah Rp 3.000 per lembar. Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk
mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar dari PT Rakhmat, dengan harga yang dibebankan kepada
pemesan sebesar Rp 1.000 per lembar. Pesanan dari PT Razakti diberi nomor 101 dan pesanan dari PT
Rakhmat diberi nomor 102. Berikut ini adalah kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi
pesanan tersebut.
1. Pembelian bahan baku dan bahan penolong. Pada tgl 3 Oktober perusahaan membeli bahan baku dan
penolong:
Bahan baku:
Kertas jenis X 85 rim @ Rp 10.000,- Rp 850.000
Kertas jenis Y 10 roll@ Rp 350.000,- 3.500.000
Tinta jenis A 5 kg @ Rp 100.000,- 500.000
Tinta jenis B 25 kg @ Rp 25.000,- 625.000 +
Jumlah bahan baku yang dibeli Rp 5.475.000
Bahan penolong:
Bahan penolong P 17kg @ Rp 10.000 Rp 170.000
Bahan penolong Q 60 L @ Rp 5.000 300.000 +
Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp 470.000 +
Jumlah total Rp5.945.000
Jurnal 1:
Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000
Utang Dagang Rp 5.475.000
Jurnal 2:
Persediaan Bahan Penolong Rp 470.000
Utang Dagang Rp 470.000
2. Pemakaian bahan baku dan bahan penolong dalam produksi
Bahan baku yang digunakan untuk pesanan 101:
Kertas jenis X 85 ream @ Rp 10.000,- Rp 850.000
Tinta jenis A 5 kg @ Rp 100.000,- Rp 500.000 +
Jumlah bahan baku untuk pesanan 101 Rp 1.350.000
Pencatatan Biaya Tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap dengan masing-masing jurnal sebagai
berikut:
a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
Jurnal 5:
Gaji dan upah Rp 20.400.000
Utang gaji dan upah Rp 20.400.000
b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
Jurnal 6:
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp5.900.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp3.000.000
Biaya Admnistrasi& Umum Rp4.000.000
Biaya Pemasaran Rp 7.500.000
Gaji dan upah Rp 20.400.000
c. Pencatatan pembayaran gaji dan upah
Jurnal 7:
Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000
Kas Rp 20.400.000
4. Pencatatan biaya overhead pabrik. Biaya Overhead Pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif
sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung. Dengan demikian biaya overhead pabrik yang
dibebankan kepada tiap pesanan dihitung sebagai berikut:
Pesanan 101 150% x Rp 900.000 Rp 1.350.000
Pesanan 102 150% x Rp 5.000.000 Rp 7.500.000 +
Junmlah biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp 8.850.000
Jurnal 8:
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp8.850.000
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 8.850.000
Misalnya Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya terjadi selain bahan penolong dan Biaya Tenaga
Kerja Langsung:
Biaya Depresiasi Mesin Rp 1.500.000
Biaya Depresiasi Gedung Pabrik Rp 2.000.000
Biaya Asuransi Gedung Pabrik dan Mesin Rp 700.000
Biaya Pemeliharaan Mesin Rp 1.000.000
Biaya Pemeliharaan Gedung Rp 500.000 +
Jumlah Rp 5.700.000
Jurnal untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya:
Jurnal 9:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 5.700.000
Biaya Depresiasi Mesin Rp 1.500.000
Biaya Depresiasi Gedung Pabrik Rp 2.000.000
Biaya Asuransi Gedung Pabrik & Mesin Rp 700.000
Biaya Pemeliharaan Mesin Rp 1.000.000
Biaya Pemeliharaan Gedung Rp 500.000
Untuk mengetahui apakah Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan berdasar tarif menyimpang dari
Biaya Overhead PabrikSesungguhnya, saldo rekening Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan
ditutup ke rekening Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya.
Jurnal 10:
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 8.850.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 8.850.000
Debit :
Jurnal 4 Rp 300.000
Jurnal 6 Rp 3.000.000
Jurnal 9 Rp 5.700.000 +
Jumlah debit Rp 9.000.000
Kredit :
Jurnal 10 Rp 8.850.000
Selisih pembebanan kurang Rp 150.000
Selisih biaya overhead pabrik pada akhirnya dipindahkan ke rekening Selisih Biaya Overhead
Pabrik. Jika terjadi selisih pembebanan kurang, maka dibuat jurnal:
Jurnal 11
SelisihBiaya Overhead Pabrik Rp 150.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 150.000
5. Pencatatan harga pokok produk jadi.Pencatatan harga pokok produk jadi HPP dihitung sebagai
berikut:
Biaya Bahan baku Rp 1.350.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 900.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 1.350.000 +
Jumlah harga pokok pesanan 101 Rp 3.600.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi:
Jurnal 12:
Persediaan Produk Jadi Rp 3.600.000
Barang Dalam Proses-Biaya Baha Baku Rp 1.350.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 900.000
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp 1.350.000
6. Pencatatan harga pokok produk dalam proses. Pesanan 102 pada akhir periode belum selesai
dikerjakan. Jurnal untuk mencatat harga pokok pesanan yang belum selesai:
Jurnal 13:
Persediaan Produk dalam Proses Rp 16.625.000
Baran Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 4.125.000
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5.000.000
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp 7.500.000
7. Pencatatan harga pokok produk yang dijual.Harga pokok produk yang diserahkan kepada pemesan
dicatat dalam rekening Harga Pokok Penjualan dan rekening Persediaan Produk Jadi. Dari contoh di
atas, jurnal untuk mencatat harga pokok pesanan 101 yang diserahkan kepada pemesan adalah
sebagai berikut:
Jurnal 14:
Harga Pokok Penjualan Rp 3.600.000
Persediaan Produk Jadi Rp 3.600.000
8. Pencatatan pendapatan penjualan produk. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk kepada
pemesan dicatat dengan mendebit rekening. Piutang Dagang dan mengkredit Hasil Penjualan. Pada
awal contoh ini telah disebutkan bahwa pesanan 101 berupa pesanan 1.500 lembar undangan dengan
harga jual Rp 1.500 per lembar atau harga total Rp 4.500 per lembar. Jurnal yang dibuat untuk
mencatat piutang kepada pemesan adalah sebagai berikut:
Jurnal 15:
Piutang Dagang Rp 4.500.000
Hasil Penjualan Rp 4.500.000
BAB IV
Variabel costing adalah penentuan harga pokok produksi yang membebankan pada biaya-biaya
produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. Menurut metode variable costing, harga pokok
produk terdiri dari:
Harga Pokok Produksi :
Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx
Harga Pokok Produk Rp. xxx.xx
Biaya produksi dianggap sebagai biaya periode yang dibebankan pada laba rugi periode
terjadinya dan tidak diperlakukan sebagai biaya produksi. Variabel costing memiliki 2 tujuan, yaitu untuk
kepentingan internal dan eksternal. Pihak internal membutuhkan variabel costing untuk keperluan
perencanaan laba, menentukan harga jual produk, pengambilan keputusan dalam manajemen, serta
mengendalikan biaya. Sedangkan pihak eksternal membutuhkan variabel costing untuk menentukan harga
pokok persediaan dan penentuan laba.
Variabel costing menerapkan metode:
a. Biaya overhead pabrik diperlakukan sebagai period cost dan bukan sebagai unsur harga pokok
produk, sehingga BOP dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.
b. Penundaan pembebanan biaya akan bermanfaat jika penundaan tersebut dapat menghindarkan
dari terjadinya biaya yang sama untuk periode mendatang.
c. Pada penetapan biaya langsung, angka pendapatan marjinal kotor menunjukkan selisih antara
penjualan dan biaya produksi yang variabel.
d. Pendapatan marjinal merupakan kelebihan jumlah penjualan terhadap seluruh biaya variabel,
seperti biaya produksi, penjualan, dan administrasi.
e. Perbedaan laba bersih operasi pada kedua metode diakibatkan oleh jumlah biaya tetap yang
dibebankan pada nilai persediaan. Jika tidak ada persediaan awal dan akhir, maka laba bersih
operasi akan sama.
SISTEM BIAYA STANDAR (VARIABLE COSTING)
Definisi Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di
bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu.
Manfaat Variable costing menyajikan informasi biaya menurut perilaku biaya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Biaya produksi dan biaya nonproduksi dipisahkan
kedalam biaya variabel dan biaya tetap. Biaya produksi standar terdiri dari komponen biaya berikut ini
:Biaya bahan baku standar xxx Biaya tenaga kerja langsung standar xxx Biaya overhead pabrik variabel
standar xxx +Total biaya produksi variabel standar xxx
Analisis Selisih dalam Sistem Biaya Standar Dengan Metode Variabel Costing
Analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung tidak berbeda dengan analisis
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung pada sistem biaya standar dengan metode full costing.
Karena biaya produksi yang diperhitungkan dalam harga pokok produk hanya terdiri dari biaya produksi
variabel saja, maka dalam analisis selisih biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik hanya menggunakan kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standar.
Contoh Soal
PT Eliona berusaha dalam bisnis percetakan. Proses produksinya dilaksanakan berdasarkan pesanan dari
pelanggan. Metode penentuan harga pokok produk yang digunakan adalah metode variabel costing,
karena pertimbangan manajemen puncak, informasi yang dihasilkan oleh metode penentuan harga pokok
produk ini sangat bermanfaat untuk perencanaan dan pengambilan keputusan jangka pendek.
Untuk memproduksi suatu 1 satuan,produk diperlukan suatu produksi menurut standar
Kapasitas produksi per bulan direncanakan 5.200 jam tenaga kerja langsung.
Transaksi yang terjadi dalam bulan januari 19X1 adalah sebagai berikut:
1. Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1500 kg @RP1.100
2. Jumlah produk yang diproduksi dan selesai diproses dalam bulan januari adalah 250 satuan
dengan biaya poduksi sesungguhnya sebagai berikut:
Data biaya produksi variabel standar per satuan
Biaya bahan baku 5 kg @Rp 1.000 Rp 5.000
Biaya tenaga kerja 20 jam @Rp 500 Rp 10.000
Biaya overhead pablik variabel 20 jam @ Rp 400 Rp 8.000 +
Total Rp 23.000
b. Biaya tenaga kerja 5.100 jam @Rp 475 = Rp 2.422.500 dengan rincian sebagai berikut:
Nomor Pesanan Jumlah Unit Produk Jam Tenaga Kerja Tarif Upah
Langsung Sesungguhnya per kg
Sesungguhnya
101 25 600 Rp 475
102 85 1.600 Rp 475
103 57 1.200 Rp 475
104 83 1.700 Rp 475
Total 250 5.100
3. Pesanan nomor 101, 102, 103 dan 104 selesai diproses dalam bulan januari 19X1 dan semua
pesanan diserahkan kepada pemesanan, kecuali pesanan nomor 104, dengan harga jual barikut ini
:
Pesanan #101 Rp 1.200.000
Pesanan #102 Rp 3.200.000
Pesanan #103 Rp 2.000.000 +
Jumlah Rp 6.400.000
4. Biaya pemasaran yang sesungguhnya terjadi adalah sebesar Rp 400.000 yang terdiri dari biaya
pemesaran variabel sebesar Rp 250.000 dan biaya pemesaran tetap sebesar Rp 150.000.
5. Biaya administrasi dan umum yang sesungguhnya terjadi adalah sebesar Rp 300.000 yang terdiri
dari biaya administrasi dan umum variabel, sebesar Rp 100.000 dan baya administrasi dan umum
tetap sebesar Rp 200.000.
Analisis Selisih
Berdasarkan data dan contoh 1, perhitungan dan analisis selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar
disajikan dalam uraian berikut ini :
Selisih Biaya Bahan baku
Selisih harga bahan baku yang dipakai =
(HSt – HS) x KS
(Rp 1.000 – Rp 1.100) x 1.050 kg Rp 105.000 R
Selisih pemakaian bahan baku =
(KSt – KS) x HSt
(1.250 – 1.050) x Rp 1.000 Rp 200.000 L
Total selisih biaya bahan baku Rp 95.000 L
BAB V
BAB VI
1. Biaya yang digunakan apakah sesuai dengan hasil dari bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan.
Jika terjadi perbedaan (lebih besar atau lebih kecil dari rencana biaya) di mana dimana hal terjadi
dan siapa yang bertanggung jawab dan apa yang
dikerjakan.
2. Merupakan biaya yang akan datang sesuai dengan rencana atau melebihi rencana. Tanggung
jawab pengendalian tidak hanya pada manajer saja tetapi merupakan tanggungjawab semua orang
yang terlihat pada aktivitas tersebut agar dapat mengerjakan bagiannya dengan baik dan tepat
waktu.
Biaya produksi dianggap sebagai biaya periode yang dibebankan pada laba rugi periode
terjadinya dan tidak diperlakukan sebagai biaya produksi. Variabel costing memiliki 2 tujuan, yaitu untuk
kepentingan internal dan eksternal. Pihak internal membutuhkan variabel costing untuk keperluan
perencanaan laba, menentukan harga jual produk, pengambilan keputusan dalam manajemen, serta
mengendalikan biaya. Sedangkan pihak eksternal membutuhkan variabel costing untuk menentukan harga
pokok persediaan dan penentuan laba.
Dalam hal ini diuraikan sistem biaya standar dengan metode variable harga costing, yang hanya
memperhitungkan biaya produksi variable ke dalam harga pokok produk standard an menganalisis selisih
biaya produksi variable sesungguhnya dari biaya produksi variable standar.
1.1 SISTEM BIAYA STANDAR (VARIABLE COSTING)
Definisi biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di
bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. Menurut Mulyadi (2007;387),
"Biaya Standar adalah biaya yang ditentukan dimuka yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya
dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu dibawah asumsi
kegiatan ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu."
Manfaat Variable costing menyajikan informasi biaya menurut perilaku biaya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Biaya produksi dan biaya nonproduksi dipisahkan
kedalam biaya variabel dan biaya tetap. Biaya produksi standar terdiri dari komponen biaya berikut ini
:Biaya bahan baku standar xxxBiaya tenaga kerja langsung standar xxxBiaya overhead pabrik variabel
standar xxx +Total biaya produksi variabel standar xxx
1.2 Analisis Selisih dalam Sistem Biaya Standar Dengan Metode Variabel Costing
Analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung tidak berbeda dengan analisis
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung pada sistem biaya standar dengan metode full
costing.Karena biaya produksi yang diperhitungkan dalam harga pokok produk hanya terdiri dari biaya
produksi variabel saja, maka dalam analisis selisih biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik hanya menggunakan kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standar.
Contoh Soal
PT Eliona berusaha dalam bisnis percetakan. Proses produksinya dilaksanakan berdasarkan pesanan dari
pelanggan. Metode penentuan harga pokok produk yang digunakan adalah metode variabel costing,
karena pertimbangan manajemen puncak, informasi yang dihasilkan oleh metode penentuan harga pokok
produk ini sangat bermanfaat untuk perencanaan dan pengambilan keputusan jangka pendek.
Kapasitas produksi per bulan direncanakan 5.200 jam tenaga kerja langsung.
Transaksi yang terjadi dalam bulan januari 19X1 adalah sebagai berikut:
d. Biaya tenaga kerja 5.100 jam @Rp 475 = Rp 2.422.500 dengan rincian sebagai berikut:
Nomor Pesanan Jumlah Unit Produk Jam Tenaga Kerja Tarif Upah
Langsung Sesungguhnya per kg
Sesungguhnya
101 25 600 Rp 475
102 85 1.600 Rp 475
103 57 1.200 Rp 475
104 83 1.700 Rp 475
Total 250 5.100
8. Pesanan nomor 101, 102, 103 dan 104 selesai diproses dalam bulan januari 19X1 dan semua
pesanan diserahkan kepada pemesanan, kecuali pesanan nomor 104, dengan harga jual barikut ini
:
Pesanan #101 Rp 1.200.000
Pesanan #102 Rp 3.200.000
Pesanan #103 Rp 2.000.000 +
Jumlah Rp 6.400.000
9. Biaya pemasaran yang sesungguhnya terjadi adalah sebesar Rp 400.000 yang terdiri dari biaya
pemesaran variabel sebesar Rp 250.000 dan biaya pemesaran tetap sebesar Rp 150.000.
10. Biaya administrasi dan umum yang sesungguhnya terjadi adalah sebesar Rp 300.000 yang terdiri
dari biaya administrasi dan umum variabel, sebesar Rp 100.000 dan baya administrasi dan umum
tetap sebesar Rp 200.000.
(HSt – HS) x KS
BAB VIII
Analisa break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Adapun pengertian – pengertian Break Even Point menurut para ahli:
1. Menurut S. Munawir ,Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu
keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi ( total
penghasilan = total biaya)
2. Menurut Abdullah ,Analisis Break even point disebut juga Cost volume profit analysis
Arti penting analisis break even point bagi manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan
adalah sebagai berikut:
a) Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami
kerugian
b) Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu
c) Penetapan seberapa jauhkah menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita
rugi
3. Menurut Purba ,Titik impas (break even point) berlandaskan pada pernyataan sederhana, berapa
besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
mengahsilkan produk tersebut.
4. Menurut PS. Djarwanto Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun
perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan
sebaliknya tidak menderita kerugiaan.
5. Menurut Harahap Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba
dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat
ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan biaya total
penjualan sehingga tidak ada laba atau rugi
6. Menurut Garrison dan Noreen, break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk
menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama
dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan
(HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.Biaya tetap merupakan fungsi dari waktu,
bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasrkan kontrak, misalnya sewa
gudang.Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan bukan fungsi dari waktu,
misalnya biaya angkut barang.
Seluruh jenis biaya dibagi dalam golongan biaya variabel dan biaya tetap.
Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsionil dengan volume
produksi/penjualan
Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah, meskipun adanya perubahan volume
produksi/penjualan
Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisis
Perusahaan hanya memproduksi/menjual satu jenis barang. Apabila memproduksi lebih dari satu jenis
produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk/sales mix adalah tetap
konstan.
Kebijakan manajemen tentang operasi perusahaan tidak berubah secara material (Perubahan besar)
dalam jangka waktu pendek
Kebijakan persediaan barang tetap konstan/tidak ada persediaan sama sekali, baik persediaan awal
maupun persediaan akhir.
Efisiensi dan produktivitas per karyawan tidak berubah dalam jangka pendek.
Telah dijelaskan sebelumbya bahwa analisa BEP sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk
mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan
kata lain dengan mengetahui BEP kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual,
biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.
5
Analisis BEP berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
a) Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya
tetap.
b) Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi
atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.
c) Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau
penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume
kegiatan.
d) Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang di produksi.
e) Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
f) Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-
masing jenis produk dianggap konstan (tetap)
Analisa BEP juga dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dlam berbagai pengambilan
keputusan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai;
Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian
Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian
Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita
kerugian.
Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang
diperoleh.
BEP juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu
untuk:
1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis
dan otomatis dan mengganti biaya variabel dan biaya tetap.
2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum
3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan
BEP dalam suatu proyek yang diusulkan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan
perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah
sebagai berikut,yaitu:
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan
tingkat harga, kualitas dan kuantitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
3. Meningkatkan volume kegiatan semaksimal mungkin.
Untuk menganalisis Break Even Point (BEP) atau titik impas perlu diperhatikan unsur-unsur pokok
yang memengaruhi, yaitu: biaya, harga jual dan volume penjualan. Ketiga unsur pokok tersebut tidak
boleh dipisahkan karena saling terkait, di mana biaya menentukan harga jual, harga jual memengaruhi
volume penjualan, volume penjualan memengaruhi volume produksi dan volume produksi memengaruhi
biaya.
a. Laba
menurut Soemarno , Laba adalah selisi lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha
laba di sebut juga dengan income , earnings atau profil merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operai
usaha dalam periodde tertentu yang di tanyakan dalam istilah keuangan. Laba merupakan informasi
perusahan paling diminati dalam pasar keuangan . Laba merupakan alat yangn tepat untuk megukur
prestasi dari pimpinan dan manajemen perusahan yang merupakan indikator di dalam berhasil atau tidak
manejer .factor utama dalam besar kecilnya laba adalah,pendapatan dan biaya .
7
b. Harga Jual
Harga dan volume penjualan saling memengarugi . Bayaknya volume penjualan suatu produk sangat di
pengaruhi oleh harga jual baik bagi produksi maupun bagi konsumen . Harga jual dapat berupa harga jual
bersih atau harga jaul kotor penepatan harga jual suatu produk sangat penting kesahalan dalam penetapan
harga akan berakibat fatal bagi segi keuangan dan akan memengaruhi kontinuitas usaha.
Berikut ini beberap meetode yang digunakan dalam penentuan harga jual .
Cost – plus pricing .adalah penetuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang di harapkan
di atas biaya penuh masa yagn akan dating untuk memproduksi dan memasarkan produk .
Time dan material pricing .adalah penetuan harga jual sebesar biaya penuh ditambahkan dengna
laba yagn diharapkan . Metode ini digunakan oleh perusahan bengkel mobil, dok kapal dan
perusahan lain yagn menjual reparasi atau suku cadang sebagai pelengkapan penjualan jasa
.Volume jasa dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan dihitung harga jual atau suatu waktu
yagn dinikmati konsumen .
Cost type contract pricing .adalah kontrak pembuatan barang atau jasa sesuai harga yagn
didasarkan pada total biaya yagn sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba
yagn dihitung sebesar persentase dari total biaya sesungguhnya tersebut .
c.Biaya
Biaya atau cost adalah pengorbanan sunber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi
atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakaimya dan
digolongkan sebagai aktiva yang dimasukan kedalam neraca . Sedangkan beban atau expense adalah
biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis . Biaya yagn belum dinikmati yagn daoat
memberikan manfaat di masa akan datang dikelompokan sebagai harta. Biaya ini dimasukan kedalam
laba rugi .sebagai pengurangan dari pendapatan .
Biaya tetap (fixed Cost = FC ). Biaya tetap adalah biaya yang jumlah total tetap konstan tidak
dipegarugi perubahan volume produksi pada periodedan tingkatan tertentu . Namun pada biaya
tetap ini biaya satuan ( unit cost ) akan berubah berbanding terbalik dengan perusahan volume
produksi Semakin tinggi volume produksi , seamakdin rendah biaya satuannya, Sebaliknya
semakin rendah volume produksi semakin tinggi biaya per satuannya . Jenis biaya tergolong
biaya tetap antara lain adalah penyusutan mesin , bangunan , sewa asuransi perusahan , gaji tetap
bulan para karyawan tetap .
Baiya Variabel .Biaya Variabel adalaha biaya yang jummlah totalnya berubah sebading (
proposional ) sesuai dengan volume produksi . semakin besar volume produksi semakin besal
pula jumlah total biaya variable yang di keluarkan. Sebaliknya semakin kecil volume produksi
semakain kecil pula jumlah total variable . Jenis biaya variable antara lain adalah : biaya bahan
baku, biaya tenga kerja lansung, Biaya tenaga listrik mesin dan sebaginya.
.Biaya Semi Variabel.Biaya semi variable adalah biaya yagn jumlah totalnya akan berubah sesuai
dengan perubahan volume produksi. Namaun perubahannya tidak proposional dalm analisis tittik
impas, biaya harus dikelompokan menjadi dua kelompok yakni biaya tetap dan biaya variable.
Rumus BEP/analisis break even point (Analisis balik modal) digunakan untuk menentukan hal-hal
seperti:
Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus
dibuat.
Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah direncanakan atau dapat
diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut.
Mengukur dan menjaga agar penjualan dan tingkat produksi tidak lebih kecil dari BEP.
Menganalisis perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau tingkat
produksi.Sehingga analisis terhadap BEP merupakan suatu alat perencanaan penjualan dan sekaligus
perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya
karena harus memperoleh keuntungan berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP-nya
Berikut beberapa model rumus BEP yang dapat digunakan dalam analisis Break Even Point :
1) Pendekatan Matematis
Rumus BEP yang pertama adalah menghitung break even point yang harus diketahui adalah jumlah
total biaya tetap, biaya variabel per unit atau total variabel, hasil penjualan total atau harga jual per
unit. Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan :
VC : Variabel Cost
S : Sales Volume
10
Diketahui PT. Gear Second memiliki usaha di bidang alat perkakas martil dengan data sebagai berikut :
1. Fixed Cost
Total FC : Rp.150.000.000,-
2. Variable Cost
Total VC : Rp.250.000.000,-
Penyelesaian :
Keterangan : Jadi perusahaan harus menjual 60.000 Unit perkakas martil agar BEP.
Keterangan : Jadi perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp. 300.000.000,- agar terjadi BEP.
12
2) Pendekatan Grafik
Kemudian rumus BEP yang kedua yaitu : pendekatan grafik menggambarkan hubungan antara
volume penjualan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan serta laba. Selain itu juga
untuk mengetahui biaya tetap dan biaya variabel dan tingkat kerugian perusahaan. Asumsi yang
digunakan dalam analisis peulang pokok ini adalah bahwa harga jual, biaya variabel per unit adalah
konstan.
Dari grafik di bawah terlihat bahwa untuk tiap-tiap masing unit penjualan terdapat informasi yang
lengkap setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya maupun laba atau rugi. Jadi
manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian unit, akan terlihat seluruh komponen di atas.
BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan baik dari segi unit maupun rupiah yang diperoleh.
Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur biaya dan penghasilan kedalam sebuah
gambar grafik. Dalam gambar tersebut akan terlihat garis-garis biaya tetap, biaya total yang
menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan. Besarnya
volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu horizontal (sumbu X) dan besarnya
biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada sumbu vertikal (sumbu Y).
Untuk menggambarkan garis biaya tetap dalamgrafik break even point dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X, atau dengan
menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel. Pada cara yang kedua, besarnya
contribution margin akan tampak pada gambar break even point tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode harga pokok proses (processing cost) adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui
departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan produk atau massa.
Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produksinya diolah hanya
melalui satu departemen produksi dan Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan
yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi. Adapun biaya yang termasuk dalam
metode harga pokok proses adalah biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Pada laporan biaya produksi meliputi laporan produksi, biaya yang dibebankan, dan perhitungan
harga pokok. Metode Harga Pokok Proses - Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksi
terdiri dari Produk selesai pada departemen tertentu langsung dipindah ke departemen berikutnya dan
Produk selesai dari departemen permulaan dimasukkan ke gudang produk selesai, dimana sebagian akan
diproses didalam departemen lanjutan dan sebagian langsung dijual.