Anda di halaman 1dari 43

HARGA POKOK PESANAN & HARGA POKOK PROSES

Disusun Oleh:

1. ANDIANSYAH (191061201331)
2. ANDRI SISWONDO (191061201333)
3. FADIL ALFAJRI (191061201321)
4. PUTRI WULAN DARI (191061201315)
5. APRILIA DINDA SANTANIA (191061201351)
6. FASRAH MAHARANI (191061201314)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS IBNU SINA
BATAM
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan
dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah
sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis setiap saat.
Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang
lebih baik lagi. Harapan penulis, semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kita
semua.

Batam, 20 September2020
Penyusun

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

Halaman
COVER ........................................................................................................... i
FOTO KELOMPOK .....................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
1. Rumusan Masalah Harga Pokok Pesanan ................................ 5
2. Rumusan Masalah Harga Pokok Proses ................................... 6
C. Tujuan Penulis.................................................................................... 6
1. Tujuan Harga Pokok Pesanan.................................................... 6
2. Tujuan Masalah Harga Pokok Proses ...................................... 7
BAB II TEORI
A. Pengertian dan Konsep Metode Harga Pokok Pesanan................. 8
B. Karakteristik Biaya Pesanan ............................................................ 8
C. Kartu Biaya Pesanan ......................................................................... 8
D. Pengumpulan Biaya Produksi dalam Metode HPP ........................ 9
E. Perbedaan Antara Akuntansi Perusahaan Manufaktur dan
Akuntansi Perusahaan Dagang......................................................... 11
F. Harga Pokok Produksi ...................................................................... 11
G. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan .............. 12
H. Kartu Harga Pokok (Job Order Cost Sheet) .................................. 14
I. Pengertian Metode Harga Pokok Proses ......................................... 14
J. Manfaat Informasi Harga Pokok Proses ......................................... 14
K. Sistem Pembebanan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses ..... 15
L. Penggolongan Proses Produksi pada Perusahaan Manufaktur .... 15
M. Karakteristik & Prosedur Akuntansi Biaya pada Metode HPP ... 16
N. Penggolongan Biaya pada Metode HPP .......................................... 18
O. Masalah Khusus dalam Perhitungan HPP pada Metode HPP...... 19
P. Tujuan Penentuan Metode Harga Pokok Proses............................ 20

3
BAB III PEMBAHASAN
A. Contoh Kasus Metode Harga Pokok Pesanan ................................ 21
B. Contoh Kasus Metode Harga Pokok Pesanan ................................ 36
BAB IV PENUTUP
C. Kesimpulan......................................................................................... 40
1. Kesimpulan Harga Pokok Pesanan............................................ 40
2. Kesimpulan Masalah Harga Pokok Proses .............................. 40
D. Saran ................................................................................................... 40
1. Saran Harga Pokok Pesanan ...................................................... 40
2. Saran Masalah Harga Pokok Proses ......................................... 41
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 43

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap bidang kegiatan produksi pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan tersebut. Umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah mendapatkan
laba atau keuntungan yang besar. Setiap kegiatan produksi membutuhkan biaya
produksi karena biaya produksi ditujukan untuk memperoleh nilai ekonomis produk
yang lebih tinggi. Oleh karena itu, setiap perusahaan membutuhkan biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
sangat penting karena merupakan salah satu teknik untuk menerapkan kebijakan-
kebijakan dalam pembebanan oleh suatu produk. Merupakan bagian dari proses
perencanaan untuk menentukan tindakan bagi kegiatan produksi dimasa yang akan
datang. Memberikan informasi untuk menentukan tindakan bagi kegiatan produksi.
Memberikan gambaran bagi suatu perusahaan, di samping itu juga perusahaan
membutuhkan analisis selisih.
Metode Harga Pokok Proses yang merupakan metode pengumpulan biaya
produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa.
Di dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka
waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total
biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Melalui makalah ini akan diuraikan metode harga pokok proses yang sederhana,
yaitu yang diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui satu
departemen produksi dan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui lebih
dari satu departemen produksi. Dan diuraikan pula pengaruh adanya produk yang
hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan dalam
departemen yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Rumusan Masalah Harga Pokok Pesanan

5
a. Apa pengertian dan konsep metode harga pokok pesanan?
b. Bagaimana karakteristik biaya pesanan?
c. Apa yang dimaksud kartu biaya pesanan?
d. Bagaimana pengumpulan biaya produksi dalam metode harga pokok pesanan?
e. Apa perbedaan antara akuntansi perusahaan manufaktur dan akuntansi
perusahaan dagang?
f. Apa yang dimaksud harga pokok produksi?
g. Apa manfaat informasi harga pokok produksi per pesanan?
h. Apa yang dimaksud kartu harga pokok (job order cost sheet)?
2. Rumusan Masalah Harga Pokok Proses
a. Apa pengertian metode harga pokok proses?
b. Apa manfaat informasi harga pokok proses?
c. Bagaimana sistem pembebanan biaya pada metode harga pokok proses?
d. Bagaimana penggolongan proses produksi pada perusahaan manufaktur?
e. Bagaimana karakteristik dan prosedur akuntansi biaya pada metode harga
pokok proses?
f. Bagaimana penggolongan biaya pada metode harga pokok proses?
g. Apa saja masalah-masalah khusus dalam perhitungan harga pokok produk
pada metode harga pokok proses?
h. Apa tujuan penentuan metode harga pokok proses?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan dalam makalah ini
adalah:
1. Tujuan Harga Pokok Proses
a. Untuk mengetahui pengertian dan konsep metode harga pokok pesanan.
b. Untuk mengetahui tentang karakteristik biaya pesanan.
c. Untuk mengetahui tentang kartu biaya pesanan.
d. Untuk mengetahui cara pengumpulan biaya produksi dalam metode harga
pokok pesanan.
e. Untuk mengetahui tentang perbedaan antara akuntansi perusahaan manufaktur
dan akuntansi perusahaan dagang.
f. Untuk mengetahui tentang harga pokok produksi.

6
g. Untuk mengetahui tentang manfaat informasi harga pokok produksi per
pesanan.
h. Untuk mengetahui tentang kartu harga pokok (job order cost sheet).

2. Tujuan Harga Pokok Proses


a. Untuk mengetahui pengertian metode harga pokok proses.
b. Untuk mengetahui manfaat informasi harga pokok proses.
c. Untuk mengetahui sistem pembebanan biaya pada metode harga pokok proses.
d. Untuk mengetahui penggolongan proses produksi pada perusahaan
manufaktur.
e. Untuk mengetahui karakteristik dan prosedur akuntansi biaya pada metode
harga pokok proses.
f. Untuk mengetahui penggolongan biaya pada metode harga pokok proses.
g. Untuk mengetahui masalah-masalah khusus dalam perhitungan harga pokok
produk pada metode harga pokok proses.
h. Untuk mengetahui tujuan penentuan metode harga pokok proses.

7
BAB II
TEORI

A. Pengertian dan Konsep Metode Harga Pokok Pesanan


Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi
untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk
atas dasar pesanan. Tujuan dari penggunaan metode harga pokok pesanan adalah
untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara
keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk per satuan.
Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan
harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi
untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang
bersangkutan. Pada pengumpulan harga pokok pesanan di mana biaya yang
dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan
dapat dipisahkan identitasnya. Atau dalam pengertian yang lain, penentuan harga
pokok pesanan adalah suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit
individual atau pekerjaan, kontrak atau tumpukan produk yang spesifik.

B. Karakteristik Biaya Pesanan


1. Sifat produksinya terputus-putus tergantung pada pesanan yang diterima.
2. Bentuk produk tergantung dari spesifikasi pemesan.
3. Pengumpulan biaya produksi dilakukan pada kartu biaya pesanan, yang memuat
rincian untuk masing-masing pesanan.
4. Total biaya produksi dikalkulasi setelah pesanan selesai.
5. Biaya produksi per unit dihitung, dengan membagi total biaya produksi dengan
total unit yang dipesan.
6. Akumulasi biaya umumnya menggunakan biaya normal.
7. Produk yang sudah selesai langsung diserahkan pada pemesan.

C. Kartu Biaya Pesanan


Kartu biaya pesanan adalah dokumen dasar dalam penentuan biaya pesanan
yang mengakumulasi biaya-biaya untuk setiap pesanan. Karena biaya diakumulasi
setiap batch atau loy dalam sistem biaya pesanan menunjukkan bahan baku langsung
dan tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk suatu
8
pesanan. File kartu biaya pesanan yang belum selesai dapat berfungsi sebagai buku
besar tambahan untuk persediaan dalam proses
Syarat penggunaan metode harga pokok pesanan:
1. Masing-masing pesanan, pekerjaan, atau produk dapat dipisahkan identitasnya
secara jelas dan perlu dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara
individual.
2. Biaya produksi harus dipisahkan ke dalam dua golongan, yaitu: biaya langsung
(BBB dan BTKL) dan biaya tak langsung (selain BBB danBTKL).
3. BBB dan BTKL dibebankan/diperhitungkan secara langsung terhadap pesanan
yang bersangkutan, sedangkan BOP dibebankan kepada pesanan atas dasar tarif
yang ditentukan di muka.
4. Harga pokok setiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai.
5. Harga pokok per satuan produk dihitung dengan cara membagi jumlah biaya
produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk
dalam pesanan yang bersangkutan.
Untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan digunakan kartu harga pokok
(job cost sheet), yang merupakan rekening/buku pembantu bagi rekening kontrol
barang dalam proses.

D. Pengumpulan Biaya Produksi dalam Metode Harga Pokok Pesanan


Perusahaan yang melakukan produksi berdasarkan pesanan biasanya melakukan
proses olah produk sesuai dengan pesanan yang ada dari pihak luar. Biasanya
perusahaan yang berproduksi berdasar pesanan adalah perusahaan percetakan, mebel,
mesin dan masih banyak lainnya. Karakteristik dari perusahaan yang menggunakan
metode produksi berdasar pesanan adalah:
1. Proses produksi biasanya terjadi secara terputus-putus. Bila satupemesanan telah
selesai dikerjakan, maka proses produksi diberhentikan. Proses produksi baru
berjalan lagi ketika ada pesanan yang datang.
2. Proses produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan yang ada, bukan untuk
memenuhi persediaan di gudang.
3. Produk yang dihasilkan biasanya sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
pihak pemesan. Sehingga bisa saja barang yang dihasilkan akan berbeda dengan
pesanan lainnya. (baca juga: Tujuan Akuntansi Biaya)

9
Metode pengumpulan biaya yang didasarkan pada pesanan biasanya memiliki
produk dan jasa yang mudah untuk diidentifikasi menurut unit atau kumpulan
individu masing-masing menerima masukan bahan baku, tenaga kerja, serta overhead
pabrik. Pengumpulan biaya yang didasarkan pada tiap-tiappemesanan digunakan
kartu harga pokok. Dan untuk memudahkan dalam mencatat biaya-biaya langsung ke
kartu harga pokok, maka nomor order produksi harus dituliskan diatas kartu harga
pokok di masing-masing pesanan. Harga pokok per barang yang dihasilkan di dapat
dengan cara berikut ini:

=

Contoh: Sebuah perusahaan mengerjakan pesanan 100 pesanan jas hujan, dan
diperlukan biaya-biaya berikut ini.
- Bahan baku : Rp 600.000
- Bahan tambahan : Rp 100.000
- Tenaga kerja : Rp 500.0000
- Overhead pabrik : Rp 150.000
- Jumlah dari biaya produksi : Rp 1.350.000
Maka harga satuan dari produk jasa hujan adalah:
Rp 1.350.000 : 100 buah= Rp 13.500 (per unit)
Sehingga harga jual dari jas hujan per unit dihargai Rp13.500,00.
Manfaat dari adanya informasi harga pokok pesanan adalah:
1. Dapat digunakan untuk menentukan harga yang akan diberikan kepada pihak
pemesan.
2. Memantau realisasi dari proses produksi.
3. Mempertimbangkan penerimaan ataupun penolakan terhadap pesanan yang ada.
4. Digunakan untuk menghitung keuntungan dan kerugian yang didapat perusahaan.
5. Menentukan harga dari pokok persediaan produk jadi dan produk yang masih di
dalam tahap proses.
Pengumpulan biaya produksi di dalam metode harga pokok pesanan terdiri dari
beberapa proses, yaitu:
1. Pencatatan biaya bahan baku utama, pada proses ini terbagi menjadi dua proses
yaitu proses pencatatan pembelian bahan baku utama dan catatan pemakaian dari
bahan baku.

10
2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung. Biasanya memerlukan pengumpulan dua
jenis jam kerja yaitu, jam kerja total selama periode tertentu dan jam kerja yang
digunakan hanya dalam setiap pengerjaan pesanan.
3. Pencatatan biaya overhead pabrik. Hal ini biasanya dibagi ke dalam beberapa
golongan, antara lain adalah biaya bahan penolong, biaya reparasi, biaya tenaga
kerja tak langsung, biaya yang timbul karena adanya penilai terhadap aktiva tetap,
serta biaya lainnya yang memerlukan uang tunai langsung.
4. Pencatatan produk selesai. Harga produk yang suda jadi nantinya akan dicatat
dalam kartu persediaan dan kartu harga pesanan.

E. Perbedaan Antara Akuntansi Perusahaan Manufaktur dan Akuntansi


Perusahaan Dagang
Akuntansi perusahaan manufaktur dan akuntansi perusahaan dagang berbeda
dalam hal rekening-rekening yang disajikan dalam laporan keuangan, yaitu neraca
dan laporan laba-rugi. Di samping itu dalam perusahaan manufaktur harus membuat
laporan biaya produksi. Perbedaan keduanya diuraikan sebagai berikut:
1. Perbedaan dalam neraca
Di dalam neraca perusahaan dagang, hanya terdapat satu rekening persediaan
barang, yaitu Persediaan barang dagangan, sedangkan rekening persediaan dalam
neraca perusahaan manufaktur meliputi persediaan bahan baku, persediaan bahan
penolong, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi dan persediaan
suplai perlengkapan pabrik.
2. Perbedaan dalam laporan laba rugi
Perbedaan dalam laporan laba-rugi antara perusahaan dagang dan perusahaan
manufaktur terletak pada perhitungan harga pokok penjualan. Pada perusahaan
dagang barang tersedia untuk dijual diperoleh dengan menjumlahkan persediaan
awal dan pembelian bersih, sedangkan pada perusahaan manufaktur diperoleh
dengan menjumlahkan persediaan awal barang jadi dan harga pokok produksi.

F. Harga Pokok Produksi


Harga pokok produksi adalah biaya yang terjadi dalam rangka untuk
menghasilkan barang atau produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik.
11
1. Biaya bahan baku
Biaya bahan baku adalah Bahan yang digunakan untuk menghasilkan barang
jadi dan secara fisik menjadi bagian dari produk tersebut. Misalnya, pemakaian
bahan berupa kulit, benang, paku, lem dan cat pada perusahaan sepatu.
2. Biaya tenaga kerja langsung
Merupakan biaya yang dibayarkan kepada tenaga langsung Istilah tenaga kerja
langsung digunakan untuk menunjuk tenaga kerja (karyawan) yang terlibat
langsung dalam pengolahan bahan langsung atau bahan baku menjadi barang jadi.
Misalnya upah yang dibayarkan kepada karyawan bagian pemotongan atau bagian
perakitan atau bagian pengecatan pada perusahaan mebel.
3. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik (biaya produksi tidak langsung) adalah biaya produksi
selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Misalnya biaya tenaga kerja
tidak langsung, bahan pembantu atau penolong, reparasi dan pemeliharaan mesin,
pemeliharaan gedung pabrik, biaya listrik pabrik, biaya penyusutan mesin, dan
lain-lain.

G. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan


Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga
pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen dalam:
1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya
berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya
produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang
lain, tergantung pada spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan. Oleh karena itu
harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya
produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu.

2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan


Ada kalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah terbentuk di
pasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah menerima
atau menolak pesanan. Untuk memungkinkan pengambilan keputusan tersebut,
manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang akan diterima

12
tersebut. Informasi total harga pokok pesanan memberikan perlindungan bagi
manajemen agar dalam menerima pesanan perusahaan tidak mengalami kerugian.
3. Memantau realisasi biaya produksi
Jika suatu pesanan telah diputuskan untuk diterima, manajemen memerlukan
informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam memenuhi
pesanan tertentu. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk
mengumpulkan informasi biaya produksi tiap pesanan yang diterima untuk
memantau apakah proses produksi untuk memenuhi tertentu menghasilkan total
biaya produksi pesanan sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.
4. Menghitung laba atau rugi dap pesanan
Untuk mengetahui apakah suatu pesanan menghasilkan laba atau tidak,
manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk
memproduksi pesanan tertentu. Informasi laba atau rugi tiap pesanan diperlukan
untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan
menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan oleh
manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi sesungguhnya
keluarkan untuk tiap pesanan guna menghasilkan informasi laba atau rugi tiap
pesanan.
5. Menentukan harga pokok persediaan barang jadi dan batang dalam proses yang
disajikan neraca.
Pada saat perusahaan dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan
periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi. Di dalam neraca manajemen harus menyajikan harga pokok
persediaan barang jadi dan harga pokok yang sampai dengan tanggal neraca masih
dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan
pencatatan biaya produksi untuk setiap pesanan. Berdasarkan catatan biaya
produksi tiap pesanan tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi yang
melekat pada pesanan yang telah selesai diproduksi, namun pada tanggal neraca
belum diserahkan kepada pemesan. Di samping itu, berdasarkan catatan itu pula
manajemen dapat menentukan harga pokok dari produk yang sampai dengan
tanggal penyajian neraca masih dalam proses pengerjaan.

13
H. Kartu Harga Pokok (Job Order Cost Sheet)
Kartu harga pokok merupakan catatan penting dalam metode harga pokok
pesanan, kartu harga pokok ini berfungsi sebagai rekening pembantu yang digunakan
untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk
pengerjaan suatu pesanan dicatat secara rinci di dalam kartu harga pokok pesanan
yang bersangkutan.
Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung dan biaya
produksi tidak langsung dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi
langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara
langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok
berdasarkan suatu tarif tertentu.

I. Pengertian Metode Harga Pokok Proses


Metode harga pokok proses, yang merupakan metode pengumpulan biaya
produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara masal. Di
dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka
waktu tertentu, selam periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan
dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses
produksi perusahaan. Metode harga pokok proses memiliki karakteristik tertentu,
yaitu:
1. Biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, tahun, dan
sebagainya.
2. Produk yang dihasilkan bersifat homogen dan bentuknya standar, tidak tergantung
spesifikasi yang diminta oleh pembeli.
3. Kegiatan produksi didasarkan pada budget produksi atau schedule produksi untuk
satuan waktu tertentu.
4. Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya dijual.
5. Kegiatan produksi bersifat kontinu dan terus-menerus.
6. Jumlah total biaya maupun biaya satuan dihitung setiap akhir periode, misalnya
akhir bulan, akhir tahun.
J. Manfaat Informasi Harga Pokok Proses
Informasi harga pokok produksi yang dihasilkan bermanfaat untuk:
1. Menentukan harga jual produk.
14
2. Memantau realisasi biaya produksi.
3. Menghitung laba atau rugi periodik.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.
Untuk memberikan gambaran awal penggunaan metode harga pokok proses
dalam proses pengumpulan biaya produksi, variasi contoh penggunaan metode harga
pokok proses yang diuraikan ini mencakup:
1. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya
diolah hanya melalui satu departemen produksi.
2. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya
diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.
3. Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga
pokok produksi persatuan dengan anggapan:
a. Produk hilang pada awal proses.
b. Produk hilang pada akhir proses.

K. Sistem Pembebanan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses


Dihubungkan dengan pembebanan harga pokok kepada produk, metode harga
pokok proses dapat menggunakan sistem:
1. Semua elemen biaya dibebankan berdasar biaya sesungguhnya (historical cost
system). Pada sistem ini, produk yang diolah dibebani biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dinikmati oleh
produk yang bersangkutan.
2. Elemen biaya tertentu yaitu biaya overhead pabrik, dibebankan berdasar tarif atau
biaya yang ditentukan di muka. Sistem ini dipakai apabila kondisi-kondisi yang
ada di dalam perusahaan mengharuskan dipakainya tarif biaya overhead pabrik
dengan tujuan untuk membebankan biaya secara adil dan teliti. Kondisi tersebut
adalah:
a. Perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk.
b. Produksi perusahaan tidak stabil dari waktu ke waktu.
c. Elemen biaya overhead tetap jumlahnya relatif tinggi.
3. Semua elemen biaya dibebankan pada produk atas dasar harga pokok yang
ditentukan di muka. Pada sistem ini dalam penentuan harga pokok produk semua

15
elemen biaya baik bahan, tenaga kerja, maupun overhead pabrik dibebankan
berdasar harga pokok yang ditentukan di muka.

L. Penggolongan Proses Produksi pada Perusahaan Manufaktur


Pada perusahaan manufaktur proses produksinya dapat digolongkan atas dasar
jenis produk yang dihasilkan dan tahapan-tahapan di dalam mengolah produk, sebagai
berikut:
1. Perusahaan yang menghasilkan satu jenis produk
Atas dasar tahapan-tahapan di dalam mengelola produk pada perusahaan yang
menghasilkan satu jenis produk dapat dikelompokkan menjadi:
a. Pengolahan produk hanya melalui satu tahapan pengolahan.
b. Pengolahan produk melalui beberapa tahapan pengolahan.
2. Perusahaan yang menghasilkan beberapa jenis produk
Atas dasar tahapan-tahapan di dalam mengelola produk pada perusahaan yang
menghasilkan beberapa jenis produk dapat dikelompokkan menjadi:
a. Pengolahan produk hanya melalui satu tahapan pengolahan.
b. Pengolahan produk melalui beberapa tahapan pengolahan.
Atas dasar hubungan antara jenis produk yang satu dengan yang lain,
produk yang dihasilkan dapat digolongkan ke dalam produk bersama, ko-produk,
produk utama, dan produk sampingan.

M. Karakteristik dan Prosedur Akuntansi Biaya pada Metode Harga Pokok Proses
Karakteristik utama dari metode harga pokok proses adalah sebagai berikut:
1. Laporan harga pokok produksi digunakan untuk mengumpulkan, meringkas, dan
menghitung harga pokok baik total maupun satuan atau per unit. Apabila produk
diolah melalui beberapa tahap atau departemen, laporan harga pokok disusun
setiap departemen di mana produk diolah.
2. Biaya produksi periode tertentu dibebankan kepada produk melalui rekening
barang dalam proses yang diselenggarakan untuk setiap elemen biaya. Apabila
produk diolah melalui beberapa departemen, rekening barang dalam proses di
samping diselenggarakan untuk setiap elemen biaya harus diselenggarakan untuk
setiap departemen di mana produk diproses.

16
3. Produksi dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu atau periode tertentu.
Apabila produk diproses melalui beberapa tahap atau departemen, laporan
produksi tersebut dibuat untuk setiap departemen.
4. Produksi ekuivalen (equivalent production) digunakan untuk menghitung harga
pokok satuan. Produksi ekuivalen adalah tingkatan atau jumlah produksi di mana
pengolahan produk dinyatakan dalam ukuran produk selesai.
5. Untuk menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya produksi tertentu,
maka elemen biaya produksi tertentu tersebut dibagi dengan produksi ekuivalen
untuk elemen biaya yang bersangkutan.
6. Harga pokok yang diperhitungkan untuk mengetahui elemen-elemen yang
menikmati biaya yang dibebankan, berapa yang dinikmati produk selesai dari
departemen tertentu atau pengolahan yang dipindahkan ke gudang atau ke
departemen berikutnya dan berapa harga pokok produk dalam proses akhir.
7. Apabila dalam proses pengolahan produk timbul produk hilang, produk rusak,
produk cacat, tambahan produk akan diperhitungkan pengaruhnya dalam
perhitungan harga pokok produk.

Sedangkan prosedur dalam rangka menentukan harga pokok produk pada metode
harga pokok proses sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data produksi dalam periode tertentu untuk menyusun laporan
produksi dan menghitung produksi ekuivalen dalam rangka menghitung harga
pokok satuan.
2. Mengumpulkan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik
periode tertentu. Apabila produk diproses melalui beberapa departemen elemen
biaya tersebut dikumpulkan untuk setiap departemen.
3. Menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya, yaitu jumlah elemen biaya
tertentu dibagi produksi ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan.
4. Menghitung harga pokok produk selesai yang dipindahkan ke gudang atau
departemen berikutnya dan menghitung harga pokok produk dalam proses akhir.
Media yang dipakai dalam menghitung atau menentukan harga pokok produk
adalah Laporan Harga Pokok Produksi yang memuat informasi sebagai berikut:
1. Laporan produksi
Bagian laporan ini menunjukkan:

17
a. Informasi jumlah produk yang diolah, baik dari produk dalam proses awal,
produk yang baru dimasukkan atau diterima dari departemen sebelumnya,
maupun tambahan produk pada departemen lanjutan akibat adanya tambahan
bahan kalau ada.
b. Informasi jejak produk yang diolah, meliputi produk selesai yang dimasukkan
ke gudang atau dipindahkan ke departemen lanjutan, produk yang masih
dalam proses akhir, produk hilang, produk rusak, produk cacat kalau ada.
2. Biaya yang dibebankan
Bagian laporan ini menunjukkan informasi tentang:
a. Jumlah biaya yang dibebankan.
b. Tingkat produksi ekuivalen yang dihitung dari laporan produksi.
c. Harga pokok satuan untuk setiap elemen biaya yang dibebankan pada tahap
pengolahan produk atau departemen yang bersangkutan.
3. Perhitungan harga pokok
Bagian laporan ini memberikan informasi tentang jejak biaya yang
dibebankan, menunjukkan berapa biaya yang diserap oleh harga pokok produk
selesai maupun produk dalam proses pada akhir periode dan sebagainya.

N. Penggolongan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses


Dalam akuntansi biaya untuk metode harga pokok proses biaya produksi
digolongkan sebagai berikut:
1. Biaya bahan
Dalam metode harga pokok proses tidak diadakan pemisahan antara bahan
baku dan bahan penolong, hal ini disebabkan umumnya produk yang dihasilkan
bersifat homogen dan bentuknya standar sehingga setiap satuan produk yang sama
akan menikmati bahan yang relatif sama pula. Semua harga pokok bahan yang
diproses atau diolah menjadi produk selesai atau bagian produk selesai, baik dapat
diidentifikasikan atau tidak dapat diidentifikasikan dengan produk tertentu, adalah
merupakan biaya bahan. Kartu buku besar pembantu persediaan dibuat untuk
setiap jenis bahan, permintaan bahan oleh setiap departemen yang menggunakan
bahan digunakan dokumen bon permintaan bahan dan pemakaian bahan di dalam
produksi oleh setiap departemen harus dibuatkan laporan pemakaian bahan yang
akan dipakai dasar menyusun laporan harga pokok produksi. Laporan pemakaian

18
bahan digunakan pula untuk pengendalian pemakaian bahan oleh setiap
departemen.
2. Biaya tenaga kerja
Dalam metode harga pokok proses tidak dipisahkan atau dibedakan antara
biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung. Apabila produk
diolah melalui satu tahapan pengolahan, maka semua biaya tenaga kerja di pabrik
digolongkan sebagai elemen biaya tenaga kerja. Apabila produk diolah melalui
beberapa tahapan atau departemen, semua biaya tenaga kerja pada departemen
produksi digolongkan sebagai biaya tenaga kerja, sedangkan biaya tenaga kerja
departemen pembantu diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik.
3. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik pada metode harga pokok proses, yaitu meliputi semua
biaya produksi di departemen produksi selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja
ditambah semua biaya pada departemen pembantu yang ada di pabrik. Apabila
perusahaan tidak memiliki departemen pembantu di pabrik, biaya overhead pabrik
meliputi semua elemen biaya produksi selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja.

O. Masalah-masalah Khusus dalam Perhitungan Harga Pokok Produk pada


Metode Harga Pokok Proses
Berikut ini akan dibahas secara bertahap masalah-masalah yang timbul di dalam
perhitungan harga pokok produk pada metode harga pokok proses yang menghasilkan
satu jenis produk, yang meliputi:
1. Pengolahan produk melalui satu tahap, semua biaya dibebankan berdasar biaya
sesungguhnya.
2. Pengolahan produk melalui satu tahap, biaya overhead pabrik dibebankan
berdasar tarif yang ditentukan di muka.
3. Pengolahan produk melalui beberapa tahap atau departemen, produk selesai pada
departemen tertentu langsung dipindah ke departemen berikutnya.
4. Pengolahan produk melalui beberapa tahap, produk selesai dari departemen
permulaan dimasukkan ke gudang produk selesai, di mana sebagian akan diproses
di dalam departemen lanjutan dan sebagian langsung dijual.
5. Pengolahan produk melalui beberapa tahap, sebagian produk hilang di dalam
pengolahan.

19
6. Pengolahan produk melalui beberapa tahap, sebagian produk rusak dalam
pengolahan:
a. Produk rusak tidak laku dijual.
b. Produk rusak dapat laku dijual.
7. Pengolahan produk melalui beberapa tahap, sebagian produk cacat di dalam
pengolahan.
8. Tambahan bahan pada departemen lanjutan yang dapat menambah jumlah produk
yang dihasilkan.
9. Produk diolah melalui beberapa tahap, terdapat produk dalam proses pada awal
periode.
a. Metode harga pokok rata-rata.
b. Metode pertama masuk, pertama keluar (first in, first out)
c. Metode terakhir masuk, pertama keluar (last in, first out)
10. Review atas berbagai masalah komprehensif dalam pengolahan produk.

P. Tujuan Penentuan Metode Harga Pokok Proses


Tujuan penentuan metode harga pokok proses adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik metode harga pokok proses.
2. Mengetahui sistem apa yang dapat dipakai untuk pembebanan biaya.
3. Mengetahui bagaimana cara penggolongan biaya.
4. Mengetahui bagaimana cara mencatat dan menghitung karya pokok produksi
apabila:
a. Produk diolah satu tahap.
b. Produk diolah beberapa tahap.
c. Produk hilang dalam pengolahan.
d. Produk rusak dalam pengolahan.
e. Produk cacat dalam pengolahan.
f. Tambahan produk adanya tambahan bahan pada departemen lanjutan.
g. Adanya produk dalam proses awal periode.

20
BAB II
PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus Metode harga pokok pesanan


SOAL 1

PT Gadjah Sakti adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan


dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Pada bulan September 2004
perusahaan mendapat pesanan untuk mencetak kartu undangan sebanyak 2400 lembar
dari PT Restu dengan harga yang dibebankan adalah Rp. 2000 per lembar ,- . Pada
bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan sebanyak 100 spandoek dari PT
Insani dengan harga Rp. 200.000 per buah. Pesanan dari PT Restu diberi nomor KU-
01 dan pesanan dari PT Insani diberi nomor SP-02.

Data Kegiatan dan Produksi

1. Pada tanggal 4 September 2004 dibeli bahan baku dan penolong dengan cara
kredit yakni sebagai berikut :

Bahan baku

Kertas untuk undangan Rp. 1.350.000

Kain putih 600 meter Rp. 4.125.000

Bahan penolong

Bahan penolong X1 Rp.300.000

Bahan penolong X2 Rp.170.000

2. Dalam pemakaian bahan baku dan penolong untuk mem proses pesanan KU-01
dan SP-02 diperoleh informasi sebagai berikut :
Bahan baku kertas dan bahan penolong X2 digunakan untuk memproses pesanan
no KU-01, sedangkan bahan baku kain dan bahan penolong X1 dipakai untuk
memproses pesanan no SP-02
3. Untuk penentuan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi
menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung dengan perhitungan sbb.

21
Upah langsung untuk pesanan KU-01 180 jam a. Rp.5000 dan upah langsung
untuk pesanan SP-02 menghabiskan sebanyak 1000 jam a. Rp.5000,-. Se-
dangkan untuk upah tidak langsung adalah Rp. 2,9 juta.
Untuk gaji karyawan Bagian pemasaran dikeluarkan sebesar Rp. 7.500.000,- dan
gaji karyawan administrasi dan umum Rp. 4.000.000,-
4. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik. Perusahaan dalam hal ini menggunakan tarif
BOP sebesar 160 % dari biaya tenaga kerja langsung, baik pesanan KU-01 dan
SP-02.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi dalam kaitannya dengan pesanan di
atas, adalah sebagai berikut
Biaya pemeliharaan gedung Rp. 500.000

Biaya depresiasi gedung pabrik Rp. 2.000.000

Biaya depresiasi mesin Rp. 1.500.000

Biaya pemeliharaan mesin Rp. 1.000.000

Biaya asuransi gedung pabrik dan msn Rp. 700.000

5. Pencatatan harga pokok produk jadi. Berdasarkan informasi untuk pesanan no


KU-01 telah selesai dikerja kan.
6. Pencatatan harga pokok produk dalam proses. Berdasarkan informasi diketahui
bahwa untuk pesanan no SP-02 masih dalam proses penyelesaian.
7. Pencatatan harga pokok produk yang dijual. Pesanan no KU-01 telah diserahkan
kepada pemesan. Dan dari penyerahan tersebut pemesan akan membayar dengan
cara kredit.

Diminta:

Berdasarkan informasi di atas, buatlah jurnal yang diperlukan berdasarkan metode


harga pokok pesanan.

22
Metode Harga Pokok Proses

Proces Cost Method

SOAL 1

1. Produk diolah melalui satu departemen. Dalam keten tuan ini anggapan yang
digunakan :
a. Tidak terdapat persediaan produk dalam proses awal
b. Tidak terdapat produk yang rusak atau hilang dalam proses pengolahan.
c. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk.

CV Pribadi dalam pengolahan produknya dilakukan secara massal dan


melalui satu departemen produksi. Berikut ini disajikan data produksi dan
kegiatan selama bulan September 2004, yakni sbb ;

Produk yang dimasukkan dlm proses 5.000 unit

Produk jadi 3.800 unit

Produk dlm proses dengan

tkt penyelesaian Bhn baku dan

penolong 100 %; biaya

konversi 40 %. 1.200 unit

Jumlah produk yang diproses 5.000 unit

Data Biaya produksi

Berdasarkan informasi berikut ini adalah biaya produksi yang telah


dikeluarkan yakni sebagai berikut:

Biaya bahan baku Rp. 300.000

Biaya bahan penolong Rp. 450.000

Biaya tenaga kerja Rp. 513.600

Biaya overhead pabrik Rp. 642.000

Total Biaya produksi Rp. 1.905.600

23
Berdasarkan data tersebut di atas, maka tentukan:

1. Berapa biaya produksi per unit untuk mengolah produk tersebut


2. Tentukan berapa harga pokok produk jadi
3. Berapa harga pokok produk dalam proses akhir bulan September 2004.
4. Buatlah jurnal-2 yang diperlukan.

SOAL 2

1. Produk diolah melalui lebih dari satu departemen.


PT Salima memiliki dua departemen produksi dalam mengo lah produknya
yakni departemen A dan departemen B. Berikut ini disajikan data produksi dan
biaya untuk kedua departemen tersebut

Dept A Dept B

Produk yang dimasukkan dlm

proses 50.000 -

Produk selesai yang ditran-

fer ke Dept B 40.000 -

Produk selesai ditransfer

Ke gudang - 35.000

Produk dlm proses akhir bulan

Dgn tkt penyelesaian bhn baku

Dan penolong 100 %, bia-

ya tenaga kerja 40 % dan

BOP 35 %. 10.000 -

tkt penyelesaian biaya bhn pe-

nolong 60 % dan biaya

24
konversi 30 %. - 5.000

Data Biaya produksi

Berdasarkan informasi berikut ini adalah biaya produksi yang telah


dikeluarkan yakni sebagai berikut :

Biaya yang dikeluarkan selama bulan berlangsung adalah Sebagai berikut:

Dept A Dept B

Biaya bahan baku Rp. 800.000 -

Biaya bahan penolong Rp. 1.150.000 Rp. 988.000

Biaya tenaga kerja Rp. 1.100.000 Rp. 1.241.000

Biaya overhead pabrik Rp. 870.000 Rp. 2.044.000

Diminta :

Berdasarkan informsi di atas, maka tentukan:

a. Harga pokok produksi per satuan yang dihasilkan oleh Departemen A


b. Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Depar teman B.
c. Harga Pokok produk dalam proses akhir bulan.

Penyelesaian :

Metode Harga Pokok Pesanan

Job Order Cost Method

Jurnal-Jurnal yang Diperlukan :

1. Pencatatan Pembelian Bahan baku & penolong

Persediaan Bahan baku Rp. 5.475.000

Hutang Dagang Rp. 5.475.000

Persediaan Bahan penolong Rp. 300.000

Hutang Dagang Rp. 300.000

25
2. Pencatatan Pemakaian Bahan baku & penolong

BDP – Biaya bahan baku Rp. 5.475.000

Persediaan Bahan baku Rp. 5.475.000

BOP – Sesungguhnya Rp. 470.000

Persediaan Bahan penolong Rp. 470.000

3. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja


a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang

Gaji dan Upah Rp. 20.300.000

Utang Gaji & Upah Rp.20.300.000

b. Pencatatan Distribusi Biaya TK

Biaya TK Langsung Rp. 5.900.000

Biaya TK Tdk Langsung Rp. 2.900.000

Biaya Pemasaran Rp. 7.500.000

Biaya Administ & Umum Rp. 4.000.000

Gaji dan Upah Rp. 20.300.000

c. Pembayaran Gaji dan Upah

Utang Gaji dan Upah Rp. 20.300.000

Kas Rp.20.300.000

4. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik.

BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp. 9.440.000

BOP yg Dibebankan Rp. 9.440.000

BOP yang Sesungguhnya Rp. 5.700.000

Persediaan bhn bangunan Rp. 500.000

Akum. depresiasi gedung pabrik Rp. 2.000.000

Akum. depresiasi mesin Rp. 1.500.000

26
Persediaan suku cadang Rp. 1.000.000

Persekot Asuransi Rp. 700.000

BOP yg Dibebankan Rp. 9.440.000

BOP yg Sesungguhnya Rp.9.440.000

Selisih BOP :

Untuk menentukan selisih BOP dicari dengan cara memban- dingkan


antara jumlah BOP yang dibebankan dengan jml seluruh BOP yang
sesungguhnya terjadi.

Berdasarkan soal di atas, selisih BOP dapat ditentukan dengan cara :

BOP yang Sesungguhnya:

Jurnal no #2 Rp. 470.000

Jurnal no #3b Rp. 2.900.000

Jurnal no #5 Rp. 5.700.000

Jml BOP yang Sesungguhnya Rp. 9.070.000

BOP yang Dibebankan Rp. 9.440.000

(Selisih pembebanan lebih)

Jurnal Selisih BOP

BOP yang Sesungguhnya Rp. 370.000

Selisih BOP Rp. 370.000

5. Pencatatan Harga Pokok produk jadi (KU-01)

Persediaan produk jadi Rp. 3.690.000

BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 1.350.000

BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp. 900.000

BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp. 1.440.000

27
6. Pencatatan Harga Pokok produk dlm proses (SP-02)

Persediaan produk dalam proses Rp. 17.125.000

BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 4.125.000

BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp. 5.000.000

BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp. 8.000.000

7. Pencatatan Harga pokok produk yang dijual

Harga Pokok Penjualan Rp. 3.690.000

Persediaan Produk jadi Rp. 3.690.000

Piutang Dagang Rp. 4.800.000

Harga Pokok Penjualan Rp. 4.800.000

Penyelesaian :

Metode Harga Pokok Proses

Proces Cost Method

1. Perhitungan Harga Pokok produksi per unit

No.Jenis Biaya Jmlh Biaya Unit Equivalen Biaya/Unit

a. Biaya Bhn baku Rp. 300.000 3800+(1200 x 100%) Rp. 60


b. Biaya Bhn Penolong Rp. 450.000 3800+(1200 x 100%) Rp. 90
c. Biaya Tenaga Kerja Rp. 513.600 3800+(1200 x 40%) Rp. 120
d. Biaya Overhead Pabrik Rp. 642.000 3800+(1200 x 40%) Rp. 150.
e. Biaya Produksi Per Unit Rp. 420
2. Harga Pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang yakni sebesar :

3800 unit x Rp. 420 = Rp. 1.596.000

3. Harga Pokok produksi yang masih dalam proses akhir

Biaya bahan baku :

( 1200 x 100% ) x Rp. 60 = Rp. 72.000

28
Biaya bahan penolong

( 1200 x 100% ) x Rp. 90 = Rp. 108.000

Biaya Tenaga Kerja

( 1200 x 40% ) x Rp. 120 = Rp. 57.600

Biaya Overhead Pabrik

( 1200 x 40% ) x Rp. 150 = Rp. 72.000

Jumlah Harga Pokok produksi = Rp. 309.600

yg masih dlm proses akhir

Jurnal-Jurnal yang Diperlukan.

1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :

BDP – Biaya Bahan baku Rp. 300.000.

Persediaan Bahan Baku Rp. 300.000

2. Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong :

BDP – Biaya Bahan Penolong Rp. 450.000

Persediaan Bahan Penolong Rp. 450.000

3. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja

BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp. 513.600

Gaji dan Upah Rp. 513.600

4. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja

BDP – Biaya Overhead pabrik Rp. 642.000

Berbagai Rekening yang Di Rp. 642.000

kredit.

5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.

Persediaan produk jadi Rp. 1.596.000

29
BDP- Biaya Bahan Baku Rp.

BDP- Biaya Bahan Penolong Rp.

BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp.

BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp.

6. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk yang masih dalam proses akhir :

Persediaan produk jadi Rp. 309.600

BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 72.000

BDP- Biaya Bahan Penolong Rp. 108.000

BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp. 57.600

BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp. 72.000

Metode Harga Pokok Proses

Proces Cost Method

Produk Diolah melalui lebih dari Dua Departemen.

1. Perhitungan Harga Pokok produksi per unit


No. Jenis Biaya Jml Biaya Unit Equivalen Biaya/Unit
a. Bia Bhn baku Rp. 800.000 40.000+(10.000x100%) Rp. 16
b. Bia Bhn Penolong Rp. 1.150.000 40.000+(10.00 x 100%)Rp. 23
c. Bia Tenaga Kerja Rp. 1.100.000 40.000+(10.00 x 40%) Rp. 25
d. Bia Overhead Pabrik Rp. 870.000 40.000+(10.00 x 35%) Rp.
20
e. Biaya Produksi Per Unit Rp.84
2. Harga Pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang yakni sebesar :
40.0 it x Rp. 84 = Rp. 3.360.000
3. Harga Pokok produksi yang masih dalam proses akhir yang Dihasilkan pada
Departemen A (10.000 unit)Biaya bahan baku :

( 10.000 x 100% ) x Rp. 16 = Rp. 160.000

30
Biaya bahan penolong

( 10.000 x 100% ) x Rp. 23 = Rp. 230.000

Biaya Tenaga Kerja

( 10.000 x 40% ) x Rp. 25 = Rp. 100.000

Biaya Overhead Pabrik

( 10.000 x 35% ) x Rp. 20 = Rp. 70.000

Jumlah Harga Pokok produksi = Rp. 560.000

yg masih dlm proses akhir

4. Perhitungan Biaya Produksi per unit yang Ditambahkan oleh Departemen B


yakni :

No.Jenis Biaya Jml Biaya Unit Equivalen Biaya/Unit

a. Bia Bhn Penolong Rp. 988.000 35.000+(5.000x60%) Rp. 26


b. Bia Tenaga Kerja Rp. 1.241.000 35.000+(5.000 x 30%) Rp. 34
c. Bia Overhead Pabrik Rp. 1.100.000 35.000+(5.000 x 30%)Rp. 56
d. Biaya Produksi Per Unit Rp.116
5. Harga Pokok Produk selesai yang Ditransfer oleh Departemen B ke Gudang
adalah :

35.000 x (Rp.116 + Rp. 84*) = Rp. 7.000.000

Catatan : Rp. 84* adalah Harga Pokok yang dibawa dari Departemen A

6. Harga Pokok produksi yang masih dalam proses akhir yang Dihasilkan pada
Departemen B ( 5000 unit)

Harga Pokok Produk dalam proses akhir yang berasal dari Departemen B

( 5000 x Rp. 84) = Rp. 420.000

Biaya bahan penolong

( 5.000 x 60% ) x Rp. 26 = Rp. 78.000

Biaya Tenaga Kerja

31
( 5.000 x 30% ) x Rp. 34 = Rp. 51.000

Biaya Overhead Pabrik

( 5.000 x 30% ) x Rp. 56 = Rp. 84.000

Jumlah Harga Pokok produksi = Rp. 633.000

yg masih dlm proses akhir

Contoh Kasus :

PT Persada memiliki dua departemen produksi dalam mengolah produknya yakni


departemen I dan departemen II. Berikut ini disajikan data produksi dan biaya untuk
kedua departemen tersebut

Dept I DeptII

Produk yang dimasukkan dlm

proses 3.000 -

Produk selesai yang ditran-

fer ke Dept B 2.500 -

Produk selesai ditransfer

Ke gudang - 2.100

Produk dlm proses akhir bulan

Dgn tkt penyelesaian bhn baku

Dan penolong 100 %, biaya

Konversi 45 % 300 -

Tkt penyelesaian biaya bhn pe-

nolong 70 % dan biaya

konversi 40 %. - 250

Produk hilang awal proses 200 150

32
Data Biaya produksi

Berdasarkan informasi berikut ini adalah biaya produksi yang telah dikeluarkan yakni
sebagai berikut

Biaya yang dikeluarkan selama bulan berlangsung adalah

Sebagai berikut :

Dept I Dept II

Biaya bahan baku Rp. 350.000 -

Biaya bahan penolong Rp. 406.000 Rp. 409.500

Biaya tenaga kerja Rp. 500.650 Rp. 473.000

Biaya overhead pabrik Rp. 711.450 Rp. 352.000

Diminta ;

Berdasarkan informsi di atas, maka tentukan

 Harga pokok produksi per satuan yang dihasilkan oleh Departemen I


 Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Depar teman II
 Harga Pokok produk dalam proses akhir bulan yang dihasilkan oleh Departemen I
 Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang
 Harga pokok produk yang masih dalam proses akhir yang dihasilkan oleh
Departemen II

Penyelesaian : Kasus Produk Hilang

1. Perhitungan Harga Pokok produksi per unit


No.Jenis Biaya Jml Biaya Unit Equivalen Biaya/Unit
a. Bia Bhn baku Rp. 350.000 2100+(300 x 100%) Rp 125
b. Bia Bhn Penolong Rp. 406.000 2500+(300 x 100%) Rp 145
c. Bia Tenaga Kerja Rp. 500.650 2500+(300 x 45%) Rp 190
d. Bia Overhead Pabrik Rp. 711.450 2500+(300 x 45%) Rp 270
e. Biaya Produksi Per Unit Rp. 730
2. Harga Pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang yakni sebesar :
2501t x Rp. 730 = Rp. 1.825.000

33
3. Harga Pokok produksi yang masih dalam proses akhir

Biaya bahan baku :

( 300 x 100% ) x Rp. 125 = Rp. 37.500

Biaya bahan penolong

( 300 x 100% ) x Rp. 145 = Rp. 43.500

Biaya Tenaga Kerja

( 300 x 45% ) x Rp. 190 = Rp. 25.650

Biaya Overhead Pabrik

( 300 x 45% ) x Rp. 270 = Rp. 36.450

Jumlah Harga Pokok produksi = Rp. 143.100

yg masih dlm proses akhir

4. Perhitungan Biaya Produksi per unit yang Ditambahkan oleh Departemen B yakni
No.Jenis Biaya Jml Biaya Unit Equivalen Biaya/Unit
a. Bia Bhn Penolong Rp. 409.500 2100 + (250 x 70%) Rp.180
b. Bia Tenaga Kerja Rp. 473.000 2100 + ( 250 x 40%) Rp.215
c. Bia Overhead Pabrik Rp. 352.000 2100 + ( 250 x 40%) Rp.160
d. Biaya Produksi Per Unit Rp.555
5. Harga Pokok Produk selesai yang Ditransfer oleh Departemen B ke Gudang adalah
2.100 x (1.506,59) * = Rp. 3.163.839
Catatan :

Harga pokok produksi/satuan yg berasal

dari Dept I = Rp. 730

Harga pokok produksi/satuan yg berasal

Dari Dept I stl adanya produk hilang dlm

Proses di Dept II sebanyak 250 unit

Adalah Rp 1.825.000 : ( 2500 – 150 ) = Rp. 776,59

34
Penyesuaian harga pokok produksi per Rp.1.506,59

Satuan produk yang berasal dari Dept I

* Rp. 730 + 776,59

6. Harga Pokok produksi yang masih dalam proses akhir yang Dihasilkan pada
Departemen B ( 250 unit)

Harga Pokok dari Dept A 250 x 776,59 = Rp. 194147,5

Biaya bahan penolong

( 250 x 70% x Rp. 180) = Rp. 31.500

Biaya bahan tenaga kerja

( 250 x 40% x Rp. 215 = Rp. 21.500

Biaya overhead pabrik

( 250 x 40% x Rp. 160 = Rp. 16.000

Jumlah Harga Pokok produksi = Rp.263.147,5

yg masih dlm proses akhir

Jurnal-Jurnal yang Diperlukan.

1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :


BDP – Biaya Bahan baku Rp. 300.000.

Persediaan Bahan Baku Rp. 300.000

2. Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong :

BDP – Biaya Bahan Penolong Rp. 450.000

Persediaan Bahan Penolong Rp. 450.000

3. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja

BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp. 513.600

Gaji dan Upah Rp. 513.600

35
4. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja

BDP – Biaya Overhead pabrik Rp. 642.000

Berbagai Rekening yang Di Rp. 642.000

kredit.

5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.

Persediaan produk jadi Rp. 1.596.000

BDP- Biaya Bahan Baku Rp.

BDP- Biaya Bahan Penolong Rp.

BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp.

BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp.

6. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk yang masih dalam proses akhir :

Persediaan produk jadi Rp. 309.600

BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 72.000

BDP- Biaya Bahan Penolong Rp. 108.000

BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp. 57.600

BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp. 72.000

B. Contoh Kasus perusahaan yang menerapkan metode harga pokok proses


Contoh KasusSebuah perusahaan yang menerapkan metode harga pokok
proses, memberikan data yangberkaitan dengan proses produksi selama bulan Januari
2007 sbb :
1. Jumlah produk dalam proses pada awal bulan 2.000 unit
2. Jumlah produk yang masuk proses 15.000 unit
3. Jumlah produk jadi 13.000 unit
4. Jumlah produk dalam proses pada akhir bulan 4.000 unit, dengan tingkat
penyelesaian :bahan baku 75%; upah langsung 50%; dan overhead 60%

36
5. Nilai persediaan awal produk dalam proses Rp. 352.000,00 yang terdiri dari:
Bahanbaku Rp.200.000,00
Upah Langsung Rp.80.000,00
BOP Rp.72.000,00
6. Jumlah biaya sebenarnya selama bulan tersebut :
Bahan baku Rp. 1.480.000,00
Upah langsung Rp. 1.090.000,00
BOP Rp.898.200,00

Hitunglah nilai persediaan produk jadi dan nilai persediaan akhir produk
dalam prosesdengan menggunakan metode rata-rataPenyelesaianData produksi:
Jumlah produk dalam proses awal2.000 unit
Jumlah yang dimasukkan dalam proses15.000 unit
Total yang siap diproses 17.000 unit
Produk jadi ditransfer ke gudang 13.000 unit
Produk dalam proses akhir 4.000 unit

Perhitungan biaya produksi per unit :

Unsur BP Biaya Biaya Total Biaya UnitEkuivalensi BP


padaPDP produksiperiode Perunit
ini

Biaya Rp.200.000 Rp.1.480.000 Rp.1.680.000 16.000 Rp.105


BBBiayaTKL
80.000
Biaya OP
72.000 1.090.000 1.170.000 15.000 78

898.200 970.200 15.400 63

Jumlah Rp.3.820.200 Rp.246

37
Perhitungan HPP selesai dan persediaan produk dalam proses :

HPP selesai yang ditransfer ke gudang

13.000 * Rp. 246 Rp.3.198.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :

Biaya BB 4000 * 75% * 105 =315.000

Biaya TKL 4000 * 50% * 78=156.000

Biaya OP 4000 * 60% * 63=151.200

622.200

Jumlah biaya produksi bulan Januari 2007 Rp.3.820.200

Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)

Metode ini menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali


digunakan untukmenyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses
(belum selesai diproses),kemudian sisanya digunakan untuk mengolahproduk yang
dimasukkan dalam proses dalamperiode sekarang. Oleh karena itu, dalam perhitungan
unit ekuivalensi, tingkat penyelesaianpersediaan produk dalam proses awal harus
diperhitungkan.

Contoh Kasus:

Sebuah perusahaan yang menerapkan metode harga pokok proses,


memberikan data yangberkaitan dengan proses produksi selama bulan April 2007 sbb:

1. Jumlah produk yang masih dalam proses pada awal bulan 20.000 unit, dengan
tingkatpenyelesaian : bahan baku 90%; upah langsung 70%; dan overhead 80%.
2. Produk yang masuk proses selama bulan tersebut 60.000 unit.
3. Jumlah produk jadi 65.000 unit.
4. Jumlah produk yang masih dalam proses pada akhir bulan 15.000 unit, dengan
tingkatpenyelesaian : bahan baku 100%; upah langsung 60%; dan overhead 75%
5. Nilai persediaan awal produk dalam proses Rp. 858.000,00
6. Jumlah biaya sebenarnya selama bulan tersebut :
Biaya bahan baku Rp. 1.302.000,00
Biaya tenaga kerja lgs Rp. 1.020.000,00
38
BOP Rp. 1.205.000,00
Hitunglah nilai persediaan produk jadi dan nilai persediaan akhir produk dalam proses
denganmenggunakan FIFO costing
PenyelesaianData produksi :
Jumlah produk dalam proses awa l20.000
UnitJumlah yang dimasukkan dalam proses 60.000 unit
Totalyang siap diproses 80.000 unit
Produk jadi ditransfer ke gudang 65.000 unit
Produk dalam proses akhir 15.000 unit

Perhitungan unit ekuivalensi dengan metode MPKP (FIFO) :


Biaya BB Biaya TKL Biaya OP

Persediaan akhir2.000 *) 6.000 4.000


produk dalam
proses awal
Produk selesai 45.000 45.000 **) 45.000
Produk dalam 15.000 9.000 11.250 ***)
proses akhir
Jumlah unit 62.000 60.000 60.250
ekuivalensi

39
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Harga Pokok Pesanan
Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya
produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang
menghasilkan produk atas dasar pesanan. Tujuan dari penggunaan metode harga
pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan
baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk per
satuan.
Metode pengumpulan biaya produksi tergantung pada sifat pengolahan suatu
produk. Sifat pengolahan produk pada perusahaan manufaktur dibedakan ke
dalam dua golongan, yaitu: pengolahan produk dengan berdasarkan pesanan dan
pengolahan produk dengan berdasarkan produksi massa. Dengan demikian,
metode dalam pengumpulan biaya produksi juga dibedakan menjadi 2 metode,
yaitu: metode harga pokok pesanan (job order cost method), dan metode harga
pokok proses (process cost method).

2. Harga Pokok Proses


Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi
melalui departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang
umumnya diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk atau massa.
Metode harga pokok proses biasanya digunakan oleh perusahaan yang
menghasilkan produk yang sama (homogen) dan melalui serangkaian proses yang
sama.
Dalam perusahaan yang memproduksi produknya secara massa, karakteristik
produksinya antara lain adalah produk yang dihasilkan merupakan produk standar
dan sama setiap bulan. Metode pengumpulan harga pokok proses memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Sifat produksinya terus menerus.
b. Pengumpulan harga pokok produk dilakukan periodik, biasanya setiap akhir
bulan.
c. Perhitungan harga pokok per satuan dilakukan setiap akhir periode, misalnya
setiap akhir bulan.

B. Saran
1. Harga Pokok Pesanan
Kita sebagai mahasiswa ekonomi Islam yang sangat berkaitan dengan
akuntansi hendaknya mengetahui lagi hal-hal yang berkenaan dengan akuntansi
biaya, agar kita memang benar-benar menjadi seorang akuntan yang bisa
digunakan oleh orang banyak terutama dilembaga lembaga yang membutuhkan
skill kita. Amin.

40
2. Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses (processing cost) adalah metode pengumpulan
biaya produksi melalui departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban
biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk
atau massa.
Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang
produksinya diolah hanya melalui satu departemen produksi dan Metode harga
pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah melalui
lebih dari satu departemen produksi. Adapun biaya yang termasuk dalam metode
harga pokok proses adalah biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik.

41
FOTO KELOMPOK

42
DAFTAR PUSTAKA

Panggabean, Christine Djoeniarti. (2012).Pengertian dan Konsep Metode Harga Pokok


Pesanan. Diakses tanggal 15 Juni 2017 dari
http://joabeann2293.blogspot.co.id/2012/12/harga-pokok-pesanan.html

Anonim. (2014). Pengertian dan Konsep Metode Harga Pokok Pesanan. Diakses tanggal 15
Juni 2017 darihttp://rumah-akuntansi.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-dan-konsep-
metode-harga.html

Anonim. (2017). Metode Pengumpulan Biaya Produksi. Diakses tanggal 15 Juni 2017 dari
http://dosenakuntansi.com/metode-pengumpulan-biaya

Cashin, James A. Ralph S. Polimeni. (1981). Cost Accounting. Auckland: McGraw-Hill


International Book Company. International Student Edition.

Mulyadi. (1986). Akuntansi Biaya: Penentuan Harga Pokok Produk dan Pengendalian
Biaya. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.

R.A. Supriyono. (1999). Akuntansi Biaya Buku 1: Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga
Pokok. Edisi 2, Cetakan Ke XII. Yogyakarta: BPFE.

______________. (1999). Akuntansi Biaya Buku 11: Perencanaan, Pengendalian, serta


Pembuatan Keputusan. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.

https://www.coursehero.com/file/p4t666d/Contoh-Kasus-Sebuah-perusahaan-yang-
menerapkan-metode-harga-pokok-proses/

43

Anda mungkin juga menyukai