Anda di halaman 1dari 17

SISTEM BIAYA TAKSIRAN

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN SISTEM BIAYA TAKSIRAN


Pengertian Sistem Biaya Taksiran
Sistem biaya taksiran adalah salah satu harga pokok yang ditentukan di muka untuk
mengolah produk atau jasa tertentu dengan jalan menentukan besarny taksiran biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang diperlukan untuk
mengolah produk dan jasa tersebut di waktu yang akan datang. Sistem biaya taksiran yang
sudah ditentukan akan dipakai dasar untuk :
1. Mencatat biaya produk atau jasa ke dalam rekening buku besar.
2. Membandingkan biaya taksiran dengan biaya yang sesungguhnya terjadi, serta
menentukan besarnya selisih biaya yang timbul.
Tujuan Sistem Biaya Taksiran
Adapun tujuan sistem biaya taksiran adalah
1.
2.
3.
4.

Untuk jembatan menuju sistem biaya standar.


Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem biaya standar.
Untuk pengendali biaya analisis kegiatan.
Untuk mengurangi biaya akuntansi.

Sistem biaya taksiran sebagai jembatan menuju sistem biaya standar mempunyai keuntungan
untuk melatih karyawan dalam menggunakan sistem biaya standar karena adanya beberapa
kesamaan diantara ke dua sistem tersebut.
B. PROSEDUR PENGGUNAAN SISTEM BIAYA TAKSIRAN
Prosedur penggunaan sistem biaya taksiran harus diusahakan agar dapat
meminimumkan biaya administrasi. Dalam garis besarnya prosedur penggunaannya adalah
sebagai berikut :
1. Biaya taksiran disusun untuk dimasukkan kedalam sistem akuntansi perusahaan.
2. Rekening persediaan bahan baku, biaya gaji dan upah,serta rekening biaya overhead
pabrik di debit dan di kredit sebesar harga pokok atau biaya sesungguhnya.
3. Rekening barang dalam proses untuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik dibebani ( didebit ) dengan biaya yang sesungguhnya
dinikmati. Rekening ini dikredit atas produk yang selesai atau produk dalam proses
pada akhir periode sebesar biaya taksiran.
4. Rekening persediaan produk selesai didebit sebesar biaya taksiran atas produk selesai,
dan dikredit sebesar harga pokok taksiran atas produk selesai yang dijual
5. Rekening harga pokok penjualan didebit sebesar biaya taksiran atas produk selesai
yang dijual.
6. Pada akhir periode harga pokok produk dalam proses dipindahkan dari setiap
rekening barang dalam proses ke dalam rekening persediaan produk dalam proses
sebesar biaya taksirannya.
7. Pada akhir periode dihitung selisih biaya yang timbul, dengan jalan membandingkan
jumlah debit setiap rekening barang dalam
proses ( menunjukkan biaya
sesungguhnya ) dengan sebelah kredit rekening barang dalam proses yang sama

( menunjukkan biaya taksiran ), serta memindahkan selisih biaya ke dalam rekening


selisih biaya.
8. Setelah rekening selisih biaya dihitung, selanjutnya selisih tersebut dialokasikan
kembali ke dalam rekening harga pokok penjualan, persediaan produk selesai, dan
rekening persediaan produk dalam proses.
Prosedur Aliran Biaya pada sistem harga pokok pesanan dap;at dilihat pada Gambar dibawah
ini:

Keterangan Gambar :
(1)
Persediaan bahan baku, biaya gaji dan upah, biaya overhead pabrik di debit berdasar
harga pokok sesungguhuya (HPS) atau biaya sesungguhnya (BS).
(2)
Rekening barang dalam proses di debit sebesar biaya sesungguhnya (BS). Rekening
persediaan bahan baku, biaya gaji dan upah, biaya overhead pabrik di krsdit sebesar
harga pokok sesungguhnya (HPS) atau biaya sesungguhnya (BS).
(3)
Rekening persediaan produk selesai di debit sebesar harga pokok taksiran (HPT)
produk selesai, rekening barang dalam proses setiap elemen biaya di kredit sebesar
harga pokok taksiran (HPT) produk selesai.
(4)
Rekening harga pokok penjualan di debit sebesar harga pokok taksiran (HPT) produk
selesai yang dijual, rekening persediaan produk selesai di kredit selesai harga pokok
taksiran (HPT) produk selesai yang dijual.
(5)
Pada akhir periode rekening persediaan produk dalam proses di debit sebesar harga
pokok taksiran untuk produk dalam proses akhir, dan setiap rekening barang dalam
proses di kredit sebesar produksi ekuivalen dikali-kan harga pokok taksiran.
(6)
Pada akhir periode dihitung selisih biaya, apabila selisih biaya merugikan
(unfavorable) maka rekening selisih biaya di debit dan rekening barang dalam proses
di kredit, sedangkan apabila selisih menguntungkan (favorable) maka rekening barang
dalam proses di debit dan rekening selisih biaya di kredit.
(7)
Pada akhir periode dilakukan alokasi selisih biaya agar harga pokok produk yang
semula dibebani sebesar taksiran dapat disesuaikan dengan harga pokok
sesungguhnya. Oleh karena itu untuk selisih biaya yang merugikan berakibat rekening
persediaan produk dalam proses, rekening persediaan produk selesai, dan rekening
harga pokok penjualan semuanya di debit serta rekening selisih biaya di kredit.
Apabila selisih biaya menguntungkan maka rekening selisih biaya di debit, sedangkan
rekening persediaan produk dalam proses, persediaan produk solesai dan harga pokok
penjualan di kredit.
Dasar alokasi selisih yang dapat digunakan meliputi :
(a) Berdasar produksi ekuivalen persediaan dan harga pokok penjualan atas
elemen biaya yang selisihnya dialokasikan.
(b) Berdasar harga pokok taksiran yang telah dinikmati oleh persediaan dan
harga pokok penjualan yang akan memperoleh alokasi selisih.
1. Akuntansi Biaya Bahan Baku
Seperti terlihat pada gambar di atas, rekening persediaan bahan baku umum-nya
dibebani (di debit) dengan harga pokok sesungguhnya bahan baku yang dibeli, sehingga
jurnal pembelian bahan baku adalah :
Persedian Bahan Baku
Hutang Dagang atau Kas

Rp xx
Rp xx

Apabila perusahaan menggunakan metode persediaan abadi (perpetual), adanya pemakaian


bahan baku akan dicatat sebesar harga pokok yang sesungguhnya dengan jurnal sebagai
berikut :
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku
Persediaan Bahan Baku

Rp xx
Rp xx

Metode persediaan abadi umumnya dipakai oleh perusahaan yang mengumpulkan


harga pokok dengan metode harga pokok pesanan, atau perusahaan menggunakan metode
harga pokok proses tetapi cukup besar dan menggunakan bahan baku.
Untuk menekan biaya administrasi dari penyelenggaraan akuntansi persediaan
beberapa perusahaan tidak menyelenggarakan metode persediaan abadi tetapi
menyelenggarakan metode persediaan phisikal yang dimodifikasi. Pada saat bahan diminta
dari gudang dibuat bon permintaan bahan yang hanya menunjukan kuantitas yang diminta
tanpa perhitungan harga pokok dan tidak dicatat dalam jurnal, baru pada akhir periode
diadakan perhitungan phisik bahan baku dan sekaligus dihitung harga pokok bahan baku
yang dipakai dengan metode perbedaan persediaan (inventory different method) sebagai
berikut :
Persediaan bahan baku awal periode

Rp xx

Pembeliaan bahan baku selama periode itu

Rp xx+

Persediaan bahan baku siap dipakai

Rp xx

Persediaan bahan baku akhir periode

Rp xx+

Harga pokok bahan baku dipakai

Rp xx

Pada akhir periode jumlah selisih bahan baku yang diminta dengan menggunakan bon
permintaan bahan harus dijumlahkan dan akan dicocokkan dengan kuantitas pemakaian
menurut perhitungan phisik (yaitu kuantitas bahan baku siap dipakai dikurangi kuatitas bahan
baku dari hasil perhitungan phisik), dengan tujuan untuk mengawasi persediaan bahan baku.
2. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Akuntansi biaya tenaga kerja tidak banyak berbeda dengan prosedur akuntansi umum
berlaku. Rekening biaya gaji dan upah dibebani (di debit) sebesar biaya gaji dan upah
sesunggunya, dengan jurnal sebagai berikut:
Biaya Gaji dan Upah
Hutang Gaji dan Upah

Rp xx
Rp xx

Distribusi gaji dan upah akan di debit rekening barang dalam proses biaya tenaga
kerja langsung dan rekening lainnya yang menyerap biaya tenaga kerja, dengan jurnal :
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik (Sesungguhnya)
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum
Biaya Gaji dan Upah

Rp xx
Rp xx
Rp xx
Rp xx
Rp xx

3. Akuntansi Biaya Overhead Pabrik


Sesuai dengan prosedur akuntansi sistem harga pokok taksiran yang telah dibahas,
maka prosedur akuntansi biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:
a. Terjadi biaya overhead pabrik sesungguhnya. dibuat jurnal :
Biaya Overhead Pabrik
Kas

Rp xx
Rp xx

Persekot Biaya
Biaya Gaji dan Upah
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap
Hutang Biaya
Lain-lain Rekening Di Kredit

Rp xx
Rp xx
Rp xx
Rp xx
Rp xx

b. Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dibuat jurnal.


Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik

Rp xx
Rp xx

Sebagai modifikasi prosedur tersebut di atas, biaya overhead pabrik dapat dibebankan
ke dalam rekening barang dalam proses atas dasar tarip yang ditentukan di muka. Modifikasi
ini mengakibatkan selisih biaya yang ditimbulkan elemen overhead pabrik menjadi dua,
pertama adalah selisih antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dengan biaya
overhead pabrik yang dibebankan, kedua adalah selisih antara biaya overhead pabrik yang
dibebankan dengan biaya overhead pabrik taksiran. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik
apabila dibebankan kepada rekening barang dalam proses atas dasar tarip adalah sebagai
berikut :
a. Terjadinya biaya overhead pabrik dijurnal :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Kas
Persekot Biaya
Biaya Gaji dan Upah
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap
Hutang Biaya
Lain-lain Rekening Di Kredit

Rpxx
Rp xx
Rp xx
Rp xx
Rp xx
Rp xx
Rp xx

b. Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk sebesar kapasitas pembebanan


yang sesungguhnya dipakai dikalikan tarip biaya overhead pabrik, dibuat jurnal:
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan

Rp xx
Rp xx

c. Perhitungan selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan dengan yang


sesungguhnya diadakan pada akhir periode, degan jurnal sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

Rp xx
Rp xx

Jurnal untuk menutup rekening biaya overhead pabrik dibebankan ke rekening biaya
overhead sesungguhnya.
Selisih Biaya
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

Rp xx
Rp xx

Jurnal untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik yang lebih rendah dibebankan
(selisih rugi). Apabila selisih biaya overhead pabrik lebih tinggi bebankan (selisih laba),
jurnalnya sebagai berikut:

Biaya Overhead Pabrik - Sesungguhnya


Selisih Biaya

Rpxx
Rp xx

4. Akuntansi Produk Selesai


Adanya produk selesai akan dicatat dengan mendebit rekening persediaan selesai dan
mengkredit setiap rekening elemen barang dalam proses, sebesar harga pokok taksiran
produk selesai. Jurnal pencatatan yang dibuat adalah:
Persediaan Produk Selesai
Rpxx
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik

Rp xx
Rp xx
Rp xx

5. Akuntansi Penjualan Produk Selesai


Adanya penjualan produk selesai dicatat di dalam jurnal penjualan sebagai berikut:
Kas atau Pihutang Dagang
Penjualan

Rp xx
Rp xx

Jurnal untuk mencatat penjualan, rekening penjualan di kredit sebesar harga jual
sesungguhnya.
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Produk Selesai

Rp xx
Rp xx

Jurnal untuk mencatat pemindahan dari rekening persediaan produk selesai ke


rekening harga pokok penjualan sebesar harga pokok taksiran produk yang dijual.
6. Akuntansi Persediaan Produk Dalam Proses
Untuk tujuan perhitungan selisih biaya dan penyajian persediaan di dalam laporan
keuangan, persediaan produk dalam proses pada akhir periode dipindahkan dari setiap elemen
barang dalam proses ke dalam rekening persediaan produk dalam proses yang dicatat sebesar
harga pokok taksirannya, dengan jurnal sebagai berikut:
Persediaan Produk Dalam Proses
Rp xx
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku
Rp xx
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xx
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik
Rp xx
7. Akuntansi Selisih Biaya
Pada akhir periode akuntansi, setelah harga pokok taksiran produk selesai dan produk
dalam proses diperhitungkan di dalam rekening barang dalam proses, selanjutnya dapat
dihitung selisih biaya yang timbul antara biaya sesungguhnya dengan harga pokok taksiran.
Selisih biaya dihitung dengan cara membandingkan antara sebelah debit rekening barang
dalam proses dengan sebelah kredit rekening barang dalam proses. Apabila sebelah debit
rekening barang dalam proses lebih besar dibanding sebelah kreditnya, selisih biaya bersifat
merugikan dan dicatat di dalam jurnal:

Selisih Biaya
Rp xx
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku
Rp xx
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xx
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik
Rp xx
Sedangkan apabila sebelah debit rekening barang dalam proses lebih kecil dibanding
sebelah kreditnya, selisih biaya bersifat menguntungkan dan dicatat di dalam jurnal :
Barang Dalam Prosei - Biaya Bahan Baku
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik
Selisih Biaya

Rp xx
Rp xx
Rp xx
Rpxx

8. Akuntansi Alokasi atau Perlakuan Selisih Biaya


Di dalam sistem harga pokok taksiran yang dianggap benar adalah harga pokok
sesungguhnya, oleh karena itu selisih biaya yang terjadi harus dialokasikan kepada rekening:
(1) Harga pokok penjualan, (2) Persediaan produk selesai,(3) Persediaan produk dalam
proses. Untuk tujuan tersebut harus dipilih dasar alokasi selisih yang adil, teliti dan praktis
misalnya atas dasar perbandingan harga pokok taksiran atau besarnya produksi ekuivalen
(setara) setiap elemen yang akan memperoleh alokasi selisih. Jurnal alokasi selisih biaya
yang bersifat merugikan adalah sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Produk Solesai
Persediaan Produk Dalam Proses
Selisih Biaya

Rp xx
Rp xx
Rp xx
Rp xx

Jurnal alokasi selisih biaya yang bersifat menguntungkan adalah sebagai berikut:
Selisih Biaya
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Produk Selesai
Persediaan Produk Dalam Proses

Rp xx
Rp xx
Rp xx
Rp xx

C. PROSEDUR PENCATATAN BIAYA PRODUKSI DALAM SISTEM BIAYA


TAKSIRAN BILA PRODUK DIOLAH OLEH SATU DEPARTEMEN
Langkah langkah Penerapan sistem Biaya taksiran pada metode harga pokok proses
yang menghasilkan satu jenis produk diolah melalui satu tahap pengolah adalah sbb :
1. pada awal proses ditentukan besarnya biaya per unit produk yang dirinci untuk setiap
elemen biaya
2. Biaya produksi yang terjadi selama periode yang bersangkutan dikumpulkan di dalam
rekening barang dalam pros dan taksiran s yang dipisahkan untuk setiap elemen biaya.
3. jika ada produk selesai yang dipindahkan dari pabrik ke gudang produk selesai, maka
rekening persediaan produk selesai debet sebesar harga pokok taksiran dan setiap
rekening barang dalam proses di kreditkan sebesar biaya taksiran setiap elemen biaya
yangbersangkutan
4. produk yang dijual dicatat dengan mendebet rekening biaya taksiran penjualan dan
mengkredit rekening perdediaan produk selesai sebesar Biaya taksiran.
5. produk dalam proses akhir periode decatat dengan mendebit rekening persediaan
produksi dalam proses sebesar biaya taksirannya.

6. menghitung dan mengalokasikan selisih biaya yang terjadi ke rekening persediaan


produk dalam proses, produk selesai, dan biaya taksiran.

Contoh ; PT Adhi mengolah produk atas dasar produksi massa melalui satu tahap pengolahan,
perusahaan menggunakan sistem Biaya yang ditentukan di muka di mana untuk tahun 1983
besarnya adalah sebagai berikut :

PT ADHI
BIAYA POKOK TAKSIRAN PER BUAH PRODUK
TAHUN 1983
Elemen Biaya

Jumlah

Bahan Baku

Rp 20

Tenaga kerja Langsung

Rp 25

Overhead Pabrik

Rp 15
Jumlah

Rp 60

Dalam bulan januari 1983 data produksi, penjualan, dan biaya adalah sbb :
1. Persediaan bahan baku, 1 januari 1983

Rp 6.000,00

Pembelian bahan baku bulan januari

Rp 79.000,00

Persediaan bahan baku, 31 desember 1983

Rp 3.000,00

2. Biaya gaji dan upah bulan januari terdiri dari :


Tenaga kerja Langsung di pabrik

Rp 81.550,00

Tenaga kerja tidak langsung

Rp 19.500,00

Gaji bagian pemasaran

Rp 25.000,00

Gaji bagian administrasi dan umum

Rp 15.000,00 +

Jumlah

Rp 141.050,00
==========

3. Biaya lain-lain dalam bulan januari:


Biaya overhead Pabrik

Rp 40.000,00

Biaya Pemasaran

Rp 4.000,00

Biaya Administrasi dan umum

Rp 6.000,00 +

Jumlah

Rp. 50.000,00
==========

4. Jumlah produk masuk proses dalam bulan januari 1983 sebesar 4.000 buah dari
jumlah tersebut 3.000 buah telah selesai dan sisanya sebanyak 1.000 buah masih
dalam proses pada akhir bulan januari 1983 dengan tingkat penyelesaian 100% biaya
bahan baku dan 50% biaya konversi. Produk selesai yang dijual sebanyak 2.500 buah
dengan harga jual @ Rp 100,00.
Diminta :
1. Membuat jurnal yang diperlukan.
2. Membuat aliran biaya produksi.
3. Menyusun laporan Rugi-Laba.
Penyelesaian :
1. Jurnal transaksi

No.
1. a.

PT Adhi
Jurnal Transaksi
Jan-83
Nama Rekening dan Keterangan
Persediaan Bahan Baku
Hutang Dagang

Debit
Rp 79.000

Kredit
Rp79.000

b
.

Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku


Persediaan Bahan Baku
Mencatat pemakaian bahan baku = Rp. 6.000 + Rp.
79.000 - Rp. 3.000 = Rp. 82.000

Rp 82.000

Biaya Gaji dan Upah


Hutang gaji dan Upah
Mencatat terjadinya biaya Gaji dan Upah

Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya Overhead Pabrik
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum
Biaya Gaji dan Upah
Mencatat distribusi biaya Gaji dan Upah
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum
Berbagai Rekening Di Kredit
Mencatat biaya lain-lain yang terjadi

Rp 81.550
Rp 19.500
Rp 25.000
Rp 15.000

Rp82.000

Rp141.05
2. a.

Rp141.050

b
.

3. a.

Rp141.050
Rp 40.000
Rp 4.000
Rp 6.000
Rp 50.000

b
.

Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik


Biaya Overhead Pabrik
Membebankan biaya overhead pabrik kepada rekening
Barang Dalam Proses = Rp. 19.500 + Rp. 40.000 = Rp.
59.500

Rp 59.500
Rp 59.500

Rp180.00
4.

Persediaan Produk Selesai


0
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Barang dalam Proses - Biaya Overhead
Pabrik
Mencatat harga pokok produk selesai dengan perincian =
(3.000 x Rp. 20) + (3.000 x Rp. 25) + (3.000 x Rp. 15) =
3.000 x Rp. 60 = Rp. 180.000
Persediaan Produk Dalam Proses
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku
Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Barang dalam Proses - Biaya Overhead
Pabrik

5.

Rp 60.000
Rp 75.000
Rp 45.000

Rp 40.000
Rp 20.000
Rp 12.500
Rp

7.500

Rp150.00
6. a.

b
.

7. a.

Harga Pokok Penjualan


0
Persediaan Produk Selesai
Mencatat harga pokok penjualan sebesar = 2.500 x Rp. 60
= Rp. 150.000

Rp150.000

Rp250.00
Piutang Dagang
0
Penjualan
Rp250.000
Mencatat harga pokok penjualan sebesar = 2.500 x Rp.
100 = Rp. 250.000
Selisih Biaya
Rp 2.000
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku
Rp 2.000

b
.

Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung


Selisih Biaya

Rp 5.950

Selisih Biaya

Rp 7.000

Rp

5.950

Rp

7.000

Rp

2.000

Rp

850

c
.
8. a.

Barang Dalam Proses - Biaya Overhead


Pabrik
Persediaan Produk Dalam Proses
Persediaan Produk Selesai
Harga Pokok Penjualan
Selisih Biaya

Rp 500
Rp
250
Rp 1.250

b
.

Selisih Biaya
Persediaan Produk Dalam Proses

Rp 5.950

Persediaan Produk Selesai


Harga Pokok Penjualan

Rp
Rp

850
4.250

Rp

7.000

c
.

Persediaan Produk Dalam Proses


Persediaan Produk Selesai
Harga Pokok Penjualan
Selisih Biaya

Rp 1.000
Rp 1.000
Rp 5.000

Penjualan

Rp250.00
9.

Harga Pokok Penjualan


Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum
Rugi Laba
Membuat jurnal penutup semua rekening penghasilan dan
biaya

Rp152.000
Rp 29.000
Rp 21.000
Rp 48.000

Setelah selisih biaya dialokasikan, rekening Persediaan dan Harga Pokok Penjualan dpat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Eleme
n

Biaya
Taksiran

PPDP
PPS

Rp 40.000
Rp 30.000

HPP

Rp150.000

Jumlah

Rp220.000

Alokasi Selisih Biaya


Tenaga
Bahan
Kerja
Overhead
Baku
Langsung
Pabrik
Rp 500
(Rp 850) Rp 1.000
Rp 250
(Rp 850) Rp 1.000
(Rp
Rp1.250
4.250)
Rp 5.000
(Rp
Rp2.000
5.950)
Rp 7.000

3. Laporan Rugi-Laba

Biaya
Sesungguhny
a
Rp
Rp

40.650
30.400

Rp

152.000

Rp

223.050

PT Adhi
Laporan Laba Rugi
Jan-83
Penjualan
Harga Pokok
Penjualan
Laba Kotor atau
Penjualan
Biaya
Komersial
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi
dan Umum
Laba Bersih

Rp

29.000

Rp

21.000

Rp

250.000

Rp

152.000

Rp

98.000

Rp
Rp

50.000
48.000

D. PROSEDUR PENCATATAN BIAYA PRODUKSI DALAM SISTEM BIAYA


TAKSIRAN BILA PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU
DEPARTEMEN
Langkah-langkah sistem biaya taksiran yang diterapkan pada metode biaya prose
yang mengolah satu macam produk melalui beberapa tahap adalah sebagai berikut :
1. Pada awal proses ditentukan besar biaya per unit yang dirinci untuk setiap tahap
pengolahan produk dan setiap elemen biaya pada tahap-tahapan tersebut.
2. Biaya produksi yang sesungguhnya terjadi pada periode yang bersangkutan
digolongkan dan dicatat dalam rekening barang dalam proses yang dirinci untuk
setiap tahap pengolahan dan untuk setiap elemen biaya.
3. Produk selesai dari tahap pengolahan pertama dipindahkan ke tahap pengolahan
berikutnya dengan cara mendebit rekening barang dalam proses biaya tahap
sebelumnya atau rekening barang dalam proses rekening pemindahan dan dikredit
setiap rekening barang dalam proses tahap pertama sebesar biaya taksirannya.
Demikian pula produk selesai pada tahapan pengolahan berikutnya dipindahkan
dengan cara yang sama.
4. Produk selesai dari tahapan pengolahan yang terakhir dipindahkan dengan cara
mendebit rekening persediaan produk selesai dan mengkredit setiap rekening barang
dalam proses tahapan terakhir pengolahan produk sebesar biaya taksirannya.
5. Memindahkan harga pokok produk yang menjual dengan cara mendebit rekening
harga pokok penjualan dan mengkredit rekening persediaan produk selesai sebesar
biaya taksirannya.
6. Memindahkan harga pokok produk dalam proses dari setiap elemen rekening barang
dalam proses tahap pengolahan ke rekening persediaan produk dalam proses sebesar
biaya taksirannya.
7. Menghitung dan mengalokasikan selisih biaya yang terjadi. Jika proses pengolahan
produk melalui dua tahap, maka selisih biaya yang timbul dari tahap pertama
dialokasikan ke persediaan produk dalam proses dari proses pertama, persediaan
produk dalam proses dari tahap kedua, persediaan produk selesai, dan harag pokok
penjualan. Sedangkan selisih yang timbul dari tahapan kedua dialokasikan ke

persediaan produk dalam proses dari tahapan kedua, persediaan produk selesai, dan
harga pokok penjualan.
Contoh soal:
PT Yuli mengolah produk melalui dua departemen, yaitu departemen A dan departemen B.
semua produk yang selesai dari departemen A langsung dipindahkan ke departemen B dan
ditampung didalam rekening barang dalam proses harga pokok departemen A- departemen
B. rekening barang dalam proses diselenggarakan untuk setiap elemen biaya pada setiap
departemen demikian pula rekening biaya overhead pabrik diselenggarakan untuk setiap
departemen. Besarnya harga pokok taksiran untuk setiap buah produk adalah sebagai berikut:
PT. YULI
Harga Pokok Per Buah Produk
Tahun 1983

Elemen
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga kerjaLangsung
Biaya Overhead Pabrik
Jumlah

Departemen A
Rp 5
Rp 2
Rp 3
Rp 10

Departemen B
Rp
Rp 6
Rp 2
Rp 8

Jumlah
Rp 5
Rp 8
Rp 5
Rp 18

Data biaya produksi dan penjualan yang terjadi bulan januari 1983 adalah sebagai berikut :
1.
Elemen Biaya Produksi
Pemakaian Bahan Baku
Tenaga kerja Langsung
Overhead Pabrik
Jumlah

Departemen A
Rp 39.200
Rp 17.720
Rp 25.290
Rp 82.210

Departemen B
Rp Rp 44.355
Rp 19.780
Rp 64.135

Jumlah
Rp 39.200
Rp 62.075
Rp 45.070
Rp 146.345

Biaya pemasaran Rp 10.000,00 dan biaya administrasi dan umum Rp 20.000,00


2. Data produksi dalam bulan januari 1983 adalah :
Produk dalam proses per 1 januari 1983 di departemen A sebanyak 500 buah dengan
tingkat penyelesaian 80% biaya bahan baku dan 40% biaya konversi, di departemen B
sebanyak 400 buah dengan penyelesaian 25% biaya konversi produksi selesai dari
departemen A sebanyak 8000 buah langsung dipindahkan ke Departemen B. produk selesai
dari departemen B sebanyak 8100 buah dimasukkan ke gudang produk selasai. Produk dalam
proses per 31 januari 1983 di departemen A sebanyak 800 buah dengan tingkat penyelesaiaan
bahan baku 75% dan biaya konversi 25%, di Departemen B 300 buah dengan tingka
penyelesaian 75% biaya konversi.
3. Produk selesai yang dijual dalam bulan januari sebanyak 6000 buah dengan harga jual Rp
40,00 per buah.

Diminta:
1. Membuat jurnal transaksi yang diperlukan
2. Menyusun Laporan Rugi-Laba
Penyelesaian :
1. Jurnal Transaksi

NO.
1. a.

b.

2.

3. a.
b.

4. a.

b.

5.

6.

PT Yuli
Jurnal Transaksi
Januari 1983
Nama Rekening
Biaya Bahan Baku-Departemen A
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen
A
Barang Dalam Proses-Departemen A
Persediaan Produk Dalam Proses
Barang Dalam Proses-Harga Pokok Departemen A-Departemen B
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung -Departemen
B
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik-Departemen B
Persediaan Produk Dalam Proses
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku-Departemen A
Persediaan Produk Dalam Proses
Mencatat Pemakaian Bahan Baku
Biaya Gaji dan Upah
Hutang Gaji dan Upah
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung-Departemen
A
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung-Departemen
B
Biaya Gaji dan Upah
Mencatat Pembebanan Biaya Upah langsung kepada Produk
Biaya Overhead Pabrik-Departemen A
Biaya Overhead Pabrik-Departemen B
Berbagai Rekening di Kredit
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik-Departemen A
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik-Departemen B
Biaya Overhead Pabrik-Departemen A
Biaya Overhead Pabrik-Departemen B
Mencatat Pembebanan Biaya overhead pabrik kepada Produk
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum
Berbagai rekening di kredit
Mencatat terjadinya biaya komersia
Barang Dalam proses-harga pokok Departemen A-Departemen B
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku-Departemen
A

Debit
Rp 2.000
Rp
Rp

Kredit

400
600
Rp

3.000

Rp4.000
Rp600
Rp200
Rp4.800
Rp39.200
Rp 39.200
Rp62.075
Rp62.075
Rp17.720
Rp44.355
Rp 62.075
Rp25.290
Rp19.780
Rp45.070
Rp25.290
Rp19.780
Rp25.290
Rp19.780
Rp10.000
Rp20.000
Rp30.000
Rp80.000
Rp40.000

7.

8. a.

b.

9. a.

b.

10.
a.

b.

Barang dalam Proses-Biaya Biaya Tenaga Kerja


Langsung-Departemen A
Barang dalam Proses-Biaya Biaya Overhead PabrikDepartemen A
Mencatat pemindahan produk dari departemen A ke Departemen B
= ( 8000xRp 5)+(8000x 2)+(8000xRp 3)=Rp 80.000
Persediaan Produk Selesai
Barang dalam Proses-Harga Pokok Departemen ADepartemen B
Barang dalam Proses-Biaya Biaya Tenaga Kerja
Langsung-Departemen B
Barang dalam Proses-Biaya Biaya Overhead PabrikDepartemen B
Mencatat pemindahan produk selesai dari departemen B ke
gudang Produk Selesai = ( 8100xRp 10)+(8100x 6)+(8100xRp
2)=Rp 145.800
Pihutang Dagang
Penjualan
Mencatat penjualan produk = 6.000 x Rp 40 = Rp 240.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Produk selesai
Mencatat harga pokok Penjualan = 6.000 x Rp 18 = Rp 108.000
Persediaan Produk Dalam Proses
Barang dalam proses - biaya bahan baku departemen A
Barang dalam proses - biaya tenaga kerja langsung
deprtemen A
Barang dalam proses - biaya overhead pabrik departemen A
Memindahkan produk dalam proses dalam proses departemen A ke
rekening persediaan produk dalam proses =(800 x 75 % x Rp 5) +
(800x25%x Rp 2) + (800 x 25 % xRp 3) =Rp 4.000
Persediaan Produk Dalam Proses
Barang dalam proses - harga pokok departemen A departemen B
Barang dalam proses - biaya tenaga kerja langsung
deprtemen B
Barang dalam proses - biaya overhead pabrik departemen B
Memindahkan produk dalam proses dalam proses departemen B
ke rekening persediaan produk dalam proses =(300 x 75 % x Rp
10) + (300x75%x Rp 6) + (300 x 75 % xRp 2) =Rp 4.800
Selisih Biaya
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku-Departemen A
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja LangsungDepartemen A
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead PabrikDepartemen A
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung-Departemen
B

Rp 16.000
Rp 24.000

Rp 145.800
Rp 81.000
Rp 48.600
Rp 16.200

Rp 240.000
Rp 240.000
Rp 108.000
Rp 108.000
Rp 4.000

Rp

Rp

3.000

Rp
Rp

400
600

Rp

3.000

Rp
Rp

1.350
450

Rp

1.720

Rp

1.290

4.800

Rp 1.210
Rp 1.800

Rp

4.995

Barang Dalam Proses-Biaya Overhead PabrikDepartemen B


Selisih Biaya
11.
a.

b.

c.

d.

e.

Selisih Biaya
Persedian Produk Dalam Proses (Departemen A)
Persedian Produk Dalam Proses (Departemen B)
Persedian Produk Selesai
Harga Pokok Penjualan
Persedian Produk Dalam Proses (Departemen A)
Persedian Produk Dalam Proses (Departemen B)
Persedian Produk Selesai
Harga Pokok Penjualan
Selisih Biaya
Persediaan Produk Dalam proses Departemen A
Persediaan Produk Dalam proses Departemen B
Persediaan Produk selesai
Harga pokok penjulan
Selisih Biaya
Selisih Biaya
Persediaan Produk Dalam Proses - Departemen B
Persediaan produk selesai
Harga pokok penjualan
Persediaan produk dalam proses Departemen B
Persediaan Produk selesai
Harga pokok penjualan
Selisih Biaya

Rp

Rp
Rp
Rp
Rp

Keterangan
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor Atas Penjualan
Biaya Komersial :
Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum
Laba Bersih

Produk B
Rp 150.000
Rp 101.200
Rp 48.800
Rp
Rp

25.000
20.000

Rp

Rp
Rp
Rp

Jumlah
Rp 280.000
Rp 164.900
Rp 115.000

Rp
Rp

3.330
1.665

Rp
Rp
Rp
Rp

120
60
420
1.200

Rp

1.720

Rp

1.290

Rp
Rp
Rp

135
1.260
3.600

Rp

3.330

1.800

40
60
420
1.200

Rp
30
Rp45
Rp 351
Rp 900

2. Laporan Rugi-Laba
CV Anoman
Laporan Laba Rugi
Jan-83
Produk A
Rp 130.000
Rp 63.700
Rp 66.300

Rp
Rp

45.000
70.000

4.995

90
840
2.400

E. PERLAKUAN TERHADAP SELISIH BIAYA PRODUKSI DALAM SISTEM


BIAYA TAKSIRAN
Berdasarkan pertimbangan- pertimbangan praktis dapat digunakan dasar alokasi dengan
metode lainnya sebagai berikut:
1. Selisih biaya ditutup ke rekening harga pokok penjualan atau rekening rugi-laba.
2. Selisih biaya dibagikan kepada produk yang selesai, baik yang belum terjual maupun
sudah terjual.
3. Selisih biaya yang terjadi setiap bulan ditampung dalam rekening selisih biaya, saldo
bersih rekening selisih biaya pada akhir tahun dialokasikan dengan metode tertentu
yang sudah dijelaskan dimuka.

Anda mungkin juga menyukai