Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROCESS COSTING SYSTEM

MATAKULIAH AKUTANSI MANAJEMEN


OLEH

KELOMPOK 2

 ABDUL NURFIKRI
 WINDA RIZKI APRILIA
 DORI ANDELO
 GUSTIA RAHAYU HIDAYATI
 FADHLI ARIWIBOWO

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS RIAU
PROCESS COSTING SYSTEM

A. Pengertian Process Costing


Merupakan cara penentuan harga pokok dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan
untuk mengolah produknya secara massal. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses
selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi
total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Metode biaya proses digunakan untuk barang-barang yang diproduksi melalui
pengolahan yang berkesinambungan atau melalui proses produksi massal. Keadaan
seperti ini terdapat dalam perusahaan industri yang menghasilkan komoditi seperti
plastik, minyak bumi, tekstil, baja, gandum, dan gula. Metode biaya proses juga
digunakan oleh perusahaan yang memproduksi barang-barang seperti sekrup, alat-alat
elektronik ringan, dan oleh industri perakitan (mobil, pesawat terbang, dan perkakas
rumah tangga). Beberapa perusahaan umum (gas, air minum, dan listrik) juga
mengkalkulasi biaya produksinya dengan metode biaya proses.

Langkah-langkah perhitungan dalam process costing :

1. Biaya produksi dibagi menjadi tiga : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik.
2. Menentukan besarnya biaya produksi, ditentukan berdasarkan biaya yang sesungguhnya
terjadi.
3. Menghitung besarnya unit ekuivalensi, dengan cara :

∑ produk jadi+ (∑ produk dalam proses x % penyelesaian )


4. Menghitung besarnya biaya produksi per unit, dengan cara membagi masing-masing
biaya produksi dengan unit ekuivalannya, kemudian menjumlahkannya.
5. Menghitung nilai produk jadi :

∑ produk jadi x biaya produksi per unit


6. Menghitung nilai produk dalam proses :
( ∑ produk dalam proses x % penyelesaiannya ) x biaya produksi per unit

Berikut contoh perhitungannya

Biaya Bahan Baku : Rp.150.500.000


Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 12.600.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp. 10.800.000
Total Biaya Produksi : Rp.173.900.000
Harga Pokok Per unit Rp. 173.900.000 = Rp 580/Unit
300.000unit

Harga pokok produksi meliputi keseluruhan bahan langsung, tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa. Harga pokok
produksi terdiri atas tiga komponen utama yaitu:
1. Bahan baku langsung yang meliputi : biaya pembelian bahan, potongan pembelian, biaya
angkut pembelian, biaya penyimpanan, dan lain-lain.
2. Tenaga kerja langsung yang meliputi semua biaya upah karyawan yang terlibat secara
langsung dalam proses pembuatan bahan baku menjadi barang jadi atau barang yang siap
dijual.
3. Biaya overhead pabrik meliputi semua biaya-biaya diluar dari biaya perolehan biaya bahan
baku langsung dan upah langsung.

B. Karakteristik Procses Costing System


Karakteristik sistem biaya proses yang diterapkan pada perusahaan manufaktur adalah
sebagai berikut:
1. Sistem produksi merupakan sistem produksi yang berjalan terus menerus
(intermitten);
2. Produk yang dihasilkan merupakan produksi massa atau pasar dan relatif bersifat
seragam (homogen);
3. Semua biaya produksi dibebankan ke pusat biaya, dalam hal ini adalah departemen
4. Menentukan biaya per unit dengan membagi total biaya yang masukke pusat biaya
dengan jumlah unit yang diproduksi.
5. Tujuan produksi adalah untuk membentuk persediaan (inventory).

C. Ciri-Ciri Kalkulasi Biaya Proses


Ciri-ciri dari kalkulasi biaya proses adalah:
1. Biaya dibebankan ke perkiraan barang dalam proses pada setiap departemen.
2. Laporan biaya produksi digunakan untuk mengumpulkan, mengikhtisarkan, dan
menghitung biaya per unit dan biaya total.
3. Barang dalam proses pada akhir periode akan dinilai kembali dalam satuan unit
ekuivalen (artinya, dihitung berapa unit barang jadi yang setara dengan barang dalam
proses tersebut).
4. Biaya-biaya dari unit-jadi pada suatu departemen akan ditransfer ke departemen
pengolahan berikutnya agar pada akhirnya dapat diketahui biaya total untuk barang jadi
selama satu periode, dan biaya yang harus dibebankan ke barang dalam proses.
5. Kalkulasi Biaya per Departemen Pada perusahaan pabrikan, proses produksi dapat
berlangsung melalui beberapa departemen.
6. Setiap departemen melaksanakan suatu operasi yang spesifik atau suatu proses yang
mengarah pada penyelesaian suatu produk.
7. Dalam kalkulasi biaya proses, biaya total dan biaya per unit pada setiap departemen
akan diikhtisarkan dalam laporan biaya produksi.
8. Dalam laporan ini, biaya unit jadi akan digunakan untuk menghitung biaya unit-unit
yang masih dalam proses.
9. Pemisahan biaya untuk unit yang ditransfer dan untuk persediaan barang dalam proses
pada setiap departemen diperlukan untuk pengendalian biaya.
Dalam kebanyakan bisnis manufaktur, biaya produksi dipertanggung-jawabkan
menggunakan salah satu dari dua jenis system akumulasi biaya: pertama, sistem perhitungan
biaya berdasarkan pesanan (job order cost system) dan kedua, sistem perhitungan biaya
berdasarkan proses (process cost system). Pada umumnya, sistem perhitungan biaya
berdasarkan proses lebih ekonomis daripada sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan.
Sebaliknya, sistem perhitungan biaya berdasarkan proses hanya dapat digunakan apabila
yang diproduksi dalam satu departemen atau pusat biaya adalah produk sejenis atau
homogen.
Untuk menetapkan biaya ke produk, banyak perusahaan menggunakan sistem
kalkulasi biaya pesanan, kalkulasi biaya proses, atau kalkulasi biaya operasi. Manajemen
berdasarkan kegiatan (activity based management) dapat digabungkan dengan sistem
kalkulasi biaya produk tersebut. Suatu batch, kontrak, atau pesanan menyerap biaya dengan
menggunakan sistem pesanan pekerjaan (job order). Bahan langsung dari tenaga kerja
langsung yang berkaitan dengan setiap pekerjaan diidentifikasi dan diakumulasi pada kartu
biaya pesanan. Karena sumber daya overhead pabrik biasanya tidak dapat ditelusuri pada
suatu pekerjaan tertentu, overhead ditetapkan atas dasar hubungan sebab akibat.

D. Fungsi dan Manfaat Penetapan Biaya Produksi

Fungsi harga pokok adalah sebagai berikut :


1.  Sebagai dasar penentuan harga jual. Dengan mengetahui harga pokok suatu produk, maka
penjual akan dapt menentukan harga jual produk terebut.
2. Sebagai dasar untuk menentukan besarnya keuntungan. Disamping tujuan lainnya,
keuntungan yang layak adalah menjadi tujuan utama dari setiap perusahaan, perusahaan
harus mengetahui harga pokok, dengan demikian perusahaan harus menjual produknya di
atas harga pokok untuk memperoleh keuntungan.
3.  Sebagai dasar untuk pengawasan terhadap efisiensi perusahaan. Dengan mengetahui
perhitungan harga pokok sebuah produk, maka diketahui cara bekerjanya manajemen,
efisiensi atau tidak.
4.  Sebagai alat untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Kebijaksanaan
yang diambil pimpinan sangat berpengaruh terhadap jalannya kegiatan usaha, untuk itu
memerlukan data-data dan informasi mengenai hal-hal yang menyangkut proses produksi.
5.  Sebagai dasar untuk menyusun laporan keuangan. Jumlah persediaan bahan mentah
(material), produk dalam proses, produk yang telah siap dijual, upah tenaga kerja yang
sudah dan masih harus dibayar, pinjaman yang belum terlunasi, akan menjadi data-data
dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan.
Manfaat penentuan harga pokok produksi dengan metode harga pokok proses yaitu:
1)  Menentukan harga jual
2)  Memantau realisasi biaya produksi,
3)  Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu,
4)  Menentukan harga pokok persediaan barang jadi dan harga pokok persediaan barang
dalam proses yang disajikan di neraca.

E. Kelebihan dan Kelemahan dari Process Costing System

Keunggulan: Data cost dikumpulkan menjadi satu untuk keseluruhan periode produksi yang
kemudian dialokasikan ke volume produksi yang dijalakan dalam satu periode, menghasilan
cost per-unit rata-rata yang relative akurat, tetapi tidak seakurat job costing. Metode ini relatif
cepat dan memerlukan tenaga yang relative lebih kecil jika dibandingkan metode lain.

Kelemahan: Cost per-unit yang dihasilkan adalah cost rata-rata yang tentu saja tidak terlalu
akurat. Disamping itu, khususnya saat menentukan volume produksi yang diproses,
perusahaan sering menggunakan estimasi—karena sebagian barang mungkin belum benar-
benar selesai.

Kesulitan yang dihadapi dalam prosedur akuntansi biaya proses adalah:


1. Penentuan kuantitas produksi dan tahap-tahap penyelesaiannya seringkali bermasalah;
2. Perhitungan biaya bahan seringkali memerlukan analisis yang cermat;
3. Industri yang menggunakan kalkulasi biaya proses pada umumnya merupakan jenis
industry yang banyak menghasilkan produk (heterogen).
KASUS 1

TARGET COSTING IN THE PRESENCE OF PRODUCT AND PRODUCTION


INTERDEPENDENCIES

Robert Kee dan Michele Matherly


Advances in Management Accounting, Volume 22, 135–158 Copyright r 2013 by Emerald
Group Publishing Limited All rights of reproduction in any form reserved ISSN:
1474-7871/doi:10.1108/S1474-7871(2013)0000022011

Masalah Penelitian terhadap process costing system

- Meneliti bagaimana sasaran keputusan biaya dapat dipengaruhi oleh produk dan
produksi saling ketergantungan.
- Untuk menyelidiki efek bahwa produk dan produksi saling ketergantungan terhadap
keputusan biaya sasaran. mixed integer programming dan simulasi digunakan untuk
memodelkan hubungan timbal balik antara usaha pengurangan biaya produk dan
keputusan terkait seperti bauran produk, harga, dan akuisisi kapasitas.

Latar Belakang Penelitian dengan hubungan Process costing

Process costing adalah strategi yang digunakan untuk mengelola biaya produk selama
pengembangan produk baru. Atau dianggap sebagai teknik manajemen yang menjamin
produk baru mendapatkan mencukupi profits untuk membenarkan produksi mereka. Process
costing mengandalkan riset pasar untuk mengidentifikasi fitur dan pelanggan berkualitas
inginkan dalam produk masa depan, serta pelanggan harga yang bersedia membayar untuk
atribut ini. Berdasarkan informasi ini, biaya ditentukan sebagai perbedaan antara harga pasar
diantisipasi dan pro fit margin perusahaan harus mencapai untuk membenarkan manufaktur
produk. target biaya Sebuah produk ini menjadi tujuan bahwa tim pengembangan produk
berusaha untuk mencapai selama desain produk baru. Setelah desain awal, biaya sumber daya
yang diperlukan untuk memproduksi produk, atau biaya produk, diperkirakan.
Jika perkiraan biaya produk melebihi target biaya, produk ini didesain ulang untuk
menghilangkan kelebihan biaya. Proses desain ulang terus sampai baik produk mencapai
target biaya atau pengurangan biaya tambahan tidak lagi layak dan pengembangan produk
diakhiri. Biaya produk memainkan peran penting dalam target costing. Perbedaan antara
perkiraan biaya produk dan biaya target merupakan upaya pengurangan biaya menghadapi
tim pengembangan produk. Untuk mendapatkan produk.target biaya, desain ulang berikutnya
dan pengurangan biaya Upaya fokus pada mengemudi tujuan pengurangan biaya ini ke nol.
Sama pentingnya, pencapaian tujuan pengurangan biaya adalah faktor keberhasilan kritis
untuk Menentukan Apakah atau tidak suatu produk harus diproduksi. Karena biaya produk
adalah masukan kunci untuk membangun upaya pengurangan biaya, juga Menjadi elemen
penting dari target costing. Namun, Balakrishnan dan Sivaramakrishnan (1996, 2002), antara
lain, menunjukkan bahwa biaya produk dapat menyebabkan keputusan bauran produk, harga,
dan akuisisi kapasitas sub-optimal. Kondisi ekonomi yang merusak kegunaan produk biaya
produk dan produksi yang saling ketergantungan. Ulasan saling ketergantungan ini timbul
ketika ekonomi suatu produk dipengaruhi oleh atribut produk, seperti permintaan non-
seragam, produksi produk lain yang berbagi sumber daya dibatasi, dan / atau atribut struktur
produksi fi rm, seperti ekonomi skala, karena produk yang dikembangkan dengan target
costing dan produksi produk sering memiliki saling ketergantungan, potensi keputusan yang
merugikan sasaran-biaya harus dieksplorasi. Bab ini menggunakan contoh numerik untuk
menyoroti dampak bahwa produk dan produksi saling ketergantungan dapat memiliki target
costing analisis. Lebih secara khusus, bab ini menggambarkan bagaimana produk dan
produksi interde- pendencies dapat mempengaruhi estimasi biaya Upaya pengurangan yang
dibutuhkan untuk mengembangkan produk dengan target costing. Bab Juga demon- strates
pentingnya Memperkirakan upaya pengurangan biaya produk ini bersama-sama dengan
keputusan yang berhubungan dengan produksi lainnya.

Hasil dari Jurnal Penelitian


Pertama, analisis lebih lanjut dari kondisi ekonomi dan faktor-faktor yang mengurangi
penggunaan target costing akan membantu menentukan keterbatasan ketika
diimplementasikan di tingkat produk dari operasi perusahaan.
Kedua, mempelajari kinerja target costing pada produk dan portofolio tingkat operasi
perusahaan, di bawah kondisi ekonomi yang berbeda-beda, dapat mengungkapkan wawasan
materialitas kerugian ekonomi terkait dengan target costing ketika produk memiliki produk
dan produksi saling ketergantungan. Akhirnya, penelitian peran rencana strategis firm
memainkan dengan target costing, bersama dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
perolehan kapasitas, harga produk, dan pengembangan produk, diperlukan untuk lebih
memahami keterkaitan antara keputusan ini.
Target costing berusaha untuk menyelaraskan harapan pelanggan dari produk dengan
upaya pengembangan produk perusahaan. Sama pentingnya, target costing karya untuk
mengurangi biaya sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk dan
mencapai biaya. Setelah desain produk awal, perbedaan antara perkiraan biaya produk dan
biaya yang diijinkan nya sama upaya pengurangan biaya.

Menghilangkan jumlah ini biaya menjadi tujuan desain produk dan pengembangan
usaha selanjutnya. Biaya produk adalah elemen kunci dalam menurunkan upaya pengurangan
biaya suatu produk. Namun, utilitas biaya produk untuk keputusan terkait produksi terbatas
ketika suatu produk memiliki produk dan produksi saling ketergantungan. Sebagai contoh
numerik dalam bab ini menggambarkan, kegunaan target costing juga sama dibatasi di bawah
kondisi ekonomi. Ketika sebuah produk memiliki produk dan saling ketergantungan
produksi, upaya pengurangan biaya tergantung pada mengetahui kapasitas produksi dan
harga. Namun, kapasitas dan harga keputusan yang optimal tergantung pada mengetahui
upaya pengurangan biaya suatu produk. Akibatnya, keputusan ini saling bergantung dan
harus ditentukan bersama-sama. Demikian pula, ketika produk berbagi sumber daya terbatas,
mengevaluasi produk secara independen satu sama lain dapat menyebabkan target costing
keputusan suboptimal. Akibatnya, target costing harus dilaksanakan di tingkat portofolio
operasi perusahaan untuk sampai pada keputusan yang berhubungan dengan produksi optimal
dalam kehadiran produk dan produksi saling ketergantungan.

Implementasi Kasus
The Coca-Cola Company adalah terkemuka di dunia produsen, pemasar, dan distributor
konsentrat minuman ringan, sirup, dan minuman ringan. Strategi Coca-Cola berfokus pada
harga dan diferensiasi. Strategi diferensiasi Coca-Cola adalah jelas dalam posisi sebagai
produk yang unik dan khusus dengan muda, gambar segar sama dengan tidak ada di segmen
minuman ringan; itu adalah pengingat permanen nilai-nilai klasik, budaya Amerika dalam
dan luar negeri, dan segala sesuatu di Amerika: hiburan, olahraga, dan pemuda. Selanjutnya,
merek diakui di hampir setiap negara di dunia. Formula eksklusif membuatnya unik.

Coca-Cola menggunakan proses biaya untuk melacak produk dan pelanggan biaya seperti
bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dikeluarkan dalam
tiga proses utama:

(1) berkonsentrasi dan manufaktur sirup

(2) campuran,

(3) kemasan.

Proses costing adalah sistem perhitungan biaya produk yang terakumulasi biaya
sesuai dengan proses atau departemen dan memberikan mereka untuk sejumlah besar produk
hampir identik. Perusahaan khas yang menggunakan proses costing mempekerjakan proses
produksi standar untuk memproduksi produk homogen. Proses costing menyediakan
informasi bagi manajer untuk menganalisis produk dan pelanggan profitabilitas dan untuk
membuat keputusan harga, produk-mix, dan perbaikan proses.

Akuntan manajemen menggunakan laporan biaya produksi untuk melacak kuantitas


produksi dan biaya informasi untuk masing-masing departemen. biaya produk Unit dihitung
dengan membagi biaya proses di masing-masing departemen dengan jumlah unit setara
dihasilkan selama periode tersebut. Sistem biaya proses digunakan di banyak industri seperti
bahan kimia, , tekstil, cat, pengalengan, karet, baja, kaca, pengolahan makanan,
pertambangan, lini produksi mobil, elektronik, plastik, obat-obatan, kertas, kayu , barang
kulit, produk logam, barang olahraga, semen, dan jam tangan.
KASUS 2

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM PENENTUAN


HARGA JUAL PADA CV. MINAHASA MANTAP PERKASA

LATAR BELAKANG
Perhitungan harga pokok produksi (HPP) merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan dalam menentukan harga jual produk. Perhitungan HPP yang tepat dan akurat
merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan, karena tanpa adanya
perhitungan HPP yang tepat dan akurat, perusahaan manufaktur yang bersangkutan akan
mengalami masalah dalam penentuan harga jual suatu produk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengklasifikasian biaya yang
diterapkan oleh CV. Minahasa Mantap Perkasa dalam perhitungan HPP, untuk mengetahui
perhitungan HPP Perusahaan dalam penentuan harga jual dan mengetahui
perhitungan/penentuan harga jual produk yang diterapkan.
Pengumpulan HPP yang digunakan adalah metode harga pokok proses (process cost
method), sedangkan metode penentuan harga pokok produksi menggunakan pendekatan full
costing. Dalam menentukan harga jual produk, perusahaan menggunakan metode cost plus
pricing.Pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan metode harga pokok proses dengan
pendekatan full costing.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut adalah Perhitungan Harga Jual Perusahaan yaitu sebagai berikut:

1.Roti Coklat
Biaya Bahan Baku : Rp.150.500.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 12.600.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp. 10.800.000

Jumlah : Rp.173.900.000

Harga Pokok Per unit = Rp 173.900.000 = Rp580/Unit


300.000unit

Harga Jual Per unit = Biaya produksi per unit + Persentase Markup
= Rp.580 + (Rp.580 x 30%)
= Rp.580 + Rp.174
= Rp.754 /unit

2.Roti Strawberry
Biaya Bahan Baku : Rp.150.650.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 12.600.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp. 10.800.000

Jumlah : Rp.174.500.000

Harga Pokok Per unit = Rp 174.500.000 = Rp581/unit


300.000 unit

Harga Jual Per unit = Biaya produksi per unit + Persentase Markup
= Rp.581 + (Rp.581 x 30%)
= Rp.581 + Rp.175
= Rp.756 /unit

3.Roti Mocca
Biaya Bahan Baku : Rp.140.350.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 11.550.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp. 9.900.000
Jumlah : Rp.161.800.000

Harga Pokok Per Unit = Rp. 161.800.000 = Rp589/unit


275.000unit
Harga Jual Per unit = Biaya produksi per unit + Persentase Markup
= Rp.589 + (Rp.589 x 30%)
= Rp.589 + Rp.177
= Rp.766 /unit
4.Roti Pandan
Biaya Bahan Baku : Rp.139.500.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 11.550.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp. 9.900.000

Jumlah : Rp.160.950.000

Harga Pokok Per Unit = Rp.160.950.000 = Rp586/unit


275.000 unit

Harga Jual Per unit = Biaya produksi per unit + Persentase Markup
= Rp.586 + (Rp.586 x 30%)
= Rp.586 + Rp.176
= Rp.762 /unit
5.Roti Keju
Biaya Bahan Baku : Rp.126.950.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp. 10.500.000
Biaya Overhead Pabrik : Rp. 9.000.000

Jumlah : Rp.146.450.000

Harga Pokok Per Unit = Rp.146.450.000 = Rp586/unit


250.000 Unit
Harga Jual Per unit = Biaya produksi per unit + Persentase Markup
= Rp.586+ (Rp.586 x 30%)
= Rp.586 + Rp.176
= Rp.762 /unit

Berdasarkan perhitungan diatas tersebut, maka dengan mark up sebesar 30%


Perusahaan
menjual roti-roti tersebut ke pengecer (warung/toko) dengan harga Rp.800/ unit (dibulatkan)
dengan cara diantar langsung ke pengecer. Dari pengecer menjual roti tersebut ke konsumen
dengan harga Rp.1000 / unit untuk setiap jenis roti.
Dalam Penentuan harga jual dengan menggunakan metode full costing terlebih dahulu
harus dicari mark up yang diapat dengan rumus :

% Mark up = Biaya non produksi + Laba yang diharapkan


Biaya Produksi

Sedangkan laba yang diharapkan oleh perusahaan dari pesanan baju seragam tersebut
adalah sebesar30% dari jumlah yang telah terjadi. Jadi harga jual untuk setiap jenis produk
dapat dihitung sebagai berikut:

1. Roti Coklat

Biaya Bahan Baku : Rp.150.500.000


Biaya TKL : Rp. 12.600.000
BOP : Rp. 9.900.000
Biaya Produksi :Rp.173.000.000
Rp.173.000.000 x 30% = Rp.51.900.000

%MarkUp = Rp.39.575.500 + Rp.51.900.000 x 100%


Rp.173.000.000
= 52%

Total Biaya Produksi :Rp.173.000.000


MarkUp 52%x173.000.000 :Rp 89.960.000
Total Harga Jual :Rp.262.960.000

Harga Jual PerUnit = Rp.262.960.000 = Rp.877/unit


300.000Unit
2. Roti Strawberry
Biaya Bahan Baku :Rp.150.650.000
Biaya TKL :Rp. 12.600.000
BOP :Rp. 9.900.000
Biaya Produksi :Rp.173.150.000
Rp.173.150.000 x 30% = Rp.51.945.000

%MarkUp = Rp. 39.575.500 + Rp.51.945.000 x 100%


Rp.173.150.000
= 52%

Total Biaya Produksi :Rp.173.150.000


MarkUp 52%x173.150.000 :Rp 90.038.000
Total Harga Jual :Rp.263.188.000

Harga Jual PerUnit = Rp.263.188.000 = Rp.878/unit


300.000Unit
3. Roti Mocca

Biaya Bahan Baku :Rp.140.350.000


Biaya TKL :Rp. 11.550.000
BOP :Rp. 9.075.000
Biaya Produksi :Rp.160.975.000
Rp.160.975.000 x 30% = Rp.48.292.500

%MarkUp = Rp. 39.575.500 + Rp.48.292.500 x 100%


Rp.160.975.000
= 54%

Total Biaya Produksi :Rp.160.975.000


MarkUp 54%x160.975.000 :Rp 86.926.500
Total Harga Jual :Rp.247.901.500

Harga Jual PerUnit = Rp.247.901.500 = Rp.902/unit


275.000Unit

4. Roti Pandan

Biaya Bahan Baku :Rp.139.500.000


Biaya TKL :Rp. 11.550.000
BOP :Rp. 9.075.000
Biaya Produksi :Rp.160.125.000
Rp.160.125.000 x 30% = Rp.48.037.500

%MarkUp = Rp. 39.575.500 + Rp.48.037.500 x 100%


Rp.160.125.000
= 54%

Total Biaya Produksi :Rp.160.125.000


MarkUp 54%x160.125.000 :Rp. 86.467.500
Total Harga Jual :Rp.246.592.500

Harga Jual PerUnit = Rp.246.592.500 = Rp.897/unit


275000Unit
5. Roti Keju

Biaya Bahan Baku :Rp.126.950.000


Biaya TKL :Rp. 10.500.000
BOP :Rp. 8.250.000
Biaya Produksi :Rp.145.700.000
Rp.145.700.000 x 30% = Rp.43.710.000

%MarkUp = Rp. 39.575.500 + Rp.43.710.000 x 100%


Rp.145.700.000
= 57%
Total Biaya Produksi :Rp.145.700.000
MarkUp 57%x145.700.000 :Rp. 83.049.000
Total Harga Jual :Rp.228.749.000

Harga Jual PerUnit = Rp.228.749.000 = Rp.915/unit


250.000Unit

Tabel 1. Perbandingan harga jual perunit

No Jenis Produk Jenis Produk Harga Jual Harga Jual Per Unit Selisih
. Per Unit Menrut teori
Perusahaan
1. Roti Coklat Rp. 774 Rp. 877 (Rp.103)
2. Roti Strawberry Rp. .775 Rp. 878 (Rp.103)
3. Roti Mocca Rp. 786 Rp. 902 (Rp.116)
4. Roti Pandan Rp. 782 Rp. 897 (Rp.115)
5. Roti Keju Rp. 782 Rp. 915 (Rp.133)

Dari tabel tersebut menunjukan bahwa terdapat selisih harga jual perunit antara
perusahaan dengan teori yang disebabkan karena perbedaan pengalokasian biaya dan
penentuan markup antara perusahaan dengan teori. Harga jual perusahaan lebih rendah
dibandandingkan dengan teori yaitu dengan selisih untuk roti coklat adalah Rp.103,
kemudian untuk roti strawberry Rp.103, untuk roti mocca Rp116, lalu untuk roti pandan Rp.
115 dan untuk roti keju adalah Rp.133.

KESIMPULAN
1. Pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan metode harga pokok proses dengan
pendekatan full costing, tujuannya untuk memenuhi persediaan digudang, dan
jumlahnya
sama dari waktu ke waktu.
2. Penentuan harga jual produk yang dibebankan kepada konsumen dibuat berdasarkan
biaya produksi per unit ditambah persentase Markup. Persentase markup yang
diinginkan perusahaan yaitu sebesar 30% dari biaya produksi per unit dengan tujuan
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih memadai dan dapat menutup biaya
produksi yang telah dikeluarkan.

Anda mungkin juga menyukai