Bab ini akan membahas penentuan biaya proses dalam hal terjadi kerugian produksi. Kerugian
poduksi yang dibahas meliputi: (a) sisa bahan (scrap), (b) unit cacat (defective units), (c) unit
rusak (spoiled units). Sebagian besar kerugian produksi terjadi karena kualitas yang jelek
sehingga harus diusahakan untuk dihilangkan jika dimungkinkan. Salah satu cara untuk menarik
perhatian manajemen mengenai perlunya menekan kerugian produksi adalah dengan menghitung
biaya yang ditimbulkan dan melaporkannya.
Proses produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan tertentu menghasilkan sisa bahan. Sisa
bahan (scrap material) meliputi bahan yang tersisa dari proses produksi yang tidak bisa
digunakan lagi untuk tujuan yang sama tetapi berguna untuk tujuan lainnya atau dijual kepada
pihak lain. Sisa bahan yang tidak dapat digunakan untuk tujuan sama atau tujuan lain atau tidak
dapat dijual disebut bahan terbuang (waste material). Sisa bahan hampir sama dengan produk
sampingan (by-product), yaitu produk yang dihasikan oleh proses produksi produk utama yang
mempunyai nilai jual relatif kecil dibanding produk utama. Sisa bahan dan produk sampingan
dibedakan berdasarkan nilai jual relatifnya. Semakin kecil nilai jualnya, semakin besar
kemungkinan dikelompokkan sebagai sisa bahan. Sisa bahan dapat berupa serbuk atau potongan
sisa pemrosesan bahan, bahan cacat yang tidak bisa dipakai atau dikembalikan ke pemasok, dan
suku cadang produk yang cacat akibat kesalahan karyawan atau mesin. Sisa bahan yang berupa
residu bahan sangat sulit untuk dihitung biayanya. Masalah akuntanasinya adalah mengenai
perlakuan terhadap hasi penjualan. Perlakuan hasil penjualan sisa bahan tergantung pada sudah
atau belum perusahaan memperhitungkannya dalam tarif pembebanan overhead pabrik. Apabila
sudah, hasil penjualan sisa bahan harus dicatat sebagai pengurang biaya overhead pabrik.
Apabila belum, hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai (1) pengurang biaya
produksi departemen tempat terjadinya, (2) pendapatan lain-lain, atau (3) pegurang harga pokok
penjualan. Sisa bahan yang berupa bahan atau suku cadang yang cacat akibat kesalahan
karyawan dan tidak laku dijual, biayanya harus di periodik dilaporkan kepada manajemen.
Karena terjadi akibat kesalah tersebut harus diakui sebagai kerugian. Jurnalnya adalah sebagai
berikut.
Perusahaan pada umumnya tidak memberi perlakuan khusus terhadap bahan buang
karena bersifat tidak dapat dihindari, tidak signifikan jika dibandingkan biaya total, atau tidak
memiliki nilai jual. Bahan terbuang yang melebihi normal perlu dinvestigasi oleh manajemen
1
karena dapat mengindikasikan pemborosan dalam proses produksi. Biaya yang dikeluarkan
untuk membuang pada umumnya dibebankan ke biaya overhead pabrik sesungguhnya.
(b) Jumlah yang diperoleh dari penjualan sisa bahan dikredit ke akun Harga Pokok Penjualan
sehingga menaikkan laba kotor. Jurnal pada waktu terjadi penjualan adalah sebagai
berikut.
(c) Jumlah yang diperoleh dari penjualan sisa bahan dikredit ke akun Barang Dalam Proses
sehingga mengurangi biaya produksi. Jurnal pada waktu terjadi penjualan adalah sebagai
berikut.
2. Apabila perusahaan sudah memperhitungkan sisa bahan ke dalam tarif pembebanan biaya
overhead pabrik, hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya overhead
pabrik sesungguhnya. Jurnal pada waktu terjadi penjualan adalah sebagai berikut.
2
Produk cacat adalah unit produk yang tidak memenuhi standar produksi tetapi, baik dari segi
teknis maupun ekonomis, dapat diperbaiki (diproses ulang) supaya dapat dijual sebagai produk
standar atau substandar. Meskipun tidak memenuhi standar produksi, unit cacat tidak
dikeluarkan dari proses produksi pada saat diketahui. Setelah diketahui, unit yang cacat akan
diperbaiki supaya menjadi unit produk yang baik.
Masalah akuntansi produk cacat adalah mengenai perlakuan tambahan biaya produksi
yang terjadi untuk memperbaikinya. Karena unit cacat tidak dikeluarkan dari proses produksi
pada saat diketahui, data kuantitas dalam laporan biaya produksi tidak terpengaruh. Bagian
laporan biaya produksi yang terpengaruh adalah jumlah biaya yang harus
dipertanggungjawabkan. Untuk memperbaiki unit cacat diperlukan tambahan biaya produksi,
yang dapat meliputi biaya bahan tenaga kerja, dan overhead pabrik. Biaya perbaikan merupakan
bagian dari biaya yang harus dipertanggungjawabkan yang dapat dibebankan sebagai kerugian
atau penambah biaya produksi, tergantung unit cacat yang terjadi normal atau tidak normal.
Cacat Normal
Produk cacat normal adalah jumlah unit produk cacat yang lazim terjadi dalam operasi produksi
yang efisien. Oleh karena itu, biaya perbaikan unit cacat normal harus diperhitungkan sebagai
bagian dari biaya produksi di departemen tempat terjadinya. Salah satu caranya adalah melalui
biaya overhead yang dibebankan berdasarkan tarif yang sudah diperhitungkan di dalamnya biaya
perbaikan produk cacat normal. Dengan cara tersebut, perbaikan produk cacat normal yang
terjadi dalam suatu periode dicatat sebagai penambah biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Jurnalnya adalah sebagai.
3
Jumlah biaya produksi yang ditambahkan dalam satu periode menjadi lebih besar karena
perlakuan tersebut. Sebagai akibatnya, biaya per unit produk juga lebih besar dibandingkan jika
tidak ada unit cacat.
Biaya perbaikan unit cacat tidak normal di laporan biaya produksi dimasukkan sebagai
bagian dari biaya yang harus dipertanggungjawabkan. Namun, karena bukan merupakan bagian
dari biaya produk, biaya tersebut tidak disertakan dalam perhitungan unit ekuivalen dan biaya
per unit.
4
Biaya Perbaikan :
Unit cacat normal:
Tenaga kerja Rp 1.317.000
Overhead pabrik dibebankan Rp 1.279.000
Unit cacat tidak normal:
Tenaga kerja Rp 898.000
Overhead parbrik dibebankan Rp 526.000
Biaya ditransfer masuk selama satu periode dari departemen sebelumnya Rp 48.750.000
Pembuatan laporan biaya produksi dalam kasus terjadi biaya perbaikan produk cacat
berbeda, tergantung pada (1) metode aliran biaya yang digunakan (rata-rata atau MPKP) dan (2)
biaya perbaikan produk cacat normal sudah atau belum diperhitungkan dalam penentuan tarif
pembebanan overhead pabrik. Berikut ini diberi contoh pembuatan laporan biaya produksi dan
penjurnalannya berdasarkan data contoh di atas untuk berbagai kemungkinan tersebut.
Data Kuantitas. Laporan biaya produksi bagian ini tidak dipengaruhi oleh
terjadinya produk cacat. Data masukan dan data keluaran sama dengan kasus
kalau tidak ada produk cacat. Unit produk cacat tidak diidentifikasi dalam data
kuantitas karena setelah diperbaiki akan menjadi produk baik. Data kuantitas
Departemen X bulan Desember 2010 dapat dirumuskan sebagai berikut.
Masukan Keluaran
Unit dalam proses awal 17.000 unit Unit selesai dan ditransfer 40.000 unit
= keluar
+ +
Unit ditransfer masuk 38.000 unit Unit dalam proses akhir 15.000 unit
PERAGA 7.1
Produk Cacat Belum Diperhitungkan dalam Tarif BOP; Metode Rata-Rata
5
PT Domino
Laporan Biaya Produksi Departemen X
Bulan Desember 2010
Data Kuantitas
Pertanggungjawaban Biaya
6
Keterangan Peraga 5.6:
Unit ditrasfer ke departemen berikutnya 40.000 unit 40.000 unit 40.000 unit 40.000 unit
Jumlah unit ekuivalen produksi 55.000 unit 40.000 unit 51.250 unit 51.250 unit
Unit Ekuivalen. Unit yang diketahui cacat tidak dikeluarkan dari proses produksi
dan akan diperbaiki supaya menjadi produk yang baik. Oleh karena itu, unit produk cacat
tidak memengaruhi perhitungan unit ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen Departemen
X dengan metode rata-rata adalah sebagai berikut.
Unit ditransfer je depaartemen berikutnya 40.000 unit 40.000 unit 40.000 unit 40.000 unit
Jumlah unit ekuivalen 55.000 unit 40.000 unit 51.250 unit 51.250 unit
Biaya per unit. Apakah belum diperhitungkan dalam tarif pembebanan overhead pabrik, biaya
perbaikan produk cacat normal harus disertakan dalam perhitungan biaya per unit. Sebaliknya, biaya
pervaikan produk cacat tidak normal tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan biaya per unit karena
bukan biaya produk melainkan biaya periode. Biaya per unit Departemen X dengan metode rata-rata
dihitung sebagai berikut.
Dari Dept. w Bahan Tenaga Kerja Overhead
Biaya unit dalam proses, persediaan awal Rp9.000.000 Rp0 Rp5.290.000 Rp3.500.000
Biaya ditambahkan bulan ini Rp48.750.000 Rp37.000.000 Rp30.005.000 Rp15.052.000
Biaya perbaikan produk cacat normal Rp1.317.000 Rp1.279.000
Biaya yang dipertanggungjawabkan Rp57.750.000 Rp37.000.000 Rp36.612.000 Rp19.831.000
7
Dibagi: Unit ekuivalen 55.000 unit 40.000 unit 51.251 unit 51.251 unit
Biaya per unit ekuivalen Rp1.050,00 Rp925,00 Rp714,38 Rp386,95
Jumlah biaya per unit rata-rata di Departemen X bulan Desember 2010 adalah
Rp3.076,33(Rp1.050,00 + Rp925,00 + Rp714,38 + Rp386,95). Jumlah tersebut lebih tinggi
dibandingkan jika tidak ada unit yang cacat.
Pertanggungjawaban Biaya. Laporan biaya produksi bagian ini tidak hanya dipengaruhi
oleh terjadinya produk cacat. Informasi biaya per unit digunakan untuk menghitung jumlah biaya
yang dibebankan ke unit ditransfer dan unit dalam proses akhir. Karena dalam perhitungan biaya
per unit pada bagian sebelumnya sudah dimasukkan, biaya perbaikan produk cacat normal ke
unit yang ditramsfer keluar dan unit dalam proses akhir melalui biaya per unit yang lebih tinggi.
Sebaliknya, biaya perbaikan produk cacat tidak normal dilaporkan bagian ini akan disajikan
sebagai kerugian (Rp1.424.000).
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit yang ditransfer ke Departemen berikutnya
dihitung dengan cara mengalikan jumlah unit (40.000) dengan biaya per unit (Rp3.076,33)
sehingga diperoleh jumlah Rp123.053.073. jumlah biaya yang dibebankan ke unit persediaan
barang dalam proses akhir dihitung sebagai berikut.
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit ditransfer (Rp 123.053.073), unit dalam proses
akhir (Rp 28.139.927), dan sebagai kerugian produk cacat tidak normal (Rp 1.424.000) harus
sama besarnya dengan jumlah biaya yang harus dipertanggungjawabkan di Departemen X pada
bulan Desember (Rp 152.617.000).
Biaya Perbaikan Produk Cacat Normal Sudah Diperhitungkan Dalam Tarif Overhead
Pabrik. Laporan biaya produksi apabila perusahaan menerapkan metode rata-rata dan sudah
memperhitungkan biaya perbaikan produk cacat normal ke dalam penentuan tariff pembebanan
overhead pabrik disajikan dalam Peraga 7.2. dibandingkan contoh sebelumnya, beberapa bagian
laporan mengalami sedikit perubahan. Produk cacat dan asumsi perusahaan yang
memperhitungkan biaya perbaikan prodek cacat ke dalam tarif pembebanan overhead pabrik
tidak memepengaruhidata kuantitas dan perhitungan unit ekuivalen tetapi memepengaruhi bagian
biaya yang harus dipertanggungjawabkan dan pertanggungjawaban biaya.
Biaya Per Unit. Apabila sudah diperhitungkan dalam tarif pembebanan overhead pabrik,
tidak seperti dalam contoh sebelumnya, biaya perbaikan produk cacat normal yang terjadi dalam
suatu periode tidak perlu dimasukkan ke dalam perhitungan biaya per unit. Namun demikian,
jumlah biaya perbaikan produk cacat, baik normal maupun tidak normal, harus tetap dimasukkan
8
sebagai bagian dari jumlah biaya yang harus dipertanggungjawabkan. Biaya per unit Departemen
X dihitung sebagai berikut.
PERAGA 7.2
PT Domino
Laporan Biaya Produksi Departemen X
Bulan Desember 2010 (Rata-Rata)
Data Kuantitas
Unit dalam proses, persediaan awal 100% 0% 90% 90% 17.000 unit
Unit ditransfer dari Departemen W 38.000 unit
55.000 unit
Unit ditrasfer ke Departemen Y 100% 0% 75% 75% 40.000 unit
Unit dalam proses, persediaan akhir 15.000 unit
55.000 unit
Ekuivalen Unit
Pertanggungjawaban Biaya
9
Biaya ditransfer ke Departemen berikutnya (400.000 x Rp.3.025,67) Rp.121.026.927
Biaya persediaan barang dalam proses akhir:
Dari Departemen sebelumnya (15.000 unit x 100% x Rp.1,050,00) Rp.15.750.000
Bahan (15.000 unit x 0% x Rp.925,00) Rp.0
Tenaga kerja (15.000 unit x 75% x Rp.688,68) Rp.7.727.683
Overhead pabrik (15.000 unit x 75% x Rp.361,99 Rp.4.072,390 Rp.27.570,073
Biaya perbaikan produk cacat normal yang dibebankan sebagai biaya overhead sesungguhnya Rp.2.596,000
Biaya perbaikan produk cacat tidak normal yang dibebankan sebagai kerugian Rp.1.424,000
Jumlah biaya yang dipertanggungjawabkan Rp.152.217.000
Unit ditransfer ke departemen berikutnya 40.000 unit 40.000 unit 40.000 unit 40.000 unit
Jumlah unit ekuivalen produksi 55.000 unit 40.000 unit 51.250 unit 51.250 unit
Biaya dari departemen W per unit = Rp.9000.000+Rp.48.750.000 = Rp.57.750.000 + 55.000 unit = Rp. 1.050,00
Biaya bahan per unit = Rp0 + Rp.17.000.000 = Rp.17.000.000 + 40.000 unit = Rp. 925,00
Biaya tenaga kerja per unit = Rp.5.290.000 + Rp.30.005.000 =Rp.15.299.000 + 51.250 unit = Rp.688,68
Biaya overhead pabrik per unit = Rp.1.500.00 + Rp.15.052.000 =Rp.18.552,000 + 51.250 unit = Rp.361,99
Dibagi: Unit ekuivalen 55.000 unit 40.000 unit 51.250 unit 51.250 unit
10
Berdasarkan perhitungan, jumlah biaya per unit di Departemen X bulan Desember
2010 adalah Rp 3.025,67. Apabila dibandingklan dengan contoh sebelumnya, jumlah
tersebut lebih kecil karena tidak memasukkan biaya perbaikan produk cacat normal.
Biaya perbaikan produk cacat tidak normal dilaporkan sebagai kerugian (Rp 1.424.000),
sedangkan biaya perbaikan produk cacat normal diperlakukan sebagai penambah biaya overhead
pabrik seungguhnya (Rp 2.596.000). Jumlah biaya yang dibebankan ke unit ditransfer (Rp
121.026.927), unit dalam proses akhir (Rp 27.570.073), kerugian produk cacat tidak normal
(Rp1.424.000), dan penambah biaya overhead pabrik sesungguhnya (Rp 2.596.000) harus sama
dengan jumlah biay tyang harus dipertanggungjawabkan di Departemen X pada bulan Desember
(Rp152.617.000).
11
(a) Biaya yang ditambahkan selama bulan Desember:
Barang Dalam Proses Departemen X Rp130.807.000
Barang Dalam Proses Departemen W Rp48.750.000
Bahan Rp37.000.000
Gaji dan Upah Rp30.005.000
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp15.052.000
(b) Biaya perbaiakn produk cacat normal selama bulan Desember:
Barang Dalam Proses Departemen X Rp2.596.000
Gaji dan Upah Rp1.317.000
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp1.279.000
(c) Biaya perbaiksn produk cacat tidak normal selama bulan Desember:
Rugi Produk Cacat Tidak Normal Rp1.424.000
Gaji dan Upah Rp898.000
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp526.000
(d) Biaya yang ditransfer dari
Departemen X ke departemen berikutnya:
Barang Dalam Proses Departemen Y Rp123.053.073
Barang Dalam Proses Departemen Rp123.053.073
Aliran Biaya Apabila Biaya Perbaikan Produk Cacat Belum Diperhitungkan. Setelah jurnal
dibukukan, aliran biaya produksi PT Domino bulan Desember 2010 dalam akun buku besar
dengan asumsi biaya perbaikan produk cacat normal belum diperhitungkan dalam tariff
pembebanan biaya overhead pabrik disajikan dalam Peraga 7.3.
PERAGA 7.3
Aliran Biaya Produksi Rata-Rata
Biaya Perbaikan Produk Cacat Normal Belum Diperhitungkan dalam Tarif BOP
12
Keterangan: Angka dicetak dengan huruf miring merupakan saldo akun.
Penjurnalan Apabila Biaya Perbaikan Produk Cacat Sudah Diperhitungkan. Jurnal untuk
mencatat biaya produksi apabila biaya perbaikan produk cacat sudah diperhitungkan dalam tarif
pembebanan overhead pabrik adalah sebagai berikut.
(a) Biaya yang ditambahkan selama bulan Desember.
Barang Dalam Proses Departemen X Rp 130.807.000
Barang Dalam Proses Departemen W Rp 48.750.000
Bahan Rp 37.000.000
Gaji dan Upah Rp 30.005.000
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp 15.052.000
(b) Biaya perbaikan produk cacat normal selama bulan Desember.
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 2.596.000
Gaji dan Upah Rp 1.317.000
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp 1.279.000
(c) Biaya perbaikan produk cacat tidak normal selama bulan Desember.
Rugi Produk Cacat Tidak Normal Rp 1.424.000
Gaji dan Upah Rp 898.000
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp 526.000
(d) Biaya yang ditransfer dari Departemen X ke departemen berikutnya.
Barang Dalam Proses Departemen Y Rp 121.026.927
Barang Dalam Proses Departemen X Rp 12.026.927
Aliran Biaya Apabila Biaya Perbaikan Produk Cacat Sudah Diperhitungkan. Setelah
jurnal dibukukan, aliran biaya produksi PT Domino bulan Desember 2010 dalam akun buku
besar disajikan dalam Peraga 7.4. Aliran biaya dibuat dengan asumsi biaya perbaikan produk
cacat normal sudah diperhitungkan dalam tarif pembebanan biaya overhead pabrik.
Peraga 7.4
Aliran Biaya Produksi; Rata-Rata; Biaya Perbaikan Produk Cacat Normal Sudah Diperhitungkan
dalam Tarif BOP
13
Biaya Perbaikan Produk Cacat Normal Belum Diperhitungkan dalam Tarif Overhead Pabrik.
Laporan biaya produksi Departemen X PT Domino bulan Desember 2010 dengan metode MPKP
apabila biaya pengerjaan produk cacat belum diperhitungkan dalam tarif pembebanan overhead
pabrik disajikan dalam Peraga 7.5. berikut ini diberikan penjelasan terhadap bagian-bagian
dalam laporan tersebut.
Data Kuantitas. Data kuantitas Departemen X dengan metode MPKP sama dengan
metode rata-rata. Bagian ini juga tidak dipengaruhi oleh terjadinya produk cacat.
Unit Ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen tidak dipengaruhi oleh produk cacat.
Perhitungan unut ekuivalen Departemen Pengolahan dengan metode MPKP adalah sebagai
berikut.
Biaya Per Unit. Apabila belum diperhitungkan dalam tariff pembebanan overhead maka
untuk membebankannya ke produk yang baik, biaya perbaikan produk cacat normal harus
disertakan dalam perhitungan biaya per unit. Perhitungan biaya per unit. Perhitungan biaya per
unit Departemen X dengan metode MPKP adalah sebagai berikut.
PERAGA 7.5
Produk Cacat Belum Diperhitungkan dalam Tarif BOP; Metode MPKP
14
Biaya persediaan barang dalam proses akhir:
Dari departemen sebelumnya (15.000 unit x 100% x Rp 1.282,89) Rp 19.243.421
Bahan (15.000 unit x 0% x Rp 925.00) Rp0
Tenaga kerja (15.000 unit x 75% x Rp 871,27) Rp 9.801.739
Overhead pabrik (15.000 unit x 75% x Rp 454,27) Rp 5.110.535 Rp34.155.695
Biaya perbaikan produk cacat tidak normal yang dibebankan sebagai kerugian Rp1.424.000
Jumlah biaya yang dipertanggungjawabkan Rp152.617.000
15
Pertanggungjawaban Biaya. Dalam metode MPKP, jumlah biaya yang dibebankan ke
unit selesai dibedakan menurut asalnya. Karena biaya per unit dihitung dengan memasukkan
biaya perbaikan produk cacat normal, unit-unit dibebani dengan biaya yang kebih tinggi. Jumlah
biaya yang dibebankan ke unit selesai dari persediaan awal dihitung sebagai berikut.
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit masuk proses bulan Desember dihitung dengan
cara mengalikan jumlah unit dengan biaya per unit: 23.000 unit × Rp 3.533,43 = Rp 81.268.895.
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit persediaan barang dalam proses akhir dihitung sebagai
berikut.
Biaya perbaikan produk cacat tidak normal dilaporkan sebagai rugi produk cacat sebesar
Rp 1.424.000. Jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai (Rp 117.037.305),persediaan
barang dalam proses akhir (Rp 34.155.695), dan kerugian produk cacat (Rp 1.424.000) harus
sama dengan jumlah biaya yang harus dipertanggungjawabkan di Departemen X pada bulan
Desember (Rp 152.617.000)
Biaya Perbaikan Produk Cacat Normal Sudah Diperhitungkan dalam Tarif
Overhead Pabrik. Laporan biaya produksi Departemen X PT Domino bulan Desember 2010
apabila digunakan metode MPKP dan biaya perbaikan produk cacat normal sudah
diperhitungkan dalam penentuan tarif pembebanan overhead pabrik disajikan dalam Peraga 7.6.
Asumsi tersebut tidak memengaruhi data kuantitas dan perhitungan unit ekuivalen tetapi
memengaruhi biaya yang harus dipertanggungjawabkan (biaya per unit) dan
pertanggungjawaban biaya.
Biaya Per Unit. Apabila biaya perbaikan produk cacat normal sudah diperhitungkan
dalam tarif pembebanan overhead pabrik, biaya tersebut tidak perlu disertakan dalam
perhitungan biaya per unit. Perhitungan biaya per unit Departemen X dengan metode MPKP
adalah sebagaj berikut.
16
PERAGA 7.6
Produk Cacat Sudah Diperhitungkan dalam Tarif BOP; Metode MPKP
PT Domino
Laporan Biaya Produksi Departemen X
Bulan Desember 2010 (MPKP)
Data Kuantitas
Dari Dept. W Bahan Tenaga Kerja Overhead Kuantitas
Unit dipertanggungjawabkan:
Unit ditransfer ke Departemen Y 40.000 unit
Unit dalam proses persediaan akhir 100% 0% 75% 75% 15.000 unit
55.000 unit
17
Overhead
Perhitungan unit ekuivalen: Dari Dept.W Bahan Tenaga Kerja
pabrik
Penyelesaian unit dalam proses, persediaan awal
Dari departemen sebelumnya (17.000 unit x 0%) 0 unit
Biaya pengerjaan ulang produk cacat normal yang dibebankan sebagai Biaya overhead pabrik Rp2.596.000
Biaya pengerjaan ulang produk cacat abnormal yang dibebankan sebagai kerugian Rp1.424.000
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan Rp152.617.000
18
Bahan (17.000 unit x 100%) 17.000 unit
Tenaga kerja (17.000 unit x 10%) 1.700 unit
Overhead pabrik (17.000 unit x 10%) 1.700 unit
(40.000 unit - 17.000
Unit ditransfer masuk dan selesai
unit 23.000 unit 23.000 unit 23.000 unit 23.000 unit
Unit dala, proses persediaan akhir
Dari departemen sebelumnya (15.000 unit x 100%) 15.000 unit
Bahan (15.000 unit x 0%) 0 unit
Tenaga Kerja (15.000 unit x 75%) 11.250 unit
Overhead pabrik (15.000 unit x 75%) 11.250 unit
Jumlah unit evaluasi produksi 38.000 unit 40.000 unit 35.950 unit 35.950 unit
Biaya dan departemen sebelumnya per unit =Rp48.750.000+ 38.000 unit =1.282,89
Biaya bahan per unit =Rp37.000.000+ 40.000 unit =925,00
Biayatenaga kerja per unit =Rp30.005.000+ 35.950 unit =834,63
Biaya overhead pabrik per unit =Rp15.052.000+ 35.950 unit =418,69
Biaya penyelesaian :
Rp17.790.000
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai dari unit ditransfer masuk bulan
Desember dihitung dengan cara mengalihkan jumlah unit dengan biaya per unit: 23.000 unit x
Rp 3.461,22 = Rp 79.608.032. Jumlah biaya yang dibebankan ke unit persediaan barang dalam
proses akhir dihitung sebagai berikut:
19
Dari dept. sebelumnya 15.000 unit 100% Rp1.282,89 Rp19.243.421
Bahan 15.000 unit 0% Rp925,00 Rp0
Tenaga kerja 15.000 unit 75% Rp834,63 Rp9.389.604
Overhead pabrik 15.000 unit 75% Rp418,69 Rp4.701.292
Jumlah biaya persediaan barang dalam proses
akhir Rp33.343.316
Biaya perbaikan produk cacat tidak normal dipertanggungjawabkan sebagai rugi produk
cacat, sedangkan biaya perbaikan produk cacat normal diperlakukan sebagai biaya overhead
pabrik sesungguhnya. Jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai (Rp 115.253.683),
persediaan barang dalam proses akhir (Rp 33.343.317), kerugian produk cacat (Rp1.424.000),
dan biaya overhead pabrik sesungguhnya (Rp2.596.000) harus sama dengan jumlah yang harus
dipertanggungjawabkan di Departemen X pada bulan Desember (Rp 152.617.000)
a) Jurnal biaya yang ditranfer dari Departemen X ke departemen berikutnya apabila biaya
produk cacat normal belum diperhitungkan dalam tarif pembebanan overhead pabrik.
Barang Dalam proses Departemen Y Rp 117.037.305
Barang Dalam proses Departemen X Rp 117.037.305
b) Jumlah biaya yang ditransfer dari Departemen X ke departemen berikutnya apabila biaya
produk cacat normal sudah diperhitungkan dalam tarif pembebanan overhead pabrik
Barang Dalam Proses Departemen Y Rp 115.253.683
Barang Dalam Proses Departemen X Rp
115.253.683
Produk rusak adalah unit produk yang tidak memenuhi standar poduksi yang dari segi
teknis atau ekonomis tidakdapat diperbaiki. Produk rusak secara ekonomis tidak dapat
diperbaiki apabila biaya untuk memperbaiki lebih besar dibandingkan peningkatan nilai
jualnya akibat perbaikan. Produk rusak dikeluarkan dari proses produksi pada saat
diketahui, yaitu ketika perusahaan melakukan inspeksi terhadap unit-unit produk untuk
kepentingan pengendalian kualitas. Inspeksi dilakukan pada tahan tertentu dari proses
produksi, bisa pada akhir proses produksi atau sebelumnya. Setelah dikeluarkan dari
proses produksi, boleh jadi produksi rusak laku dijual atau tidak laku dijual. Masalah
akuntansinya tergantung pada pertimbangan manajemen mengenai metode yang dipilih
untuk memperlakukan produk rusak. Manajemen dapat memperlakukannya dengan dua
20
metode; (1) produk rusak diabaikan (theory of neglect) dan (2) biaya produk rusak
sebagai elemen tersendiri.
Unit produk rusak di departemen lanjutan juga dianggap tidak pernah dimasukkan ke
dalam proses produksi. Jumlah unit yang ditransfer masuk dari departemen sebelumnya
berkurang karena produk rusak (normal dan tidak normal). Sebagai akibatnya, biaya ditransfer
masuk per unit meningkat dan biaya yang dialokasi ke unit produk selesai dan unit dalam proses
akhir dihitung dengan biaya per unit yang lebih tinggi
Metode ini secara otomatis membebankan biaya produk rusak ke persediaan barang
dalam proses akhir meskipun nelum diinspeksi. Keunggulan metode ini adalah
kesederhanaannya. Kelemahannya adalah tidak membedakan unit produk rusak normal dan
rusak tidak normal. Metode ini hanya dapat diterapkan oleh perusahaan yang belum
memperhitungkan biaya produk rusak dalam tarif pembebanan overhead pabrik
Dalam metode ini, unit rusak dimasukkan ke dalam perhitungan unit ekuivalen sesuai
dengan tingkatan penyelesiannya ketika dikeluarkan dari proses produksi, yaitu pada saat
inspeksi pengendalian kualitas. Sebagai contoh, 500 unit produksi rusak diketahui dan
dikeluarkan ketika proses produksi mencapai tahap 70% dan baik biaya bahan maupun koversi
ditambahkan secara merata sepanjang proses produksi. Berdasarkan data tersebut, perhitungan
unit ekuivalen akan memasukkan 350 unit produk rusak (500 unit x 70%), disamping unit
ekuivalen produk selesai dan unit ekuivalen persediaan barang dalam proses akhir.
21
Di departemen lanjutan, biaya ditranfer dari departemen sebelumnya dimasukkan sebagai
bagian dari biaya total produk rusak, disamping jumlah biaya produksi yang ditambahkan di
departemen tempat terjadinya produk rusak. Biaya total produk rusak dihitung sebagai berikut.
Biaya total produk rusak = (Jumlah Unit Rusak x Biaya Ditransfer Masuk Per Unit) + (Unit
Ekuivalen Produk Rusak* x Biaya Per Unit
Ekuivalen**)
Keterangan :
Biaya total produksi rusak yang tidak tertutup = Biaya total produk rusak – Nilai jual
produk rusak
Setelah dihitung, biaya produk rusak yang tidak tertutup dapat dipisahkan ke dalam biaya
produk rusak normal dan biaya produk rusak tidak normal. Biaya yang dialokasikan ke setiap
jenis produk rusak dihitung dengan mengalikan biaya produk rusak yang tidak tertutup dengan
rasio unit setiap jenis produk rusak dengan total unit produk rusak seperti rumus berikut ini.
Biaya produk rusak tidak tertutup yang dialokasikan ke unit rusak tidak normal
merupakan biaya periode yang akan diakui sebagai kerugian. Biaya produk rusak tidak tertutup
yang dialokasikan ke unit rusak normal merupakan biaya produk yang perlakuan berikutnya
tergantung biaya tersebut sudah atau belumnya diperhitungkan dalam tarif pembebanan overhead
pabrik. Apabila sudah, biaya unit rusak yang normal terjadi dalam suatu periode harus
dibebankan ke biaya overhead pabrik sesungguhnya. Apabila belum, untuk memperlakukannya
sebagai bagian dari biaya produk, biaya produk rusak normal yang tidak tertutup dialokasikan
lebih lanjut kepada unit dalam proses akhir dan/atau unit selesai.
Dalam metode rata-rata, biaya produksi rusak normal yang tidak tertutup hanya
dialokasikan ke persediaan barang dalam proses akhir dan/atau unit selesai karena dalam metode
itu persediaan barang dalam proses awal tidak pertanggungjawabkan secara tersendiri. Dalam
22
metode MPKP, harus ada upaya identifikasi untuk menentukan apakah unit rusak ada yang
berasal unit selesai dari persediaan barang dalam proses awal, unit selesai dari unit untuk masuk
prosesm dan unit dalam proses akhir. Alokasi biaya rusak normal ke ketiganya dihitung sebagai
berikut.
Keterangan:
Jumlah Unit = Unit Persediaan Barang Dalam Proses Awal + Unit Masuk Proses dan Selesai +
Unit Persediaan Barang Dalam Proses Akhir
23
PERAGA 7.7
Metode Akuntansi Produk Rusak
Metode 1 Metode 2
Theory of Neglect Biaya produk rusak
produk rusak diabaikan sebagai elemen
dalam perhitungan biaya tersendiri
produksi
Barang jadi (Persediaan barang Barang jadi dan barang dalam proses
dalam proses akhir belum diinspeksi) akhir (Persediaan baran dalam proses
akhir sudah diinspeksi) produk rusak
tidak normal
24
Contoh 7-3: Produk Rusak
Untuk memberikan contoh berbagai kemungkinan perlakuan produk rusak, misalkan PT Panca Sakti
memproduksi satu jenis cangkir keramik melalui dua departemen produksi, Departemen Pengolahan dan
Departemen Pelapisan. Di kedua departemen, bahan digunakan di awal proses dan biaya konversi
ditambahkan secara merata sepanjang proses produksi. Data yang digunakan sebagai contoh adalah aktivitas
produksi perusahaan pada bulan Desember 2010. PT Panca Sakti menerapkan sistem penentuan biaya
proses. Unit rusak dikeluarkan daroi proses produksi pada saat inspeksi. Inspeksi di Departemen Pengolahan
dilakukan ketika proses produksi mencapai tingkat penyelesaiaan 75%. Inspeksi di Departemen Pelapisan
dilakukan pada akhir proses produksi (100%). Unit rusak yang terjadi di Departemen Pengolahan tidak laku
dijual sedangkan unit rusak di Departemen Pelapisan laku dijual dengan harga Rp100 per unit. Data
produksi perusahaan bulan Desember 2010 adalah sebagai berikut.
Departemen
Pengolahan Pelapisan
Pengolahan Pelapisan
25
disajikan dalam peraga 7.8 Dibanding contoh-contoh sebelumnya, beberapa bagian laporan mengalami
sedikit perubahan akibat unit rusak.
PERAGA 7.8
Departemen Pertama; Produk Rusak Diabaikan; Metode Rata-Rata
PT Panca Sakti
Laporan Biaya Produksi Departemen Pengolahan
Bulan Desember 2010 (Rata-Rata)
Data Kuantitas
Bahan Rp615.000
Tenaga Kerja Rp366.400
Overhead pabrik Rp549.600
Jumlah biaya persediaan dalam proses awal Rp1.531.000
Biaya ditambahkan selama bulan ini:
Bahan Rp3.885.000 45.200 Rp99,5575
Tenaga Kerja Rp2.273.600 43.760 Rp60,3291
Overhead pabrik Rp3.410.400 43.760 Rp90,4936
Jumlah biaya ditambahkan Rp9.569.000
Jumlah biaya yang harus dipertanggungjawabkan Rp11.100 .000
Rp250,3802
Pertanggungjawaban Biaya
26
Keterangan Peraga 7.8
# Perhitungan unit ekuivalen:
Unit ditransfer ke Departemen Pelapisan Bahan Tenaga Kerja Overhead Pabrik
Unit dalam proses, persediaan akhir: 38.000 unit 38.000 unit 38.000 unit
Bahan (7.200 unit x 100%) 7.200 unit
Tenaga Kerja (7.200 unit x 80%) 5.760 unit
Overhead pabrik (7.200 unit x 80%) 5.760 unit
Jumlah unit ekuivalen 45.200 unit 43.760 unit 43.760 unit
# Biaya bahan per unit = Rp615.000 + Rp3.885.000 Rp4.500.000 ÷ 45.200 unit = Rp99,5575
# Biaya tenaga kerja per unit = Rp366.400 + Rp2.273.600 Rp2.640.000 ÷ 43.760 unit = Rp60,3291
# Biaya overhead pabrik per unit = Rp549.600 + Rp3.410.400 Rp3.960..000 ÷ 43.760 unit = Rp90,4936
Data Kuantitas Departemen Pengolahan. Unit yang diproses oleh Deartemen Pengolahan pada bulan
Desember 2010 berasal dari dua sumber, yaitu dari dalam proses awal 8.000 dan dari masuk proses bulan
Desember 42.000 unit. Setelah unit-unit tersebut diproses oleh Departemen Pengolahan, sebanyak 38.000
unit selesai dan ditransfer ke Departemen Pelapisan, 7.200 unit masih dalam proses pada akhir bulan, dan
4.800 unit sisanya rusak. Karena hanya jumlah unit yang harus dipertanggungjawabkan, unit produk rusak
tidak perlu diklasifikasi ke dalam unit rusak normal dan tidak normal. Data kuantitas Departemen
Pengolahan bulan Desember 2010 dapat dirumuskan sebagai berikut.
Masukan Keluran
Unit dalam proses awal 8.000 unit Unit selesai dan ditransfer keluar 38.000 unit
= +
+ Unit dalam proses akhir 7.200 unit
+
Unit masuk proses malam ini 42.000 unit Unit rusak 4.800 unit
50.000 unit 50.000
unit
Unit Ekuivalen Departemen Pengolahan. Dalam metode produk rusak diabaikan, biaya produk rusak
tidak dihitung sehingga tidak perlu disertakan dalam perhitungan unit ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen
Departemen Pengolahan dengan metode rata-rata adalah sebagai berikut.
Biaya Per Unit Departemen Pengolahan. Unit rusak tidak dimasukkan dalam perhitungan unit ekuivalen
sehinggan juga tidak diperhitungkan dalam biaya per unit. Hal itu akan mengakibatkan biaya per unit lebih
tinggi karena jumlah unit yang menanggung biaya menjadi lebih sedikit. Biaya per unit Departemen
Pengolahan dengan metode rata-rata dihitung sebagai berikut.
27
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jumlah biaya per unit rata-rata di Departemen Pengolahan
pada bulan Desember 2010 adalah Rp250,3802 (Rp99,5575 + Rp60,3291 + Rp90,4936).
Pertanggungjawaban Biaya Departemen Pengolahan. Informasi biaya per unit kemudian digunakan untuk
menghitung jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai dan unit dalam proses akhir. Karena dalam
metode ini biaya per unit menjadi lebih tinggi dengan diabaikannya produk rusak, biaya yang dibebankan ke
unit ditransfer dan unit dalam proses akhir juga menjadi lebih tinggi. Jumlah biaya yang dibebankan ke unit
yang ditransfer ke Departemen Pelapisan dihitung dengan cara mengalihkan jumlah unit (38.000 unit)
dengan biaya per unit (Rp250,3802) sehingga diperoleh jumlah Rp9.514.447. Jumlah biaya yang dibebankan
ke unit dalam proses akhir dihitung sebagai berikut.
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit ditransfer (Rp9.514.447) dan unit dalam proses akhir
(Rp1.585.553) harus sama besarnya dengan jumlah biaya yang harus dipertanggungjawabkan oleh
Departemen Pengolahan pada bulan Desember (Rp11.100.000).
Setelah biaya unit yang ditransfer dari Departemen Pengolahan ke Departemen Penyelesaian dihitung,
dapat dilakukan perhitungan biaya Departemen Pelapisan. Perhitungan diawali dengan data kuantitas dan
diakhiri dengan pembebanan biaya ke produk. Laporan biaya produksi Departemen Pelapisan PT panca
Sakti bulan Desember 2010 disajikan dalam Peraga 7.9.
Data Kuantitas Departemen Pelapisan. Unit yang diproses oleh Departemen Pelapisan bulan Desember
2010 berasal dari dua sumber, yaitu dari dalam proses awal 6.000 unit dan ditransfer dari Departemen
Pengolahan pada bulan Desember 38.000 unit. Setelah diproses, 30.000 unit selesai dan ditransfer ke
persediaan barang jadi, 8.000 unit dalam proses pada akhir bulan dan 6.000 unit sisanya rusak. Data kuatitas
Departemen Pelapisan bulan Desember 2010 dapat dirumuskan sebagai berikut.
Peraga 7.9
PT Panca Sakti
Laporan Biaya Produksi Departemen Pelapisan
Bulan Desember 2010 (Rata-Rata)
Data Kuantitas
28
Jumlah
Jumlah Unit Biaya Per
Unit =
Biaya Ekuivalen(a Unit
)
Pertanggungjawaban Biaya
Rp
Biaya ditransfer ke persediaan barang jadi (30.000 unit x Rp584,029) 17.520.748
Biaya persediaan dalam peroses akhir:
Dari Departemen Pengolahan (8.000 unit x 100% x Rp287,1170) Rp 2.296.936
Bahan (8.000 unit x 100% x Rp45,1579) Rp 361.263
Tenaga Kerja (8.000 unit x 25% x Rp125,8750) Rp 251.750
Rp
Overhead pabrik (8.000 unit x 25% x Rp125,8750) Rp 251.750 3.161.699
Rp
Jumlah biaya yang dipertanggungjawabkan 20.682.447
29
Masukan
Keluar
Unit dalam peroses awal 6.000 unit Unit selesai dan ditransfer 30.000 unit
keluar
= +
Unit dalam peroses akhir 8.000 unit
+ +
Unit ditransfer masuk 38.000 unit Unit rusak 6.000 unit
bulan ini
44.000 unit 44.000 unit
Unit Ekuivalen Departemen Pelapisan. Produk rusak tidak dihitung biayanya sehingga
produk tersenut tidak disertakan dalam perhitungan unit ekuivalen. Unit ekuivalen hanya
dihitung berdasarkan unit selesai dan unit dalam peroses akhir. Perhitungan unit
ekuivalen Departemen Pelapisan dengan metode rata-rata adalah sebagai berikut.
Dari Dept.
Pengolahan Bahan Overhead
Tenaga
Kerja
Unit ditransfer ke persediaan barang jadi 30.000 unit 30.000 unit 30.000 unit 30.000 unit
Unit dalam peroses akhir:
Dari Dept. Pengolahan
Bahan (8.000 unit x 100%) 8.000 unit
Tenaga kerja (8.000 unit x 100%) 8.000 unit
Overhead pabrik (8.000 unit x 25%) 2.000 unit
Jumlah unit ekuivalen (8.000 unit x 25%) 2.000 unit
38.000 unit 38.000 unit 32.000 unit 32.000 unit
Biaya Per Unit Departemen Pelapisan. Untuk membebankan biaya yang diakumulasi
di Departemen Pelapisan ke unit ditransfer dan unit dalam peroses akhir, terlebih dahulu
harus dihitung biaya per unit. Karena unit rusak tidak dimasukan ke dalam perhitungan
biaya, perlu dilakukan penyesuaian terhadap biaya ditransfer dari Departemen
Pengolahan per unit. Perhitungan biaya dari Departemen Pengolahan per unit sebelum
ada unit rusak dapat digambarkan sebagai berikut.
Rp.1.396.000 Rp.9.514.447
44.000 unit
Perhitungan biaya dari Departemen Pengolahan per unit setelah ada unit rusak
dapat digambarkan sebagai berikut.
30
Deskripsi Perhitungan Biaya dari Departemen Pengolahan Per unit
Setelah Ada Unit Rusak
November Desember Januari
Rp.1.396.000 Rp.9.514.447
Perhitungan unit dan biaya per unit dari Departemen Pengolahan disesuaikan
akibat produk rusak adalah sebagai berikut.
Jumlah biaya dari Departemen Pengolahan yang melekat pada persediaan awal
(Rp1.396.000) ditambah yang ditransfer selama bulan Desember (Rp9.514.447) yang
semua ditanggung oleh 44.000 unit sehingga biaya perunitnya Rp247,9647
(Rp10.904.447/44.000 unit), setelah penyesuaian karena produk rusak akan menjadi
Rp287,1170 [Rp10.904.447/(44.000 unit – 6.000 unit)].
Biaya per unit Departemen Pelapisan dengan metode rata-rata setelah penyesuaian
produk rusak dihitung sebagai berikut.
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai (Rp17.520.748) dan unit dalam peroses
(Rp3.161.699) harus sama dengan jumlah biaya yang seharusnya dipertanggungjawabkan
di Departemen Pelapisan (Rp20.682.447).
Penjurnalan. Jurnal untuk mencatat biaya produksi PT Panca Sakti bulan Desember
2010 adalah sebagai berikut.
(a) Biaya bahan yang dipakai oleh Departemen Pengolahan dan Departemen
Pelapisan.
Aliran Biaya. Setelah jurnal dibukukan, aliran biaya produksi PT Panca Sakti bulan
Desember 2010 dalam akun buku besar disajikan dalam peraga 7.10. Saldo akun Barang
Dalam Peroses merupakan jumlah biaya yang dibebankan ke unit dalam peroses akhir
seperti yang tercantum dalam laporan biaya produksi masing-masing departemen.
32
PERAGA 7.10
Aliran Biaya Produksi Rata-Rata: Produk Rusak Diabaikan
Biaya Overhead
Pabrik Dibebankan
Rp7.128.400 (c)
Unit Ekuivalen Departemen Pengolahan. Dalam metode ini, biaya unit rusak tidak
dihitung sehingga tidak dimasukan ke dalam unit ekuivalen. Perhitungan unit
ekuivalen Departemen Pengolahan dengan metode MPKP adalah sebagai berikut.
33
Bahan Tenaga Kerja Overhead
Biaya Per Unit Departemen Pengolahan. Dalam metode MPKP, biaya per unit dihitung dari
jumlah biaya yang ditambahkan pada bulan Desember. Biaya persediaan unit dalam proses awal
bulan tidak disertakan dalam perhitungan biaya per unit. Perhitungan biaya per unit Departemen
Pengolahan dengan metode MPKP adalah sebagai berikut
PERAGA 7.11
PT Panca Sakti
Laporan Biaya Produksi Departemen Pengolahan
Bulan Desember 2010 (MPKP)
Data Kualitas
34
Tenaga
Bahan Overhead Kuantitas
Kerja
50.000 unit
Unit masuk (normal dan tidak 100% 75% 75% 4.800 unit
normal)
50.000 unit
Bahan Rp 615.000
Pertanggungjawaban Biaya
35
Biaya ditransfer ke Departemen Pelapisan :
36
Unit masuk dalam (38.000 unit – 8.000 30.000 unit 30.000 unit 30.000 unit
proses dan selesai unit)
Unit dalam proses, persediaan akhir
Biaya penyelesaian :
Jumlah biaya unit selesai dari persediaan barang dalam proses awal Rp 1.997.858
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai dari unit masuk proses bulan Desember
dihitung dengan cara mengalikan jumlah unit dengan biaya per unit: 30.000 unit x Rp 250,3287
= Rp 7.509.861. Berdasarkan kedua perhitungan, jumlah biaya unit selesai yang ditransfer ke
Departemen Pelapisan adalah Rp 9.507.720 (Rp 1.997.858 + Rp 7.509.861). Karena unit dalam
proses akhir tingkat penyelesaiannya berbeda-beda untuk setiap jenis biaya maka perhitungan
jumlah biaya yang dibebankan kepadanya harus dirinci seperti berikut ini :
37
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai Rp 9.507.720 dan dalam unit proses akhir
(Rp 1.592.280) harus sama dengan jumlah biaya yang harus dipertanggungjawabkan di
Departemen Pengolahan pada bulan Desember (Rp 11.100.000).
PERAGA 7.12
PT Panca Sakti
Laporan Biaya Produksi Departemen Pelapisan
Bulan Desember 2010 (MPKP)
Data Kuantitas
38
Biaya yang harus dipertanggung jawabkan
Unit dan biaya ditransfer dan 38.000 unit Rp9.507.720 = 38.000 unit Rp.250.2802
departement pengolahan
Junlah unit dan biaya disesuaikan 32.000 unit 32.000 unit Rp.297.163
Pertanggungjawaban Biaya
Data Kuantitas Departemen Pelapisan. Data kuantitas Departemen Pelapisan bulan Desember
2010 dalam melode MPKP sama dengan dalam metode rata-rata. Perbedaan keduanya adalah
dalam metode MPKP. 30.000 unit selesai dan ditransfer ke persediaan barang indi diasumsikan
6.000 unit di antaranya berasal dari persediaan unit dalam prose al dan 24.000 unit sisanya
berasal dari unit yang ditransfer masuk dari Departemen Pengolahan bulan Desember.
Unit Ekuivalen Departemen Pelapisan. Jumlah unit ekuivalen dalam metode MPKP Lova
dihitung dari jumlah biaya ditambahkan pada bulan Desember. Karena dalam metode produk
rusak diabaikan biaya produk rusak tidak dihitung, biaya tersebut tidak diperhitungkan dalam
unit ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen Departemen Pelapisan dengan metode MPKP adalah
sebagai berikut.
Unit ditransfer masuk (30.000 unit – 24.000 unit 24.000 24.000 24.000 unit
bulan ini dan selesai 8.000 unit) unit unit
40
Jumlah unit ekuivalen 32.200 unit 32.000 27.800 27.800
unit unit unit
Biaya Per Unit Departemen Pelapisan. Produk rusak tidak disertakan dalam perhitungan biaya
per unit sehingga perlu dilakukan penyesuaian terhadap biaya yang ditransfer dari Departemen
Pengolahan per unit. Perhitungan biaya dari Departemen Pengolahan per unit sebelum ada unit
rusak di Departemen Pelapisan dapat digambarkan sebagai berikut.
Deskkripsi perhitungan Biaya dari departemen Pengolahan per unit Sebelum ada unit
rusak
Rp9.507.720
38.000 unit
Perhitungan biaya dari Departemen Pengolahan per unit setelah ada unit rusak di Departemen
Pelapisan dapat digambarkan sebagai berikut.
Deskripsi perhitungan biaya dari departemen pengolahan per unit setelah ada unit rusak
Rp9.507.720
Penyesuaian unit ini an biaya per unit dari departemen pengolahan adalah sebagai
berikut:
Jumlah Unit Jumlah Biaya Unit Ekuivalen Biaya per unit
Unit dan biaya ditransfer 38.000 unit Rp9.507.720 38.000 Rp250.2012
dari dep. pengolahan:
Unit rusak (6.000 unit)
Unit dan biaya disesuaikan 32.000 unit 32.000 unit Rp287.1163
Jumlah biaya yang ditransfer dari Departemen Pengolahan bulan Desene Rp9.507.720 yang
semula ditanggung oleh 38.000 unit, akibat terjadinya rusak, akan ditanggung oleh 32.000 unit
(38.000 unit - 6.000 unit). Biaya dari Pengolahan per unit semula Rp250,2032
(Rp9.507.720/38.000 unit) setelah pe karena produk rusak akan menjadi Rp297,1163
41
(Rp9.507.720/(38.000 unit. unit)). Perhitungan biaya per unit Departemen Pelapisan dengan
metode MPKP penyesuaian produk rusak adalah sebagai berikut.
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai dari unit ditransfer masuk bulan Desember
dihitung dengan cara mengalikan jumlah unit dengan biaya per unit, yaitu: 24.000 unit x
Rp612,0983 = Rp14.690.358. Berdasarkan kedua perhitungan, jumlah biaya unit selesai yang
ditransfer ke persediaan barang jadi adalah Rp17.383.826 (Rp2.693.468 + Rp14.690.358).
Perhitungan jumlah biaya yang dibebankan ke unit dalam proses akhir adalah sebagai berikut.
Jumlah biaya yang dibebankan kepada unit ditransfer (Rp17.383.826) dan unit dalam
proses akhir (Rp3.291.894) harus sama dengan jumlah biaya yang harus dipertanggungjawabkan
di Departemen Pelapisan pada bulan Desember (Rp20.675.720)
Penjurnalan. Jurnal untuk mencatat biaya produksi PT Panca Sakti bulan Desember 2010
dengan metode MPKP sama dengan metode rata-rata. Perbedaan hanya terjadi pada jumlah biaya
yang ditransfer di Departemen Pengolahan dan Departemen Pelapisan. Jurnal untuk mencatat
biaya Departemen Pengolahan yang ditransfer ke Departemen Pelapisan adalah sebagai berikut.
42
Jurnal untuk mencatat biaya Departemen Pelapisan yang ditransfer ke persediaan barang
jadi adalah sebagai berikut.
Apabila PT Panca Sakti menggunakan metode rata-rata dan memperlakukan biaya produk rusak
sebagai elemen tersendiri, pembuatan laporan biaya produksinya akan berbeda, tergantung sudah
atau belum biaya produk rusak normal diperhitungkan dalam tarif pembebanan overhead pabrik.
Perbedaan terjadi di bagian biaya yang harus dipertanggungjawabkan dan pertanggungjawaban
biaya sedangkan bagian data kuantitas tidak berbeda di antara dua kemungkinan. Laporan biaya
produksi Departemen Pengolahan bulan Desember 2010 apabila biaya produk rusak normal
belum diperhitungkan dalam tarif pembebanan overhead disajikan dalam Peraga 7.13 dan
laporan biaya produksi apabila biaya produk rusak normal sudah diperhitungandalam tarif
pembebanan overhead disajikan dalam Peraga 7.14. Dibanding contoh-contoh sebelumnya,
beberapa bagian dalam laporan biaya produksi mengalami sedikit perubahan.
Data Kuantitas Departemen Pengolahan. Unit yang diproses oleh Departemen Pengolahan
pada bulan Desember 2010 berasal dari dua sumber, yaitu dari persediaan awal 8.000 unit dan
masuk proses bulan Desember 42.000 unit. Setelah diproses di Departemen Pengolahan, 38.000
unit selesai dan ditransfer ke Departemen Pelapisan, 7.200 unit masih dalam proses pada akhir
bulan, 4.800 unit sisanya rusak. Karena yang perlu dipertanggungjawabkan adalah jumlah
unitnya maka produk rusak tidak perlu diklasifikasikan ke dalam rusak normal dan tidak normal.
PERAGA 7.13
Departemen Pertama; Biaya Produk Rusak Sebagai Elemen Tersendiri; Belum Diperhitungan
dalam Tarif BOP; Metode Rata-Rata
PT Panca Sakti
Laporan Biaya Produksi Departemen Pengolahan
Bulan Desember 2010 (Rata-Rata)
43
Data Kuantitas
Pertanggungjawaban Biaya
(b)
Biaya bahan per unit = Rp615.000 + Rp3.885.000 = Rp4.500.000 ÷ 50.000 unit = Rp90,0000
(c)
Biaya tenaga kerja per unit = Rp366.400 + Rp2.273.600 = Rp2.640.000 ÷ 47.360 unit = Rp55,7432
(d)
Biaya overhead pabrik per unit = Rp549.600 + Rp3.410.400 = Rp3.960.000 ÷ 47.360 unit = Rp83,6149
(e)
Biaya produk rusak (normal dan tidak normal):
Bahan (4.800 unit x 100% x Rp 90,000) = Rp432.000
Tenaga kerja (4.800 unit x 75% x Rp55,7432) = Rp200.676
Overhead pabrik (4.800 unit x 75% x Rp83,6149) = Rp301.014
Jumlah biaya produk rusak (normal dan tidak normal) Rp933.689
Alokasi biaya produk rusak ke unit rusak normal dan unit rusak tidak normal
Dialokasikan ke unit rusak normal = Rp933.689 ÷ 4.800 unit x 3.600 unit = Rp700.267
Dialokasikan ke unit rusak tidak normal = Rp933.689 ÷ 4.800 unit x 1.200 unit = Rp233.422
Alokasi biaya produk rusak normal ke unit selesai yang ditransfer ke Dept. Pelapisan dan unit persediaan barang
dalam proses akhir:
Dialokasikan ke unit yang ditrf ke Pelapisan = Rp700.267 ÷ 45.200 unit x 38.000 unit = Rp588.720
Dialokasikan ke unit persd brg dlm prs. akhir = Rp700.267 ÷ 45.200 unit x 7.200 unit = Rp111.547
Rp700.267
Rincian biaya produk rusak normal yang dialokasikan ke unit persediaan barang dalam proses akhir:
Bahan = Rp324.000 ÷ 45.200 unit x 7.200 unit = Rp51.611
Tenaga kerja = Rp150.507 ÷ 45.200 unit x 7.200 unit = Rp23.975
Overhead pabrik = Rp225.760 ÷ 45.200 unit x 7.200 unit = Rp35.962
Jumlah biaya produk rusak normal yang dialokasikan ke unit persediaan barang dalam proses akhir Rp111.547
Biaya Per Unit Departemen Pengolahan. Untuk membebankan biaya Departemen Pengolahan
ke unit selesai, unit dalam proses akhir, dan unit rusak; terlebih dahulu perlu dihitung biaya per
unit. Biaya per unit Departemen Pengolahan dengan metode rata-rata dihitung sebagai berikut.
Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah biaya per unit rata-rata di Departemen Pengolahan
pada bulan Desember 2010 adalah Rp229,3581 (Rp90,0000 + Rp55,7432 + Rp83,6149).
45
Pertanggungjawaban Biaya Departemen Pengolahan. Biaya per unit yang sudah dihitung
kemudian digunakan untuk menghitung jumlah biaya yang dibebankan ke unit ditransfer, unit
dalam proses akhir, dan unit rusak. Jumlah biaya yang dibebankan ke unit yang ditransfer ke
Departemen Pelapisan dihitung dengan cara mengalikan jumlah unit (38.000 unit) dengan biaya
per unit (Rp229,3581) sehingga diperoleh jumlah Rp8.715.608. Jumlah biaya yang dibebankan
ke unit dalam proses akhir dihitung sebagai berikut.
Produk rusak yang terjadi di Departemen Pengolahan tidak laku dijual sehingga seluruh
biaya yang dibebankan ke unit produk rusak tidak tertutup. Biaya produk rusak kemudian perlu
dialokasikan ke unit rusak normal dan unit rusak tidak normal. Alokasi dilakukan berdasarkan
perbandingan unit setiap jenis produk rusak seperti perhitungan produk ini.
PERAGA 7.14
Departemen Pertama; Biaya Produk Rusak Sebagai Elemen Tersendiri; Sudah Diperhitungan
dalam Tarif BOP; Metode Rata-Rata
PT Panca Sakti
Laporan Biaya Produksi Departemen Pengolahan
Bulan Desember 2010 (Rata-Rata)
Data Kuantitas
46
Jumlah biaya ditambahkan Rp9.569.000
Jumlah biaya yang harus dipertanggungjawabkan Rp11.100.000 Rp229,3581
Pertanggungjawaban Biaya
(b)
Biaya bahan per unit = Rp615.000 + Rp3.885.000 = Rp4.500.000 ÷ 50.000 unit = Rp90,0000
(c)
Biaya tenaga kerja per unit = Rp366.400 + Rp2.273.600 = Rp2.640.000 ÷ 47.360 unit = Rp55,7432
(d)
Biaya overhead pabrik per unit = Rp549.600 + Rp3.410.400 = Rp3.960.000 ÷ 47.360 unit = Rp83,6149
(e)
Biaya produk rusak (normal dan tidak normal):
Bahan (4.800 unit x 100% x Rp 90,000) = Rp432.000
Tenaga kerja (4.800 unit x 75% x Rp55,7432) = Rp200.676
Overhead pabrik (4.800 unit x 75% x Rp83,6149) = Rp301.014
Jumlah biaya produk rusak (normal dan tidak normal) Rp933.689
Alokasi biaya produk rusak ke unit rusak normal dan unit rusak tidak normal
Dialokasi ke unit rusak normal =Rp933.699 : 4.800 x 3.600 = Rp70.267
Dialokasi ke unit rusak tidak normal =Rp933.689 : 4.800 x 1.200 = Rp233.422
Alokasi biaya produk rusak ke unit rusak normal dapat dirinci menurut jenis
biaya sebagai berikut.
3.600 unit
Bahan Baku = Rp432.000 x = Rp324.000
4.800 unit
Tenaga kerja = Rp200.676 x 3.600 unit = Rp150.507
47
4.800 unit
3.600 unit
Overhead pabrik = Rp301.014 x = Rp225.761
4.800 unit
Jumlah biaya produk rusak normal Rp700.268
Biaya produk rusak tidak normal merupakan biaya periode yang harus diakui sebagai
kerugian pada periode terjadinya sedangkan biaya produk rusak normal merupakan biaya produk
yang harus diperhitungkan sebagai bagian dari biaya produksi produk yang baik. Untuk tujuan
itu, tergantung perusahaan sudah atau belum memperhitungkan biaya produk rusak normal
dalam tarif pembebanan overhead pabrik. Apabila sudah, biaya produk rusak normal di
bebankan kepada produk yang baik melalui tarif pembebanan overhead pabrik dan biaya produk
rusak normal yang terjadi dalam suatu periode dicatat sebagai biaya overhead pabrik
sesungguhnya.
Apabila belum diperhitungkan dalam tariff pembebanan overhead pabrik, biaya produk
rusak normal harus dialokasikan sebagai penambah biaya produk yang baik.
Dalam metode rata-rata, biaya produk rusak normal dialokasikan ke unit persediaan
barang dalam proses akhir dan/atau unit selesai, tergantung pada hasil penelusuran asal produk
rusak. Produk rusak diketahui dan dikeluarkan dari proses produksi pada saat inspeksi. Oleh
karena itu, unit rusak yang terjadi dalam suatu periode adalah unit-unit yang sudah melewati
tahap inspeksi pada periode yang bersangkutan. Apabila sejumlah unit yang di proses dalam
suatu periode belum mencapai tahap inspeksi, belum sempat diketahui unit-unit tersebut rusak
atau tidak rusak.
Garis Proses
Persediaan barang
Produksi dalam proses akhir
Gambar tersebut menunjukkan unit dalam proses akhir sudah melewati inspeksi
sedangkan unit selesai tentu saja sudah melewati tahap tersebut. Hal itu berarti unit produk rusak
yang terjadi di Departemen Pengolahan bulan Desember sebagian berasal dari unit selesai dan
sisanya berasal dari persediaan barang dalam proses akhir.
274
Oleh karena itu, biaya produk rusak normal harus dialokasi sebagai penambah biaya unit selesai
dan biaya persediaan barang dalam proses akhir. Alokasi didasarkan pada perbadingan jumlah
unit masing-masing dengan asumsi jumlah unit catat proporsional dengan jumlah unit yang di
produksi. Perhitungannya adalah sebagai berikut.
48
Alokasi biaya produk rusak normal ke unit
selesai yang di transfer ke Departemen
Pelapisan
Dalam metode rata-rata, biaya yang dibebankan ke persediaan barang dalam proses akhir
perlu dirinci menurut jenis biaya karena pada periode berikutnya akan digabungkan dengan
biaya ditambahkan pada periode yang bersangkutan dalam jenis yang sama untuk meghitung
biaya per unit. Rincian biaya produk rusak normal yang di alokasikan sebagai penambah biaya
persediaan barang dalam proses akhir di hitung sebagai berikut.
49
Jumlah biaya produk rusak normal yang di alokasi ke persediaan akhir Rp111.547
Jumlah biaya yang di bebankan ke unit di transfer Rp9.304.328 (Rp8.715.608 +
Rp588.720), ke persediaan barang dalam proses akhir Rp1.562.250 (Rp1.450.703 +
Rp111.547), dank e unit rusak tidak normal Rp233.422 harus sama dengan jumlah biaya yang
harus dipertanggungjawabkan di Departemen Pengolahan pada bulan Desember, yaitu
Rp11.100.000.
Setelah biaya unit yang di transfer dari Departemen Pengolahan ke Departemen
Penyelesaian dihitung, dapat dilakukan perhitungan biaya Departemen Pelapisan. Laporan
biaya produksi Departemen Pelapisan PT Panca Sakti bulan Desember 2010 dengan asumsi
biaya produk rusak normal belum diperhitungkan dalam tariff pembebanan overhead pabrik
disajikan dalam peraga 7.15 dan laporan biaya produksi dengan asumsi produk rusak normal
sudah diperhitungkan dalam tariff pembebanan overhead pabrik disajikan dalam peraga 7.16.
Dalam kedua asumsi tersebut, perbedaan terjadi di bagian biaya yang harus
dipertanggungjawabkan dan pertanggungjawaban biaya.
Data Kuantitas Departemen Pelapisan. Unit yang di proses oleh Departemen Pelapisan
bulan Desember 2010 berasal dari dua sumber, yaitu dari persediaan awal 6.000 unit dan dari
ditransfer pada bulan Desember 38.000 unit. Setelah di proses, 30.000 unit selesai dan di
transfer ke persediaan barang jadi 8.000 unit dalam proses pada akhir bulan, dan 6.000 unit
sisanya rusak. Data kuantitas Departemen Pelapisan bulan Desember 2010 dapat dirumuskan
sebagai berikut.
Masukan Keluaran
Unit selesai dan di transfer 30.000
Unit dalam proses awal 6.000 unit keluar unit
PERAGA 7.15
50
PT Panca Sakti
Laporan Biaya Produksi Departemen Pelampiasan
Bulah Desember 2010 (Rata-Rata)
Data Kuantitas
Dari Dept. Bahan Tenaga Overhead Kuantitas
Pengolahan Kerja
Unit dalam proses 1005 100% 70% 70% 6.000 unit
Persediaan Awal
Unit ditransfer dari 38.000 unit
Departemen Pengolahan
44.000 unit
Unit ditransfer ke 30.000 unit
persediaan barang jadi
Unit dalam proses 100% 100% 25% 25% 8.000 unit
persediaan akhir
Unit rusak (normal dan 100% 100% 100% 100% 6.000 unit
tidak normal)
44.000 unit
51
Jumlah biaya yang harus Rp 20.472.328 Rp494,1893
dipertanggungjawabkan
Pertanggungjawaban Biaya
Biaya ditransfer ke persediaan barang jadi (30.000 unit x Rp14.825.678
Rp494.1893)
Alokasi biaya produk rusak yang tidak tertutup ke rusak Rp1.576.757
normal
Jumlah biaya ditransfer ke persediaan barang jadi Rp16.402.435
Biaya ditransfer ke persediaan produk rusak Rp600.000
Biaya persediaan barang dalam proses akhir:
Dari Departemen pengolahan (8.000 unit x 100% x Rp1.945.514
Rp243,1893)
Bahan (8.000 unit x 100% x Rp39,000) Rp312.000
Tenaga kerja (8.000 unit x 25% x Rp106,000) Rp212.000
Overhead pabrik (8.000 unit x 25% x Rp106,000) Rp212.000 Rp2.681.514
Alokasi biaya produk rusak yang tidak tertutup ke rusak tidak Rp788.379
normal
Jumlah biaya yang dipertanggungjawabkan Rp20.472.328
Biaya produk rusak yang tidak tertutup oleh nilai jual produk rusak:
Jumlah biaya produk rusak(normal dan tidak Rp2.965.136
normal)
Nilai jual produk rusak(normal dan tidak normal) (6.000 unit x Rp100) (Rp600.000)
Jumlah biaya produk rusak yang tidak tertutup oleh nilai jual produk rusak Rp2.365.136
52
Alokasi biaya produk rusak yang tidak tertutup oleh nilai jual ke
rusak normal dan tidak normal:
Dialokasikan ke produk rusak normal = Rp2.365.136 ÷ 6.000 unit x 4.000 unit = Rp1.576.757
Dialokasikan ke produk rusak tidak normal = Rp2.365.136 ÷ 6.000 unit x 2.000 unit = Rp788.379
Jumlah biaya yang dialokasi Rp2.365.136
Pada bagian ini unit rusak tidak perlu diklasifikasi kedalam unit rusak normal dan
tidak normal karena hanya jumlah unit yang harus dipertanggungjawabkan.
Unit Ekuivalen Departemen Pengolahan. Untuk membebankan biaya ke unit rusak, unit
tersebut harus disertakan dalam perhitungan unit ekuivalen. Karena inspeksi di Departemen
Pelapisan dilakukan di akhir proses produksi, unit rusak sudah mengonsumsi semua elemen
biaya dalam jumlah penuh (100% selesai). Perhitungan unit ekuivalen Departemen Pelapisan
dengan metode rata-rata adalah sebagai berikut.
PERAGA 7.16
Departemen lanjutan: Biaya Produk Rusak Sebagai Elemen Tersendiri; Sudah
Diperhitungkan Dalam Tarif BOP; Metode Rata-Rata
PT Panca Sakti
Laporan Biaya Produksi Departemen Pelapisan
Bulan Desember 2010(Rata-rata)
Data Kuantitas
Dari dept. Bahan Tenaga kerja Overhead Kuantitas
Pengolahan
53
Unit dalam proses 100% 100% 70% 70% 6.000 unit
persediaan awal
44.000 unit
Unit
dipertanggungjawabkan:
Unit di transfer ke 30.000 unit
persediaan barang jadi
54
unit
Tenaga kerja Rp3.718.000 38.000 Rp106,000
unit
Overhead pabrik Rp3.718.000 38.000 Rp106,000
unit
Jumlah biaya ditambahkan Rp17.671.608
Jumlah biaya yang harus Rp19.883.608 Rp480,8093
dipertanggungjawabkan
Pertanggungjawaban Biaya
Biaya ditransfer ke persediaan barang jadi (30.000 unit x Rp480,81)
Rp14.424.278
Biaya ditransfer ke persediaan produk rusak. (6.000 unit x Rp100) Rp600.000
Biaya persediaan barang dalam proses akhir
Dari Dept Pengolahan. (8.000 unit x 100% x Rp229,81) Rp1.838.474
Bahan. (8.000 unit x 100% x Rp39,00) Rp312.000
Tenaga Kerja. (8.000 unit x 25% x Rp106,000) Rp212.000
Overhead pabrik. (8.000 unit x 25% x Rp106,000) Rp212.000. Rp2.574.474
Alokasi biaya produk rusak normal yang tidak tertutup ke overhead. Rp1.523.474
Pabrik sesungguhnya
Alokasi biaya produk rusak yang tidak tertutup ke rusak tidak normal Rp761.619
Jumlah biaya yang dipertanggungjawabkan Rp19.883.608
Unit ditransfer ke persediaan barang jadi 30.000 unit 30.000 unit 30.000 30.000 unit
Unit dalam proses persediaan akhir: unit
Dari Departemen Pengolahan (8.000 unit x 100%) 8.000 unit
Bahan (8.000 unit x 100%)
8.000 unit
Tenaga kerja (8.000 unit x 25%) 2.000 unit
Overhead pabrik (8.000 unit x 25%)
2.000 unit
Unit rusak (normal dan tidak normal): (6.000 unit x 6.000 unit 6.000 unit 6.000 unit 6.000 unit
100%)
Jumlah unit ekuivalen produksi 44.000 unit 44.000 unit 38.000 38.000 unit
unit
Diperoleh dari laporan biaya produksi departemen pengolahan
Biaya dari departemen pengolahan per unit = Rp1.396.000 + R8.715.608= Rp10.111.608+ =Rp229,8093
44.000 unit
Biaya bahan per unit = Rp196.000 + Rp1.520.000= Rp1.716.000 + 44.000 unit = =Rp39,000
Biaya tenaga kerja per unit = Rp310.000 + Rp3.718.000= Rp4.028.00 + 38.000 unit = =Rp106,000
Biaya overhead pabrik per unit = Rp310.000 + Rp3.718.000= Rp4.028.000 + Rp38.000 unit= =Rp106,000
Biaya produk rusak (normal dan tidak normal)
Dari departemen pengolahan (6.000 unit x 100% x Rp229,8093) =Rp1.378.856
Bahan (6.000 unit x 100% x Rp39,000) =Rp234.000
Tenaga kerja (6.000 unit x 100% x Rp106,000) =Rp636.000
Overhead pabrik (6.000 unit x 100% x Rp106,000) =Rp636.000
Jumlah biaya produk rusak Rp2.884.856
Biaya produk rusak yang tidak tertutup oleh nilai jual produk rusak:
Jumlah biaya produk rusak(normal dan tidak Rp2.884.856
normal)
Nilai jual produk rusak(normal dan tidak normal) (6.000 unit x Rp100) (Rp600.000)
Jumlah biaya produk rusak yang tidak tertutup oleh nilai jual produk rusak Rp2.284.856
Alokasi biaya produk rusak yang tidak tertutup oleh nilai jual ke
rusak normal dan tidak normal:
Dialokasikan ke produk rusak normal = Rp2.284.856÷ 6.000 unit x 4.000 unit = Rp1.523.237
Dialokasikan ke produk rusak tidak normal = Rp2.284.856 ÷ 6.000 unit x 2.000 unit = Rp761.619
Jumlah biaya yang dialokasi Rp2.284.856
Biaya Per Unit Departemen Pelapisan. Untuk membebankan biaya Departemen Pelapisan
ke Unit ditransfer, unit dalam proses akhir, dan unit rusak, terlebih dahulu perlu dihitung
biaya per unit.jumlah biaya per unit Departemen Pelapisan berbeda, tergantung perusahaan
belum atau sudah memperhitungkan biaya produksi rusak dalam
56
Tarif pembebanan biaya overhead pabrik. Perbedaan itu terjadi karena jumlah biaya yang
ditransfer dari Departemen Pengolahan ke Departemen Pelapisan pada bulan Desember
berbeda dalam kedua kondisi. Biaya per unit Departemen Pelapisan dengan metode rata-rata
jika perusahaan belum memperhitungkan biaya produk rusak dalam tarif pembebanan
overhead pabrik dihitung sebagai berikut.
Sebagian dari biaya tersebut tertutup karena produk rusak yang terjadi di Departemen
Pelapisan laku dijual dengan harga Rp 100 per unit. Biaya produk rusak sebesar nilai jualnya,
yaitu Rp600.000 (6.000 unit × Rp100), akan dicatat sebagai persediaan produk rusak. Biaya
produk rusak tidak tertutup dapat dihitung sebagai berikut>
Biaya produk rusak (6.000 unit × Rp494.1893) Rp2.965.136
Nilai jual produk rusak (6.000 unit × Rp100) (Rp600.000)
Biaya produk rusak Rp2.365.136
Jumlah biaya produk rusak yang tidak tertutup kemudian dialokasikan ke produk
rusak normal dan rusak tidak normal. Perhitungannya adalah sebagai berikut.
Biaya tidak tertutup yang dialokasikan ke produk rusak tidak normal akan dicatat
sebagai kerugian. Biaya yang dialokasi ke produk rusak normal akan diperlakukan sebagai
penambah biaya produk yang baik, yaitu unit selasi yang ditransfer ke persediaan barang jadi
dan/atau persediaan barang dalam proses akhir. Hal tersebut tergantung pada asal prosuk
rusak.
58
Inspeksi di Departemen Pelapisan terjadi pada akhir proses (100%) dan persediaan
barang dalam proses akhir baru 60% selesai untuk biaya konversi. Situasi tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Persediaan barang dalam proses akhir belum diinspeksi. Hal ini menandakan bahwa
tidak ada unit rusak yang timbul darinya. Oleh karena itu, biaya produk rusak tidak tertutup
yang dialokasikan ke rusak normal hanya akan diperlakukan sebagai penambah biaya unit
selesai yang ditransfer ke persediaan barang jadi. Jumlah dihitung sebagai berikut.
Biaya dibebankan ke unit selesai yang ditransfer (30.000 unit × Rp494.1893) Rp14.825.679
Biaya produk rusak normal Rp1.576.757
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai ditransfer ke sediaan
Rp16.402.436
barang jadi
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai (Rp 16.402.435), unit dalam proses
(Rp2.681.514), persediaan produk rusak (Rp600.000), dan biaya produk rusak tidak normal
yang diakui sebagai kerugian (Rp788.379) harus sama dengan jumlah biaya yang seharusnya
dipertanggungjawabkan di Departemen Pelapisan (Rp20.472.328).
Biaya Produk Rusak Sudah Diperhitungkan dalam Tarif Overhead Pabrik. Jumlah
biaya yang dibebankan ke unit selesai sebesar Rp 14.424.278 (30.000 unit × Rp480,8093).
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit dalam proses dihitung sebagai berikut.
Biaya yang dibebankan ke unit rusak dihitung dengan cara mengalikan unit rusak
(6.000 unit) dengan biaya per unit (Rp480,8093) sehingga diperoleh jumlah Rp2.884.856.
Rinciannya adalah sebagai berikut.
Jumlah biaya produk rusak yang tidak tertutup kemudian dialokasikan ke produk
rusak normal dan rusak tidak normal. Perhitungannya adalah sebagai berikut.
4.000 unit
Ke produk rusak normal = Rp2.284.856 × = Rp1.523.237
6.000 unit
2.000 unit
Ke produk rusak tidak normal = Rp2.284.856 × = Rp 761.619
6.000 unit
Jumlah biaya produk rusak yang tidak tertutup Rp2.284.856
Biaya produk rusak tidak tertutup yang dialokasikan ke produk rusak tidak normal
dicatat sebagai kerugiaan sedangkan yang dialokasikan ke produk rusak normal akan dicatat
sebagai penambah biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Penjurnalan. Jurnal untuk mencatat biaya produksi PT Panca Sakti bulan Desember 2010
apabila biaya produk rusak normal belum diperhitungkan dalam penentuan tarif pembebanan
overhead pabrik adalah sebagai berikut.
(a) Biaya bahan yang dipakai oleh Departemen Pengolahan dan Departemen Pelapisan.
Barang Dalam Proses Departemen Pengolahan Rp3.885.000
Barang Dalam Proses Departemen Pelapisan Rp1.520.000
Bahan
Rp5.405.000
(b) Biaya tenaga kerja produksi yang didistribusikan ke Departemen Pengolahan dan
Departemen Pelapisan.
Barang Dalam Proses Departemen Pengolahan Rp2.273.600
Barang Dalam Proses Departemen Pelapisan Rp3.718.000
Gaji dan Upah
Rp5.99.600
(c) Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke Departemen Pengolahan dan Departemen
Pelapisan.
Barang Dalam Proses Departemen Pengolahan Rp3.410.400
Barang Dalam Proses Pelapisan Rp3.718.000
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan
Rp7.128.400
60
(d) Pertanggungjawaban biaya Departemen Pengolahan.
Barang Dalam Proses Departemen Pelapisan Rp9.304.328
Rugi Produk Rusak Tidak Normal Rp233.422
Barang Dalam Proses Departemen Pengolahan
Rp9.537.750
(Data jumlah biaya ditransfer diperoleh dari laporan biaya
produksi Departemen Pengolahan.)
Aliran Biaya. Setelah jurnal dibukukan, aliran biaya produksi PT Panca Sakti bulan
Desember 2010 dalam akun buku besar disajikan dalam Peraga 7.17. Saldo akun Barang
Dalam Proses merupakan jumlah biaya yang dibebankan ke unit dalam proses akhir
seperti yang tercantum dalam laporan biaya produksi masing-masing departemen.
Penjurnalan. Jurnal untuk mencatat biaya produksi PT Panca Sakti bulan Desember 2010
apabila biaya produk rusak normal sudah diperhitungkan dalam penentuan tarif
pembebanan overhead pabrik untuk transaksi (a) sampai (c) sama dengan sebelumnya.
Jurnal transaksi (d) dan (e) adalah sebagai berikut.
61
(a) Pertanggungjawaban biaya Departemen Pengolahan.
Barang Dalam Proses Departemen Pelapisan Rp8.715.608
Rugi Produk Rusak Tidak Normal Rp233.422
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp700.276
Barang Dalam Proses Departemen Pengolahan
Rp9.649.297
(Data jumlah biaya ditransfer diperoleh dari laporan biaya
produksi Departemen Pengolahan).
Aliran Biaya. Setelah jurnal dibukukan, aliran biaya produksi PT Panca Sakti bulan
Desember 2010 dalam akuan buku besar disajikan dalam Peraga 7.18. Saldo akun Barang
Dalam Proses merupakan jumlah biaya yang dibebankan ke unit dalam proses akhir
seperti yang tercantum dalam laporan biaya produksi masing-masing departemen.
PERAGA 7.19
Departemen Pertama; Biaya Produk Rusak Sebagai Elemen Tersendiri; Biaya Rusak Normal
Belum Diperhitungkan dalam Tarif BOP; Metode MPKP
PT Panca Sakti
Laporan Biaya Produksi Departemen Pengolahan
Bulan Desember 2010 (MPKP)
Data Kuantitas
50.000 unit
Unit selesai dan ditransfer ke Departemen Pelapisan 38.000
unit
Unit dalam proses, persediaan akhir 100% 80% 80% 7.200
unit
Unit rusak (normal dan tidak normal) 100% 75% 75%
4.800 unit
50.000 unit
Pertanggungjawaban Biaya
64
Biaya ditransfer ke Departemen Pelapisan:
Dari persediaan barang dalam proses awal:
Biaya persediaan barang dalam proses awal Rp1.531.000
Biaya penyelesaian:
Tenaga kerja (8.000 unit x 40% x Rp53,4211) Rp170.947
Overhead pabrik (8.000 unit x 40% x Rp80,1316) Rp256.421
Rp1.958.368
Alokasi biaya produk rusak normal ke unit seleksi dari persediaan awal
122.760(e)
Jumlah biaya ditransfer dari persediaan barang dalam proses awal Rp2.081.128
Dari unit masuk proses dan selesai (30.000 unit x Rp226,0526) Rp6.781.579
Alokasi biaya produk rusak normal ke unit masuk proses dan selesai Rp460.349
Rp7.241.928
Jumlah biaya ditransfer ke Departemen Pelapisan
Rp9.323.056
Alokasi Biaya produk rusak normal ke unit yang ditransfer ke Departemen Pelapisan dan unit
persediaan barang dalam proses:
Dialokasikan ke unit ditransfer dari persediaan awal = Rp693.592 + 45.200 unit x 8.000 unit =
Rp122.760
Dialokasikan ke unit ditransfer dari unit masuk proses = Rp693.592 + 45.200 unit x 30.000 unit = Rp460.349
DUialokasikan ke unit persediaan barang dalam proses = Rp693.592 + 45.200 unit x 7.200 unit = Rp110.484
akhir
Jumlah Biaya yang dialokasikan Rp693.592
PERAGA 7.20
Departemen Pertama: Biaya Produk Rusak Sebagai Elemen Tersendiri: Biaya Rusak Normal Sudah
Diperhitungkan dalam tarif BOP: Metode MPKP
66
PT Panca Sakti
Laporan Biaya Produksi Departemen Pengolahan
Bulan Desember 2010 (MPKP)
Data Kuantitas
Biaya Ekuivalen Un
Biaya persediaan barang dalam proses awal:
Bahan Rp615.000
Tenaga kerja Rp366.400
Overhead pabrik Rp549.600
Jumlah Biaya persediaan awal Rp1.531.000
Biaya ditambahkan selama bulan ini:
Bahan Rp3.885.000 42.000 unit Rp92,5000
Tenaga kerja Rp2.273.600 42.560 unit Rp53,4211
Overhead pabrik Rp3.410.400 42.560 unit Rp80,1316
Jumlah Biaya ditambahkan Rp9.569.000
Jumlah Biaya yang harus dipertanggungjawabkan Rp11.100.000 Rp226,0526
Pertanggungjawaban Biaya
Biaya ditransfer ke Departemen Pelapisan:
Dari persediaan barang dalam proses awal:
67
Biaya persediaan barang dalam proses awal Rp1.531.000
Biaya penyelesaian:
Bahan (8.000 unit x 0% x Rp92,5000) Rp0
Tenaga kerja (8.000 unit x 40% x Rp53,4211) Rp170.947
Overhead pabrik (8.000 unit x 40% x Rp80,1316) Rp256.421 Rp1.958.368
Dari unit masuk proses dan selesai (30.000 unit x Rp226,0526) Rp6.781.579
Jumlah biaya ditransfer ke Departemen Pelapisan Rp8.739.947
Biaya persediaan barang dalam proses akhir:
Bahan (7.200 unit x 100% x Rp92,50) Rp666.000
Tenaga kerja (7.200 unit x 80% x Rp53,42) Rp307.705
Overhead pabrik (7.200 unit x 80% x Rp80,13) Rp461.558 Rp1.435.263
Alokasi biaya produk rusak normal ke overhead pabrik sesungguhnya Rp693.592
Alokasi biaya produk rusak ke unit rusak tidak normal Rp231.1
Jumlah biaya yang dipertanggungjawabkan Rp11.100.000
68
Tenaga kerja (4.800 unit x 75% x Rp53,4211) =
Rp192.316
Overhead pabrik (4.800 unit x 75% x Rp80,1316) = Rp288.474
Jumlah Biaya produk rusak (normal dan tidak normal) =
Rp924.789
Alokasi Biaya produk rusak normal ke unit yang ditransfer ke Departemen Pelapisan dan unit persediaan dalam
proses:
Dialokasikan ke unit ditransfer dari persediaan awal = Rp693.592 45.200 unit x 8.000 unit = Rp122.760
Dialokasikan ke unit ditransfer dari unit masuk = Rp693.592 45.200 unit x 30.000 unit =
Rp460.349
proses
Dialokasikan ke unit persediaan barang dalam = Rp693.592 45.200 unit x 7.200 unit = Rp110.484
proses akhir
Jumlah Biaya yang dialokasikan Rp693.592
Biaya Per Unit Departemen Pengolahan. Berdasarkan metode MPKP, biaya per unit dihitung dari
jumlah biaya yang ditambahkan pada bulan Desember. Biaya persediaan unit dalam proses awal bulan
tidak disertakan dalam perhitungan biaya per unit.
Perhitungannya adalah sebagai berikut.
Hasil perhitungan menunjukkan biaya per unit ekuivalen adalah Rp226,0526 (Rp92,5000 +
Rp53,4211 + Rp80,1316).
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai dari unit masuk proses bulan Desember dihitung
dengan cara mengalikan jumlah unit dengan biaya per unit, yaitu: 30.000 unit x Rp226,0526 =
Rp6.781.579. Jumlah biaya yang dibebankan ke unit dalam proses akhir dirinci seperti berikut ini.
69
Jenis Biaya Jumlah x Persentase x Biaya Per = Jumlah
Biaya
Unit Penyelesaian Unit Dibebankan
Saat diketahui dan dikeluarkan dari proses produksi, unit rusak di Departemen Pengolahan telah
mencapai tingkat penyelesaian 100% untuk biaya bahan dan 75% untuk biaya tenaga kerja dan overhead pabrik.
Jumlah biaya Departemen Pengolahan yang dibebankan ke unit tersebut dihitung sebagai berikut.
Produk rusak tidak laku dijual sehingga seluruh biayanya akan dialokasikan ke produk normal dan
produk rusak tidak normal berdasarkan perbandingan jumlah unit. Perhitungannya adalah sebagai berikut.
Biaya produk rusak tidak normal dicatat sebagai kerugian pada periode terjadinya sedangkan
biaya produk rusak normal perlakuannya tergantung biaya tersebut sudah atau belum diperhitungkan
dalam penentuan tariff pembebanan overhead pabrik. Apabila sudah, biaya produk rusak normal akan
dicatat sebagai biaya overhead sesungguhnya pada periode terjadinya. Apabila belum,biaya tersebut
harus dialokasikan sebagai penambah biaya produk yang baik. Produk yang akan mendapat alokasi
biaya produk rusak normal dalam metode MPKP dapat meliputi unit produk selesai dari persediaan
barang dalam proses awal, unit produk selesai dari masuk proses periode yang bersangkutan, dan unit
produk persediaan barang dalam proses akhir tergantung asal produk rusak.
Untuk menentukan apakah unit rusak yang terjadi di Departemen Pengolahan ada yang
berasal dari persediaan barang dakam proses, situasi awalnya dapat digambarkan sebagai berikut.
Tahap
Persediaan barang
dalam proses awal
Saat Inspeksi
70
Periode sebelumnya (November), persediaan barang dalam proses awal baru mencapai tingkat
penyelesaian 60% dan inspeksi dilakukan pada tahap proses produksi 75% sehingga belum diketahui
rusak atau tidak rusak. Bulan Desember, 8.000 unit tersebut diproses menjadi barang yang sudah
100% selesai dan sudah melewati inspeksi sehingga boleh jadi sebagian unit rusak yang ditemukan
pada waktu inspeksi berasal darinya. Untuk unit masuk proses yang sudah selesai tentu saja pada
Bulan desember sudah melewati inspeksi sehingga sebagian unit rusak yang terjadi boleh jadi berasal
darinya. Untuk menentukan apakah persediaan barang dalam proses akhir perlu mendapat alokasi
biaya produk rusak normal, situasinya dapat digambarkan sebagai berikut.
0% 75% 100%
Tahap
80%
Saat Inspeksi
Persediaan barang
dalam proses akhir
Unit persediaan barang dalam proses akhir periode sudah melewati inspeksi sehingga produk
rusak yang ditemukan pada waktu inspeksi sebagian bisa berasal darinya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan biaya produk rusak normal harus dialokasikan
sebagai penambah biaya unit selesai dari persediaan awal, unit selesai dari unit masuk proses, dan unit
persediaan barang dalam proses akhir. Alokasi didasarkan pada perbandingan jumlah unit.
Perhitungannya adalah sebagai berikut.
Apabila biaya produk rusak normal belum diperhitungkan ke dalam tarif overhead, jumlah
biaya yang dibebankan ke unit selesai (Rp9.323.056), unit dalam proses akhir (Rp1.545.747), dan
biaya produk rusak yang diakui sebagai kerugian (Rp231.197) harus sama dengan jumlah biaya yang
harus dipertanggungjawabkan di Departemen Pengolahan pada bulan Desember (Rp11.100.000).
Apabila biaya produk rusak normal sudah diperhitungkan ke dalam tarif overhead, jumlah biaya yang
dibebankan ke unit selesai (Rp8.739.947), unit dalam proses akhir (Rpl.435.263), biaya produk rusak
tidak normal yang diakui sebagai kerugian (Rp231.197), dan biaya produk rusak normal yang dicatat
sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya (Rp693.592) harus sama dengan jumlah biaya yang
harus dipertanggungjawabkan di Departemen Pengolahan pada bulan Desember (Rp11.100.000).
Setelah jumlah biaya yang ditransfer dari Departemen Pengolahan ke Departemen Pelapisan
dihitung, dapat dibuat perhitungan biaya produksi Departemen Pelapisan. Laporan biaya produksi
71
Departemen Pelapisan bulan Desember 2010 dengan metode MPKP apabila biaya produk rusak
normal belum diperhitungkan dalam tarif pembebanan overhead disajikan dalam Peraga 7.21 dan
apabila biaya produk rusak normal sudah diperhitungkan dalam tarif pembebanan overhead disajikan
dalam Peraga 7.22.
Data Kuantitas Departemen Pelapisan. Data kuantitas Departemen Pelapisan bulan Desember 2010
dalam metode MPKP sama dengan metode rata-rata. Perbedaan dari keduanya adalah dalam metode
MPKP, 30.000 unit selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi diasumsikan 6.000 unit di
antaranya berasal dari persediaan barang dalam proses awal dan 24.000 unit sisanya berasal dari unit
yang ditransfer masuk dari Departemen Pengolahan bulan Desember.
PERAGA 7.21
Departemen Lanjutan; Biaya Produk Rusak Sebagai Elemen Tersendiri; Belum diperhitungkan dalam Tarif
BOP; Metode MPKP
Unit dalam proses persediaan awal 100% 100% 70% 70% 6.000 unit
Unit ditransfer dari Departemen Pengolahan 38.000 unit
44.000 unit
Unit ditransfer ke persediaan barang jadi 30.000 unit
Unit dalam proses, persediaan akhir 100 % 100% 25% 25% 8.000 unit
Unit rusak (normal dan tidak normal) 100% 100% 100% 100% 6.000 unit
44.000 unit
72
Biaya yang Harus Dipertanggungjawabkan
Jumlah Biaya + Jumlah Unit = Biaya Per
Ekuivalen(x) Unit
Pertanggungjawaban Biaya
Biaya transfer ke persediaan barang jadi:
Dari persediaan barang dalam proses awal:
Biaya persediaan barang dalam proses awal Rp2.212.000
Biaya persediaan:
Dari Departemen (6.000 unit x 0% x Rp245,3436) Rp0
Pengolahan
Bahan (6.000 unit x 0% x Rp40,0000) Rp0
Tenaga kerja (6.000 unit x 30% x Rp110,0000) Rp198.000
Overhead pabrik (6.000 unit x 30% x Rp110,0000) Rp198.000 Rp2.608.000
Alokasi biaya unit produk rusak normal yang tidak tertutup ke unit dari persediaan awal Rp324.275
Jumlah biaya produk ditransfer dari persediaan awal Rp2.932.275
Dari unit transfer masuk dan selesai (24.000 unit x Rp505.3436) Rp12.128.246
Alokasi biaya unit produk rusak normal yang tidak tertutup ke unit dari masuk proses Rp1.279.099
Jumlah biaya ditransfer ke persediaan barang jadi
Jumlah ditransfer ke persediaan produk rusak (6.000 unit x Rp100)
Biaya persediaan barang dalam proses akhir:
Dari Departemen Pengolahan (8.000 unit x 100% x Rp245,3436) Rp1.962.749
Bahan (8.000 unit x 100% x Rp40,0000) Rp320.000
Tenaga kerja (8.000 unit x 25% x Rp110,0000) Rp220.000
Overhead pabrik (8.000 unit x 25% x Rp110,0000) Rp220.000 Rp2.722.749
Alokasi biaya produk rusak yang tidak tertutup ke rusak tidak normal Rp810.687
Jumlah biaya yang dipertanggungjawabkan Rp20.491.056
73
unit)
PERAGA 7.22
Departemen Lanjutan; Biaya produk Rusak Sebagai Elemen Tersendiri; Sudah Diperhitungkan dalam
Tarif BOP,
Metode MPKP
74
PT Panca Sakti
Laporan Biaya Produksi Departemen Pelapisan
Bulan Desember 2010 (MPKP)
Data Kuantitas
Dept. Bahan Tenaga Kerja Overhead Kuantitas
Pengolahan
Unit dalam proses, persediaan awal 100% 100% 70% 70% 6.000 unit
Unit ditransfer dari Departemen Pengolahan 38.000 unit
44.000 unit
Unit ditransfer ke persediaan barang 30.000 unit
Jadi
Unit dalam proses, persediaan akhir 100% 100% 25% 25% 8.000 unit
Unit rusak (normal dan tidak normal) 100% 100% 100% 100% 6.000 unit
44.000 unit
Biaya yang Harus Dipertanggungjawabkan
Jumlah Biaya + Jumlah Unit = Biaya Per
Ekuivalen(x) Unit
(6.000
Biayaunit x 30%
persediaan x
Tenaga kerjaRp110,0000)d
barang dalam tenagate
proses awal: Rp310.000
Dari Departemen
Overhead pabrik Pengolahan Rp1.396.000
Rp310.000
Bahan Jumlah biaya persediaan dalam proses awal Rp196.000
Rp2.212.000
Biaya ditambahkan bulan ini:
Dari Departemen Pengolahan Rp8.739.947 38.000 unit Rp229,9986
Bahan Rp1.520.000 38.000 unit Rp40,0000
Tenaga kerja Rp3.718.000 33.800 unit Rp110,0000
Overhead pabrik Rp3.718.000 33.800 unit Rp110,0000
Jumlah biaya ditambahkan Rp17.695.947
Jumlah biaya yang harus dipertanggungjawabkan Rp19.907.947 Rp489.9986
Pertanggungjawaban Biaya
Biaya ditransfer ke persediaan barang jadi:
Dari persediaan barang dalam proses awal:
Biaya persediaan barang dalam proses awal Rp2.212.000
Biaya penyelesasian:
Tenaga kerja (6.000 unit x 30% x Rp110,0000) Rp198.000
Overhead pabrik (6.000 unit x 30% x Rp110,0000) Rp198.0000 Rp2.608.000
Dari unit ditransfer masuk dan selesai (24.000 unit x Rp489.9986) Rp11.759.967
Jumlah biaya ditransferke persediaan barang jadi Rp14.367.967
Biaya ditransfer ke persediaan produk rusak (6.000 unit x Rp100) Rp600.000
Biaya persediaan proses akhir:
Dari Departemen Pengolahan (8.000 unit x 100% x Rp229,9986) Rp1.839.989
Bahan (8.000 unit x 100% x Rp40,0000) Rp320.000
Tenaga kerja (8.000
75 unit x 100% x Rp110,0000) Rp220.000
Overhead pabrik (8.000 unit x 100% x Rp110,0000) Rp220.000 Rp2.599.989
Alokasi biaya produk rusak normal yang tidak tertutup ke overhead pabrik sesungguhnya Rp1.559.994
Alokasi biaya produk rusak yang tidak tertutup ke rusak tidak normal Rp779.997
Jumlah biaya yang di pertanggungjawabkan Rp19.907.947
Keterangan Peraga 7.22
*Perhitungan unit ekuivalen:
Dari Dept. Bahan Tenaga Overhead
Pengolahan Kerja Pabrik
Penyelesaian unit dalam proses persediaan awal:
Dari Departemen Pengolahan (6.000 unit x 0%) 0 unit
Bahan (6.000 unit x 0%) 0 unit
Tenaga kerja (6.000 unit x 30%) 1.800 unit
Overhead pabrik (6.000 unit x 30%) 1.800 unit
Total transfer masuk dan selesai (30.000 unit – 6.000 24.000 unit 24.000 unit 24.000 unit 24.000 unit
unit)
Biaya per unit departemen pelapisan. Biaya yang ditransfer dari Departemen pengolahan pada bulan Desember
jumlahnya berbeda, tergantung pada biaya produk rusak normal sudah atau belum diperhitungkan dalam tariff
pembebanan overhead pabrik. Perhitungan biaya per unit Departemen Pelapisan dengan metode MPKP apabila
biaya produk rusak normal belum diperhitungkan dalam tarif overhead adalah sebagai berikut.
Dari Dept
Bahan Tenaga Kerja Overhead
Pengolahan
Biaya ditambahkan bulan Rp Rp Rp Rp
ini 9.323.056,00 1.520.000,00 3.718.000,00 3.718.000,00
dibagi : unit ekuivalen 38.000 unit 38.000 unit 33.800 unit 33.800 unit
Rp Rp Rp Rp
biara per unit ekuivalen 2.453.436,00 40.000,00 110.000,00 110.000,00
76
Jumlah biaya ditambahka bulan Desember per unit adalah sebesar Rp505,3436 (Rp245,3436
+ Rp40,0000 + RP110,0000 + Rp110,000).
Perhitungan biaya per unit Departemen Pelapisan dengan metode MPKP apabila biaya produk
rusak normal sudah diperhitungkan dalam tarif overhead adalah sebagai berikut.
Dari Dept
Bahan Tenaga Kerja Overhead
Pengolahan
Biaya ditambahkan bulan Rp Rp Rp Rp
ini 8.379.947,00 1.520.000,00 3.718.000,00 3.718.000,00
dibagi : unit ekuivalen 38.000 unit 38.000 unit 33.800 unit 33.800 unit
Rp Rp Rp Rp
biara per unit ekuivalen 2.299.986,00 40.000,00 110.000,00 110.000,00
Jumlah biaya ditambahkan bulan Desember per unit adalah sebesar Rp489,9984 (Rp229,9986
+ Rp40,0000 + Rp110,0000 +Rp110,000)
Biaya Produk Rusak Belum Diperhitungkan Dalam Tarif overhead pabrik. Dalam
metode MPKP, jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai dibedakan menurut asalnya. Jumlah
biaya yang dibebankan ke unit selesai dari unit dalam proses awal dihitung sebagai berikut.
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai dari unit transfer masul bulan Desember
dihitung dengan cara mengalikan jumlah unit, yaitu: 24.000 unit x Rp505,3436 = Rp12.128.246.
Jumlah biaya yang dibebankan unit dalam proses akhir dihitung sebagai berikut.
Unit rusak di Departemen Pelapisan diketahui diakhir proses produksi. Pada saat dikeluarkan
dari proses produksi, unit rusak sudah menyerap biaya 100% untuk semua elemen biaya . karena
tingkat penyelesaiannya sama untuk semua elemen biaya (100% selesai) , jumlah biaya yang
dibebankan ke unit rusak dapat dihitung dengan cara mengalikan jumah unit (6.000 unit) dengan
biaya per unit (Rp505,3436) sehingga diperoleh jumlah Rp3.032.061. karena produk rusak di
Departemen Pelapisan laku dijual, sebagian biaya produuk rusak dapat tertutup sedang sebagian lain
tidak tertutup. Perhitungan biaya produk biaya produk rusak yang tidak tertutup adalah sebagai
berikut.
Biaya produk sebesar nilai jualnya dicatat sebagai persediaan produk rusak. Biaya produk
rusak yang tidak tertutup dialokasikan lebih lanjut ke rusak normal dan tidak normal. Perhitunganya
sebagai berikut.
Inpeksi di Departemen Pelapisan dilakukan pada akhir proses produksi. Unit selesai sudah
melewati inspeksi sehinga produk rusak yang terjadi boleh jadi berasal darinya. Sebaliknya, unit
persediaan barang dalam proses akhir baru mencapai tahap 25% selesai sehingga belum melewati
inspeksi. Karena belum diinspeksi, produk rusak yang terjadi tidak mungkin ada yang berasal darinya.
Oleh karna itu, biaya produk rusak tidak tertutup yang dialokasikan ke produk rusak normal hanya
akan ditambahkan kepada produk selesai dari persediaan awal dan produk selesai dari unit masuk
proses dan tidak ada yang perlu ditambahkan ke unit dalam proses akhir. Perhitunganya sebagai
berikut.
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit ditransfer ke persediaan barang jadi (Rp16.357,620),
unit persedian barang dalam proses akhir (Rp2.722.749), persediaan produk rusak (Rp600.000), dan
biaya produk rusak tidak normal yang diakui sebagai kerugiaan (Rp810.687) harus sama dengan
78
jumlah biaya yang harus dipertanggung jawabkan di Departemen Pelapisan pada bulan Desember
(Rp20.491.056).
Biaya Produk Rusak Dioeritungkan Dalam Tarif overhead Pabrik . jumlah biaya yang
dibebankan ke unit selesai dari unit dalam proses awal dihitung sebagai berikut.
Jumlah biaya yang dibebankan ke unit selesai dari unit ditransfer masuk bulan Desember
dihitung dengan cara mengalikan jumlah unit dengan biaya per unit, yaitu: 24.000 unit x Rp489,9986
= Rp11.759.967. Unit dalam proses akhir mencaoai tingkat akhir mencapai tingkat penyelesaiaan
100% untuk biaya dari Departemen Pengolahan dan bahan tetapi baru 25% untuk biaya tenaga kerja
dan overhead pabrik. Perhitungan jumlah biaya yang dibebankan ke unit dalam proses akhir adalah
sebagai brikut.
Biaya yang dibebankan ke produk rusak dapat dihitung dengan cara mengalikan jumlah unit
(6.000 unit) dengan biaya per unit (Rp489,9986) sehingga diperoleh jumlah Rp2.939.992. Karena
[roduk rusak di Departemen Pelaisan laku dijual, sebagai biaya produk rusak dapat tertutup oleh nilai
penjualnya dan sebagian yang lain tidak dapat tertutup. Perhitungan biaya produk rusak yang tidak
tertutup adalah sebagai berikut.
Biaya prduk rusak sebesar nilai jualnya dicacat sebagai persediaan produk rusak. Biaya
produk rusak yang tidak tertutup dialoasikan ke rusak normal dan tidak normal. Perhitunganya
sebagai berikut.
79
6000 unit
jumlah biaya produk rusak tidak
tertutup Rp 2.339.992,00
Biaya produk rusak tidak tertutup yang dialokasikan ke produk rusak tidak normal diakui sebagai
kerugiaan. Karena biaya produk rusak tidak tertutup yang dialokasikan ke produk rusak normal sudah
diperhitungkan dalam tarif pembebanan overhead pabrik, ketika terjadi dicatat sebagai biaya
overhead pabrik sesungguhnya. Jumlah biaya yang dibebankan ke unit ditransfer ke persediaan
barang jadi (Rp14.367.967), unit persediaan barang dalam proses akhir (Rp2.599.989), persediaan
produk rusak (Rp600.000), biaya produk rusak tidak normal yang diakui sebagai kerugian
(Rp810.687), dan biaya produk rusak yang dicatat sebagai biaya overhead sesugguhnya
(Rp1.559.994.), harus sama dengan jumlah biaya yang harus dipertanggungjawabkan di Departemen
Pelapisan pada bulan Desember (Rp19.907.947).
Perjunalan. Jurnal untuk mencatat biaya produk PT panca sakti bulan Desember 2010 dengan
metode MPKP sama dengan metode rata-rata. Perbedaanya hanya pada pertanggungjawabaan biaya di
Departemen Pengolahan dan Departemen penyelesaiaan. Hal tersebut juga berbeda, tergantung pada
biaya produksi rusak normal sudah atau belum diperhitungkan dalam tarif pembebanan overhead.
81
Daftar Istilah :
1. Bahan terbuang adalah bahan yang tersisa dari proses produksi yang tidak bisa
digunakan lagi untuk proses produksi dengan tujuan yang sama atau tujuan lainnya
atau tidak dapat dijual kepada pihak lain.
2. Biaya perbaikan produk cacat adalah tambahan biaya produksi meliputi biaya bahan,
tenaga kerja dan overhead pabrik, yang diperlukan untuk memperbaiki produk cacat.
3. Biaya produk rusak normal adalah biaya produksi yang terjadi dalam suatu
departemen yang dialokasikan kepada unit produk rusak normal dan diperlakukan
sebagai bagian dari biaya produksi.
4. Biaya produk rusak sebagai elemen tersendiri adalah metode perlakuan produk rusak
yang menghitung biaya produk rusak dan memperlakukannya sebagai elemen
tersendiri di departemen terjadinya.
5. Biaya produk rusak tidak normal adalah biaya produksi yang terjadi dalam suatu
departemen yang dialokasikan kepada unit produk rusak tidak normal dan
diperlakukan sebagai bagian dari biaya periode.
6. Biaya produk rusak yang tidak tertutup adalah jumlah biaya produk rusak dikurangi
dengan nilai jual produk rusak.
7. Produk cacat adalah unit produk yang tidak memenuhi standar produksi yang dari segi
teknis maupun ekonomis dapat diperbaiki (diproses ulang) supaya dapat dijual
sebagai produk standar atau substandard.
8. Produk rusak adalah unit produk yang tidak memenuhi standar produksi yang dari
segi teknis dan ekonomis tidak dapat diperbaiki.
9. Produk rusak diabaikan adalah metode perlakuan produk rusak dengan cara diabaikan
dan dianggap tidak pernah dimasukkan ke dalam proses produksi.
10. Sisa bahan adalah bahan yang tersisa dari proses produksi yang tidak bias digunakan
lagi untuk proses produksi dengan tujuan yang sama tetapi dapat digunakan untuk
tujuan lainnya atau dapat dijual kepada pihak lain.
11. Unit produk cacat normal adalah jumlah unit produk cacat yang lazim terjadi dalam
operasi produksi yang efisien.
12. Unit produk cacat tidak normal adalah jumlah unit produk cacat yang melebihi
normal.
Soal
1. Jelaskan perbedaan antara sisa bahan, bahan terbuang, dan produk sampingan.
2. Mengapa bahan terbuang tidak dihitung biayanya?
3. Jelaskan berbagai kemungkinan perlakuan hasil penjualan sisa bahan.
4. Apakah perbedaan antara unit rusak dan unit cacat?
5. Apakah masalah akuntansi yang ditimbulkan oleh terjadinya unit produk cacat?
6. Mengapa perlakuan biaya perbaikan produk cacat normal berbeda dengan produk
cacat tidak normal?
7. Apakah implikasi sudah diperhitungkanna biaya perbaikan produksi cacat normal ke
dalam tarif pembebanan biaya overhead pabrik terhadap akuntansinya?
8. Apakah masalah akuntansi biaya produksi yang ditimbulkan oleh terjadinya unit
produk rusak?
82
9. Bagaimanakah persediaan barang dalam proses awal dan unit rusak dimasukkan ke
dalam persamaan aliran fisik (data kuantitas)?
10. Jelaskan keunggulan dan kelemahan metode produk rusak diabaikan sebagai salah
satu metode untuk memperlakukan produk rusak.
11. Jelaskan perbedaan perlakuan akuntansi antara biaya rusak normal dan rusak tidak
normal dalam penentuan biaya proses apabila biaya produksi rusak diperlakukan
sebagai elemen tersendiri.
12. Jelaskan dua hal yang harus diketahui dalam rangka menentukan tingkat penyelesaian
unit rusak.
13. Jelaskan pengaruh klasifikasi yang tidak tepat unit rusak ke dalam rusak normal
daripada rusak tidak normal terhadap laporan keuangan perusahaan.
14. Jelaskan kapan biaya unit rusak normal akan dialokasikan ke unit selesai dan unit
persediaan barang dalam proses akhir.
Pilihan Ganda
1. Bahan yang tersisa dari proses produksi yang tidak bisa digunakan lagi untuk proses
produksi dengan tujuan yang sama tetapi dapat digunakan untuk tujuan lainnya atau
dapat dijual kepada pihak lain adalah…
a. Produk cacat.
b. Produk rusak.
c. Sisa bahan.
d. Bahan terbuang.
2. Bahan yang tersisa dari proses produksi yang tidak bisa digunakan lagi untuk proses
produksi dengan tujuan yang sama tetapi dapat digunakan untuk tujuan lainnya atau
dapat dijual kepada pihak lain adalah…
a. Produk cacat.
b. Produk rusak.
c. Sisa bahan.
d. Bahan terbuang.
3. Unit produk yang tidak memenuhi standar produksi yang dari segi teknis dan
ekonomis dapat diperbaiki supaya dapat dijual sebagai produk standar atau substandar
adalah…
a. Produk cacat.
b. Produk rusak.
c. Sisa bahan.
d. Bahan terbuang.
4. Unit produk yang tidak memenuhi standar produksi yang dari segi teknis dan
ekonomis tidak dapat diperbaiki adalah…
a. Produk cacat.
b. Produk rusak.
c. Sisa bahan.
d. Bahan terbuang.
83
5. Barang-barang yang dalam proses produksi mengalami beberapa ketidaksempurnaan
tetapi dengan menambah upah buruh dan bahan masih dapat diperbaiki menjadi
barang jadi yang sempurna. Barang-barang seperti itu dikenal dengan nama…
a. Produk cacat.
b. Produk rusak
c. Sisa bahan.
d. Bahan terbuang.
6. Masalah akuntansi yang timbul akibat adanya unit produk cacat adalah…
a. Bagaimana memperlakukan biaya perbaikan.
b. Bagaimana memperlakukan kerugian yang timbul akibat adanya produk cacat.
c. Bagaimana memperlakukan hasil penjualan produk cacat.
d. Bagaimana memperlakukan persediaan produk cacat.
7. Jika biaya perbaikan unit produk cacat dibebankan kepada produk secara keseluruhan
dan perusahaan belum memasukkan hal tersebut ke dalam perhitungan tarif
pembebanan overhead pabrik, akun yang didebit untuk mencatat biaya perbaikan
adalah…
a. Barang Dalam Proses.
b. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
c. Produk Rusak.
d. Bahan.
8. Perlakuan produk cacat dalam suatu proses produksi yang normal adalah…
a. Dibebankan kepada produk yang tidak cacat.
b. Dibebankan ke produk dalam proses akhir.
c. Dibebankan ke produk selesai yang diserahkan ke departemen berikutnya.
d. Dibebankan ke produk cacat itu sendiri.
9. Jika jumlah kegagalan/kecacatan dalam proses manufaktur melebihi tingkat normal,
kegagalan/kecacaran itu harus dilasifikasikan sebagai…
a. Biaya ditangguhkan (deferred charge).
b. Biaya periode (period cost).
c. Biaya gabungan (joint cost).
d. Biaya produk (product cost).
10. PT Mutiara memiliki 8.000 unit persedian barang dalam proses di Departemen M
pada1 Maret 2010 yang sudah 50% selesai untuk biaya konversi. Bahan digunakan di
awal proses. Selama Maret, 17.000 unit masuk proses, 18.000 unit selesai, dan 2.000
unit rusak normal. PT Mutiara memiliki 5.000 unit persediaan barang dalam proses
pada 31 Maret 2010 yang sudah 60% selesai untuk biaya konversi. Dalam sistem
akuntansi PT Mutiara, unit rusak mengurangi jumlah unit yang akan menanggung
biaya total. Dengan metode rata-rata tertimbang, unit ekuivalen biaya konversi bulan
Maret adalah…
a. 17.000 unit.
b. 19.000 unit.
c. 21.000 unit.
d. 23.000 unit.
11. Metode produk rusak diabaikan…
a. Adalah metode yang digunakan untuk memperlakukan unit cacat dalam sistem
biaya proses.
84
b. Pada umumnya mengakibatkan penurunan dalam biaya per unit ekuivalen.
c. Bukan metode yang lebih baik untuk digunakan jika terjadi biaya periode sebagai
akibat ketidaknormalan produksi.
d. Mengharuskan semua biaya unit yang dikeluarkan dari produksi diperlakukan
sebagai elemen biaya terpisah di departemen terjadinya.
e. Tidak ada jawaban yang benar.
85
c. Pemisahan antara unit rusak normal dan tidak normal diperlukan dalam
perhitungan dan kuantitas.
d. Jika PT Jenggala memperlakukan biaya produk rusak sebagai elemen tersendiri
dan produk rusak selalu terjadi, ekuivalen produksi akan selalu lebih tinggi
disbanding jika diterapkan metode produk rusak diabaikan.
15. Manakah pernyataan berikut ini yang benar?
a. Dalam sistem biaya proses, pengakuan secara terpisah harus dilakukan terhadap
bahan terbuang.
b. Jika sisa bahan sudah diperhitungkan dalam penentuan tarif pembebanan biaya
overhead pabrik dalam sistem biaya proses, perlakuan akuntansi yang benar
terhadap penjualan sisa bahan adalah dengan dikurangkan pada biaya bahan di
perhitungkan biaya yang harus dipertanggungjawabkan dalam laporan biaya
produksi.
c. Biaya pengerjaan ulang unit cacat tidak normal adalah dengan memperlakukannya
sebagai biaya periode.
d. Biaya perbaikan unit cacat tidak normal disajikan dalam perhitungan biaya yang
harus dipertanggungjawabkan dalam laporan biaya produksi sebagai bagian dari
“biaya ditambahkan oleh departemen” periode yang bersangkutan dan disertakan
dalam perhitungan biaya per unit.
Latihan
Latihan 7.1.
PT Sinar Waluya memproduksi krim pembersih melalui dua departemen pengolahaan.
Bahan digunakan di akhir pemrosesan Departemen 1 dan di awal pemrosesan
Departemen 2. Bahan yang ditambahkan di Departemen 2 meningkatkan jumlah unit.
Sudah menjadi kebijakan perusahaan untuk mengurangkan unit yang rusak kepada
unit yang ditambahkan ke produksi. Berikut informasi produksi bulan April 2010.
Catatan: tidak terdapat persediaan barang dalam proses pada awal bulan.
Departemen 2 Departemen 2
Unit masuk proses 54.000 unit
Unit ditransfer ke departemen berikutnya 38.000 unit
Unit ditransfer ke persediaan barang jadi 38.900 unit
Unit ditambahkan ke produksi 2.400 unit
Unit rusak 500 unit
Unit dalam proses akhir bulan 16.000 unit 1.000 unit
(3/8 selesai untuk (1/5 selesai untuk
86
biaya konversi) biaya konversi)
Latihan 7.2.
PT Lezatos memproduksi biskuit melalui dua departemen pengolahan. Inspeksi
terhadap produk rusak dilakukan di Departemen 1 pada akhir proses dan di
Departemen 2 pada tahap proses produksi 50%. Kebijakan perusahaan adalah
memperlakukan biaya unit rusak dalam proses produksi sebagai elemen biaya
tersendiri di departemen terjadinya. Catatan bulan Desember menujukkan data
sebagai berikut.
Departemen
1 2
Unit
Unit dalam proses, persediaan awal:
Bahan 100%, biaya konversi 60% 19.000 unit
Bahan 100%, biaya konversi 30% 24.000 unit
Unit masuk proses 28.000 unit
Unit diterima dari departemen sebelumnya 40.000 unit
Unit dalam proses, persediaan akhir:
Bahan 100%, biaya konversi 85% 4.500 unit
Bahan 100%, biaya konversi 62% 3.000 unit
Unit rusak :
Normal 2.000 unit 500 unit
Tidak normal 500 unit 500 unit
87
Bahan digunakan di awal proses keduan departemen. Pemakaian bahan di
Departemen 2 tidak meningkatkan jumlah unit yang diproduksi. Biaya konversi
terjadi secara merata sepanjang proses di kedua departemen.
Diminta:
Buatlah perhitungan ekuivalen produksi bahan dan biaya konversi untuk kedua
departemen apabila digunakan metode perhitungan biaya MPKP.
88
Latihan 7.3
PT Backbone memproduksi satu jenis produk. Department Percetakan menginspeksi unit
rusak ketika unit sudah 65% selesai. Unit rusak tidak laku dijual. Bahan ditambahkan pada
awal proses, sedangkan tenaga kerja dan overhead pabrik terjadi secara merata sepanjang
proses. Data bulan Mei departemen tersebut sebagai berikut.
Unit dalam proses awal (bahan 100% biaya konversi 1/3) 3.390 unit
Biaya persediaan barang dalam proses awal Rp6.271.500
Unit ditransfer masuk selama satu periode 12.150 unit
Biaya ditransfer masuk selama satu periode Rp20.290.500
Unit ditransfer keluar 11.000 unit
Unit dalam proses akhir (bulan 100% biaya konversi 60%) 3.040 unit
Unit rusak :
Normal 800 unit
Tidak normal 700 unit
Biaya ditambahkan selama satu periode :
Bahan Rp10.449.000
Tenaga kerja Rp3.420.630
Overhead pabrik (dibebankan) Rp2.407.110
Diminta :
a. Hitunglah biaya total
unit rusak.
b. Alokasikan biaya
total unit rusak ke rusak normal dan tidak normal
Latihan 7.4
PT Donovan adalah sebuah perusahaan manufaktur yang menerapkan sistem biaya proses. Di
departemen kedua, Departemen X, unit rusak dan unit cacat terjadi selama operasi. Selama
inspeksi unit rusak terjadi ketika unit sudah 70% selesai. Unit rusak tidak laku dijual. Bahan
tambahan pada akhir proses. Biaya konversi terjadi secara merata sepanjang proses. Data
aktivitas bulan Desember Departemen X disajikan di bawah ini.
Unit :
Unit dalam proses awal, 90% selesai 17.000 unit
Unit diterima dari departemen sebelumnya 38.000 unit
Unit ditransfer ke departemen berikutnya 40.000 unit
Unit dalam proses akhir 75% selesai
89
Unit rusak :
Normal 6.000 unit
Tidak normal 2.000 unit
Biaya :
Kebijakan perusahaan memperlakukan biaya unit rusak dalam produksi sebagai elemen
biaya tersendiri di departemen terjadinya. Biaya produk rusak dan biaya perbaikan produk
cacat normal belum diperhitungkan dalam tarif pembebanan biaya overhead. Perusahaan
menggunakan metode penentuan biaya rata-rata tertimbang.
Diminta :
a. Buatalah laporan biaya produksi Departemen X bulan Desember
b. Buatlah jurnal pencatatan transaksi Departemen X bulan Desember
Latihan 7.5
PT Sania memproduksi produk kimia melalui proses kimia unik, untuk tujuan akuntansu di
bagi ke dalam dua departemen, A dan B. Formula ramuannya terdiri atas 1 kg zat X dan 1 kg
zat Y. Pertama zat X diproses di departemen A, setelah itu dipindahkan ke Departemen B. Di
Departemen B, zat Y ditambahkan pada akhir proses produksi. Produksi selesai dipindahkan
ke persediaan barang jadi. Proses dilakukan secara terus- menerus 24 jam sehari. Unit rusak
terjadi di Departemen A. Lima persen bahan kimia X rusak pada detik-detik pertama
pemrosesan. Tidak ada lagi yang rusak di Departemen B. Di Depertemen A, biaya konversi
terjadi merata sepanjang proses dan hanya dialokasikan kepada produk yang baik karena
produk rusak yang terjadi bersifat normal. Di Departemen B, biaya konversi dialokasisan
90
secara sama kepada setiap unit ekuivalen output. Perusahaan mengukur barang dalam proses
dan persediaan barang jadi dalam kilogram. Berikut ini data untuk bulan Oktober.
Departemen A Departemen B
Persediaan barang dalam proses, 1 Oktober 88.000 kg 110.000 kg
Tahap penyelesaian persediaan awal 3/4 3/10
Masuk proses atau ditransfer masuk 550.000 kg ?
Ditransfer keluar 511.500 kg ?
Persediaan barang dalam proses, 31 Oktober ? ?
Tahap penyelesaian persediaan akhir 1/3 1/5
Bahan yang ditambahkan di Departemen B - 489.500 kg
Diminta :
a. Selesaikan daftar di atas
b. Buatlah perhitungan unit ekuivalen produksi Departemen A dan Departemen B bulan
Oktober dengan metode MPKP.
Latihan 7.6
PT Sekar memproduksi satu jenis produk. Operasi perusahaan merupakan proses terus-
menerus yang dilakukan di dua departemen, yaitu Departemen Pengolahan dan Penyelesaian.
Bahan ditambahkan di setiap departemen tanpa meningkatkan jumlah unit yang diproduksi.
Untuk bulan Juni 2010, catatan perusahaan menunjukkan data produksi sebagai berikut.
Departemen
Departemen
Pengolahan Penyelesaian
Unit dalam proses, 1 Juni 2010 0 unit 0 unit
Unit ditransfer dari departemen sebelumnya 0 unit 60.000 unit
Unit dimasukkan ke dalam produksi 80.000 unit 0 unit
Unit selesai dan ditransfer keluar 60.000 unit 50.000 unit
Unit dalam proses, 30 Juni 2010 20.000 unit 8.000 unit
Unit rusak dalam produksi 0 unit 2.000 unit
Presentase penyelesaian unit dalam proses 30 Juni 2010 :
Bahan 100% 100%
Tenaga kerja 50% 70%
Overhead pabrik 25% 70%
Unit yang rusak dalam produksi tidak dapat dijual dan sudah 50% selesai untuk bahan,
tenaga kerja, dan overhead pabrik. Kebijakan perusahaan adalah memperlakukan biaya unit
catat sebagai elemen biaya tersendiri di departemen tempat terjadinya. Biaya produk rusak
belum diperhitungkan dalam penentuan tarif pembebanan biaya overhead. Catatan
menunjukkan pembebanan biaya berikut ini selama bulan Juni.
91
Departemen Pengolahan Departemen
Penyelesaian
Bahan Rp240.000.000 Rp88.500.000
Tenaga kerja Rp140.000.000 Rp141.500.000
Overhead pabrik Rp65.000.000 Rp25.700.000
Diminta :
Buatlah laporan biaya produksi bulan Juni untuk kedua departemen tersebut. (Misalnya unit
rusak bersifat normal dan digunakan metode penentuan biaya rata-rata tertimbang)
Latihan 7.7
PT Pinokio adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi boneka. Di Departemen
Pembentukan, departemen pertama, tubuh boneka dibentuk. Bagan digunakan di awal proses
produksi. Biaya konversi ditambahkan secara merata sepanjang proses. Inspeksi terhadap unit
rusak dilakukan pada tahap penyelesaian 60%. Unit yang sudah selesai ditransfer ke
Departemen Penyelesaian.
Di Departemen Penyelesaian, perlengkapan seperti rambut dan pakaian dipasangkan ke
dalam tubuh boneka. Setiap unit cacat dikerjakan ulang. Bahan dan biaya konversi
ditambahkan secara merata di sepanjang proses. Kebijakan perusahaan adalah
memperlakukan biaya unit rusak dalam produksi sebagai elemen biaya tersendiri di
departemen terjadinya. Perusahaan belum memperhitungkan biaya produk rusak dan produk
cacat ke dalam tarif pembebanan biaya overhead.
Departemen Departemen
Pengolahan Penyelesaian
Data September :
Unit dalam prose awal 520 unit 780 unit
Presentase Penyelesaian 75% unit 10% unit
Unit dimasukkan ke dalam proses 1.780 unit
Unit ditransfer keluar dari departemen 1.920 unit 2.430 unit
Unit dalam proses akhir 150 unit 300 unit
Presentase penyelesaian 40% 70%
Unit rusak :
Normal 150 unit
Tidak normal 50 unit
Biaya persediaan barang dalam proses awal :
Biaya dari departemen sebelumnya Rp4.953.000
Bahan Rp2.548.000 Rp 2.704.000
Tenaga kerja Rp1.716.000 Rp2.250.000
Overhead pabrik (dibebankan) Rp1.040.000 Rp2.500.000
Biaya ditambahkan selama satu periode :
Bahan Rp9.412.000 Rp15.800.000
92
Tenaga kerja Rp5.526.000 Rp14.750.000
Overhead pabrik (dibebankan) Rp2.794.000 Rp13.300.000
Biaya perbaikan unit cacat :
Bahan Rp240.000
Tenaga kerja Rp160.000
Overhead pabrik (dibebankan) Rp40.000
Diminta :
a. Buatlah laporan biaya produksi dan penjurnalan bulan September untuk kedua
departemen dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang.
b. Buatlah laporan biaya produksi dan penjualan bulan September untuk kedua
departemen dengan menggunakan metode MPKP. (Misalkan tidak ada unit rusak dari
petsediaan barang dalam proses awal)
Latihan 7.8
PT Grande memproduksi berbagai jenis sepeda. Karena volume produksi yang banyak untuk
jenis sepeda, perusahaan menerapkan sistem biaya proses dengan metode rata-rata tertimbang
untuk menghitung biaya per unit. Suku cadang sepeda dibuat di Departemen Pembentukan
dan ditransfer ke Departemen Perakitan untuk disatukan. Setelah dirakit, sepeda dikirim ke
Departemen Pengepakan.
Data biaya per unit sepeda gunung sudah diselesaikan sampai Departemen
Pembentukan. Data biaya dan produksi tahunan Departemen Perakitan adalah sebagai
berikut.
Sepeda yang rusak dikenali pada saat inspeksi, yaitu ketika proses perakitan 70%
selesai, semua bahan perakitan sudah digunakan pada tahap proses tersebit. Presentase unit
rusak normal 5% dari sepeda yang sudah mencapai titik inspeksi. Sepeda yang rusak diatas
jumlah normal dianggap tidak normal. Semua sepeda yang rusak dikeluarkan dari proses dan
dihancurkan. Kebijakan perusahaan adalah meperlakukan biaya unit rusak dalam produksi
sebagai elemen biaya yang tersendiri di departemen terjadinya.
94
b. Hitunglah unit ekuivalen produksi selama setahun untuk produk berikut.
1) Sepeda yang ditransfer masuk dari Departemen Pembentukan.
2) Sepeda yang diproduksi dengan bahan perakitan.
3) Sepeda yang diproduksi oleh konversi perakitan.
c. Hitunglah biaya per unit ekuivalen sepeda yang sudah sepenuhnya dirakit.
d. Hitunglah biaya produksi total Rp1.672.020.000 yang akan dibebankan kepada
bagian-bagian berikut.
1) Unit rusak normal.
2) Unit rusak tidak normal.
3) Unit baik yang diselesaikan di Departemen Perakitan.
4) Persediaan barang dalam proses akhir di Departemen Perakitan.
e. Jelaskan bagimana jumlah rupiah yang dibebankan ke unit berikut ini akan disajikan
dalam laporan keuangan.
1) Unit rusak normal
2) Unit rusak tidak normal
3) Unit baik yang diselesaikan di Departemen Perakitan
4) Persediaan barang dalam proses akhir di Departemen Perakitan
Latihan 7.9.
PT Manikam menerapkan system biaya proses dengan metode rata-rata untuk menghitung
biaya produksi satu jenis produksi yang dihasilkannya. Produk diolah oleh dua departemen.
Unit produk mulai diproses di Departemen Pembentukan, kemudian ditransfer ke
Departemen Penyelesaian untuk diolah menjadi barang jadi. Unit-unit diinspeksi pada akhir
proses produksi di Departemen Pembentukan dan unit produksi rusak diketahui ketika
inspeksi tersebut dilakukan. Produk rusak di Departemen Pembentukan tidak laku dijual.
Biaya produksi rusak sudah diperhitungkan dalam penentuan tariff pembebanan biaya
overhead pabrik sehingga biaya produksi rusak yang terjadi dibebankan ke biaya overhead
pabrik sesungguhnya. Data operasi bulan Agustus di Departemen Pembentukan adalah
sebagai berikut.
95
Unit masuk proses periode ini 9.000 unit
Unit dalam persediaan akhir (bahan 60% tenaga kerja 35% overhead 25%) 1.500 unit
Persediaan Ditambahkan
Biaya dibebankan ke departemen : Awal Periode Ini
Bahan Rp 1.260.000 Rp 36.240.000
Tenaga kerja Rp 770.000 Rp 10.780.000
Overhead pabrik Rp 1.400.000 Rp 21.725.000
Diminta :
Latihan 7.10.
PT Juwita memproduksi satu jenis produk melalui dua departemen. Pemotongan dan
Penyelesaian. Unit produk mulai diolah di Pepartemen Pemotongan dan kemudian ditransfer
ke Departemen Penyelesaian untuk diolah menjadi produk jadi. Unit-unit diinspeksi di akhir
proses Departemen Penyelesaian. Unit produk yang baik ditranfer ke persediaan barang jadi
dan unit produk yang rusak ditaranfer ke persediaan barang rusak. Unit produk yang rusak
dicatat dalam persediaan sebesar nilai jualnya, Rp 15.000 per unit, dan biaya produk rusak
yang tidak bisa ditutup oleh nilai jualnya (biaya produk rusak dikurangi nilai jual produk
rusak) dibebankan oleh overhead pabrik sesungguhnya karena sudah diperhitungkan dalam
tariff pembebanan overhead pabrik.
Pada akhir bulan Juni, 500 unit masih dalam proses di Departemen Penyelesaian, 80%
selesai untuk bahan dan 60% selesai untuk biaya konvensi. Selama bulan Juli, 4.500 unit
ditranfer dari Departemen Pemotongan ke Departemen Penyelesaian dan 3.800 unit ditranfer
96
dari Departemen Penyelesaian ke persediaan barang jadi. Pada akhir bulan Juli, Departemen
Penyelesaian masih memiliki 800 unit dalam proses, 40% selesai untuk bahan dan 20%
selesai untuk biaya konversi. Data biaya operasi bulan Juli di Departemen Penyelesian adalah
sebagai berikut.
Persediaan Ditambahkan
Biaya dibebankan kepada departemen : Awal Periode Ini
Diminta :
a. Buatlah laporan biaya produksi Departemen Penyelesaian berdasarkan data bulan Juli
yang disajikan perusahaan menggunakan system biaya proses dengan asumsi rata-rata
untuk menghitung biaya produksi.
b. Buatlak jurnal pecatatan terhadap transfer biaya keluar dari Departemen Penyelesaian
periode ini.
Latihan 7.11.
PT Sinar Terang menjual satu jenis produk yang diproses di dua departemen, Pembentukan
dan Penyelesaian. Unit produk mulai diproses di Departemen yang melakukan pemotongan
dan pembentukan terhadap produk. Unit-unit kemudian ditranfer ke Departemen
Penyelesaian untuk dihaluskan dan dipoles. Bahan digunakan di awal proses Departemen
Pembentukan. Unit-unit diinspeksi pada tahap penyelesaian 90% di Departemen
Pembentukan. Biaya produk rusak dibebankan ke overhead pabrik sesungguhnya. Data biaya
operasi bulan Maret di Departemen Pembentukan bulam Maret adalah sebagai berikut.
97
Persediaan Ditambahkan
Biaya dibebankan kepada departemen : Awal Periode Ini
Pada akhir Februari, Departemen Pembentukan mempunyai 2.000 unit produk yang
masih dalam proses yang sudah 70% selesai untuk tenaga kerja dan 60% selesai untuk
overhead. Pada akhir bulan Maret, 3.000 unit masih dalam proses di Departemen
Pembentukan yang sudah 50% selesai untuk tenaga kerja dan 40% selesai untuk overhead.
Selama bulan Maret, 13.000 unit mulai diperoleh di Departemen Pementukan dan 7.000 unit
sudah selesai diperoleh dan ditransfer ke Departemen Penyelesaian.
Diminta :
Latihan 7.12.
PT Furnitur Plastik menggunakan system biaya proses dengan asumsi aliran biaya MPKP
untuk menghitung biaya produksi kursi plastik yang dihasilkan melalui dua departeme. Unit
produk mulai diolah di Departemen Pabrikasi dan kemudian di transfer ke Departemen
Penyelesaian untuk diolah menjadi barang jadi. Unit-unit diinspeksi di akhir proses produksi
di Departemen Penyelesaian. Unit yang baik di transfer ke persedian barang jadi dan unit
yang rusak ditransfer ke persedian barang rusak. Unit rusak dicatat sebagai persediaan pada
nilai jualnya sebesar Rp12.000 per unit. Biaya unit catat yang tidak tertutup oleh nilai jual
dibebankan ke overhead pabrik sesungguhnya. Data operasi bulan September di Departemen
Penyelesaian adalah sebagai berikut.
98
Unit dalam persedian barang awal (80% bahan, 40% tenaga kerja, 40% 1.200 unit
overhead)
Unit diterima dari Departemen Pabrikasi periode ini 6.000 unit
Unit ditransfer ke persediaan barang jadi periode ini 5.000 unit
Unit ditransfer ke persediaan barang rusak periode ini 700 unit
Unit dalam persediaan akhir (100% bahan, 60% tenaga kerja, 60% overhead) 1.500 unit
Persediaan Ditambahkan
Biaya dibebankan kepada departemen : Awal Periode Ini
Diminta :
Latihan 7.13.
PT Nuansa menjual satu jenis produk yang diolah menjadi dua departemen, Pemotongan dan
Perakitan. Unit produk mulai diproses di Departemen Pemotongan dan kemudian ditransfer
ke Departemen Perakitan untuk diselesaikan menjadi barang jadi. Unit-unit diinspeksi pada
tahap penyelesaian 90% di Departemen Pemotongan dan di akhir proses produksi
Departemen Perakitan. Bahan digunakan sebelum inspeksi di kedua departemen. Unit produk
yang rusak di Departemen Pemotongan tidak dapat dijual, sedangkan unit cacat di akhir
proses Departemen Perakitan memiliki nilai jual sebesar Rp 5.000 per unit. Unit yang baik
ditransfer dari Departemen Perakitan ke persediaan barang jadi sebesar biayanya, dan unit
rusak ditransfer ke persediaan barang rusak pada nilai jualnya. Biaya unit rusak yang tidak
99
tertutup oleh nilai jualnya di kedua departemen dipandang oleh manajemen sebagai biaya
kegagalan internal dan dibebankan ke biaya overhead sesungguhnya. Data operasi produksi
bulan April adalah sebagai berikut.
Pemotongan Perakitan
Unit dalam periode awal 5.000 unit 4.000 unit
Unit mulai masuk proses di Departemen Pemotongan periode ini 20.000 unit
Unit ditransfer dari Departemen Pemotongan ke Departemen 18.000 unit 18.000 unt
Perakitan
Unit ditransfer ke persediaan barang jadi periode ini 17.000 unit
Unit rusak dalam proses periode ini 3.000 unit 1.000 unit
Unit dalam persediaan akhir :
Departemen Pemotongan (bahan 100%, tenaga kerja, 4.000 unit
dan overhead 20%)
Departemen Perakitan (bahan 80%, tenaga kerja dan overhead 4.000 unit
20%)
Biaya dalam persediaan awal :
Dari departemen sebelumnya Rp 10.900.000
Bahan Rp1.260.000 Rp38.028.000
Tenaga kerja Rp789.000 Rp3.356.000
Overhead pabrik Rp1.789.000 Rp5.034.000
Biaya ditambahkan selama periode ini
Bahan Rp36.240.000 Rp164.432.000
Tenaga kerja Rp10.761.000 Rp15.444.000
Overhead pabrik Rp21.311.000 Rp23.166.000
Diminta :
a. Buatlah jurnal biaya produksi setiap departemen untuk bulan April apabila perusahaan
menggunakan system biaya proses dengan asumsi rata-rata.
b. Buatlah junal untuk mencatat transfer biaya keluar dari setiap departemen selama
bulan April apabila perusahaan menyelenggarakan akun Barang Dalam Proses untuk
setiap departemen.
100
Latihan 7.14.
PT Handayani menggunakan system biaya proses dengan asumsi aliran biaya MPKP untuk
menghitung biaya produksi satu jenis produksinya yang diproses melalui dua departemen.
Unit produk mulai diperoleh di Departemen Pabrikasi dan kemudian ditransfer ke
Departemen Penyelesaian untuk diproses lanjut menjadi barang jadi. Unit-unit diinspeksi
pada tahap konversi 60% di Departemen Pabrikasi dan di akhir proses produksi &
Departemen Penyelesaian. Bahan digunakan di awal proses di kedua departemen. Unit
produk yang rusak di Departemen Pabrikasi tidak memiliki nilai jual dan unit produk rusak di
akhir proses Departemen Penyelesaian memiliki nilai jual Rp 1.000 per unit. Unit yang baik
ditransfer dari Departemen Penyelesaian ke persediaan barang jadi sebesar biayanya dan unit
rusak ditransfer ke persediaan barang rusak pada nilai jualnya. Biaya unit rusak yang tidak
tertutup oleh nilai jualnya di kedua departemen dibebankan ke overhead pabrik
sesungguhnya. Data bulan April adalah sebagai berikut.
Pemotongan Perakitan
Unit dalam persediaan awal :
Departemen Pabrikasi (bahan 100%, tenaga kerja, 2.000 unit
dan overhead 70%)
Departemen Penyelesaian (bahan 100%, tenaga kerja dan 3.000 unit
overhead 40%)
Unit mulai masuk proses di Departemen Pabrikasi periode ini 9.000 unit
Unit ditransfer dari Departemen Pabrikasi ke Departemen 9.000 unit 9.000 unit
Penyelesaian
Unit ditransfer ke persediaan barang jadi periode ini 9.900 unit
Unit rusak dalam proses periode ini 500 unit 100 unit
Unit dalam persediaan akhir :
Departemen Pabrikasi (bahan 100%, tenaga kerja dan 1.500 unit
overhead 40%)
Departemen Penyelesaian (bahan 100%, tenaga kerja dan 2.000 unit
overhead 25%)
Biaya dalam persediaan awal :
Dari departemen sebelumnya Rp 6.100.000
Bahan Rp1.900.000 Rp3.500.000
101
Tenaga kerja Rp340.000 Rp520.000
Overhead pabrik Rp1.020.000 Rp780.000
Biaya ditambahkan selama periode ini
Bahan Rp9.180.000 Rp10.800.000
Tenaga kerja Rp2.125.000 Rp3.720.000
Overhead pabrik Rp6.375.000 Rp5.580.000
Diminta :
a. Buatlah laporan biaya produksi setiap departemen berdasarkan data bulan April.
b. Buatlah jurnal untuk mencatat transfer biaya keluar dari setiap departemen selama
April apabila perusahaan menyelenggarakan akun Barang Dalam Proses tersendiri
untuk setiap departemen.
102