Anda di halaman 1dari 4

Nama Anggota:

1. Febri Sharenda Akbar (180810201018)


2. Nur Rohmah Essa Puspita (180810201043)
3. Siti Ayu Nur Azizah (180810201164)
Prodi : S1 Manajemen
Kelas : Akuntansi Biaya I (D)

HARGA POKOK PROSES LANJUTAN

Persediaan Barang dalam Proses Awal Periode


Biaya dari unit dalam proses awal periode dan biaya yang dibebankan selama periode
berjalan, keseluruhannya merupakan biaya yang harus dipertanggungjawabkan oleh setiap
departemen produksi.

Terdapat dua metode akuntansi untuk penentuan harga pokok yang diterapkan terhadap
biaya dari persediaan Barang dalam Proses pada awal periode:

1. Metode harga pokok rata – rata tertimbang ( weighted average )


2. Metode harga pokok masuk pertama keluar pertama ( first in – first out atau FIFO )

Metode Rata – Rata Tertimbang

Biaya dari barang dalam proses awal + Biaya periode berjalan


Biaya per unit rata − rata =
Unit ekuivalen

Cara perhitungan tersebut berlaku untuk setiap elemen biaya produksi, baik untuk barang
yang berasal dari departemen sebelumnya maupun untuk biaya yang ditambahkan oleh
departemen yang bersangkutan.

Unit yang hilang berada dalam batas toleransi yang normal dan biaya dari unit yang
hilang dibebankan kepada semua unit produksi yang selesai pada departemen tersebut.
Perhitungan Unit Produksi Ekuivalen
Unit Produksi Ekuivalen sama dengan semua unit produk yang telah selesai (100%
tingkat penyelesaiannya) tanpa memperhatikan tingkat penyelesaian pada Barang Dalam Proses
awal ditambah dengan Barang Dalam Proses akhir sesuai dengan tingkat penyelesaiannya.
UPE = Unit selesai + ( tingkat penyelesaian x Barang Dalam Proses akhir)

Perhitungan Biaya Per Unit

Biaya dari barang dalam proses awal + Biaya yang ditambahkan


Biaya per unit =
Unit ekuivalen

Pertanggungjawaban Biaya ( Harga Pokok Produksi )


Harga pokok produk = Unit ekuivalen × Biaya per unit ekuivalen

Metode FIFO
Dalam metode FIFO dialkukan pemisahan perhitungan antara biaya per unit yang berasal
dari persediaan dalam proses awal periode dan biaya per unit untuk unit produk yang
dimasukkan dalam proses dan selesai pada periode berjalan. Perhitungan biaya unit yang
pertama dilakukan adalah atas unit yang selesai yang berasal dari persediaan dalam proses awal
periode dan berikutnya dilakukan perhitungan atas unit yang dimasukkan dalam proses pada
periode berjalan dan selesai pada periode tersebut.
Adapun perbedaan dalam Metode Rata – Rata Tertimbang dengan Metode FIFO, yaitu:

a. Metode Rata – Rata Tertimbang tidak mempertimbangkan tingkat penyelesaian dari unit
proses awal periode, jumlah unit dan biaya dari persediaan barang dalam proses pada
awal periode dilebur menjadi satu dengan jumlah unit dan biaya dari unit yang
ditambahkan atau ditransfer selama periode berjalan.
b. Metode FIFO melakukan pemisahan antara persediaan barang dalam proses awal periode
dan produksi selama periode berjalan, sehingga tingkaty penyelesaiaan dari unit dalam
proses awal periode harus diperhitungkan dalam penentuan angka unit produksi
ekuivalen.

Biaya per unit dihitung hanya untuk elemen – elemen biaya produksi yang ditambahkan
selama periode berjalan, dengan juga memperhitungkan tingkat penyelesaiaan dari barang dalam
proses pada awal periode dalam menentukan harga.
Perhitungan Unit Produksi Ekuivalen
1. Unit yang selesai dari produksi periode berjalan

Unit yang selesai ditransfer – Unit dalam proses awal periode

2. Unit untuk menyelesaikan barang dalam proses awal periode

( 100% – tingkat penyelesaian barang dalam proses awal periode ) × Unit dalam
barang dalam proses awal periode

UPE = Unit yang selesai dan ditransfer – unit dalam proses awal periode + unit barang dalam
proses akhir × tingkat penyelesaian

Perhitungan Biaya per Unit


Biaya per unit untuk setiap elemen biaya diperoleh dengan membagi biaya yang
ditambahkan pada periode berjalan dibagi dengan unit produksi ekuivalen

Unit yang Hilang atau Rusak


Apabila Produk Hilang Awal Proses, maka daalam hal ini pengaruhnya ke perhitungan
harga pokok adalah:

a. Di Departemen Awal: Produk yang hilang di awal proses tidak dihitung dalam
menentukan jumlah unit ekuivalen.
b. Di Departemen Lanjutan (dept 2, dst): Harga pokok dari departemen sebelumnya
disesuaikan dengan jumlah satuan setelah adanya produk hilang.

Apabila produk hilang terjadi pada akhir proses mempunyai pengaruh terhadap
perhitungan harga pokok produksi untuk departemen awal maupun lanjutan. Produk hilang
tersebut tetap diperhitungkan dalam unit ekuivalen karena dianggap telah ikut menyerap biaya-
biaya produksi. Harga pokok produk hilang tersebut diperhitungkan ke harga pokok produk
selesai yang ditransfer dari departemen produksi yang bersangkutan ke departemen produksi
berikutnya.

Apabila unit yang rusak bersifat abnormal atau disebabkan factor internal yang
seharusnya masih bisa dihindari dan nilai barang yang rusak tersebut telah diperhitungkan dalam
penentuan tarif biaya overhead pabrik, maka biaya dari unit yang hilang atau rusak tersebut
dibebankan ke akun Biaya Overhead Pabrik.

Apabila unit yang hilang atau rusak terdiri atas bagian yang normal dan bagian yang tidak
normal atau abnormal, maka biaya dari bagian yang normal dibebankan kepada unit yang
ditransfer ke persediaan barang jadi atau dicatat kea kun Barang Jadi sementara biaya dari bagian
yang tidak normal dibebankan ke Biaya Overhead Pabrik

Unit yang Rusak Normal dan Abnormal


a. Kerusakan normal sebesar 5% dari produk yang telah selesai dan memenuhi standar
kualitas yang ada serta ditransfer ke departemen berikutnya
b. Kerusakan yang tidak normal (abnormal) adalah jumlah barang yang rusak yang melebihi
kerusakan dalam kategori normal. Angka dari jumlah unit yang rusak abnormal diperoleh
dengan mengurangi jumlah keseluruhan unit yang rusak dengan jumlah unit rusak yang
dikategorikan kerusakan normal.

Anda mungkin juga menyukai