Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

HUKUM BISNIS

“PERKREDITAN DAN PEMBIAYAAN”

DOSEN PENGAMPU:
Fajar Destari, S.E., M.M.

DISUSUN OLEH:
1. Nur Rohmah Essa Puspita (180810201043)
2. Nia Prias Tuti Dewi (180810201047)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Hukum Bisnis

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Perkreditan dan Pembiayaan.”
Adapun tujuan dari judul makalah ini, yaitu untuk memberi informasi kepada pembaca
mengenai aspek-aspek dalam perkreditan dan pembiayaan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami kesulitan. Oleh karena itu,
terselesaikannya makalah ini bukan semata-mata hanya penulis, namun ada beberapa sumber yang
memudahkan dalam penyusunan makalah ini.
Tak lupa penulis berterimakasih kepada Ibu Fajar Destari, S.E., M.M., selaku dosen
pengampu mata kuliah Hukum Bisnis yang telah memberi ilmu serta informasi, sehingga
memudahkan penulis menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari dalam makalah ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari
berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.

Jember, 15 Maret 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya zaman sekarang manusia dituntut untuk berfikir kreatif dan berdaya guna,
semua itu seiring berkembangnya zaman yang terus menurs melakukan pergerakan-pergerakan
yang dinamisme dalam berkehidupan yang semakin praktis.
Dengan demikian setiap manusia saling berlomba-lomba guna memperdayakan
kemampuannya untuk bersaing mencari dan mendapatkan setiap peluang yang ada dengan cara
yang berbeda-beda. Ada yang bekerja ada yang berdagang, hal inilah yang mendukung suatu daerah
dalam kemajuan ekonominya. Sekarang ini, banyak masyarakat sosial yang menggencarkan aksi
jiwa entrepreuneur dengan berbisnis.
Akan tetapi faktor biaya atau modal dapat menjadi kendala dalam mewujudkan hal itu, selain
itu juga para pekerja yang kehidupannya bergantung pada gaji, membuat kredit atau perkreditan
merupakan salah satu jalan keluar untuk menyelesaikan permasalah ini. Dengan ini, maka para
karyawan yang ingin segera memiliki rumah atau kendaraan pribadi dapat segera tercapai dengan
kredit atau sistem perkreditan, dan juga para pembisnis yang ingin mengembangkan sayap
bisnisnya perkreditan adalah solusi yang dianggap tepat.
Sehingga hampir setiap lembaga keuangan baik swasta atau bukan berlomba untuk
menawarkan berbagai jenis perkreditan dan keuntungan-keuntungan demi menarik hati pelanggan
dan mendapatkan kepercayaan masyarakat. Dan lagi, perkreditan sekarang ini sudah semakin
banyak yang menjadikannya jasa yang menjanjikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan perkreditan?
2. Apa saja landasan hukum yang mengatur tentang perkreditan?
3. Apa saja ruang lingkup dalam perkreditan?
4. Siapa subjek yang memberikan pembiayaan?
5. Apa saja model-model dalam pembiayaan?
6. Apa saja lembaga pembiayaan dan kredit?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari perkreditan
2. Untuk mengetahui apa saja landasan hukum dalam perkreditan
3. Untuk mengetahui ruang lingkup dalam perkreditan
4. Untuk mengetahui subjek-subjek yang memberikan pembiayaan
5. Untuk mengetahui model-model dalam pembiayaan
6. Untuk mengetahu lembaga pembiayaan dan kredit
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkreditan
Dalam bahasa latin kredit berarti credere artinya percaya. Pemberi kredit (kreditur) percaya
kepada penerima kredit (debitur) bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai
perjanjian. Bagi debitur, kredit yang diterima merupakan kepercayaan, yang berarti menerima
amanah sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu.
Menurut UU No. 7 tahun 1992 yang telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998, terdapat
dua istilah yang berbeda namun mengandung makna yang sama yaitu kredit dan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah. Definisi kedua istilah tersebut adalah sebagai berikut :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil.
Dari kedua rumusan tersebut, perbedaannya terletak pada bentuk kontra prestasi yang
diberikan debitur kepada bank atas pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
Syariah. Pada bank konvensional yang menggunakan istilah kredit, kontra prestasinya berupa
bunga, sedangkan bank syariah yang menggunkan istilah pembiayaan kontra prestasinya berupa
imbalan atau bagi hasil sesuai kesepakatan bersama.
Analisis kredit yang dilakukan adalah untuk meyakini bahwa calon nasabah dapat dipercaya
(mencakup latar belakang personal dan perusahaan, prospek usaha, jaminan yang diberikan serta
faktor lain) dan bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar benar aman dalam arti uang yang
disalurkan pasti kembali
Perkreditan merupakan proses kegiatan perbankan dalam menyalurkan dana yang dihimpun
dari masyarakat, yang disalurkan kembali kepada masyarakat khususnya pengusaha, dalam
bentuk pinjaman yang lebih dikenal dengan kredit. Penyaluran dana dalam bentuk kredit tidak lain
agar perbankan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin. Keuntungan utama bisnis
perbankan adalah selisih antara bunga dari sumber-sumber dana dengan bunga yang diterima dari
alokasi dana tertentu. Oleh karena itu sumber dana dan alokasi penggunaan dana memegang
peranan yang sama pentingnya di dunia perbankan.

B. Landasan Hukum
Regulasi yang mengatur tentang perkreditan di Indonesia, diantaranya adalah sebagai
berikut ini:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1953 tentang Penetapam Undang-
Undang Pokok Bank Indonesia,
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok
perbankan,
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan
Rakyat.

C. Perkreditan dan ruang lingkupnya


1. Unsur Pemberian Kredit
Pemberian kredit oleh perbankan mengandung beberapa unsur, yaitu :
a. Kepercayaan, artinya pihak pemberi kredit memiliki keyakinan bahwa kredit yang
diberikan akan benar-benar diterima kembali dalam jangka waktu tertentu.
b. Kesepakatan, merupakan suatu perjanjian dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka waktu, artinya adanya unsur jangka waktu yang telah disepakati bersama antar
pemberi kredit (bank) dan penerima kredit (nasabah) mengenai pemberian dan
pelunasan kredit
d. Risiko, artinya dalam pemberian suatu kredit terjadi tenggang waktu pengembalian
yang akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit.
e. Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit dalam bentuk barang,
bunga atau imbalan jasa yang telah disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah.

2. Tujuan Pemberian Kredit


Tujuan pemberikan kredit oleh suatu bank, dapat berupa:
a. Keuntungan, artinya bank membrikan jasa dan dalam bentuk kredit dengan harapan
untuk memperoleh keuntungan
b. Membantu usaha nasabah, Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik
dana investasi maupun dana modal kerja, sehingga debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya.
c. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin banyak pengusaha yang dapat berkembang, sehingga
mendukung pembangunan di berbagai sektor yang pada akhirnya meningkatkan
pendapatan pemerintah dari sektor pajak.
d. Membantu masyarakat, semakin berkembang sektor riil yang diusahakan oleh
pengusaha mikro, kecil dan menengah, akan menciptakan kesempatan kerja bagi
masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

3. Prinsip-Prinsip Perkreditan
a. Karakter, menyangkut data pribadi pengusaha, kemauan, itikad baik dan tanggung
jawab moral calon debitur dalam upaya pembayaran kembali pinjamannya.
Penilaian karakter calon debitur mancakup kejujuran dan kepercayaan dalam
menjalankan bisnis, kelancaran pembayaran hutang dagang selama ini, hubungan
dagang dengan para pemasok serta lamanya hubungan dengan bank pemberi
fasilitas kredit.
b. Kapasitas, menyangkut kemampuan calon debitur dalam mengoptimalkan sumber
daya yang dimiliki, kemampuan menciptakan sumber dana dan kemampuan dalam
meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian.
Kemampuan membayar dalam konteks ini meliputi pengalaman dan prestasi bisnis
calon debitur, kualifikasi manajemen, jumlah hasil penjualan yang dicapai setiap
periode tertentu, serta posisi produk dalam persaingan pasar.
c. Modal, untuk menilai kondisi harta perusahan, jumlah modal yang ditanamkan
oleh calon debitur dalam perusahaa. Kecukupan modal mempunyai andil yang
besar untuk menjamin kelangsungan perusahaan. Untuk mendapatkan gambaran
yang jelas tentang kondisi harta perusahaan, analisis kredit harus memeriksa
keadaan fisik fasilitas yang ada, meninjau cara perawatan fasilitas produksi, dan
meneliti sumber dana serta menilai karyawan yang membidangi produksi tersebut.
d. Jaminan, untuk back-up dan menjamin terhadap resiko wanprestasi dari calon
debitur dalam pelunasan kredit. Jadi manfaat dari collateral adalah alat pengaman
jika debitur tidak melunasi pinjamannya, sehingga bank dapat mengambil alih atau
mencairkannya untuk melunasi pinjaman tersebut.
e. Kondisi ekonomi, kondisi ekonomi merupakan analisis atas faktor eksternal yang
mempengaruhi perusahaan calon debitur. Analisis atas situasi dan kondisi
persaingan bisnis, politik, sosial, ekonomi dan lainnya yang mempunyai pengaruh
pada suatu saat yang mungkin mempengaruhi kelancaran usaha.

4. Asas Penetapan Kebijaksanaan Perkreditan


Dalam menetapkan kebijaksanaan perkreditan harus diperhatikan 3 azas pokok yaitu :
a. Asas likuiditas, yaitu asas yang mengharuskan bank agar tetap dapat terjaga tingkat
likwiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid dapat mengakibatkan hilangnya
kepercayaan para nasabah atau masyarakat luas.
b. Asas Solvabilitas, usaha pokok bank adalah menerima simpanan dana dari
masyarakat dan disalurkan kembali dalam bentuk kredit sehingga dalam
kebijaksanaan prekreditan, bank harus pandai mengatur penanaman dana baik di
bidang perkreditan, surat-surat berharga pada tingkat resiko kegagalan sekecil
mungkin.
c. Asas Rentabilitas, yaitu asas yang mengharuskan bank untuk dapat memperoleh laba,
baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan pengembangan
dirinya.
5. Prosedur Pemberian Kredit
Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh perbankan pada umumnya tidak jauh
berbeda. Perbedaannya terletak pada persyaratan yang ditetapkan dan pertimbangan
masing-masing.
Prosedur pemberian kredit dibedakan antara pinjaman perseorangan dan badan
hukum, secara detil prosedur kredit adalah sebagai berikut:
a. Pengajuan berkas-berkas
Pengajuan proposal kredit hendaklah berisi antara lain :
1) Latar belakang perusahaan;
2) Maksud dan tujuan;
3) Besarnya kredit dan jangka waktu;
4) Cara pengembalian kredit;
5) Jaminan kredit.
Proposal hendaknya sudah dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan
seperti:
1) Akte notaris;
2) Tanda daftar perusahaan (TDP);
3) Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP);
4) Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir;
5) Bukti diri dari pimpinan perusahaan;
6) Foto copy sertifikat jaminan.

b. Pemeriksaan berkas
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang diajukan
sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan
belum lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan
apabila sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi
kekurangannya, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

c. Wawancara I
Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan
dengan calon peminjam.

d. On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai
obyek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya dicocokkan
dengan hasil wawancara I.

e. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat
setelah dilakukan on the spot di lapangan.
f. Penilaian dan analisis kebutuhan Kredit
Merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka menilai kebutuhan kredit
yang sebenarnya.
g. Keputusan Kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan
diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Biasanya
mencakup jumlah uang yang diterima, jangka waktu, dan biaya-biaya yang harus
dibayar
h. Penandatangan akad kredit/perjanjian lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum
kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit.
i. Realisasi kredit
Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan
membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.
j. Penyaluran/penarikan
Merupakan pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi
dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit
yaitu sekaligus atau bertahap.

D. Subjek Pembiayaan
Disamping memberikan pinjaman dalam bentuk kredit kepada debitur, mungkin juga
diberikan dana atau barang lainnya kepada debitur dalam bentuk pembiayaan. Dalam hal
pembiayaan kepada debitur ini, disamping debitur sebagai subjek pembiayaan, subjek yang
memberikan pembiayaan adalah sebagai berikut:
 Pihak Lembaga Pembiayaan
 Bank
 Perusahaan Swasta
 Masyarakat

E. Model Pembiayaan
Pembiayaan tersebut banyak modelnya, diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut:
1. Model pembiayaan lewat lembaga pembiayaan
a. Sewa Guna Usaha (Leasing)
Istilah leasing sebenarnya berasal dari kata lease yang berarti sewa-menyewa.
Karena memang dasarnya leasing adalah sewa-menyewa. Jadi leasing merupakan
suatu bentuk derivative dari sewa-menyewa. Tetapi kemudian dalam dunia bisnis
berkembanglah sewa-menyewa dalam bentuk khusus yang disebut leasing itu atau
kadang-kadang disebut sebagai lease saja, dan telah berubah fungsinya menjadi salah
satu jenis pembiayaan. Dalam bahasa Indonesia leasing sering diistilahkan dengan
‘sewa guna usaha’.
Dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Menteri Perindustrian dan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. KEP-122/MK/2/1974,
No.32/M/SK/2/1974, No.30/Kpb/I/1974 tentang perizinan usaha leasing ditentukan
bahwa yang dimaksud dengan leasing adalah :
“Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-
barang modal untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara
berkala disertai dengan hak pilih (opsi) dari perusahaan tersebut untuk membeli
barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu
berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.”
Keputusan Menteri Keuangan RI No.1169/KMK.01/1991 tentang kegiatan sewa
guna usaha (leasing), yang dimaksud dengan leasing adalah :
“Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun
sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk diperguanakan oleh lease
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.”
Unsur – unsur yuridis dari suatu leasing adalah sebagai berikut :
a) Suatu pembiayaan perusahaan
Awal mulanya leasing memang dimaksudkan sebagai usaha memberikan
kemudahan pembiayaan kepada perusahaan tertentu yang memerlukannya. Tetapi
dalam perkembangannya, bahkan leasing dapat juga diberikan kepada individu
dengan peruntukan barang belum tentu untuk kegiatan usaha.
b) Penyediaan barang modal
Barang modal adalah setiap aktiva tetap yang berwujud termasuk tanah
sepanjang diatas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan(plant), dana
tanah serta aktiva dimaksud merupakan satu kesatuan kepemilikan, yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun dan digunakan secara langsung untuk
menghasilkan atau meningkatkan ataupun memperlancar produksi barang atau
jasa oleh lessee.
c) Keterbatasan waktu
Jangka waktu leasing ditetapkan dalam tiga kategori (Keputusan Menteri
Keuangan No. 1169/KMK.01/1991) :
 Jangka singkat : minimal 2 tahun, dan berlaku bagi barang modal golongan 1
 Jangka menengah : minimal 3 tahun, dan berlaku bagi barang modal
golongan golongan II dan III
 Jangka panjang : minimal 7 tahun, dan berlaku bagi golongan bangunan.
Penggolongan barang modal kepada golongan I, II, dan III tersebut sesuai
penggolongan dalam Undang-undang Pajak Penghasilan.

d) Pembayaran kembali secara berkala.


Karena lessor telah membayar lunas harga barang modal kepada pihak
penjual/supplier, maka adalah kewajiban lessee kemudian untuk mengangsur
pembayaran kembali harga barang modal kepada lessor. Besarnya dan lamanya
angsuran sesuai dengan kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak leasing.
e) Hak opsi untuk membeli barang modal
Di ahkir masa leasing, diberikan hak (bukan kewajiban) kepada lessee untuk
apakah membeli barang modal tersebut dengan harga yang telah terlebih dahulu
ditetapkan dalam kontrak leasing yang bersangkutan. Ataupun memperpanjang
kontrak leasing yang bersangkutan. Sungguhpun diakui pula bahwa tidak semua
jenis leasing memberikan hak opsi ini melainkan harus menyerahkan kembali
barang modal tersebut kepada pihak lessornya di ahkir masa leasing.
f) Nilai sisa (Residu)
Nilai sisa merupakan besarnya jumlah uang yang harus dibayar kembali
kepada lessor oleh lessee di ahkir masa berlakunya leasing atau pada saat lessee
mempunyai hak opsi. Nilai sisa biasanya sudah terlebih dahulu ditentukan
bersama dalam kontrak leasing. Leasing tersebut banyak jenisnya, tetapi jenis –
jenisnya yang terpenting adalah sebagai berikut :
 Operating leasing
Merupakan leasing dimana di akhir masa leasing tidak diberikan hak pilih
atau opsi bagi lessee untuk membeli barang leasing tersebut.
 Financial leasing
Merupakan leasing dimana di akhir masa leasing diberikan hak pilih (opsi)
bagi lessee untuk memiliki barang modal tersebut dengan jalan membelinya
dengan harga yang ditetapkan bersama.
 Sale and lease back
Merupakan jenis leasing dimana barang modal berasal dari lessee sendiri,
kemudian barang tersebut dijual kepada lessor (pemberi dana) dan
selanjutnya lessor menyewakan barang tersebut kepada lessee kembali,
yang biasanya digunakan financial leasing.
b. Anjak Piutang
Yang dimaksud dengan anjak piutang adalah pembiayaan jangka pendek tanpa
kolateral, pembiayaan dilakukan dalam bentuk pembelian/pengalihan pengambilalihan
serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari suatu perusahaan, tagihan
berasal dari transaksi perdagangan dalam negeri atau luar negeri.
Yang menjadi dasar hukum bagi factoring adalah kontrak factoring itu sendiri
adalah asas kebebasan berkontrak. Selanjutnya, terdapat berbagai perundang-undangan
tentang factoring dan pengaturan tentang pengalihan piutang (cessie) dalam KUH
Perdata, dan perundang undangan di bidang keuangan dan pembiayaan.
Yang menjadi elemen-elemen yuridis dari factoring adalah sebagai berikut :
1. Pihak perusahaan faktor, yakni merupakan pihak pemberi jasa factoring, dan
bertindak sebagai pihak pemberi piutang.
2. Pihak klien, merupakan pihak yang mempunyai piutang/tagihan yang akan dijual
kepada pihak perusahaan faktor.
3. Pihak customer, merupakan pihak debitur yang berhutang kepada pihak klien, untuk
selanjutnya dia akan membayar hutangnya kepada pihak perusahaan faktor.
4. Adanya piutang/tagihan, dalam hal ini piutang dagang berasal dari tagihan dari
dalam atau luar negri yang dengan adanya factoring piutang tersebut dialihkan oleh
pihak klien kepada perusahaan factor. Piutang-piutang dagang yang dialihkan
tersebut, misalnya piutang yang terbit dari invoice-invoice dagang atau surat
berharga yang belum jatuh tempo, piutang yang terbit dari suatu proses pengiriman
barang, dan lain-lain.
5. Adanya pengalihan piutang, dalam hal ini pitang dialihkan dari pihak klien kepada
pihak customer. Karena tersangkut dengan suatu proses pengalihan piutang, maka
ketentuan hukum tentang pengalihan piutang yang disebut dengan cessie berlaku
untuk factoring. Ketentuan tentang cessie tersebut terdapat dalam kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang antara lain mensyaratkan bahwa suatu cessie haruslah
dibuat dalam bentuk akta cessie. Syarat lain adalah bahwa suatu cessie haruslah
diberitahukan kepada pihak debitur, dalam hal factoring disebut dengan customer.
Factoring banyak jenisnya, tetapi jenis-jenisnya yang terpenting adalah sebagai
berikut :
1) Resource Factoring (factoring dimana setelah transaksi factoring terjadi, pihak klien
masih bertanggung jawab).
2) Non-Resources Factoring (factoring dimana setelah transaksi factoring terjadi, pihak
kllien bertanggung jaawab lagi).
3) Domestic Factoring (factoring semua pihak berada dalam satu negara).
4) Internatioanl Factoring (factoring dimana pihak customernya berada di luar negri).
5) Factoring dengan Account Receivable (factoring dimana yang dialihkan adalah
bukti tagihan berupa invoice dagang (account receivables)
6) Factoring dengan Promissory Notes (factoring dimana pihak customer
mengeluarkan kepada klien promissory notes atas hutang-hutangnya, dan selanjutnya
promissory notes tersebut di endorse oleh klien kepada perusahaan faktor)

c. Modal Ventura (Venture Capital)


Yang dimaksud dengan modal ventura adalah suatu pembiayaan oleh perusahaan
modal ventura (investor) dalam bentuk penyertaan modal kedalam suatu perusahaan
yang menerima bantuan pembiayaan (perusahaan pasangan usaha) untuk jangka waktu
tertentu, dimana setelah jangka waktu tersebut lewat, pihak investor akan melakukan
divestasi atas saham-sahamnya itu.
Posisi dari kegiatan modal ventura ini cukup unik karena pembiayaan dengan
sistem modal ventura ini mempunyai fungsi yang multidimensi, yaitu sebagai berikut:
 Sebagai lembaga finansial.
 Sebagai corporate institution, karena adanya penyertaan equity
 Sebagai lembaga penolong usaha lemah
Banyak perusahaan besar, yang menjadi besar karena adanya bantuan dana
berupa modal ventura ini. Sebut saja misal seperti Apple computer, MTV, Microsoft,
KFC,dll. Di Indonesia yang menjadi dasar hukum bagi suatu transaksi modal ventura
adalah sebagai berikut:
 Berupa kebebasan berkontrak, yang termuat dalam kontrak model ventura.
 Perseroan berupa perundang-undangan tentang perseroan terbatas.
 Berupa perundang-undangan dibidang keuangan dan pembiayaan.
Adapun yang merupakan karakteristik yuridis dari modal ventura adalah sebagai
berikut:
1) Pembiayaan Modal Ventura adalah Equity, bentuk pembiayaan yang dilakukan
oleh perusahaan modal ventura adalah dengan penyertaan modal langsung pada
perusahaan pasangan usaha.
2) Modal Ventura Merupakan Investai Jangka Panjang, perusahaan modal ventura
tidak mengharapkan perolehan keuntungan dengan memperdagangkan sahamnya
dalam jangka pendek, namun mengharapkan capital gain setelah jangka waktu
tertentu.
3) Modal Ventura Merupakan Pembiayaan yang Sifatnya Risk Capital, modal
ventura beresiko tinggi karena pembiayaannya tidak disertai dengan jaminan
seperti halnya dengan kredit perbankan. Namun, risiko tinggi tersebut diimbangi
dengan harapan mendapatkan return yang lebih besar.
4) Modal Ventura Sifatnya Sementara, meskipun pembiayaan modal ventura berupa
penyertaan saham, namun ada prinsipnya tetap bersifat sementara yaitu misalnya
ketentuan jangka waktu penyertaan modal ventura di Indonesia maksimun 10
tahun
5) Keuntungan Berupa Capital Gain dan Deviden, keuntungan yang diharapakan
diperoleh perusahaan modal ventura terutama capital gain atau apresiasi nilai
saham di samping deviden.
6) Rate Of Return yang tinggi, bidang usaha yang umunya dibiayai oleh modal
ventura adalah yang bersifat terobosan-terobosan baru yang menjanjikan
keuntungan yang tinggi.

d. Pembiayaan Konsumen
Model pembiayaan konsumen merupakan kegiatan penyediaan dana bagi
konsumen oleh perusahaan pembiayaan untuk membeli barang – barang konsumsi
yang pembiayaannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen. Jaminan
hutang dari pembiayaan konsumen ini adalah barang konsumen yang menjadi obyek
pembiayaan konsumen tersebut biasanya dalam bentuk fidusia. Pihak yang terlibat
dalam transaksi pembiayaan konsumen adalah:
 Pihak kreditur (perusahaan pembiayaan)
 Pihak konsumen (debitur)
 Pihak supplier (yang menyediakan barang)

Apabila kegiatan ini dilakukan oleh bank maka bentuk pinjaman yang mirip
dengan pembiayaan konsumen disebut dengan kredit konsumsi, sehingga dasar
hukum bagi kredit berlaku juga bagi pembiayaan konsumen, minus ketentuan
tentang perbankan tetapi ditambah dengan ketentuan – ketentuan tentang keuangan
dan pembiayaan.

e. Pembiaayaan dengan Kartu Kredit


Kartu kredit merupakan suatu kartu yang umunya dibuat dari bahan plastik,
dengan dibubuhkan identitas dari pemegang dan penerbitnya, yang memberikan hak
terhadap siapa kartu kredit tersebut diisukan untuk menandatangani tanda pelunasan
pembayaran harga dari jasa atu barang yang dibeli ditempat tertentu, seperti toko,
hotel, restoran, dll. Selanjutnya, membebankan kewajiban kepada pihak penerbit kartu
kredit untuk melunasi harga barang/jasa tersebut ketika ditagih oleh pihak penjual
barang dan jasa.
Kemudian pihak penerbitnya diberikan hak untuk menagih kembali pelunasan
harga tersebut dari pemegang pihak kartu kredit plus biaya – biaya lainnya, seperti
bunga, biaya tahunan, uang pangkal, dll.
Para pihak yang terlibat dalam proses transaksi dengan kartu kredit ini adalah
sebagai berikut:
 Penerbit (bank/lembaga pembiayaan)
 Pemegang kartu kredit
 Penjual barang/Jasa
 Perantara, berupa perantara penagihan (antara penjual dengan penerbit) dan
perantara pembayaran (antara pemegang dan penerbit).

Ada 2 macam kartu kredit, yaitu sebagai berikut:

 Kartu kredit, dengan sistem pembayaran secara cicilan (meskipun dapat dibayar
lunas).
 Kartu pembayaran lunas, dengan sistem pembayaran lunas ketika ditagih.

Sedangkan yang menjadi dasar hukum bagi pembiayaan dengan kartu kredit ini
adalah kontrak kartu kredit (biasanya hanya berbentuk pengisian formulir)
berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Selanjutnya, terdapat berbagai perundang-
undangan tentang perkreditan dan hutang-piutang dalam KUH Perdata, dan
perundang-undangan di bidang keuangan dan pembiayaan.

2. Model Pembiayaan Lewat Pasar Modal


Pembiayaan lewat pasar modal merupakan usaha untuk mendaptkan “dana murah”,
khususnya jika yang ditawarkan tersebut adalah saham, yang tidak perlu dinayar kembali
harganya oleh penerima dana. Hal ini berbeda dengan hutang misalnya, yang memang
harus dibayar kembali pada waktu yang diperjanjikan.
Disamping itu, selain dari menjual saham, juga yang menjadi sumber dana bagi
perseroan adalah dengan menjual bebrapa jenis surat berharga lain (selain saham) melalui
pasar modal, yaitu surat-surat berharga sebagai berikut:
 Surat Pengakuan Hutang
 Surat Berharga Komersil
 Obligasi
 Tanda Bukti Hutang
 Unit Penyertaan Kontrak
 Kontrak Berjangka Atas Efek
 Setiap derevatif dari efek, seperti bukti right, warran, dan opsi
 Efek beragun aset
 Sertifikat penitipan efek indonesia.

Jual beli surat berharga pasar modal tersebut dilakukan melalui pasar- pasar yang
tersedia, yang disebut dengan bursa efek. Ditingkat Nasional ada Bursa Efek Jakarta
(BEJ), misalnya sedangkan di tingkat internasinal ada bursa saham seperti Wall Street di
New York.

3. Model pembiayaan Lewat Pendanaan Langsung


Model pembiyaan lewat pendanaan langsung merupakan proses penjualan efek-
efek (surat berharga) baru atau dalam menyelenggarakan suatu pinjaman berjangka
panjang, pengeluaran efek mana dijual secara langsungkepada investor, tanpa melalui
pasar modal, pasar saham, dengan mekanisme tidak melalui suatu penawaran umum.
Efek yang dijual melalui mekanisme privat placement dapat berupa efek apa saja, seperti
saham, obligasi konvesi, commercial paper, dll. Yang menjadi dasar hukum bagi
pembiayaan lewat privat placement adalah sebagai berikut:
a. Asas kebebasan berkontrak dalam KUH Perdata
b. UU Perseroan terbatas, karena yang menerbitkannya adalah perseroan terbatas.
c. Ketentuan perbankan.
d. KUH Dagang tentang surat-surat berharga.
e. Perundang-undangan tentang jaminan hutang jika dalam transaksi terlibat
penjaminan.
f. Perundang-undangan tentang penanaman modal asing, jika menyangkut dengan
perusahaan asing atau perusahaan penanaman modal asing.

4. Model pembiayaan Lewat Pasar Uang


Yang dimaksud dengan pasar uang adalah suatu pasar finansial dimana instrumen
kredit jangka pendek yang umumnya berkualitas tingg diperjualbelikan, yang dilakukan
oleh pelaku-pelaku pasar uang (seperti bank, broker, dealer, penukar uang, dll). Meskipun
pasar uang dapat berfungsi sebagai mekanisme untuk menetapkan tingkat suku bunga
jangka pendek yang lazim berlaku melalui mekanisme pinjaman atau imbangan
permintaan dan penawaran akan dana-dana dipasar uang tersebut.
Adapun yang menjadi dasar hukum bagi pembayaran lewat pasar uang adalah
sebagai berikut:
 Asas kebebasan berkontrak dalam KUH Perdata
 Ketentuan perbankan
 KUH Dagang tentang surat- surat berharga
 Perundang-undangan tentang pembiayaan dan keuangan.

Adapun yang merupakan instrumen-instrumen (surat berharga) yang di


perjualbelikan di pasar uang Indonesia adalah sebagai berikut:

 Sertifikat Bank Indonesia


 Surat Berharga Pasar Uang
 Sertifikat Deposito
 Commercial Paper
 Call Money
 Repurchase Agreement
 Banker’s Acceptance
 Promissory Notes

5. Model Pembiayaan Proyek


Pembiayaan proyek merupakan suatu model pembiayaan, tegasnya suatu pinjaman
yang cukup rumit, biasanya berbentuk sindikasi, dimana dana dari kredit tersebut
dipergunkan untuk membangun suatu proyek dari debitur, khususnya proyek-proyek
besar, yang mendatangkan hasil revenue yang besar pula. Pembiayaan proyek tersebut
pada prinsipnya tanpa suatu jaminan hutang tambahan, tetapi proyek tersebut menjadi
jaminan hutang dimana pengembalian hutang dilakukan dari hasil revenue yang
dihasilkan oleh proyek yang bersangkutan.
Ciri-ciri yuridis dari model pembiayaan proyek adalah sebagai berikut:
a. Dipergunkan untuk proyek berskala besar, seperti proyek power plant, refinery,
infrastruktur, transportasi, dll.
b. Sering di biayai oleh dana sindikasi kreditur.
c. Pengembalian pinjaman diambil dari hasil revenue proyek tersebut.
d. Tidak ada jaminan hutang, kecuali proyek itu sendiri.
e. Sering kali melibatkan struktur pembiayaan yang kompleks.
Adapun yang menjadi dasar hukum terhadap suatu pembiayaan proyek adalah
sebagai berikut:

 Asas kebebasan berkontrak dalam KUH Perdata.


 Ketentuan perbankan.
 Perundang-undangan tentang pembiayaan dan keuangan
 Perundang-undangan di bidang pemborongan pekerjaan
 Perundang-undangan di bidang natural resources, pertambangan, perminyakan, dll.

6. Model Pembiayaan Dagang dan Ekspor-Impor


Model pembiayaan dagang dan ekspor impor adalah pembiayaan yang ditujukan
untuk membiayai perdagangan termasuk juga membiayai perdagangan dengan jalan
ekspor impor.
Pada prinsipnya metode pembiayaan terhadap perdagangan dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Pemberian Pinjaman Bank untuk Kegiatan Perdagangan
Dalam hal ini dilakukan seperti dalam hal pinjaman bank biasa, karena itu
berlaku dasar hukum seperti yang berlaku untuk kredit biasa ditambah dengan
perundang-undangan di bidang ekspor-impor.
b. Pemberian Letter of Credit (L/C)
Pembayaran terlebih dahulu dengan memakai sistem L/C juga merupakan satu
model pembiayaan. Yang dimaksud dengan L/C adalah suatu kontrak, dengan mana
suatu bank bertindak atas permintaan dan perintah dari seorang nasabah (pemohon
L/C) yang berkedudukan sebagai importir untuk melakukan pembayaran kepada
pihak pengekspor atau pihak ketiga atau membayar atau mengaksep wesel-wesel
yang ditarik oleh beneficary atau memberi kuasa kepada bank lain untuk
melakukan pembayaran, atau untuk mengaksep atau mengambil alih wesel-wesel
tersebut, atas dasar penyerahan dokumen tertentu yang telah sebelumnya
ditentukan, asalkan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

F. Lembaga Pembiayaan dan Kredit


1. Perusahaan Sewa Guna Usaha
Perusahaan-perusahaan diseluruh dunia menggunakan sewa guna usaha atau leasing
ini untuk mendanai kendaraan, mesin, dan peralatan. Di negara-negara maju, pada umumnya
investasi pribadi satu pertiganya dibiayai dengan leasing. Saat ini, negara berkembangpun
sudah mulai menunjukkan pertumbuhan yang baik terkait pemanfaatan leasing.
Secara umum leasing dapat diartikan sebagai perjanjian antara lessor (perusahaan
leasing) dengan lessee (nasabah) dimana pihak lessor menyediakan barang dengan hak
penggunaan oleh lessee sebagai imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.
Dalam praktiknya transaksi keuangan perusahaan leasing dibagi dalam beberapa bentuk:
a. Direct Finance Leasse, di dalam transaksi ini pihak lessor membeli barang modal
atas permintaan lessee sekaligus menyewakan barang tersebut kepada lessee. Lessee
dapat menentukan sendiri spesifikasi barang yang diinginkan termasuk harga dan
suppliernya. Oleh karenanya dalam kasus ini, pihak lessor hanya memenuhi
permintaan dan kebutuhan dari lessee saja.
b. Sales and Lease Back, proses ini dilakukan dimana pihak lessee menjual barang
modal kepada lessor untuk dilakukan kontrak sewa guna usaha. Metode ini biasanya
dimanfaatkan guna menambah modal kerja lease. Sedangkan dalam operating lease
dimana pihak lessor sengaja membeli barang modal untuk kemudian dileasekan
kapada pihak lease. Biaya yang dikenakan adalah biaya keluaran guna memperoleh
barang yang dibutuhkan oleh lessee berikut bunganya.

Ada banyak sekali contoh perusahaan sewa guna usaha atau leasing di Indonesia yang
terdaftar di OJK, diantaranya: Adira Finance, BCA Finance, BFI Finance, FIF, WOM, Otto
Summit, Aditama Finance, dan sebagainya adalah contoh perusahan leasing konvensional.
Kemudian untuk perusahaan leasing syariah di Indonesia diantaranya adalah: Al Ijarah
Indonesia Finance, Amanah Finance, dan Citra Tirta Mulia.

2. Perusahaan Anjak Piutang


Sebuah perusahaan anjak piutang mendapatkan modal atau pembiayaan dari kegiatan
pengelolaan, pembelian dan pengambil alihan piutang dari sebuah perusahaan. Setidaknya
ada empat perusahaan anjak pituang baik multinasional maupun lokal yang masih aktif di
Indonesia, yaitu:
a. Aditama Finance, merupakan sebuah perusahaan pembiayaan yang hadir menawarkan
produknya berupa solusi anjak piutang dan sewa guna usaha atau finance lease.
b. SG Finance, perusahaan ini awalnya hanya melayani pembiayaan atau modal dana
pada alat berat dan truk untuk dana di sector perkebunan, infrastruktur, dan di sector
pertambangan. Saat ini SG Finance berkembang menjadi perusahaan anjak piutang
dan consumer finance.
c. PT IFS Capital Indonesia, memberikan penyediaan jasa di bidang leasing untuk
berbagai usaha kecil dan menengah di Indonesia, dan juga di bidang anjak piutang.
IFSI kini telah menyediakan jasa bagi para importir dan eksportir di Indonesia.
d. PT Tifa Finance, perusahaan ini berkfokus dan bergerak pada bidang sewa guna usaha,
anjak piutang, dan pembiayaan konsumen.

3. Perusahaan Pembiayaan Konsumen


Perusahaan pembiayaan konsumen sebenarnya hampir sama sistem dan kegiatan
usahanya dengan perusahaan leasing, yang membedakan ialah jika perusahaan leasing
mereka berfokus pada penyediaan barang modal sedangkan perusahaan pembiayaan
konsumen penyediaan barangnya bergantung pada kebutuhan dan keinginan konsumen dan
bukan hanya barang modal. Contoh perusahaan yang berfokus pada pembiayaan konsumen
dengan penyediaan barang-barang elektronik maupun kebutuhan rumah tangga yang dibayar
secara kredit dan angsuran adalah PT Adira Quantum Multifinance.

4. Perusahaan Penerbit Kartu Kredit


Kartu kredit nampaknya sudah menjadi kartu wajib yang harus dimiliki oleh sebagain
masyarakat Indonesia saat ini, hal ini disebabkan karena kartu kredit menjadi alternatif
pembayaran yang cashless sehingga pengguna tidak perlu membawa uang tunai dalam
jumlah banyak ketika bepergian atau berbelanja. Ada banyak sekali perusahaan-perusahaan
dan lembaga-lembaga yang sudah menerbitkan kartu kredit. Setidaknya ada sekitar 20 bank
penerbit kartu kredit di Indonesia, diantaranya yaitu:
BCA yang saat ini telah mengeluarkan sekitar 17 jenis kartu kredit yang dibedakan
berdasarkan jumlah limit, fungsi, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya.
Bank Mandiri, saat ini Bank Mandiri telah menerbitkan 15 jenis kartu kredit yang dibedakan
berdasarkan limit, jaringan kartu (Visa atau Mastercard), dan fungsi yang dapat disesuaikan
dengan penggunanya mulai dari kelas pemula hingga professional, dan bank-bank lainnya
dengan jenis kartu kreditnya masing-masing.

5. Perusahaan Modal Ventura


Perusahaan modal ventura tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pembiayaan yang
membantu dalam kesiapan dana dan modal, namun juga mencakup dalam perihal bantuan
manajemen perusahaan. Setidaknya ada lima contoh perusahaan ventura yang masih aktif di
Indonesia, yaitu:
a. CyberAgent Venture, merupakan perusahaan modal ventura yang berasal dari Jepang.
CyberAgent Venture bersama dengan east ventures bekontribusi terhadap tokopedia.
b. 500 Startups, perusahaan 500 Startups sudah berkembang di Indonesia sejak tahun 2013
dan menjadi salah satu investor di Bukalapak. 500 Startups didirikan oleh orang-orang
ternama seperti para staff facebook, paypal, dan google.
c. East Ventures, perusahaan ini merupakan perusahaan modal ventura pertama di
Indonesia yang didirikan sejak tahun 2010.
d. IMJ, IMJ merupakan salah satu perusahaan modal ventura yang memberikan bantuan
modal kepada para startup. Selain itu, IMJ juga memberikan bantuan di bidang jasa
akses internet, relasi pengembangan bisnis, dan pengembangan produk.
e. Fenox Venture Capital, perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan modal ventura
yang cukup terkenal di kalangannya. Calon partner mereka akan terhubung langsung
dengan perusahaan yang ada di Jepang dan di Silicon Valley, hal ini akan sangat
membantu pertumbuhan dari perusahaan partner dan akan menentukan perbedaan
perusahaan kecil, menengah, dan besar.

6. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur


Perusahaan pembiayaan infrastruktur yang ada di Indonesia salah satunya adalah PT
Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (PT SMI), perusahaan ini merupakan BUMN dengan
kepemilikan saham 100% milik Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Keuangan
Republik Indonesia. PT SMI ini telah didirikan sejak 26 Februari 2009.
PT SMI memainkan peranan aktif dalam memfasilitasi pembiayaan infrastruktur di
Indonesia, diantaranya melakukan kegiatan pengembangan proyek dan melayani jasa
konsultasi untuk seluruh proyek yang tersebar di seluruh Indonesia. PT SMI membawa tugas
guna mendukung agenda pembangunan infrastruktur pemerintah Indonesia melalui
kemintraan dengan lembaga-lembaga keuangan swasta dan/atau multilateral. Dengan
demikian PT SMI ini berfungsi sebagai katalis dalam percepatan pembangunan infrastruktur
di Indonesia.
BAB III
KESIMPULAN

Kredit adalah kepercayaan seorang kreditur kepada debitur untuk menyalurkan barang atau
jasa yang disalurkan pada debitur sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Dalam menyalurkan kredit, seorang kreditur tidak dengan mudah mempercayakannya kepada
seorang debitur, harus ada beberapa hal yang harus dilewati debitur, hal ini demi menjaga saling
kepercayaan juga berpengaruh terhadap kreditur itu sendiri.
Disamping memberikan pinjaman dalam bentuk kredit kepada debitur, mungkin juga
diberikan dana atau barang lainnya kepada debitur dalam bentuk pembiayaan. Lembaga-lembaga
pembiayaan ini dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk: giro,
deposito, serta tabungan.
DAFTAR PUSTAKA

Tambunan, Tomy Wilson. R.G. 2019. Hukum Bisnis. Jakarta: Penerbit Pernamedia Group
Fuady, Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis:Menata Bisnis Modern di Era Global. Bandung:
Penerbit Citra Aditya
https://www.kreditpedia.net/jaminan-atau-agunan-kredit/
http://belajartanpabuku.blogspot.com/2013/03/kebijaksanaan-perkreditan_2.html

Anda mungkin juga menyukai