KONSEP KREDIT
Disusun oleh :
Alhamdulillah, Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kami, sehingga berkat Karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Bank. Penulis menyadari bahwa selama proses dan penyusunan makalah ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Makalah yang ada dihadapan pembaca bukanlah karya yang sempurna, karena memiliki
kekurangan baik dalam hal teknik penulisan maupun dalam sistematika, sehingga saran dan
kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan dan kemajuan makalah
ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca
umumnya. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Kredit?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui semua masalah tentang Perkreditan
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kredit
Kredit adalah pemberian penggunaan suatu uang atau barang kepada orang
lain di waktu yang tertentu dengan jaminan atau tidak dengan jaminan, dengan
pemberian jasa atau bunga atau tanpa bunga.Kredit dalam arti ekonomi yang
sederhana yaitu penundaan pembayaran. Artinya, barang atau uang yang diterima
sekarang dikembalikan pada masa yang akan datang. Istilah kredit berasal dari
bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan dan kepercayaanlah yang
terkandung dalam perkreditan si pemberi dan penerima kredit.
1. Anwar
Menurut Anwar mengungkapkan bahwa kredit ialah suatu pemberian prestasi
(jasa) dari pihak yang satu kepada pihak lain dan prestasinya akan dikembalikan
lagi dalam jangka waktu tertentu dan uang sebagai kontraprestasinya (balas jasa).
2. Hasibuan
Menurut Hasibuan mengungkapkan bahwa kredit adalah semua jenis pinjaman
yang harus dibayar bersama bunganya oleh sih peminjam seperti perjanjian yang
sudah disepakati bersama.
2
B. Sasaran dan Tujuan Kredit
Kasmir dalam buku yang sama (2002:105), memberi defenisi bahwa pemberian
kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tergantung pada
tujuan bank itu sendiri. Dalam prakteknya tujuan pemberian kredit adalah sebagai
berikut:
1. Mencari Keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan, hasil
keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima bank sebagai balas
jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
3. Membantu Pemerintah
Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi
pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak bank semakin baik,
mengingat semakin semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam
rangka peningkatan pembangunan diberbagai sektor terutama sektor rill.
3
3. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, bahwa sebahagian besar yang
disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa
yang beredar dimasyarakat, sehingga masyarakat memiliki banyak pilihan.
4. Menghemat devisa, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya
diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan
fasilitas kredit yang ada, jelas akan dapat menghemat devisa negara.
5. Meningkatkan devisa negara apabila kredit yang dibiayai adalah keperluan
ekspor.
C. Prinsip Perkreditan
4
kreditnya. Analisis kemampuan membayar bank melakukan analisis mengenai
jumlah penjualan,tingkat keuntungan,arus kas, dan lain-lain terhadap calon
debitur yang akan dibiayai.
3. Capital (Modal)
Modal mencerminkan besarnya porsi cover resiko yang ikut ditanggung
calon debitur terhadap proyek yang akan dibiayai.
4. Collateral (Agunan)
Agunan merupakan jaminan tambahan yang dipersyaratkan bank sebagai
alat terakhir bila terjadi masalah dengan kredit yang diberikan. Agunan dapat
berupa agunan fisik maupun non-fisik
5. Condition (Kondisi ekonomi dan usaha)
Kondisi ekonomi mencerminkan keadaan dan prospek yang lingkungan
mikro dan makro yang dihadapi oleh calon debitur. Perhatian pada lingkungan
mikro dan makro berguna bagi bank untuk memperkirakan prospek usaha
dikemudian hari.
D. Sistem Perkreditan
5
membutuhkan pabrik, sehingga diperlukan dana pendirian bangunan dan modal
usaha.
E. Perencanaan Kredit
6
2. Untuk mengantisipasi terjadinya perubahan perencanaan yang di akibatkan
oleh terjadinya perubahan didalam tubuh bank atau perubahan yang terjadi di
luar bank seperti politik, kebijakan bank, dan lain sebagainya.
3. Perencanaan kredit juga dapat berfungsi sebagai pedoman dalam penentuan
pemberian kredit sehingga terhindar dari spekulasi yang mengandung resilko
kerugian.
4. Perencanaan kredit berfungsi sebagai pedoman pemberian kredit sesuai
dengan segmen pasar, misalnya jika kondisi pasar sedang baik maka strategi
apa yang perlu dilakukan dan sebaliknya.
1. Objektif
2. Fleksibel
3. Lengkap dan Detail
4. Memudahkan Pengawasan Kredit
5. Mengandung resiko
Dengan kata lain penyusunan perencanaan kredit adalah sebuah program untuk
mencapai tujuan bank dalam perencanaan kredit.
7
F. Pendekatan dalam Pereancanaan Kredit
8
Beberapa model ketentuan moneter di bidang perkreditan yang dapat terjadi dan
cara-cara pemanfaatan dapat diberikan ilustrasi sebagai berikut.
Pemberian kredit ke sektor-sektor ekonomi yang diprioritaskan akan dapat
memberikan manfaat bagi bank komersil.
Dalam rangka pembentukan modal tetap domestik , akan tampak dalam
pemberian kredit investasi dengan suku bunga rendah. Dalam rangka
perbaikan neraca pembayaran manifestasi dengan mendorong ekspor melalui
kredit produksi barang ekspor atau produksi substitusi batang impor dengan
suku bunga kedit rendah.
Dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan perbaikan distribusi
pendapatan, pemberian kredit diarahkan kepada perusahaan –perusahaan yang
padat karya.
Dalam rangka pengembangan usaha golongan ekonomi lemah, arah
pemberian kredit ditujukan kepada pengusaha kecil.
9
Teknik Marginal Pricing
Suku bunga kredit ditetapkan atas dasar marginal cost. Konsep ini sangat
cocok dalam kebijakan penetapan suku bunga kredit untuk jangka pendek,
terutama untuk menghadapi tingkat persaingan yang sangat ketat, sebagai
upaya merebut minat calon nasabah.
10
penjualan perusahaan cukup untuk menutupi pengeluaran bisnisnya. Break-even
point yang biasanya dalam bahasa Indonesia disebut dengan “Titik Impas” ini
biasanya membandingkan jumlah pendapatan atau jumlah unit yang harus dijual
untuk dapat menutupi biaya tetap dan biaya variabel terkait dalam menghasilkan
suatu penjualan. Dengan kata lain, Titik Impas atau Break Even Point adalah titik
dimana suatu bisnis tidak mengalami kerugian dan juga tidak memperoleh
keuntungan.
2. Metode Statiska
Metode statistika adalah bagaimana cara-cara mengumpulkan data atau fakta,
mengolah, menyajikan, dan menganalisa, penarikan kesimpulan serta pembuatan
keputusan yang cukup beralasan berdasarkan fakta dan penganalisaan yang
dilakukan.
11
4. Metode Linear Programing
Linear programming adalah suatu teknis matematika yang dirancang untuk
membantu manajer dalam merencanakan dan membuat keputusan dalain
mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan perusahaan.
1. Cost of Loanable Fund (COLF) adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan atas dana yang dihimpun, seperti simpanan dan simpanan berjangka
serta pinjaman yang diterima.
2. Overhead Cost (OHC) adalah biaya-biaya tetap yang timbul dan jumlahnya
tidak tergantung pada jumlah dan jenis dana yang dihimpun. Contoh overhead
cost adalah: biaya gaji/ upah,biaya penyusutan, biaya listrik, air dan telepon, dan
sebagainya.
12
I. Metode Penghitungan Angsuran Bunga Kredit
1. Effective Rate atau Pembayaran Anuitas yaitu yang jumlah angsuran bunga
akan menurun dan jumlah angsuran pokok akan meningkat pada setiap
periode pembayaran selama angsuran kredit.
2. Sliding Rate yaitu jumlah angsuran pokok yang tetap dan angsuran bunga
yang menurun pada setiap periode pembayaran selama angsuran kredit.
3. Flat Rate yaitu angsuran pokok dan bunga yang tetap pada setiap periode
pembayaran selama angsuran kredit.
4. Floating rate yaitu angsuran yang penentuan tingkat suku bunga berdasarkan
tingkat suku bunga pada pasar uang.
13
K. Kualitas Kredit
Kualitas kredit terdiri atas 5 kategori; dikenal dengan sebutan
kolektibilitas. Koletibilitas terbaik diberi angka 1: kredit lancar. Kemudian
berturut-turut koletibilitas menurun menjadi kategori: 2 (Dalam Perhatian
Khusus), 3 (Kurang Lancar), 4 (Diragukan) dan 5 (Macet). Kredit dengan
koletibilitas 1 dan 2 dikategorikan sebagai kredit lancar. Sedangkan kredit dengan
kolektibilitas 3 sampai dengan 5 dikategorikan sebagai kredit bermasalah
atau Non-Performing Loan (NPL).
Kriteria menempatkan suatu kredit pada suatu kolektibilitas cukup
kompleks. Berdasarkan POJK No. 40 Tahun 2019, penilaian kolektibilitas kredit
dilakukan dengan mengacu pada tiga faktor: prospek usaha, kinerja debitur dan
kemampuan membayar. Pengaturan POJK ini telah mengadosi standar akuntansi
internasional (IFRS 9) yang ditranslasikan ke standar nasional via PSAK 71.
Kolektibilitas kredit menunjukkan risiko kredit dari dimensi probabilitas:
kemungkinan macet. Sedangkan Loss Given Default (LGD) menunjukkan besaran
risiko dari dimensi dampak. Diatas buku suatu kredit dapat saja dinilai Rp. 100
tetapi jika macet, sangat mungkin nilainya jauh dibawah itu. Data Bank
Dunia, Ease of Doing Business (2020) menunjukkan bahwa rata-rata LGD bagi
kreditur pada event kebangkrutan adalah sebesar 34.5%. Setiap Rp. 100 kredit
yang dikucurkan, bankir tersebut harus “siap” kehilangan Rp. 34.5 jika kredit
tersebut macet. Hal ini bisa terjadi karena berbagai sebab seperti pengikatan
agunan yang kurang baik, fraud dan permasalahan hukum.
Perkalian dimensi probabilitas dan besaran dampak risiko kredit
disebut Expected Loss; digunakan bank untuk membentuk pencadangan terhadap
penurunan kualitas aset kredit. Jumlah ini yang harus sudah dicadangkan pada
modal; dan menjadi salah satu elemen penilaian kesehatan bank. Semakin tinggi
pencadangan, berarti makin baik pengelolaan manajemen risiko kreditnya.
Pengaturan kualitas kredit terkini memiliki karakter forward looking. Bank
melakukan pencadangan tidak hanya berdasarkan terjadinya credit event (seperti
telat bayar cicilan). Pencadangan juga dilakukan jika terdapat informasi atau hasil
analisis yang mengindikasikan potensi gangguan yang signifikan atas kemampuan
14
membayar debitur kedepan. Hal ini dapat bersumber dari berbagai hal seperti
prospek penjualan, dispute dengan supplier, resign nya pejabat kunci
serta strike pegawai.
L. Restrukturalisasi Kredit
Ketika kreditur menghadapi masalah dalam hal pembayaran cicilan kredit,
maka pihak bank atau lembaga keuangan melakukan Restrukturisasi
Kredit.Restrukturisasi tsb antara lain dilakukan dalam bentuk[2]:
1. Penurunan suku bunga kredit;
2. Perpanjangan jangka waktu kredit;
3. Pengurangan tunggakan bunga kredit;
4. Pengurangan tunggakan pokok kredit;
5. Penambahan fasilitas kredit; dan/atau
6. Konversi kredit menjadi Penyertaan Modal Sementara.
15
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kredit/
http://pustakabakul.blogspot.com/2013/07/prinsip-prinsip-perkreditan.html
http://kumpulanmakalah94.blogspot.com/2016/02/kebijakan-dan-perencanaan-
kredit.html
http://blog.umy.ac.id/cahaya/sem2/manajemen-perbankan/perkreditan-dan-
penjaminan-kredit/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_(keuangan)
16