Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MA NOMOR

584/PDT.G/2014/PN.MDN MEMERIKSA PERKARA PERDATA KHUSUS


PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) ANTARA
FIRMA LITHA & CO, HERYANTO WIJAYA, PT. BANK NEGARA
INDONESIA (PERSERO) DAN PT. SUMBER INDO CELLULER
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 37 TAHUN 2004

Disusun Oleh :
Aditya Putra S E0016010
PARA PIHAK

■ FIRMA LITHA & CO, sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Termohon
PKPU
■ HERYANTO WIJAYA, sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon
PKPU;
■ PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk, sebagai Turut Termohon
Peninjauan Kembali I dahulu KREDITOR LAIN I;
■ PT. SUMBER INDO CELLULER, sebagai Turut Termohon Peninjauan Kembali II
dahulu KREDITOR LAIN II;
Kasus Posisi

■ Firma Litha & Co, Litha Brent, S.E. ahli waris (alm) Ribka Ruru (dalam pailit) mengajukan
gugatan renvoi prosedur kepada kurator kepailitannya atas nama Andi Arifai Aming, S.H,
dalam hal ini firma Litha & Co, Litha Brent hanya mengajukan gugatan tersebut kepada
kurator, dasar gugatannya adalah pasal 117 dan 132 ayat (1) j.o 127 ayat (1) UU kepailitan.
■ Dalam gugatannya Firma Litha & Co, Ltiha Brent, S. E menolak pengakuan utang kepada PT.
Bank Negara Indonesia selaku kreditor dalam kasus kepailitannya sebesar
RP.168.472.412.000 dan hanya megakui hutang sebesar Rp.33.523.166.456,
sebagaimana pengakuan mereka dalam permohonan, juga tidak mengakui hutang kepada
Heryanto Wijaya sebesar Rp 219.320.762, karena menurut pengakuan pemohon mereka
sudah melunasi hutang tersebut dengan mentransfer uang dengan nilai tersebut ke
rekening yang bersangkutan.
Putusan
■ Bahwa Termohon PKPU (Firma Litha & Co) telah dihukum untuk membayar utang sebesar
Rp150.219.700,00 ( seratus lima puluh juta dua ratus sembilan belas ribu tujuh ratus
Rupiah) ditambah denda sebesar 2 %, untuk setiap bulannya, selama 2 (dua) tahun,
sehingga total utang Termohon PKPU berdasarkan Putusan Mahkamah Agung No.
2051/K/Pdt/2009 tanggal 15 Januari 2010 sebesar Rp222.325.156,00 (dua ratus dua
puluh dua juta tiga ratus dua puluh lima ribu seratus lima puluh enam Rupiah);
■ Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp 100.000,-
(seratus ribu rupiah) perhari atas keterlambatan Tergugat membayar/melunasi hutangnya
kepada Penggugat sampai putusan dalam perkara ini berkekuatan hukum tetap ;
■ Berdasarkan Putusan No. 02/PKPU/2013/PN.Niaga.Mks. oleh Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Makassar telah diputus pailit Firma Litha & Co, Litha Brent, S.E., Ahli
Waris (Alm.) Ribka Ruru.
Analisis
■ Pada putusan ini yang menjadi pihak penggugat adalah debitur yaitu Firma Litha & Co, Litha Brent,
SE, dan pihak tergugatnya adalah kuratornya yaitu ANDI ARIFAI AMING, S.H. Pada kasus ini, pihak
debitur mengajukan gugatan atas pencatatan hutang yang dilakukan oleh pihak tergugat kurator,
debitur merasa hutang yang dicatat tidak sesuai dengan yang terjadi. Jika dikaitkan dengan konsep
Kepailitan berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU Kepailitan dan PKPU, Firma termasuk korporasi bukan
badan hukum yang dapat menjadi debitor pailit. Hal dapat kita lihat pada” Penjelasan Dasar dan
Alasan Pemohon Mengajukan Permohonan Renvoi Procedure (Poin B) Putusan Nomor 02/Renvoi
Prosedur/ Pdt. PKPU/2013/PN. Niaga. Mks. Dimana dijelaskan bahwa, pada tanggal 13 Februari
2014, Firma Litha & Co telah diputus pailit berdasarkan Putusan No.
02/PKPU/2013/PN.Niaga.Mks.
■ Syarat-syarat sebuah badan usaha atau badan hukum dapat dinyatakan pailit diatur dalam Bab II
tentang Kepailitan, Bagian Kesatu tentang Syarat dan Putusan Pailit, Pasal 2 – Pasal 20. Pasal 2
ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU menyatakan,
■ “Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas
permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya”
■ Berdasarkan pernyataan Pasal 2 ayat 1 diatas, maka dapat kita uraikan unsur-unsur pasal
tersebut, antara lain :
■ Mempunyai dua atau lebih Kreditor
■ Pada perkara ini, Firma Litha & Co., mempunyai 2 kreditor dengan jumlah piutang yang berbeda-
beda. Kreditor pertama adalah PT. BNI dan kreditor kedua adalah Bapak Heryanto Wijaya.
Sehingga, unsur ini telah terpenuhi.
■ Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
■ Putusan tersebut menjelaskan bahwa, Firma Litha & Co. memiliki sisa tagihan kepada PT. BNI
sebesar Rp 31.023.166.456,00 dan telah melunasi tagihan utang kepada Bapak Heryanto
Wijaya. Dengan demikian, unsur ini sudah terpenuhi.
■ Dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan
■ Putusan Nomor 02/PKPU/2013/PN.Niaga.Mks., menyatakan Firma Litha & Co. telah diputus
pailit oleh Pengadilan Niaga Makassar. Sehingga, unsur ini sudah terpenuhi.
■ Permohonan pailit dapat dimohonkan oleh kehendak sendiri dari kreditornya
■ Berdasarkan penjelasan dasar dan alasan pengajuan permohonan (Poin B) dalam Putusan
Nomor 02/Renvoi Prosedur/ Pdt. PKPU/2013/PN. Niaga. Mks., bahwa Heryanto Wijaya sebagai
Kreditor telah mengajukan gugatan pailit terhadap Firma Litha & Co. kepada Pengadilan Niaga
Makassar. Sehingga, unsur ini sudah terpenuhi.
Kesimpulan

■ Apabila dilihat dari uraian diatas, maka dapat diketahui dalam kasus ini pihak yang
dipailitkan adalah Firma Litha & Co. dimana Firma Litha & Co. ini mempunyai
hutang terhadap PT. BNI dan Bapak Heryanto Wijaya. Walaupun dalam putusan ini
yang menjadi titik berat permasalahan adalah Firma Litha & Co. menolak
pengakuan nominal hutang terhadap PT. BNI dan menolak pengakuan hutang
terhadap Bapak Heryanto Wijaya, karena sudah dibayar yang telah ditetapkan
kurator. Namun dalam case brief ini yang menjadi titik berat adalah Firma Litha &
Co. yang jenis badan usahanya adalah firma dapat dipailitkan atau tidak. Maka dari
itu dapat disimpulkan dari uraian analisis bahwa firma sebagai suatu badan usaha
yang tidak berbadan hukum dapat dijadikan sebagai pihak yang pailit berdasarkan
Pasal 2 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU yang telah diuraikan unsur-unsurnya dan
Firma Litha & Co telah diputus pailit berdasarkan Putusan No.
02/PKPU/2013/PN.Niaga.Mks.

Anda mungkin juga menyukai