Anda di halaman 1dari 5

PENDUDUKAN EFEKTIF DALAM KASUS PULAU MIANGAS (ISLAND OF PALMAS

CASE) ANTARA BELANDA MELAWAN AMERIKA SERIKAT TAHUN 1928

Mata Kuliah : Hukum Internasional


Dosen Pengampu: Rachma Indriyanti, SH, LLM.

Disusun Oleh: Kelompok 3


1. Aditya Putra S. (E0016010)
2. Aditya Luthfi N. (E0016008)
3. Christyas anno D. (E0016108)
4. Ibnu Nur Chasan. (E0016206)
5. Raafi Fath Bugi (E0016344)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepulauan Palmas atau bisa disebut Pulau Miangas adalah pulau yang terletak dekat antara
Indonesia dengan Filipina. Karena letak pulau ini dekat dengan Filipina, maka terjadi sengketa
yang sudah terjadi sejak zaman penjajahan dahulu. Sengketa ini terjadi antara Amerika Serikat dan
Belanda. Amerika Serikat dan Belanda merasa memiliki hak kedaulatan terhadap Pulau Palmas.
Mereka sama-sama memiliki dasar untuk mengklaim pulau Palmas.
Kemudian kedua belah pihak pada tanggal 23 Januari 1928 setuju untuk membawa kasus
tersebut ke Pengadilan Arbitrase Internasional. Keduanya meminta Pengadilan Arbitrase
Internasional untuk memutuskan apakah Pulau Palmas masuk kedalam wilayah Amerika Serikat
atau Belanda. Arbitrator dalam kasus ini adalah Max Huber, seseorang yang berwarga Negara
Swiss.
Masalah hukum yang hadir adalah apakah wilayah tersebut dimiliki oleh si Penemu
pertama walaupun mereka tidak menjalankan wewenangnya atas wilayah tersebut atau dimiliki
oleh Negara yang secara nyata menjalankan kedaulatan atas Negara tersebut.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hasil kajian Pengadilan Arbitrase Internasional tentang sengketa Kepulauan Palmas
yang diperebutkan oleh Amerika Serikat dan Belanda ?

II. PEMBAHASAN
Sebagai dampak perang Spanyol-Amerika pada tahun 1889. Spanyol menyerahkan
Filiphina kepada AS, berdasarkan perjanjian Paris 1889. Pada tahun 1906, pejabat negara AS
mengunjungi Pulau Palmas. Ia sangat menyakini bahwa pulau tersebut merupakan bagian dari
wilayah yang diserahkan kepada AS. Ia sangat terkejut sewaktu menemukan bendera Negara
Belanda berkibar di sana. Pulau Palmas terletak kira-kira 50 Mil di sebelah tenggara Semenanjung
San Agustin di atas pulau Mindanao. Pulau Palmas memiliki panjang 2 mil dengan lebar kurang
dari 1 mil. Sebgai kelanjutan dari suatu perundingan yang gagal, akhirnya Belanda dan AS
mengajukan pertanyaan mengenai kedaulatan atas pulau tersebut kepada arbitrase. Arbitrase ini
dipimpin oleh seorang Arbitor bernama Max Huber.
1. Argumen yang dikemukakan oleh para pihak
A. Pemeriksaan Argumen Yang Diajukan AS
Amerika Serikat memiliki dasar yaitu Cesi, yang ditetapkan dalam Treaty of Paris. Cesi
adalah transfer kekuasaan dari suatu kedaulatan ke kedaulatan yang lain melalui perjanjian. Hal
itulah yang dilakukan Spanyol kepada Amerika Serikat. Amerika Serikat menganggap dirinya
adalah suksesor Spanyol sebagai penemu Pulau Palmas. Arbitrator menyimpulkan bahwa Spanyol
sebagai pihak penemu memiliki kedaulatan sah atas pulau Palmas bahkan dengan cara yang
sederhana seperti sekedar menancapkan benderanya di pantai. Akan tetapi klaim yang diberikan
Spanyol atas Palmas memang merupakan klaim yang lemah karena ia tidak pernah mengelola
pulau tersebut, hanya menemukannya saja.
Argument kedua dari Amerika Serikat adalah ia menyatakan bahwa dirinya memiliki
wewenang atas Palmas karena letak Palmas lebih dekat dengan Filipina (yang saat itu dimiliki oleh
Amerika Serikat) daripada dengan Indonesia (yang saat itu dijajah Belanda). Max Huber
menyatakan bahwa tidak ada satupun hukum positif Internasional pada saat itu yang mendukung
pendekatan terra firma yang didkemukakan Amerika Serikat, dimana status kepemilikan suatu
pulau/wilayah diberikan kepada daerah yang terdekat dengan pulau/wilayah tersebut.

B. Pemeriksaan Argumen Yang Diajukan Belanda


Belanda mendasarkan klaim kedaulatannya terhadap Pulau Palmas pada alas hak okupasi
yaitu melalui pelaksanaan kekuasaan negara secara damai serta terus menerus atas Pulau Palmas.
Dalam Hukum Internasional ini mengungguli perolehan kedaulatan yang tidak diikuti dengan
pelaksanaan aktual kekuasaan negara, perlu dipastikan pertama-tama apakah pernyataan Belanda
cukup dibenarkan bukti-bukti.
Dalam penilaian Arbitor, Belanda telah berhasil dalam mewujudkan fakta-fakta berikut ini:
a. Pulau Palmas telah ditemukan sejak tahun 1700. Salah satu bagian dari pulau tersebut bernama
Sangi (Kepulauan Tau Letse).
b. Wilayah ini sejak tahun 1677 terus berhubungan dengan VOC dalam hal ini dengan Belanda,
dengan kontrak suzerainitas, yang memberi kekuasaan membenarkan pendapatnya negara vassal
sebagai bagian dari wilayahnya.
c. Perbuatan yang bersifat kekuasaan negara dilakukan oleh negara vassal atau oleh penguasa pada
Pulau Palmas telah ada berlaku dalam masa yang berbeda antara tahun 1700-1898 dan juga 1898
dan 1906.

2. Keputusan Arbitrase
Dalam penelitian Arbitor, tidak ada lagi bukti lain yang menunjukan pelaksanaan
kedaulatan lebih dari yang ditampilkan oleh Belanda, baik itu oleh Spanyol maupun dengan negara
lain.
Suatu tindakan Okupasi lebih sering didahului oleh tindakan penemuan di dalam tahap
awalnya. Hal ini tampak dari Island of Palmas Arbitration yang telah dikemukakan diatas, dimana
suatu tindakan yang hanya bersifat penemuan semata-mata oleh suatu negara tidak cukup untuk
memberikan hak melalui Okupasi. Dan bahwa hak pemilikan yang tidak lengkap tersebut harus
diperkuat dengan adanya suatu otoritas nyata yang berlangsung terus menerus dan secara damai.
Dalam arbitrasi ini persaingan hak terjadi antara amerika serikat , yang mengajukan klaim sebagai
pengganti Spanyol yang mengklaim telah menemukan pulau yang dipersengkakan itu, dan
Belanda yang menurut bukti sejarah yang dikemukakan kemuka arbitrasi ini telah cukup lama
diakui telah melaksanakan kedaulatannya atas pulau tersebut.
Arbitrator, Max Huber. Mendukung posisi Belanda dan menyatakan bahwa Pulau Palmas
secara nyata adalah milik Belanda. Untuk alasan ini,arbitrator sesuai dengan Pasal 1 dari Sebuah
Perjanjian Khusus pada tanggal 23 Januari 1928 memutuskan bahwa Pulau Palmas atau Miangas
secara keseluruhan adalah bagian dari wilayah Negara Belanda, dan dalam pertimbangan
putusannya terutama menekankan pada fakta bahwa pelaksanaan kekuasaan efektif yang terus
menerus dalam waktu lama dapat memberikan hak menurut hukum internasional.

III. Kesimpulan
Belanda memakai dasar Hak Okupasi. Hak ini ditentukan oleh prinsip efektivitas, efektif
berarti memenuhi dua syarat, yakni adanya kemauan untuk melakukan kedaulatan negara di
wilayah yang diduduki dan adanya pelaksanaan kedaulatan negara yang memadai di wilayah itu.
Sedangkan Amerika Serikat menggunakan dasar hak Cesi. Hak ini adalah tambahan
kedaulatan wilayah melalui proses peralihan hak yang dapat berupa pemberian, tukar menukar
atau paksa. Cesi dapat terjadi dengan sukarela atau dengan paksa. Alas hak yang diperoleh melalui
cara okupasi oleh Belanda lebih kuat dibandingkan cara cesi yang dilakukan oleh Amerika Serikat
maka dari itu Arbitror memutuskan bahwa Pulau Palmas seluruhnya merupakan bagian wilayah
Belanda.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Arsana, Andi, 2013, Akankah Indonesia Kehilangan Pulau? Belajar dari Kasus Sipadan-
Ligitan, Pulau Berhala, Miangas Hingga Semakau, Vol. 12,
http://pustakahpi.kemlu.go.id/app/Akankah%20Indonesia%20Kehilangan%20Pulau%20Belajar
%20dari%20Kasus%20Sipadan-
Ligitan,%20Pulau%20Berhala,%20Miangas%20hingga%20Semakau.pdf. Diakses 15 Oktober
2017.
Hakim Lubis, Lukmanul, The Acquisition of A Territory : Modes, History And The
International Practices, Bandung, universitas padjadjaran. Diakses 15 Oktober 2017.
Scott, Hague Court , 1932, ,The Island of Palmas, Reports 2d 83
http://www.gwu.edu/~jaysmith/Island.html. Diakses 15 Oktober 2017.
Siska, Rezza, 2009, Tinjauan Yuridis Penyelesaian Sengketa Pulau Miangas Melalui
Arbitrase Internasional, Padang, Fakultas Hukum Universitas Andalas.
Starke, J.G, 2006, Pengantar Hukum Internasional, edisi ke 10, Jakarta, Sinar Grafika.
Yusuf, Adijaya, 2003, Penerapan Prinsip Pendudukan Efektif dalam Perolehan Wilayah
Perspektif Hukum Internasional, Vol. 33 No 1, lib.ui.ac.id/file?file=digital/93276-HUPE-XXXIII-
1-Mar2003-15.pdf. Diakses 15 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai