Anda di halaman 1dari 27

PENERAPAN REGULATORY IMPACT ANALYSIS (RIA) DAN RULE,

OPPORTUNITY, CAPACITY, COMMUNICATION, INTEREST, PROCESS,


IDEOLOGY (ROCCIPI) DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG
(STUDI KASUS NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-
UNDANG TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SEKTOR
KEUANGAN)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Disusun Oleh :
Putra Aditiya Sulaeman
1111190230
Hukum Tata Negara

Dibimbing Oleh:

Pembimbing I: Lili Suriyanti, SH., M.H.

Pembimbing II: Lia Riesta Dewi, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2023
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan Karunia-nya serta kesabaran kepada penulis dan atas berkat rahmat-
nya penulis dapat menyelesaikan proposal skrispi yang berjudul “PENERAPAN
REGULATORY IMPACT ANALYSIS (RIA) DAN RULE, OPPORTUNITY,
CAPACITY, COMMUNICATION, INTEREST, PROCESS, IDEOLOGY
(ROCCIPI) DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG
(STUDI KASUS NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-
UNDANG TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SEKTOR
KEUANGAN)”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


proposal skripsi ini. Dalam penyusunan proposal skripsi ini telah mendapat
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terimakasih
dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada para pihak yang membantu baik
langsung maupun tidak langsung dalam pengerjaan skripsi ini.

Serang, 21 Januari 2023

Putra Aditiya Sulaeman


ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 14
D. Kegunaan Penelitian .......................................................................................... 14
E. Kerangka Pemikiran ........................................................................................... 15
F. Metode Penelitian ............................................................................................... 17
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

DAFTAR ISI
1

PENERAPAN REGULATORY IMPACT ANALYSIS (RIA) DAN RULE,


OPPORTUNITY, CAPACITY, COMMUNICATION, INTEREST, PROCESS,
IDEOLOGY (ROCCIPI) DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG
(STUDI KASUS NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN SEKTOR KEUANGAN)

A. Latar Belakang Masalah


Legal Drafting Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan adalah
pengonsepan hukum atau perancangan hukum yang berarti cara penyusunan
rancangan peraturan sesuai tuntutan teori, asas dan kaidah perancangan
peraturan perundang-undangan.1 Burkhardt Krems, menyatakan bahwa
pembentukan peraturan perundang-undangan (Staatliche Rechtssetzung)
meliputi dua hal pokok yaitu kegiatan menentukan isi peraturan (inhalt der
regeling) di satu pihak, dan kegiatan yang menyangkut pemenuhan bentuk
peraturan (form der regeling). Pembentukan peraturan perundang-undangan
merupakan kegiatan interdisipliner. T. Koopman menyatakan fungsi
pembentukan peraturan perundang-undangan itu semakin terasa diperlukan
kehadirannya, karena di dalam negara yang berdasarkan atas hukum
modern (verzorgingsstaat) tujuan utama pembentukan undang-undang
bukan lagi menciptakan kodifikasi bagi nilai-nilai dan norma-norma
kehidupan yang sudah mengendap dalam masyarakat melainkan
menciptakan modifikasi atau perubahan dalam kehidupan masyarakat.2

Pasal 1 angka 1 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan menentukan bahwa pembentukan
peraturan perundang-undangan adalah pembuatan peraturan perundang-
undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Setiap peraturan yang
dibentuk, khususnya peraturan yang dibentuk oleh lembaga legislasi
1
Supardan Modeong dan Zudan Arif Fakrulloh, Legal Drafting Berporos Hukum Humanis
Partisipatoris, PT.Perca, Jakarta, 2005, hlm.13.
2
Mahendra Putra Kurnia, dkk., Pedoman Naskah Akademis Perda Partisipatif, Kreasi
Total Media, Yogyakarta, 2007, hlm. 5.
2

nasional, yaitu DPR RI, bukan hanya secara formil memenuhi segala syarat
yang disebutkan.3 Lebih dari itu, secara materiil produk hukum yang
dibentuk oleh DPR RI, yaitu Undang-Undang harus bisa memenuhi
kebutuhan masyarakat dan serta menjawab kebutuhan objektif negara.
Undang-Undang yang dibentuk harus memenuhi unsur Filosofis, Sosiologis
dan Yuridis agar efektivitas pelaksanaan dan penerapan hukum dapat
berjalan sebagaimana mestinya dengan menyesuaikan dengan kondisi
latarbelakang masyarakat yang ada.

Atas dasar untuk memenuhi setiap aspek materil yang ada dalam
undang-undang, perlu adanya kajian yang secara komprehensif membahas
terkait undang-undang yang akan dibentuk dan sebagai pertanggungjawaban
akademis terkait undang-undang yang akan dibentuk. Kajian yang dibentuk
secara komprehensif dimuat dalam naskah akademik. Pasal 1 ayat 11
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan menyatakan Naskah Akademik adalah naskah hasil
penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap
suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-
Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan
kebutuhan hukum masyarakat.4

Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Memberikan wajah baru
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan khususnya dalam
pembentukan naskah akademik yaitu Regulatory Impact Analysis ( yang
selanjutnya disebut dengan RIA) dan Rule, Opportunity, Capacity,
Communication, Interest, Process, Ideology (yang selanjutnya disebut

3
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
4
Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
3

dengan ROCCIPI) sebagai suatu formulasi menciptakan regulasi yang


bukan hanya secara normatif untuk mengisi kekosongan hukum, lebih dari
itu, sebagai bahan komparasi, dan pertimbangan dalam efektivitas suatu
peraturan perundang-undangan itu dibentuk dan sebagai bahan kajian
analisis ilmiah jangka panjang dalam mengambil keputusan dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan.

RIA adalah suatu gagasan baru secara normatif dalam pembentukan


peraturan perundang-undangan. RIA mengisyarakatkan bahwa setiap
peraturan perundang-undangan, harus didasarkan pada kajian ilmiah dan
pertimbangan-pertimbangan yang secara terperinci harus berdampak
signifikan dan efektif dalam sebuah peraturan perundang-undangan. RIA
dalam sebuah metode analisa adalah suatu alat yang fundamental untuk
membantu pemerintah dalam menilai dampak dari sebuah regulasi. RIA
digunakan untuk menguji dan mengukur kemungkinan manfaat, biaya dan
dampak peraturan baru atau yang sudah ada. Fitur utama dari RIA adalah
pertimbangan potensi dampak ekonomi dari sebuah peraturan atau regulasi.5
Sedangkan ROCCIPI, adalah suatu konsep untuk mendapatkan masukan
dan penjelasan tentang perilaku bermasalah yang membantu dalam
Penyusunan Undang-Undang. ROCCIPI dalam perundang-undangan
dikembangkan oleh Ann Seidman, Robert B. Seidman, dan Nalin
Abeyserkere sebagai suatu formulasi dalam Pembentukan Undang-Undang
yang efektif dan dapat menjawab segala persoalan yang ada.6

RIA dan ROCCIPI secara Komprehensif memiliki tujuan untuk


memastikan setiap peraturan perundang-undangan yang dibentuk akan
meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat dengan menyediakan secara
terperinci dan sistematis penilaian potensi dampak dari peraturan baru untuk

5
Wawan Ridwan dan Iwan Krisnadi, Regulatory Impact Analysis terhadap Rancangan
Undang-Undang Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi, IncomTech: Jurnal
Telekomunikasi dan Komputer, Vol. 2, No. 2, 2011, Hlm. 2.
http://dx.doi.org/10.22441/incomtech.v2i1.1101.
6
Gede Marhaendra Wija Atmaja, dalam Bimbingan Teknis Penyusunan Peraturan Daerah
Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Bali Tahun Anggaran 2016.
4

menilai apakah kemungkinan peraturan yang telah dibentuk mencapai


tujuan yang diinginkan. Dapat disimpulkan, bahwa RIA dan ROCCIPI
bukan bersifat sementara dan jangka pendek, lebih dari itu, Metode ini
mensyaratkan bahwa peraturan yang telah dibentuk dapat menjadi acuan
dan tolak ukur secara ilmiah.7

RIA dan ROCCIPI dalam penyusunan penggunaannya dituangkan


secara ilmiah dalam Naskah Akademik. Lampiran I Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan menyebutkan bahwa dalam Teknik Penyusunan
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi, dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota pada
BAB II Kajian Teoretis dan Praktik Empiris, menjelaskan bahwa kajian
terhadap implikasi penerapan sistem baru akan diatur dalam Undang-
Undang atau Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan masyarakat dan
dampaknya terhadap aspek beban keuangan negara. kajain terhadap
implikasi penerapan sistem baru dilakukan dengan menganalisis dampak
daris uatu norma dalam Undang-Undang atau Peraturan Daerah untuk
memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh
dari penerapan suatu Undang-Undang atau Peraturan Daerah. Kajian
Tersebut didukung dengan analisis yang menggunakan metode tertentu,
antara lain RIA dan metode Rule, Opportunity, Capacity, Communication,
Interest, Process, and Ideology (ROCCIPI).8

RIA menggunakan 10 pertanyaan yang merupakan standar baku yang


ditetapkan oleh OECD, yaitu: 9

pertanyaan Arah jangkauan

7
Wawan Ridwan dan Iwan Krisnadi, Op.cit, hlm. 3.
8
Lampiran I Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
9
OECD, Building an Institutional Framework for Regulatory Impact Analysis: Guidance
for Policy Maker, OECD, Canada, 2008, hlm. 12-14.
5

Apakah masalahnya didefi nisikan Masalah yang akan dipecahkan harus


dengan benar? dinyatakan secara tepat, memberikan
bukti dari sifat dan besarnya, dan
menjelaskan mengapa hal tersebut
muncul.

Apakah tindakan pemerintah sudah Intervensi pemerintah harus


tepat ? didasarkan pada bukti eksplisit bahwa
tindakan pemerintah dibenarkan,
mengingat sifat dari masalah,
kemungkinan manfaat dan biaya
tindakan (berdasarkan penilaian yang
realistis efektivitas pemerintah), dan
mekanisme alternatif untuk mengatasi
masalah

Apakah regulasi Merupakan tindakan Pada awal proses regulasi, regulator


terbaik pemerintah ? harus melakukan perbandingan
berbagai instrumen kebijakan baik
peraturan maupun non peraturan,
berdasarkan masalah-masalah yang
relevan seperti biaya, manfaat, efek
distribusi dan persyaratan
administrasi.

Apakah peraturan ada dasar Proses peraturan harus terstruktur


hukumnya ? sehingga semua keputusan ketat
menghormati “rule of law”. Itu
adalah tanggung jawab harus jelas
memastikan bahwa semua peraturan
yang diperkenankan oleh peraturan
tingkat yang lebih tinggi dan
6

konsisten dengan kewajiban


perjanjian internasional, dan sesuai
dengan prinsip-prinsip hukum yang
relevan seperti kepastian,
proporsionalitas dan persyaratan
prosedural yang berlaku.

Berapa tingkatan birokrasi Regulator harus memilih tingkat yang


pemerintah yang dilibatkan untuk paling tepat dari pemerintah untuk
koordinasi regulasi ini ? mengambil tindakan, atau jika ada
beberapa tingkatan yang terlibat,
harus merancang sistem yang efektif
koordinasi antar tingkat
pemerintahan.

Apakah regulasi bermanfaat Regulator harus memperkirakan total


dibanding biayanya ? biaya dan manfaat yang diharapkan
dari setiap peraturan usulan dan
alternatif, dan harus membuat
perkiraan tersedia dalam format yang
dapat diakses para pengambil
keputusan. Biaya tindakan pemerintah
harus dibenarkan oleh manfaat
sebelum tindakan diambil.

Apakah distribusi di masyarakat Sejauh distributif dan nilai-nilai


dampaknya akan transparan ? ekuitas dipengaruhi oleh intervensi
pemerintah, regulator harus membuat
transparan peraturan distribusi biaya
dan manfaat di kelompok-kelompok
sosial.

Apakah peraturan tersebut jelas, Regulator harus menilai apakah


7

konsisten, dipahami dan diakses oleh peraturan akan mungkin dipahami


pengguna (masyarakat) ? oleh pengguna, dan untuk itu harus
mengambil langkah-langkah untuk
memastikan bahwa struktur teks dan
aturan sejelas mungkin.

Apakah semua pihak yang Peraturan harus dikembangkan secara


berkepentingan memiliki kesempatan terbuka dan transparan, dengan
yang sama untuk menyampaikan prosedur yang tepat serta efektif dan
pandangan mereka ? tepat waktu. Masukan dari pihak-
pihak terkait seperti bisnis yang
terkena dampak dan serikat buruh,
kelompok-kelompok kepentingan
lainnya, atau tingkat pemerintahan
lainnya.

Bagiamana kepatuhan terhadap Regulator harus menilai insentif dan


regulasi dapat dicapai ? lembaga-lembaga melalui peraturan
yang akan berlaku, dan harus
merancang strategi pelaksanaan
tanggap yang membuat penggunaan
terbaik dari mereka.

Ann, Robert Siedman dan Nalin Abeysekere10 mengintrodusir


metodologi Problem Solving dengan menggunakan alat ukur yang dikenal
dengan ROCCIPI. Alat ukur ini merupakan instrumen untuk
mengidentifikasi problem sosial yang timbul sebagai akibat dari
pemberlakuan peraturan perundang-undangan. ROCCIPI dapat dijabarkan
sebagai berikut:

10
Ann Seidman, Robert B. Seidman dan Nalin Abeyserkere, Penyusunan Rancangan
Undang Undang Dalam Perubahan Masyarakat Yang Demokratis: Sebuah Panduan Untuk
Pembuat Rancangan Undang Undang, ELIPSOriginal, Jakarta, 2001, hlm.117.
8

a. Susunan kata dari peraturan


kurang jelas atau rancu;
b. Peraturan mungkin memberi
peluang perilaku masalah;
c. Tidak menangani penyebab
dari perilaku bermasalah;
d. Memberi peluang pelaksanaan
Rule (Peraturan) yang tidak transparan, tidak
bertanggungjawab, dan tidak
partisipatif; dan
e. Memberikan kewenangan
yang tidak perlu kepada pejabat
pelaksana dalam memutus apa dan
bagaimana mengubah perilaku
bermasalah.

a. Apakah lingkungan di
sekeliling pihak yang dituju suatu
peraturan memungkinkan mereka
berperilaku sebagaimana
Opportunity (Kesempatan) diperintahkan undang-undang atau
tidak ?
b. Apakah lingkungan tersebut
membuat perilaku yang sesuai tidak
mungkin terjadi ?

a. Apakah para pelaku peran


memiliki kemampuan berperilaku
Capacity (kemampuan) sebagaimana ditentukan peraturan
yang ada ?
b. Berperilaku sebagaimana
9

ditetapkan oleh peraturan yang ada.

Ketidaktahuan seorang pelaku peran


tentang peraturan mungkin dapat
menjelaskan mengapa dia berperilaku
tidak sesuai. Apakah pihak yang
berwenang telah mengambil langkah-
langkah yang memadai untuk
Communication (komunikasi)
mengkomunikasikan peraturan-
peraturan yang ada kepada para pihak
yang dituju? Tidak ada orang yang
dengan secara sadar mematuhi
peraturan kecuali bila dia mengetahui
perintahnya.
Apakah ada kepentingan material atau
non material (sosial) yang
Interest (kepentingan) mempengaruhi pemegang peran dalam
bertindak sesuai atau tidak sesuai
dengan aturan yang ada ?
Menurut kriteria dan prosedur apakah
dengan “proses yang bagaimana” para
pelaku peran memutuskan untuk
mematuhi peraturan atau tidak ?
biasanya, apabila sekelompok pelaku
peran terdiri dari perorangan, kategori
Process (Proses)
“Proses” menghasilkan beberapa
hipotesa yang berguna untuk
menjelaskan perilaku mereka. Orang-
orang biasanya memutuskan sendiri
apakah akan mematuhi peraturan atau
tidak.
10

Apakah nilai-nilai, kebiasaan dan adat


istiadat yang ada cukup memengaruhi
Ideology (ideologi) pemegang peran untuk bertindak
sesuai atau bertentangan dengan
aturan yang ada?

Berdasarkan Penjelasan diatas, Naskah Akademik secara menyeluruh


bukan hanya menjadi syarat formal dalam pengajuan Peraturan Perundang-
undangan, khususnya Peraturan Undang-Undang. RIA dan ROCCIPI dalam
penyusunan Naskah Akademik, diharapkan sebagai acuan ilmiah dalam
pembentukan regulasi yang ada. Pasalnya, selama ini, Naskah Akademik
dalam pembentukannya hanya berisi kajian ilmiah mendasar yang kurang
bisa dijadikan acuan ilmiah secara komprehensif dan jangka panjang dalam
pertimbangan pembentukan suatu Undang-Undang. Hal ini dapat
menyebutkan bahwa Naskah Akademik hanya sebagai alat Politik hukum
legitimasi Peraturan Perundang-Undangan Politik Sektoral.11

Penerapan RIA dan ROCCIPI dalam Penyusunan Naskah Akademik


Rancangan Undang-Undang jika di telaah pada Naskah Akademik
Rancangan Undang-Undang tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor
Keuangan (yang selanjutnya disebut dengan NA RUU P2SK) belum
sepenuhnya menerapkan RIA dan ROCCIPI. Pada NA RUU P2SK terkait
Implikasi Penerapannya belum sepenuhnya menggunakan RIA dan
ROCCIPI. Padahal, sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang
Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, setiap Naskah Akademik
Rancangan Undang-Undang harus memuat kajian komprehensif RIA dan
ROCCIPI.

11
Rahmad Satria, Penerapan Metode Regulatory Impact Assessement (RIA) dalam
Penyusunan Regulasi Daerah, Masalah-masalah hukum, Jilid 44 No. 2, April 2015, Hlm. 179.
DOI: 10.14710/mmh.44.2.2015.178-189.
11

Sejak Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan


Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan disahkan, nyatanya Naskah Akademik yang
dibuat masih belum memuat kajian berdasarkan RIA dan ROCCIPI secara
komprehensif. Salah satunya adalah Naskah Akademik Rancangan Undang-
Undang tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (yang
selanjutnya disebut dengan NA RUU P2SK). NA RUU P2SK dalam
kajiannya terkait Kajian terhadap Implikasi Penerapan Rancangan Undang-
Undang tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan terhadap
Aspek kehidupan Masyarakat dan Dampak terhadap Beban Keuangan
Negara belum menggunakan metode RIA dan ROCCIPI. Pembahasan yang
dibahas dalam poin kajian ini, hanya membahas terkait potensi implikasi
dari masing-masing industri keuangan, yang meliputi kelembagaan,
perbankan, pasar keuangan, perasuransian, asuransi usaha bersama,
penyelenggaraan program penjaminan polis, lembaga pembiayaan non-
bank, dana pensiun, konglomerasi keuangan, inovasi teknologi sektor
keuangan, penerapan keuangan berkelanjutan, inklusi keuangan dan
perlindungan konsumen, akses pembiayaan UMKM, sumber daya manusia
dan tata kelola, dan stabilitas sistem keuangan.

Pembahasan terkait poin implikasi dalam NA RUU P2SK ini secara


materiil tidak memenuhi unsur yang ada pada RIA dan ROCCIPI. Tidak ada
kajian menyeluruh terkait masalah terkait, membuat naskah akademik yang
dibentuk tidak serta-merta menjawab persoalan yang ada secara sistematis.
RIA dan ROCCIPI harus didefinisikan dengan benar dan sistematis, agar
naskah akademik yang dibentuk bukan hanya sebagai pelengkap dari setiap
undang-undang yang dibentuk, tapi juga sebagai pertanggungajwaban
akademis serta pertimbangan logis dari setiap keputusan yang dibuat oleh
pemerintah khususnya DPR-RI.

Penerapan RIA dan ROCCIPI dalam NA RUU P2SK, bukan hanya


semata-mata menjadi persoalan akademik yang mana dalam penerapan ini
12

memberikan aspek yang luas terhadap pembahasannya. Penerapan RIA dan


ROCCIPI ini secara garis besar akan berpengaruh pada undang-undang
yang dibentuk, bukan hanya secara menjawab kebutuhan saat ini, tapi
dengan melihat pertimbangan jangka panjang yang akan berdampak pada
masyarakat, pemerintah, serta pihak yang terkait. Efektivitas dalam
penerapan RIA dan ROCCIPI dalam NA RUU P2SK ini, akan memberikan
pandangan yang luas terhadap pembentukan undang-undang dengan
mempertimbangkan aspek dari permasalahan dengan tepat, dengan
berlandaskan keputusan pembentukan undang-undang ini adalah solusi yang
paling efektif dalam mencari solusi. Selain itu, RUU P2SK ini tidak semata-
mata didasarkan pada kebutuhan sosiologis, lebih dari itu secara yuridis
peraturan ini dibentuk atas dasar kesinambungan dan kesinergian antar
peraturan perundang-undangan lain baik yang lebih tinggi, setingkat
ataupun yang lebih rendah. RIA dan ROCCIPI akan memberikan jawaban
terkait pihak yang terlibat, perhitungan biaya atau rincian CBA (Cost
Benefit Analysis) secara menyeluruh dengan memperhitungkan dampak
jangka panjang serta manfaat yang akan didapatkan bila undang-undang ini
disahkan. Pembentukan undang-undang harus juga berdasarkan bagaimana
peraturan tersebut bisa dipahami, jelas serta konsisten juga dapat diakses
oleh masyarakat. Semua pihak yang terlibat dan berkepentingan juga harus
memiliki kesempatan yang sama dalam menyampaikan pandangan mereka,
baik sebelum undang-undang ini disahkan maupun setelah undang-undang
ini disahkan. Yang terakhir adalah dari pertimbangan dampak efektivitas
regulasi ini akan dipatuhi dan terlaksana dengan semestinya. Peraturan yang
baik adalah peraturan yang efektif dan fleksibel. Oleh karena itu, RIA dan
ROCCIPI dalam RUU P2SK ini berfungsi dan bertujuan untuk menjawab
setiap aspek pertimbangan yang ada.

Kekuarangan lain dari Penerapan RIA dan ROCCIPI ini adalah belum
adanya pedoman yang sah secara hukum dalam menyusun Naskah
Akademik menggunakan RIA dan ROCCIPI. Hal ini menjadi kendala dalam
setiap pihak, khususnya Lembaga Legislasi dalam menyusun Naskah
13

Akademik karena belum adanya pedoman resmi yang secara hukum


menjadi acuan dalam menyusun naskah akademik menggunakan RIA dan
ROCCIPI. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan pada lampiran I, hanya mengamanatkan
bahwa Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru akan diatur dalam
Undang-Undang terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya
terhadap aspek beban keuangan negara menggunakan kajian yang didukung
dengan analisis yang menggunakan metode tertentu, antara lain RIA dan
ROCCIPI. Hal ini akan sulit memberikan batasan dan penerapan RIA dan
ROCCIPI dalam pembentukan Naskah Akademik.

RIA dan ROCCIPI sebagai terobosan baru dalam undang-undang,


menjadi harapan solusi dalam menyelesaikan berbagai masalah undang-
undang khususnya dalam segi kualitas dan kuantitas. RIA dan ROCCIPI
perlu diatur secara lebih lanjut agar setiap regulasi yang dibentuk, bukan
hanya sekadar Proglam Legislasi Nasional. Dengan Penerapan RIA dan
ROCCIPI secara Komprehensif, bukan hanya menciptakan suatu regulasi
yang efektif, juga akan menciptakan regulasi yang kuat dan
berkesinambungan, serta menciptakan regulasi jangka panjang yang secara
filosofis, sosiologis dan yuridis berkenaan dengan kebutuhan masyarakat.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Efektivitas Penerapan Regulatory Impact Analysis (RIA)


dan Rule, Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process,
Ideology (ROCCIPI) dalam Rancangan Undang-Undang tentang
Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan?
2. Bagaimana kendala Penerapan Regulatory Impact Analysis (RIA) dan
Rule, Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process,
14

Ideology (ROCCIPI) dalam Rancangan Undang-Undang tentang


Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, secara umum bertujuan untuk mengkaji dan
menganalisis Penerapan Regulatory Impact Analysis (RIA) dan Rule,
Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process, Ideology
(ROCCIPI) dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pengembangan dan
Penguatan Sektor Keuangan. berdasarkan tujuan tersebut, maka penelitian
ini difokuskan untuk:

1. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan tentang Efektivitas


Penerapan Regulatory Impact Analysis (RIA) dan Rule, Opportunity,
Capacity, Communication, Interest, Process, Ideology (ROCCIPI)
dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pengembangan dan
Penguatan Sektor Keuangan ?

2. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan mengenai


kendalaPenerapan Regulatory Impact Analysis (RIA) dan Rule,
Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process, Ideology
(ROCCIPI) dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pengembangan
dan Penguatan Sektor Keuangan?

D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini terdapat dua kegunaan, yaitu kegunaan secara teoritis
dan kegunaan secara praktis sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat


terhadap khasanah perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
terhadap Penerapan Regulatory Impact Analysis (RIA) dan Rule,
Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process, Ideology
(ROCCIPI) dalam Pembentukan Undang-Undang. Serta dapat
menambah dan memperkaya referensi dan literatur kepustakaan Hukum
15

Tata Negara yang beriakan dengan Penerapan Regulatory Impact


Analysis (RIA) dan Rule, Opportunity, Capacity, Communication,
Interest, Process, Ideology (ROCCIPI) dalam Rancangan Undang-
Undang.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi penulis


untuk membentuk dan mengembangkan penalaran dan pola pikir ilmiah
serta dapat menguji dan mengetahui kemampuan penulis dalam
menerapkan ilmu hukum yang telah diperoleh selama perkuliahan. Dan
bertujuan untuk memberi sumbangan pemikiran bagi institusi dan
Lembaga yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, serta dapat
memberikan jawaban atas masalah yang diteliti dalam penelitian ini.

E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah teori-teori yang menjadi landasan bagi
penulis dalam penelitian ini. Menurut Kaelan M.S. landasan teori penelitian
adalah dasar-dasar operasional. Landasan teori pada suatu penelitian adalah
bersifat strategi menyampaikan realisasi pelaksanaan penelitian.12 Teori
yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan teori Sistem
Hukum dan Teori Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Pertama teori Sistem Hukum, Lawrence Meir Friedman


menyampaikan sebuah Teori Sistem Hukum (the Theory of Legal System)
dimana terdapat tiga elemen utama dari suatu sistem hukum yang meliputi
Struktur (Structure), Substansi (Substance), dan Budaya (Culture). Struktur
Hukum menurut Friedman adalah “The structure of a system is its skeletal
framework; …the permanent shape, the institutional body of the system.” Ini
berarti bahwa struktur suatu sistem adalah kerangka kerangkanya; sebuah
bentuk permanen, badan institusional dari sistem. Substansi Hukum adalah

12
Muntoha, Negara Hukum Indonesia Pasca Perubahan, Kaukaba Dipantara, Yogyakarta,
2013, hlm. 3-4.
16

“The substance is composed of substantive rules and also about how


institutions should behave”. Ini berarti bahwa substansi hukum terdiri dari
aturan substantif dan juga bagaimana seharusnya institusi berperilaku.13

Sudikno Mertokusumo mengibaratkan sistem hukum sebagai gambar


mozaik, yaitu gambar yang dipotong-potong menjadi bagian-bagian kecil
untuk kemudian dihubungkan kembali, sehingga tampak utuh seperti
gambar semula. Masing-masing bagian tidak berdiri sendiri lepas
hubungannya dengan lain, tetapi kait mengait dengan bagian-bagian
lainnya. Tiap bagian tidak mempunyai arti di luar kesatuan itu. Di dalam
kesatuan itu tidak dikehendaki adanya konflik atau kontradiksi. Kalau
sampai terjadi konflik, maka akan segera diselesaikan oleh dan di dalam
sistem itu sendiri.14

Teori Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Pembentukan


peraturan perundang-undangan (legal drafting) adalah merupakan istilah
yang lazim dipakai. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan kata
“legal” berarti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau
(berarti) hukum. Kata “draft” dalam Kamus Inggris-Indonesia, diartikan
sebagai “konsep”, dengan penambahan kata “ing”, maka “drafting” berarti
“pengonsepan”, “perancangan”. Jadi “legal drafting” adalah pengonsepan
hukum atau perancangan hukum yang berarti “cara penyusunan rancangan
peraturan sesuai tuntutan teori, asas dan kaidah perancangan peraturan
perundang-undangan.15

Burkhardt Krems, Sebagaimana dikutip oleh Attamimi,


menyatakan pembentukan peraturan perundang-undangan meliputi kegiatan
yang berhubungan dengan isi atau subtansi peraturan. Setiap bagian
kegiatan tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratannya sendiri agar

13
Priyono Hutomo, Perspektif Teori Sistem Hukum dalam Pembaharuan Pengaturan
Sistem Pemasyarakatan Militer, Legacy: Jurnal Hukum dan Perundang-Undangan, Vol. 1, No. 1,
Maret 2021, Hlm. 52. DOI : https://doi.org/10.21274/legacy.2021.1.1.46-68
14
Abdul Halim Barkatullah, Budaya Hukum Masyarakat dalam Perspektif Sistem Hukum,
Jurnal UKSW Banjarmasin Universitas Lambung Mangkurat, 2013, hlm. 10.
15
Supardan Modeong dan Zudan Arif Fakrulloh, Op. Cit, hlm.13.
17

produk hukum tersebut dapat berlaku sebagaimana mestinya, baik secara


yuridis, politis maupun sosiologis. Oleh karena itu, menurut krems tersebut,
pembentukan peraturan perundang-undangan bukanlah merupakan kegiatan
yuridis semata, melainkan suatu kegiatan yang bersifat interdisipliner.
Artinya, setiap aktivitas pembentukan peraturan perundang-undangan
memerlukan bantuan ilmu-ilmu tersebut agar produk hukum yang
dihasilkan dapat diterima dan dapat pengakuan dari masyarakat. bahwa
pembentukan peraturan perundang-undangan (Staatliche Rechtssetzung)
meliputi dua hal pokok yaitu kegiatan menentukan isi peraturan (inhalt der
regeling) di satu pihak, dan kegiatan yang menyangkut pemenuhan bentuk
peraturan (form der regeling). Pembentukan peraturan perundang-undangan
merupakan kegiatan interdisipliner.16

T. Koopman menyatakan fungsi pembentukan peraturan


perundang-undangan itu semakin terasa diperlukan kehadirannya, karena di
dalam negara yang berdasarkan atas hukum modern (verzorgingsstaat),
tujuan utama pembentukan undang-undang bukan lagi menciptakan
kodifikasi bagi nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang sudah
mengendap dalam masyarakat melainkan menciptakan modifikasi atau
perubahan dalam kehidupan masyarakat.17.

F. Metode Penelitian
Penelitian merupakan sarana yang pokok dalam pengembangannya
ilmu pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan oleh karena
penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
metodologis, dan konsisten. Melalui proses penelitian tersebut diadakan
Analisa dari konstruksi terhadap data yang sudah peneliti kumpulkan dan
kemudian diolah. Penelitian pada dasarnya merupakan suatu cara dalam
upaya pencarian dan tidak hanya sekedar mengamati dengan teliti terhadap
suatu objek tertentu saja tapi objek sekitarnya juga. Metode penelitian

16
A.Hamid.S.Attamimi, Peranan Keputusan Presiden RI Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara, Disertasi Doktor UI, Jakarta, 1990, hlm. 317.
17
Mahendra Putra Kurnia, dkk., Op. Cit., hlm. 5.
18

merupakan pedoman untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam


dari suatu objek yang sedang diteliti dengan cara mengumpulkan data-data
yang dibutuhkan, dan Menyusun serta menginterpretasikan data-data yang
diperoleh. Penelitian ini merupakan penelitian hukum sebagaimana
pendapat marzuki, bahwa penelitian hukum (legal research) adalah suatu
proses untuk menemukan aturan, prinsip, maupun doktrin-doktrin hukum
guna menjawab isu-isu hukum yang dihadapi.18

1. Metode

Metode yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah


metode yuridis normatif. Metode yuridis normatif adalah pendekatan
yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah
teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-
undangannya yang berhubungan dengan penelitian yang saya lakukan.19
Metode ini dikenal pula dengan pendekatan kepustakaan, yaitu dengan
mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen
lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah


deskriptif analitis. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan
secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok
tertentu atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk
menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala
lain dalam masyarakat. Artinya di dalam penelitian ini penulis
menguraikan berbagai macam permasalahan dengan sangat jelas,
kemudian permasalahan tersebut dikaitkan dengan teori-teori hukum
yang berlaku serta dalam pelaksanaan hukum positif di Indonesia yang
dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
18
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2011, hlm. 35.
19
Suratman & Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm.
106.
19

3. Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, sehingga


jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung seperti
dokumen-dokumen digunakan sebagai bahan penelitian yang
bersumber dari kepustakaan. Sumber pokok yang diperoleh dari
berbagai bahan hukum tersebut memperjelas hasil penelitian. Sumber
data sekunder di atas mencakup produk hukum seperti peraturan
perundang-undangan, putusan pengadilan, serta data kepustakaan
seperti buku, jurnal, karya tulis ilmiah artikel-artikel serta dokumen
lain yang berhubungan dengan objek penelitian.20 Bahan hukum
tersebut diatas menjadi sangat penting dalam penelitian normatif.
Karena jika tidak digunakan data dalam penelitian yang tepat maka
sulit untuk menemukan jawaban atas pemecahan permasalahan yang
dituju oleh karena itu, untuk memecahkan permasalahan hukum dalam
penelitian ini dan untuk menemukan solusi terbaik dalam hal
menyelesaikan masalah yang ada di penelitian ini maka digunakannya
beberapa bahan hukum sebagai sumber data pokok yang relevan untuk
penelitian ini:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu yaitu bahan hukum yang


mengikat yaitu terdiri dari peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan objek penelitian diantaranya yaitu:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945;

20
Oktorinasusanti, D. & Afendi, Penelitian Hukum (Legal Research). Sinar Grafika,
Jakarta, 2014, hlm. 52.
20

2) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan


Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder yaitu data yang diperoleh dari


dokumen-dokumen resmi, buku-buku, yang berhubungan dengan
objek penelitian diantaranya yaitu:

1) Hasil Penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis dan


disertasi;

2) Pendapat para pakar.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier yaitu data yang memberikan petunjuk


maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
seperti:

1) Kamus Hukum;

2) Ensiklopedia;

3) Internet.

4. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data merupakan hal yang penting dan


pertama dilakukan. Teknik pengumpulan data didasarkan pada sumber
data yang digunakan. Dimana sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder maka Teknik yang digunakan
sepenuhnya menggunakan Teknik pengumpulan data kepustakaan
(library riset) yaitu dengan menggunakan bahan-bahan pustaka hukum
yang mendukung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
konvensional seperti membaca, melihat, mendengarkan serta dengan
21

teknologi informasi (media internet) untuk memperoleh informasi yang


akurat tentang masalah dalam penelitian.

5. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif.


Analisis kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan serta
menggambarkan data fakta yang dihasilkan dari suatu penelitian di
lapangan dengan suatu interpretasi, evaluasi, dan pengetahuan umum.
Data kemudian dianalisis dengan metode induktif, yaitu suatu cara
berfikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum
dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan yang bersifat khusus untuk
mengajukan saran-saran, serta data yang telah diolah tersebut
kemudian dianalisis dengan menggunakan cara menginterpretasikan
data dan memaparkannya dalam bentuk kalimat untuk menjawab
masalah pada bab-bab selanjutnya.

6. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan penulis dalam penelitian ini untuk


mendapatkan data-data yang dijadikan pembahasan seperti data
kepustakaan yang berasal dari Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Perpustakaan Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
(DPR-RI), Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia serta lokasi lainnya untuk
mendukung penulisan skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama ini memuat dan menguraikan mengenai latar


belakang masalah, tujuan penelitian. Kegunaan penelitian,
kerangka pemikiran, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
22

BAB II TINJAUAN TEORI TERHADAP SISTEM HUKUM


DAN PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN.

Dalam Bab ini berisi mengenai kerangka pemikiran yang


digunakan peneliti dalam membahas dan menjawab
permasalahan yang peneliti gunakan dari berbagai literatur
berupa buku, jurnal-jurnal, disertasi, serta artikel yang
berkaitan dengan Teori Sistem Hukum dan Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan.

BAB III NASKAH AKADEMIK DALAM PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA.

Dalam bab ini berisi uraian mengenai Naskah Akademik


dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.

BAB IV PENERAPAN REGULATORY IMPACT ANALYSIS


(RIA) DAN RULE, OPPORTUNITY, CAPACITY,
COMMUNICATION, INTEREST, PROCESS,
IDEOLOGY (ROCCIPI) DALAM PEMBENTUKAN
UNDANG-UNDANG.

Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai Efektivitas dan


Kendala terkait Penerapan Regulatory Impact Analysis
(RIA) dan Rule, Opportunity, Capacity, Communication,
Interest, Process, Ideology (ROCCIPI) dalam Rancangan
Undang-Undang tentang Pengembangan dan Penguatan
Sektor Keuangan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam Bab ini berisi kesimpulan yang diambil dari bab-bab


sebelumnya oleh peneliti dan diuraikan serta ditutup
dengan mencoba memberikan saran-saran yang diperlukan.
23

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU
Atmaja, G. M. (2016). Bimbingan Teknis Penyusunan Peraturan Daerah. gianyar:
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Bali.
Marzuki, P. M. (2011). Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Modeong, S., & Fakrulloh, Z. A. (2005). Legal Drafting Berporos Hukum
Humanis Partisipatoris. Jakarta: PT. Perca.
Muntoha. (2013). Negara Hukum Indonesia Pasca Perubahan. Yogyakarta:
Kaukaba Dipantara.
D., O., & Afendi. (2014). Penelitian Hukum (Legal Research). Jakarta: Sinar
Grafika.
OECD. (2008). Building an Institutional Framework for Regulatory Impact
Analysis: Guidance for Policy Maker. Canada: OECD.
Putra, M., & Dkk. (2007). Pedoman Naskah Akademis Perda Partisipatif.
Yogyakarta: Kreasi Total Media.
Seidman, A., Seidman, R. B., & Abeuserkere, N. (2001). Penyusunan Rancangan
Undang-Undang dalam Perubahan Masyarakat yang Demokratis: Sebuah
panduan untuk Pembuat Rancangan Undang-Undang. ELIPSOriginal:
Jakarta.
Suratman, & Dillah, P. (2013). Metode Penelitian Hukum. Bandung: Alfabeta.

B. JURNAL
Barkatullah, A. H. (2013). Budaya Hukum Masyarakat dalam Perspektif Sistem
Hukum. Jurnal UKSW Banjarmasin Universitas Lambung Mangkurat, 10.
Hutomo, P. (2021). Perspektif Teori Sistem Hukum dalam Pembaharuan
Pengaturan Sistem Pemasyarakatan Militer. Legacy: Jurnal Hukum dan
Perundang-Undangan, Vol. 1, No. 1, 52.
Ridwan, W., & Krisnadi, I. (2011). Regulatory Impact Analysis terhadap
Rancangan Undang-Undang Konvergensi Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Incomtech: Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, Vol. 2,
No. 2, 2.
24

Satria, R. (April 2015). Penerapan Metode Regulatory Impact Assessement (RIA)


dalam Penyusunan Regulasi Daerah. Masalah-Masalah Hukum, Jilid 44,
No. 2,, 179.

C. Disertasi
Attamimi, A. H. (1990). Peranan Keputusan Presiden RI dalam Penyelenggaraan
Pemerintah Negara. Disertasi Doktor UI, Jakarta, 317.

D. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-


Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.

Anda mungkin juga menyukai