Anda di halaman 1dari 2

Nama : M.

Sultan Mahasin

NIM : 18.31.00296

ANALISIS KASUS SENGKETA TANAH

(Studi Kasus : Sengketa Lahan Pulau Pari)

A. Narasi Kasus
Sengketa ini berawal pada 2014 ketika perwakilan PT Bumi Pari Asri
mendatangi warga Pulau Pari dan mengakui tempat tinggal mereka sebagai lahan
milik mereka. Mereka datang dengan SHM-nya (sertifikat hak milik) setelah
pariwisata Pulau Pari berkembang. Hampir semua warga Pulau Pari belum memiliki
sertifikat tanah. Namun pada 1984 mereka dibuatkan surat girik, yang kemudian
ditarik pada 1992. Mereka pun membayar pajak pada saat itu yang ditarik orang
kelurahan dari rumah ke rumah.
Warga mengatakan, setelah pariwisata Pulau Pari berkembang dari swadaya
warga di sana, PT Bumi Pari Asri datang dan mengklaim kepemilikan tanah di sana.
Koordinator Lapangan PT Bumi Pari Asri, menjelaskan kronologi kepemilikan lahan
oleh perusahaannya. Dia menuturkan pada 1992 lahan di Pulau Pari dibeli dari warga
oleh salah satu pendiri PT Bumi Raya Utama. Dia mengatakan bahwa dari tahun 1992
sampai sekarang perusahaannya membayar PBB (Pajak Bumi & Bangunan) lahan di
Pulau Pari.
Kamis, 6 Agustus 2020. Ombudsman melalui laporan Warga Pulau Pari telah
melakukan penyelidikan dan menemukan adanya mal-administrasi dalam penerbitan
62 sertifikat Sertifikat Hak Milik (SHM) dan 14 Sertifikat Hak Guna Bangunan
(SHGB) atas nama PT Bumi Pari Asri.
Praktik mal-administrasi tersebut telah diterbitkan di dalam Laporan Akhir
Hasil Pemeriksaan (LAHP) Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jakarta Raya
(Ombudsman Jakarta) Nomor 0314/LM/IV/2017/JKT pada tanggal 9 April 2018.
LAHP tersebut menyatakan bahwa adanya temuan mal-administrasi penyimpangan
prosedur, penyalahgunaan wewenang dan pengabaian kewajiban hukum oleh Kantor
Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Utara.
Menyikapi hal tersebut, Warga Pulau Pari bersama Koalisi Selamatkan Pulau
Pari menuntut Ombudsman Republik Indonesia, untuk segera mengeluarkan
rekomendasi dari LAHP yang menyebutkan mal-administrasi 14 SHGB dan 62 SHM
perusahaan.
B. Pihak Yang Bersengketa
Sengketa terjadi antara warga pulau pari dengan PT Bumi Pari Asri.
C. Sebaiknya Diselesaikan Melalui Litigasi
Dalam penyelesaian sengketa di masyarakat, tergantung dari para pihak-pihak
yang bersengketa, apakah akan menggunakan jalur Pengadilan formal atau diluar jalur
Pengadilan formal. Dalam kasus sengketa pulau pari ini menurut saya sebaiknya
menguunakan jalur litigasi.
Karena melihat dari adanya penemuan bukti maladministrasi dalam penerbitan
62 sertifikat Sertifikat Hak Milik (SHM) dan 14 Sertifikat Hak Guna Bangunan
(SHGB) atas nama PT Bumi Pari Asri. Dan jika rekomendasi dari LAHP tersebut
sudah ada, proses hukum akan lebih cepat terlaksana dan kasusnya pun terselesaikan.

Anda mungkin juga menyukai