Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENULISAN HUKUM

PROGRAM SARJANA (S1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK UNTUK MENDAPATKAN


ROYALTI BAGI PEMEGANG HAK CIPTA ATAS LAGU DI LAYANAN
MUSIK STREAMING MENURUT UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA

Oleh :

ZULFYAR ILHAM RAMADHAN

11010116120128

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
2020

ii
USULAN PENELITIAN HUKUM

PROGRAM SARJANA (S1)

I. JUDUL PENULISAN HUKUM


“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK UNTUK
MENDAPATKAN ROYALTI BAGI PEMEGANG HAK CIPTA ATAS
LAGU DI LAYANAN MUSIK STREAMING MENURUT UNDANG-
UNDANG NO 28 TAHUN 2014”

II. PELAKSANAAN PENELITIAN

Nama Mahasiswa : ZULFYAR ILHAM RAMADHAN

Nim : 1101011612028

Jumlah SKS : 144

IP Kumulatif : 3,08

Nilai Mata Kuliah

Metode Penelitian Hukum :B

III. DOSEN PEMBIMBING PENULISAN HUKUM

Pembimbing I : Rinitami Njatrijani, S.H., M.Hum.

Pembimbing II : Agung Basuki Prasetyo, S.H., M.S.

IV. RUANG LINGKUP / BIDANG MINAT

HUKUM DAGANG

iii
V. LATAR BELAKANG MASALAH

Hak kekayaan intelektual adalah hak atas suatu kekayaan


intelektual diatur dalam norma-norma dan hukum yang berlaku. Hak
kekayaan intelektual merupakan hasil karya cipta manusia melalui suatu
proses berpikir yang diimplementasikan dalam bentuk seni, desain, maupun
penemuan yang dapat bermanfaat bagi orang banyak.1 Hasil olah otak itu
kemudian dirumuskan sebagai intelektulitas.
Hak cipta memiliki ruang lingkup objek yang dilindungi paling luas,
terdiri atas ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang di dalamnya mencakup
pula program komputer. Dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa hak cipta adalah hak
eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.2
Adapun ciptaan-ciptaan yang dilindungi dalam bidang ilmu pengetahuan,
seni, dan sastra salah satunya adalah lagu (Pasal 40 huruf d UU Hak Cipta).
Perkembangan teknologi semakin pesat salah satunya teknologi media
internet, teknologi media internet ikut terlibat dalam eksistensi dari hasil
ciptaan atau kreatifitas seseorang yang berkaitan dengan industri musik di
bidang usaha kreatif yang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual
(HKI).3 Perwujudan suatu karya pada era sekarang berkembang ke dalam
medium digital yang dapat kita akses melalui internet. Teknologi internet
seperti sekarang ini dapat mempermudah seseorang untuk mengakses, dan
mencari inforrnasi kapan pun dan dimana pun. Akan tetapi, hal tersebut
tentu terdapat sisi negatif nya, yaitu kehadiran internet sangat rentan
terhadap pelanggaran-pelanggaran di bidang Hak Kekayaan Intelektual.
Maka dari itu dibutuhkan peraturan dan suatu instansi yang dapat menjamin

1
Munir Fuady, 2011, Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Cipta Aditya Bakti, hlm.208.
2
Penjelasan Umum UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
3
Yessica Agnes, 2018, Perlindungan Terhadap Lagu Yang Dinyanyikan Ulang (Cover) Untuk
Kepentingan Komersial Dalam Media Internet Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 Tentang Hak Cipta, hlm. 3.

1
dan melindungi hak-hak pencipta atas tiap karyanya berupa perlindungan
hukum yang diberi kepada pencipta.4
Perlindungan hukum pada HKI khususnya yang berkaitan dengan hak
cipta atas lagu di media musik streaming. Lagu merupakan sebuah karya
seni hasil olah pikir manusia yang wajib dilindungi menurut Undang-
Undang Hak Cipta tahun 2014. Dalam perkembangan teknologi yang serba
digital ini menikmati sebuah lagu dapat dengan mudah diakses melalui
musik streaming tanpa harus mendownload terlebih dahulu.
Para penikmat maupun musisi musik pada era sekarang, dengan
hadirnya layanan musik streaming mendapatkan sebuah keuntungan. Karena
dengan media streaming musisi dapat dengan mudah merilis karyanya
dalam bentuk dokumen digital, yang dengan cepat dapat langsung
didengarkan oleh para penikmat musik melalui media streaming . Namun,
karena mudahnya akses mengunggah lagu di media musik streaming masih
sering ditemukan pelanggaran hak cipta lagu. Pelanggaran hak cipta lagu
yang sering ditemui adalah penggandaan, memperbanyak lagu dengan cara
membajak tanpa seizin pencipta, merubah lirik lagu, mengubah melodi dan
nada dalam lagu tanpa seizin pencipta atau pemegang hak cipta dari karya
lagu tersebut.5 Sebenarnya masih banyak bentuk pelanggran hak cipta lagu
lainnya, salah satunya adalah menjual lagu tanpa seizin dari pencipta atau
pemegang hak cipta di platfrom digital. Seperti yang dilansir di situs
www.mediaindonesia.com pada tahun 2018 terjadi kasus penggunaan lagu
tanpa izin atau pemberian lisensi pada lagu yang berjudul Akad milik
Payung Teduh, yang diproduksi ulang dan dijual di platfrom digital. 6
Terdapat pula kasus yang dialami oleh solois Near yang lagunya dicuri dan
diklaim oleh Warga Negara Malaysia bernama Ismail Abinting yang
mengajukan lisensi lagu tersebut ke Youtube, dengan begitu nama lisensi

4
Otto Hasibuan, 2008, Hak Cipta Di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring
Rights, dan Collecting Society. Bandung : PT Alumni, hlm. 50.
5
Ibid, hlm. 241.
6
https://mediaindonesia.com/198614-laguku-sayang-tanpa-izin-dinyanyikan-orang (diakses pada
3 Mei 2020, pukul 08.15)

2
yang mengajukan klaim lagu tersebut yang mendapatkan royalti atas
penjualan dan iklan dari Youtube. Paling terbaru kasus yang terjadi pada
Gen Halilintar yang memproduksi ulang lagu “Lagi Syantik” lalu
mengunggahnya di akun youtubenya yang disinyalir oleh Nagaswara
sebagai publiser atau yang diberikan kuasa oleh pemegang hak cipta atas
lagu tersebut, Gen Halilintar melakukan perubahan lirik dan instrumen pada
lagu. Nagaswara yang merasa kliennya dirugikan atas tindakan itu
mengajukan gugatan yang tercatat di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
dengan nomor 82/Pdt.Sus/HakCipta/2019/PN.Niaga.Jkt.Pst.
Pentingnya pemberian izin dari pemegang hak cipta ataupun
pemberian linsensi adalah untuk memanfaatkan, menggunakan ataupun
melaksanakan hak kekayaan intelektual milik pemberi linsensi salah satunya
mengenai hak cipta. Dalam bentuknya yang paling sederhana, lisensi
diberikan dalam bentuk hak untuk menjual suatu produk dengan
mempergunakan HKI yang dilindungi.7 Sebagai imbalan dari mengumuman
suatu karya atau biasanya juga meliputi hak untuk menjual memasarkan dan
mendistribusikan produk yang dihasilkan tersebut, pemegang hak cipta yang
memberi izin, memperoleh pembayaran yang disebut dengan nama royalti.8
Sebenarnya sudah ada lembaga yang meliki fungsi pengawasan
mengenai hal tersebut yaitu Lembaga Manajemen Kolektif (LMK). LMK
adalah institusi yang berbentuk badan hukum nirlaba yang diberi kuasa oleh
Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan pemilik Hak Terkait guna mengelola
hak ekonominya dalam bentuk menghimpun dan mendistribusikan royalti
(Pasal 1 angka 22 UU Hak Cipta).
Namun pada saat ini dalam prakteknya LMK belum secara tegas
mengeluarkan peraturan mengenai besaran tarif royalti musik yang berlaku
secara nasional untuk layanan musik streaming, LMK hanya melakukan
pengawasan dan penarikan royalti hanya pada performing right saja.
Pengaturan penarikan royalti musik dan penyelesaian sengketa hanya
7
Sulasno, t.thn. Lisensi HKI dalam Perspektif Hukum Perjanjian di Indonesia. ADIL : Jurnal
Hukum , Volume 3, hlm. 355.
8
Ibid.

3
berlaku atas musik dan lagu-lagu yang digunakan untuk kepentingan bisnis
perhotelan, cafe, restoran, dan tempat hiburan.
Tarif royalti musik dan penyelesaian sengketa di layanan musik
streaming pada saat ini masih berdasarkan pada kebijakan masing-masing
perusahaan layanan musik streaming. Sebagai contoh, pembagian royalti
musik dan penyelesaian sengketa oleh perusahaan Spotify di Indonesia sama
dengan yang dilakukan secara global dan menggunakan yurisdiksi hukum
yang sesuai dengan apa yang tercantum dalam syarat dan ketentuan dari
pihak perusahan streaming musik.
Atas dasar latar belakang diatas, penulis ingin melakukan penelitian
tentang “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Untuk Mendapatkan Royalti
Bagi Pemegang Hak Cipta atas Lagu di media Musik Streaming menurut
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”.

VI. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perlindungan hukum bagi musisi dan pencipta lagu terkait
dengan penyiaran lagu di layanan musik streaming?
2. Bagaimana penyelesaian sengketa mengenai royalti antara pemegang hak
cipta atas lagu di layanan musik streaming?
VII. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan penulisan
hukum ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui secara jelas bagaimana perlindungan hukum bagi
pencipta atau pemegang hak cipta atas lagu di layanan musik
streaming tersebut.
2) Untuk mengetahui penyelesaian sengketa hak cipta atas lagu di
layanan musik streaming

4
B. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
perkembangan ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum dagang
dan perkembangan hukum hak cipta di Indonesia.
2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan jawaban atas
permasalahan sehingga bisa memberikan manfaat khususnya bagi
semua pihak yang terlibat dalam sengketa hak cipta.

VIII. SISTEMATIKA PENULISAN


Sistematika Penelitian pada skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang
saling berkaitan yang sesuai dengan buku pedoman penulisan hukum
(skripsi) yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Hukum Universitas Diponegoro
agar lebih terarah dan sistematis. Pembagian bab sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan
masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang tinjauan umum mengenai hukum
perlindungan hukum, hak cipta, perkembangan aplikasi musik
streaming di Indonesia.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai metode dari penelitian yang akan
dilakukan penulis terdiri dari metode pendekatan, spesifikasi
penelitian, teknik pengambilan data, dan metode analisis data.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi hasil dan pembahasan dari penelitian yang penulis
lakukan akan dibahas sehingga bisa memberikan jawaban atas
permasalahan yang hendak diteliti. Dalam skripsi ini akan
diuraikan mengenai proses penyelesaian sengketa dengan
arbitrase beserta praktiknya di Pengadilan Niaga.
BAB V : Penutup

5
Bab ini akan memberikan kesimpulan yang penulis dapatkan dari
hasil penelitian yang penulis lakukan serta pembahasan yang
penulis buat. Selain itu pada bab ini juga akan memberikan saran
sebagai masukan yang berguna bagi para pihak dalam industri
musik khususnya mengenai hak cipta.
XI. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perlindungan Hukum
Istilah perlindungan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
perlindungan ialah tempat berlindung, atau perbuatan untuk
memperlindungi. Secara umum, perlindungan berarti hak yang
didapatkan oleh setiap masyarakat dalam wilayah suatu negara
untuk memperoleh keadilan dan keamanan, agar tercipta situasi
yang damai.
Istilah hukum dalam Kamus Besar Bahasan Indonesia, hukum
adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat,
yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.
Hukum adalah seperangkat aturan baik tertulis maupun tidak
tertulis untuk mengatur anggota masyarakat yang bersifat
mencegah, mengikat, dan memaksa. Hukum diartikan pula sebagai
ketentuan yang menetapkan sesuatu perbuatan yang boleh
dikerjakan, dan terlarang untuk dikerjakan, apabila melanggar
ketentuan tersebut akan dikenakan sanksi sebagai akibat hukum
atas perbuatan yang tidak boleh dilakukan.
Menurut Philipus M. Hadjon, yang dimaksud Perlindungan

Hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta

pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh

subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan.

Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan

6
perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang

mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.9

Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan suatu hal


untuk melindungi subyek-subyek hukum melaui peraturan terluis
berupa aturan perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan
perlaksanaannya dengan suatu sanksi.10
Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Perlindungan Hukum Preventif
Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan
untuk mencegah sebelum terjadinya perlanggaran. Hal ini terdapat
dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk
mencegah suatu perlanggaran serta memberikan rambu-rambu atau
batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban.

b. Perlindungan Hukum Represif


Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir
berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang
diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu
perlanggaran.11 Perlindungan hukum represif suatu cara untuk
menyelesaikan sengketa dengan proses yang sesuai dengan hukum
yang berlaku.
Perlindungan hukum dapat disimpulkan, merupakan aturan
tertulis yang penegakannya dilakukan oleh otoritas tertinggi dalam
masyarakat (pemerintah dan aparat penegak hukum) untuk
melindungi hak-hak warganya dan menjamin kepastian,
kemanfaatan, dan keadilan hukum yang didalamnya juga terdapat
sanksi bagi yang melakukan pelanggaran.

9
Philipus M Hadjon, 2005, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, hlm. 5.
10
Muchsin, 2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Surakarta:
Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, hlm. 14
11
Ibid, hlm. 20.

7
Hukum dalam fungsinya sebagai alat perlindungan dapat
melalui cara-cara sebagai berikut:
1. Membuat suatu peraturan (by giving regulation), bertujuan

untuk:

a.memberikan hak dan kewajiban;

b. menjamin hak-hak para subyek hukum.

2. Menegakan suatu peraturan (by law enforcement) melalui:

a.Hukum administrasi negara yang berfungsi unutk mencegah

(preventive) terjadinya suatu pelanggaran hak-hak

konsumen, dengan perjanjian dan pengawasan;

b. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi

(repressive) pelanggaran UUHC, dengan mengenakan

sanksi pidana dan hukuman;

c.Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak

(curative;recovery; remedy), dengan membayar kompensasi

atau ganti kerugian. 12

B. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual


Menurut kelahirannya, hak kekayaan intelektual berawal dari
kekayaan intelektual yaitu hasil pemikiran berupa ide atau gagasan
yang diwujudkan atau diekspresikan dalam bentuk penemuan, karya
ilmu pengetahuan sastra dan seni, desain, simbol/tanda tertentu, kreasi
tata letak komponen semi konduktor maupun varietas hasil pemuliaan.
Ekspresi dari kekayaan intelektual tersebut yang menjadi produk
hukum dan melekat suatu Hak Kekayaan Intelektual. Jika diartikan
12
Wahyu Sasongko, 2007, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Skripsi,
Bandar Lampung, Universutas Lampung, hlm. 31.

8
Hak Kekayaan Intelektual adalah produk hukum berupa hak yang
timbul atas kekayaan intelektual yang dihasilkan dan diwujudkan
dalam bentuk nyata.13
Hak kekayaan intelektual dapat juga didefinisikan sebagai
beritkut:14
1. Definisi HKI adalah hak eksklusif yang diberikan Pemerintahan

kepada penemu / pencipta / pendesain atas hasil karya cipta dan

karsa yang dihasilkan;

2. Hak eksklusif adalah hak monopoli untuk memperbanyak karya

cipta dalam jangka waktu tertentu, baik dilaksanakan sendiri

atau dilisensikan.

Jadi, dari definisi diatas hak kekayaan intelektual merupakan


kekayaan intelektual yang diwujudkan secara nyata dan otomatis timbul
hak eksklusif yang diberikan pada pencipta atas hasil karyanya.
C. Macam – Macam Hak Atas Kekayaan Intelektual
Karya cipta seseorang terwujud melalui proses penuangan ide atau
gagasan dengan keahlian dan keterampilannya untuk menciptakan,
menemukan, dan mengolah agar menjadi suatu karya. Karya yang
diwujudkan dapat berupa buku, lagu, patung, software atau tanda
pengenal pada barang atau jasa.
Karya yang diwujudkan berdasarkan hasil pemikiran berupa ide atau
gagasan seseorang itu dapat digolongkan menjadi tiga macam:15
a. Ciptaan, yaitu hasil setiap karya pencipta dalam bentuk khas apa

pun dalam lapangan ilmu, seni, dan sastra. Hak yang melekat

pada ciptaan disebut hak cipta.

13
Mujiyono Ferianto, 2017, Buku Praktis Memahami dan Cara Mendapatkan Hak Kekayaan
Intelektual, Yogyakarta: Sentra HKI UNY, hlm. 1.
14
Elyta Ras Ginting, 2012, Hukum Hak Cipta Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hlm. 4
15
Abdulkadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994, hlm. 111.

9
b. Penemuan, yaitu kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang

teknologi yang dapat berupa proses atau hasil produksi atau

penyempurnaan dan pengembangan proses atau hasil produksi.

Hak yang melekat pada penemuan disebut hak paten.

c. Merek, yaitu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-

huruf, angkaangka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-

unsur tersebut, yang memiliki daya pembeda dan digunakan

dalam kegiatan perdagangan atau jasa. Hak yang melekat pada

merk disebut hak atas merk.

Macam-macam karya intelektual tersebut dalam Hak Kekayaan


Intelektual memiliki 7 (tujuh) cabang, yaitu: 16
1. Hak Cipta, merupakan cabang HKI yang melindungi ciptaan

manusia di bidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan. Ciptaan

yang dilindungi seperti program computer, musik, buku, novel,

karya arsitektur, tari, seni patung dan karya seni lainnya adalah

contoh dari ruang lingkup karya yang dilindungi oleh hak cipta.

2. Merek, merupakan tanda yang memberikan perbedaan pada barang

atau jasa dari satu perusahaan dengan barang atau jasa yang sejenis

yang diproduksi oleh perusahaan lain. Merek bisa berupa sebuah

tanda gambar, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dan

kombinasi dari unsur-unsur tersebut.

3. Paten, merupakan cabang HKI yang melindungi invensi yang berisi

pemecahan masalah di bidang teknologi. Paten dapat berupa


16
Tomi Suryo Utomo, 2010, Hak Kekayaan Intelektual di Era Global, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm.
7.

10
produk, proses maupun pengembangan atau penyempurnaan paten

produk atau proses. Paten terbagai menjadi dua jenis seperti yang

disebutkan dalam UU Paten Indonesia, yaitu: paten biasa dan paten

sederhana.

4. Desain Industri, merupakan cabang HKI yang melindungi tampilan

luar suatu kreasi berupa bentuk, konfigurasi, komposisi garis atau

warna, dan gabungan dari unsur-unsur tersebut yang dapat

berwujud pola dua dimensi atau tiga dimensi.

5. Rahasia Dagang, merupakan cabang HKI yang melindungi

informasi di bidang teknologi dan bisnis yang tidak diketahui oleh

umum. Contoh rahasia dagang yang dapat dilindungi oleh UU

Rahasia Dagang Indonesia adalah: metode yang digunakan pada

saat produksi, pengolahan, penjualan, ataupun informasi lain di

bidang teknologi dan bisnis.

6. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu , merupakan cabang HKI yang

melindungi kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari

berbagai elemen serta interkoneksi dalam satu sirkuit terpadu.

7. Perlindungan Varietas Tanaman, merupakann cabang HKI yang

melindungi sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang

bisa dilihat dari bentuk, pertumbuhan, daun, bunga, biji, dan

ekspresi karakteristik genotif atau kombinasi genotif.

D. Pengertian, aspek-aspek, dan pelanggaran Hak Cipta

11
1. Pengertian Hak Cipta
Hak cipta berdasarkan UU Hak Cipta merupakan hak eksklusif
pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.17 Hak ekslusif tersebut terdiri atas hak
moral ,hak ekonomi dan hak terkait. Hak moral merupakan hak
yang melekat secara abadi pada diri pencipta, tidak dapat dialihkan
selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat
dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan setelah pencipta meninggal dunia.
Pelaksanaan hak moral dalam hal pengalihan hak cipta, penerima
dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat
pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan
secara tertulis.
Hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau
pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
ciptaan, salah satunya pendistribusikan ciptaan atau salinannya.
Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib mendapatkan
izin pencipta atau pemegang hak cipta. Setiap orang yang tanpa
izin dari pencipta maupun pemegang hak cipta dilarang melakukan
pengadaan dan/atau penggunaan secara komersial ciptaan.
Hak terkait merupakan hak ekslusif bagi Pelaku yang
memperbanyak atau penyiarkan suatu pertunjukan; bagi Produser
Rekaman Suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya
rekaman suara atau bunyinya; dan bagi Lembaga Penyaiaran untuk
membuat, memperbanyak, atau menyaiarkan karya siarannya.18
2. Aspek- Aspek dalam Hak Cipta

17
Muchsin, Loc. Cit.
18
Mujiyono Ferianto, Loc. Cit., hlm. 13.

12
Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UU Hak Cipta, Pencipta adalah
seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan
pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang
dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
Sedangkan pemegang hak cipta menurut Pasal 1 ayat (4) UU
Hak Cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak
yang menerima hak tersebut dari pencipta atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.
Ciptaan yang dilindungi antara lain dalam bidang ilmu
pengetahuan, kesenian, dan kesusastraan, yaitu:
a. Buku, program computer, pamflet, perwajahan (lay out)
karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulisan
lain;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis
dengan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan
ilmu pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan,
dan pantomime;
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar,
seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan
seni terapan;
g. Arsitektur;
h. Peta;
i. Seni batik;
j. Fotografi;
k. Sinematografi;
l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, data base, dan
karya lain dari hasil pengalihwujudan.

13
Perlindungan hak cipta timbul secara otomatis sejak ciptaan
tersebut diwujudkan secara nyata. Pendaftaran ciptaan bukan suatu
kewajiban untuk mendapatkan hak cipta, namun pendaftaran
ciptaan dapat memudahkan dan menjadi alat bukti apabila timbul
sengketa dikemudian hari.
Jangka waktu perlindungan hak cipta yang diberikan pada
pencipta atau pemegang hak cipta paling lama adalah selama hidup
pencipta dan terus berlangsung selama 50 tahun setelah Pencipta
meninggal dunia. Untuk beberapa ciptaan tertentu, hak cipta yang
dilindungi 50 tahun sejak pertama kali diumumkan dan jangka
waktu perlindungan yang paling pendek yaitu 25 tahun sejak
pertama kali diumumkan.
Adapun peristiwa hukum untuk untuk pengalihan hak
berdasarkan perjanjian, jual beli, pemberian hibah, wasiat, dan
warisan seperti yang diatur dalam Pasal 3 ayat (2) UUHC. Tidak
hanya itu, Pasal 45 UUHC juga membolehkan pemilik hak cipta
memberi izin kepada pihak lain untuk melaksanakan hak
eksklusifnya atas ciptaan berdasarkan perjanjian lisensi.
Lisensi adalah izin yang diberikan pemegang hak cipta atau
pemegang hak terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya.
Perjanjian lisensi menurut Pasal 1 angka 20 UUHC, adalah izin
tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang
Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi
atas suatu ciptaan.
Pelaku adalah aktor, penari, pemusik, penyamyi atau mereka
yang menampilkan, menyanyikan atau memainkan sesuatu ciptaan
dalam pertunjukan musik, drama, film, atau karya seni lainnya.
Produser rekaman suaru adalah orang, atau badan hukum yang
bertanggung jawab sepenuhnya dari awal perekaman suara atau
perekaman bunyi.

14
Lembaga Manajemen Kolektif merupakan lembaga bantuan
berbentuk badan hukum Indonesia yang mendapatkan kewenangan
atribusi untuk menarik, menghimpun dan mendistribusikan Royalti
bagi pencipta atau pemegang hak cipta sebelum Undang-Undang
No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta diresmikan.
Namun memalui Deklarasi Bali yang dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) bersama dengan

Lembaga Manajemen Kolektif Nasional dan 8 (delapan) Lembaga

Manajemen Kolektif (LMK) seperti KCI, WAMI, RAI, SELMI,

PAPPRI, ARDI, ARMINDO, dan SMI menyepakati pemungutan

royalti dilakukan satu pintu. 19

Melalui Deklarasi Bali itu LMKN menjadi satu-satunya badan


yang memiliki kewenangan untuk menarik, menghimpun, dan
mendistribusikan royalti dari pengguna yang bersifat komersil
kepada pencipta dan/atau pemegang hak cipta.
Agregator musik merupakan pihak yang mendistribusikan lagu
dan/atau musik kepada toko musik digital dan platform musik
streaming online serta mengelola royalti pemegang hak cipta yang
didapatkan dari kedua toko maupun platfrom. Berbeda dengan
LMKN agregator musik tidak tercantum dan diatur secara jelas
dalam UUHC.

3. Pelanggaran Hak Cipta


Pelanggaran hak cipta merupakan pemanfaatan karya cipta
tanpa izin dari pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mendapatkan keuntungan ekonomi. Perbuatan yang termasuk

19
“Deklarasi Bali” Sepakati Pemungutan Royalti Musik Satu Pintu Jadi Lebih Tertib Dan
Transparan”. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.

15
kedalam pelanggaran hak cipta di UUHC yaitu pembajakan dan
penggunaan secara komersil tanpa izin dari pencipta atau
pemegang hak cipta. Diatur pula kententuan pidananya dalam pasal
112 sampai dengan pasal 120. Tindak pidana dalam pasal-pasal itu
termasuk kedalam delik aduan yaitu delik yang hanya dapat
diproses apabila ada pengaduan
E. Definisi Musik (Lagu)
Musik merupakan suatu kesenian yang sangat melekat disetiap
aspek kehidupan manusia sehari-hari. Para ahli mendefinisikan
musik denga bahasa yang berbeda berikut ini adalah definisi
musik.
Menurut Jamalus bahwa musik adalah suatu hasil karya seni
bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-
unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk, dan struktur
lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.20
Menurut Banoe musik adalah cabang seni yang membahas dan
menetapkan berbagai suara ke dalam suatu pola yang dimengerti
dan dipahami oleh manusia. Musik yang baik adalah musik yang
terdiri dari unsur melodi, ritme, dan harmoni.21

F. Perkembangan Musik ke Era Digital (Streaming)


Menurut Simpson inkarnasi dari industri musik dikategorikan
menjadi dua yaitu Era mekanikal (pianolas dan lembaran musik),
Era elektronik (mikrofon, format produk rekaman analog), dan Era
digital ( CD, download, mengakses musik secara online).22

20
Jamalus, 1988, Panduan Pengajaran buku Pengajaran musik melalui pengalaman musik, Proyek
pengembangan Lembaga Pendidikan: Jakarta, hlm.1.
21
Banoe, 2003, Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 288.
22
Gerry Wahyu dan Sari Monik, 2019, Pemasaran Musik Pada Era Digital Digitalisasi Industri
Musik dalam Industri 4.0 di Indonesia, Jurnal WACANA, hlm. 4.

16
Menurut Murphy pergeseran era industri musik fisik menjadi
digital dipengaruhi oleh bagaimana musik di produksi dan di
konsumsi pada masa sekarang.23
Era digital pertama kali muncul dengan Compact Disc (dapat
menyimpan musik sebagai file digital). Era digital dibagi menjadi
tiga fase:
1. Fase pertama, transisi dari kaset menuju teknologi CD. Fase
ini memungkinkan penjualan di produk digital (CD, digital
audiotape, digital compatt cassete, DVD) memiliki kualitas
yang sama dengan kualitas audio dari master rekaman
digital.
2. Fase kedua, diawali dengan teknologi kompresi MP3 yang
dapat berbagi digital download, dikembangkan oleh Motion
Picture Group (MPEG). Fase ini berjalan beriringan dengan
pesatnya perkembangan internet yang memfasilitasi
pembajakan musik pada fase ini. Download digital secara
legal pertama kali digagas oleh iTunes pada tahun 2001
yang dikembangkan oleh perusahaan Apple.
3. Fase ketiga, transisi yang terjadi sangat signifikan seperti
saat ini yaitu munculnya streaming musik secara digital
(gratis dan memalalui berlangganan) menggeser penjualan
musik secara digital. Streaming musik diyakini dapat
mengurangi pembajakan musik secara digital karena sangat
mudahnya akses situs-situs ilegal yang menyediakan lagu
bajakan yang dapat di unduh secara gratis. Salah satu
aplikasi menyedia streaming musik adalah Spotify.
Spotify merupakan layanan streaming musik digital
yang memberikan akses ke jutaan lagu, podcast, dan video
24
dari artis yang ada di seluruh dunia.
23
Ibid.
24
S Yoliis Michdon Netti dan Irwansyah, 2018, Spotify : Aplikasi Music Streaming untuk Generasi
Milenial. Jurnal Komunikasi, 10(10), hlm. 4.

17
X. METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini untuk menemukan jawaban dari permasalahan,
maka penulis mengadakan penelitian dengan metode sebagai berikut:
A. Metode Pendekatan
Penelitian ini dibuat dengan menggunakan pendekatan penelitian
hukum normatif. Pendekatan penelitian hukum normatif merupakan
penelitian hukum yang meletakan hukum sebagai sebuah bangunan
sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-
asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, putusan
pengadilan, perjanjian serta doktirn (ajaran). Sehingga masalah
menegenai perlindungan hukum hak cipta di layanan musik streaming
yang telah penulis dapatkan dari sumber yang ada akan penulis
analisis berdasarkan hukum positif.
B. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif
analitis yaitu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan
menjelaskan suatu permasalahan. Penulis dalam hal ini berusaha
menunjukkan fakta selengkap-lengkapnya dan sebenar-benarnya.25
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang lansung didapatkan dilapangan
terkait dengan permasalahan yang akan dibahas, melalui wawancara
dengan pihak pencipta lagu atau musisi, produser musik, dan
masyarakat.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan atau dikumpulkan
dari sumber-sumber yang telah ada yaitu kepustakaan dan laporan

25
Suteki dan Galang Taufani, 2008, Metodologi Penelitian Hukum: Filsafat, Teori, dan Praktik,
Depok: Rajawali, hlm. 133.

18
peneliti terdahulu.26 Data sekunder yang akan digunakan dalam
penelitan ini yaitu Bahan Hukum Primer dan Bahan Hukum Sekunder.
1. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mempunyai

kekuatan mengikat. Bahan Hukum Primer yang digunakan untuk

penelitian ini adalah Peraturan Perundang-Undangan terutama di bidang

hulu migas serta hukum perjanjian. Peraturan perundang-undangan

tersebut mulai dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 jo Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.27

2. Bahan Hukum Sekunder antara lain terdiri dari buku atau jurnal
hukum yang berisi tentang prinsip-prinsip dasar (asas hukum, pandangan
para ahli hukum (doktrin), hasil penelitian hukum, kamus hukum dan
ensiklopedia hukum.28

D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data untuk memperoleh data dalam
penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan
yang bertujuan untuk mencari jawaban, dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau informan.
b. Penelititan Kepustakaan
26
M Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya, Jakarta: Ghalia
Indonesia, hlm. 82.
27
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Metode Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm 42.
28
Ibid, hlm 43.

19
Penelitian Kepustakaan yaitu penelitan yang dilakukan
di perpustakaan (biasanya data sekunder).29 Hal ini berupa
beberapa keterangan dari literatur dan dokumentasi ataupun
undang-undang yang berhubungan dengan pokok
pemasalahan yang dibahas, dan diharapkan dapat
memberikan solusi dari permasalahan.

E. Metode Analisis Data


Metode analisis data dalam penelitian ini adalah normatif
kualitatif. Normatif memiliki arti bahwa data yang didapat dianalisis
berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan. Sementara kualitatif
merupakan jenis data yang terdiri dari kata-kata. Sehingga setelah data
terkumpul kemudian dianalisis, diuraikan, dan dihubungkan antara
data yang satu dengan yang lain sehingga dapat diketahui prosedur/
tahapan pelaksanaan penyelesaian sengketa royalti di aplikasi
streaming musik.

JADWAL WAKTU PELAKSANAAN PENELITIAN


Jadwal waktu pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

No. Jenis Kegiatan Bulan 1 Bulan 2

1. Tahapan Persiapan

29
Suteki dan Galang Taufani, Loc. Cit., hlm. 147.

20
Penelitian pengumpulan dan
2. Informasi data

3. Pengelolaan data

Penulisan Draft Laporan


4. Akhir

Penulisan Laporan dan


5. Penyerahan Laporan

21
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Agnes, Yessica. “Perlindungan Terhadap Lagu Yang Dinyanyikan Ulang (Cover) Untuk
Kepentingan Komersial Dalam Media Internet Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.” 2018: 3.

Ardi. Laguku Sayang (tanpa Izin) Dinyanyikan Orang. 2018. https://mediaindonesia.com


(diakses Mei 3, 2020).

Asasi, Direktorat Kementerian Hukum dan Hak. “"Deklarasi Bali" Sepakati Pemungutan
Royalti Musik Satu Pintu Jadi Lebih Tertib dan Transparan.” Bali, t.thn.

Banoe. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Djohan. Terapi Musik: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress, 2006.

Fajar, Mukti, dan Yulianto Achmad. Metode Penelitian Hukum Normatif & Empiris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Ferianto, Mujiyono. Buku Praktis Memahami dan Cara Mendapatkan Hak Kekayaan
Intelektual . Yogyakarta: Sentra HKI UNY, 2017.

Fuady, Munir. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Cipta Aditya Bakti, 2011.

Hadjon, Philipus M. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press, 2005.

Hasan, M Iqbal. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya. Jakarta:


Ghalia Indonesia, 2002.

Hasibuan, Otto. Hak Cipta Di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring
Rights, dan Collecting Society. Bandung: PT Alumni, 2008.

Jamalus. Panduan Pengajaran buku Pengajaran musik melalui pengalaman musik.


Jakarta: Proyek pengembangan Lembaga Pendidikan, 1988.

Machlis, Joseph. The Enjoyment of Music. New York: W. W. Norton & Company Inc,
1963.

Muchsin. Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia. Surakarta:


Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003.

Muhammad, Abdilkadir. Hukum Harta Kekayaan. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994.

Netti, S Yoliis Michdon, dan Irwansyah. “Spotify : Aplikasi Music Streaming untuk
Generasi Milenial.” Jurnal Komunikasi 10, no. 10 (2018): 4.

Purbawati, Retno. “Perlindungan Hak Cipta Atas Streaming Lagu Dalam Joox.” Jurist-
Diction 4 (2019): 620.

1
Soeharto, M. Kamus musik. Jakarta, 1992.

Suteki, dan Galang Taufani. Metodologi Penelitian Hukum: Filsafat, Teori, dan Praktik.
Depok: Rajawali, 2008.

Utomo, Tomi Suryo. Hak Kekayaan Intelektual di Era Global. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010.

Wahyu, Gerry, dan Sari Monik. “Pemasaran Musik Pada Era Digital Digitalisasi Industri
Musik dalam Industri 4.0 di Indonesia.” WACANA, 2019.

Anda mungkin juga menyukai