Perbarengan peraturan terjadi dalam hal satu orang telah melakukan satu
perbuatan (een feit) dimana satu perbuatan tersebut telah melanggar lebih dari satu aturan
pidana. Pasal 63 Ayat (1) KUHP, yang menyatakan bahwa : "Jika suatu perbuatan (een
feit) masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah satu
diantara aturan - aturan tersebut dan jika berbeda - beda, maka yang dikenakan yang
memuat ancamam pidana pokok yang paling berat". sementara Pasal 63 Ayat (2)
Menyatakan : "Jika sesuatu perbuatan masuk dalam suatu aturan pidana umum, diatur pula
dalam aturan pidana yang khusus, maka hanya yang khusus itu saja yang dijatuhkan".
3. Perbarengan pertauran dimana satu perbuatan masuk atau diatur dalam suatu aturan
pidana umum yang sekaligus masuk dalam aturan pidana khusus. Maka pidana yang
dijatuhkan adalah pidana yang diancamkan pada aturan pidana yang khusus (Ayat 2).
Ketentuan sistem pemidanaan ini merupakan perwujudan dari asas "Lex Specialis
Derogat Legi Generalis" (berasal dari hukum romawi) yang dianut dalam hukum
pidana kita.
Bentuk Samenloop ini apabila disandingkan dengan stelsel pemidanaan maka akan
ditemukan beberapa persamaan dan perbedaan yaitu :
Persamaan :
Sama-sama telah melakukan lebih dari satu perbuatan yang merupakan tindak
pidana
Perbedaan :
Pada perbarengan peraturan, apabila melakukan lebih dari satu delik maka
akan dikenakan sangsi yang terberat namun menurut stelsel kumulasi apabila
melakukan lebih dari satu delik maka seluruh ancanam setiap delik akan
dijatuhkan (diakumulasi)
Persamaan :
Sama-sama dikenai ancaman terberat apabila melakukan lebih dari satu
tindakan yang melanggar aturan
Perbedaan :
Perbedaan : Pada sistem stelsel ini setiap ancaman diakumulasi menjadi satu, berbeda
dengan perbarengan peraturan yang menyatakan bahwa hanya akan dikenai ancaman
terberat diantara delik yang dilakukan.
Dalam hal perbuatan berlanjut ini diatur dalam Pasal 64 KUHP yang rumusannya
adalah sebagai berikut :
Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing - masing merupakan kejahatan atau
pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai suatu
perbuatan berlanjut (Voortgezette Handeling), maka hanya diterapkan yang memuat
ancaman pidana pokok yang paling berat.
1. Dengan Stelsel Absorpsi (Absorptie Stelsel)
Perbedaan : pada stelsel absorpsi diperberat terdapat syarat tambahan yaitu ancaman
diperberat sebanyak sepertiga
Perbedaan : dalam stelsel ini keseluruhan ancaman diakumulasi namun tidak boleh
melebihi pidana yang terberat ditambah sepertiga
Dari bunyi rumusan Pasal 65 Ayat (1) dan 66 Ayat (1) KUHP, perbarengan perbuatan adalah
beberapa perbuatan yang masing - masing harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri
sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan. Definisi perbuatan dalam rumusan tersebut
adalah perbuatan yang telah memenuhi seluruh syarat dari suatu tindak pidana tertentu, atau
secara singkat adalah tindak pidana. Sistem penjatuhan pidana perbarengan perbuatan
dibedakan menurut macamnya perbarengan perbuatan. Berdasarkan Pasal 65, 66 dan 70
KUHP ada 4 (empat) macam yaitu :
1. Perbarengan perbuatan antara beberapa kejahatan yang masing - masing diancam
dengan pidana pokom yang sama jenisnya (Pasal 65), penjatuhan pidananya dengan
menggunakan sistem hisapan yang diperberat (verscherpte absorbsi stelsel), yaitu
dijatuhi satu pidana saja (Ayat 1) dan maksimum pidana yang dijatuhkan itu ialah
jumlah maksimum pidana yang diancamkan kepada tindak pidan itu, tetapi tidak
boleh lebih dari maksimum pidana yang terberat ditambah sepertiga (⅓) (Ayat 2).
Misalnya seperti pemerasan (368, maksimum 9 tahun penjara) dengan pembunuhan
(338, Maksimum 15 tahun penjara). Apabila dua kejahatan tersebut dilakukan oleh
satu orang, maka hanya dijatuhi satu pidana saja, tetapi dapat diperberat dengan
ditambah sepertiganya dari maksimum 15 tahun (yang terberat), sehingga
maksimumnya menjadi 20 Tahun.
2. Perbarengan perbuatan antara dari beberapa kejahatan yang diancam dengan pidana
yang tidak sama jenisnya (Pasal 66), penjatuhan pidananya dengan menggunakan
sistem kumulasi terbatas (het gematigde cumulatie stelsel) terhadap masing -
masing kejahatan itu dijatuhi pidana sendiri - sendiri pada pembuatnya. Tetapi
jumlahnya tidak boleh lebih berat dari maksimum pidana yang terberat ditambah
sepertiga (Ayat 1).
Bentuk Samenloop ini apabila disandingkan dengan stelsel pemidanaan maka akan
ditemukan beberapa persamaan dan perbedaan yaitu :
1. Dengan Stelsel Absorpsi (Absorptie Stelsel)
Perbedaan : dalam stelsel absorpsi ini tidak terdapat aturan ancaman terberat dengan
ditambah sepertiganya
Persamaan : bentuk samenloop ini juga menggunakan stelsel kumulasi murni dimana
ini terdapat dalam Pasal 70 KUHP
Persamaan : dalam bentuk samenloop ini, pelaku yang melakukan lebih dari satu
delik akan dikenai ancaman terberat ditambah sepertiganya