Anda di halaman 1dari 3

Analisis Pertanggung Jawaban Pidana Korporasi (PT.

Ilhung Muliasarana)
UUTPPU merupakan salah satu undang-undang yang paling lengkap dalam memuat ketentuan
mengenai pertanggungjawaban pidana korporasi. Dalam UUTPPU syarat atau kriteria dapat
dijatuhkannya pidana terhadap Korporasi dalam tindak pidana pencucian uang diatur dalam Pasal 6 ayat
(2) UUTPPU yang menyebutkan:

“Pidana dijatuhkan terhadap Korporasi apabila tindak pidana pencucian uang:

a. Dilakukan atau diperintahkan oleh Personil Pengendali Korporasi;

b. Dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan korporasi

c. Dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pelaku atau pemberi perintah; dan

d. Dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi Korporasi

Syarat dalam Pasal 6 ayat (2) UUTPPU harus terpenuhi seluruhnya untuk dapat menjatuhkan pidana
terhadap korporasi.

Syarat Pertama dalam Pasal 6 ayat (2) butir 1 UUTPPU menyebutkan bahwa untuk dapat
menjatuhkan pidana terhadap korporasi yang melakukan tindak pidana pencucian uang adalah
“dilakukan atau diperintahkan oleh personil pengendali korporasi”. Penggunaan syarat/kriteria ini
menunjukan bahwa teori identifikasi digunakan sebagai basis teoritis penentuan tindak pidana
pencucian uang yang dilakukan oleh korporasi. Makna personil pengendali korporasi hakikatnya sama
dengan orang-orang tertentu dalam suatu korporasi yang ketika melakukan suatu perbuatan, termasuk
melakukan perbuatan yang dilarang, perbuatan orang tersebut identik dengan perbuatan korporasi.
Personil pengendali korporasi dalam doktrin identifikasi sering juga diartikan sebagai directing mind dari
suatu perusahaan. Hal ini diartikan sebagai Individu yang diberikan wewenang untuk bertindak atas
nama perusahaan. Sehingga selama menjalankan bisnis perusahaan tersebut maka “mens rea” para
individu tersebut meupakan “mens rea” dari perusahaan tersebut. Salah satu cara untuk menentukan
apakah seseorang itu merupakan directing mind and will dari suatu korporasi adalah dengan melihat ke
anggaran dasar dan struktur organisasi dari korporasi tersebut. Singkatnya, makna personil pengendali
korporasi misalnya disamakan dengan Direktur Utama dalam suatu korporasi atau pejabat lain yang
selevel dengan itu.

Jika dilihat pada kasus PT.ILHUNG MULIASARANA sebagaimana disebutkan dalam kasus posisi
diatas dalam akta pengalihan saham PT.ILHUNG MULIASARANA milik Nyonya Risikta kepada Terdakwa 1
dan Terdakwa 2. Akta tersebut menyebutkan bahwa Terdakwa 1 memiliki saham sebanyak 30 lembar
saham dengan jabatan sebagai komisaris, sedangkan terdakwa 2 sebagai direktur utama dengan
kepemilikan saham sebanyak 70 lembar saham. Berdasarkan hal ini maka jelas bahwa terdakwa 1 dan
terdakwa 2 merupakan personil pengendali korporasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
UUTPPU. Oleh Karena itu syarat pertama telah terpenuhi.

Syarat kedua “dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan Korporasi” dalam
penjelasan Undang-undang TIndak Pidana Pencucian Uang tidak ada penjelasan yang komprehensif
mengenai syarat kedua ini. Oleh karena itu peneleiti mencoba melihat Risalah sidang/Memorie Van
Toelichting UUTPPU No. 8 Tahun 2010. Maksud dan tujuan korporasi ini berarti segala tindakan yang
dilakukan oleh personil pengendali dianggap sebagai tindakan korporasi selama masih sesuai dengan
maksud dan tujuan Korporasi sebagaimana ditentukan oleh Anggaran dasar dari perusahaan. Dalam
syarat kedua ini tidak melihat berhasil mendapatkan Anggaran Dasar PT.ILHUNG MULIASARANA. Namun
jika dilihat dalam putusan diatas pada dasarnya PT.ILHUNG MULIASARANA memang terdaftar sebagai
salah satu penambang nikel di lokasi tambang milik PT. DARMA ROSADI INTERNASIONAL. Hal ini
menunjukan bahwa memang PT.ILHUNG MULIASARANA sudah lama berkecimpung dalam dunia
penambangan maupun ekspor nikel. Hal ini mengindikasikan bahwa benar maksud dan tujuan dari PT.
ILHUNG MULIASARANA bergerak dalam penambangan dan ekspor nikel. Sayang dalam kasus ini terjadi
penipuan yang dilakukan oleh PT.ILHUNG MULIASARANA dengan kedok pembiayaan ekspor nikel yang
dilakukan oleh para tedakwa sebagai Personil Pengendali Korporasi.

Teori identifikasi yang digunakan sebagai dasar untuk menjatuhkan pidana bagi korporasi dalam
Pasal 6 ayat (2) UUTPPU mengakui bahwa Pertanggungjawaban pidana dari suatau korporasi bergantung
pada apakah perbuatan yang dilakukan merupakan perbuatan dari individu atau sekelompok individu
yang mewakili directing mind and will dari korporasi. Alat ukur untuk menentukan hal tersebut adalah
“does the person control the coporation as the brains control the human body. Dalam kasus diatas
kegiatan penipuan sekaligus pencucian uang aktif dengan modus pembiayaan ekspor nikel dilakukan
oleh para terdakwa sebagai Komisaris dan Direktur Utama. Oleh karena itu berdasarkan teori identifikasi
diatas maka kegiatan penipuan dan pencucian aktif yang dilakukan oleh para terdakwa dapat dianggap
mewakili directing mind and will dari korporasi. Oleh karena itu syarat kedua ini pun telah terpenuhi.

Syarat ketiga “dilakukan dalam rangka pemenuhan tugas dan fungsi pelaku atau pemberi
perintah” makna syarat ini berarti tindakan tersebut dilakukan oleh personil pengendali
korporasi/pegawai korporasi yang masih termasuk dalam ruang lingkup fungsi dan kewenangan
korporasi dimana ia bekerja. Hal serupa juga disebutkan dalam memorie van toelichting UUTPPU yang
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemenuhan tugas dan fungsi pelaku atau pemberi perintah
berarti bahwa Personil Pengendali Korporasi dalam Melakukan perbuatan yang merupakan tindak
pidana pencucian uang tersebut harus berkaitan dengan tugas dari personil pengendali yang
bersangkutan.

Dalam kasus diatas personil pengendali baik terdakwa 1 ataupun terdakwa 2 sebagai Komisaris
dan Direktur utama bersama-sama melakukan serangkaian kegiatan berupa menempatkan,
mentransfer, membelanjakan dan mengkonversi ke berbagai mata uang harta kekayaan yang diperoleh
dari hasil kejahatan sebagaimana disebutkan dalam rincian kegiatan pencucian uang aktif yang telah
dibahas sebelumnya. Segala kegiatan aktif tersebut para terdakwa lakukan sebagai komisaris dan
Direktur Utama PT.ILHUNG MULIASARANA yang memiliki wewenang untuk bertindak atas nama
perusahaan. Oleh karena itu segala kegiatan tersebut merupakan bentuk menjalanakan wewenang
sebagai Komisaris dan Direktur utama. Oleh karena dapat dilihat syarat ketiga dalam Pasal 6 ayat (2)
UUTPPU ini telah terpenuhi.

Syarat Keempat “dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi korporasi” dalam
memenuhi frasa keempat ini, terdapat tiga kemungkinan yang mungkin timbul yaitu: Pertama, orang
yang melakukan perbuatan dengan maksud memberikan manfaat bagi korporasi adalah personil
pengendali korporasi. Kedua, orang yang melakukan perbuatan dengan maksud memberikan manfaat
bagi korporasi bukan personil korporasi tetapi pegawai dibawahnya, dan perbuatan tersebut masih
dalam ruang lingkup dan fungsi-fungsi dan kewenangan korporasi. Ketiga, bisa saja orang yang
melakukan perbuatan dengan maksud memberikan manfaat bagi korporasi bukan personil pengendali
korporasi dan bukan pula pegawai di bawahnya, melainkan orang-orang tertentu di luar korporasi baik
diperintahkan oleh personil pengendali korporasi maupun diperintahkan oleh pegawai di bawahnya.

Anda mungkin juga menyukai