SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
DisahkanOleh
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Tanjungpura
Tim Penguji :
Pangkat/
Jabatan Nama dan NIP Golongan Tanda Tangan
Puja, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “TANGGUNG
dipenuhi dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura
Pontianak.
terlepas dari bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada :. Maka pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih serta hormat
2. Bapak Dr. Sy. Hasyim Azizurrahman, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas
skripsi ini.
4. Bapak H. Wan Romeo, SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II dalam
5. Bapak Idham, SH.MH, selaku Dosen Penguji I dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Chandra Maharani, SH.MH, selaku Dosen Penguji II dalam penulisan skripsi
ini.
9. Seluruh responden yang telah bersedia memberikan data dalam penulisan skripsi
ini.
keterbatasan baik dari segi ilmu, ketajaman analisis maupun sumber – sumber
lainnya, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
Parkir merupakan salah satu unsur prasarana transportasi yang tidak terpisahkan
dari sistem jaringan transportasi, sehingga pengaturan parkir akan mempengaruhi
kinerja suatu jaringan, terutama jaringan jalan raya. Daerah perkotaan dengan
kepadatan penduduk dan tingkat ekonomi yang tinggi mengakibatkan tingkat
kepemilikan kendaraan pribadi yang tinggi pula. Apabila kondisi ini didukung
dengan kebijakan pemerintah dalam manajemen lalu lintas yang tidak membatasi
penggunaan mobil pribadi, maka akan mendukung pelaku pergerakan untuk selalu
menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini akan menimbulkan kebutuhan lahan parkir
yang besar pada zona tarikan, sebagai contoh pada daerah pusat bisnis. Oleh sebab
itu masalah parkir diatur di dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 tentang
lalu lintas dan angkutan jalan. Parkir merupakan bagian penting dalam menejemen
lalu lintas dalam hal ini telah diatur dalam peraturan pemerintah No. 20 tahun 1997
tentang retribusi yang menyebutkan bahwa tarif parkir dikawasan rawan kemacetan
dengan tujuan mengendalikan tingkat penggunaan lahan parkir. Meningkatnya
jumlah pengguna atau pemakai kendaraan bermotor roda empat juga menimbulkan
masalah baru, yaitu tempat parkir yang disediakan cenderung tidak memadai
sehingga harus berdesak-desakan. Hal ini dapat menimbulkan resiko atau cacatnya
body kendaraan akibat terhimpit kendaraan lain pada lokasi parkir dan apakah
Pemilik Kendaraan Bermotor Roda Empat Telah Mendapatkan Ganti Rugi Dari
Petugas Parkir Akibat Kerusakan Kendaraan Bermotor Roda Empat Yang Diparkir
di Lokasi Perparkiran dan tanggung jawab petugas parkir terhadap kerusakan
kendaraan bermotor roda empat yang berada di bawah pengawasannya dan akibat
hukum yang timbul jika petugas parkir tidak bertanggung jawab atas kerusakan
kendaraan bermotor roda empat yang berada dalam pengawasannya. Agar supaya
tidak terjadi akibat-akibat yang mungkin timbul dalam memarkir kendaraan
bermotor roda empat, maka petugas parkir dalam mengarahkan kendaraan yang
diparkir dapat memperhatikan jarak antara kendaraan yang satu dengan lainnya,
disamping mengarakan kendaraan bermotor roda empat yang diparkir pada tempat
yang layak untuk menghindari tumbangnya kendaraan roda dua yang diparkir, yaitu
menyediakan sarana dan prasarana yang lebih baik. Agar supaya terdapat
keseimbangan antara hak dan kewajiban petugas parkir dengan pemilik kendaraan
bermotor roda empat, maka atas prestasi yang telah diberikan pemilik kendaraan
bermotor berupa pembayaran uang parkir, maka petugas parkir wajib menanggung akibat
yang terjadi baik berupa kerusakan maupun atas kehilangan kendaraan bermotor yang
diparkirnya, sehingga tidak ada alasan jumlah uang parkir terlalu kecil pada resiko yang
ditanggung. Parkir merupakan salah satu unsur prasarana transportasi yang tidak
terpisahkan dari sistem jaringan transportasi, sehingga pengaturan parkir akan
mempengaruhi kinerja suatu jaringan, terutama jaringan jalan raya.Daerah perkotaan
dengan kepadatan penduduk dan tingkat ekonomi yang tinggi mengakibatkan tingkat
kepemilikan kendaraan pribadi yang tinggi pula. Apabila kondisi ini didukung dengan
kebijakan pemerintah dalam manajemen lalu lintas yang tidak membatasi penggunaan
mobil pribadi, maka akan mendukung pelaku pergerakan untuk selalu menggunakan
kendaraan pribadi. Hal ini akan menimbulkan kebutuhan lahan parkir yang besar pada
zona tarikan, sebagai contoh pada daerah pusat bisnis. Oleh sebab itu masalah parkir
diatur di dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan. Parkir merupakan bagian penting dalam menejemen lalu lintas dalam hal ini telah
diatur dalam peraturan pemerintah No. 20 tahun 1997 tentang retribusi yang
menyebutkan bahwa tarif parkir dikawasan rawan kemacetan dengan tujuan
mengendalikan tingkat penggunaan lahan parkir. Meningkatnya jumlah pengguna atau
pemakai kendaraan bermotor roda empat juga menimbulkan masalah baru, yaitu tempat
parkir yang disediakan cenderung tidak memadai sehingga harus berdesak-desakan. Hal
ini dapat menimbulkan resiko atau cacatnya body kendaraan akibat terhimpit kendaraan
lain pada lokasi parkir. Oleh karenanya, diperlukan jaminan kenyamanan dan keamanan
bagi pengguna jasa parkir. Pada saat sekarang, pengelola parkir umum belum
menimbulkan kewajibannya secara maksimal dalam menjaga kerusakan kendaraan
bermotor. Sedangkan pemilik kendaraan sebagai pihak pengguna jasa perparkiran tetap
membayar iuran parkir yang sudah ditetapkan. Jasa timbal balik atas kenyamanan dan
keamanan bagi pemilik kendaraan bermotor roda empat yang menggunakan jasa parkir
belum dijamin. Hal ini disebabkan karena terjadi kerusakan body kendaraan bermotor
roda empat akibat kelalaian petugas parkir, maka belum ada tanggung jawab yang jelas
pihak pengelola kepada pengguna jasa parkir, sehingga menimbulkan ketidak seimbangan
antara kewajiban dan hak yang didapat pengguna jasa parkir. Atas kerugian yang timbul
terhadap pengguna jasa parkir yang berada di bawah pengawasan petugas parkir, dapat
dipertanggungjawabkan menurut hukum. Karena petugas parkir berada di bawah
pengawasan pengelola perparkiran yang ada. Di samping itu, karena kerugian yang timbul
akibat kelalaian petugas parkir kerusakan maupun kerugian tersebut menjadi tanggung
jawab pihak pengelola. Di Kota Pontianak khususnya lokasi perparkiran di Kecamatan
Pontianak Selatan, pengguna jasa parkir sangat banyak, sehingga sangat diperlukan
petugas yang handal untuk melaksanakan tugasnya dalam rangka untuk menjaga dan
melindungi kendaraan bermotor yang diparkir. Tingginya tingkat penggunaan jasa parkir
saat sekarang menyebabkan banyak kendaraan bermotor roda empat yang diparkir
mengalami kerusakan akibat mobilnya terserempet kendaraan lainnya pada waktu parkir
tersebut tidak serta merta menjadi tanggung jawab petugas parkir yang ada. Hal ini akan
berdampak suatu kerugian bagi pengguna jasa parkir. Berdasarkan hasil penelitian awal
penulis lakukan di lokasi perparkiran di Kecamatan Pontianak Selatan yang
menyelenggarakan jasa parkir, bahwa sering terjadi kerusakan pada kendaraan bermotor
roda empat akibat terserempet karena kelalaian petugas parkir tidak secara langsung
membebankan petugas parkir untuk mengganti kerugian atas kerusakan yang terjadi.
Karena pada umumnya kerugian-kerugian yang timbul akibat kelalaian petugas parkir tidak
dapat dipertanggung jawabkan karena dalam karcis parkir tidak diatur secara tegas
sehingga pemilik kendaraan bermotor roda empat yang mengalami kerusakan body sulit
mengajukan tuntutan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Masalah Penelitian …………………………………………….. 4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 4
D. Kerangka Pemikiran …………………………………………... 5
1. Tinjauan Pustaka …………………………………………. 5
2. Kerangka Konsep ………………………………………… 12
E. Hipotesis ………………………………………………………. 14
F. Metode Penelitian …………………………………………….. 14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ….. ……………………………………………… 51
B. Saran ………………..………………………………………... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
manajemen lalu lintas yang tidak membatasi penggunaan mobil pribadi, maka
pribadi. Hal ini akan menimbulkan kebutuhan lahan parkir yang besar pada zona
tarikan, sebagai contoh pada daerah pusat bisnis. Oleh sebab itu masalah parkir
diatur di dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan.
hal ini telah diatur dalam peraturan pemerintah No. 20 tahun 1997 tentang
roda empat juga menimbulkan masalah baru, yaitu tempat parkir yang disediakan
pengguna jasa parkir. Pada saat sekarang, pengelola parkir umum belum
kendaraan bermotor roda empat yang menggunakan jasa parkir belum dijamin.
Hal ini disebabkan karena terjadi kerusakan body kendaraan bermotor roda
empat akibat kelalaian petugas parkir, maka belum ada tanggung jawab yang
ketidak seimbangan antara kewajiban dan hak yang didapat pengguna jasa parkir.
Atas kerugian yang timbul terhadap pengguna jasa parkir yang berada
perparkiran yang ada. Di samping itu, karena kerugian yang timbul akibat
terserempet kendaraan lainnya pada waktu parkir tersebut tidak serta merta
menjadi tanggung jawab petugas parkir yang ada. Hal ini akan berdampak suatu
sering terjadi kerusakan pada kendaraan bermotor roda empat akibat terserempet
parkir untuk mengganti kerugian atas kerusakan yang terjadi. Karena pada
dapat dipertanggung jawabkan karena dalam karcis parkir tidak diatur secara
Empat Telah Mendapatkan Ganti Rugi Dari Petugas Parkir Akibat Kerusakan
C. Tujuan Penelitian
bawah pengawasannya.
1. Tinjauan Pustaka
kekurang hati-hatiannya”.
Jadi substansi yang perlu diperhatikan adalah harus ada hak dan
kewajiban hukumnya sendiri, yaitu menjaga hak milik orang lain yang
1
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta,
1999
Jadi sebagai pemilik kendaraan bermotor pengguna jasa parkir
ganti kerugian.
2
Ronny Hanitijo Soemitro, Permasalahan Hukum Di Dalam Masyarakat, Alumni, Bandung, 2001,
halaman 20.
Dengan demikian, maka apabila diresapi pendapat Ronny Hanitijo
jawab pengguna jasa parkir, namun juga petugas parkir harus mempunyai
parkir agar terhindar dari kerugian yang mungkin akan timbul akibat
menetapkan hukum;
3
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. CV. Rajawali Press,
Jakarta, halaman 89.
4
Ibid, halaman 51.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan karsa yang
isi perjanjian baik tertulis berupa karcis parkir yang memuat perjanjian
baku maupun perjanjian tidak tertulis antara pengguna jasa parkir dengan
dilaksanakan5, yaitu:
“wanpretasi” ia alpa atau lalai atau ingkar janji, atau juga melanggar
dilakukannya”.
dijanjikan;
dilakukannya. 7
6
R. Subekti, Ibid, halaman 45
7
R. Subekti, ibid, halaman 46
1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat
perjanjian”;
3. Peralihan resiko;
pengguna jasa dirugikan, dan atas kerugian itu dapat dilakukan tuntutan
tanggung jawab yang ada padanya untuk menjaga agar barang jangan
bahwa :
bahwa sesuai dengan Pasal 1367 KUH Perdata9 bahwa : Seorang tidak
bawah pengawasannya.
roda empat yang diparkir akibat kelalaian petugas parkir, namun juga
8
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Press, halaman 91
9
R. Subekti dan Tjitrosudibio, Op-Cit, KUH Perdata.
2. Kerangka Konsep
dalam hal pengaturan dan pola pelaksana perparkiran yang telah terbentuk
uang retribusi parkir kepada petugas parkir, dalam konteks ini terdapat
lain adalah pihak Dinas Perhubungan dan petugas parkir dan pengguna
lintas dan angkutan jalan, parkir adalah kendaraan berhenti atau tidak
dapat berupa :
a. Biaya
dari sistem kerja dan kehati-hatian petugas parkir untuk meletak dan
pengawasannya.
tertulis biasanya secara tegas sudah diatur jumlah iuran yang wajib
dibayar pengguna jasa perparkiran. Jadi dengan adanya prestasi dari
E. Hipotesis
Rugi Dari Petugas Parkir Karena Tuntutan Tidak Sesuai Dengan Uang Jasa
F. Metode Penelitian
1. Bentuk Penelitian
turun kelapangan untuk mencari data dan informasi serta melihat dan
Daerah dan Juru Parkir sebagai sumber data melalui alat pengumpul data
berupa wawancara.
penelitian.
a. Populasi
data.
berikut:
2015.
b. Sampel
total.
sebagai berikut:
10
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES, halaman 106.
BAB II
KETENTUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN JASA
mana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau di mana dua orang itu
perjanjian adalah suatu perbuatan yang terjadi antara satu orang atau lebih
tidak lengkap dan terlalu luas. Tidak lengkap karena yang dirumuskan itu
hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Terlalu luas karena dapat mencakup
menimbulkan perjanjian.
ini, maka berbagai macam perbuatan yang dapat melahirkan hubungan hukum
pada setiap orang. Hal ini berkembang juga di bidang jasa parkir kendaraan
bermotor yang disebut parkir yang menyediakan tempat dan fasilitas serta
Dari peristiwa ini, timbullah hubungan hukum antara dua orang, yaitu
pengawas parkir dan pengguna jasa parkir yang dinamakan perikatan. Dalam
lainnya.
11
R. Subekti, Op-Cit, hal 1
12
R. Subekti, Op-Cit, hal 1
Jadi bila ditelaah pengertian perjanjian yang dimaksud oleh Sri
utama yang terkandung tidak ada unsur paksaan yang menggunakan fasilitas
tempat parkir, sehingga akhirnya tergantung dari pengguna jasa parkir seniri
bebas antara dua pihak yang cakap untuk bertindak demi hukum ( pemenuhan
kedua pihak, dalam mana satu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal
13
Sri Soedewi Masychum Sofwan, Hukum Perhutangan, Liberty, hal 06
14
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur, Bandung
1991, halaman 11
Dalam Hukum Perjanjian berlaku suatu asas yang dinamakan asas
berarti sepakat.
sesuatu formalitas. 15
15
R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 2002, halaman 15.
16
Ibid, halaman 15.
Orang yang mengadakan suatu perjanjian harus cakap menurut
hukum. Pada asasnya, setiap orang yang sudah dewasa atau akil
baliq dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum.
Sebagai syarat yang ketiga disebutkan bahwa suatu perjanjian
harus mengenai suatu hal tertentu, artinya apa yang diperjanjikan
hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu
perselisihan.
Sebagai syarat yang keempat untuk suatu perjanjian yang sah
adanya suatu sebab yang halal. Ini dimaksudkan tiada lain dari pada
isi perjanjian, jadi yang dimaksudkan dengan sebab atau causa dari
suatu perjanjian adalah isi perjanjian itu sendiri. 17
syarat sahnya suatu perjanjian menjadi dua jenis, yaitu syarat subjektif dan
syarat objektf. Syarat subjektif meliput dua syarat yang pertama, yaitu
suatu perjanjian, sedangkan syarat ojektif meliputi dua syarat yang terakhir,
yaitu mengenai suatu hal tertentu dan suatus sebab yang halal. 18
Apabila syarat subjektif tidak terpenuhi, maka perjanjian itu oleh satu
adalah pihak yang tidak bebas. Sedangkan apabila syarat objektif tidak
yang bersifat timbal balik, di mana para pihak mempunyai hak dan kewajiban
17
Ibid, halaman 17-20
18
Maryam Darus , ibid, halaman 26
masing-masing, dengan demikian perjanjian jasa mengandung suatu
hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang memberikan kekuatan hak-
dengan penyedia jasa diberbagai pelayanan jasa yang ditetapkan oleh kedua
harus dipenuhi. 19
kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk
dinikmati apabila masing-masing pihak yang terikat dalam suatu perjanjian telah
19
Ratminto dan Atik Winarsih. Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2005
diperjanjikan. Sedangkan hak dari para pihak tersebut adalah menerima sesuatu
sebagai penguna jasa dan pihak petugas parkir sebagai penerima kuasa parkir.
maka dapat disimpulkan secara umum bahwa hak dan kewajiban kedua belah
uang tersebut.
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang cukup menurut
pihak-pihak yang terikat harus mentaati perjanjian itu sama dengan undang-
terjadi pada waktu diparkir, maka petugas parkir bertanggung jawab untuk
sedangkan petugas parkir dan pengelola tidak bertanggung jawab, maka secara
1. Debitur harus membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur.
Dengan demikian, maka jelas apa yang menjadi tanggung jawab para
20
Abdulkadir Mohammad, Hukum Perjanjian, Alumni Bandung, hal 73
wajarlah dikatakan melakukan wanprestasi dengan menanggung segala akibat-
akibatanya.
dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh pihak-pihak agar perjanjian itu
mencapai tujuannya.
dan penyerahan, sebab pembayaran dapat terjadi apabila pihak yang bertanggung
yang tidak enak bagi debitur yang lalai ada empat macam yaitu: 21
Di samping itu, sedapat mungkin harus ada prestasi yang dibayar akibat
adalah : Kewajiban yang harus dipenuhi oleh debiur dalam setiap perikatan,
21
R. Subekti, Op-Cit, hal 45
22
Abdulkadir Muhammad, Ibid, halaman 17
Prestasi sama artinya dengan tanggung jawab para pihak dalam
perjanjian apapun bentuknya, sebab dengan terjadinya kerugian pada salah satu
pihak, maka kewajiban pihak lainnya untuk mengganti biaya yang timbul akibat
kerugian tersebut.
tentang sahnya suatu perjanjian yang terjadi. Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUH
Substansi yang terdapat pada Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata tersebut
adalah semua artinya seolah –olah isi dari pasal tersebut berisikan suatu
pernyataan kepada masyarakat bahwa setiap orang dapat membuat perjanjian apa
saja.
dilaksanakan dengan itikad baik. Itikad baik akan mendorong para pihak
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang dan mengikat
1367 KUH Perdata yang menyatakan ; Seorang tidak saja bertanggung jawab
pengawasannya.
Jika dilihat dari bunyi pasal 1367 KUH Perdata tersebut, jelas bahwa
tangung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengguna jasa perparkiran tidak
saja menjadi tanggung jawab petugas parkir, sebab petugas parkir menjalankan
kerusakan dan atau apapun nama yang menyangkut kerugian yang timbul akibat
Pada kenyataan yang terjadi bahwa ada hambatan pengguna jasa parkir
untuk mengajukan tuntutan ganti rugi atas kerusakan yang dialami kendaraan
bermotor roda empat yang diparkir, hal ini disebabkan perjanjian yang tidak
suatu keadaan atau kejadian yang tidak dapat diduga-duga terjadi sehingga
Pada hakekatnya overmacht ada yang mutlak dan ada yang relatif. Yang
mutlak adalah apabila prestasi sama sekali tidak dilaksanakan oleh siapapun juga,
melakukan wanprestasi.
Wanprestasi atau cidera janji itu ada kalau seorang debitur itu tidak
24
Ibid, halaman 25
25
Ibid halaman 27
kesalahannya atau dengan kata lain debitur tidak dapat membuktikan adanya
ganti rugi akibat lalai petugas perparkiran jelas dapat dibuktikan pada saat itu
juga, sehingga tidak ada alasan yang menyatakan bahwa ia terpaksa memarkir
kendaraan bermotor roda empat milik pengguna jasa parkir tidak tepat pada
jawab pada barang milik orang lain mengakibatkan ia wajib mengganti kerugian.
tentang apa yang dimasukkan dalam ganti rugi tersebut. Hal ini dapat dikatakan
26
R. Subekti, Op-Cit, halaman 47
perikatannya, tetapi lalainya atau sesuatu yang harus diberikan atau dibuat dalam
Yang dimaksud dengan ganti kerugian itu ialah ganti kerugian yang
karenanya dalam ganti kerugian tidak selalu memenuhi ketiga unsur diatas,
namun minimal ganti rugi itu adalah kerugian yang sungguh-sungguh terjadi dan
diderita oleh orang lain. Sehingga debitur diharuskan membayar ganti kerugian
karena ganti kerugian berdasarkan tuntutan salah satu pihak yang dirugikan.
membayar ganti kerugian yang nyata telah atau sedianya harus dapat
27
Abdulkadir Muhammad, Op-Cit, halaman 39
Jadi dengan demikian maka pengguna jasa parkir dapat mengajukan
tuntutan ganti kerugian akibat kerusakan kendaraan bermotor roda empat yang
A. Analisis Data
Pada bagian ini akan dilakukan analisa data hasil penelitian lapangan
Adapun populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah pemilik
diolah dalam bentuk tabulasi agar dapat lebih mudah difahami dan dimengerti.
populasi dijadikan sampel. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
TABEL 1
LAMANYA KENDARAAN DI PARKIR
2. 2 jam 5 50
N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah
Dari tabel 1 di atas, maka dapat diketahui bahwa lamanya pengguna jasa
diparir setiap hari pada lokasi parkir, maka dapat diketahui dari tabel berikut ini.
TABEL 2
RATA-RATA JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT
MILIK PENGGUNA JASA PARKIR SETIAP HARI
No Alternatif Frekuensi Prosentase
1. 1 – 2 setiap hari 5 50
2. 2 – 3 setiap hari 5 50
N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah
empat milik pengguna jasa yang diparkir setiap hari adalah yang menyatakan 1
memakirkan kendaraaanya. Dari uraian di atas dapat dilihat suatu fakta bahwa
cukup tinggi.
kurangnya efesiensi para petugas parkir untuk meletakkan, menyususn agar rapi
1. Ya 0 0
2. Tidak 10 100
N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah
( 100 % ) menyatakan bahwa semua pengguna jasa parkir tidak diberi karcis
tanda parkir kendaraan bermotor roda empat. Karcis tanda parkir kendaraan
bermotor roda empatnya, maka dapat diketahui dari tabel sebagai berikut :
TABEL 4
PERNAH TIDAK MEMARKIR KENDARAAN BERMOTOR RODA
EMPAT DITEMPAT YANG DISEDIAKAN OLEH JASA PARKIR
No Alternatif Frekuensi Prosentase
1. Ya 10 100
2. Tidak 0 0
N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah
Dari tabel 4 diatas, maka dapat diketahui bahwa semua responden yaitu
kendaraan bermotor roda empat pernah menggunakan jasa parkir di lokasi parkir.
TABEL 5
PERNAH TIDAKNYA KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT
YANG DIPARKIR MENGALAMI KERUSAKAN
No Alternatif Frekuensi Prosentase
1. Pernah 10 100
2. Tidak 0 0
N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah
pernah mengalami kerusakan dan tidak ada responden mengatakan tidak pernah.
Ini menunjukkan kendaraan bermotor roda empat yang diparkir di tempat parkir
mempunyai potensi besar mengalami kerusakan hal ini dialami oleh mayoritas
pada body kendaraan, pecah kaca spion, pecah lampu sen dan lain-lain.
berdesakan dan bersentuhan dan menyebabkan lecet pada cat atau body
kendaraan bermotor di samping ada kendaraan bermotor roda dua yang tumbang
yang layak dengan kuantitas yang lebih baik, agar setiap kendaraan bermotor
roda empat yang diparkir lebih leluasa dan mempunyai ruang gerak.
Ada tidak tuntutan ganti rugi dari pemilik kendaraan bermotor roda
TABEL 6
PERNYATAAN KEBERATAN ATAS KERUSAKAN KENDARAAN
BERMOTOR RODA EMPAT DARI PENGGUNA JASA
No Alternatif Frekuensi Prosentase
1. Menyatakan keberatan 8 80
N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah
tuntutan dari pemilik kendaraan bermotor roda empat yang rusak pada waktu
TABEL 7
PENGAJUAN TUNTUTAN GANTI RUGI
KEPADA PETUGAS PARKIR
No Alternatif Frekuensi Prosentase
1. Ya mengajukan 8 80
2. Tidak mengajukan 2 20
N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah
TABEL 8
ALASAN PENGGUNA JASA PARKIR TIDAK MENUNTUT
GANTI RUGI
No Alternatif Frekuensi Prosentase
Kerusakan yang timbul tidak
1. 1 50
besar
2. Masih bisa ditanggulangi sendiri
1 50
biaya kerusakan
N=2 2 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah
Dari tabel 8 di atas, maka dapat diketahui bahwa yang 1 orang (50%)
TABEL 9
DIPENUHI TIDAKNYA TUNTUTAN GANTI RUGI TERSEBUT
No Alternatif Frekuensi Prosentase
1. Ya dipenuhi 0 0
N=8 8 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah
Dari tabel 9 di atas, maka dapat diketahui bahwa 8 responden (100%)
menyatakan tuntutan ganti rugi yang mereka ajukan tidak dipenuhi. Untuk
mengetahui alasan tidak dipenuhinya tuntutan ganti rugi dapat diketahui dari
TABEL 10
FAKTOR PENYEBAB TIDAK DIKABULKANNYA TUNTUTAN
GANTI KERUGIAN
No Alternatif Frekuensi Prosentase
1. Pembayaran jasa parkir tidak
seimbang dengan resiko yang ada. 4 50
pembayaran jasa parkir tidak seimbang dengan resiko kerusakan yang terjadi,
yang menyatakan petugas parkir keberatan membayar ganti rugi karena belum
N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah
TABEL 12
UPAYA PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT JIKA
TUNTUTAN GANTI RUGI TIDAK DIBAYARKAN
No Alternatif Frekuensi Prosentase
N=8 8 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah
Dari tabel 12 di atas, maka dapat diketahui bahwa upaya pemilik
kendaraan bermotor jika tuntutan ganti rugi tidak dipenuhi oleh petugas parkir
ditempuh, sebab dalam hubungannya dengan kerugian yang diderita apabila nilai
secara riil, maka nilai yang akan digugat di pengadilan tidak seimbang, sehingga
ketentuan :
resume hasil wawancara dengan Bapak Firman Wuryanto Kepala Unit Pelaksana
lapangan
3. Bahwa UPTD perparkiran sampai saat ini belum bertanggung jawab jika
terjadi klaim kerusakan pada waktu parkir karena belum ada peraturan yang
mengaturnya.
4. Bahwa pengenaan tarif bagi kendaraan bermotor roda empat tidak termasuk
5. Bahwa kerusakan kendaraan bermotor roda empat pada waktu parkir bukan
tanggung jawab petugas parkir dan UPTD Perparkiran, karena juru parkir
adalah karena belum ada peraturan yang secara tegas mengenai tanggung
7. Bahwa faktor penyebab belum ada ganti rugi dari petugas parkir akibat
8. Bahwa akibat kerusakan yang disebabkan oleh juru parkir, hal ini dapat
9. Bahwa selama ini belum ada pemilik kendaraan bermotor yang mengajukan
B. Pembuktian Hipotesis
Pada bagian ini akan dibuktikan hipotesis yang didasarkan pada hasil
analisis data yang diuraikan dalam bentuk tabel-tabel di atas sebagai berikut:
menyatakan kurang dari satu jam 5 responden (20%) dan yang menyatakan
dari 3 jam parkir tidak ada menyatakannya . dengan demikian jelas bahwa
pada umumnya petugas parkir bekerja sudah cukup lama sebab ada yang
roda empat yang diparkir setiap hari adalah sebanyak 1-2 setiap hari 5
responden(50%). Dari uraian di atas dapat dilihat suatu fakta bahwa jumlah
kendaraan yang diparkir oleh setiap petugas mengalami frekuensi
bahwa semua pengguna jasa parkir tidak diberi karcis tanda parkir
oleh pemilik kendaraan bermotor dalam upaya mengajukan klaim baik atas
parkir mempunyai potensi besar mengalami kerusakan hal ini dialami oleh
adalah lecet pada body kendaraan, pecah kaca spion, pecah lampu sen dan
sehingga tempat kurang tersdia yang layak dan memadai dan akibatnya
menyebabkan lecet pada cat atau body kendaraan bermotor roda empat di
samping ada kendaraan roda dua yang tumbang, akibat kekurang hati-
hatian petugas parkir. Untuk menyiapkan tempat parkir yang layak dengan
roda empat yang diparkir lebih leluasa dan mempunyai ruang gerak.
petugas parkir keberatan membayar ganti rugi karena belum ada aturannya
11. Dari tabel 12 dapat dibuktikan bahwa upaya pemilik kendaraan bermotor
roda empat jika tuntutan ganti rugi tidak dipenuhi oleh petugas parkir yang
diderita apabila dinilai secara riil, maka nilai yang akan digugat di
pengadilan tidak seimbang sehingga jala terbaik adalah musyawarah dan
mufakat.
Kerusakan Pada Waktu Parkir Tidak Mendapat Ganti Rugi Dari Petugas
Parkir Karena Tuntutan Tidak Sesuai Dengan Uang Jasa Parkir Yang
Dibayar”. Terbukti.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bagian ini akan disimpulkan hal-hal yang terdapat pada Bab III di
maka juru parkir tidak bertanggung jawab untuk mengganti kerugian kepada
dasar petugas parkir lalai dan tidak bertanggung jawab untuk menjaga
3. Bahwa upaya yang dilakukan oleh pemilik kendaraan bermotor roda empat
rugi disebabkan :
ditanggungnya.
b. Pemilik kendaraan bermotor roda empat ada yang tidak mengajukan
B. Saran
bermotor roda empat yang diparkir pada tempat yang layak untuk
parkir dengan pemilik kendaraan bermotor roda empat, maka atas prestasi
uang parkir, maka petugas parkir wajib menanggung akibat yang terjadi
baik berupa kerusakan maupun atas kehilangan kendaraan bermotor yang
diparkirnya, sehingga tidak ada alasan jumlah uang parkir terlalu kecil
Abdulkadir, Muhammad, , Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2009.
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES. 2007
Ronny Hanitijo Soemitro, H., Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakartya
: 1998
Sorjono Soekanto. Dr. Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, Alumni,
Bandung : 1998
………., Perspektif Teorotis Studi Hukum Dalam Masyarakat, Rajawali Pers, Jakarta
: 2003
………., Aneka Perjanjian, Cetakan Ke Sembilan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
1996.