Anda di halaman 1dari 64

TANGGUNG JAWAB PETUGAS PARKIR TERHADAP

TUNTUTAN GANTI RUGI PEMILIK KENDARAAN


BERMOTOR RODA EMPAT ATAS KERUSAKAN
KENDARAAN DI LOKASI PERPARKIRAN
JALAN DIPONEGORO DI KECAMATAN
PONTIANAK SELATAN

SKRIPSI

Oleh :

EKO RIZKY TRISNANTO


NIM : A11109024

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS HUKUM
PONTIANAK
2015
TANGGUNG JAWAB PETUGAS PARKIR TERHADAP
TUNTUTAN GANTI RUGI PEMILIK KENDARAAN
BERMOTOR RODA EMPAT ATAS KERUSAKAN
KENDARAAN DI LOKASI PERPARKIRAN
JALAN DIPONEGORO DI KECAMATAN
PONTIANAK SELATAN

SKRIPSI

Oleh :

EKO RIZKY TRISNANTO


NIM : A11109024

Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS HUKUM
PONTIANAK
2015
TANGGUNG JAWAB PETUGAS PARKIR TERHADAP
TUNTUTAN GANTI RUGI PEMILIK KENDARAAN
BERMOTOR RODA EMPAT ATAS KERUSAKAN
KENDARAAN DI LOKASI PERPARKIRAN
JALAN DIPONEGORO DI KECAMATAN
PONTIANAK SELATAN

Tanggung Jawab Yuridis Material pada :

EKO RIZKY TRISNANTO


NIM : A11109024

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Ahmad Zahari, SH.M.Kn H. Wan Romeo, SH.M.Hum


NIP : 195612171989031001 NIP. 195608121990021001

DisahkanOleh
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Tanjungpura

Dr. Sy. Hasyim Azizurrahman, SH., M.Hum


NIP : 196305131988101001

Tanggal Lulus : 29 September 2015


KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS HUKUM
PONTIANAK

Tim Penguji :

Pangkat/
Jabatan Nama dan NIP Golongan Tanda Tangan

Ketua Penguji Dr. H. Ahmad Zahari, SH.M.Kn IV/ c


NIP : 195612171989031001

Sekretaris Penguji H. Wan Romeo, SH.M.Hum IV / b


NIP. 195608121990021001

Penguji I Idham, SH.MH IV/b


NIP. 196202021988101001

Chandra Maharani, SH.MH


Penguji II III/ d
NIP. 196909301996032001

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum


Universitas Tanjungpura Pontianak
Nomor : 4555 /UN22.I/EP/2015
Tanggal : 22 September 2015
KATA PENGANTAR

Puja, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “TANGGUNG

JAWAB PETUGAS PARKIR TERHADAP TUNTUTAN GANTI RUGI

PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT ATAS KERUSAKAN

KENDARAAN DI LOKASI PERPARKIRAN JALAN DIPONEGORO DI

KECAMATAN PONTIANAK SELATAN”. yang merupakan syarat yang harus

dipenuhi dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura

Pontianak.

Penulis sangat menyadari bahwa dengan selesainya skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada :. Maka pada

kesempatan ini perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih serta hormat

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Thamrin Usman, DEA selaku Rektor Universitas Tanjungpura.

2. Bapak Dr. Sy. Hasyim Azizurrahman, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Tanjungpura.

3. Bapak Dr. H. Ahmad Zahari, SH.M.Kn, selaku Pembimbing I dalam penulisan

skripsi ini.
4. Bapak H. Wan Romeo, SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II dalam

penulisan skripsi ini.

5. Bapak Idham, SH.MH, selaku Dosen Penguji I dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Chandra Maharani, SH.MH, selaku Dosen Penguji II dalam penulisan skripsi

ini.

7. Segenap Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura yang telah membimbing

penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura.

8. Kedua orangtua tercinta yang sangat penulis banggakan.

9. Seluruh responden yang telah bersedia memberikan data dalam penulisan skripsi
ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin

untuk menghasilkan yang terbaik, namun apabila terdapat kekurangan dan

keterbatasan baik dari segi ilmu, ketajaman analisis maupun sumber – sumber

lainnya, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca sekalian. Atas perhatian dan partisipasinya penulis mengucapkan

terima kasih, semoga amal Bapak/Ibu/Saudara/i mendapat ganjaran yang mulia

disisiNya. Pontianak, Maret 2016


Penulis

Eko Rizky Trisnanto


NIM : A11109024
ABSTRAK

Parkir merupakan salah satu unsur prasarana transportasi yang tidak terpisahkan
dari sistem jaringan transportasi, sehingga pengaturan parkir akan mempengaruhi
kinerja suatu jaringan, terutama jaringan jalan raya. Daerah perkotaan dengan
kepadatan penduduk dan tingkat ekonomi yang tinggi mengakibatkan tingkat
kepemilikan kendaraan pribadi yang tinggi pula. Apabila kondisi ini didukung
dengan kebijakan pemerintah dalam manajemen lalu lintas yang tidak membatasi
penggunaan mobil pribadi, maka akan mendukung pelaku pergerakan untuk selalu
menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini akan menimbulkan kebutuhan lahan parkir
yang besar pada zona tarikan, sebagai contoh pada daerah pusat bisnis. Oleh sebab
itu masalah parkir diatur di dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 tentang
lalu lintas dan angkutan jalan. Parkir merupakan bagian penting dalam menejemen
lalu lintas dalam hal ini telah diatur dalam peraturan pemerintah No. 20 tahun 1997
tentang retribusi yang menyebutkan bahwa tarif parkir dikawasan rawan kemacetan
dengan tujuan mengendalikan tingkat penggunaan lahan parkir. Meningkatnya
jumlah pengguna atau pemakai kendaraan bermotor roda empat juga menimbulkan
masalah baru, yaitu tempat parkir yang disediakan cenderung tidak memadai
sehingga harus berdesak-desakan. Hal ini dapat menimbulkan resiko atau cacatnya
body kendaraan akibat terhimpit kendaraan lain pada lokasi parkir dan apakah
Pemilik Kendaraan Bermotor Roda Empat Telah Mendapatkan Ganti Rugi Dari
Petugas Parkir Akibat Kerusakan Kendaraan Bermotor Roda Empat Yang Diparkir
di Lokasi Perparkiran dan tanggung jawab petugas parkir terhadap kerusakan
kendaraan bermotor roda empat yang berada di bawah pengawasannya dan akibat
hukum yang timbul jika petugas parkir tidak bertanggung jawab atas kerusakan
kendaraan bermotor roda empat yang berada dalam pengawasannya. Agar supaya
tidak terjadi akibat-akibat yang mungkin timbul dalam memarkir kendaraan
bermotor roda empat, maka petugas parkir dalam mengarahkan kendaraan yang
diparkir dapat memperhatikan jarak antara kendaraan yang satu dengan lainnya,
disamping mengarakan kendaraan bermotor roda empat yang diparkir pada tempat
yang layak untuk menghindari tumbangnya kendaraan roda dua yang diparkir, yaitu
menyediakan sarana dan prasarana yang lebih baik. Agar supaya terdapat
keseimbangan antara hak dan kewajiban petugas parkir dengan pemilik kendaraan
bermotor roda empat, maka atas prestasi yang telah diberikan pemilik kendaraan
bermotor berupa pembayaran uang parkir, maka petugas parkir wajib menanggung akibat
yang terjadi baik berupa kerusakan maupun atas kehilangan kendaraan bermotor yang
diparkirnya, sehingga tidak ada alasan jumlah uang parkir terlalu kecil pada resiko yang
ditanggung. Parkir merupakan salah satu unsur prasarana transportasi yang tidak
terpisahkan dari sistem jaringan transportasi, sehingga pengaturan parkir akan
mempengaruhi kinerja suatu jaringan, terutama jaringan jalan raya.Daerah perkotaan
dengan kepadatan penduduk dan tingkat ekonomi yang tinggi mengakibatkan tingkat
kepemilikan kendaraan pribadi yang tinggi pula. Apabila kondisi ini didukung dengan
kebijakan pemerintah dalam manajemen lalu lintas yang tidak membatasi penggunaan
mobil pribadi, maka akan mendukung pelaku pergerakan untuk selalu menggunakan
kendaraan pribadi. Hal ini akan menimbulkan kebutuhan lahan parkir yang besar pada
zona tarikan, sebagai contoh pada daerah pusat bisnis. Oleh sebab itu masalah parkir
diatur di dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan. Parkir merupakan bagian penting dalam menejemen lalu lintas dalam hal ini telah
diatur dalam peraturan pemerintah No. 20 tahun 1997 tentang retribusi yang
menyebutkan bahwa tarif parkir dikawasan rawan kemacetan dengan tujuan
mengendalikan tingkat penggunaan lahan parkir. Meningkatnya jumlah pengguna atau
pemakai kendaraan bermotor roda empat juga menimbulkan masalah baru, yaitu tempat
parkir yang disediakan cenderung tidak memadai sehingga harus berdesak-desakan. Hal
ini dapat menimbulkan resiko atau cacatnya body kendaraan akibat terhimpit kendaraan
lain pada lokasi parkir. Oleh karenanya, diperlukan jaminan kenyamanan dan keamanan
bagi pengguna jasa parkir. Pada saat sekarang, pengelola parkir umum belum
menimbulkan kewajibannya secara maksimal dalam menjaga kerusakan kendaraan
bermotor. Sedangkan pemilik kendaraan sebagai pihak pengguna jasa perparkiran tetap
membayar iuran parkir yang sudah ditetapkan. Jasa timbal balik atas kenyamanan dan
keamanan bagi pemilik kendaraan bermotor roda empat yang menggunakan jasa parkir
belum dijamin. Hal ini disebabkan karena terjadi kerusakan body kendaraan bermotor
roda empat akibat kelalaian petugas parkir, maka belum ada tanggung jawab yang jelas
pihak pengelola kepada pengguna jasa parkir, sehingga menimbulkan ketidak seimbangan
antara kewajiban dan hak yang didapat pengguna jasa parkir. Atas kerugian yang timbul
terhadap pengguna jasa parkir yang berada di bawah pengawasan petugas parkir, dapat
dipertanggungjawabkan menurut hukum. Karena petugas parkir berada di bawah
pengawasan pengelola perparkiran yang ada. Di samping itu, karena kerugian yang timbul
akibat kelalaian petugas parkir kerusakan maupun kerugian tersebut menjadi tanggung
jawab pihak pengelola. Di Kota Pontianak khususnya lokasi perparkiran di Kecamatan
Pontianak Selatan, pengguna jasa parkir sangat banyak, sehingga sangat diperlukan
petugas yang handal untuk melaksanakan tugasnya dalam rangka untuk menjaga dan
melindungi kendaraan bermotor yang diparkir. Tingginya tingkat penggunaan jasa parkir
saat sekarang menyebabkan banyak kendaraan bermotor roda empat yang diparkir
mengalami kerusakan akibat mobilnya terserempet kendaraan lainnya pada waktu parkir
tersebut tidak serta merta menjadi tanggung jawab petugas parkir yang ada. Hal ini akan
berdampak suatu kerugian bagi pengguna jasa parkir. Berdasarkan hasil penelitian awal
penulis lakukan di lokasi perparkiran di Kecamatan Pontianak Selatan yang
menyelenggarakan jasa parkir, bahwa sering terjadi kerusakan pada kendaraan bermotor
roda empat akibat terserempet karena kelalaian petugas parkir tidak secara langsung
membebankan petugas parkir untuk mengganti kerugian atas kerusakan yang terjadi.
Karena pada umumnya kerugian-kerugian yang timbul akibat kelalaian petugas parkir tidak
dapat dipertanggung jawabkan karena dalam karcis parkir tidak diatur secara tegas
sehingga pemilik kendaraan bermotor roda empat yang mengalami kerusakan body sulit
mengajukan tuntutan

Keyword : Transportasi, Parkir dan Jasa


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i


ABSTRAK …………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... vi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Masalah Penelitian …………………………………………….. 4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 4
D. Kerangka Pemikiran …………………………………………... 5
1. Tinjauan Pustaka …………………………………………. 5
2. Kerangka Konsep ………………………………………… 12
E. Hipotesis ………………………………………………………. 14
F. Metode Penelitian …………………………………………….. 14

BAB II KETENTUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN JASA


A. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Jasa ….………. 17
B. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Jasa ….…. 22
C. Akibat Hukum Terhadap Kerusakan Kendaraan Bermotor
Roda Empat ………………………………………………… 24
D. Upaya Pengguna Jasa Parkr Untuk Menuntut Atas Kerusakan
Kendaraan Bermotor …………………………………………. 26

BAB PENGOLAHAN DATA


III A. Analisis Data …………………………………………………. 32
B. Pembuktian Hipotesis ………………………………………... 47

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ….. ……………………………………………… 51
B. Saran ………………..………………………………………... 52
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. LAMANYA KENDARAAN DI PARKIR 33

Tabel 2. RATA-RATA JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR RODA 34


EMPATMILIK PENGGUNA JASA PARKIR SETIAP HARI
Tabel 3. ADA TIDAKNYA PENGGUNA JASA PARKIR DIBERI 35
KARCISTANDA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR
RODA EMPAT
Tabel 4. PERNAH TIDAK MEMARKIR KENDARAAN BERMOTOR 36
RODAEMPAT DITEMPAT YANG DISEDIAKAN OLEH
JASA PARKIR
Tabel 5. PERNAH TIDAKNYA KENDARAAN BERMOTOR RODA 37
EMPATYANG DIPARKIR MENGALAMI KERUSAKAN
Tabel 6. PERNYATAAN KEBERATAN ATAS KERUSAKAN 38
KENDARAANBERMOTOR RODA EMPAT DARI
PENGGUNA JASA
Tabel 7. PENGAJUAN TUNTUTAN GANTI RUGIKEPADA 39
PETUGAS PARKIR
Tabel 8. ALASAN PENGGUNA JASA PARKIR TIDAK MENUNTUT 40
GANTI RUGI
Tabel 9. DIPENUHI TIDAKNYA TUNTUTAN GANTI RUGI 41
TERSEBUT
Tabel 10. FAKTOR PENYEBAB TIDAK DIKABULKANNYA 42
TUNTUTANGANTI KERUGIAN
Tabel 11. AKIBAT HUKUM YANG TERJADI ATAS KERUSAKAN 43
KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT
Tabel 12. UPAYA PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR RODA 44
EMPAT JIKATUNTUTAN GANTI RUGI TIDAK
DIBAYARKAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Parkir merupakan salah satu unsur prasarana transportasi yang tidak

terpisahkan dari sistem jaringan transportasi, sehingga pengaturan parkir akan

mempengaruhi kinerja suatu jaringan, terutama jaringan jalan raya.

Daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk dan tingkat ekonomi

yang tinggi mengakibatkan tingkat kepemilikan kendaraan pribadi yang tinggi

pula. Apabila kondisi ini didukung dengan kebijakan pemerintah dalam

manajemen lalu lintas yang tidak membatasi penggunaan mobil pribadi, maka

akan mendukung pelaku pergerakan untuk selalu menggunakan kendaraan

pribadi. Hal ini akan menimbulkan kebutuhan lahan parkir yang besar pada zona

tarikan, sebagai contoh pada daerah pusat bisnis. Oleh sebab itu masalah parkir

diatur di dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan

angkutan jalan.

Parkir merupakan bagian penting dalam menejemen lalu lintas dalam

hal ini telah diatur dalam peraturan pemerintah No. 20 tahun 1997 tentang

retribusi yang menyebutkan bahwa tarif parkir dikawasan rawan kemacetan

dengan tujuan mengendalikan tingkat penggunaan lahan parkir.

Meningkatnya jumlah pengguna atau pemakai kendaraan bermotor

roda empat juga menimbulkan masalah baru, yaitu tempat parkir yang disediakan

cenderung tidak memadai sehingga harus berdesak-desakan. Hal ini dapat


menimbulkan resiko atau cacatnya body kendaraan akibat terhimpit kendaraan

lain pada lokasi parkir.

Oleh karenanya, diperlukan jaminan kenyamanan dan keamanan bagi

pengguna jasa parkir. Pada saat sekarang, pengelola parkir umum belum

menimbulkan kewajibannya secara maksimal dalam menjaga kerusakan

kendaraan bermotor. Sedangkan pemilik kendaraan sebagai pihak pengguna jasa

perparkiran tetap membayar iuran parkir yang sudah ditetapkan.

Jasa timbal balik atas kenyamanan dan keamanan bagi pemilik

kendaraan bermotor roda empat yang menggunakan jasa parkir belum dijamin.

Hal ini disebabkan karena terjadi kerusakan body kendaraan bermotor roda

empat akibat kelalaian petugas parkir, maka belum ada tanggung jawab yang

jelas pihak pengelola kepada pengguna jasa parkir, sehingga menimbulkan

ketidak seimbangan antara kewajiban dan hak yang didapat pengguna jasa parkir.

Atas kerugian yang timbul terhadap pengguna jasa parkir yang berada

di bawah pengawasan petugas parkir, dapat dipertanggungjawabkan menurut

hukum. Karena petugas parkir berada di bawah pengawasan pengelola

perparkiran yang ada. Di samping itu, karena kerugian yang timbul akibat

kelalaian petugas parkir kerusakan maupun kerugian tersebut menjadi tanggung

jawab pihak pengelola.

Di Kota Pontianak khususnya lokasi perparkiran di Kecamatan

Pontianak Selatan, pengguna jasa parkir sangat banyak, sehingga sangat

diperlukan petugas yang handal untuk melaksanakan tugasnya dalam rangka


untuk menjaga dan melindungi kendaraan bermotor yang diparkir. Tingginya

tingkat penggunaan jasa parkir saat sekarang menyebabkan banyak kendaraan

bermotor roda empat yang diparkir mengalami kerusakan akibat mobilnya

terserempet kendaraan lainnya pada waktu parkir tersebut tidak serta merta

menjadi tanggung jawab petugas parkir yang ada. Hal ini akan berdampak suatu

kerugian bagi pengguna jasa parkir.

Berdasarkan hasil penelitian awal penulis lakukan di lokasi perparkiran

di Kecamatan Pontianak Selatan yang menyelenggarakan jasa parkir, bahwa

sering terjadi kerusakan pada kendaraan bermotor roda empat akibat terserempet

karena kelalaian petugas parkir tidak secara langsung membebankan petugas

parkir untuk mengganti kerugian atas kerusakan yang terjadi. Karena pada

umumnya kerugian-kerugian yang timbul akibat kelalaian petugas parkir tidak

dapat dipertanggung jawabkan karena dalam karcis parkir tidak diatur secara

tegas sehingga pemilik kendaraan bermotor roda empat yang mengalami

kerusakan body sulit mengajukan tuntutan.

Atas dasar permasalahan tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik

untuk melakukan penelitian dalam bentuk Skripsi dengan judul : “TANGGUNG

JAWAB PETUGAS PARKIR TERHADAP TUNTUTAN GANTI RUGI

PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT ATAS KERUSAKAN

KENDARAAN DI LOKASI PERPARKIRAN JALAN DIPONEGORO DI

KECAMATAN PONTIANAK SELATAN”.


B. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka masalah

penelitian adalah sebagai berikut : “Apakah Pemilik Kendaraan Bermotor Roda

Empat Telah Mendapatkan Ganti Rugi Dari Petugas Parkir Akibat Kerusakan

Kendaraan Bermotor Roda Empat Yang Diparkir di Lokasi Perparkiran di

Kecamatan Pontianak Selatan?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai tanggung jawab petugas

parkir terhadap kerusakan kendaraan bermotor roda empat yang berada di

bawah pengawasannya.

2. Untuk mengungkapkan akibat hukum yang timbul jika petugas parkir

tidak bertanggung jawab atas kerusakan kendaraan bermotor roda empat

yang berada dalam pengawasannya.

3. Untuk mengungkapkan faktor yang menyebabkan petugas parkir tidak

mau memberikan ganti rugi atas kerusakan kendaraan di parkir yang

berada dalam pengawasannya.

4. Untuk mengungkapkan upaya yang dilakukan oleh pemilik kendaraan

bermotor roda empat yang mengalami kerusakan pada waktu memakirkan

kendaraan di lokasi perparkiran.


D. Kerangka Pemikiran

1. Tinjauan Pustaka

Salah satu tanggung jawab pengelola jasa perparkiran adalah

menjaga dan memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi pemilik

kendaraan sebagai pengguna jasa parkir. Sebab akhir-akhir ini sering

kendaraan bermotor roda empat yang diparkir mengalami kerusakan yang

diakibatkan terserempetnya kendaraan roda empat tersebut. Oleh karena

itu, kenyamanan terhadap kendaraan-kendaraan bermotor yang berada di

lokasi perparkiran merupakan sebagai tanggung jawabnya.

Menurut R. Subekti dan R. Tjitrosudibio 1, menyatakan dalam

Pasal 1366 KUH Perdata sebagai berikut : “Setiap orang bertanggung

jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya,

tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau

kekurang hati-hatiannya”.

Jadi substansi yang perlu diperhatikan adalah harus ada hak dan

kewajiban menurut hukum berdasarkan Undang-undang, karena perbuatan

yang menyebabkan rusaknya kendaraan bermotor roda empat bersifat

tanggung jawab terhadap hak orang lain atau bertentangan dengan

kewajiban hukumnya sendiri, yaitu menjaga hak milik orang lain yang

berada di bawah pengawasannya.

1
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta,
1999
Jadi sebagai pemilik kendaraan bermotor pengguna jasa parkir

yang sudah memenuhi kewajibannya dengan membayar iuran yang telah

ditetapkan berdasarkan perjanjian yang tertera pada karcis, maka ia

mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan dan menikmati rasa aman

dan kenyamanan atas kendaraan yang di parkir di lokasi perparkiran.

Dari uraian-uraoan di atas, maka jelas bahwa dalam

penyelenggaraan dan penyediaan layanan fasilitas parkir yang diberikan

Pemerintah Daerah Kota Pontianak kepada pengelola perparkiran harus

bertanggung jawab apabila terjadi kerusakan kendaraan bermotor roda

empat yang terjadi karena kelalaian petugas parkir untuk memberikan

ganti kerugian.

Karena ketertiban dan efektifitas perparkiran yang dilakukan oleh

petugas menyangkut kepatuhan hukum masyarakat, maka sesuai dengan

pendapat Ronny Hanitijo Soemitro, yang menyatakan sebagai berikut:2

Ada suatu asumsi, bahwa kepatuhan terhadap hukum senantiasa


pada kesadaran hukum. Bagaimana seseorang dapat mematuhi
hukum, kalau dia tidak memahami hukum tersebut. Lagi pula
kesanggupan untuk memahami hukum secara logis di ikuti oleh
kemampuan hukum menilainya. Disinilah letak hubungan antara
kesadaran hukum dengan kepatuhan hukum, terlepas pada dari
adil tidaknya hukum tersebut. Jadi yang penting adalah
penilaianya dan bukan hasilnya yang mungkin menggangap suatu
hukum adalah adil atau tidak adil.

2
Ronny Hanitijo Soemitro, Permasalahan Hukum Di Dalam Masyarakat, Alumni, Bandung, 2001,
halaman 20.
Dengan demikian, maka apabila diresapi pendapat Ronny Hanitijo

Soemitro diatas, maka jelas bahwa substansi adanya kepatuhan

masyarakat terhadap peraturan hukum tidak terlepas dari upaya adanya

kesadaran hukum. Dan kesadaran hukum tidak hanya menjadi tanggung

jawab pengguna jasa parkir, namun juga petugas parkir harus mempunyai

tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi setiap pengguna jasa

parkir agar terhindar dari kerugian yang mungkin akan timbul akibat

kelalaian petugas parkir.

Sedangkan menurut Sorjono Soekanto, menyatakan3bahwa:

“Efektifitas pelaksanaan hukum sedikit banyak ditentukan oleh sahnya

hukum tersebut, artinya apakah hukum tersebut dibentuk dan dilaksanakan

oleh orang-orang atau badan-badan yang benar-benar mempunyai

wewenang, yakni kekuasaan yang diakui sah oleh masyarakat.

Bertitik tolak dari kenyataan di lapangan, maka Soerjono

Soekanto menyatakan4 bahwa hukum akan efektif ataupun tidak efektif

tidak terlepas dari faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor hukum itu sendiri;

2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun

menetapkan hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

3
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. CV. Rajawali Press,
Jakarta, halaman 89.
4
Ibid, halaman 51.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut

berlaku dan diterapkan;

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan karsa yang

didasarkan pada karya manusia di dalam pergaulan.

Jadi pada prinsipnya, semua faktor-faktor tersebut saling

mendukung satu sama lainnya, sehingga harus dapat memenuhi semua

unsur yang terkandung di dalamnnya.

Dari perspektif hukum mengenai tuntutan ganti rugi pengguna jasa

parkir, maka kelalaian petugas yang mengawasi parkir tersebut

menyebabkan timbul kerugian pada pengguna jasa parkir. Pada substansi

isi perjanjian baik tertulis berupa karcis parkir yang memuat perjanjian

baku maupun perjanjian tidak tertulis antara pengguna jasa parkir dengan

petugas pengawas perparkiran, karena tidak ada tanggung jawab yang

ditetapi dapat dikatakan petugas parkir melakukan ingkar janji. Menurut

R. Subekti, menyatakan bahwa ada tiga macam perjanjian untuk

dilaksanakan5, yaitu:

1. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang;

2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu;

3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.

Namun dalam perjanjian pengguna jasa perparkiran dilakukan

secara tidak tertulis walau terkandung asas konsensualitas yang mengikat


5
R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, halaman 6
kedua belah pihak pada waktu tercapainya kata sepakat, maka kesepakatan

tersebut tidak dapat dilanggar dan dibatalkan secara sepihak.

R. Subekti menyatakan6: “Apabila si berutang (debitur) tidak

melakukan apa yang di janjikan, maka dikatakan ia melakukan

“wanpretasi” ia alpa atau lalai atau ingkar janji, atau juga melanggar

perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh

dilakukannya”.

Kemudia R. Subekti menyatakan wanprestasi (kelalaian atau

kealpaan) seorang debitur dapat berupa empat macam;

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang

dijanjikan;

3. Melakukan apa yang dijanjikan, akan tetapi terlambat;

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh

dilakukannya. 7

Jadi dari kelalaian/kealpaan petugas parkir untuk menjaga atau

melindungi kendaraan bermotor roda empat tersebut melakukan

wanprestasi. Disamping itu menurut R. Subekti terhadap

kelalaian/kealpaan pemilik ( si berutang karena sudah diterima) diancam :

6
R. Subekti, Ibid, halaman 45
7
R. Subekti, ibid, halaman 46
1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat

dinamakan “ganti rugi”;

2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan “pemecahan

perjanjian”;

3. Peralihan resiko;

4. Membayar biaya perkara, kalau diperkarakan di depan hakim.

Dengan demikian, bila wanprestasi tersebut dihubungkan dengan

perjanjian tanggung jawab pada pengelola parkir, maka secara hukum

pengguna jasa dirugikan, dan atas kerugian itu dapat dilakukan tuntutan

hukum di Pengadilan Negeri.

Pasal 1320 KUH Perdata menyatakana ada empat macam syarat

sahnya perjanjian yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Kata sepakat dari mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat perjanjian;

3. Suatu hal tertentu;

4. Sebab yang halal.

Oleh karena itu, petugas parkir hendaknya menyadari tugas dan

tanggung jawab yang ada padanya untuk menjaga agar barang jangan

sampai pengguna jasa parkir dirugikan, sebab dengan adanya tanggung

jawab tersebut, petugas parkir dapat bekerja secara hati-hati untuk

memakirkan dan/atau meletakan kendaraan yang diparkir pengguna jasa.


Lebih lanjut dijelaskan oleh Soerjono Soekanto, menjelaskan8

bahwa :

Efektifitas hukum sebagai pengatur perilaku sosial dan faktor-


faktor yang menentukan hubungan antara ketentuan-ketentuan
hukum dengan perilaku. Jadi hukum-hukum yang baru yang
didukung oleh pola normatif informal masyarakat cenderung
efektif, sehingga disfungsionalitasnya dapat ditekan ( demikian
pula akibat-akibatnya yang tidak dikehendaki).

Pentingnya kesadaran hukum bagi anggota masyarakat dalam

ketertiban umum tidak saja berguna untuk kelangsungan pembangunan,

namun juga bermanfaat bagi masyarakat secara menyeluruh.

Lebih lanjut menurut R. Subekti dan Tjitrosudibio, menyatakan

bahwa sesuai dengan Pasal 1367 KUH Perdata9 bahwa : Seorang tidak

saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena

perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena

perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, yang berada di

bawah pengawasannya.

Dari bunyi ketentuan Pasal 1367 KUH Perdata tersebut, dapat

digeneralisir bahwa tanggung jawab atas kerusakan kendaraan bermotor

roda empat yang diparkir akibat kelalaian petugas parkir, namun juga

menjadi tanggung jawab pengelola.

8
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Press, halaman 91
9
R. Subekti dan Tjitrosudibio, Op-Cit, KUH Perdata.
2. Kerangka Konsep

Sebagai pihak yang berperan dalam penyelenggaraan perparkiran

Unit Pelaksana Teknis Daerah Cq. Dinas Perhubungan memiliki otoritas

dalam hal pengaturan dan pola pelaksana perparkiran yang telah terbentuk

oleh dinas perhubungan, termasuk untuk meminta sumbangsih mengenai

uang retribusi parkir kepada petugas parkir, dalam konteks ini terdapat

pihak-pihak yang saling berhubungan dan mengikatkan diri pada hal-hal

tertentu dan perjanjian tertentu pula, pihak-pihak yang di maksud antara

lain adalah pihak Dinas Perhubungan dan petugas parkir dan pengguna

jasa parkir. Petugas parkir adalah seseorang yang mengatur secara

langsung kendaraan yang di parkir dan memungut retribusi parkir dari

pengguna jasa perparkiran. Retribusi parkir adalah merupakan salah satu

sumber pendapatan bagi pemerintah daerah.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang lalu

lintas dan angkutan jalan, parkir adalah kendaraan berhenti atau tidak

bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya. Selain itu

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah “parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan

yang tidak bersifat sementara”.


Sedangkan kerugian dapat saja bersifat materiil maupun kerugian

bersifat inmateriil. Menurut Pasal 1243 KUH Perdata bahwa kerugian

dapat berupa :

a. Biaya

b. Kerugian yang sungguh-sungguh

c. Keuntungan yang diharapkan.

Salah satu dasar yang menjadi pedoman dalam kehidupan

bermasyarakat adalah ketertiban umum yang baik, sebab ketrentraman

dalam masyarakat dapat dinikmati apabila hukum berlaku efektif.

Demikian juga halnya dalam pengaturan tempat parkir bagi kendaraan

bermotor roda empat oleh petugas parkir harus memperhaikan keamanan

dan kenyamanan penggunanya.

Keamanan dan kenyamanan pengguna jasa parkir dapat di tunjang

dari sistem kerja dan kehati-hatian petugas parkir untuk meletak dan

menyimpan kendaraan yang berada di bawah pengawasannya. Menurut

sifat yang terkandung dalam perjanjian maka pihak pengelola atau

petugas parkir mempunyai tanggung jawab untuk menjaga dan

melindungi setiap kendaraan bermotor roda empat yang berada di bawah

pengawasannya.

Dalam perjanjian jasa perparkiran, maka dapat diterapkan dua

bentuk perjanjian, yaitu tertulis dan tidak tertulis. Dalam perjanjian

tertulis biasanya secara tegas sudah diatur jumlah iuran yang wajib
dibayar pengguna jasa perparkiran. Jadi dengan adanya prestasi dari

pengguna jasa parkir tersebut, maka timbul kewajiban dari pihak

pengelola atau petugas untuk menjaga keamanan dan kenyamanan

pengguna jasa parkir yang ada.

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesa dirumuskan sebagai berikut:

“Bahwa Pemilik Kendaraan Bermotor Roda Empat Yang Mengalami

Kerusakan Pada Waktu Parkir di Lokasi Perparkiran Tidak Mendapat Ganti

Rugi Dari Petugas Parkir Karena Tuntutan Tidak Sesuai Dengan Uang Jasa

Parkir Yang Dibayar”.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode empiris

dengan pendekatan Deskriftif Analisis, yaitu menggambarkan suatu peristiwa

yang diteliti berdasarkan fakta-fakya yang terdapat di lokasi penelitian diamati.

1. Bentuk Penelitian

a. Penelitian Kepustakaan ( Library Research) yaitu dengan mempelajari

buku-buku, undang-undang dan pendapat para ahli yang membidangi

masalah yang sedang diteliti.


b. Penelitian Lapangan ( Field Research ), yaitu penelitian secara langsung

turun kelapangan untuk mencari data dan informasi serta melihat dan

mengamati apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini.

2. Teknik dan Alat Pengumpul Data

a. Teknik Komunikasi Langsung, yaitu mengadakan hubungan langsung

dengan sumber data yaitu Kepala Unit Pelaksana Teknis Perparkiran

Daerah dan Juru Parkir sebagai sumber data melalui alat pengumpul data

berupa wawancara.

b. Teknik Komunikasi Tak Langsung, yaitu mengadakan hubungan tidak

langsung dengan pemilik kendaraan sebagai pengguna jasa parkir

sebagai sumber data melalui alat pengumpul data berupa angket

penelitian.

3. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang menjadi sumber

data.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Kepala Unit Pelaksana Tenis Dinas (UPTD) Perpakiran Kota

Pontianak dan 1 orang petugas parkir


2. 10 orang pemilik kendaraan bermotor roda empat sebagai

pengguna jasa parkir yang kendaraannya mengalami

kerusakan dari bulan Janauri 2015 sampai dengan bulan Mei

2015.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi dalam penelitian. Adapun

sampel yang digunakan adalah sampel total, yaitu semua populasi

dijadikan sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Masri Singarimbun

dan Sofyan Effendi dalam Metode Penelitian Survey LP3ES

menyatakan10: Jika populasi kecil maka semua populasi dijadikan sampel

total.

Atas dasar uraian di atas, maka sampel dalam penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Kepala Unit Pelaksana Tenis Dinas (UPTD) Perpakiran Kota

Pontianak dan 1 orang petugas parkir

2. 10 orang pemilik kendaraan bermotor roda empat sebagai

pengguna jasa parkir yang kendaraannya mengalami kerusakan.

10
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES, halaman 106.
BAB II
KETENTUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN JASA

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian

Dalam pengertian umum, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di

mana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau di mana dua orang itu

saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dalam bentuknya suatu

perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji

atau kesanggupan yang diucapkan atau di tulis.

Menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, “suatu

perjanjian adalah suatu perbuatan yang terjadi antara satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih.

Definisi perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan tersebut adalah

tidak lengkap dan terlalu luas. Tidak lengkap karena yang dirumuskan itu

hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Terlalu luas karena dapat mencakup

hal-hal janji kawin, yaitu perbuatan di dalam hukum keluarga yang

menimbulkan perjanjian.

Sesuai degan perkembangan yang terjadi pada masyarakat sekarang

ini, maka berbagai macam perbuatan yang dapat melahirkan hubungan hukum

pada setiap orang. Hal ini berkembang juga di bidang jasa parkir kendaraan

bermotor yang disebut parkir yang menyediakan tempat dan fasilitas serta

dengan petugas parkir.


Dalam perjanjian perparkiran pada umumnya beraku sifat baku, yaitu

ketentuan dalam perjanjian ditentukan secara sepihak dan cenderung

merugikan pengguna jasa, sehingga harus dicermati pelaksanannya.

Menurut R. Subekti, menyatakan suatu perjanjian adalah : Suatu

peristiwa dimana seorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana

dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.11

Dari peristiwa ini, timbullah hubungan hukum antara dua orang, yaitu

pengawas parkir dan pengguna jasa parkir yang dinamakan perikatan. Dalam

perikatan secara jelas menimbulkan hak dan kewajiban yang implementasikan

dalam bentuk prestasi.

Lebih lanjut menurut . Subekti, menyatakan : Dalam bentuknya,

perjanjian itu berupa suatu rangkaian perikatan yang mengandung

janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.12

Dengan demikian, maka dapatlah dikatakan bahwa hubungan antara

perikatan dengan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan

perikatan. Karena perjanjian sumber perikatan disamping sumber-sumber

lainnya.

Sri Soedewi Masychum Sofwan menyatakan bahwa perjanjian itu

adalah : Suatu dimana seorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

seorang lain atau lebih.13

11
R. Subekti, Op-Cit, hal 1
12
R. Subekti, Op-Cit, hal 1
Jadi bila ditelaah pengertian perjanjian yang dimaksud oleh Sri

Doedewi Masychum Sofwan tersebut, maka menekankan pada unsur

perbuatan hukum yang melahirkan perikatan. Dalam hubungannya dengan

perjanjian jasa perparkiran pengguna jasa memiliki hak “secara proporsional”

dan seimbang, menentukan sendiri pilihan yang dikehendaki, maka prinsip

utama yang terkandung tidak ada unsur paksaan yang menggunakan fasilitas

tempat parkir, sehingga akhirnya tergantung dari pengguna jasa parkir seniri

untuk menentukan pilihannya.

Sesuai dengan hakekat perjanjian yang dibuat berdasarkan kesepakatan

bebas antara dua pihak yang cakap untuk bertindak demi hukum ( pemenuhan

syarat subyektif) untuk melaksanakan prestasi yang tidak bertentangan

dengan aturan hukum yang berlaku, kepatutan, kesusilaan dan ketertiban

umum, serta kebebasan yang berlaku dalam masyarakat luas, sehingga

perjanjian tetap memenuhi syarat obyektif.

Selanjutnya Wirjono Prodjodikoro memberikan pengertian, “Perjanjian

adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara

kedua pihak, dalam mana satu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal

sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu. 14

13
Sri Soedewi Masychum Sofwan, Hukum Perhutangan, Liberty, hal 06
14
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur, Bandung
1991, halaman 11
Dalam Hukum Perjanjian berlaku suatu asas yang dinamakan asas

konsensualitas. Perkataan ini berasal dari perkataan latin, consensus yang

berarti sepakat.

Arti asas konsensualitas ialah dasarnya perjanjian dan perikatan yang

timbul karenanya itu sudah dilahirkansejak detik tercapainya

kesepakatan, dengan perkataan lain perjanjian itu sudah sah apabila

sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan tidaklah diperlukan

sesuatu formalitas. 15

Asas konsensualitas tersebut lazimnya dalam Pasal 1320 Kita Undang-

Undang Hukum Perdata, yang berbunyi, “Untuk sahnya suatu perjanjian

diperlukan empat syarat”:

1. Sepakat mereka mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;

3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal. 16

Lebih lanjut Subekti menguraikan tentang syarat sahnya suatu

perjanjian sebagai berikut:

Dengan sepakat atau juga dinamakan perizinan, dimaksudkan


bahwa kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus sepakat,
setuju atau seia sekata mengenai hal hal yang pokok dari perjanjian
yang diadakan itu

15
R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 2002, halaman 15.
16
Ibid, halaman 15.
Orang yang mengadakan suatu perjanjian harus cakap menurut
hukum. Pada asasnya, setiap orang yang sudah dewasa atau akil
baliq dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum.
Sebagai syarat yang ketiga disebutkan bahwa suatu perjanjian
harus mengenai suatu hal tertentu, artinya apa yang diperjanjikan
hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu
perselisihan.
Sebagai syarat yang keempat untuk suatu perjanjian yang sah
adanya suatu sebab yang halal. Ini dimaksudkan tiada lain dari pada
isi perjanjian, jadi yang dimaksudkan dengan sebab atau causa dari
suatu perjanjian adalah isi perjanjian itu sendiri. 17

Terhadap keempat syarat sahnya suatu perjajian tersebut, semuanya

harus terpenuhi dalam suatu perjanjian yang dibuat oleh masing-masing

pihak. Untuk lebih jelasnya, Mariam Darus Badrulzaman, membagi keempat

syarat sahnya suatu perjanjian menjadi dua jenis, yaitu syarat subjektif dan

syarat objektf. Syarat subjektif meliput dua syarat yang pertama, yaitu

sepakat mereka yang membuat perjanjian dan kecakapan untuk membuat

suatu perjanjian, sedangkan syarat ojektif meliputi dua syarat yang terakhir,

yaitu mengenai suatu hal tertentu dan suatus sebab yang halal. 18

Apabila syarat subjektif tidak terpenuhi, maka perjanjian itu oleh satu

pihak dapat meminta dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan

adalah pihak yang tidak bebas. Sedangkan apabila syarat objektif tidak

terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum.

Perjanjian untuk melakukan jasa tertentu adalah merupakan perjanjian

yang bersifat timbal balik, di mana para pihak mempunyai hak dan kewajiban

17
Ibid, halaman 17-20
18
Maryam Darus , ibid, halaman 26
masing-masing, dengan demikian perjanjian jasa mengandung suatu

hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang memberikan kekuatan hak-

hak para pihak.

Sedangkan pengertian jasa adalah perjanjian antara pengguna jasa

dengan penyedia jasa diberbagai pelayanan jasa yang ditetapkan oleh kedua

belah pihak di mana masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang

harus dipenuhi. 19

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Jasa

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji

kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal.

Dari pengertian perjanjian ini, maka dapat dilihat bahwa masing-masing

pihak yang terikat dalam perjanjian mempunyai hak-hak dan kewajiban-

kewajiban. Hak tersebut dapat diperoleh setelah masing-masing pihak

menjalankan kewajibannya, atau dengan perkataan lain bahwa hak dapat

dinikmati apabila masing-masing pihak yang terikat dalam suatu perjanjian telah

melaksanakan prestasinya. Dengan demikian bahwa kewajiban para pihak yang

mengadakan perjanjian adalah melakukan/berbuat sesuatu atas objek yang

19
Ratminto dan Atik Winarsih. Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2005
diperjanjikan. Sedangkan hak dari para pihak tersebut adalah menerima sesuatu

atas objek yang diperjanjikan.

Apabila dihubungkan dengan perjanjian jasa parkir, pihak-pihak yang

menjadi subjek dalam perjanjian tersebut adalah pemilik kendaraan bermotor

sebagai penguna jasa dan pihak petugas parkir sebagai penerima kuasa parkir.

Dalam perjanjian bertimbal baik termasuk perjanjian jasa perparkiran,

maka dapat disimpulkan secara umum bahwa hak dan kewajiban kedua belah

pihak adalah sebagai berikut:

1. Hak dan kewajiban Pemilik Kendaraan bermotor sebagai pengguna jasa

a. Pemilik kendaraan bermotor berhak menggunakan lahan parkir di lokasi

yang disediakan oleh petugas parkir.

b. Pemilik kendaraan bermotor berhak menikmati rasa aman dan tenteram

dari gangguan termasuk kehilangan selama kendaraan bermotor diparkir

di tempat parkir tersebut.

c. Pemilik kendaraan bermotor berhak melakukan tuntutan ganti kerugian

terhadap petugas parkir apabila lalai sehingga menyebabkan rusaknya

kendaraan bermotor yang diparkir.

d. Pemilik kendaraan bermotor wajib membayar uang karcis/tiket tanda

parkir sesuai dengan jumlah yang tertera pada tiket tersebut.

2. Hak dan kewajiban petugas parkir


a. Petugas parkir berhak menerima pembayaran uang parkir dari pemilik

kendaraan bermotor yang diparkir sesuai dengan ketentuan dan jumlah

uang tersebut.

b. Petugas parkir wajib menjamin terlindunginya kendaraan bermotor yang

berada di bawah pengawasannya termasuk hilang dan kerusakan.

c. Petugas parkir wajib membayar ganti rugi apabila terjadi kerusakan

kendaraan bermotor akibat lalai atau karena kealpaan.

C. Akibat Hukum Terhadap Kerusakan Kendaraan Bermotor Roda Empat.

Menurut ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan : Perjanjian

yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.

Oleh karenanya perjanjian tersebut tidak dapat ditarik kembali tanpa

persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang cukup menurut

undang-undang. Hal ini disebabkan perjanjian tersebut sudah memenuhi unsur-

unsur yang terkandung dalam Pasal 1320 KUH Perdata.

Jadi perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak, artinya

pihak-pihak yang terikat harus mentaati perjanjian itu sama dengan undang-

undang, demikian juga halnya pada perjanjian perparkiran kendaraan bermotor

roda empat antara pengguna jasa dengan petugas parkir.


Karena timbul kerugian akibat rusaknya kendaraan bermotor roda empat

terjadi pada waktu diparkir, maka petugas parkir bertanggung jawab untuk

mengganti kerugian yang timbul.

Pada umumnya jasa perparkiran merupakan perjanjian baku artinya isi

perjanjian lebih dominan ditetapkan secara sepihak, namun karena terjadi

kerusakan yang mengakibatkan kerugian pada pihak pengguna jasa parkir,

sedangkan petugas parkir dan pengelola tidak bertanggung jawab, maka secara

langsung dinyatakan wanprestasi.

Menurut Abdulkadir Mohammad,20 menyatakan akibat hukum atau

sanksi bagi debitur yang melakukan wanprestasi adalah sebagai berikut:

1. Debitur harus membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur.

2. Dalam perjanjian bertimbal balik (milateral), wanprestasi dari satu pihak

memberi hak kepada pihak lainnya untuk membatalkan atau memutuskan

perjanjian lewat hukum.

3. Resiko beralih kepada debitur sejak saat terjadinya perjanjian wanprestasi

4. Membayar biaya perkara apabila diperkarakan di muka hakim.

5. Memenuhi perjanjian disertai dengan pembayaran ganti kerugian ( Pasal

1267 KUH Perdata).

Dengan demikian, maka jelas apa yang menjadi tanggung jawab para

pihak jika dalam perjanjian tidak dipenuhinya, sehingga dengan demikian

20
Abdulkadir Mohammad, Hukum Perjanjian, Alumni Bandung, hal 73
wajarlah dikatakan melakukan wanprestasi dengan menanggung segala akibat-

akibatanya.

D. Upaya Pengguna Jasa Parkir Untuk Menuntut Atas Kerusakan


Kendaraan Bermotor

Pelaksanaan suatu perjanjian merupakan realisasi atau pemenuhan hak

dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh pihak-pihak agar perjanjian itu

mencapai tujuannya.

Pelaksanaan perjanjian pada hakekatnya menyangkut soal pembayaran

dan penyerahan, sebab pembayaran dapat terjadi apabila pihak yang bertanggung

jawab memenuhi prestasinya. Menurut R. Subekti, hukum atau akibat-akibat

yang tidak enak bagi debitur yang lalai ada empat macam yaitu: 21

1. Pembayaran kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat


dinamakan ganti rugi.
2. Pembatalan perjanjian atau juga pemecahan perjanjian.
3. Peralihan resiko.
4. Membayar biaya perkara, kalau sampai di depan hakim

Di samping itu, sedapat mungkin harus ada prestasi yang dibayar akibat

timbulnya kerugian. Menurut Abdulkadir Muhammad, menyatakan prestadi

adalah : Kewajiban yang harus dipenuhi oleh debiur dalam setiap perikatan,

karena pemenuhan prestasi merupakan hakekat perjanjian.22

21
R. Subekti, Op-Cit, hal 45
22
Abdulkadir Muhammad, Ibid, halaman 17
Prestasi sama artinya dengan tanggung jawab para pihak dalam

perjanjian apapun bentuknya, sebab dengan terjadinya kerugian pada salah satu

pihak, maka kewajiban pihak lainnya untuk mengganti biaya yang timbul akibat

kerugian tersebut.

Sedangkan besar perikatan yang terdapat dalam masyarakat saat

sekarang timbul akibat adanya perjanjian. Karena itu undang-undang mengatur

tentang sahnya suatu perjanjian yang terjadi. Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUH

Perdata menyatakan ; Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Substansi yang terdapat pada Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata tersebut

adalah semua artinya seolah –olah isi dari pasal tersebut berisikan suatu

pernyataan kepada masyarakat bahwa setiap orang dapat membuat perjanjian apa

saja.

Dalam Pasal 1338 ayat (3) dinyatakan : Suatu perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik. Itikad baik akan mendorong para pihak

berprestasi dan bertanggung jawab memenuhi prestasinya. Oleh karenanya

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang dan mengikat

bagi semua pihak.

Dalam kaitannya dengan wujud ganti rugi, maka berdasarkan Pasal

1367 KUH Perdata yang menyatakan ; Seorang tidak saja bertanggung jawab

untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk

kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi


tanggungannya atas disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah

pengawasannya.

Jika dilihat dari bunyi pasal 1367 KUH Perdata tersebut, jelas bahwa

tangung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengguna jasa perparkiran tidak

saja menjadi tanggung jawab petugas parkir, sebab petugas parkir menjalankan

tugas-tugasnya berada di bawa Unit Pelaksana Teknis Perparkiran. Sehingga

dengan demikian, maka badan Perparkiran wajib bertanggung jawab atas

kerusakan dan atau apapun nama yang menyangkut kerugian yang timbul akibat

petugas parkir lalai.

Pada kenyataan yang terjadi bahwa ada hambatan pengguna jasa parkir

untuk mengajukan tuntutan ganti rugi atas kerusakan yang dialami kendaraan

bermotor roda empat yang diparkir, hal ini disebabkan perjanjian yang tidak

seimbang dengan menganut klausula baku yang merugikan pengguna jasa.

Menurut A Qirom Syamsudin Meilala, SH, menyatakan bahwa

hambatan yang sering terjadi karena : Keadaan memaksa (overmacht) adalah

suatu keadaan atau kejadian yang tidak dapat diduga-duga terjadi sehingga

menghalangi seorang untuk melakukan prestasinya sebelum ia lalai untuk

apa dan keadaan mana tidak dapat dipersalahkan kepadanya.

Jadi keadaan overmacht menurut A Qirom Syamsudin Meilala, SH,

mengandung unsur sebagai berikut:23

a. Tidak dapat diduga-duga sebelumnya


23
A Qirom Syamsudin Meilala, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Liberty, halaman 25.
b. Diluar kesalahan debitur.

c. Menghalangi debitur untuk berprestasi.

d. Debitur belum lalai.

Pada hakekatnya overmacht ada yang mutlak dan ada yang relatif. Yang

mutlak adalah apabila prestasi sama sekali tidak dilaksanakan oleh siapapun juga,

sebaliknya dalam overmacht relatif pelaksanaannya masih mungkin hanya

memerlukan pengorbanan yang besar dari salah satu pihak.

Lebih lanjut menurut A Qirom Syamsudin Meliala, dijelaskan bahwa

yang menghalangi seseorang berprestasi juga disebabkan : 24Wanprestasi adalah

apabila seorang debitur tidak melaksanakan prestasi sama sekali atau

melakukan prestasi yang keliru atau terlambat melakukan prestasi, maka

dalam hal-hal yang demikian inilah yang disebut soerang debitur

melakukan wanprestasi.

Lebih lanjut menurut A Qirom Syamsudin Meliala, bahwa bentuk-

bentuk wanprestasi itu adalah sebagai berikut:25

1. Tidak melakukan prestasi sama sekali.

2. Melakukan prestasi yang keliru.

3. Terlambat melakukan prestasi.

Wanprestasi atau cidera janji itu ada kalau seorang debitur itu tidak

dapat membuktikan bahwa tidak dapatnya ia melakukan prestasi adalah di luar

24
Ibid, halaman 25
25
Ibid halaman 27
kesalahannya atau dengan kata lain debitur tidak dapat membuktikan adanya

overmacht, jadi dalam hal ini jelas bersalah.

Jika di hubungkan dengan penggunaan jasa perparkiran, maka substansi

ganti rugi akibat lalai petugas perparkiran jelas dapat dibuktikan pada saat itu

juga, sehingga tidak ada alasan yang menyatakan bahwa ia terpaksa memarkir

kendaraan bermotor roda empat milik pengguna jasa parkir tidak tepat pada

tempat yang telah disediakan.

Menurut R. Subekti, SH, yang dimaksud dengan istilah rugi adalah26 :

Kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang

diakibatkan oleh kelalaian si debitur.

Dengan demikian jelas bahwa akibat lalainya seorang yang bertanggung

jawab pada barang milik orang lain mengakibatkan ia wajib mengganti kerugian.

Dalam proses penuntutan ganti rugi, oleh undang-undang diberi ketentuan

tentang apa yang dimasukkan dalam ganti rugi tersebut. Hal ini dapat dikatakan

ketentuan-ketentuan merupakan pembatasan dari apa yang boleh dituntut. Jadi

undang-undang masih melindungi seorang debitur dari kewenangan kreditur.

Berdasarkan pendapat di atas yang mengadopsi ketentuan Pasal 1243

KUH Perdata menyatakan : Ganti kerugian karena tidak dipenuhinya perikatan,

barulah mulai diwajibkan apabila debitur setelah dinyatakan lalai memenuhi

26
R. Subekti, Op-Cit, halaman 47
perikatannya, tetapi lalainya atau sesuatu yang harus diberikan atau dibuat dalam

tenggang waktu yang telah dilampauinya.27

Yang dimaksud dengan ganti kerugian itu ialah ganti kerugian yang

timbul karena debitur melakukan wanprestasi karena lalai.

Pada hakekatnnya ganti kerugian terdiri dari tiga unsur sebagaimana

yang dinyatakan oleh Pasal 1246 KUH Perdata yaitu:

1. Ongkos-ongkos atau biaya-biaya yang dikeluarkan (kost)


2. Kerugian karena kerusakan, kehilangan barang kepunyaan kreditur akibat
kelalaian debitur (damages )
3. Bungan atau keuntungan yang diharapkan (interests) karena debitur lalai,
kreditur kehilangan keuntungan.

Pada hakekatnya ganti kerugian harus dalam bentuk uang pengganti

yang diperhitungan berdasarkan kerusakan apa saja yang dialami. Oleh

karenanya dalam ganti kerugian tidak selalu memenuhi ketiga unsur diatas,

namun minimal ganti rugi itu adalah kerugian yang sungguh-sungguh terjadi dan

diderita oleh orang lain. Sehingga debitur diharuskan membayar ganti kerugian

kepada kreditur, namun undang-undang masih memberi pembatasan-pembatasan

karena ganti kerugian berdasarkan tuntutan salah satu pihak yang dirugikan.

Menurut Pasal 1247 KUH Perdata : Debitur hanya diwajibkan

membayar ganti kerugian yang nyata telah atau sedianya harus dapat

diduga sewaktu perikatan dilahirkan, kecuali jika hak tidak dipenuhinya

perikatan itu disebabkan oleh tipu daya yang dilakukan olehnya.

27
Abdulkadir Muhammad, Op-Cit, halaman 39
Jadi dengan demikian maka pengguna jasa parkir dapat mengajukan

tuntutan ganti kerugian akibat kerusakan kendaraan bermotor roda empat yang

disebabkan lalainya petugas parkir.


BAB III
PENGOLAHAN DATA

A. Analisis Data

Pada bagian ini akan dilakukan analisa data hasil penelitian lapangan

yang mempergunakan angket dan wawancara sebagai alat pengumpul data.

Adapun populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah pemilik

kendaraan bermotor roda empat yang diparkir pada lokasi perparkiran.

Sedangkan wawancara ditujukan kepada Kepala unit Pelaksana Teknis Dinas

Perparkiran Kota Pontianak dan Petugas Parkir.

Data hasil penelitian lapangan yang diperoleh dari angket kemudian

diolah dalam bentuk tabulasi agar dapat lebih mudah difahami dan dimengerti.

Dalam penentuan sampel penulis menggunakan sampel total yaitu semua

populasi dijadikan sampel. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. 10 orang pemilik kendaraan bermotor roda empat sebagai pengguna

jasa parkir yang kendaraannya mengalami kerusakan.

2. Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Perparkiran Kota Pontianak

dan 1 (satu) orang Petugas Parkir.


Sebagai langkah pertama dari analisa data ini perlu diketahui terlebih

dahulu berapa lama pengguna jasa parkir memarkirkan kendaraannya, maka

dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :

TABEL 1
LAMANYA KENDARAAN DI PARKIR

No Alternatif Frekuensi Prosentase

1. Kurang dari 1 jam 5 50

2. 2 jam 5 50

3. Lebih dari 3 jam 0 0

N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah

Dari tabel 1 di atas, maka dapat diketahui bahwa lamanya pengguna jasa

parkir memarkirkan kendaraannya adalah kurang dari 1 (satu) jam sebanyak 5

orang responden ( 50 % ) dan sebanyak 5 orang responden menyatakan

memarkirkan kendaraannya selama 2 ( dua ) jam.

Kemudian tidak ada responden yang menyatakan memarkirkan

kendaraannya selama 3 ( tiga ) jam lebih.

Untuk mengetahui berapa rata-rata kendaraan bermotor roda empat yang

diparir setiap hari pada lokasi parkir, maka dapat diketahui dari tabel berikut ini.
TABEL 2
RATA-RATA JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT
MILIK PENGGUNA JASA PARKIR SETIAP HARI
No Alternatif Frekuensi Prosentase

1. 1 – 2 setiap hari 5 50

2. 2 – 3 setiap hari 5 50

3. Tidak setiap hari 0 0

N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah

Dari tabel 2 di atas, maka rata-rata jumlah kendaraan bermotor roda

empat milik pengguna jasa yang diparkir setiap hari adalah yang menyatakan 1

- 2 respoden ( 50 % ) dan yang menyatakan 2 – 3 kali setiap hari adalah 50 %

responden. Dan hanya 0 % responden yang menyatakan tidak setiap hari

memakirkan kendaraaanya. Dari uraian di atas dapat dilihat suatu fakta bahwa

jumah kendaraan yang diparkir oleh setiap petugas mengalami frekuensi

peningkatan yang berbeda, sehingga ntuk mengatur kendaraan keluar masuk

cukup tinggi.

Disamping itu, dengan jumlah kendaraan yang banyak menyebabka

kurangnya efesiensi para petugas parkir untuk meletakkan, menyususn agar rapi

kendaraan bermotor roda empat yang menjadi tanggung jawabnya.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengguna jasa parkir diberi karcis,

maka dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:


TABEL 3
ADA TIDAKNYA PENGGUNA JASA PARKIR DIBERI KARCIS
TANDA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT
No Alternatif Frekuensi Prosentase

1. Ya 0 0

2. Tidak 10 100

N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah

Dari tabel 3 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semua responden

( 100 % ) menyatakan bahwa semua pengguna jasa parkir tidak diberi karcis

tanda parkir kendaraan bermotor roda empat. Karcis tanda parkir kendaraan

bermotor roda empat merupakan bukti yang menunjukkan bahwa seorang

pemilik kendaraan bermotor memarkir kendaraannya ditempat yang dijaga oleh

petugas parkir. Sehingga apabila terjadi kehilangan, kerusakan maka dapat

dipertanggugjawabkan, sebab karcis sebagai bukti dapat dipergunakan oleh

pemilik kendaraan bermotor dalam upaya mengajukan baik atas kehilangan

maupun kerusakan kendaraannya. Namun pada umumnya, tempat parkir

kendaran bermotor roda empat saat sekarang tidak menerapkan penggunaan

karcis tanpa parkir kendaraan bermotor, sedangkan upaya tersebut dapat

menjamin pemilik terhadap kehilangan kendaraan bermotor. Artinya setiap orang

yang mengaku sebagai pemilik kendaraan bermotor apabila mengambil

kendaraannya wajib menunjukkan karcis tersebut kepada petugas parkir.


Untuk mengetahui apakah semua responden pernah memarkir kendaraa

bermotor roda empatnya, maka dapat diketahui dari tabel sebagai berikut :

TABEL 4
PERNAH TIDAK MEMARKIR KENDARAAN BERMOTOR RODA
EMPAT DITEMPAT YANG DISEDIAKAN OLEH JASA PARKIR
No Alternatif Frekuensi Prosentase

1. Ya 10 100

2. Tidak 0 0

N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah

Dari tabel 4 diatas, maka dapat diketahui bahwa semua responden yaitu

10 orang ( 100 % ) pemilik kendaraan bermotor roda empat mengatakan pernah

memarkir kendaraannya di tempat yang disediakan oleh jasa parkir.

Dengan demikian, maka jelas bahwa setiap orang yang menggunakan

kendaraan bermotor roda empat pernah menggunakan jasa parkir di lokasi parkir.

Untuk mengetahui pernah tidaknya kendaraan bermotor yang diparkir

mengalami kerusakan, maka dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

TABEL 5
PERNAH TIDAKNYA KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT
YANG DIPARKIR MENGALAMI KERUSAKAN
No Alternatif Frekuensi Prosentase

1. Pernah 10 100

2. Tidak 0 0

N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah

Dari tabel 5 di atas, maka dapat diketahui bahwa semua responden

( 100 % ) menyatakan kendaraan yang ia parkir ditempat-tempat parkir tersebut

pernah mengalami kerusakan dan tidak ada responden mengatakan tidak pernah.

Ini menunjukkan kendaraan bermotor roda empat yang diparkir di tempat parkir

mempunyai potensi besar mengalami kerusakan hal ini dialami oleh mayoritas

responden tersebut diatas. Adapun jenis-jenis kerusakan tersebut adalah lecet

pada body kendaraan, pecah kaca spion, pecah lampu sen dan lain-lain.

Adapun penyebab rusaknya kendaraan antara lain dapat disebabkan

banyaknya kendaraan bermotor yang diparkir, sehingga tempat kurang tersedia

yang layak dan memadai akibatnya kendaraan bermotor yang diparkir

berdesakan dan bersentuhan dan menyebabkan lecet pada cat atau body

kendaraan bermotor di samping ada kendaraan bermotor roda dua yang tumbang

akibat kurang kehati-hatian petugas parkir. Untuk menyiapkan tempat parkir

yang layak dengan kuantitas yang lebih baik, agar setiap kendaraan bermotor

roda empat yang diparkir lebih leluasa dan mempunyai ruang gerak.

Ada tidak tuntutan ganti rugi dari pemilik kendaraan bermotor roda

empat yang rusak dapat diketahui pada tabel di bawah ini.

TABEL 6
PERNYATAAN KEBERATAN ATAS KERUSAKAN KENDARAAN
BERMOTOR RODA EMPAT DARI PENGGUNA JASA
No Alternatif Frekuensi Prosentase
1. Menyatakan keberatan 8 80

2. Tidak menyatakan keberatan 2 20

N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah

Dari tabel 6 di atas, maka dapat diketahui bahwa 8 orang (8%)

responden mengatakan keberatan sedangkan 2 orang (20%) responden

mengatakan tidak menyatakan keberatan. Untuk mengatahui ada tidaknya

tuntutan dari pemilik kendaraan bermotor roda empat yang rusak pada waktu

parkir, maka akan diketahui dari tabel berikut ini.

TABEL 7
PENGAJUAN TUNTUTAN GANTI RUGI
KEPADA PETUGAS PARKIR
No Alternatif Frekuensi Prosentase

1. Ya mengajukan 8 80

2. Tidak mengajukan 2 20

N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah

Dari tabel 7 diata, maka diketahui bahwa 8 orang (80%) responden

mengatakan ya mengajukan tuntutan ganti rugi, sedangkan 2 orang (20%)

responden/pemilik kendaraan mengatakan tidak mengajukan tuntutan ganti rugi.


Untuk mengatahui alasan mengapa tidak mengajukan tuntutan ganti

rugi, maka dapat diketahui dari tabel di bawah ini:

TABEL 8
ALASAN PENGGUNA JASA PARKIR TIDAK MENUNTUT
GANTI RUGI
No Alternatif Frekuensi Prosentase
Kerusakan yang timbul tidak
1. 1 50
besar
2. Masih bisa ditanggulangi sendiri
1 50
biaya kerusakan
N=2 2 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah

Dari tabel 8 di atas, maka dapat diketahui bahwa yang 1 orang (50%)

responden mengatakan kerusakan yang timbul tidak besar, 1 orang (50%)

responden mengatakan masih bisa ditanggulangi sendiri biaya kerusakan

kendaraan bermotor tersebut.

Untuk mengetahui apakah tuntutan ganti rugi tersebut dipenuhi atau

tidak dapat diketahui dari tabel berikut ini :

TABEL 9
DIPENUHI TIDAKNYA TUNTUTAN GANTI RUGI TERSEBUT
No Alternatif Frekuensi Prosentase

1. Ya dipenuhi 0 0

2. Tidak dipenuhi 8 100

N=8 8 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah
Dari tabel 9 di atas, maka dapat diketahui bahwa 8 responden (100%)

menyatakan tuntutan ganti rugi yang mereka ajukan tidak dipenuhi. Untuk

mengetahui alasan tidak dipenuhinya tuntutan ganti rugi dapat diketahui dari

tabel sebagai berikut:

TABEL 10
FAKTOR PENYEBAB TIDAK DIKABULKANNYA TUNTUTAN
GANTI KERUGIAN
No Alternatif Frekuensi Prosentase
1. Pembayaran jasa parkir tidak
seimbang dengan resiko yang ada. 4 50

2. Petugas parkir keberatan membayar


ganti rugi karena belum ada 4 50
peraturannya
N=8 8 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah

Dari tabel 10 di atas, maka dapat diketahui bahwa alasan tidak

dipenuhinya tuntutan ganti rugi adalah 4 responden (50%) menyatakan

pembayaran jasa parkir tidak seimbang dengan resiko kerusakan yang terjadi,

yang menyatakan petugas parkir keberatan membayar ganti rugi karena belum

ada aturannya adalah sebanyak 4 responden ( 50% ).

Untuk mengatahui apa akibat hukum yang terjadi atas kerusakan

kendaraan bermotor tersebut dapat diketahui dari tabel sebagai berikut:


TABEL 11
AKIBAT HUKUM YANG TERJADI ATAS KERUSAKAN
KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT
No Alternatif Frekuensi Prosentase

1. Pemilik mengalami kerugian 5 50

2. Prosentase kendaraan bermotor


menjadi berkurang nilainya 5 50

N = 10 10 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah

Dari tabel 11 di atas, maka dapat diketahui bahwa 5 orang (30%)

responden mengatakan akibat terjadi kerusakan kendaraan bermotor

menyebabkan pemilik mengalami kerugian, 5 orang (50%) responden

mengatakan prosentase kendaraan bermotor menjadi berkurang nilainya.

Untuk mengetahui apa upaya pemilik kendaraan bermotor jika tuntutan

ganti rugi tidak dikabulkan dapat diketahui sebagai berikut :

TABEL 12
UPAYA PEMILIK KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT JIKA
TUNTUTAN GANTI RUGI TIDAK DIBAYARKAN
No Alternatif Frekuensi Prosentase

1. Menempuh proses hukum 0 0

2. Damai secara kekeluargaan 8 50

N=8 8 100
Sumber Data : Penelitian Lapangan Yang Diolah
Dari tabel 12 di atas, maka dapat diketahui bahwa upaya pemilik

kendaraan bermotor jika tuntutan ganti rugi tidak dipenuhi oleh petugas parkir

yang menyatakan menempuh proses hukum adalah 0 responden (0%), sedangkan

yang menyatakan dengan damai secara kekeluargaan ada 6 responden (100%).

Upaya damai secara kekeluargaan adalah cara terbaik yang harus

ditempuh, sebab dalam hubungannya dengan kerugian yang diderita apabila nilai

secara riil, maka nilai yang akan digugat di pengadilan tidak seimbang, sehingga

jalan terbaik adalah musyawarah dan mufakat.

Menurut perjanjian petugas parkir dengan Unit Pelaksana Teknis

Perparkiran Kota Pontianak menyatakan : Dalam menyenggarakan pengelolaan

parkir tersebut poin 1 di atas, yang bersangkutan wajib mematuhi ketentuan-

ketentuan :

1. Mengatur dan menertibkan kendaraan bermotor, menjaga


keamanan/ketertiban serta kelancaran arus lalu lintas di lokasi parkir tersebut.
2. Menggunakan karcis retribusi parkir dan baju seragam parkir yang
dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan Kota Pontianak Cq. Kantor UPTD
Perparkiran Kota Pontianak.
3. Memungut retribusi parkir sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
4. Menyetor hasil pungutan/pembayaran retribusi parkir kepada Kantor UPTD
Perparkiran Kota Pontianak sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja.
5. Mentaati peraturan/ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Kota Pontianak Cq. Kantor UPTD Perparkiran Kota Pontianak mengenai
tertib lalu lintas dan perparkiran
6. Melayani pemakai jasa parkir secara baik dan santun serta tidak melakukan
perbuatan tercela yang dapat merugikan semua pihak.
7. Mengadakan koordinasi/kerjasama dengan petugas aparat setempat serta
kepada pihak yang terkait lainnya.
Dengan demikian jelas bahwa tidak ada satu poin pun yang

menyebutkan bahwa mengenai ganti rugi terhadap kerusakan kendaraan

bermotor yang terjadi pada tempat parkir.

Untuk memperkuat analisa data di atas, berikut ini akan dikemukakan

resume hasil wawancara dengan Bapak Firman Wuryanto Kepala Unit Pelaksana

Teknis Daerah Perparkiran Kota Pontianak sebagai berikut :

1. Bahwa UPTD Perparkiran berdiri 4 (empat) bulan sebelumnya disebut

dengan Badan Pengelola Perparkiran Daerah.

2. Bahwa sistem pembagian hasil ditetapkan sesuai dengan hasil survey di

lapangan

3. Bahwa UPTD perparkiran sampai saat ini belum bertanggung jawab jika

terjadi klaim kerusakan pada waktu parkir karena belum ada peraturan yang

mengaturnya.

4. Bahwa pengenaan tarif bagi kendaraan bermotor roda empat tidak termasuk

asuransi kerugian, karena belum ada peraturannya.

5. Bahwa kerusakan kendaraan bermotor roda empat pada waktu parkir bukan

tanggung jawab petugas parkir dan UPTD Perparkiran, karena juru parkir

hanya bersfat mengatur menertibkan kendaraan yang diparkir. Jadi seabnya

adalah karena belum ada peraturan yang secara tegas mengenai tanggung

jawab penggantian kerugian apabila terjadi kerusakan pada kendaraan

bermotor roda empat yang diparkir.


6. Bahwa UPTD Perparkiran hanya bertanggung jawab dalam ketertiban,

keamanan lalu lintas khususnya di lokasi perparkiran.

7. Bahwa faktor penyebab belum ada ganti rugi dari petugas parkir akibat

kerusakan kendaraan bermotor roda empat yang diparkir belum ada

peraturan yang mengaturnya.

8. Bahwa akibat kerusakan yang disebabkan oleh juru parkir, hal ini dapat

diupayakan perbaikan atas kesepakatan bersama.

9. Bahwa selama ini belum ada pemilik kendaraan bermotor yang mengajukan

tuntutan ganti rugi langsung pada UPTD Perparkiran.

B. Pembuktian Hipotesis

Pada bagian ini akan dibuktikan hipotesis yang didasarkan pada hasil

analisis data yang diuraikan dalam bentuk tabel-tabel di atas sebagai berikut:

1. Dari tabel 1 dapat dibuktikan bahwa lamanya kendaraan di parkir

menyatakan kurang dari satu jam 5 responden (20%) dan yang menyatakan

di parkir dua jam responden (40%), sedangkan yang menyatakan lebih

dari 3 jam parkir tidak ada menyatakannya . dengan demikian jelas bahwa

pada umumnya petugas parkir bekerja sudah cukup lama sebab ada yang

menyatakan lebih dari 1 tahun sebagai petugas parkir.

2. Dari tabel 2 dapat dibuktikan bahwa rata-rata jumlah kendaraan bermotor

roda empat yang diparkir setiap hari adalah sebanyak 1-2 setiap hari 5

responden (50%), dan yang menyatakan 2-3 setiap hari sebanyak 5

responden(50%). Dari uraian di atas dapat dilihat suatu fakta bahwa jumlah
kendaraan yang diparkir oleh setiap petugas mengalami frekuensi

peningkatan yang berbeda, sehingga untuk mengawasi kendaraan keluar

masuk sulit sekali.

3. Dari tabel 3 dapat dibuktikan bahwa semua responden (100%) menyatakan

bahwa semua pengguna jasa parkir tidak diberi karcis tanda parkir

kendaraan bermotor roda emoat. Karcis parkir kendaraan bermotor roda

empat merupakan bukti yang menunjukkan bahwa seorang pemilik

kendaraan bermotor memarkir kendaraan di tempat yang dijaga oleh

petugas parkir. Sehingga apabila terjadi kehilangan, kerusakan maka dapat

dipertanggungjawabkan, sebab karcis sebagai bukti dapat dipergunakan

oleh pemilik kendaraan bermotor dalam upaya mengajukan klaim baik atas

kehilangan maupun kerusakan kendaraannya. Namun pada umumnya

tempat parkir kendaraan bermotor roda empat saat sekarang tidak

menerapkan penggunaan karcis tanpa parkir kendaraan bermotor,

sedangkan upaya tersebut dapat menjamin pemilik terhadap kehilangan

kendaraan bermotor. Artinya setiap orang yang mengaku sebagai pemilik

kendaraan bermotor roda empat apabila mengambil kendaraannya wajib

menunjukkan karcis tersebut kepada petugas parkir.

4. Dari tabel 4 dapat dibuktikan bahwa semua responden yaitu 10 orang

(100%) pemilik kendaraan bermotor roda empat menyatakan pernah

memarkir kendaraannya di tempat yang disediakan oleh jasa parkir.


Dengan demikian maka jelas bahwa setiap orang yang menggunakan jasa

parkir di lokasi perparkiran.

5. Dari tabel 5 dapat dibuktikan bahwa 10 orang (100%) responden

menyatakan pernah mengalami kerusakan kendaraan yang diparkir. Ini

menunjukkan kendaraan bermotor roda empat yang diparkir di tempat

parkir mempunyai potensi besar mengalami kerusakan hal ini dialami oleh

mayoritas responden tersebut diatas. Adapun jenis-jenis kerusakan tersebut

adalah lecet pada body kendaraan, pecah kaca spion, pecah lampu sen dan

lain-lain. Adapun penyebab rusaknya kendaraan antara lain dapat

disebabkan oleh banyaknya kendaraan bermotor roda empat yang diparkir,

sehingga tempat kurang tersdia yang layak dan memadai dan akibatnya

kendaraan bermotor yang diparkir berdesakan dan bersentuhan dan

menyebabkan lecet pada cat atau body kendaraan bermotor roda empat di

samping ada kendaraan roda dua yang tumbang, akibat kekurang hati-

hatian petugas parkir. Untuk menyiapkan tempat parkir yang layak dengan

kuantitas kendaraan bermotor saat sekarang, maka pengelola dapat

membuat perencanaan yang lebih baik, agar setiap kendaraan bermotor

roda empat yang diparkir lebih leluasa dan mempunyai ruang gerak.

6. Dari tabel 6 dan 7 dapat dibuktikan bahwa 8 orang (80%) responden

mengatakan keberatan dan mengajukan tuntutan ganti rugi, sedangkan 2

responden (20%) mengatakan tidak mengajukan keberatan dan tuntutan

ganti rugi kepada petugas parkir.


7. Dari tabel 8 dapat dibuktikan bahwa sebanyak satu orang responden

mengatakan tidak mengajukan tuntutan ganti rugi karena kerusakan yang

timbul tidak besar, 1 orang (50%) responden mengatakan masih bisa

ditanggulangi sendiri biaya kerusakan kendaraan bermotor tersebut.

8. Dari tabel 9 dapat dibuktikan bahwa 8 responden (100%) menyatakan

tuntutan ganti rugi yang mereka ajukan tidak dipenuhi

9. Dari tabel 10 dapat dibuktikan bahwa alasan tidak dipenuhinya tuntutan

ganti rugi adalah 4 responden (50%) menyatakan pembayaran jasa parkir

tidak seimbang dengan reiko kerusakan yang terjadi, yang menyatakan

petugas parkir keberatan membayar ganti rugi karena belum ada aturannya

adalah sebanyak 4 responden (50%)

10. Dari tabel 11 dapat dibuktikan bahwa 5 orang (50%) responden

mengatakan akibat terjadinya kerusakan kendaraan bermotor menyebabkan

pemilik mengalami kerugian, 5 orang (50%) responden mengatakan

kendaraan bermotor menjadi berkurang nilainya.

11. Dari tabel 12 dapat dibuktikan bahwa upaya pemilik kendaraan bermotor

roda empat jika tuntutan ganti rugi tidak dipenuhi oleh petugas parkir yang

menyatakan menempuh proses hukum adalah 0 responden (0%).

Sedangkan yang menyatakan dengan damai secara keseluruhan ada 8

responden (100%). Upaya damai secara kekeluargaan adalah cara terbaik

yang harus ditempuh, sebab dalam hubungan dengan kerugian yang

diderita apabila dinilai secara riil, maka nilai yang akan digugat di
pengadilan tidak seimbang sehingga jala terbaik adalah musyawarah dan

mufakat.

Dari uraian diatas, maka hipotesia yang berbunyi sebagai berikut :

“Bahwa Pemilik Kendaraan Bermotor Roda Empat Yang Mengalami

Kerusakan Pada Waktu Parkir Tidak Mendapat Ganti Rugi Dari Petugas

Parkir Karena Tuntutan Tidak Sesuai Dengan Uang Jasa Parkir Yang

Dibayar”. Terbukti.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bagian ini akan disimpulkan hal-hal yang terdapat pada Bab III di

atas sebagai berikut:

1. Bahwa dalam hal terjadinya kerusakan kendaraan bermotor yang diparkir,

maka juru parkir tidak bertanggung jawab untuk mengganti kerugian kepada

pemilik kendaraan. Karena tanggung jawab juru parkir hanya menjaga

ketertiban, keamanan kendaraan yang diparkir.

2. Bahwa akibat hukum tidak bertanggungjawabnya juru parkir atas kerusakan

kendaraan bermotor roda empat yang diparkir, maka pemilik kendaraan

bermotor roda empat mengajukan tuntutan hukum di Pengadilan Negeri atas

dasar petugas parkir lalai dan tidak bertanggung jawab untuk menjaga

kenyamanan dan keamanan.

3. Bahwa upaya yang dilakukan oleh pemilik kendaraan bermotor roda empat

yang mengalami kerusakan adalah mengajukan tuntutan ganti rugi yang

diselesaikan secara muasyawarah.

4. Bahwa faktor penyebab petugas parkir tidak mengabulkan tuntutan ganti

rugi disebabkan :

a. Pembayaran jasa parkir tidak seimbang dengan resiko yang

ditanggungnya.
b. Pemilik kendaraan bermotor roda empat ada yang tidak mengajukan

tuntutan ganti rugi atas kerusakan kendaraan bermotor roda empatnya.

c. Petugas parkir banyak yang keberatan membayar ganti rugi kepada

pemilik kendaraan bermotor yangg mengalami kerusakan karena belum

ada peraturan yang mengaturnya.

B. Saran

Adapun yang menjadi saran dari penulis adalah sebagai berikut:

1. Agar petugas parkir tertib dalam melaksanakan perparkiran dan menjaga

keamanan kendaraan bermotor roda empat yang diparkir, maka pengelola

atau petugas parkir wajib menggunakan karcis tanda parkir kendaraan.

2. Agar supaya tidak terjadi akibat-akibat yang mungkin timbul dalam

memarkir kendaraan bermotor roda empat, maka petugas parkir dalam

mengarahkan kendaraan yang diparkir dapat memperhatikan jarak antara

kendaraan yang satu dengan lainnya, disamping mengarakan kendaraan

bermotor roda empat yang diparkir pada tempat yang layak untuk

menghindari tumbangnya kendaraan roda dua yang diparkir, yaitu

menyediakan sarana dan prasarana yang lebih baik.

3. Agar supaya terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban petugas

parkir dengan pemilik kendaraan bermotor roda empat, maka atas prestasi

yang telah diberikan pemilik kendaraan bermotor berupa pembayaran

uang parkir, maka petugas parkir wajib menanggung akibat yang terjadi
baik berupa kerusakan maupun atas kehilangan kendaraan bermotor yang

diparkirnya, sehingga tidak ada alasan jumlah uang parkir terlalu kecil

pada resiko yang ditanggung.


DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir, Muhammad, , Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2009.

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES. 2007

Ronny Hanitijo Soemitro, H., Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakartya
: 1998

Ratminto dan Atik Winarsih. Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta :


2005

Lupiyoadi Rambat. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi. Salemba, Jakarta : 2001

……….., Permasalahan Hukum di Dalam Masyarakat, Alumni, Bandung : 2002

Sorjono Soekanto. Dr. Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, Alumni,
Bandung : 1998

………., Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, CV. Rajawali Pers,


Jakarta : 1997

……….., Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta : 1998

………., Perspektif Teorotis Studi Hukum Dalam Masyarakat, Rajawali Pers, Jakarta
: 2003

Subekti, R dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pardnya


Paramita, Jakarta : 1999

Subekti, R, Hukum Perjanjian, Cetakan Ke XI, PT. Intermasa, Jakarta. 2002

………., Aneka Perjanjian, Cetakan Ke Sembilan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
1996.

………, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta : 2005

Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum, Sumur, Bandung 1999.

Anda mungkin juga menyukai