SKRIPSI
OLEH :
SKRIPSI
OLEH :
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa hal ini tidak akan
berhasil tanpa bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, maka dalam kesempatan ini
Pontianak.
Universitas Tanjungpura.
i
4. Bapak H. Alhadiansyah, SH MH, selaku Dosen Pembimbing I yang
5. Ibu Lolita, SH. MH, selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing
6. Ibu Hj. Erni Djun Astuti SH, M.H, selaku Penguji I yang telah memberi
saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini sekaligus Ketua Bagian
7. Ibu Chandra Maharani, SH, M.H, selaku Penguji II yang juga telah
Tanjungpura.
ini;
Penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikannya dan
akhirnya penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat
ii
ABSTRAK
iii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
E. Hipotesis ...................................................................................... 11
F. Metode Penelitian.......................................................................... 13
iv
D. Upaya Hukum Dinas Perhubungan Kota Pontianak Terhadap
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 55
B. Saran ............................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Dinas Perhubungan……………………......................... 50
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran :
Pontianak
vii
BAB I
PENDAHULUAN
angkutan. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang atau
barang. Mengenai jalurnya bisa melalui udara seperti pesawat terbang, laut atau
perairan seperti kapal atau perahu, dan darat seperti sepeda motor, mobil dan
sebagainya.
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ). Yang diatur dalam ijin
trayek, ijin usaha angkutan, ijin operasional dan persyaratan lain yang ditentukan.
bermotor mobil layak dijadikan angkutan umum resmi dengan plat nomor kuning.
sebagai angkutan umum. Selain itu kendaraan bermotor mobil plat nomor kuning
sudah dilengkapi asuransi kendaraan maupun asuransi jiwa terhadap supir dan
penumpang.
bermotor mobil pribadi bernomor plat hitam. Banyaknya mobil pribadi sebagai
1
2
angkutan umum dari hari ke hari mengakibatkan persaingan tidak sehat dengan
mobil angkutan umum resmi, karena dianggap mengambil bagian rezeki atau
Selain itu, mobil pribadi sebagai angkutan umum dapat menerapkan tarif
tarif yang ditentukan oleh UULLAJ. Ketentuan tarif tersebut hanya berlaku bagi
kendaraan bermotor mobil angkutan umum resmi berplat kuning. Ditambah lagi
penumpang tidak dijamin dengan asuransi jiwa. Hal ini dapat merugikan
tidak masuk terminal dan tidak menggunakan jasa pelayanan uji kelaikan
kendaraan. Hal ini merugikan pemerintah dan pihak angkutan umum resmi
tempat tertentu seperti di Jalan masuk Pasar Kapuas Indah, di depan hotel atau di
samping itu ada pemilik kendaraan mobil pribadi tersebut yang menyediakan jasa
antar pulang sekolah sampai ke rumah dan pembayarannya dengan sistem per
bulan.
3
bagi sesama pemilik kendaraan angkutan umum tapi bagi seluruh masyarakat
sebagai konsumen serta pemerintah, sebab berkaitan dengan tata cara pengajuan
sebagai angkutan umum. Tetapi banyak pemilik kendaraan mobil pribadi yang
KOTA PONTIANAK.”
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai
taksi.
5
D. Kerangka Pemikiran
1. Tinjauan Pustaka
mobil. Kebutuhan akan angkutan jasa umum di darat sudah menjadi bagian
duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa
Angkutan Jalan terlebih dahulu. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat jaminan
tersebut meliputi izin usaha, trayek, dan operasi angkutan umum, kelaikan jalan
umum, serta ketentuan mobil yang harus dipenuhi sebagai angkutan umum
hukum.
pada ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata atau Burgerlijk Wetboek (BW), dalam
Buku II, pada bagian “Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan demi Undang-
undang, tetapi juga berbuat atau tidak berbuat yang melanggar hak orang lain atau
yang melanggar hak (subyektif) orang lain atau perbuatan (tidak berbuat)
dengan apa yang menurut hukum tidak tertulis yang seharusnya dijalankan oleh
1
Subekti. 2004. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta. PT. Intermasa, hal.365.
7
Hal yang sangat masuk akal bahwa perumusan baru ini lebih jelas, oleh
melanggar hak orang lain atau melanggar kewajiban, namun juga mencakup
kesusilaan dan sikap baik bermasyarakat, di mana dua unsur yang terakhir ini
timbul pada tahun 1919 yang berasal dari suatu putusan Hoge Raad dan bukan
hukum. Menurut pendapat Munir Fuady bahwa sampai dengan penghujung abad
1919, perbuatan melawan hukum belum dianggap sebagai suatu cabang hukum
yang berdiri sendiri, tetapi hanya merupakan sekumpulan dari writ (model
Perbuatan writ ini kemudian lambat laun menghilang. Seiring dengan proses
hilangnya sistem writ di Amerika Serikat, maka perbuatan melawan hukum mulai
diakui sebagai suatu bidang hukum tersendiri hingga akhirnya dalam sistem
hukum Anglo Saxon, suatu perbuatan melawan hukum terdiri tiga bagian3:
lain disebabkan karena dalam bahasa Belanda recht dapat berarti “hukum” dan
itu berarti “secara tidak sah” yang dapat meliputi pengertian “bertentangan dengan
hukum objektif” dan “bertentangan dengan hak orang lain atau hukum subjektif”. 4
melainkan juga berdasarkan asas-asas keadilan atau asas-asas hukum yang tidak
tertulis dan bersifat umum dalam suatu perkara, misalnya faktor negara tidak
4
Teguh Prasetyo dan Abdul Hakim Barkahtullah, 2005, Politik Hukum Pidana Kajian
Kebijakan Kriminalisasi Dan Diskriminalisasi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 31-32.
9
angkutan umum yang dilakukan tanpa ijin sesuai dengan Undang-Undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 menurut
pasal 1 ayat (3) yakni “Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari
satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di Ruang Lalu Lintas
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 138 menyebutkan:
Dari ketentuan pasal 138 ayat (3) di atas menjelaskan bahwa angkutan orang
hanya dapat dilakukan dengan kendaraan bermotor umum. Selain itu ketentuan
lain yang harus dipenuhi kendaraan pribadi yang akan digunakan sebagai taksi
harus terdaftar dan mendapatkan ijin trayek, izin usaha angkutan, izin operasional,
Lintas dan Angkutan Jalan. Apabila ada pemilik kendaraan pribadi menggunakan
5
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
6
Ibid. Halaman 23
7
Ibid. Halaman 45
10
2. Kerangka Konsep
memperoleh ijin operasional sebagai mobil angkutan umum dan berplat nomor
kuning. Sedangkan kendaraan mobil pribadi sebagai taksi tidak mempunyai ijin
serta tidak didaftarkan secara sah sebagai angkutan umum. Selain itu untuk
menghindari pajak yang harus dibayar kepada pemerintah dalam hal ini
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yang merugikan angkutan umum resmi dan
pemerintah kota Pontianak. Peruntukan, persyaratan teknis dan laik jalan wajib
bagi penumpang.
pribadi khususnya mobil sebagai taksi tanpa ijin berarti telah melakukan suatu
yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau
benda, yaitu perbuatan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan hidup dimasyarakat
jalan.
E. Hipotesis
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Empiris
kesimpulan akhir.
1. Bentuk Penelitian
orang.
a. Populasi
seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit
yang diteliti.
Oktober 2014 s/d 31 Maret 2015 berjumlah 126 orang. Dan pemilik
kendaraan mobil pribadi yang tidak memiliki izin tidak memiliki izin
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari unit populasi yang menjadi sumber data dalam
homogenous), maka satu satuan elementer saja dari seluruh populasi itu
sudah cukup representataif untuk diteliti. 8
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
8
Masri Singarimbun, 2007, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Yogyakarta, halaman 150.
BAB II
Taksi
mampu membeli kendaraan mobil pribadi. Banyak alasan untuk memiliki kendaraan
mobil pribadi, antara lain karena masalah privasi dan kenyamanan. Namun dibalik
banyak masalah.
penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Adapun kegiatan dari transportasi
tersebut meliputi pemindahan barang dan penumpang dari satu tempat ke tempat lain
maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau dengan kata lain
umum selain digunakan untuk pribadi. Apabila sudah memenuhi persyaratan dalam
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maka kendaraan bermotor tersebut
15
16
Plat nomor kuning diberikan kepada kendaraan bermotor beroda empat yang
bermotor plat nomor kuning sudah dilengkapi asuransi kendaraan maupun asuransi
jiwa terhadap awak dan penumpang. Dalam hal ini kendaraan bermotor beroda empat
yang digunakan sebagai angkutan umum taksi berupa mobil penumpang seperti
menggunakan kendaraan pribadi, seperti mobil pribadi, sepeda motor, sepeda, tapi
bisa juga menggunakan mobil yang biasanya digunakan untuk keperluan pribadi.
2009 adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain
Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau
barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok
orang menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki atau mengirimkan barang dari
dengan menggunakan kendaraan mobil pribadi biasanya lebih mahal dari transportasi
menggunakan angkutan umum karena alasan efisiensi angkutan umum yang lebih
baik.
17
Kalimantan Barat ditandai dengan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang berlatar
merupakan lawan kata dari 'kendaraan pribadi'. Angkutan Umum berperan dalam
meningkat, untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lain yang berjarak dekat,
menengah ataupun jauh. Angkutan umum juga berperan dalam pengendalian lalu
lintas, penghematan bahan bakar atau energi, dan juga perencanaan & pengembangan
wilayah. 1
yang baik dan layak bagi masyarakat dalam menjalankan kegiatannya, baik untuk
1
Warpani, Suwardjoko. 2000, Merencanakan System Perangkutan, ITB, Bandung. Halaman
34
18
(Captive). Ukuran pelayanan angkutan umum yang baik adalah pelayanan yang aman,
pergerakan ataupun mobilitas yang semakin meningkat, untuk berpindah dari suatu
tempat ke tempat lain yang berjarak dekat, menengah ataupun jauh. Angkutan umum
juga berperan dalam pengendalian lalu lintas, penghematan bahan bakar atau energi,
Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan / atau
barang dari satu tempat ke tempat lain. Menurut Warpani, bahwa angkutan umum
penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau
membayar 3.
mana penggunanya dipungut bayaran. Konsep angkutan publik atau angkutan umum
muncul karena tidak semua warga masyarakat memiliki kendaraan pribadi sehingga
a. Angkutan antar kota dari satu kota ke kota lain di sini dipisahkan atas
antar kota antar Profinsi (AKAP) dan antar kota dalam Profinsi
(AKOP).
2
Warpani, Suwardjoko. 2000, Merencanakan System Perangkutan, ITB,Bandung. Halaman
36
3
Abdulkadir Muhammad, 2001, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, Halaman 19.
19
disewakan kepada orang lain baik dengan maupun tanpa pengemudi selama jangka
waktu tertentu (mobil sewa) dan juga mobil belajar untuk sekolah mengemudi.
Dalam hal ini Pemerintah wajib menyelenggarakan angkutan umum untuk warga
diatur dalam Pasal 138 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang menyebutkan :
4
Tjakranegara, Soegijatna , 2005, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka
Cipta, Jakarta. Halaman 45
20
negara.
kabupaten/kota.
(4) Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai
berikut:
dan/ atau orang ketempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya (pengirim-
Dalam perjanjian pengangkutan ada beberapa hal yang bukan tanggung jawab
a. Keadaan memaksa,
pengangkutan.
22
mengatur, tetapi juga untuk menetapkan. Dalam hal pentapan yang ditujukan kepada
umum taksi. Adapun pengertian dari Izin menurut para ahli antara lain:
1) Mr. N.M. Spelt dan Prof. Mr. J.B.J.M. Ten Berger, Izin adalah suatu
Tujuan dari sistem perizinan itu sendiri yaitu adalah agar melalui izin,
Dalam hal ini pemerintah mengarahkan warganya melalui instrumen yuridis berupa
ijin. Kadang kala kebijakan pemerintah untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat,
bahkan tidak berhenti pada satu tahap melainkan melalui serangkaian kebijakan.
5
N.M. Spelt dan J.B.J.M. Ten Berger,disunting Philipus M. Hadjon, 2003, Pengantar Hukum
Perizinan, Penerbit Yuridika,Surabaya, hal 2-3
6
Van Der Pot dalam Untrecht dan Moh.Saleh Djinang, 2005, Pengantar Hukum Administrasi
Negara Indonesia, Penerbit dan Balai buku ichtiar, Jakarta, hal 143
23
Banyaknya mobil pribadi sebagai angkutan umum taksi dari hari ke hari
angkutan umum resmi, kendaraan tersebut dianggap mengambil bagian rezeki atau
Selain itu mobil pribadi sebagai angkutan umum dapat menerapkan tarif angkutan
semaunya pada penumpang, karena tidak mengacu pada ketentuan tarif yang
ditentukan dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Mobil pribadi
yang dijadikan angkutan umum taksi seringkali tidak membayar retribusi, tidak
Hal tersebut akhirnya diatur oleh suatu Peraturan Hukum oleh Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menggantikan
telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor :
Kendaraan Umum yang mengatur tentang ijin trayek, ijin usaha angkutan, ijin
angkutan umum di sini adalah tidak memiliki izin trayek yang mengakibatkan
pemilik telah melakukan perbuatan melawan hukum yakni melanggar peraturan yang
Taksi
Angkutan Jalan, taksi didefinisikan sebagai kendaraan umum dengan jenis mobil
untuk umum dengan trayek yang tidak tetap atau tidak dalam trayek tetap. Adapun
yang dimaksud sebagai pengertian tidak dalam trayek adalah pelayanan angkutan
umum yang tidak terikat dalam trayek tertentu dan tidak berjadwal serta merupakan
taksi merupakan pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi
Yang dimaksud dalam keadaan tertentu adalah suatu keadaan di mana jumlah
penduduk yang bermukim di luar batas wilayah admnistratif Kota tersebut cukup
3. Koperasi
lain untuk masuk dalam sistem angkutan umum sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku. Adapun ketentuan mengenai pemberian izin usaha angkutan taksi tidak
juga untuk menetapkan. Dalam hal penetapan yang ditujukan kepada individu,
mobil pribadi.
umum yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) daerah, Badan
Usaha Milik Swasta (BUMS) nasional, koperasi, dan perorangan warga negara
usahanya.
bermotor
kendaraan bermotor.
menerbitkan Surat Keputusan Ijin Usaha Angkutan Jalan, dan Kepala Dinas
Pelaksanaan Keputusan Izin Usaha Angkutan Jalan, Kartu dan Pening Izin
Usaha Angkutan Jalan, bagi penggantian yang hilang/ rusak. Kepala Dinas
28
orang dengan kendaraan umum yang melayani trayek tetap dan teratur terdapat
a. Trayek antar kota antar propinsi, adalah trayek yang melalui lebih
wilayah kotamadya.
29
wilayah kabupaten.
e. Trayek lintas batas negara, adalah trayek yang melalui batas negara.
pelayanan angkutan umum yang tidak terikat dalam trayek tertentu dan tidak
Angkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek terdiri dari :
mobil pribadi merupakan pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dengan wilayah
pelayanan dari pintu ke pintu dengan wilayah operasi tidak terbatas (Pasal 11
Ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan). Dan
Pemerintah kota Pontianak. Menurut Perda Kota Pontianak Nomo 5 Tahun 2006
kendaraan ;
umum tidak dalam trayek, seperti taksi, wajib memiliki operasi angkutan . Izin
Nomor 22 Tahun 1999 untuk kewenangan pembinaan dan pengaturan lalu lintas
kendaraan umum berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. Tata
laporan tertulis secara berkala kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.
Pemegang izin usaha angkutan wajib memenuhi seluruh persyaratan yang telah
laporan tertulis secara berkala ini ditetapkan oleh Walikota atau Pejabat yang
ditunjuk.
Daerah
Setiap angkutan kendaraan umum yang tidak melayani trayek tetap dan
teratur seperti taksi, bus pariwisata, dan kendaraan sewa dalam daerah wajib
bermotor
pengusahaan angkutan
pengemudi;
dalam ayat ini tidak diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan izin operasi
untuk jangka waktu satu bulan. Jika pembekuan izin operasi habis jangka
waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, maka izin operasi dicabut.
pembekuan dan pencabutan izin operasi angkutan, tata cara laporan kegiatan.
Yang dimaksud dengan cara tidak sah adalah memberikan keterangan yang tidak
benar pada waktu mengajukan permohonan izin operasi atau memperoleh izin
operasi tanpa memperoleh izin operasi tanpa melalui prosedur yang ditetapkan.
Keputusan Menteri.
diperuntukan khusus bagi karyawan, buruh, dan anak sekolah. Angkutan ini
Persyaratan dan tata cara permohonan izin trayek, izin operasi, dan izin
angkutan khusus ditetapkan oleh Walikota dengan jangka waktu berlakunya izin
trayek, izin operasi, dan izin angkutan khusus selama 1 (satu) tahun dan dapat
khusus dalam Daerah wajib memiliki Kartu Pengawasan (KP) dan amgkutan
barang wajib memiliki Kartu Izin Usaha. Kartu Pengawasan atau Kartu Izin
Usaha berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang. Kartu Pengawasan
dan Kartu Izin Usaha, harus selalu berada pada kendaraan yang sedang
beroperasi.
Tanpa Izin
Angkutan umum orang atau barang hanya dapat dilakukan dengan kendaraan
7
Ibid. Halaman 45
35
Dari ketentuan pasal 138 ayat (3) di atas menjelaskan bahwa angkutan orang
hanya dapat dilakukan dengan kendaraan bermotor umum. Selain itu ketentuan lain
yang harus dipenuhi kendaraan pribadi yang akan digunakan sebagai angkutan umum
harus terdaftar dan mendapatkan ijin trayek, izin usaha angkutan, izin operasional,
kelaikan angkutan untuk umum beserta persyaratan lain yang ditentukan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Pasal 1365 KUH Perdata menetukan bahwa tiap perbuatan melawan hukum
yang mengakibatkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang melakukan
8
R. Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT.Pradnya
Paramita, 2003), halaman 346.
36
(3) Seseorang yang sengaja tidak melakukan suatu perbuatan yang wajib
dilakukannya, disamakan dengan seorang yang melakukan suatu perbuatan
terlarang karenanya melanggar hukum. 9
hukum, karena dalam konsepnya tersebut pengertian melawan hukum tidak hanya
dengan kepatutan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat (hukum tidak
tertulis).
onrechtmatigedaad, yang diatur dalam KUH Perdata Buku III tentang Perikatan,
Pasal 1365 sampai dengan Pasal 1380. Terminologi Perbuatan Melawan Hukum
menurut Meriam Darus Badrulzaman adalah sebagai berikut : “Pasal 1365 KUH
Perdata menentukan bahwa setiap perbuatan yang melawan hukum yang membawa
kerugian kepada orang lain mewajibkan karena salahnya menerbitkan kerugian ini
Perdata ini sangat penting artinya karena melalui pasal ini hukum yang tidak tertulis
9
St.Remy Sjahdeini dkk., 2004, Naskah Akademis Peraturan Perundang-Undangan tentang
Perbuatan Melawan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional. Departemen Kehakiman RI, Jakarta,
halaman 18.
10
Mariam Darus Badrulzaman, 2000, KUH Perdata – Buku III, Hukum Perikatan Dengan
Penjelasan, Bandung, Alumni, halaman 146.
11
Ibid,halaman 21.
37
Selain itu terminologi perbuatan melawan hukum juga digunakan oleh M.A.
mengalami kerugian karena perbuatan melawan hukum, yang dilakukan oleh orang
lain terhadap dirinya, akan dapat mengajukan tuntutan ganti kerugian kepada
hukum Eropa Kontinental diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata sampai dengan
Pasal 1380 KUH Perdata. Dalam pasal-pasal tersebut diatur bentuk tanggung jawab
atas perbuatan melawan hukum yang terbagi atas ; Pertama, Tanggung jawab tidak
hanya atas perbuatan melawan hukum diri sendiri tetapi juga atas perbuatan melawan
Oleh karena itu, beberapa tuntutan yang diajukan karena perbuatan melawan
hukum ialah :
2. Ganti rugi dalam bentuk natural atau dikembalikan dalam keadaan semula;
12
Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2002),
halaman 17.
38
ketidaknyamanan dan lebih jauh lagi menimbulkan luka berat bahkan meninggal
Lintas dan Angkutan Jalan menekankan bahwa apa yang dilakukan oleh pengemudi
merupakan suatu kealpaan atau kelalaian sedangkan pada pasal 311 Undang-Undang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menekankan bahwa apa yang dilakukan oleh
jangan sampai tindakan dapat terjadi atau berkembang. Adapun upaya hukum Dinas
umum taksi disini dituangkan beberapa sanksi. Adapun bunyi Pasal 310 dan 311
Upaya hukum lain yang telah dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota
1. Mmembuat pemberitahuan tertulis yang berlandaskan pada pasal 153 ayat (1)
dan pasal 304 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
(satu) bulan atau denda Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
seperti razia operasi terhadap taksi gelap tersebut hanya dilakukan pada
melakukan penyitaan surat tanda lulus uji dan/atau surat izin penyelenggaraan
angkutan umum.
41
4. Sanksi denda yang harus dibayar oleh pelanggar atau pemilik kendaraan
pribadi sebagai angkutan umum taksi khusus daerah Kota Pontianak harus
membayar di Bank Kalbar sesuai surat yang ditujukan oleh Petugas Dinas
perhubungan.
Upaya hukum yang dilakukan oleh Dinas Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
dilengkapi dengan perijinan meliputi ijin usaha, trayek dan operasi angkutan
umum, kemudian mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum taksi
pribadi sebagai taksi dan agar upaya penertiban dapat berjalan secara efektif
pribadi sebagai taksi gelap dan apabila hal tersebut belum efektif dapat pula
undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
PENGOLAHAN DATA
A. Analisis Data
Sebagai Taksi”.
Analisis Kuantitatif.
Adapun yang menjadi sampel penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Untuk mengawali proses analisis data dalam penelitian ini, maka tabel
pertama yang akan ditampilkan adalah mengenai berapa lama pemilik mobil
pribadi merubah menjadi mobilnya sebagai angkutan umum taksi sebagai berikut :
43
44
TABEL 1
b. 1 – 5 tahun 7 60
N = 13 13 100
merubah menjadi mobilnya sebagai angkutan umum taksi dalam kurun waktu
kurang dari setahun sejumlah 3 orang (10%), sejumlah 7 orang (60%) responden
menjadi angkutan umum taksi dan sejumlah 3 orang (30%) menyatakan sudah
lebih dari 5 tahun pemilik mobil pribadi merubah mobilnya menjadi taksi dalam
telah cukup lama mengubah status mobil pribadinya menjadi angkutan umum
mengetahui alasan pemilik mobil yang di ubah menjadi angkutan umum taksi
ini:
45
TABEL 2
Alasan Pemilik Mobil Pribadi Mengubah Menjadi Taksi Dalam Proses Perizinan
N = 13 13 100
orang (100%) menyatakan mengetahui alasan pemilik mobil yang di ubah menjadi
tidak mengurus izin karena pengurusan berkas-berkas yang lama dan bertele-tele
serta biasanya ada biaya yang terduga dari beberapa pengurusan adminstrasi.
TABEL 3
N = 13 13 100
orang sebagai angkutan umum taksi tanpa izin karena tidak adanya pekerjaan dan
TABEL 4
Terjaring Razia
a. Pernah 6 40
b. Tidak pernah 7 60
N = 13 13 100
menyatakan tidak pernah terjaring razia. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pemilik
menjelaskan pernah tidaknya pemilik mobil diberi sanksi oleh petugas Dinas
TABEL 5
a. Pernah 10 80
b. Tidak Pernah 3 20
N =13 13 100
diberi sanksi oleh petugas Dinas Perhubungan dalam membawa angkutan orang
karena tidak memiliki izin dan sejumlah 3 orang (20%) pemilik mobil menyatakan
tidak pernah diberi sanksi oleh petugas Dinas Perhubungan dalam membawa
Keterangan tabel di atas bahwa bagi pemilik kendaraan yang pernah diberi
sanksi oleh petugas yakni berupa teguran dan penahanan kelengkapan surat-surat
kendaraan serta izin trayek. Selanjutnya akan ditampilkan tabel mengenai faktor
TABEL 6
Menjadi Taksi
responden memang nekad untuk mengambil penumpang dengan cara illegal tanpa
menjadi taksi saat razia, dapat dilihat pada data tabel berikut di bawah ini:
50
TABEL 7
a. Pernah 2 100
b. Tidak pernah 0 0
N=2 2 100
pribadi yang diubah menjadi angkutan umum taksi saat razia. Keterangan tabel di
atas bahwa petugas merazia pemilik kendaraan angkutan umum taksi yakni
sajikan data tabel untuk mengetahui sanksi terhadap pemilik kendaraan mobil
pribadi sebagai angkutan umum taksi, dapat dilihat pada tabel berikut di bawah
ini:
51
TABEL 8
a. Diberi Peringatan 6 40
b. Diberikan Sanksi 7 60
N = 13 13 100
trayek kendaraan angkutan umum) yang benar dan jika kedapatan lagi tidak
mengurus surat-surat maka akan diberi sanksi tegas berupa penahanan surat-surat
kendaraan pemilik.
taksi melanggar ketentuan pada Pasal 153 ayat (1) dan pasal 304
izin trayek.
pemilik.
denda pada Bank Kalbar dengan surat ketentuan dari petugas Dinas
Perhubungan.
53
B. Pembuktian Hipotesis
ini:
bertele-tele;
tanpa izin karena tidak adanya pekerjaan dan sebagai mata pencaharian.
dengan kendaraan pribadinya dan ada juga yang tidak pernah diberi
izin;
54
6. Berdasarkan data Tabel 6 pada point (d) dan hasil wawancara dengan
angkutan umum taksi yakni diberi peringatan dan diberikan sanksi karena
telah terbukti.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
pengolahan data, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut di bawah ini:
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dimana
umum taksi harus dengan izin yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan,
perbulannya.
55
56
bila tidak memiliki ijin dan melakukan koordinasi dengan DLLAJR dan
B. Saran
berikut:
biasanya dan bekerja sama dengan agen taksi resmi lainnya akan adanya
lintas dan angkutan jalan yaitu pihak Kepolisian dan DLLAJR harus
plat hitam dalam rangka penertiban angkutan umum. Selain itu pembinaan
A. Buku :
Abdulkadir Muhammad, 2001, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung
Mariam Darus Badrulzaman, 2002, KUH Perdata – Buku III, Hukum Perikatan
Dengan Penjelasan, Bandung: Alumni
Munir Fuady, 2005, Perbandingan Hukum Perdata, Citra Aditya Bakti, Bandung
N.M. Spelt dan J.B.J.M. Ten Berger,disunting Philipus M. Hadjon, 2003, Pengantar
Hukum Perizinan, Penerbit Yuridika,Surabaya
Teguh Prasetyo dan Abdul Hakim Barkahtullah, 2005, Politik Hukum Pidana Kajian
Kebijakan Kriminalisasi Dan Diskriminalisasi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Van Der Pot dalam Untrecht dan Moh.Saleh Djinang, 2005, Pengantar Hukum
Administrasi Negara Indonesia, Penerbit dan Balai buku ichtiar, Jakarta
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan