Anda di halaman 1dari 70

PERBUATAN MELAWAN HUKUM PEMILIK KENDARAAN PRIBADI

SEBAGAI ANGKUTAN UMUM TAKSI BERDASARKAN UNDANG-


UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
DI KOTA PONTIANAK

SKRIPSI

OLEH :

SYARIF MUHAMMAD REDO


NIM. A01111171

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS HUKUM
PONTIANAK
2015
PERBUATAN MELAWAN HUKUM PEMILIK KENDARAAN PRIBADI
SEBAGAI ANGKUTAN UMUM TAKSI BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
DI KOTA PONTIANAK

SKRIPSI

OLEH :

SYARIF MUHAMMAD REDO


NIM. A01111171

Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS HUKUM
PONTIANAK
2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis selalu haturkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan, skripsi yang berjudul “PERBUATAN

MELAWAN HUKUM PEMILIK KENDARAAN PRIBADI SEBAGAI

ANGKUTAN UMUM TAKSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN

JALAN DI KOTA PONTIANAK”. Skripsi ini disusun dalam rangka

menyelesaikan Studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa hal ini tidak akan

berhasil tanpa bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, maka dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Thamrin Usman, DEA, Rektor Universitas Tanjungpura

Pontianak.

2. Dr. Syarif Hasyim Azizurrahman, SH, M. Hum, Dekan Fakultas Hukum

Universitas Tanjungpura.

3. Bapak H. Asikin, SH, M.Hum, Selaku Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura;

i
4. Bapak H. Alhadiansyah, SH MH, selaku Dosen Pembimbing I yang

telah membimbing dan memberi pengarahan hingga selesai penyusunan

skripsi ini dan sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik.

5. Ibu Lolita, SH. MH, selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing

dan memberi pengarahan hingga selesai penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Hj. Erni Djun Astuti SH, M.H, selaku Penguji I yang telah memberi

saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini sekaligus Ketua Bagian

Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas tanjungpura.

7. Ibu Chandra Maharani, SH, M.H, selaku Penguji II yang juga telah

memberi saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini sekaligus

Sekretaris Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas

Tanjungpura.

8. Kepala Dinas Perhubungan Kota Pontianak yang telah mengizinkan untuk

memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak-bapak serta ibu yang besedia menjadi responden dalam penelitian

ini;

Penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikannya dan

akhirnya penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat

bagi pengembangan ilmu hukum.

Pontianak, Juli 2015


Penulis,

SYARIF MUHAMMAD REDO


NIM. A01111171

ii
ABSTRAK

Adapun skripsi ini berjudul : “Perbuatan Melawan Hukum Pemilik


Kendaraan Pribadi Sebagai Angkutan Umum Taksi Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Di Kota
Pontianak (Ditinjau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Dengan
Penelitian Di Kota Pontianak)”. Rumusan Masalah dalam skripsi ini yaitu “Faktor
Apa Yang Menyebabkan Pemilik Kendaraan Pribadi Melakukan Perbuatan
Melawan Hukum Dengan Menggunakan Kendaraan Mobil Pribadi Sebagai
Angkutan Umum Taksi” (Ditinjau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 dengan penelitian Di Kota Pontianak) ?” Skripsi ini menggunakan metode
penelitian empiris dengan pendekatan deskriptif analisis dan teknik analisis data
yakni dengan teknik analisis kualitatif
Transportasi adalah pergerakan manusia, barang dari suatu tempat ke
tempat lainnya dengan aman, nyaman, cepat, murah dan sesuai dengan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tetapi pada saat sekarang
ini sering diketemukan mobil pribadi yang mengangkut angkutan orang menjadi
taksi tanpa izin. Berdasarkan ketentuan Pasal 138 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 di atas menjelaskan bahwa angkutan orang hanya dapat
dilakukan dengan kendaraan bermotor umum. Selain itu ketentuan lain yang harus
dipenuhi kendaraan pribadi yang akan digunakan sebagai taksi gelap harus
terdaftar dan mendapatkan izin trayek, izin usaha angkutan, izin operasional,
kelaikan angkutan untuk umum beserta persyaratan lain yang ditentukan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan. Apabila ada pemilik kendaraan pribadi menggunakan
kendaraannya sebagai taksi dan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang
ditentukan berarti melakukan perbuatan melawan hukum
Mengenai alasan pemilik kendaraan mobil pribadi mengubah sebagai taksi
tidak ada pekerjaan lain dan sebagai mata pencaharian, bahwa faktor penyebab
pemilik mobil pribadi mengubah status kendaraan pribadinya menjadi taksi adalah
karena ingin mencari keuntungan yang besar, menghindari pajak kendaraan dan
tambahan untuk mencicil angsuran mobil perbulannya, bahwa sanksi bagi pemilik
yang telah melakukan perubahan status kendaraan mobil pribadi sebagai taksi
yakni diberi peringatan dan diberikan sanksi dan upaya hukum yang dilakukan
oleh Dinas Perhubungan Kota Pontianak terhadap pemilik kendaraan mobil
pribadi sebagai taksi yakni memberi pemberitahuan secara tertulis terkait sanksi
bagi pemilik taksi, menahan kendaraan dan surat-surat kepemilikan apa bila tidak
memiliki ijin dan melakukan koordinasi dengan DLLAJR.

Keyword : Perbuatan Melawan Hukum,Kendaraan Taksi Tanpa Izin, Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan

iii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


ABSTRAK ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………… ............................... vii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

D. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 5

1. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 5

2. Kerangka Konsep .................................................................... 10

E. Hipotesis ...................................................................................... 11

F. Metode Penelitian.......................................................................... 13

BAB II KETENTUAN HUKUM ANGKUTAN ORANG DENGAN


KENDARAAN PRIBADI SEBAGAI TAKSI
A. Pengertian Dan Dasar Hukum Kendaraan Umum

Angkutan Orang Sebagai Taksi ...................................................... 15

B. Prosedur Perizinan Penggunaan Kendaraan Umum

Angkutan Orang Sebagai Taksi ...................................................... 24

C. Akibat Hukum Terhadap Pemilik Kendaraan Mobil

Pribadi Sebagai Taksi ..................................................................... 34

iv
D. Upaya Hukum Dinas Perhubungan Kota Pontianak Terhadap

Pemilik Kendaraan Mobil Pribadi Sebagai Taksi Tanpa Izin .......... 38

BAB III PENGOLAHAN DATA

A. Analisis Data ................................................................................. 43

B. Pembuktian Hipotesis ................................................................... 53

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 55

B. Saran ............................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 1 : Jangka Waktu Pemilik Mobil Pribadi Mengubah

Menjadi Taksi Gelap ………………............................ 44

TABEL 2 : Alasan Pemilik Mobil Pribadi Mengubah Menjadi

Dalam Proses Perizinan................................................ 45

TABEL 3 : Alasan Pemilik Mobil Pribadi Membawa Angkutan

Orang Sebagai Taksi Tanpa Izin.................................... 46

TABEL 4 : Pernah Tidaknya Pemilik Kendaraan Terjaring Razia.... 47

TABEL 5 : Pernah Tidaknya Responden Diberi Sanksi Membawa

Mobil Angkutan Orang Tanpa Izin............................... 48

TABEL 6 : Faktor Penyebab Responden Mengubah Status

Kendaraan Pribadinya Menjadi................................... 49

TABEL 7 : Razia Surat Kepemilikan Kendaraan Oleh Petugas

Dinas Perhubungan……………………......................... 50

TABEL 8 : Sanksi Terhadap Pemilik Kendaraan Mobil

Pribadi Sebagai Taksi.................................................... 51

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

I. : Surat Penlitian dari Dinas Perhubungan Kota Pontianak

II. : Pedoman wawancara untuk Kepala Dinas Perhubungan Kota

Pontianak

III. : Angket Penelitian Untuk Pemilik Kendaraan Pribadi Yang

Menggunakan Kendaraannya Sebagai Angkutan Umum Taksi

IV. : Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

Dan Angkutan Jalan

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Transportasi merupakan sarana yang dibutuhkan banyak orang sejak jaman

dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk

angkutan. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang atau

barang. Mengenai jalurnya bisa melalui udara seperti pesawat terbang, laut atau

perairan seperti kapal atau perahu, dan darat seperti sepeda motor, mobil dan

sebagainya.

Pengangkutan darat dengan menggunakan kendaraan bermotor mobil dalam

perkembangannya mulai dipergunakan untuk pelayanan umum. Hal tersebut

diatur oleh pemerintah dalam bentuk Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ). Yang diatur dalam ijin

trayek, ijin usaha angkutan, ijin operasional dan persyaratan lain yang ditentukan.

Apabila sudah memenuhi persyaratan dalam UULLAJ maka kendaraan

bermotor mobil layak dijadikan angkutan umum resmi dengan plat nomor kuning.

Plat nomor kuning diberikan berarti mobil tersebut boleh dioperasionalkan

sebagai angkutan umum. Selain itu kendaraan bermotor mobil plat nomor kuning

sudah dilengkapi asuransi kendaraan maupun asuransi jiwa terhadap supir dan

penumpang.

Kendaraan bermotor mobil sebagai angkutan umum resmi banyak

mengalami permasalahan transportasi khususnya persaingan dengan kendaraan

bermotor mobil pribadi bernomor plat hitam. Banyaknya mobil pribadi sebagai

1
2

angkutan umum dari hari ke hari mengakibatkan persaingan tidak sehat dengan

mobil angkutan umum resmi, karena dianggap mengambil bagian rezeki atau

penumpang yang seharusnya didapat oleh angkutan umum resmi.

Selain itu, mobil pribadi sebagai angkutan umum dapat menerapkan tarif

angkutan semaunya kepada penumpang, karena tidak mengacu pada ketentuan

tarif yang ditentukan oleh UULLAJ. Ketentuan tarif tersebut hanya berlaku bagi

kendaraan bermotor mobil angkutan umum resmi berplat kuning. Ditambah lagi

penumpang tidak dijamin dengan asuransi jiwa. Hal ini dapat merugikan

penumpang sebagai konsumen.

Mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum tidak membayar retribusi,

tidak masuk terminal dan tidak menggunakan jasa pelayanan uji kelaikan

kendaraan. Hal ini merugikan pemerintah dan pihak angkutan umum resmi

sehingga dapat dikenakan ganti rugi.

Di Kota Pontianak kendaraan tersebut banyak, dapat kita jumpai di tempat-

tempat tertentu seperti di Jalan masuk Pasar Kapuas Indah, di depan hotel atau di

rumah-rumah penduduk yang menyediakan mobil pribadi sebagai angkutan

umum. Masyarakat sendiri cenderung memilih kendaraan pribadi yang dicarter

daripada menunggu mobil angkutan umum karena dapat menjemput di rumah. Di

samping itu ada pemilik kendaraan mobil pribadi tersebut yang menyediakan jasa

mengangkut anak sekolah dengan menjemput langsung di rumah dan kembali di

antar pulang sekolah sampai ke rumah dan pembayarannya dengan sistem per

bulan.
3

Pemerintah Kota Pontianak seharusnya dengan tegas segera menegur

bahkan menindak keberadaan mobil penumpang dengan plat hitam. Perbuatan

pemilik kendaraan mobil pribadi yang menggunakan kendaraannya sebagai

angkutan umum taksi merupakan perbuatan melawan hukum.

Pada kenyataan di lapangan banyak kendaraan mobil milik pribadi yang

berplat hitam tanpa ijin beroperasi mengangkut penumpang misalnya menuju

lapangan udara Supadio atau dicarter/rmengantar langsung penumpang ke luar

kota Kabupaten; Mempawah, Sungai Pinyuh, Sintang, Sanggau, dan kabupaten

lain yang bisa dijangkau angkutan mobil.

Permasalahan tersebut di atas sangatlah meresahkan, karena tidak hanya

bagi sesama pemilik kendaraan angkutan umum tapi bagi seluruh masyarakat

sebagai konsumen serta pemerintah, sebab berkaitan dengan tata cara pengajuan

sebagai angkutan umum. Tetapi banyak pemilik kendaraan mobil pribadi yang

melakukan perbuatan melawan dengan menggunakan kendaraannya sebagai

angkutan umum taksi tanpa ijin.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian

lebih lanjut dalam bentuk Skripsi berjudul : “PERBUATAN MELAWAN

HUKUM PEMILIK KENDARAAN PRIBADI SEBAGAI ANGKUTAN

UMUM TAKSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22

TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI

KOTA PONTIANAK.”
4

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah penelitian yng dirmuskan berdasarkan latar belakang

penelitian yaitu : “Faktor Apa Yang Menyebabkan Pemilik Kendaraan

Pribadi Melakukan Perbuatan Melawan Hukum Dengan Menggunakan

Kendaraan Mobil Pribadi Sebagai Angkutan Umum Taksi ?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mendapatkan informasi dan data mengenai pemilik kendaraan pribadi

yang melakukan perbuatan melawan hukum dengan menggunakan kendaraan

pribadi sebagai angkutan umum taksi.

2. Untuk mengungkapkan faktor yang menyebabkan pemilik kendaraan pribadi

melakukan perbuatan melawan hukum menggunakan kendaraan sebagai

angkutan umum taksi.

3. Untuk mengungkapkan akibat hukum terhadap pemilik kendaraan pribadi

sebagai angkutan umum taksi.

4. Untuk mengungkapkan upaya yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota

Pontianak terhadap pengguna kendaraan pribadi sebagai angkutan umum

taksi.
5

D. Kerangka Pemikiran

1. Tinjauan Pustaka

Sarana transportasi merupakan faktor penting dalam mewujudkan proses

kelancaran dalam penyelenggaraan pengangkutan orang dengan angkutan umum

mobil. Kebutuhan akan angkutan jasa umum di darat sudah menjadi bagian

masyarakat kota yang tidak mempunyai kendaraan sendiri. Dalam perjalanannya

pengangkutan darat dengan kendaraan pribadi mulai dipergunakan untuk

pelayanan umum selain digunakan untuk pelayanan pribadi.

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 35 Tahun 2003

Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum

pada Pasal 1 ayat 20 menjelaskan bahwa mobil penumpang adalah setiap

kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat

duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa

perlengkapan pengangkutan bagasi. Pemilik kendaraan mobil pribadi tersebut

mengetahui bahwa tindakan menggunakan kendaraannya sebagai taksi sebenarnya

telah melawan hukum khususnya terhadap Undang-Undang nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Kendaraan mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum taksi

sebelumnya harus memenuhi persyaratan Undang-Undang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan terlebih dahulu. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat jaminan

pelayanan kualitas angkutan umum harus diutamakan. Persyaratan-persyaratan

tersebut meliputi izin usaha, trayek, dan operasi angkutan umum, kelaikan jalan

mobil yang digunakan sebagai angkutan umum, asuransi kendaraan angkutan


6

umum, serta ketentuan mobil yang harus dipenuhi sebagai angkutan umum

menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jika ketentuan-

ketentuan ini tidak dilaksanakan, maka dianggap melakukan perbuatan melawan

hukum.

Perbuatan melawan hukum di Indonesia secara normatif selalu merujuk

pada ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata atau Burgerlijk Wetboek (BW), dalam

Buku II, pada bagian “Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan demi Undang-

Undang”, yang berbunyi: “Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa

kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya

menerbitkan kerugian untuk mengganti kerugian tersebut.”1

Perbuatan melawan hukum tidak hanya bertentangan dengan undang-

undang, tetapi juga berbuat atau tidak berbuat yang melanggar hak orang lain atau

bertentangan dengan kewajiban orang yang berbuat atau tidak berbuat

bertentangan dengan kesusilaan maupun sifat berhati-hati, kepantasan dan

kepatutan dalam lalu lintas masyarakat.

M. Reza Pahlevi berpendapat perbuatan melawan hukum adalah perbuatan

yang melanggar hak (subyektif) orang lain atau perbuatan (tidak berbuat)

bertentangan dengan kewajiban menurut undang-undang atau bertentangan

dengan apa yang menurut hukum tidak tertulis yang seharusnya dijalankan oleh

seorang dalam pergaulannya dengan sesama warga masyarakat dengan mengingat

adanya alasan pembenar menurut Hukum.

1
Subekti. 2004. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta. PT. Intermasa, hal.365.
7

Hal yang sangat masuk akal bahwa perumusan baru ini lebih jelas, oleh

karena mengenai unsur perbuatan melawan hukum tiak hanya mencakup

melanggar hak orang lain atau melanggar kewajiban, namun juga mencakup

kesusilaan dan sikap baik bermasyarakat, di mana dua unsur yang terakhir ini

timbul pada tahun 1919 yang berasal dari suatu putusan Hoge Raad dan bukan

dari peraturan perundang-undangan, sementara Belanda sebagai negara Civil Law

membutuhkan perumusan yang baku melalui modifikasi dalam bentuk peraturan

perundang-undangan (dan bukan yurisprudensi) demi terpenuhinya kepastian

hukum. Menurut pendapat Munir Fuady bahwa sampai dengan penghujung abad

1919, perbuatan melawan hukum belum dianggap sebagai suatu cabang hukum

yang berdiri sendiri, tetapi hanya merupakan sekumpulan dari writ (model

gugatan yang baku) yang tidak terhubung satu sama lain.2

Perbuatan writ ini kemudian lambat laun menghilang. Seiring dengan proses

hilangnya sistem writ di Amerika Serikat, maka perbuatan melawan hukum mulai

diakui sebagai suatu bidang hukum tersendiri hingga akhirnya dalam sistem

hukum Anglo Saxon, suatu perbuatan melawan hukum terdiri tiga bagian3:

1. Perbuatan dengan unsur kesengajaan (dengan unsur kesalahan).

2. Perbuatan kelalaian (dengan unsur kesalahan)

3. Perbuatan tanpa kesalahan (tanggung jawab mutlak).

Lamintang: berpendapat, perbedaan diantara para pakar tersebut antara

lain disebabkan karena dalam bahasa Belanda recht dapat berarti “hukum” dan

dapat berarti “hak”. Ia mengatakan, dalam bahasa Indonesia kata wederrechtelijk


2
Munir Fuady, 2005, Perbandingan Hukum Perdata, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.
80.
3
Ibid, hal. 84-85.
8

itu berarti “secara tidak sah” yang dapat meliputi pengertian “bertentangan dengan

hukum objektif” dan “bertentangan dengan hak orang lain atau hukum subjektif”. 4

Ada 4 unsur Perbuatan Melawan Hukum (PMH):

1. Adanya Perbuatan Melawan Hukum


Dikatakan Perbuatan Melawan Hukum, tidak hanya hal yang bertentangan
dengan Undang-Undang, tetapi juga jika berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang memenuhi salah satu unsur berikut:
- Berbertentangan dengan hak orang lain;
- Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri;
- Bertentangan dengan kesusilaan;
- Bertentangan dengan keharusan (kehati-hatian, kepantasan, kepatutan)
yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain
atau benda.
2. Adanya unsur kesalahan
Unsur kesalahan dalam hal ini dimaksudkan sebagai perbuatan dan akibat-
akibat yang dapat dipertanggungjawabkan kepada si pelaku.
3. Adanya kerugian
Yaitu kerugian yang timbul karena Perbuatan Melawan Hukum. Tiap
Perbuatan Melawan Hukum tidak hanya dapat mengakibatkan kerugian uang
saja, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian moril atau idiil, yakni
ketakutan, terkejut, sakit dan kehilangan kesenangan hidup.
4. Adanya hubungan sebab akibat
Unsur sebab-akibat dimaksudkan untuk meneliti adalah hubungan kausal
antara perbuatan melawan hukum dan kerugian yang ditimbulkan sehingga si
pelaku dapat dipertanggungjawabkan.
Suatu tindakan pada umumnya dapat hilang sifatnya sebagai melawan

hukum bukan hanya dari ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan

melainkan juga berdasarkan asas-asas keadilan atau asas-asas hukum yang tidak

tertulis dan bersifat umum dalam suatu perkara, misalnya faktor negara tidak

dirugikan, kepentingan umum dilayani.

4
Teguh Prasetyo dan Abdul Hakim Barkahtullah, 2005, Politik Hukum Pidana Kajian
Kebijakan Kriminalisasi Dan Diskriminalisasi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 31-32.
9

Perbuatan melawan hukum dalam peneelitian penulis berkaitan dengan

angkutan umum yang dilakukan tanpa ijin sesuai dengan Undang-Undang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 menurut

pasal 1 ayat (3) yakni “Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari

satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di Ruang Lalu Lintas

Jalan”.5 Sedangkan angkutan umum merupakan salah satu media transportasi

yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif.

Angkutan umum merupakan lawan kata dari “kendaraan pribadi”. 6

Angkutan umum orang atau barang hanya dapat dilakukan dengan

kendaraan umum sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 138 menyebutkan:

(1) Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan


angkutan yang selamat, aman, nyaman dan terjangkau.
(2) Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan umum
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Angkutan umum orang/dan atau barang hanya dilakukan dengan
Kendaraan Bermotor Umum.7

Dari ketentuan pasal 138 ayat (3) di atas menjelaskan bahwa angkutan orang

hanya dapat dilakukan dengan kendaraan bermotor umum. Selain itu ketentuan

lain yang harus dipenuhi kendaraan pribadi yang akan digunakan sebagai taksi

harus terdaftar dan mendapatkan ijin trayek, izin usaha angkutan, izin operasional,

kelaikan angkutan untuk umum beserta persyaratan lain yang ditentukan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan. Apabila ada pemilik kendaraan pribadi menggunakan

5
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
6
Ibid. Halaman 23
7
Ibid. Halaman 45
10

kendaraannya sebagai angkutan umum dan tidak memenuhi persyaratan-

persyaratan yang ditentukan berarti melakukan perbuatan melawan hukum.

2. Kerangka Konsep

Angkutan umum adalah angkutan yang menggunakan kendaraan mobil

angkutan resmi dengan memenuhi ketentuan undang-undang dan telah

memperoleh ijin operasional sebagai mobil angkutan umum dan berplat nomor

kuning. Sedangkan kendaraan mobil pribadi sebagai taksi tidak mempunyai ijin

serta tidak didaftarkan secara sah sebagai angkutan umum. Selain itu untuk

menghindari pajak yang harus dibayar kepada pemerintah dalam hal ini

pemerintah Kota Pontianak.

Keberadaan mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum taksi

banyak menyalahi ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yang merugikan angkutan umum resmi dan

pemerintah kota Pontianak. Peruntukan, persyaratan teknis dan laik jalan wajib

dimiliki kendaraan mobil pribadi tersebut sebagai jaminan utama keselamatan

bagi penumpang.

Kendaraan mobil pribadi yang digunakan sebagai taksi belum menjalani

ketentuan-ketentuan sebagai angkutan umum yaitu memperoleh ijin dari Dinas

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ). Dengan menjalankan kendaraan

pribadi khususnya mobil sebagai taksi tanpa ijin berarti telah melakukan suatu

perbuatan melawan hukum yang bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 22


11

Tahun 2009 dimana mengatur pemilik kendaraan mobil pribadi yang

menggunakan kendaraannya sebagai taksi harus terdadaftar dan memperoleh ijin.

Perbuatan melawan hukum yang dilakukan telah memenuhi unsur-unsur

yaitu bertentangan dengan kewajiban hukum sendiri yaitu kewajiban pemilik

kendaraan pribadi mendaftarkan dan mendapatkan ijin jika ingin kendaraannya

digunakan sebagai taksi berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

sehingga merugikan negara khususnya Pemerintah Kota Pontianak. Bertentangan

dengan hak orang lain yaitu kendaraan angkutan umum resmi.

Bertentangan dengan keharusan (kehati-hatian, kepantasan, kepatutan)

yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau

benda, yaitu perbuatan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan hidup dimasyarakat

karena pemilik kendaraan tidak memikirkan keselamatan penumpang dengan

tidak mendapatkan ijin berarti kendaraannya diragukan sebagai angkutan umum

sebab tidak mengetahui apakah sesuai menurut undang-undang mengenai laik

jalan.

E. Hipotesis

Penulis merumuskan hipotesis sebagai suatu jawaban sementara yang

masih harus dibuktikan kebenarannya, yaitu sebagai berikut : “Bahwa Pemilik

Kendaraan Pribadi Di Kota Pontianak Melakukan Perbuatan Melawan

Hukum Dengan Menggunakan Kendaraannya Sebagai Angkutan Umum

Taksi Dikarenakan Ingin Memperoleh Keuntungan Yang Besar,

Menghindari Pajak, Dan Membayar Cicilan Mobil”.


12

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Empiris

dengan pendekatan deskriptif nalisis, yaitu menggambarkan dan menganalisa

permasalahan berdasarkan fakta di lapangan selanjutnya mengambil

kesimpulan akhir.

1. Bentuk Penelitian

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari literatur-literatur,

buku-buku pendukung, tulisan para sarjana, serta Undang-Undang dan

peraturan-peraturan yang berhubungan dengan masalah penelitian.

b. Penelitian Lapangan (Field research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan kegiatan mencari data turun ke

lapangan mengamati dan mengumpulkan data sesuai dengan pokok

permasalahan yang diteliti.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Komunikasi Langsung

Yaitu mengadakan hubungan langsung ke sumber data melalui wawancara

dengan Kepala Dinas Perhubungan Kota pontianak.

2. Teknik Komunikasi Tidak Langsung


13

Yaitu mengadakan kontak tidak langsung dengan sumber data melalui

angket (kuisioner) kepada pemilik kendaraan mobil pribadi yang

menggunakan kendaraannya sebagai angkutan umum taksi berjumlah 13

orang.

4. Populasi Dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau seluruh objek atau

seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit

yang diteliti.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah

1. Kepala Dinas Perhubungan Kota pontianak.

2. Pemilik kendaraan mobil pribadi yang terdaftar di Dinas Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) Kota Pontianak periode 1

Oktober 2014 s/d 31 Maret 2015 berjumlah 126 orang. Dan pemilik

kendaraan mobil pribadi yang tidak memiliki izin tidak memiliki izin

trayek sebagai angkutan umum taksi berjumlah 13 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari unit populasi yang menjadi sumber data dalam

suatu penelitian. Menurut Masri :

Yang harus diperhatikan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu


penelitian diantaranya; derajat keseragaman (degree of homogenity) dari
populasi. Semakin seragam populasi itu, semakin kecil sampel yang dapat
diambil. Apabila populasi itu seragam sempurna (completely
14

homogenous), maka satu satuan elementer saja dari seluruh populasi itu
sudah cukup representataif untuk diteliti. 8

Berdasarkan pendapat di atas, maka metode sampel dalam penelitian ini

adalah sampel total populasi yaitu:

1. Kepala Dinas Perhubungan Kota Pontianak.

2. Pemilik kendaraan mobil pribadi yang menggunakan kendaraannya

sebagai angkutan umum taksi berjumlah 13 orang.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis kualitatif di mana data lapangan yang diperoleh diinterprestasikan

dan dianalisa dalam bentuk tabel.

8
Masri Singarimbun, 2007, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Yogyakarta, halaman 150.
BAB II

KETENTUAN HUKUM ANGKUTAN ORANG DENGAN

KENDARAAN PRIBADI SEBAGAI TAKSI

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Kendaraan Umum Angkutan Orang Sebagai

Taksi

Sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat, banyak orang yang

mampu membeli kendaraan mobil pribadi. Banyak alasan untuk memiliki kendaraan

mobil pribadi, antara lain karena masalah privasi dan kenyamanan. Namun dibalik

kebaikannya, kepemilikan kendaraan mobil pribadi terlalu banyak juga menimbulkan

banyak masalah.

Transportasi merupakan usaha mengangkut atau membawa barang dan/atau

penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Adapun kegiatan dari transportasi

tersebut meliputi pemindahan barang dan penumpang dari satu tempat ke tempat lain

maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau dengan kata lain

produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan. Dalam perjalanannya

pengangkutan darat dengan kendaraan bermotor mulai dipergunakan untuk pelayanan

umum selain digunakan untuk pribadi. Apabila sudah memenuhi persyaratan dalam

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maka kendaraan bermotor tersebut

layak di jadikan angkutan umum resmi dengan plat nomor kuning.

15
16

Plat nomor kuning diberikan kepada kendaraan bermotor beroda empat yang

berarti boleh dioperasionalkan sebagai angkutan umum. Selain itu, kendaraan

bermotor plat nomor kuning sudah dilengkapi asuransi kendaraan maupun asuransi

jiwa terhadap awak dan penumpang. Dalam hal ini kendaraan bermotor beroda empat

yang digunakan sebagai angkutan umum taksi berupa mobil penumpang seperti

Avanza, Xenia, Panther, Toyota Kijang innova dan sejenisnya.

Pengertian kendaraan pribadi adalah angkutan yang

menggunakan kendaraan pribadi, seperti mobil pribadi, sepeda motor, sepeda, tapi

bisa juga menggunakan mobil yang biasanya digunakan untuk keperluan pribadi.

Pengertian angkutan menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain

dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan.

Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau

barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok

orang menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki atau mengirimkan barang dari

tempat asalnya ke tempat tujuannya. Prosesnya dapat dilakukan dengan menggunakan

sarana angkutan berupa kendaraan.

Angkutan pribadi merupakan lawan kata angkutan umum. Transportasi

dengan menggunakan kendaraan mobil pribadi biasanya lebih mahal dari transportasi

menggunakan angkutan umum karena alasan efisiensi angkutan umum yang lebih

baik.
17

Penggunaan kendaraan bermotor mobil pribadi sebagai angkutan pribadi di

Kalimantan Barat ditandai dengan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang berlatar

belakang hitam dengan tulisan berwarna putih sedangan angkutan umum

menggunakan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang berlatar belakang kuning

dengan tulisan berwarna hitam.

Angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang digunakan

masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif. Angkutan umum

merupakan lawan kata dari 'kendaraan pribadi'. Angkutan Umum berperan dalam

memenuhi kebutuhan manusia akan pergerakan ataupun mobilitas yang semakin

meningkat, untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lain yang berjarak dekat,

menengah ataupun jauh. Angkutan umum juga berperan dalam pengendalian lalu

lintas, penghematan bahan bakar atau energi, dan juga perencanaan & pengembangan

wilayah. 1

Esensi dari operasional angkutan umum adalah memberikan layanan angkutan

yang baik dan layak bagi masyarakat dalam menjalankan kegiatannya, baik untuk

masyarakat yang mampu memiliki kendaraan pribadi sekalipun (Choice), dan

terutama bagi masyarakat yang terpaksa harus menggunakan angkutan umum

1
Warpani, Suwardjoko. 2000, Merencanakan System Perangkutan, ITB, Bandung. Halaman
34
18

(Captive). Ukuran pelayanan angkutan umum yang baik adalah pelayanan yang aman,

cepat, murah, dan nyaman. 2

Angkutan Umum berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia akan

pergerakan ataupun mobilitas yang semakin meningkat, untuk berpindah dari suatu

tempat ke tempat lain yang berjarak dekat, menengah ataupun jauh. Angkutan umum

juga berperan dalam pengendalian lalu lintas, penghematan bahan bakar atau energi,

dan juga perencanaan & pengembangan wilayah.

Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan / atau

barang dari satu tempat ke tempat lain. Menurut Warpani, bahwa angkutan umum

penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau

membayar 3.

Definisi angkutan umum menurut Undang-Undang adalah angkutan untuk

mana penggunanya dipungut bayaran. Konsep angkutan publik atau angkutan umum

muncul karena tidak semua warga masyarakat memiliki kendaraan pribadi sehingga

Negara berkewajiban menyediakan angkutan bagi masyarakat secara keseluruhan.

Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum terdiri atas:

a. Angkutan antar kota dari satu kota ke kota lain di sini dipisahkan atas
antar kota antar Profinsi (AKAP) dan antar kota dalam Profinsi
(AKOP).

2
Warpani, Suwardjoko. 2000, Merencanakan System Perangkutan, ITB,Bandung. Halaman
36
3
Abdulkadir Muhammad, 2001, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, Halaman 19.
19

b. Angkutan kota yang merupakan pemindahan orang dalam wilayah


kota.
c. Angkutan pedesaan yang merupakan pemindahan orang dalam
dan/atau antar Wilayah pedesaan.
d. Angkutan perbatasan, yakni yang berhubungan dengan daerah
perbatasan Negara lain. 4
Di samping itu termasuk kendaraan umum adalah kendaraan bermotor yang

disewakan kepada orang lain baik dengan maupun tanpa pengemudi selama jangka

waktu tertentu (mobil sewa) dan juga mobil belajar untuk sekolah mengemudi.

Mengenai ketentuan antara pemilik kendaraan biasanya mempunyai perjanjian

terhadap penumpangnya untuk menjalankan hak-haknya.

Kendaraan mobil pribadi dapat dijadikan sebagai taksi oleh pemiliknya.

Dalam hal ini Pemerintah wajib menyelenggarakan angkutan umum untuk warga

masyarakat. Kewajiban menyediakan angkutan umum oleh Pemerintah sebagaimana

diatur dalam Pasal 138 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang menyebutkan :

(1) Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan

angkutan yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau.

(2) Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan umum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Angkutan umum orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan

Kendaraan Bermotor Umum.

4
Tjakranegara, Soegijatna , 2005, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka
Cipta, Jakarta. Halaman 45
20

Selanjutnya Pasal 139 menyebutkan :

(1) Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa

angkutan orang dan/atau barang antarkota antarprovinsi serta lintas batas

negara.

(2) Pemerintah Daerah provinsi wajib menjamin tersedianya angkutan umum

untuk jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota dalam provinsi.

(3) Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib menjamin tersedianya angkutan

umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang dalam wilayah

kabupaten/kota.

(4) Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik

negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Angkutan umum dapat diselenggaran setelah memenuhi syarat sebagai

berikut:

- Memiliki ijin usaha angkutan.

- Memiliki ijin trayek.

- Mengasuraansikan kendaraan serta penumpangnnya

- Laik pakai bagi kendaraan yang dioperasikan

Syarat-syarat tersebut di atas juga wajib dipenuhi bagi pemilik kendaraan

mobil pribadi yang ingin menggunakan kendaraan mobilnya menjadi taksi.


21

Perjanjian pengangkutan adalah sebuah perjanjian timbal-balik, yang mana

pihak pengangkut mengikat diri untuk untuk menyelenggarakan pengangkutan barang

dan/ atau orang ketempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya (pengirim-

penerima, pengirim atau penerima, penumpang) berkeharusan untuk menunaikan

pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut.

Dalam perjanjian pengangkutan ada beberapa hal yang bukan tanggung jawab

pengangkut. Artinya apabila timbul kerugian, pengangkut bebas dari pembayaran

ganti kerugian. Beberapa hal itu adalah:

a. Keadaan memaksa,

b. Cacat pada barang atau penumpang itu sendiri,

c. Kesalahan atau kelalaian pengirim atau penumpang itu sendiri.

Tujuan dari adanya pengaturan hukum pengangkutan untuk mengatur

hubungan hukum-hukum yang tertib karena keperluan, pemindahan barang-barang

dan/atau orang-orang dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk memenuhi

pelaksanaan pengangkutan juga memberikan pengaturan untuk mendapatkan

pengangkutan (ekspeditur). Sedangkan teori hukum pengangkutan adalah serangkaian

ketentuan Undang-undang atau perjanjian mengenai pengangkutan yang

direkonstruksi sedemikian rupa sehingga menggambarkan proses kegiatan

pengangkutan.
22

Penggunaan kewenangan yang dilakukan oleh pemerintah tidak hanya untuk

mengatur, tetapi juga untuk menetapkan. Dalam hal pentapan yang ditujukan kepada

individu, kewenangan pemerintah harus dilaksankan berdasarkan hukum yang jelas

sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Salah satunya penetapan tentang angkutan

umum taksi. Adapun pengertian dari Izin menurut para ahli antara lain:

1) Mr. N.M. Spelt dan Prof. Mr. J.B.J.M. Ten Berger, Izin adalah suatu

persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-Undang atau Peraturan

Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan

larangan perundangundangan (Ijin dalam arti sempit).5

2) Van Der Pot, Izin adalah keputusan yang memperkenankan dilakukannya

perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh pembuat peraturan.6

Tujuan dari sistem perizinan itu sendiri yaitu adalah agar melalui izin,

pemerintah terlibat dalam kegiatan warga melalui serangkaian penyelenggaraan.

Dalam hal ini pemerintah mengarahkan warganya melalui instrumen yuridis berupa

ijin. Kadang kala kebijakan pemerintah untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat,

bahkan tidak berhenti pada satu tahap melainkan melalui serangkaian kebijakan.

Setelah izin diproses, masih dilakukan pngawasan, pemegang izin diwajibkan

menyampaikan laporan secara berkala dan sebagainya.

5
N.M. Spelt dan J.B.J.M. Ten Berger,disunting Philipus M. Hadjon, 2003, Pengantar Hukum
Perizinan, Penerbit Yuridika,Surabaya, hal 2-3
6
Van Der Pot dalam Untrecht dan Moh.Saleh Djinang, 2005, Pengantar Hukum Administrasi
Negara Indonesia, Penerbit dan Balai buku ichtiar, Jakarta, hal 143
23

Banyaknya mobil pribadi sebagai angkutan umum taksi dari hari ke hari

mengakibatkan persaingan tidak sehat dengan angkutan umum resmi. Di pihak

angkutan umum resmi, kendaraan tersebut dianggap mengambil bagian rezeki atau

penumpang yang seharusnya didapat oleh angkutan umum resmi (penyerobotan).

Selain itu mobil pribadi sebagai angkutan umum dapat menerapkan tarif angkutan

semaunya pada penumpang, karena tidak mengacu pada ketentuan tarif yang

ditentukan dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Mobil pribadi

yang dijadikan angkutan umum taksi seringkali tidak membayar retribusi, tidak

masuk terminal dan tidak menggunakan jasa pelayanan uji kendaraan.

Hal tersebut akhirnya diatur oleh suatu Peraturan Hukum oleh Pemerintah

dalam bentuk dalam Peraturan Perundang-Undangan terbaru adalah Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menggantikan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992

telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor :

KM. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan

Kendaraan Umum yang mengatur tentang ijin trayek, ijin usaha angkutan, ijin

operasional, kelayakan angkutan untuk umum beserta persyaratan lain yang

ditentukan. Tetapi lebih diprioritaskan bagi pemilik kendaraan pribadi sebagai

angkutan umum di sini adalah tidak memiliki izin trayek yang mengakibatkan

pemilik telah melakukan perbuatan melawan hukum yakni melanggar peraturan yang

sudah ditentukan pemerintah.


24

B. Prosedur Perizinan Penggunaan Kendaraan Umum Angkutan Orang Sebagai

Taksi

Dalam Pasal 1 ayat 9 Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1993 tentang

Angkutan Jalan, taksi didefinisikan sebagai kendaraan umum dengan jenis mobil

penumpang yang diberi tanda khusus.

Taksi digolongkan sebagai angkutan penumpang (orang) yang diberlakukan

untuk umum dengan trayek yang tidak tetap atau tidak dalam trayek tetap. Adapun

yang dimaksud sebagai pengertian tidak dalam trayek adalah pelayanan angkutan

umum yang tidak terikat dalam trayek tertentu dan tidak berjadwal serta merupakan

pelayanan angkutan dari pintu ke pintu. Pengangkutan orang dengan menggunakan

taksi merupakan pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi

terbatas. Wilayah operasi sebagaimana dimaksud meliputi :

1. Wilayah Administratif Kotamadya Daerah Tingkat II

2. Dan dalam keadaan tertentu

Yang dimaksud dalam keadaan tertentu adalah suatu keadaan di mana jumlah

penduduk yang bermukim di luar batas wilayah admnistratif Kota tersebut cukup

banyak yang memerlukan jasa angkutan untuk menghubungkan wilayah pemukiman

tersebut dengan wilayah kota. Wilayah operasi sebagaimana dimaksud ditetapkan

dengan Keputusan Menteri.

Adapun kegiatan usaha taksi dapat dilakukan oleh :


25

1. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah;

2. Badan Usaha Milik Swasta Nasional;

3. Koperasi

4. Perorangan warga negara Indonesia.

Setiap badan hukum atau perorangan dilarang mengusahakan alat angkutan

lain untuk masuk dalam sistem angkutan umum sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku. Adapun ketentuan mengenai pemberian izin usaha angkutan taksi tidak

dapat diberlakukan untuk :

1. Perusahaan biro perjalanan umum untuk menunjang kegiatan usahanya

2. Perusahaan yang melaksanakan kegiatan pengangkutan orang sakit

dengan mobil ambulan.

3. Kegiatan pengangkutan jenazah dengan mobil jenazah

4. Kegiatan angkutan yang bersifat untuk pelayanan kemasyarakatan.

1. Ijin Usaha Angkutan

Bagi badan usaha atau perseorangan yang ingin mengoperasikan

kendaraan menjadi angkutan umum harus memiliki ijin usaha angkutan.

Kewenangan yang dilakukan Pemerintah tidak hanya untuk mengatur, tetapi

juga untuk menetapkan. Dalam hal penetapan yang ditujukan kepada individu,

kewenangan pemerintah harus dilaksanakan berdasarkan hukum yang jelas

yaitu mengenai ijin usaha angkutan sehingga dapat dipertanggungjawabkan.


26

Salah satunya penetapan tentang usaha angkutan menggunakan kendaraan

mobil pribadi.

Kegiatan usaha angkutan orang dan / atau barang dengan kendaraan

umum yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) daerah, Badan

Usaha Milik Swasta (BUMS) nasional, koperasi, dan perorangan warga negara

Indonesia, wajib memiliki izin usaha angkutan (Pasal 18 ayat 1 Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutang Jalan). Izin usaha

angkutan diberikan untuk jangka waktu selama perusahaan yang bersangkutan

masih menjalankan usahanya.

Menurut Kepala Dinas Perhubungan Kota Pontianak mengatakan

bahwa izin usaha angkutan tidak berlaku untuk :

a. Perusahaan biro perjalanan umum untuk menunjang kegiatan

usahanya.

b. Perusahaan yang melaksanakan kegiatan pengangkutan orang sakit

dengan mobil ambulans.

c. Kegiatan pengangkutan jenazah dengan mobil jenazah.

d. Kegiatan angkutan yang bersifat untuk pelayanan kemasyarakatan.

Izin usaha angkutan akan diberikan jika memenuhi beberapa

persyaratan, diantaranya (Pasal 20 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan) :


27

a. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

b. Memiliki akta pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk

badan usaha (BUMN daerah dan BUMS nasional), sedangkan yang

berbentuk koperasi wajib memiliki akta pendirian koperasi, dan

bagi pemohon perorangan (Warga Negara Indonesia), wajib

memiliki tanda jati diri.

c. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan

d. Memiliki Surat Izin Tempat Usaha (SITU)

e. Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai kendaraan

bermotor

f. Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan

kendaraan bermotor.

Pemohon mengajukan permohonan Ijin Usaha Angkutan Jalan secara

lengkap melalui Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Atas Nama Bupati

menerbitkan Surat Keputusan Ijin Usaha Angkutan Jalan, dan Kepala Dinas

Perhubungan, Komunikasi dan Informatika menerbitkan Surat Keputusan

Pelaksanaan Keputusan Izin Usaha Angkutan Jalan, Kartu dan Pening Izin

Usaha Angkutan Jalan, bagi penggantian yang hilang/ rusak. Kepala Dinas
28

Perhubungan, Komunikasi dan Informatika menerbitkan Surat Keputusan

Pelaksanaan Keputusan Ijin Usaha.

2. Memiliki Ijin Trayek

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993, Angkutan orang

dengan kendaraan umum dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

a. Trayek tetap dan teratur; atau

b. Tidak dalam trayek.

Angkutan orang dengan kendaraan umum yang melayani trayek tetap

dan teratur dilakukan dalam jaringan trayek (Pasal 6 Ayat 1 Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Umum). Artinya angkutan

umum tersebut terikat dalam trayek dan keberangkatannya terjadwal. angkutan

orang dengan kendaraan umum yang melayani trayek tetap dan teratur terdapat

beberapa jaringan trayek, yaitu:

a. Trayek antar kota antar propinsi, adalah trayek yang melalui lebih

dari satu wilayah propinsi daerah.

b. Trayek antar kota dalam propinsi, adalah trayek yang melalui

beberapa kota dalam satu wilayah propinsi.

c. Trayek kota, adalah trayek yang seluruhnya berada dalam satu

wilayah kotamadya.
29

d. Trayek pedesaan, adalah trayek yang seluruhnya berada dalam satu

wilayah kabupaten.

e. Trayek lintas batas negara, adalah trayek yang melalui batas negara.

Angkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek adalah

pelayanan angkutan umum yang tidak terikat dalam trayek tertentu dan tidak

terjadwal, serta merupakan pelayanan angkutan dari pintu ke pintu (Penjelasan

Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Umum).

Angkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek terdiri dari :

a. Pengangkutan dengan menggunakan taksi;

b. Pengangkutan dengan cara sewa;

c. Pengangkutan untuk keperluan pariwisata.

Pengangkutan dengan menggunakan taksi termasuk juga kendaraan

mobil pribadi merupakan pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dengan wilayah

operasi terbatas (Pasal 10 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993

Tentang Angkutan Umum). Sedangkan pengangkutan dengan cara sewa adalah

pelayanan dari pintu ke pintu dengan wilayah operasi tidak terbatas (Pasal 11

Ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan). Dan

pengangkutan untuk keperluan wisata adalah pelayanan angkutan ke dan dari

daerah-daerah tujuan wisata (Pasal 12 Ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 41

Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan).


30

Mengenai ijin usaha angkutan dasar hukumnya juga diatur oleh

Pemerintah kota Pontianak. Menurut Perda Kota Pontianak Nomo 5 Tahun 2006

ijin usaha angkutan bagi perusahaan yang berbadan hukum/perorangan adalah :

a. Memiliki Izin Tempat Usaha dari Kepala Daerah ;

b. Memiliki dan atau menguasai Kendaraan angkutan yang dibuktikan

dari STNK atas nama perusahaan perorangan tersebut minimal 3

kendaraan ;

c. Perusahaan/perorangan harus dimiliki oleh WNI dengan direksi dan

dewan komisaris seluruhnya terdiri dari WNI ;

d. Mempunyai Kantor yang cukup luas, bersih dan rapi ;

e. Mempunyai lapangan parkir / tempat pool kendaraan perusahaan ;

Untuk melakukan kegiatan pengangkutan dengan kendaraan bermotor

umum tidak dalam trayek, seperti taksi, wajib memiliki operasi angkutan . Izin

operasi angkutan diberikan oleh Menteri. Setelah terbitnya Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 untuk kewenangan pembinaan dan pengaturan lalu lintas

dan angkutan jalan di Kota Pontianak menjadi kewenangan Pemerintah Kota

Pontianak melalui walikotanya. Penerbitan izin ini meliputi :

1. Pemberian Izin Pengusahaan Angkutan Kendaraan Bermotor

Pengusaha angkutan kendaraan umum harus mendapat izin pengusahaan

dari Walikota.81 Untuk mendapatkan izin pengusahaan harus mengajukan


31

permohonan secara tertulis kepada Walikota. Izin pengusahaan angkutan

kendaraan umum berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. Tata

cara dan persyaratan permohonan izin pengusahaan ditetapkan oleh Walikota.

Setiap pemegang izin usaha angkutan mempunyai kewajiban memberikan

laporan tertulis secara berkala kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

Pemegang izin usaha angkutan wajib memenuhi seluruh persyaratan yang telah

ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku.86 Tata cara pembuatan

laporan tertulis secara berkala ini ditetapkan oleh Walikota atau Pejabat yang

ditunjuk.

2. Pemberian Izin Operasi Dan Izin Trayek Angkutan Umum Dalam

Daerah

Setiap angkutan kendaraan umum yang tidak melayani trayek tetap dan

teratur seperti taksi, bus pariwisata, dan kendaraan sewa dalam daerah wajib

memiliki izin operasi dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

Tata cara memperoleh izin operasi wajib memenuhi persyaratan :

1. Memiliki izin usaha angkutan

2. Memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang layak jalan

3. Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan kendaraan

bermotor

4. Memiliki atau menguasai fasilitas perawatan kendaraan bermotor.


32

Bagi pengusaha angkutan umum yang telah mendapatkan izin operasi

kemudian diwajibkan untuk :

1. Memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam izin operasi

2. Mengoperasikan kendaraan bermotor yang memenuhi persyaratan

teknis dan layak jalan

3. Melaporkan apabila terjadi perubahan domisili perusahaan;

4. Meminta pengesahan dari pejabat pemberi izin apabila terjadi

perubahan penanggung jawab perusahaan

5. Melaporkan setiap bulan kegiatan operasional angkutan.

Izin operasi dapat dicabut apabila :

1. Tidak mampu merawat kendaraan bermotor sehingga kendaraan

bermotor tidak memenuhi persyaratan teknis dan layak jalan

2. Pihak-pihak atau yang namanya ditetapkan untuk bertindak atas

nama perusahaan melakukan pelanggaran yang berkaitan dengan

pengusahaan angkutan

3. Melakukan pengangkutan melebihi daya angkut;

4. Tidak mematuhi ketentuan waktu kerja dan waktu istirahat bagi

pengemudi;

5. Mempekerjakan pengemudi yang tidak memenuhi syarat.

Pencabutan izin operasi sebagaimana dimaksudkan dilakukan melalui

proses peringatan tertulis sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang


33

waktu masing-masing satu bulan. Apabila peringatan sebagaimana dimaksud

dalam ayat ini tidak diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan izin operasi

untuk jangka waktu satu bulan. Jika pembekuan izin operasi habis jangka

waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, maka izin operasi dicabut.

Izin operasi dapat dicabut tanpa melalui proses peringatan dan

pembekuan izin, apabila perusahaan yang bersangkutan :

1. melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan negara;

2. memperoleh izin operasi angkutan dengan cara tidak sah.

Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk izin operasi, peringatan tertulis,

pembekuan dan pencabutan izin operasi angkutan, tata cara laporan kegiatan.

Yang dimaksud dengan cara tidak sah adalah memberikan keterangan yang tidak

benar pada waktu mengajukan permohonan izin operasi atau memperoleh izin

operasi tanpa memperoleh izin operasi tanpa melalui prosedur yang ditetapkan.

Angkutan serta penatausahaan informasi, perizinan operasi, diatur dengan

Keputusan Menteri.

3. Izin Angkutan Khusus Dalam Daerah

Angkutan khusus yang dimaksud disini adalah angkutan yang

diperuntukan khusus bagi karyawan, buruh, dan anak sekolah. Angkutan ini

wajib memiliki izin angkutan khusus.


34

Persyaratan dan tata cara permohonan izin trayek, izin operasi, dan izin

angkutan khusus ditetapkan oleh Walikota dengan jangka waktu berlakunya izin

trayek, izin operasi, dan izin angkutan khusus selama 1 (satu) tahun dan dapat

diperpanjang. Setiap kendaraan angkutan penumpang umum yang beroperasi

khusus dalam Daerah wajib memiliki Kartu Pengawasan (KP) dan amgkutan

barang wajib memiliki Kartu Izin Usaha. Kartu Pengawasan atau Kartu Izin

Usaha berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang. Kartu Pengawasan

dan Kartu Izin Usaha, harus selalu berada pada kendaraan yang sedang

beroperasi.

C. Akibat Hukum Terhadap Pemilik Kendaraan Mobil Pribadi Sebagai Taksi

Tanpa Izin

Angkutan umum orang atau barang hanya dapat dilakukan dengan kendaraan

umum sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 138 menyebutkan:

(1) Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan


angkutan yang selamat, aman, nyaman dan terjangkau.
(2) Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan umum
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Angkutan umum orang/dan atau barang hanya dilakukan dengan
Kendaraan Bermotor Umum. 7

7
Ibid. Halaman 45
35

Dari ketentuan pasal 138 ayat (3) di atas menjelaskan bahwa angkutan orang

hanya dapat dilakukan dengan kendaraan bermotor umum. Selain itu ketentuan lain

yang harus dipenuhi kendaraan pribadi yang akan digunakan sebagai angkutan umum

harus terdaftar dan mendapatkan ijin trayek, izin usaha angkutan, izin operasional,

kelaikan angkutan untuk umum beserta persyaratan lain yang ditentukan sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. Apabila ada pemilik kendaraan pribadi menggunakan kendaraannya

sebagai taksi gelap dan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan

berarti melakukan perbuatan melawan hukum.

Pasal 1365 KUH Perdata menetukan bahwa tiap perbuatan melawan hukum

yang mengakibatkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang melakukan

perbuatan untuk mengganti kerugian. 8

Lebih jauh, Meriam Darus Badrulzaman dalam Rancangan UU (RUU)

Perikatan berusaha mematerialisasikannya dengan rumusan lengkap dalan Undang-

Undang, sebagai berikut :

(1) Suatu perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian kepada


orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahan atau kelalaiannya
menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut.
(2) Melanggar hukum adalah tiap perbuatan yang melanggar hak orang lain atau
bertantangan dengan kepatutan yang harus diindahkan dalam pergaulan
kemasyarakatan terhadap pribadi atau harta benda orang lain.

8
R. Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT.Pradnya
Paramita, 2003), halaman 346.
36

(3) Seseorang yang sengaja tidak melakukan suatu perbuatan yang wajib
dilakukannya, disamakan dengan seorang yang melakukan suatu perbuatan
terlarang karenanya melanggar hukum. 9

Upaya perumusan norma dalam konsep Meriam Darus Badrulzaman ini

telah merevisi perkembangan pemikiran yang baru mengenai perbuatan melawan

hukum, karena dalam konsepnya tersebut pengertian melawan hukum tidak hanya

diartikan sebagai melawan undang-undang (hukum tertulis) tetapi juga bertentangan

dengan kepatutan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat (hukum tidak

tertulis).

Perbuatan melawan hukum merupakan terjemahan dari kata

onrechtmatigedaad, yang diatur dalam KUH Perdata Buku III tentang Perikatan,

Pasal 1365 sampai dengan Pasal 1380. Terminologi Perbuatan Melawan Hukum

menurut Meriam Darus Badrulzaman adalah sebagai berikut : “Pasal 1365 KUH

Perdata menentukan bahwa setiap perbuatan yang melawan hukum yang membawa

kerugian kepada orang lain mewajibkan karena salahnya menerbitkan kerugian ini

mengganti kerugian tersebut”.10 Selanjutnya dikatakan bahwa : “Pasal 1365 KUH

Perdata ini sangat penting artinya karena melalui pasal ini hukum yang tidak tertulis

diperhatikan oleh Undang-Undang”. 11

9
St.Remy Sjahdeini dkk., 2004, Naskah Akademis Peraturan Perundang-Undangan tentang
Perbuatan Melawan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional. Departemen Kehakiman RI, Jakarta,
halaman 18.
10
Mariam Darus Badrulzaman, 2000, KUH Perdata – Buku III, Hukum Perikatan Dengan
Penjelasan, Bandung, Alumni, halaman 146.
11
Ibid,halaman 21.
37

Selain itu terminologi perbuatan melawan hukum juga digunakan oleh M.A.

Moegni Djojodirdjo yang menyatakan : “Pasal 1365 KUH Perdata tidaklah

memberikan perumusan melainkan hanya mengatur bilakah seseorang yang

mengalami kerugian karena perbuatan melawan hukum, yang dilakukan oleh orang

lain terhadap dirinya, akan dapat mengajukan tuntutan ganti kerugian kepada

Pengadilan Negeri dengan sukses”.12

Konsep perbuatan melawan hukum Indonesia yang merupakan bagian

hukum Eropa Kontinental diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata sampai dengan

Pasal 1380 KUH Perdata. Dalam pasal-pasal tersebut diatur bentuk tanggung jawab

atas perbuatan melawan hukum yang terbagi atas ; Pertama, Tanggung jawab tidak

hanya atas perbuatan melawan hukum diri sendiri tetapi juga atas perbuatan melawan

hukum orang lain dan terhadap barang.

Oleh karena itu, beberapa tuntutan yang diajukan karena perbuatan melawan

hukum ialah :

1. Ganti rugi dalam bentuk uang atas kerugian yang ditimbulkan;

2. Ganti rugi dalam bentuk natural atau dikembalikan dalam keadaan semula;

3. Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan adalah melawan hukum;

4. Melarang dilakukannya perbuatan tertentu.

12
Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2002),
halaman 17.
38

Dalam hal ini pengangkut tidak memperhatikan keselamatan dan kenyamanan

bagi penumpang. Pengangkutan yang akibat kesalahannya mengakibatkan

ketidaknyamanan dan lebih jauh lagi menimbulkan luka berat bahkan meninggal

dunia dalam penyelenggaraan angkutan. Dalam Pasal 310 Undang-Undang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan menekankan bahwa apa yang dilakukan oleh pengemudi

merupakan suatu kealpaan atau kelalaian sedangkan pada pasal 311 Undang-Undang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menekankan bahwa apa yang dilakukan oleh

pengemudi merupakan suatu kesengajaan.

D. Upaya Hukum Dinas Perhubungan Kota Pontianak Terhadap Pemilik

Kendaraan Mobil Pribadi Sebagai Taksi Tanpa Izin

Upaya hukum merupakan suatu tindakan yang diadakan guna mencegah

jangan sampai tindakan dapat terjadi atau berkembang. Adapun upaya hukum Dinas

Perhubungan Kota Pontianak berdasarkan peraturan yang berlaku

Sesuai dengan pelanggaran oleh pemilik mobil pribadi sebagai angkutan

umum taksi disini dituangkan beberapa sanksi. Adapun bunyi Pasal 310 dan 311

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah :

Pasal 310 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

1. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena


kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan
Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat
(2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
39

2. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena


kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka
ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta
rupiah).
3. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena
kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka
berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
4. Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Pasal 311 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

1. Setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan Kendaraan Bermotor


dengan cara atau keadaan yang membahayakan bagi nyawa atau barang
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan Kendaraan dan/atau barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak
Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah).
3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan
Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat
(3), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
atau denda paling banyak Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah).
4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 229 ayat (4), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp20.000.000,00 (dua
puluh juta rupiah).
5. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengakibatkan
orang lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan pidana penjara
40

paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak


Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).

Upaya hukum lain yang telah dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota

Pontianak terhadap pemilik mobil pribadi sebagai taksi yakni:

1. Mmembuat pemberitahuan tertulis yang berlandaskan pada pasal 153 ayat (1)

dan pasal 304 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan yang menyebutkan bahwa mengemudikan kendaraan

angkutan orang dengan tujuan tertentu (taksi) dipidana dengan kurungan 1

(satu) bulan atau denda Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

2. Pihak DLLAJR untuk mensosialisasikan UULLAJ mengenai angkutan umum

kepada pemilik/ pengusaha yang menjalankan mobil pribadi sebagai angkutan

umum taksi untuk menghentikan kegiatannya.

3. Mengurus perizinan angkutan umum yang sah menurut UULLAJ kepada

pihak DLLAJR. Dalam sosialisasi UULLAJ mengenai angkutan umum pihak

DLLAJR dapat bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan pihak

kepolisian untuk mensosialisasikan kepada pemilik/ pengusaha angkutan

seperti razia operasi terhadap taksi gelap tersebut hanya dilakukan pada

waktu-waktu tertentu saja oleh aparat terhadap pelanggaran persyaratan teknis

dan laik jalan, pengujian Kendaraan Bermotor, dan perizinan; dan/atau

melakukan penyitaan surat tanda lulus uji dan/atau surat izin penyelenggaraan

angkutan umum.
41

4. Sanksi denda yang harus dibayar oleh pelanggar atau pemilik kendaraan

pribadi sebagai angkutan umum taksi khusus daerah Kota Pontianak harus

membayar di Bank Kalbar sesuai surat yang ditujukan oleh Petugas Dinas

perhubungan.

Upaya hukum yang dilakukan oleh Dinas Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

terhadap penggunaan keberadaan kendaraan pribadi sebagai angkutan umum taksi di

Kota Pontianak, sebagai berikut :

1. Penegakan atas penyimpangan yang terjadi kendaraan pribadi yang tidak

memiliki ijin sebagai angkutan umum di Kota Pontianak seperti tidak

dilengkapi dengan perijinan meliputi ijin usaha, trayek dan operasi angkutan

umum, kemudian mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum taksi

tidak memiliki asuransi terhadap penumpangnya.

2. Memberikan pelatihan penegakan hukum bagi aparat-aparat penegak hukum

khususnya Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

3. Membuat dan menerbitkan buku-buku pedoman tentang angkutan umum.

4. Pembuatan baliho mengenai pemberitahuan pelarangan penggunaan mobil

pribadi sebagai taksi dan agar upaya penertiban dapat berjalan secara efektif

maka dapat melakukan tindakan penjagaan ditempat berkumpulnya mobil

pribadi sebagai taksi gelap dan apabila hal tersebut belum efektif dapat pula

dilakukan teguran secara lisan terhadap supir-supir yang belum mematuhi


42

aturan atau memenuhi syarat-syarat menjadi angkutan resmi menurut Undang-

undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

5. Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan

Administrasi termasuk kategori perlindungan hukum ini.


BAB III

PENGOLAHAN DATA

A. Analisis Data

Di dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian

Empiris dengan pendekatan Deskriptif Analisis dengan fokus masalah

dititikberatkan kepada “Faktor Apa Yang Menyebabkan Pemilik Kendaraan

Pribadi Melakukan Perbuatan Melawan Hukum Dengan Menggunakan Kendaraan

Sebagai Taksi”.

Sebagai upaya pembuktian hipotesis, penulis berusaha menganalisa data

yang diperoleh melalui penyebaran angket/kuesioner dan daftar wawancara

kepada responden, untuk selanjutnya dianalisis dengan mempergunakan teknik

Analisis Kuantitatif.

Adapun yang menjadi sampel penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Pemilik kendaraan mobil pribadi yang menggunakan kendaraannya

sebagai angkutan umum taksi berjumlah 13 orang.

2. Kepala Dinas Perhubungan Kota Pontianak.

Untuk mengawali proses analisis data dalam penelitian ini, maka tabel

pertama yang akan ditampilkan adalah mengenai berapa lama pemilik mobil

pribadi merubah menjadi mobilnya sebagai angkutan umum taksi sebagai berikut :

43
44

TABEL 1

Jangka Waktu Pemilik Mobil Pribadi Merubah Menjadi Taksi

Alternatif Frekuensi Persentase (%)

a. Kurang dari 1 tahun 3 10

b. 1 – 5 tahun 7 60

c. Lebih dari 5 tahun 3 30

N = 13 13 100

Sumber Data: Hasil Penelitian Lapangan Yang Diolah.

Berdasarkan data Tabel 1 di atas terlihat bahwa pemilik mobil pribadi

merubah menjadi mobilnya sebagai angkutan umum taksi dalam kurun waktu

kurang dari setahun sejumlah 3 orang (10%), sejumlah 7 orang (60%) responden

menyatakan sudah 1 sampai dengan 5 tahun sudah mengubah mobil pribadinya

menjadi angkutan umum taksi dan sejumlah 3 orang (30%) menyatakan sudah

lebih dari 5 tahun pemilik mobil pribadi merubah mobilnya menjadi taksi dalam

maupun luar kota Pontianak.

Keterangan tersebut di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden

telah cukup lama mengubah status mobil pribadinya menjadi angkutan umum

taksi baik mengambil penumpang dalam maupun luar Kota Pontianak.

Selanjutnya melengkapi tabel 1 di atas, maka akan ditampilkan tabel untuk

mengetahui alasan pemilik mobil yang di ubah menjadi angkutan umum taksi

terhadap proses perizinan membawa penumpang sebagaimana berikut di bawah

ini:
45

TABEL 2

Alasan Pemilik Mobil Pribadi Mengubah Menjadi Taksi Dalam Proses Perizinan

Alternatif Frekuensi Persentase (%)

a. Besarnya biaya pengurusan 0 0

b. Proses yang bertele-tele 0 0

c. Point a dan b benar 13 100

N = 13 13 100

Sumber Data: Hasil Penelitian Lapangan Yang Diolah.

Berdasarkan data Tabel 2 di atas, bahwa keseluruhan responden yakni 13

orang (100%) menyatakan mengetahui alasan pemilik mobil yang di ubah menjadi

angkutan umum taksi terhadap proses perizinan membawa penumpang adalah

besarnya biaya pengurusan (administrasi dan kelengkapan berkas) serta proses

pengurusan yang bertele-tele.

Keterangan tabel di atas menyebutkan bahwa pemilik kendaraan sengaja

tidak mengurus izin karena pengurusan berkas-berkas yang lama dan bertele-tele

serta biasanya ada biaya yang terduga dari beberapa pengurusan adminstrasi.

Selanjutnya melengkapi tabel 2 di atas, maka akan ditampilkan tabel untuk

mengetahui alasan pemilik mobil pribadi membawa angkutan orang sebagai

angkutan umum taksi tanpa izin sebagaimana berikut di bawah ini:


46

TABEL 3

Alasan Pemilik Mobil Pribadi Membawa Angkutan Orang

Sebagai Taksi Tanpa Izin

Alternatif Frekuensi Persentase (%)

a. Tidak ada pekerjaan 0 0

b. Sebagai mata pencaharian 0 0

c. Point a dan b benar 13 100

N = 13 13 100

Sumber Data: Hasil Penelitian Lapangan Yang Diolah.

Berdasarkan data Tabel 3 di atas, bahwa keseluruhan responden yakni 13

orang (100%) menyatakan alasan pemilik mobil pribadi membawa angkutan

orang sebagai angkutan umum taksi tanpa izin karena tidak adanya pekerjaan dan

sebagai mata pencaharian. Keterangan tabel di atas menyebutkan bahwa pemilik

kendaraan memang sengaja menjadikan kendaraan angkutan umum taksi karena

untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Untuk melengkapi data tabel 3 di atas, maka selanjutnya akan

ditampilkan tabel yang menjelaskan pernahtidaknya pemilik kendaraan terjaring

razia, sebagaimana berikut di bawah ini :


47

TABEL 4

Pernah Tidaknya Pemilik Kendaraan Pribadi

Terjaring Razia

Alternatif Frekuensi Persentase (%)

a. Pernah 6 40

b. Tidak pernah 7 60

N = 13 13 100

Sumber Data: Hasil Penelitian Lapangan Yang Diolah.

Berdasarkan data Tabel 4 di atas, diketahui sejumlah 6 orang (40%)

responden menyatakan pernah terjaring razia pada saat membawa penumpang ke

luar kota dengan kendaraan pribadinya. Sedangkan sejumlah 7 orang (60%)

pemilik kendaraan pribadi ini yang mengubah menjadi angkutan umum

menyatakan tidak pernah terjaring razia. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pemilik

kendaraan setelah tertangkap razia mereka melakukan upaya damai dengan

memberikan sejumlah uang kepada petugas.

Terkait persoalan ini, selanjutnya akan ditampilkan tabel yang

menjelaskan pernah tidaknya pemilik mobil diberi sanksi oleh petugas Dinas

Perhubungan dalam membawa angkutan orang yang tidak memiliki izin

sebagaimana berikut di bawah ini:


48

TABEL 5

Pernah Tidaknya Responden Diberi Sanksi Membawa Mobil

Angkutan Orang Tanpa Izin

Alternatif Frekuensi Persentase (%)

a. Pernah 10 80

b. Tidak Pernah 3 20

N =13 13 100

Sumber Data: Hasil Penelitian Lapangan Yang Diolah.

Berdasarkan data Tabel 5 di atas, maka diketahui bahwa sebagian besar

responden yaitu sejumlah 10 orang (80%) pemilik mobil menyatakan pernah

diberi sanksi oleh petugas Dinas Perhubungan dalam membawa angkutan orang

karena tidak memiliki izin dan sejumlah 3 orang (20%) pemilik mobil menyatakan

tidak pernah diberi sanksi oleh petugas Dinas Perhubungan dalam membawa

angkutan orang karena tidak memiliki izin.

Keterangan tabel di atas bahwa bagi pemilik kendaraan yang pernah diberi

sanksi oleh petugas yakni berupa teguran dan penahanan kelengkapan surat-surat

kendaraan serta izin trayek. Selanjutnya akan ditampilkan tabel mengenai faktor

penyebab responden mengubah status kendaraan pribadinya menjadi angkutan

umum taksi sebagaimana berikut di bawah ini:


49

TABEL 6

Faktor Penyebab Responden Mengubah Status Kendaraan Pribadinya

Menjadi Taksi

Alternatif Frekuensi Persentase (%)


a. Mencari keuntungan yang besar 0 0
b. Menghindari pajak 0 0
c. Untuk membayar cicilan mobil 0 0
d. Point a, b dan c benar 13 100
N = 13 13 100
Sumber Data: Hasil Penelitian Lapangan Yang Diolah.
Berdasarkan data Tabel 6 di atas, maka diketahui bahwa keseluruhan

responden dengan jumlah 13 orang (100%) menyatakan bahwa faktor penyebab

responden mengubah status kendaraan pribadinya menjadi angkutan umum taksi

adalah karena ingin mencari keuntungan yang besar, menghindari pajak

kendaraan dan tambahan untuk mencicil angsuran mobil perbulannya. Berarti

responden memang nekad untuk mengambil penumpang dengan cara illegal tanpa

surat jalan dari agen atau lain sebagainya.

Kondisi ini terkait erat dengan fokus penelitian, khususnya dalam

perbuatan melawan hukum pemilik kendaraan pribadi menjadikan taksi dengan

cara sengaja dan illegal.

Selanjutnya untuk mengetahui pernah tidaknya aparat melakukan

pemeriksaan surat-surat kepemilikan dari pemilik kendaraan pribadi yang diubah

menjadi taksi saat razia, dapat dilihat pada data tabel berikut di bawah ini:
50

TABEL 7

Razia Surat Kepemilikan Kendaraan Oleh Petugas Dinas Perhubungan

Alternatif Frekuensi Persentase (%)

a. Pernah 2 100

b. Tidak pernah 0 0

N=2 2 100

Sumber Data: Hasil Wawancara dengan Petugas Dinas Perhubungan

Berdasarkan data Tabel 7 di atas, dari hasil wawancara dengan petugas

Dinas Perhubungan sejumlah 2 orang (100%) responden menyatakan bahwa

pernah melakukan pemeriksaan surat-surat kepemilikan dari pemilik kendaraan

pribadi yang diubah menjadi angkutan umum taksi saat razia. Keterangan tabel di

atas bahwa petugas merazia pemilik kendaraan angkutan umum taksi yakni

berupa surat-surat kendaraan seperti izin trayek dan pajak kendaraan.

Terkait erat dengan pemberian sanksi tersebut di atas, selanjutnya akan di

sajikan data tabel untuk mengetahui sanksi terhadap pemilik kendaraan mobil

pribadi sebagai angkutan umum taksi, dapat dilihat pada tabel berikut di bawah

ini:
51

TABEL 8

Sanksi Terhadap Pemilik Kendaraan Mobil Pribadi Sebagai Taksi

Alternatif Frekuensi Persentase (%)

a. Diberi Peringatan 6 40

b. Diberikan Sanksi 7 60

N = 13 13 100

Sumber Data: Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Perhubungan Kota


Pontianak

Berdasarkan data Tabel 8 di atas, dari hasil wawancara dengan Kepala

Dinas Perhubungan Kota Pontianak diketahui sejumlah 6 orang (40%) responden

menyatakan diberi peringatan oleh Dinas Perhubungan. Sedangkan sejumlah 7

orang (60%) responden lainnya menyatakan diberikan sanksi karena telah

melakukan perubahan status kendaraan mobil pribadi sebagai angkutan umum

taksi demi mencari mata pencaharian dan tidak memiiki ijin.

Menurut tabel di atas dapat dijelaskan bahwa peringatan dari Dinas

Perhubungan yakni berupa teguran untuk memenuhi surat-surat kendaraan (izin

trayek kendaraan angkutan umum) yang benar dan jika kedapatan lagi tidak

mengurus surat-surat maka akan diberi sanksi tegas berupa penahanan surat-surat

kendaraan pemilik.

Untuk melengkapi data-data tabel tersebut di atas, selanjutnya akan

dipaparkan keterangan-keterangan yang diperoleh melalui wawancara penulis

dengan Kepala Dinas Perhubungan Kota Pontianak, sebagaimana dirangkum

berikut di bawah ini:

1. Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Perhubungan Kota Pontianak :


52

a. Pemilik kendaraan mobil pribadi di rubah sebagai angkutan umum

taksi melanggar ketentuan pada Pasal 153 ayat (1) dan pasal 304

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan yang menyebutkan bahwa mengemudikan kendaraan

angkutan orang dengan tujuan tertentu (taksi) dan tidak mempunyai

izin trayek.

b. Faktor penyebab pemilik kendaraan pribadi menjadi angkutan umum

taksi secara sengaja karena menghindari pajak kendaraan.

c. Akibat hukum yang ditimbulkan kepada pemilik kendaraan pribadi

menjadi angkutan umum taksi adalah diberi peringatan berupa teguran

atas kelengkapan surat-surat kendaraan dan izin trayek serta

pemberian sanksi berupa penahanan surat-surat kendaraan bagi

pemilik.

d. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Pontianak

terhadap pemilik kendaraan pribadi menjadi angkutan umum taksi

yakni memberi pemberitahuan secara tertulis terkait sanksi bagi

pemilik taksi, menahan kendaraan dan surat-surat kepemilikan apabila

tidak memiliki ijin dan melakukan koordinasi dengan DLLAJR dan

bagi pemilik kendaraan wajib yang dikenai sanksi wajib membayar

denda pada Bank Kalbar dengan surat ketentuan dari petugas Dinas

Perhubungan.
53

B. Pembuktian Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka hipotesis yang telah

dikemukakan terdahulu akan dibuktikan kebenarannya sebagai berikut di bawah

ini:

1. Berdasarkan data Tabel 1, maka dapat dibuktikan bahwa lebih dominan

responden menyatakan sudah 1 sampai dengan 5 tahun sudah mengubah

mobil pribadinya menjadi angkutan umum taksi;

2. Berdasarkan data Tabel 3, maka dapat dibuktikan bahwa alasan pemilik

mobil yang di ubah menjadi angkutan umum taksi terhadap proses

perizinan membawa penumpang adalah besarnya biaya pengurusan

(administrasi dan kelengkapan berkas) serta proses pengurusan yang

bertele-tele;

3. Berdasarkan data Tabel 3 maka dapat dibuktikan bahwa tujuan pemilik

mobil pribadi membawa angkutan orang sebagai angkutan umum taksi

tanpa izin karena tidak adanya pekerjaan dan sebagai mata pencaharian.

4. Berdasarkan data Tabel 4, maka dapat dibuktikan bahwa responden

pernah terjaring razia pada saat membawa penumpang ke luar kota

dengan kendaraan pribadinya dan ada juga yang tidak pernah diberi

sanksi terjaring razia;

5. Berdasarkan data Tabel 5, maka dapat dibuktikan bahwa lebih dominan

pemilik mobil menyatakan pernah diberi sanksi oleh petugas Dinas

Perhubungan dalam membawa angkutan orang karena tidak memiliki

izin;
54

6. Berdasarkan data Tabel 6 pada point (d) dan hasil wawancara dengan

Kepala dinas Perhubungan Kota Pontianak point (b), dapat dibuktikan

bahwa faktor penyebab responden mengubah status kendaraan pribadinya

menjadi angkutan umum taksi adalah karena ingin mencari keuntungan

yang besar, menghindari pajak kendaraan dan tambahan untuk mencicil

angsuran mobil perbulannya;

7. Berdasarkan data Tabel 7, maka dapat dibuktikan bahwa petugas Dinas

Perhubungan Kota Pontianak pernah melakukan pemeriksaan surat-surat

kepemilikan dari pemilik kendaraan pribadi saat razia

8. Berdasarkan Tabel 8, dari hasil wawancara dengan Kepala Dinas

Perhubungan Kota Pontianak point (c) menyatakan sanksi bagi pemilik

mobil yang melakukan perubahan status kendaraan mobil pribadi sebagai

angkutan umum taksi yakni diberi peringatan dan diberikan sanksi karena

melakukan perubahan status kendaraan mobil pribadi sebagai angkutan

umum demi mencari mata pencaharian dan tidak memiiki ijin.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka hipotesis yang penulis

kemukakan pada Bab 1 yaitu : “Bahwa Pemilik Kendaraan Pribadi Di Kota

Pontianak Melakukan Perbuatan Melawan Hukum Dengan Menggunakan

Kendaraannya Sebagai Angkutan Umum Taksi Dikarenakan Ingin Memperoleh

Keuntungan Yang Besar, Menghindari Pajak, Dan Membayar Cicilan Mobil”

telah terbukti.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada BAB III tentang

pengolahan data, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut di bawah ini:

1. Bahwa masih ada pemilik kendaraan pribadi yang menggunakan

kendaraannya sebagai angkutan umum taksi melanggar Undang-undang

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dimana

dalam ketentuan tersebut memberikan aturan bahwa untuk angkutan

umum taksi harus dengan izin yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan,

oleh karena itu perbuatan yang dilakukan pemilik kendaraan pribadi

dapat dikatakan perbuatan melawan hukum.

2. Bahwa faktor yang menyebabkan pemilik kendaraan pribadi melakukan

perbuatan melawan hukum menggunakan kendaraan sebagai angkutan

umum taksi adalah karena ingin mencari keuntungan yang besar,

menghindari pajak kendaraan dan tambahan untuk angsuran mobil

perbulannya.

3. Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh bagi pemilik kendaraan sebagai

angkutan umum taksi yakni diberi peringatan berupa teguran atas

kelengkapan surat-surat kendaraan dan izin trayek serta pemberian sanksi

berupa penahanan surat-surat kendaraan bagi pemilik.

55
56

4. Bahwa upaya hukum yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota

Pontianak terhadap pemilik kendaraan mobil pribadi sebagai angkutan

umum taksi yakni memberi pemberitahuan secara tertulis terkait sanksi

bagi pemilik taksi, menahan kendaraan dan surat-surat kepemilikan apa

bila tidak memiliki ijin dan melakukan koordinasi dengan DLLAJR dan

diwajibkan bagi pelanggar izin trayek tersebut membayar denda pada

Bank Kalbar dengan surat ketentuan dari petugas Dinas Perhubungan.

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan sesuai kesimpulan adalah sebagai

berikut:

1. Bagi pemilik kendaraan pribadi sebagai taksi hendaknya segera

menghentikan dan menyadari pengoperasian angkutan umum taksi

tersebut karena bisa berdampak merugikan masyarakat dan negara

khusunya angkutan taksi resmi lain dan segera mengurus perizinan

angkutan umum serta memenuhi ketentuan-ketentuan angkutan umum

menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. Ini dimaksudkan agar mereka tidak terlibat dalam

menimbulkan kerugian bagi pihak pengguna taksi (penumpang) dan agen

taksi resmi lainnya.

2. Bagi Dinas Perhubungan Kota Pontianak, agar lebih sigap melakukan

pemeriksaan izin trayek ditempat supir-supir taksi mengambil penumpang


57

biasanya dan bekerja sama dengan agen taksi resmi lainnya akan adanya

pemilik mobil sebagai angkutan umum taksi untuk ditindaklanjuti.

3. Pemerintah bersama aparat penegak hukum yang berwenang di bidang lalu

lintas dan angkutan jalan yaitu pihak Kepolisian dan DLLAJR harus

secara kontinyu melakukan pengawasan dan razia operasi terhadap taksi

plat hitam dalam rangka penertiban angkutan umum. Selain itu pembinaan

mental dan keahlian aparat harus ditingkatkan. Bertindak konsisten

terhadap peraturan perundang-undangan yang sudah ada. Disini

dibutuhkan sikap tegas aparat khususnya dalam melakukan law

enforcement terhadap pengelola sarana transportasi ilegal sesuai ketentuan

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan. Disamping itu mempermudah administrasi dan menekan biaya

perizinan angkutan umum semaksimal mungkin.


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku :

Abdulkadir Muhammad, 2001, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung

Mariam Darus Badrulzaman, 2002, KUH Perdata – Buku III, Hukum Perikatan
Dengan Penjelasan, Bandung: Alumni

Masri Singarimbun, 2007, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Yogyakarta

Moegni Djojodirdjo,2002, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita

Munir Fuady, 2005, Perbandingan Hukum Perdata, Citra Aditya Bakti, Bandung

N.M. Spelt dan J.B.J.M. Ten Berger,disunting Philipus M. Hadjon, 2003, Pengantar
Hukum Perizinan, Penerbit Yuridika,Surabaya

R. Subekti dan Tjitrosudibio, 2003, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta:


PT.Pradnya Paramita

Ronny Hanitijo Soemitro, 2000, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia,


Jakarta

Rustika Kamaluddin, 2007, Ekonomi Transportasi, Ghalia Indonesia, Jakarta

Setiawan, 2006, Empat Kriteria Perbuatan Melanggar Hukum dan


Perkembangannya Dalam Yurisprudensi, Varia Peradilan, Jakarta

St.Remy Sjahdeini dkk., 2004, Naskah Akademis Peraturan Perundang-Undangan


tentang Perbuatan Melawan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional.
Departemen Kehakiman RI, Jakarta

Tjakranegara, Soegijatna, 2005, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang,


Rineka Cipta, Jakarta

Teguh Prasetyo dan Abdul Hakim Barkahtullah, 2005, Politik Hukum Pidana Kajian
Kebijakan Kriminalisasi Dan Diskriminalisasi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Van Der Pot dalam Untrecht dan Moh.Saleh Djinang, 2005, Pengantar Hukum
Administrasi Negara Indonesia, Penerbit dan Balai buku ichtiar, Jakarta

Warpani, Suwardjoko. 2000, Merencanakan System Perangkutan, ITB, Bandung.


B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan


Jalan

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM.35 Tahun 2003 Tentang


Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum

Anda mungkin juga menyukai