Skripsi
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik Program Studi Teknik Sipil
Oleh
Pujo Triyono NIM.5113414021
MOTTO
PERSEMBAHAN
Ibu, Bapak, dan Kakak yang telah memberikan segalanya sehingga bisa
Serta, saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung
ABSTRAK
Pujo Triyono
2018
Analisis Faktor Muat (Load Factor) dan Lokasi Naik Turun Penumpang
Angkutan Kota Semarang (Studi Kasus Trayek C.10 PP Kota Semarang)
Ir. Agung Sutarto, M.T.
Teknik Sipil S1
Kata kunci : Faktor Muat, Penumpang, GPS, Guna Lahan, Angkutan Kota
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan
mengharapkan ridho yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor Muat (Load Factor) dan
Lokasi Naik Turun Penumpang Angkutan Kota Semarang (Studi Kasus Trayek
C.10 PP Kota Semarang). Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih
gelar Sarjana Teknik pada Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Negeri
Semarang. Shalawat dan salam semua mendapatkan safaat-Nya di yaumil akhir
nanti, Aamiin.
Penyelesaian karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di
Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Nur Qudus M.T, Dekan Fakultas Teknik, Dra. Sri Handayani M.Pd Ketua
Jurusan Teknik Sipil, dan Dr. Rini Kusumawardani S.T., M.T., M.Sc. Ketua
Program Studi S-1 Teknik Sipil yang telah memberi bimbingan dengan
menerima kehadiran penulis setiap saat disertai kesabaran, ketelitian, masukan-
masukan yang berharga untuk menyelesaikan karya ini.
3. Ir. Agung Sutarto M.T. dan Alfa Narendra S.T., M.T., pembimbing yang penuh
perhatian dan berkenan memberikan bahan, bimbingan, dan menunjukkan
sumber-sumber yang relevan sangat membantu penulisan karya ini.
4. Prof. Dr. Ir. Bambang Haryadi M.Sc. sebagai dosen Penguji 1 dan Untoro
Nugroho S.T., M.T. Penguji 2 yang telah memberi masukan yang sangat
berharga berupa saran, ralat, perbaikan, pertanyaan, komentar, tanggapan,
menambah bobot dan kualitas karya tulis ini.
5. Semua dosen Teknik Sipil FT. Unnes yang telah memberi bekal ilmu yang
berharga.
6. Para sopir mobil penumpang umum C.10 Kota Semarang yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk melakukan survei penelitian.
7. Berbagai pihak yang telah memberi bantuan untuk kerya tulis ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk memicu
penelitian lain yang relevan di bidang transportasi.
DAFTAR ISI
MOTTO .................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Sepanjang Trayek C.10 ......... 48
BAB 1
PENDAHULUAN
pertumbuhan penduduk yang pesat tercatat pada Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Tengah, jumlah penduduk Kota Semarang pada tahun 2016 terdapat
transportasi yang ada. Berdasarkan data BPS Kota Semarang 2016 dalam sepuluh
tahun terakhir jumlah kendaraan pribadi lebih banyak dibadingkan jumlah angkutan
umum.
Angkutan Umum
Kendaraan Pribadi
Penumpang
Tahun
Angkutan
Bus Jumlah Mobil Motor Jumlah
Kota
2005 530 708 1238 20682 93073 113755
2006 530 719 1249 21697 93088 114785
2007 445 739 1184 34335 115051 149386
2008 467 813 1280 34625 123527 158152
2009 443 859 1302 44660 119019 163679
2010 438 859 1297 44660 216916 261576
2011 445 1355 1800 33523 151286 184809
2012 786 2112 2898 56453 247936 304389
2013 786 2112 2898 56453 247936 304389
2014 786 2112 2898 56453 247936 304389
Rata-Rata 1804,4 Rata-rata 205930,9
Sumber : Kota Semarang Dalam Angka 2016, diolah
2
tinggi yaitu sebesar 12% per tahun sedangkan pertumbuhan jalan hanya 0,9% per
tinggi ini disertai dengan adanya pertambahan mobilitas dan permintaan sarana
masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan menurunnya jumlah armada angkutan
online pada tahun 2015. Dari total sebanyak 1558 armada yang beroperasi di Kota
Semarang pada tahun 2015, turun menjadi 1231 armada saja pada tahun 2016
angkutan kota rute Banyumanik sebanyak 230 unit, mengalami penurunan menjadi
Semarang, Jateng, memprotes tindakan para pengemudi ojek online yang kerap
bahkan turun ke jalanan serta menggelar aksi unjuk rasa alias demo di Gerbang
3
angkutan umum. Perang dingin antara sopir angkutan kota (angkot) vs Bus Rapid
Transit (BRT) Trans Semarang masih terus menegang. Terutama di jalur BRT baru
jarang para sopir BRT tidak berani mengambil penumpang di shelter karena
jumlah penumpang untuk angkutan kota di sepanjang trayek yang ada di Kota
Semarang serta lokasi naik turun penumpang di sepanjang trayek, faktor muat
angkutan kota, waktu terjadinya jam puncak, serta mengetahui fungsi guna lahan
dari lokasi naik dan turun penumpang angkutan kota di sepanjang trayek.
kota berupa faktor muat dan jumlah penumpang angkutan kota di Kota
Semarang.
1. Penelitian ditujukan pada angkutan kota untuk memperoleh data faktor muat
penumpang.
3. Penelitian dilakukan pada rute angkutan kota pada trayek C.10 pulang pergi
dengan rincian : Sub Terminal Rejomulyo – Jl. R. Patah – Jl. MT. Haryono – Jl.
Patimura – Jl. Dr. Cipto – Jl. Kompol Maksum – Jl. MT. Haryono – Jl. Dr.
Wahidin – Jl. Teuku Umar – Jl. Setia Budi – Jl. Sukun – Perumnas Banyumanik
– Karangrejo – Jl. Perintis Kemerdekaan – Jl. Setia Budi – Jl. Teuku Umar – Jl.
Dr. Wahidin - Jl. MT. Haryono – Jl. Sendowo 1 – Jl. Sendowo 2 – Jl. Pemuda
– Jl. Dr. Jawa – Jl. Kol. Sugiono – Jl. Mpu Tantular - Jl. Tawang – Jl. Pengapon
perjalanan.
d. Jumlah angkutan kota yang beroperasi pada rute C.10 di Kota Semarang.
perangkat lunak open source Viking GPS dan menggunakan perangkat keras
berikut :
1. Berapa jumlah faktor muat penumpang angkutan kota di sepanjang trayek C.10
di Kota Semarang?
2. Apa jenis fungsi tata guna lahan yang menjadi lokasi-lokasi terjadinya
Kota Semarang?
3. Berapa jumlah naik turun penumpang angkutan kota di sepanjang trayek C.10 di
Kota Semarang?
Semarang.
2. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi penelitian serupa, khususnya
BAB 2
kebutuhan akan transportasi pada masa mendatang atau pada tahun rencana yang
Untuk lebih memahami dan mendapatkan pemecahan masalah yang terbaik, perlu
menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa sistem yang lebih kecil
1. Sistem kegiatan
4. Sistem kelembagaan
Setiap tata guna lahan atau sistem kegiatan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang
sistem jaringan yang meliputi sistem jaringan jalan raya, kereta api, terminal bus,
8
bandara, dan pelabuhan laut. Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan
pergerakan kendaraan dan/atau orang (pejalan kaki), inilah yang kemudian dikenal
sebagai sistem pergerakan. Sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan
akan saling mempengaruhi dan saling dan berinteraksi dalam sistem transportasi
makro.
transportasi. Salah satunya adalah membuat kota-kota lebih rapat, dengan demikian
lainnya adalah membuat sistem angkutan lebih efektif; yang ketiga adalah
Tujuan ketiga srategi di atas yang pertama adalah memperbaiki fasilitas dan
keuangan.
4. Menetapkan zona bebas mobil pada daerah yang dapat dicapai dengan
ekonomi, budaya, kesehatan maupun lainnya dilakukan setiap hari. Dan ada
tersebut terjadi karena lokasi kegiatan tersebar secara heterogen di dalam ruang
yang ada sesuai tata guna lahannya yang akhirnya menyebabkan perlu adanya
Jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona disebut
tarikan pergerakan. Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang
menghasilkan pergerakan lalu lintas. Tarikan lalu lintas adalah lalu lintas yang
menuju atau tiba ke suatu lokasi. Hasil keluaran dari perhitungan tarikan lalu
lintas berupa jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu,
misalnya kendaraan/jam. Kita dapat dengan mudah menghitung jumlah orang atau
kendaraan yang masuk dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari atau satu jam,
perjalanan. Menurut Tamin (2000) pola pergerakan di bagi menjadi dua yaitu
pergerakan tidak spasial dan pergerakan spasial. Konsep mengenai ciri pola
mereka memulai perjalanan dari tempat tinggal (rumah) dan mengakhiri perjalanan
kembali ke rumah.
angkutan - mobil, angkutan umum, pesawat terbang, atau kereta api. Dalam
ruang) di dalam kota berkaitan dengan distribusi spasial tata guna lahan yang
11
terdapat di dalam suatu wilayah. Dalam hal ini, konsep dasarnya adalah bahwa
dituju, dan lokasi terrsebut ditentukan oleh tata guna lahan kota tersebut.
tempat tinggal sehingga pola sebaran tata guna lahan suatu kota akan sangat
mempengaruhi pola perjalanan orang. Dalam hal ini pola penyebaran spasial yang
sangat berperan adalah sebaran spasial dari daerah industri, perkantoran, dan
permukiman.
konsumsi, yang sangat tergantung pada sebaran pola tata guna lahan
pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh pola rantai distribusi yang
macam interaksi. Akan tetapi, hampir semua interaksi memerlukan perjalanan, dan
oleh sebab itu menghasilkan pergerakan arus lalu lintas. Pergerakan orang dan
barang di kota, menunjukkan pada arus lalu lintas, adanya hubungan konsekuensi
12
antara aktivitas lahan dan kemampuan sistem transportasi untuk menangani arus
lalu lintas ini. Secara alami, ada interaksi langsung antara tipe dan intensitas tata
guna lahan dan penyediaan fasilita transportasi yang tersedia. Satu tujuan utama
perencanaan tata guna lahan dan sistem transportasi adalah untuk memastikan
bahwa ada keseimbangan yang efisien antara tata guna lahan dan kemampuan
Secara umum hubungan antara tata guna lahan dan transportasi dapat
dilihat pada gambar 2.3, dimana pembangunan suatu areal lahan akan
mempengaruhi pola pemanfaatan lahan. Interaksi ketiga sub sistem tersebut akan
Umpan balik
barang bergerak dan berpindah tempat dengan aman dan murah. (Pignataro, 1973)
evolusi titik keseimbangan antara kebutuhan akan pergerakan dan dengan sistem
tetap berada dalam tujuan masyarakat. (C. Jotin. Khisty, B. Kent Lall, 2005)
Pignataro, 1973)
memecahkan persoalan yang sudah ada, mencegah timbulnya persoalan lain yang
1995)
14
1. Ciri Pengguna Jalan Beberapa faktor berikut ini yang diyakini akan
a. Tujuan pergerakan
c. Jarak Perjalanan
seperti;
a. Waktu perjalanan
b. Biaya transportasi
4. Ciri kota atau zona Bebera ciri yang dapat mempengaruhi pemilihan moda
Warpani (1981) menyatakan bahwa tata guna lahan sangat terkait dengan
2. Penduduk
dan kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang dinyatakan dalam persen
ini :
Faktor muat yang ada tergantung dari kapasitas kendaraan yang digunakan.
Kapasitas kendaraan adalah daya tampung penumpang baik yang duduk maupun
yang berdiri pada setiap kendaraan angkutan umum. Daya muat penumpang
tergantung dari susunan tempat duduk dalam kendaraan. Untuk setiap kapasitas
dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1993, untuk nilai load factor
antara 70% - 110%. Jika nilai load factor lebih dari 110% maka penumpang akan
merasakan kurang nyaman dalam menggunakan angkutan umum tersebut, jika nilai
load factor kurang dari 70% menggambarkan bahwa angkutan umum tersebut
load factor yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan
perhitungan faktor muat yaitu faktor muat statis dan faktor muat dinamis :
penumpang di atas kendaraan tersebut pada saat melewati titik survei dan kapasitas
kendaraan. Hasil yang didapat dipastikan angka load factor di bawah 100%. Faktor
kendaraan pada saat melewati titik tertentu. Faktor muat statis dapat dihitung
dengan rumus :
𝛴 𝑃𝑛𝑝 𝑥 𝐾𝑚
LF = x 100 %
(𝛴 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑡 𝑥 𝐾𝑚 𝑥 𝐾)
Keterangan :
Km = Jarak (Km)
diangkut dengan kapasitas tempat duduk tersedia yang dihitung secara terus
menerus dari awal perjalanan hingga akhir perjalanan. Pencatatan faktor muat
dinamis dilakukan di dalam kendaraan. Faktor muat dinamis dapat dihitung dengan
rumus :
𝛴 𝑃𝑛𝑝 𝑥 𝐾𝑚
LF = x 100 %
(𝛴 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑡 𝑥 𝐾𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 𝐾)
Keterangan :
kota, perlu diuraikan istilah-istilah yang digunakan terkait angkutan kota dalam
kendaraan yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
yang terletak dalam 2 (dua) atau lebih wilayah kota dan kabupaten yang berdekatan
dan merupakan satu kesatuan ekonomi dan sosial dengan menggunakan mobil bus
umum dan/atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur
dan/atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur
2.1.12.5 Trayek
orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan
tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal (Keputusan Menteri Perhubungan
ketersediaan data seringkali lemah atau tidak ada. Teknologi Global Positioning
System (GPS) menawarkan alternatif harga murah untuk pengumpulan data selain
metode kartu pos atau survei tradisional (Jakob Baum dan Enrico How, 2016).
Untuk pertama kalinya, teknologi GPS digunakan pada tahun 1997, dalam
sebagaimana dikutip oleh Schönau 2016, 34 dalam Jakob Baum dan Enrico How,
2016). Studi pertama ini sudah menunjukkan keunggulan utama GPS dalam
alat pelacak pergerakan individu telah menjadi sangat bagus. Tanpa perlu
pemanfaatan teknologi GPS dalam smartphone ini menjadi pilihan yang baik.
Namun pelacakan posisi bawah tanah atau di lingkungan perkotaan dengan banyak
gedung pencakar langit menjadi sulit dilakukan karena tidak akuratnya data. Selain
itu juga masyarakat yang berpartisipasi dalam penelitian ini harus bisa
2016).
21
Oleh karena itu pengumpulan data berbasis perangkat khusus GPS (GPS
handled) dari dalam kendaraan yang bergerak lebih menjamin akurasi data yang
tinggi. Pengambilan data lebih mudah dibandingkan survei tradisional karena hanya
dibawa oleh pelaku pergerakan tanpa perlu interaksi lebih lanjut. Gambaran jalur
yang dihasilkan biasanya sangat akurat (Jakob Baum dan Enrico How, 2016).
dari sejumlah titik. Gong et al. (2014) dalam literaturnya menjelaskan bahwa ada
perjalanan berakhir dan berhenti ketika telah tercapai "diam" dalam ambang
Batasan waktu tertentu antara 120 dan 300 detik. Selanjutnya, perubahan lokasi,
titik dan kepadatan jalur jejak titik koordinat adalah kriteria umum (Shen dan
Stopher 2014, 324 dalam Jacob, 2016). Tantangan utama muncul dari kehilangan
sinyal dan ketidakakuratan data. Namun, perhitungan dengan prosedur khusus yang
ada dapat memisahkan hingga 98% data bergerak dan berhenti dengan benar (H.
bahwa itu adalah perjalanan pulang - pergi sekolah atau rumah. Namun, keakuratan
mode transportasi oleh karena itu kurang diterapkan (Schönau 2016, 48 dalam
Jacob et al., 2016). Oleh karena itu perencana bisa mengedit Open Street Map basis
data dengan algoritma yang lebih canggih untuk dapat mendeteksi pergerakan lebih
dari 90% perjalanan dengan benar (Shen dan Stopher 2014, 325 dalam Jacob et al.,
2016).
23
1. Analisis Model 2017 Untuk membuat suatu model yang 1. Beberapa faktor yang 1. Penelitian yang sama dapat
Tarikan digunakan untuk menghitung besar mempengaruhi tarikan pergerakan
dilakukan pada jenis tata guna
Pergerakan tarikan pergerakan kendaraan pada kendaraan di tempat wisata wilayah
lahan yang berada pada kawasan
Kabupaten Kubu Raya dan
Kendaraan tempat wisata yang berada di jalan
merupakan variabel bebas yaitu luas seperti perkantoran, pendidikan,
Pada Tempat arteri Supadio Kabupaten Kubu Raya
lahan, luas bangunan, luas area
Wisata dan untuk mengidentifikasi dan bandara, hotel, departemen store
parkir, jumlah karyawan, luas
(Studi Kasus menganalisis faktor-faktor yang dan sebagainya.
kolam renang, jumlah fasilitas dan
Di Kabupaten mempengaruhi untuk mendapatkan jumlah wahana bermain. Semua 2. Penelitian sebaiknya
Kubu Raya) model tarikan pergerakan kendaraan variabel bebas mempunyai
menggunakan profil yang
dan pengunjung di zona tempat pengaruh baik terhadap tarikan
homogen antar daerah studi dan
wisata. kendaraan maupun antara variabel
bebas. sebaiknya menggunakan variabel
2. Model terbaik setelah dilakukan
bebas yang mempunyai pengaruh
analisis persamaan regresi dan
24
2. Kajian 2014 Untuk menganalisis karakteristik Dari hasil analisis demand angkutan
Karakteristik pelayanan angkutan umum perkotaan, umum perkotaan didapatkan:
Dan Pola menghitung load factor sebagai dasar Produksi bangkitan dan tarikan
Perjalanan pengukuran kinerja utama angkutan perjalanan terutama berada di daerah
Penumpang umum perkotaan, menganalisis
25
Angkutan demand dan asal tujuan penumpang Catur Tunggal, Ngupasan, Condong
Umum angkutan umum perkotaan, dan Catur, Giwangan, dan Siduadi.
Perkotaan mengkaji karakteristik pengguna
angkutan umum perkotaan.
3. Evaluasi 2013 1. Mengtehaui pola pergerakan 1. Pola pergerakan tidak merata 1. Meningkatkan kedisiplinan
Efektivitas pengguna angkutan umum di akibat penyebaran pemukiman pengemudi
Dan Efisiensi Kawasan Tembalang. mahasiswa di Kawasan 2. Meremajakan armada angkutan
Angkutan 2. Mengevaluasi tingkat efektivitas Tembalang tersebar dibeberapa umum agar pengguna lebih
Umum Di dan efisiensi angkutan umum. tempat, sehingga ada beberapa nyaman
Kawasan 3. Memberikan suatu rekomendasi daerah yang belum 3. Mengkordinasikan pihak
Tembalang peningkatan kinerja nagkutan terlayanai oleh angkutan umum. paguyuban dengan pihak-pihak
umum bila diperlukan. 2. Hasil analisis angkutan umum terkait mengenai permasalahan
baik segi efektivitas dan efisiensi yang ada agar tercapai
cukup baik, namun ada kesepakatan yang baik antara
beberapa indikator yang masih kedua belah pihak.
menjadi pusat perhatian
pengguna angkutan umum yaitu
tingkat kenyaman dalam
26
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Nilai load factor jasa angkutan kota Trayek C.10 Kota Semarang sebesar 52%,
nilai tersebut lebih kecil dari standar dalam SK. Dirjend. Perhubungan Darat
Kemudian pada Kelurahan Srondol Wetan dengan tata guna lahan Perdagangan
dan Jasa.
4. Dari analisis waktu naik turun penumpang didapatkan jam puncak trayek
a. Hari kerja jam puncak terjadi pada pukul 09.00-10.00 WIB pada pagi hari,
b. Hari libur jam puncak terjadi pukul 06.00-07.00 WIB pada pagi hari, pukul
5.2 Saran
karena lebih rendah dari standar yang ditetapkan, maka dari itu perlunya
2. Hasil dari penelitian berupa lokasi-lokasi yang berpotensi terjadinya naik turun
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang sejenis untuk trayek lain yang ada di
Kota Semarang.
4. Kepada peneliti lain agar melakukan simulasi penggunaan alat secara matang
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suryanto. 2012. Aplikasi Teknologi Global Positioning System (GPS) Dan
Telepon Selular (GSM) Untuk Monitoring Titik Akseskendaraan Dinas
Unnes. Jurnal. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Vol. 10 (1)
Juli 2012.
Black, J.A. 1981. Urban Transport Planning; Theory and Practice, London,
cromm Helm.
Blunden, W., & Black, J. (1984). The Land Use /Transport System 2nd Edition.
Australia: Pegamon Press.
Gong, Lei, Takayuki Morikawa, Toshiyuki Yamamoto, dan Hitomi Sato. 2014.
Deriving Personal Trip Data from GPS Data: A Literature Review on the
Existing Methodologies. Dalam Procedia - Social and Behavioral Sciences,
The 9th International Conference on Traffic and Transportation Studies
(ICTTS 2014), 557–565.
Hobbs, F.D .1995.Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Gajah Mada University,
Yogyakarta.
Imam Setiyohadi. 2008. Karakteristik Dan Pola Pergerakan Penduduk Kota Batam
Dan Hubungannya Dengan Perkembangan Wilayah Hinterland. Tesis
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Jakob Baum dan Enrico How. 2016. Using GPS Technology for Demand Data
Collection. Federal Ministry for Economic Cooperation and Development.
Khisty, C. Jotin dan B. Kent Lall. 2005. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi. Edisi
Ketiga Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Merdeka. 2017. Kerap Ambil Penumpang Di Undip, Ojek Online Diprotes Sopir
Angkot. https://www.merdeka.com/peristiwa/kerap-ambil-penumpang-di-
undip-ojek-online-diprotes-sopir-angkot.html. 24 Agustus. Diakses pada
20 Maret 2018 (20:01)
75
Moreno, E.G., Romana, M.G., Martínez, Ó., 2016. A First Step to Diagnostic of
Urban Transport Operations by Means of GPS Receiver. Procedia Comput.
Sci. 83, 305–312. doi:10.1016/j.procs.2016.04.130.
Narendra A., Shopa B.M., dan Malkhamah S. 2016. Pengukuran Karakteristik Bis
Trans Jogja Dengan Perangkat GPS. Simposium XIX FSTPT Universitas
Islam Indonesia. Jogjakarta.
Oglesby, C.H. dan Hick, R.g, 1993. Teknik Jalan Raya, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Peraturan Daerah Kota Semarang No. 14. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Semarang Tahun 2011 – 2031.
Pignataro, L.J. 1973. Traffic Engineering Theory and Practice, Prentice Hall, New
York.
Qiu, F., Li, W., An, C., 2014. A Google Maps-Based Flex-Route Transit Scheduling
System, dalam: CICTP 2014: Safe, Smart, and Sustainable Multimodal 248
Transportation Systems © ASCE. 247–257.
Shen, Li, dan Peter R. Stopher. 2014. Review of GPS Travel Survey and GPS Data-
Processing Methods. Transport Reviews 34 (3): 316–34.