Anda di halaman 1dari 50

STUDI KASUS SISTEM JARINGAN DRAINASE

KELURAHAN PATEMON KECAMATAN


GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

Skripsi
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik Program Studi Teknik Sipil

Oleh
Bagas Ari Kuncara Brata
NIM. 5113414044

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO:
“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu
jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”
(An Hajj : 63)
“Dengan hanya melihat air, seseorang bisa belajar banyak hal tentang ketenangan
yang sewaktu-waktu menenggelamkan” (Reana Methan)
“Bersabarlah seperti air, ketika orang-orang tidak tahu betapa besar dan
menakjubkannya rasa sabar tersebut” (Tere Liye)
“In life you don’t always get what you want” (Chef Juna)
“Winner Winner Chicken Dinner” (PlayerUnknown’s Battleground)

PERSEMBAHAN:
Dengan rasa syukur dan bahagia saya ucapkan terimakasih kepada:
1. Untuk Ibu saya dan Bapak saya yang telah memberikan segala dukungan
baik moril maupun materi dan doa tiada henti demi kesuksesan saya.
Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Bapak saya
bahagia;
2. Untuk adik saya Dinda Ari Margahayuning Tyas, terimakasih atas doa dan
semangatnya selama ini;
3. Rafi, Gandi, Fangku, Reza, Ukhson, Wahyu, Bayu, Gandi, Putra dan Aldi,
Sahabat seperjuangan mahasiswa S1 Teknik Sipil UNNES angkatan 2014
yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam penyusunan laporan
Skripsi;
4. Semua Dosen dan karyawan di Jurusan Teknik Sipil;
5. Untuk Almamaterku Universitas Negeri Semarang.

v
ABSTRAK
STUDI KASUS SISTEM JARINGAN DRAINASE DI
KELURAHAN PATEMON KECAMATAN GUNUNGPATI
KOTA SEMARANG
Bagas Ari Kuncara Brata
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES),
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
E-mail: baarraa48@gmail.com

Karuniadi Satrijo Utomo, S.T., M.T.


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES),
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229

Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan


air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air
yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase
juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan salinitas. Studi kasus ini dilakukan di Kelurahan Patemon Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang. Luas wilayah Kelurahan Patemon mencapai 3,478
km². Berdasarkan metode penelitian, Peneliti membutuhkan alat dan bahan yang
diperlukan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan adalah Seperti roll meter dan
software Arcmap sebagai media untuk mengolah data. dan bahan yang dibutuhkan
adalah data-data yang mengenai informasi seputar kondisi Kelurahan Patemon
berupa peta topografi, data curah hujan. Metode perhitungan data menggunakan
perhitungan secara manual sesuai dengan metode rasional untuk menghitung debit
hujan, dan rumus manning untuk debit saluran. Besarnya curah hujan rancangan
untuk 5 tahun dan 10 tahun sebesar 159,7 mm dan 161,5 mm; sedangkan debit
rancangan kala ulang 5 dan 10 tahun sebagai contoh dalam saluran 5 yaitu yaitu
cabang 4a sebesar 0,6470 m³/s dan utama 4 sebesar 3,0731 m³/s Dimensi saluran
ekonomis untuk saluran utama 4 adalah dengan Lebar dasar B = 1,596 m ≈ 1,6 m
dan tinggi air h = 0,796 m ≈ 0,8 m, Penampang melintang berbentuk Persegi.
Kata kunci: Studi kasus drainase, debit hujan, debit saluran.

vi
PRAKATA

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
Berkat dan Rahmat-Nya sehingga Tugas Akhir ini dapat Penulis selesaikan
dengan baik.
Skripsi ini diberikan kepada Mahasiswa Teknik Sipil UNNES dengan maksud agar
mahasiswa lebih memahami dan mendalami teori-teori mata kuliah yang diberikan
oleh dosen. Adapun Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi jenjang Strata satu (S1) di program studi Teknik Sipil, Universitas Negeri
Semarang.
Tidak semua teori yang diterima di bangku kuliah dapat diterapkan di lapangan.
Diharapkan dengan Skripsi ini, mahasiswa mendapatkan wawasan tentang dunia
Teknik Sipil yang aplikatif di lapangan. Demikian pentingnya suatu pengalaman
lapangan tersebut, sehingga Skripsi menjadi wahana bagi mahasiswa untuk
memperoleh bekal sebelum terjun di dunia kerja. Adapun judul laporan yang
Penulis susun adalah Studi Kasus Sistem Jaringan Drainase Kelurahan
Patemon Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
Dalam penyusunan laporan Skripsi ini Penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang;
2. Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang;
3. Ketua Jurusan Program Studi Teknik Sipil S1;
4. Bapak Karuniadi Satrijo Utomo, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan Skripsi;
5. Bapak Hanggoro Tri Cahyo Andiyarto, S.T, M.T. dan Dr. Yeri Sutopo,
M.Pd., M.T., M.Eng. selaku dosen penguji Skripsi yang sudah memberikan
masukan atas presentasi pendadaran;
6. Semua Dosen dan karyawan di Jurusan Teknik Sipil;
7. Bapak dan Ibu selaku Orang tua saya yang sudah memberikan segalanya
untuk saya;
8. Dinda Ari Margahayuning Tyas selaku adik saya yang sudah memberikan
dukungan material maupun non material;
9. Rafi, Gandi, Fangku, Reza, Ukhson, Wahyu, Bayu, Gandi, Putra dan Aldi,
Sahabat seperjuangan mahasiswa S1 Teknik Sipil UNNES angkatan 2014
yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam penyusunan laporan
Skripsi;

vii
Di dalam penyusunan Skripsi ini, Penulis telah berusaha semaksimal mungkin,
walaupun demikian, Penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari sempurna.
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis
harapkan. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan Penulis pada khususnya.

Semarang, Februari 2020

Bagas Ari Kuncara Brata


NIM. 5113414044

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..........i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........ Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAHError! Bookmark
not defined.
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR NOTASI ............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
1 BAB I .............................................................................................................. 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Identifikasi Masalah ................................................................................. 3
Batasan Masalah ....................................................................................... 4
Rumusan Masalah .................................................................................... 4
Tujuan ....................................................................................................... 4
Manfaat ..................................................................................................... 5
Manfaat teoritis ................................................................................. 5
Manfaat praktik ................................................................................. 5
Sistematika Penulisan ............................................................................... 5
2 BAB II ............................................................................................................. 8
Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 8
Landasan Teori ....................................................................................... 11
Sistem Drainase............................................................................... 11
Sistem Drainase yang Berkelanjutan .............................................. 12
Perencanaan Saluran Drainase ........................................................ 14
Debit Hujan ..................................................................................... 14

ix
Penampang Melintang Saluran ....................................................... 27
Bentuk Saluran Yang Paling Ekonomis .......................................... 29
Bangunan terjun .............................................................................. 30
3 BAB III ......................................................................................................... 31
Lokasi Penelitian .................................................................................... 31
Tahapan penelitian ................................................................................. 31
Tahap Persiapan .............................................................................. 31
Pengumpulan Data .......................................................................... 32
Analisa Data .................................................................................... 32
Penyusunan laporan ........................................................................ 33
Bagan alir ........................................................................................ 34
4 BAB IV ......................................................................................................... 35
Gambaran umum lokasi studi ................................................................. 35
Kondisi Eksisting Saluran Drainase ....................................................... 36
Analisis Hidrologi .................................................................................. 37
Data Curah Hujan ............................................................................ 39
Menghitung hujan wilayah .............................................................. 39
Penentuan Distribusi Frekuensi....................................................... 41
Penetuan Pola Distribusi ................................................................. 43
Uji sebaran Smirnov-Kolmogorov .................................................. 45
Hujan Rencana ................................................................................ 45
Perhitungan Waktu Konsentrasi ...................................................... 47
Intensitas Hujan ...................................................................................... 50
Debit Rencana dengan Metode Rasional ................................................ 54
Analisis Hidrolika................................................................................... 61
Analisis Kapasitas Eksisting saluran ............................................... 61
Penampang Berbentuk Persegi yang Ekonomis ..................................... 63
Bangunan terjun ..................................................................................... 70
Perhitungan Jumlah terjunan yang diperlukan: ............................... 71
Perhitungan panjang kolam olak ..................................................... 72
5 BAB V........................................................................................................... 75
Simpulan ................................................................................................. 75

x
Saran ....................................................................................................... 76
Daftar pustaka ....................................................................................................... 77
Daftar Lampiran .................................................................................................... 78

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Desain Hidrologi Sistem Drainase Perkotaan ........................ 14


Tabel 2.2 Nilai Variabel Reduksi Gauss .............................................................. 17
Tabel 2.3 Nilai K untuk distribusi Log-Person III ............................................... 19
Tabel 2.4 Reduced mean (Yn) ............................................................................. 20
Tabel 2.5 Reduced standart deviation (Sn) .......................................................... 20
Tabel 2.6 Reduced variate (Ytr) ........................................................................... 21
Tabel 2.7 Karakteristik distribusi frekuensi ......................................................... 21
Tabel 2.8 nilai kritis (Smirnov-Kolmogorov test) tentukan harga Do .............. 23
Tabel 2.9 Koefisien Aliran Untuk Metode Rasional............................................ 25
Tabel 2.10 Nilai koefisien Manning .................................................................... 28
Tabel 4.1 Data curah hujan harian maksimum..................................................... 39
Tabel 4.2 Luasan Daerah Poligon ........................................................................ 40
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hujan Harian Maksimum Wilayah ................................. 41
Tabel 4.4 Perhitungan Analisis Statistik .............................................................. 42
Tabel 4.5 Parameter Statistik untuk menentukan Jenis Distribusi ....................... 44
Tabel 4.9 Perhitungan Uji Smirnov Kolmogorov ................................................ 45
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Metoda Log Pearson III ...................................... 46
Tabel 4.8 Distribusi Sebaran Metode Log Pearson III ......................................... 47
Tabel 4.9 Waktu Konsentrasi Saluran 1 ............................................................... 48
Tabel 4.10 Waktu Konsentrasi Saluran 2 ............................................................. 48
Tabel 4.11 Waktu Konsentrasi Saluran 3 ............................................................. 49
Tabel 4.12 Waktu Konsentrasi Saluran 4 ............................................................. 49
Tabel 4.13 Waktu Konsentrasi Saluran 5 ............................................................. 50
Tabel 4.14 Waktu Konsentrasi Saluran 6 ............................................................. 50
Tabel 4.15 Waktu Konsentrasi Saluran 7 ............................................................. 50
Tabel 4.16 Intensitas hujan saluran 1 ................................................................... 51
Tabel 4.17 Intensitas hujan saluran 2 ................................................................... 51

xii
Tabel 4.18 Intensitas hujan saluran 3 ................................................................... 52
Tabel 4.19 Intensitas hujan saluran 4 ................................................................... 52
Tabel 4.20 Intensitas hujan saluran 5 ................................................................... 53
Tabel 4.21 Intensitas hujan saluran 6 ................................................................... 53
Tabel 4.22 Intensitas hujan saluran 7 ................................................................... 53
Tabel 4.23 Koefisien Aliran ................................................................................. 54
Tabel 4.24 Nilai C gabungan Saluran 1 .............................................................. 56
Tabel 4.25 Nilai C gabungan Saluran 2 .............................................................. 56
Tabel 4.26 Nilai C gabungan Saluran 3 .............................................................. 57
Tabel 4.27 Nilai C gabungan Saluran 4 .............................................................. 57
Tabel 4.28 Nilai C gabungan Saluran 5 .............................................................. 58
Tabel 4.29 Nilai C gabungan Saluran 6 .............................................................. 58
Tabel 4.30 Nilai C gabungan Saluran 7 .............................................................. 58
Tabel 4.31 Debit Saluran 1................................................................................... 59
Tabel 4.32 Debit Saluran 2................................................................................... 59
Tabel 4.33 Debit Saluran 3................................................................................... 60
Tabel 4.34 Debit Saluran 4................................................................................... 60
Tabel 4.35 Debit Saluran 5................................................................................... 61
Tabel 4.36 Debit Saluran 6................................................................................... 61
Tabel 4.37 Debit Saluran 7................................................................................... 61
Tabel 4.38 Debit Saluran Eksisting...................................................................... 63
Tabel 4.39 Debit saluran penampang ekonomis .................................................. 70

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi Fasilitas Penahan Air Hujan (Suripin, 2004) .................. 13
Gambar 2.2 Metode Poligon Thiessen (Suripin, 2004)......................................... 15
Gambar 2.3 Penampang persegi (Suripin, 2004) .................................................. 29
Gambar 2.4 Bangunan terjun tegak (Direktorat Irigasi, 1980) ............................. 30
Gambar 4.1 Lokasi penelitian ............................................................................... 36
Gambar 4.2 Poligon Thiessen Kelurahan Patemon .............................................. 40
Gambar 4.3 Peta jaringan drainase........................................................................ 47
Gambar 4.4 Daerah Pengaliran ............................................................................. 55
Gambar 4.5 Dimensi Saluran Utama 4 ................................................................. 64
Gambar 4.6 Dimensi saluran utama 1,2,3 dan 5 ................................................... 66
Gambar 4.7 Dimensi Saluran Utama 6 dan 7 ........................................................ 68
Gambar 4.8 Dimensi saluran cabang .................................................................... 69
Gambar 4.9 Bangunan terjun saluran utama 2 ...................................................... 74

xiv
DAFTAR NOTASI

P = curah hujan daerah (mm)


n = jumlah titik–titik (pos) pengamatan
P1, P 2,..... ,Pn = curah hujan ditiap titik pengamatan (mm)
A1, A 2,..... ,An = bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan (km²)
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode
ulang T
𝑋 = nilai rata-rata hitung variat
S = deviasi standar nilai variat
KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang
YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang
T-tahunan
Yt = Log x
𝑌 = nilai rata-rata hitung variat

XT = besarnya curah hujan untuk periode tahun berulang Tr


tahun (mm)
Tr = periode tahun berulang (return period) (tahun)

𝑋 = Curah hujan maksimum rata-rata tahun pengamatan (mm)


S = standard deviasi
K = faktor frekuensi
YTr = reduced variate
Yn = reduced mean
Sn = reduced standard
Xh2 = parameter chi kuadrat hitungan

Q = jumlah sub kelompok

Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub

xv
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok k–i

I = Intensitas hujan (mm/jam)


t = Lamanya hujan (jam)
R24 = curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm)
tc = waktu konsentrasi (jam)
L = panjang saluran utama dari hulu sampai penguras (km)
So = kemiringan rata-rata saluran
Q = laju aliran permukaan (debit) puncak (m3/dt)
C = koefisien aliran permukaan (0≤ C ≤1)
I = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas DAS (ha)
R = jari-jari hidraulik (m)
S = kemiringan dasar saluran
n = koefisien Manning
V = kecepatan aliran (m/dt)
A = luas penampang basah saluran (m²)

xvi
1 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Kontur Kelurahan Patemon ....................................................... 78
Lampiran 2 Polygon Thiessen Kelurahan Patemon .............................................. 79
Lampiran 3 Potongan Drainase Saluran 1 ............................................................. 80
Lampiran 4 Potongan Drainase Saluran 2 ............................................................. 81
Lampiran 5 Potongan Drainase Saluran 3 ............................................................. 82
Lampiran 6 Potongan Drainase Saluran 4 ............................................................. 83
Lampiran 7 Potongan Drainase Saluran 5 ............................................................. 84
Lampiran 8 Potongan Drainase Saluran 6 ............................................................. 85
Lampiran 9 Potongan Drainase Saluran 7 ............................................................. 86

xvii
1 BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau

mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian

bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air

dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam

kaitannya dengan salinitas. Dalam bidang teknik sipil, drainase secara umum dapat

didefinisikan sebagai salah satu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air,

baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu

kawasan atau lahan. Jika penanganan drainase kurang baik, maka akan

mengakibatkan tergenangnya daerah sekitar saluran drainase.

Pertumbuhan kota dan perkembangan industri menimbulkan dampak yang

cukup besar pada siklus hidrologi sehigga berpengaruh besar terhadap sistem

drainase perkotaan. Sebagai contoh adalah perkembangan kawasan hunian yang

disinyalir sebagai penyebab banjir dan genangan di lingkukngan sekitarnya. Hal ini

disebabkan karena perkembangan urbanisasi yang menyebabkan perubahan tata

guna lahan. Oleh karena itu perkembangan kota harus diikuti dengan peningkatan

dan perbaikan sistem drainase.

Kondisi drainase di Kelurahan Patemon belum tersistem secara baik,

dikarenakan dimensi drainase per segmen (dalam hal ini rumah/bangunan) berbeda-

beda dan terkesan dibuat dengan sembarangan. Sehingga diperlukan studi agar

1
2

nantinya drainase di wilayah Kelurahan Patemon dapat bekerja dengan lebih baik

lagi.

Penanggulangan banjir dengan melakukan pembangunan fisik seperti

memenuhi syarat sungai yang ideal seperti adanya sudetan, pembuatan

penampungan air, kemampuan pengaliran air ke sungai lainnya dan dengan

kombinasi di antaranya. Pendekatan ini membutuhkan waktu untuk perencanaan

dan pelaksanaan serta biaya yang besar, namun dapat menghilangkan banjir atau

genangan yang terjadi pada suatu daerah.

Penanggulangan banjir dengan membuat sistem ramalan dan pemugaran secara

dini. Pengembangan ini membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak.

Perangkat keras yang diperlukan ini meliputi komputer, sensor hujan dan muka air,

telpon atau satelit, master stasiun dan lain lain. Sedangkan perangkat lunak seperti

meter hidrologi, model hidrolik dan model operasi bangunan air yang ada.

Pendekatan ini relatif murah, namun sistem penanggulangannya bukan

menghubungkan dengan banjir yang ada, namun memberikan peringatan dini

terhadap banjir sehingga dapat mengurangi kerugian yang besar. Dan juga

diperlukan partisipasi masyarakat untuk mencegah terjadinya banjir.

Drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan

masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih,

dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke

badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan

resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan
3

dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan

banjir.(Andy,2009)

Identifikasi Masalah

Permasalahan drainase perkotaan cukup banyak, hal yang dapat di

identifikasikan adalah perubahan tata guna lahan yang selalu terjadi akibat

perkembangan kota dapat mengakibatkan peningkatan aliran permukaan dan debit

banjir. Besar kecil aliran permukaan sangat ditentukan oleh pola penggunaan lahan,

yang diekspresikan dalam koefisien pengaliran yang bervariasi antara 0,10 (hutan

datar) sampai 0,95 (perkerasan jalan). Hal ini menunjukkan bahwa pengalihan

fungsi lahan dari hutan menjadi perkerasan jalan bisa meningkatkan debit puncak

banjir sampai 9,5 kali, dan hal ini mengakibatkan prasarana drainase yang ada

menjadi tidak mampu menampung debit yang meningkat tersebut.(Andy, 2009).

Kondisi drainase di Kelurahan Patemon belum tersistem secara baik,

dikarenakan dimensi drainase per segmen (dalam hal ini rumah/bangunan) berbeda-

beda dan terkesan dibuat dengan sembarangan. Sehingga diperlukan studi agar

nantinya drainase di wilayah Kelurahan Patemon dapat bekerja dengan lebih baik

lagi.
4

Batasan Masalah

1) Merencanakan saluran drainase di wilayah Kelurahan Patemon Kecamatan

Gunungpati Kota Semarang

2) Menghitung dimensi saluran

3) Air yang mengalir dalam saluran drainase berasal dari air hujan, sedangkan

air limbah dan sumber lainya tidak diperhitungkan

Rumusan Masalah

1) Bagaimana curah hujan rancangan 5 dan 10 tahunan di Kelurahan Patemon?

2) Bagaimana Debit Rancangan dengan kala ulang 5 dan 10 tahun di

Kelurahan Patemon ?

3) Bagaimana kondisi eksisting sistem drainase di Kelurahan Patemon ?

4) Bagaimana dimensi penampang saluran berbentuk persegi yang paling

ekonomis ?

Tujuan

1) Menganalisis curah hujan rancangan 5 dan 10 tahunan di Kelurahan

Patemon

2) Menganalisis debit rancangan kala ulang 5 dan 10 tahun di Kelurahan

Patemon

3) Menganalisis kondisi saluran drainase eksisting di wilayah Kelurahan

Patemon Kecamatan Gunungpati Kota Semarang

4) Menganalisis dimensi penampang saluran persegi yang paling ekonomis


5

Manfaat

Manfaat teoritis

1) Mendukung konsep perhitungan hujan rencana Log Pearson tipe III

2) Mendukung konsep perhitungan debit hidrologi metode rasional

3) Mendukung konsep perhitungan debit hidrolika dengan metode manning

Manfaat praktik

1) Didapatkan hasil dari perhitungan curah hujan rancangan 5 dan 10 tahunan

di Kelurahan Patemon

2) Didapatkan hasil dari perhitungan debit rancangan kala ulang 5 dan 10 tahun

di Kelurahan Patemon

3) Dapat menganalisis kondisi saluran eksisiting di Kelurahan Patemon

4) Didapatkan dimensi penampang saluran persegi yang paling ekonomis

Sistematika Penulisan

Laporan Skripisi ini terdiri dari tiga bagian yang berhubungan dengan

masalah kasus drainase. Secara garis besar sistematika penulisan laporan adalah

sebagai berikut :

Bagian awal

Bagian awal tugas akhir meliputi: halaman judul, abstrak, lembar pengesahan, moto

dan persembahan, kata pengantar,daftar isi, daftar tabel, daftar gambar daftar

lampiran
6

Bagian Isi

Isi skripsi disajikan dalam 5 bab, dengan beberapa sub bab pada tiap babnya.

Bab I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan


penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penyusunan
laporan.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


Berisi tentang tinjauan pustaka dan dasar teori yang memberikan uraian secara
teoritis tentang drainase perkotaan, analisis data hidrologi dan pengertian serta
tahapan perencanaan kapasitas saluran drainase

Bab III: METODE PENELITIAN


Berisi tentang sistematika penelitian dan penulisan, langkah langkah atau
prosedur pengambilan, dan metode pengolahan data dari hasil penelitian.

Bab IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Berisi tentang pengumpulan data, pengolahan data dan pembahasan.
dipaparkan hasil dari pengolahan data hidrologi berupa debit Hujan dan curah
hujan yang terjadi di Kelurahan Patemon, dan desain kapasitas saluran
drainase.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN


Berisi tentang penutup dari keseluruhan penulisan yang berisi kesimpulan yang
didapatkan dari studi yang dilakukan dan saran saran untuk bahan referensi
pelaksanaan studi selanjutnya atau yang serupa.
7

Bagian akhir

Daftar pustaka berisi sumber dan referensi yang dijadikan sebagai pendukung dalam
penulisan tugas akhir.
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka

Jurnal penelitian yang berjudul “Evaluasi Saluran Drainase di Jalan Gajayana

dan Jalan Sumbersari Kota Malang”, yang diteliti oleh Azarine Nabila Jifa, Liliya

Dewi Susanaati dan Alexander Tunggul Sutan Haji dari Universitas Brawijaya

menemukan bahwa ada tiga saluran drainase yang tidak memenuhi debit kapasitas

rancangan sehingga perlu mengganti dimensi saluran.

Penelitian yang berjudul “Studi Penerapan Ecodrain Pada Sistem Drainase

Perkotaan (Studi Kasus : Perumahan Sawojajar Kota Malang)”, yang diteliti oleh

Mita Ardiyana,Mohammad Bisri dan Sumiadi dari Universitas Brawijaya

menemukan bahwa; (1) Kapasitas saluran drainase eksisting di lokasi studi tidak

mampu menampung hujan dengan kala ulang 5 tahun, mengakibatkan genangan di

25 titik. (2) Prosentase reduksi debit banjir dengan penerapan sumur resapan,

bioretensi dan perkerasan permeabel di lokasi studi sangat bervariasi pada sub DTA

dan saluran, berkisar antara 14.49% sampai 92.26%. Sedangkan penurunan debit

banjir pada outlet akhir (saluran C108) system drainase Perumahan Sawojajar

mencapai 37.55% dari 0.94 m3/det menjadi 0.587 m3/det. Dari simulasi penerapan

masing-masing tipe diperoleh bahwa sumur resapan memiliki pengaruh yang paling

signifikan dalam mereduksi debit limpasan outlet dari 0.940 m3/det menjadi 0.720

8
9

m3/det atau sebesar 23.41%. Perkerasan permeabel berkontribusi menurunkan

limpasan sebesar 14.02% sedangkanbioretensi hanya berpengaruh sebesar 0.1%.

Penelitian yang berjudul “Evaluasi Sistem Drainase di Kelurahan Paminggar

Garut”, yang diteliti oleh Andri Setiawan dan Sulwan Permana dari Sekolah Tinggi

Teknologi Garut menemukan bahwa; (1) Dari hasil perhitungan curah hujan dengan

3 metode yaitu metode Gumbel,Log Normal,Log Pearson Type III. Maka

perhitungan yang diambil untuk mengetahui intensitas hujan yaitu Metode Log

Pearson Type III dengan periode ulang 2,5 dan10 tahun.(2) Debit Limpasan yang

diambil untuk perhitungan yaitu periode ulang 5 tahun dengan nilai Q=0,18

m3/detik.(3) Genangan yang terjadi di Kelurahan Paminggir dikarenakan saluran

drainase mengalami pendangkalan sebab banyaknya sampah dan sedimen yang

mengendap di saluran drainase tersebut.(4) Normalisasi saluran drainase dilakukan

di Kelurahan Paminggir dan rencana pengembangan saluran drinase hanya

dilakukan pada kapasitas saluran drainase.

Penelitian yang berjudul “Evaluasi Sistem Drainase Terhadap Genangan di

Kecamatan Wates Kabupaten Blitar” yang diteliti oleh Marcos Amaral De Jesus

Fatima dari Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang menemukan bahwa;(1)

Kondisi jalan eksisting 40% mengalami kerusakan sedangkan kerusakan 70% pada

salurandrainase.(2) Kala ulang tertentu yang digunakan untuk perencanaan saluran

drainase adalah kala ulang dengan 10 yaitu dengan curah hujan sebesar 107,274

mm dengan debit 0,470 m3/detik.(3) Evaluasi kapasitas saluran drainase diketahui

bahwa saluran terbesar adalah S5 sedangkan saluran terkecil S11.


10

Jurnal penelitian yang berjudul “Kajian Jaringan Drainase Kampus UNNES

Menuju Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan” yang diteliti oleh Bambang

Sugiyarto dari Universitas Negeri Semarang menemukan bahwa; (1) (1) Tata Guna

Lahan UNNES sebelum pengembangan berupa tegalan dengan demikian koefisien

limpasan diperkirakan sebesar 0,2. Setelah adanya pengembangan UNNES, Tata

Guna Lahan di UNNES berubah dan umumnya terdiri dari bangunan, embung,

jalan, lapangan, pekarangan, ruang terbuka hijau dan tutupan vegatasi koefisien

limpasan di Kawasan UNNES berubah menjadi sebesar 0,4263. (2) Dari sebanyak

28 Zona yanga ada di Kawasan UNNES, beberapa Zona memiliki debit yang cukup

besar (diatas 1 m3/dt), Zona tersebut adalah : Zona AA, Zona U, Zona Q,Zona W,

Zona D, Zona I, Zona P, Zona R,Zona F, dan Zona V. (3) Dari sebanyak 28 Zona

yanga ada di Kawasan UNNES, beberapa Zona memiliki peningkatan debit yang

cukup besar (diatas 100 persen) atau lebih 2 (dua) kali dari debit sebelum

pengembangan, zona-zona tersebut adalah: Zona N, Zona W, Zona M, Zona I, Zona

P, Zona R, Zona Q, Zona B, Zona Z, Zona AB, Zona AA, Zona D, Zona F, Zona

O, Zona J, Zona U, Zona H, Zona K, dan Zona C. (4) Dari volume hujan yang

masuk ke Embung UNNES sebesar 15.367 m3, sebesar 5.312 m3 (34,57%) mampu

ditampung embung dengan asumsi sebelum hujan, embung dalam keadaan kosong.

(5) Untuk mengatasi peningkatan Debit puncak akibat pengembangan UNNES,

maka dibangun sumur resapan dengan kedalaman 3 meter dan diameter 80 cm

sebanyak 1.388 buah.

Penelitian yang berjudul “Perencanaan Saluran Drainase (Studi Kasus Desa

Rambah)”, yang diteliti oleh Hamdani Lubis,Arifal Hidayat, M.T.,Rismalinda,S.T


11

dari Universitas Pasir Pangaraian menemukan bahwa berdasarkan hasil dari

perhitungan dan pembahasan pada perhitungan dimensi saluran drainase dengan

menggunakan metode yang sesuai dengan aturan-aturan yang dipakai dalam

merencanakan drainase (menggunakan metode Log Pearson III untuk perhitungan

frekuensi curah hujan, menggunakan metode Mononobe untuk perhitungan

intensitas curah hujan, menggunakan metode Manning untuk perhitungan

kecepatan aliran) maka besar dimensi saluran di Dusun Kumu adalah lebar atas 3,5

m, lebar bawah 1,7 meter dan tinggi saluran 1,4 meter, dengan bentuk saluran

trapesium.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode Log Pearson III untuk

perhitungan frekuensi curah hujan, menggunakan metode Mononobe untuk

perhitungan intensitas curah hujan, menggunakan metode Manning untuk

perhitungan kecepatan aliran dan merencanakan saluran drainase dengan bentuk

saluran persegi.

Landasan Teori

Sistem Drainase

Drainase yang berasal dari bahasa Inggris yaitu drainage mempunyai arti

mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase

dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air,

baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu

kawasan atau lahan, sehingga fungsi kawasan atau lahan tidak terganggu (Suripin,

2004).
12

Sistem drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai serangkaian

bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air

dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara

optimal.(Suripin, 2004).

Bangunan dari sistem drainase pada umumnya terdiri dari saluran penerima

(interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa

(conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving

waters).

Sistem Drainase yang Berkelanjutan

Pertumbuhan penduduk dan pembangunan menyebabkan perubahan tata

guna lahan, dimana yang semula lahan terbuka menjadi areal permukiman. Dampak

dari perubahan tata guna lahan tersebut adalah meningkatnya aliran permukaan

langsung sekaligus menurunnya air yang meresap ke dalam tanah. Air sebagai

sumber kehidupan, juga berpotensi besar terhadap timbulnya bencana yang sangat

merugikan. Konsep dasar dari pengembangan drainase berkelanjutan adalah

meningkatkan daya guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan

konservasi lingkungan. Prioritas utama dalam mewujudkan konsep tersebut harus

ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan

fasilitaas untuk menahan air hujan (rainfall retention fascilities). Berdasarkan

fungsinya, fasilitas penahan air hujan dapat berupa yaitu: tipe penyimpanan

(storage types) dan tipe peresapan (infiltration types).


13

Fasilitas penyimpan air hujan di luar lokasi berfungsi mengumpulkan dan

menyimpan limpasan air hujan di ujung hulu saluran atau tempat lain dengan

membangun retarding basin atau kolam pengatur banjir. Penyimpanan di tempat

dikembangkan untuk menyimpan air hujan yang jatuh di kawasan itu sendiri yang

tidak dapat dibuang langsung ke saluran. Fasilitas penyimpanan tidak harus berupa

bangunan, tetapi juga dapat memanfaatkan lahan terbuka.

Fasilitas resapan dikembangkan di daerah-daerah yang mempunyai tingkat

permeabilitas tinggi dan secara teknis pengisian air tanah tidak mengganggu

stabilitas geologi. Fasilitas resapan dapat berupa parit, sumur, kolam maupun

perkerasan yang porus.

Gambar 2.1 Klasifikasi Fasilitas Penahan Air Hujan (Suripin, 2004)


14

Sistem drainase konvensional adalah sistem drainase dimana air hujan

dibuang atau dialirkan ke sungai dan diteruskan sampai ke laut. Berbeda dengan

sistem drainase berkelanjutan, sistem ini bertujuan hanya membuang atau

mengalirkan air hujan agar tidak menggenang, sehingga tidak diperlukan fasilitas

resapan air hujan seperti sumur resapan, kolam, dan fasilitas lainnya.

Perencanaan Saluran Drainase

Saluran drainase harus direncanakan untuk dapat melewatkan debit rencana

dengan aman. Perencanaan teknis saluran drainase menurut Suripin mengikuti

tahapan-tahapan meliputi: menentukan debit rencana, menentukan jalur saluran,

merencanakan profil memanjang saluran, merencanakan penampang melintang

saluran, mengatur dan merencanakan bangunan-bangunan serta fasilitas sistem

drainase.

Debit Hujan

Perhitungan debit hujan untuk saluran drainase di daerah perkotaan dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus rasional atau hidrograf satuan. Dalam

perencanaan saluran drainase dapat dipakai standar yang telah ditetapkan, baik

periode ulang dan cara analisis yang dipakai, tinggi jagaan, struktur saluran, dan

lain-lain.

Tabel 2.1 Kriteria Desain Hidrologi Sistem Drainase Perkotaan


Periode ulang
Luas DAS (ha) (tahun) Metode perhitungan debit hujan
< 10 2 Rasional
10 – 100 2– 5 Rasional
101 – 500 5 – 20 Rasional
> 500 10– 25 Hidrograf satuan
(Sumber: Suripin, 2004)
15

2.2.4.1 Metode Poligon Thiessen

Metode ini dikenal juga sebagaimetode rata-rata timbang (weighted mean).

Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk

mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibuat dengan

menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antar

dua pos terdekat. (gambar.2.2 ). Diasumsikan bahwa variasi hujan antara pos satu

dengan yang lainya adalah linier dan bahwa sembarang pos dapat mewakili

kawasan terdekat. (Suripin, 2004)

Gambar 2.2 Metode Poligon Thiessen (Suripin, 2004)

Prosedur penerapan metode ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1) Plot lokasi setiap stasiun pengukuran hujan pada peta,

2) Tarik garis terpendek (straight line) antar stasiun terdekat,

3) Bagi setiap garis antar stasiun pengukur yang terbentuk menjadi dua,

4) Tarik garis tegak lurus melalui titik bagi yang dihasilkan dari langkah 3

seperti tampak pada garis lurus penuh,


16

5) Hubungkan garis-garis yang dibentuk melalui langkah 4 sehingga terbentuk

polygon, dan

6) Ukur luasan setiap poligon yang dibentuk melalui langkah 5 dengan batas-

batas luasan adalah garis-garis pada polygon bersangkutan dengan garis-

garis batas DAS bersangkutan

Rumus umum :
𝑃₁𝐴₁+𝑃₂𝐴₂+𝑃₃𝐴₃+⋯+𝑃𝑛𝐴𝑛
P= 𝑛
= ∑𝑖=𝑛
𝑖=1 𝑃𝑖𝐴𝑖 ………………(2.1)

Dengan :

P : curah hujan daerah (mm)

n : jumlah titik–titik (pos) pengamatan

P1, P 2,..... ,Pn : curah hujan ditiap titik pengamatan (mm)

A1, A 2,..... ,An : bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan (km2)

2.2.4.2 Periode Ulang dan Analisis Frekuensi

Periode ulang adalah waktu perkiraan dimana hujan dengan suatu besaran

tertentu akan disamai atau dilampaui. Besarnya debit hujan untuk fasilitas drainase

tergantung pada interval kejadian atau periode ulang yang dipakai. Dengan memilih

debit dengan periode ulang yang panjang dan berarti debit hujan besar,

kemungkinan terjadinya resiko kerusakan menjadi menurun, namun biaya

konstruksi untuk menampung debit yang besar meningkat. Sebaliknya debit dengan

periode ulang yang terlalu kecil dapat menurunkan biaya konstruksi, tetapi

meningkatkan resiko kerusakan akibat banjir.

Sedangkan frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan

disamai atau dilampaui. Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi
17

frekuensi dan empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang

hidrologi, antara lain :

a. Distribusi Normal
Distribusi normal disebut pula distribusi Gauss. Secara sederhana,
persamaan distribusi normal dapat ditulis sebagai berikut:
𝑋𝑡 = 𝑋 + 𝐾𝑡 𝑥 𝑆 …………………………………….(2.2)
dengan:

XT : perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan

𝑋 : nilai rata-rata hitung variat

S : deviasi standar nilai variat

KT : faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode


ulang.

Tabel 2.2 Nilai Variabel Reduksi Gauss

Periode Periode
No Peluang KT No Peluang KT
Ulang Ulang
1 1,001 0,999 -3,05 12 3,330 0,300 0,52
2 1,005 0,995 -2,58 13 4,000 0,250 0,67
3 1,010 0,990 -2,33 14 5,000 2,00 0,84
4 1,050 0,950 -1,64 15 10,000 0,100 1,28
5 1,110 0,900 -1,28 16 20,000 0,050 1,64
6 1,250 0,800 -0,84 17 50,000 0,020 2,05
7 1,330 0,750 -0,67 18 100,000 0,010 2,33
8 1,430 0,700 -0,52 19 200,000 0,005 2,58
9 1,670 0,600 -0,25 20 500,000 0,002 2,88
10 2,000 0,500 0 21 1,000,000 0,001 3,09
11 2,500 0,400 0,25
(Sumber: Bonnier, 1980 dalam Suripin, 2004)
b. Distribusi Log Normal
Jika variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan
mengikuti distribusi Log Normal. Persamaan distribusi log normal dapat
ditulis dengan:
18

𝑌𝑡 = 𝑌 + 𝐾𝑡 𝑥 𝑆 …………………………………….(2.3)
dengan:

YT : perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan

Yt = Log x

𝑌 : nilai rata-rata hitung variat

S : deviasi standar nilai variat

KT : faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang.

Nilai KT dapat dilihat pada Tabel 2.2 nilai variabel reduksi Gauss

c. Distribusi Log-Person III


Persamaan distribusi Log-Person III hampir sama dengan persamaan distribusi
Log Normal, yaitu sama-sama mengkonversi ke dalam bentuk logaritma.

𝑌𝑡 = 𝑌 + 𝐾𝑡 𝑥 𝑆 …………………………………….(2.4)
Dimana besarnya nilai KT tergantung dari koefisien kemencengan G. Tabel 2.3
memperlihatkan harga KT untuk berbagai nilai kemencengan G. Jika nilai G
sama dengan nol, distribusi kembali ke distribusi Log Normal.
19

Tabel 2.3 Nilai K untuk distribusi Log-Person III

Interval kejadian (periode ulang)


10,101 12,500 2 5 10 25 50 100
Koef. G
Persentase perluang terlampaui
99 80 50 20 10 4 2 1
3,0 -0,667 -0,636 -0,396 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051
2,8 -0,714 -0,666 -0,384 0,460 1,210 2,275 3,114 3,973
2,6 -0,769 -0,696 -0,368 0,499 1,238 2,267 3,071 2,889
2,4 -0,832 -0,725 -0,351 0,537 1,262 2,256 3,023 3,800
2,2 -0,905 -0,752 -0,330 0,574 1,284 2,240 2,970 3,705
2,0 -0,990 -0,777 -0,307 0,609 1,302 2,219 2,892 3,605
1,8 -1,087 -0,799 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499
1,6 -1,197 -0,817 -0,254 0,675 1,329 2,163 2,780 3,388
1,4 -1,318 -0,832 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271
1,2 -1,449 -0,844 -0,195 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149
1,0 -1,588 -0,852 -0,164 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022
0,8 -1,733 -0,856 -0,132 0,780 1,336 1,993 2,453 2,891
0,6 -1,880 -0,857 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755
0,4 -2,029 -0,855 -0,066 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615
0,2 -2,178 -0,850 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472
0,0 -2,326 -0,842 0,000 0,842 1,282 1,751 2,051 2,326
-0,2 -2,472 -0,830 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178
-0,4 -2,615 -0,816 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029
-0,6 -2,755 -0,800 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880
-0,8 -2,891 -0,780 0,132 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733
-1,0 -3,022 -0,758 0,164 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588
-1,2 -2,149 -0,732 0,195 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449
-1,4 -2,271 -0,705 0,225 0,832 1,041 1,198 1,270 1,318
-1,6 -2,388 -0,675 0,254 0,817 0,994 1,116 1,166 1,197
-1,8 -3,499 -0,643 0,282 0,799 0,945 1,035 1,069 1,087
-2,0 -3,605 -0,609 0,307 0,777 0,895 0,959 0,980 0,990
-2,2 -3,705 -0,574 0,330 0,752 0,844 0,888 0,900 0,905
-2,4 -3,800 -0,537 0,351 0,725 0,795 0,823 0,830 0,832
-2,6 -3,889 -0,490 0,368 0,696 0,747 0,764 0,768 0,769
-2,8 -3,973 -0,469 0,384 0,666 0,702 0,712 0,714 0,714
-3,0 -7,051 -0,420 0,396 0,636 0,660 0,666 0,666 0,667

(Sumber: Suripin, 2004)

d. Distribusi Gumbel
Bentuk dari persamaan distribusi Gumbel dapat ditulis sebagai berikut:

𝑋𝑡 = 𝑋 + 𝐾 𝑥 𝑆 …………………………………….(2.5)
Besarnya faktor frekuensi dapat ditentukan dengan rumus berikut:
𝑌𝑡𝑟−𝑌𝑛
𝐾= ……………………………………….….(2.6)
𝑆𝑛
20

dengan:

XT : besarnya curah hujan untuk periode tahun berulang Tr


tahun (mm)

Tr : periode tahun berulang (return period) (tahun)

𝑋 : Curah hujan maksimum rata-rata tahun pengamatan (mm)

S : standard deviasi

K : faktor frekuensi

YTr : reduced variate

Yn : reduced mean

Sn : reduced standard

Besarnya nilai Sn, Yn, dan YTr dapat dilihat dalam Tabel 2.4; 2.5; 2.6 sebagai
berikut:
Tabel 2.4 Reduced mean (Yn)
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611
(sumber: suripin, 2004)
Tabel 2.5 Reduced standart deviation (Sn)
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1080
30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096
(sumber: Suripin, 2004)
21

Tabel 2.6 Reduced variate (Ytr)


Periode Ulang Reduced Variate Periode Ulang Reduced Variate

Tr (tahun)
2 YTr
0,3668 Tr (tahun)
100 YTr
4,6012
5 1,5004 200 5,2969
10 2,2510 250 5,5206
20 2,9709 500 6,2149
25 3,1993 1000 6,9087
50 3,9028 5000 8,5188
75 4,3117 10000 9,2121
(sumber: Suripin, 2004)

Sebelum menganalisis data hujan dengan salah satu distribusi di atas,


perlu pendekatan dengan parameter-parameter statistik untuk menentukan
distribusi yang tepat digunakan. Parameter-parameter tersebut meliputi:

1
a. Rata-rata (𝑋) = ∑𝑛𝑖−1 𝑥𝑖 …………………………………….(2.7)
𝑛

∑𝑛 2
𝑖=1(𝑥𝑖−𝑥) …………………........(2.8)
b. Simpangan baku (S) = √
𝑛−1
𝑆
c. Koefisien Variasi (Cv) = …………………………………….(2.9)
𝑋

𝑛 ∑𝑛
𝑖=1(𝑥𝑖−𝑥)
3
d. Koefisien Skewness (Cs) = …………………....(2.10)
(𝑛−1)(𝑛−2).𝑠 3

𝑛 2 ∑𝑛
𝑖=1(𝑥𝑖−𝑥)
4
e. Koefisien Keruncingan (Ck) = ………..….(2.11)
(𝑛−1)(𝑛−2)(𝑛−3).4

Tabel 2.7 Karakteristik distribusi frekuensi

Jenis distribusi frekuensi Syarat distribusi


Distribusi Normal Cs = 0 dan Ck = 3
Distribusi Log Normal Cs >0 dan Ck >3
Distribusi Gumbel Cs = 1,139 dan Ck =5,402
Distribusi Log-Person III Selain dari nilai diatas
(Sumber : Suripin, 2004)
22

e. Uji Smirnov-Kolmogorov

Untuk menilai besarnya penyimpangan maka dibuat batas kepercayaan dari

hasil perhitungan XT dengan uji Smirnov-Kolmogorov. Uji Smirnov-Kolmogorov

sering juga disebut juga uji kecocokan non parametik, karena pengujiannya tidak

menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai

berikut:

Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya

peluang dari masing-masing data tersebut.

X1 = P(X1)

X2 = P(X2)

X3 = P(X3) dan seterusnya.

Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil pengambaran data

(persamaan distribusinya).

X1 = P’(X1)

X2 = P’(X2)

X3 = P’(X3) dan seterusnya.

Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesarnya antar peluang
pengamatan dengan peluang teoritis.

Dmaksimum = P(Xn) – P’(Xn) ………………………...….. (2.13)


23

Tabel 2.8 Nilai kritis (Smirnov-Kolmogorov test) tentukan harga Do

Derajat kepercayaan (%)


N
0,20 0,10 0,05
5 0,45 0,51 0,56
10 0,32 0,37 0,41
15 0,27 0,30 0,34
20 0,23 0,26 0,29
25 0,21 0,24 0,27
30 0,19 0,22 0,24
35 0,18 0,20 0,23
40 0,17 0,19 0,21
45 0,16 0,18 0,20
50 0,15 0,17 0,19
1,07 1,22 1,36
N>50
N0,5 N0,5 N0,5

(Sumber: Bonnier, 1980 dalam Suripin, 2004)


Apabila nilai Dmaksimum lebih kecil dari Do, maka distribusi teoritis yang

digunakan untuk menentukan persamaan distribusi dapat diterima. Apabila

Dmaksimum lebih besar dari Do, maka secara teoritis pula distribusi yang

digunakan tidak dapat diterima.

2.2.4.3 Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.

Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung, intensitasnya

cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula

intensitasya. Seandainya data hujan yang diketahui hanya hujan harian, maka oleh

Mononobe

dirumuskan sebagai berikut:

2
𝑅 24 24 3
𝐼= ( ) …………………………………………..…(2.14)
24 𝑡
24

dengan:

I = Intensitas hujan (mm/jam)

t = Lamanya hujan (jam)

R24 = curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm)

Jika data yang tersedia adalah data hujan jangka pendek dapat dihitung dengan

menggunakan rumus Talbot:

𝑎
𝐼= ……………………………………………..….(2.15)
𝑡+𝑏

dengan:

I = Intensitas hujan (mm/jam)

t = Lamanya hujan (jam)

a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS

Kirpich (1940) dalam Suripin (2004) mengembangkan rumus dalam

memperkirakan waktu konsentrasi, dimana dalam hal ini durasi hujan

diasumsikan sama dengan waktu konsentrasi.

Rumus waktu konsentrasi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

0,385
0,87𝑥 𝐿2
𝑡𝑐 = ( ) ……………………………(2.16)
1000 𝑥 𝑆𝑜

dengan:

tc : waktu konsentrasi (jam)

L : panjang saluran utama dari hulu sampai penguras (km)

So : kemiringan rata-rata saluran


25

2.2.4.4 Koefisien Aliran Permukaan

Koefisien aliran permukaan didefisinikan sebagai nisbah antara puncak

aliran permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi

koefisien adalah laju infiltrasi tanah, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan

intensitas hujan. Selain itu juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah, air tanah,

derajad kepadatan tanah, porositas tanah, dan simpanan depresi. Untuk besarnya

nilai koefisien aliran permukaan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.9 Koefisien Aliran Untuk Metode Rasional

(Sumber: McGuen, 1989 dalam Suripin, 2004)


26

Dari tabel diatas menggambarkan nilai C untuk penggunaan lahan yang

seragam, dimana kondisi seperti ini jarang sekali dijumpai untuk lahan yang relative

luas. Jika DAS kawasan terdiri dari berbagai macam penggunaan lahan dengan

koefisien pengaliran yang berbeda, maka C yang dipakai adalah koefisie DAS

kawasan yang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

∑𝑛
𝑖=1 𝐶ᵢ𝐴ᵢ
𝐶𝑑𝑎𝑠 = ∑𝑛
…………………………………….….(2.17)
𝑖=1 𝐴ᵢ

2.2.4.5 Metode Rasional

Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang umum

dipakai adalah metode Rasional USSCS (1973). Model ini sangat simpel dan

mudah dalam penggunaannya, namun penggunaannya terbatas untuk DAS-DAS

dengan ukuran kecil kurang dari sama dengan 500 ha. Model ini tidak dapat

menerangkan hubungan curah hujan dan aliran permukaan dalam bentuk hidrograf.

Persamaan metode rasional dapat ditulis dalam bentuk:

𝑄 = 0,002778 𝐶 . 𝐼. 𝐴 ……………………………………(2.18)

dengan:

Q : laju aliran permukaan (debit) puncak (m3/dt)

C : koefisien aliran permukaan (0≤ C ≤1)

I : intensitas hujan (mm/jam)

A : luas DAS (ha)


27

Penampang Melintang Saluran

Pada umumnya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen, karena

kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran

terbuka akan turbulen apabila angka Reynolds Re> 2.000 dan laminer apabila Re <

500. Rumus Reynolds dapat ditulis sebagai berikut:

𝑉.𝐿
𝑅𝑒 = …………………………………………………………………………..(2.19)
𝑣

dengan:

V : kecepatan aliran (m/dt)

L : panjang karakteristik (m), pada saluran muka air bebas L=R

v : kekentalan kinematik (m²/dt)

Nilai R dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐴
𝑅= ………………………………………………(2.20)
𝑃

dengan:

R : jari-jari hidraulik (m)

A : luas penampang basah (m²)

P : keliling penampang basah (m)

Untuk mencari nilai kecepatan aliran dapat menggunakan rumus Manning yang

dapat ditulis sebagai berikut:

2 1
1
𝑉= 𝛸 𝑅 𝛸 𝑆 …………………………….…….(2.21)
3 2
𝑛
28

dengan:

R : jari-jari hidraulik (m)

S : kemiringan dasar saluran

n : koefisien Manning

Tabel 2.10 Nilai koefisien Manning

Kofisien
Tipe Saluran
Manning (n)
Baja 0,11 - 0,014
Baja permukaan
gelombang 0,021-0,030
Semen 0,010 - 0,013
Beton 0,011 - 0,015
Pasangan batu 0,017 - 0,030
Kayu 0,010 - 0,014
Bata 0,011 - 0,015
Aspal 0,013
(Sumber: Wesli, 2008)
Untuk mencari debit aliran pada saluran dapat menggunakan rumus:

𝑄 = 𝑉. 𝐴 ……………………………………..….(2.22)
dengan:

Q : debit aliran pada saluran (m3/dt)

V : kecepatan aliran (m/dt)

A : luas penampang basah saluran (m²)

Penampang melintang saluran yang paling ekonomis adalah saluran yang

dapat melewatkan debit maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran, dan

kemiringan dasar tertentu.


29

Bentuk Saluran Yang Paling Ekonomis

Potongan melintang saluran yang paling ekonomis adalah saluran yang

dapat melewati debit maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran, dan

kemiringan dasar tertentu. Salah satunya adalah saluran berbentuk Persegi.

Gambar 2.3 Penampang persegi (Suripin, 2004)

Pada penampang melintang saluran berbentuk persegi dengan lebar dasar B

dan kedalaman air h, luas penampang basah A = B x h dan keliling basah P. Maka

bentuk penampang persegi paling ekonomis adalah jika kedalaman setengah dari

lebar dasar saluran atau jari-jari hidrauliknya setengah dari kedalaman air.

Untuk bentuk penampang persegi yang ekonomis :


Luas penampang A = B x h ………………………..(2.23)

Keliling basah P = B + 2h ……………………….....(2.24)

𝐵
𝐵 = 2ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 ℎ = …………………………....(2.25)
2

Jari-jari hidraulik R
𝐴 𝐵ℎ
𝑅= = ………………………………..…..(2.26)
𝑃 𝐵+2ℎ

Bentuk penampang melintang persegi yang paling ekonomis adalah jika :


ℎ 𝐵
𝑅= 𝑎𝑡𝑎𝑢 ℎ = …………………………...(2.27)
2 2
30

Bangunan terjun

Terjunan adalah bangunan pemecah energi, diperlukan jika kemiringan

permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang

diijinkan mencegah terjadinya erosi dengan ketentuan valiran ≤ vmaks dikontrol

dengan kecepatan ijin dari setiap jenis tanah saluran. Bangunan terjunan:

1. Model terjunan Tegak


2. Model terjunan Miring

Gambar 2.4 Bangunan terjun tegak (Direktorat Irigasi, 1980)


Dengan ketentuan menurut Perencanaan Teknis Direktorat Irigasi (1980) tinggi

terjun tegak dibatasi sebagai berikut:

1. Tinggi terjun maksimal 1,50 meter untuk Q ˂ 2,50 m³/detik


2. Tinggi terjun maksimal 0,75 meter untuk Q > 2,50 m³/detik
5 BAB V
Simpulan dan Saran

Simpulan

Berdasarkan perhitugan dan analisa yang dilakukan sesuai dengan rumusan

masalah pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

Pertama, besarnya curah hujan rancangan untuk kala ulang 5 tahun dan 10 tahun

sebesar 159,739 mm dan 161,541 mm

Kedua, besarnya debit untuk saluran 1,2,3 dan 5 adalah 3,369 m3/detik

Ketiga, besarnya debit untuk saluran 4 adalah 5,8598 m3/detik

Keempat, besarnya debit untuk saluran 6 dan 7 adalah 1,9958 m3/detik

Kelima, besarnya debit untuk saluran cabang adalah 0,7770 m3/detik

Keenam, dimensi saluran untuk saluran utama 1,2,3 dan 5 adalah dengan lebar dasar

B = 1,262 m ≈ 1,3 m dan tinggi air h = 0,631 m ≈ 0,65 m.

Ketujuh, dimensi saluran untuk saluran utama 4 adalah dengan lebar dasar B =

1,596 m ≈ 1,6 m dan tinggi air h = 0,796 m ≈ 0,8m.

Kedelapan, dimensi saluran untuk saluran utama 6 dan 7 adalah dengan lebar dasar

B = 1 m ≈ 1,05 m dan tinggi air h = 0,500 m ≈ 0,525m.

Kesembilan, dimensi saluran untuk saluran cabang adalah dengan lebar dasar B =

0,729 m ≈ 0,75 m dan tinggi air h = 0,366 m ≈ 0,375 m.

75
76

Saran

Perlu dilakukan perawatan secara berkala agar kinerja saluran drainase tetap terjaga

dan berfungsi maksimal. Apabila saluran drainase sudah tidak memenuhi lagi

kapasitas penampungan maka perlu dilakukan rehabilitasi dengan cara

memperbesar dimensi saluran tersebut sehingga debit aliran dapat ditampung.


77

Daftar pustaka

Andri, S, & Sulwan, P. 2016. Evaluasi Sistem Drainase di Kelurahan Paminggar


Garut. Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut ISSN : 2302-7312
Vol. 14 No.1 2016

Andy. 2009. Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Joyosroyo. Skripsi.


Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Azarine, N.J, Liliya, D.S, & Alexander, T.S.H. 2013. Evaluasi Saluran Drainase di
Jalan Gajayana dan Jalan Sumbersari Kota Malang. Jurnal Sumberdaya Alam
dan Lingkungan

Mita, A,Mohammad, B, & Sumiadi. 2016. Studi Penerapan Ecodrain Pada Sistem
Drainase Perkotaan (Studi Kasus : Perumahan Sawojajar Kota Malang). Jurnal
Teknik Pengairan, Volume 7, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 295 - 309

Direktorat Irigasi. 1980. Pedoman dan Kriteria Perencanaan Teknik Irigasi, Volume
IV, Jakarta

Hamdani, L. 2014. Perencanaan Saluran Drainase (Studi Kasus Desa Rambah).


Skripsi. Riau: Universitas Pasir Pangaraian.

Marcos, A.M.D.J.F. 2014. Evaluasi Sistem Drainase Terhadap Genangan di


Kecamatan Wates Kabupaten Blitar. Skripsi. Malang: Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang

Rosana, M. 2015. Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City


Balikpapan. Skripsi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.

Sugiyarto, B. 2017. Kajian Jaringan Drainase Kampus UNNES Menuju Sistem


Drainase Berwawasan Lingkungan. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan.
19(2): 1-7.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta:


Penerbit Andi.

Utomo, K.S. 2005. Teori Dan Aplikasi Hidrologi. Semarang: UNNES Press.

Wesli. 2008. Drainase Perkotaan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai