Skripsi
Oleh
Ana Fu’ana
NIM.5113414008
FAKULTAS TEKNIK
i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Jika Allah menolongmu maka tidak ada yang dapat mengalahkan kamu.” (Qs.
Ali- Imran 3 ayat 160)
“Cukuplah Allah (menjadi penolong ) bagi kami dan Dia sebaik -baik pelindung
.” (Qs. Ali- Imran 3 ayat 173)
“Sudah sewajarnya sesuatu bergoyang ketika angin bertiup. Kamu pun bisa
terombang-ambing. Tapi jangan biarkan angin itu menghancurkanmu. (Encouter)
PERSEMBAHAN
Dengan rasa bangga dan bahagia saya ucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan membekali ilmu sehingga
saya dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik;
2. Untuk Ibu (Suprihatin) dan Bapak (Akudi) yang selalu menjadi panutan dan
motivasi dalam setiap langkahku. Terimakasih atas semua pengorbanan dan
doa yang tiada henti;
3. Kakak kandungku (Mbak Devi Novitasari) dan Kakak iparku (Arif Ulinnuha).
Terimakasih atas semangat, dukungan dan doa kalian sehingga dapat
mengantarkanku pada detik ini;
4. Keponakanku (Danish dan Bilal). Terimakasih sudah menjadi mood booster,
semoga menjadi anak sholeha;
5. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Mego Purnomo, S.T., M.T. serta Dosen
Penguji Bapak Ir. Agung Sutarto, M.T. dan Ibu Dr. Rini Kusumawardani, S.T.,
M.T., M.Sc. terimakasih untuk ilmu, nasehat dan kesabaran selama proses
penyusunan Skripsi ini;
v
6. Seluruh Dosen pengajar di Jurusan Teknik sipil Universitas Negeri Semarang,
terimakasih untuk semua ilmu yang diajarkan;
7. Teman-teman seperjuanganku ( Ekky Reza Prayudi, Andyt Tegar Zakahfi,
Mela Priyanti, Lail Widya Selima, Kevin Wiranata dan Sendy Saputro) yang
selalu mendukung satu dengan yang lain untuk dapat menyelesaikan skripsi
ini;
8. Untuk beberapa nama yang tidak bisa disebutkan secara tersurat. Terimakasih
atas semua pelajaran, waktu, dukungan dan doanya;
9. Teman-teman dan semua pihak yang membantu dan mendoakan dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
vi
ANALISIS PERBAIKAN PERKERASAN PADA RUAS JALAN
KEDUNGCINO-BANDENGAN KECAMATAN JEPARA DENGAN
PERKERASAN KAKU
ABSTRAK
Ruas Jalan Kedungcino-Bandengan merupakan alternatif pilihan yang
menghubungkan akses Ruas Jalan Raya Nasional Jepara-Bangsri menuju ke
kawasan wisata Bandengan. Selain itu ruas jalan ini sering dijumpai kemacetan dan
kerusakan perkerasn. Hambatan-hambatan yang terjadi adalah kurang lebarnya
jalur dan umur perkerasan yang pendek mengakibatkan perkerasan aspal menjadi
bergelombang dan russak. Oleh karena itu, dalam studi ini akan dilakukan analisis
perbaikan perkerasan yang tepat pada Ruas Jalan Kedungcino – Bandengan dengan
menggunakan perkerasan kaku.
Perkerasan existing jalan Kedungcino-Bandengan akan dievaluasi dan
kemudian direncanakan menggunakan perkerasan kaku berdasarkan Pd. T-14-
2004. Evaluasi dilakukan menggunakan data CBR lapangan dengan uji DCP dan
data CBR laboratorium sebagai data penunjang yang mengacu pada SNI
1744:2012. Perencanaan saluran tepi jalan (drainase) dengan menggunakan
Perencanaan Sistem Drainase Permukaan Jalan Departemen PU Pd. T-02-2006-B
dan untuk perhitungan Rencana Anggaran Biaya menggunakan AHSP (Analisis
Harga Satuan Pekerjaan) Kabupaten Jepara tahun 2018.
Didapatkan hasil struktur perkerasan yang tepat yaitu struktur perkerasan
beton semen (rigid pavement) pada alternatif 2 dengan lebar pekerjaan 7 meter.
Dengan spesifikasi tebal perkerasan beton 25 cm, pelat per segmen dengan lebar
350 cm dan panjang 500 cm, LMC (Lean Mix Concrete) dengan tebal 10 cm,
sambungan melintang antar segmen berupa ruji polos (dowel) D33 dengan panjang
45 cm dan jarak antar ruji 30 cm, dan baja ulir (tie bar) sebagi sambungan
memanjang antar segmen, serta saluran drainase jalan berjenis penampang
segiempat dengan lebar 50 cm dan tinggi 65 cm (pasangan batu bata). Biaya yang
dibutuhkan untuk perbaikan di ruas Jalan Kedungcino-Bandengan Kecamatan
Jepara dengan pilihan struktur perkerasan beton semen (rigid pavement) pada
alternatif 2 sebesar Rp. 10.093.699.786,-. Jika dibandingkan dengan perkerasan
pada alternatif 2 terdapat selisih biaya sebesar 2,24%.
Kata kunci: Perbaikan Jalan; Perkerasan Kaku; Drainase Jalan; CBR; DCP.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat
guna menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S1) pada Jurusan Teknik Sipil
dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit bantuan, petunjuk, saran maupun arahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat
1. Bapak Dr. Nur Qudus, S.Pd., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang
2. Bapak Aris Widodo, S.Pd., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
3. Bapak Mego Purnomo, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing dan selaku dosen
4. Bapak Ir. Agung Sutarto, M.T. selaku dosen penguji 1 yang telah memberikan
viii
5. Ibu Dr. Rini Kusumawardani, S.T., M.T., M.Sc. selaku dosen penguji 2 dan
selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil yang telah memberikan petunjuk,
8. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan untuk Skripsi ini yang tidak
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan apa yang
dihasilkannya. Penyusunan skripsi ini pun masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu segala kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun sangat
Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian................................................................. 3
1.5. Batasan Masalah ................................................................... 3
1.6. Keaslian Skripsi ................................................................... 4
1.7. Sistematika Penulisan............................................................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ........................ 8
2.1. Jalan....................................................................................... 8
2.1.1. Fungsional ................................................................. 8
2.1.2. Struktural .................................................................. 8
2.2. Klasifikasi Jalan ................................................................... 9
2.2.1. Klasifikasi Jalan menurut Fungsi ............................. 9
2.2.2. Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan ...................... 10
2.3. Kondisi Lalu Lintas .............................................................. 11
2.3.1 Arus Lalu Lintas ........................................................ 11
2.3.2 Ekivalensi Mobil Penumpang ................................... 12
x
2.3.3 Analisa Kecepatan Bebas .......................................... 13
2.3.4 Kapasitas Jalan .......................................................... 17
2.3.5 Derajat Kejenuhan ..................................................... 20
2.4. Kerusakan Jalan .................................................................... 21
2.4.1. Retak ........................................................................ 22
2.4.2. Distorsi ...................................................................... 23
2.4.3. Cacat Permukaan ...................................................... 23
2.4.4. Pengausan .................................................................. 24
2.4.5. Kegemukan ............................................................... 24
2.4.6. Penurunan Pada Bekas Penanaman Utilitas .............. 24
2.5. Lapisan Perkerasan Jalan ...................................................... 25
2.5.1. Lapisan Perkerasan Lentur ........................................ 25
2.5.2. Lapisan Perkerasan Kaku ......................................... 28
2.6. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur .................................. 29
2.6.1 Perhitungan Tebal Lapis Perkerasan Lentur ............. 29
2.6.2 Perencanaan Pelapisan Tambahan (Overlay) ............ 29
2.7. Penggantian Aspal Lama dengan Perkerasan Kaku .............. 30
2.7.1 Umur Rencana........................................................... 31
2.7.2 Lalu Lintas Rencana.................................................. 31
2.7.3 Repetisi Sumbu yang Terjadi .................................... 32
2.7.4 Faktor Keamanan Beban ........................................... 32
2.7.5 Kuat Tarik Lentur Beton ........................................... 33
2.7.6 CBR Efektif ............................................................... 34
2.7.7 Tebal Taksiran Pelat Beton ....................................... 35
2.7.8 Analisa Fatik Dan Erosi ............................................ 35
2.7.9 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi ........................ 36
2.7.10 Sambungan ................................................................ 36
2.8. Analisa Hidrologi dan Drainase Jalan ................................... 38
2.8.1 Analisa Hidrologi ...................................................... 38
2.8.2 Ketentuan Teknis Permukaan ................................... 40
2.8.3 Dimensi Bangunan Drainase Permukaan .................. 42
xi
2.9. Analisa Biaya ........................................................................ 44
2.9.1 Estimasi Biaya Kegiatan ........................................... 45
2.9.2 Analisa Perbandingan Biaya Konstruksi ................... 46
2.9.3 Perhitungan Biaya Pemeliharaan .............................. 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 47
3.1. Lokasi Studi Kasus ................................................................ 47
3.1.1 Survei Pendahuluan ................................................... 48
3.1.2 Pengumpulan Data .................................................... 48
3.2. Teknik dan Analisa Data ....................................................... 48
3.3. Evaluasi Kondisi Eksisting ................................................... 53
3.4. Gambar Rencana .................................................................. 54
3.5. Kesimpulan .......................................................................... 54
3.6. Bagan Alir ............................................................................ 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 56
4.1. Klasifikasi Jalan..................................................................... 56
4.1.1 Klasifikasi Menurt Kelas Jalan ................................. 56
4.2. Survei Pengumpulan Data .................................................... 56
4.2.1. Data Primer .............................................................. 57
4.2.2. Data Sekunder ........................................................... 78
4.3. Perancangan Teknis ............................................................... 80
4.3.1. Trase Jalan ................................................................. 80
4.3.2. Perancangan Lalu Lintas ........................................... 81
4.3.3. Perhitungan Kecepatan Rencana ............................... 84
4.3.4. Perancangan Penampang Melintang ........................ 85
4.3.5. Perancangan Struktur Perkerasan jalan ..................... 85
4.3.6. Rangkuman DimensI Perbaikan Perkerasan ............. 104
4.3.7. Perancangan Drainase Jalan ...................................... 105
4.4. Analsis Biaya ......................................................................... 108
4.4.1 Biaya Perbaikan Pekerjaan ........................................ 108
4.4.2 Biaya Pemeliharaan ................................................... 109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 120
xii
5.1. Kesimpulan ........................................................................... 120
5.2. Saran ..................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
Tabel 4.5 Rekapitulasi LHR Berdasarkan Jenis Kendaraan............................. 69
Tabel 4.6 LHR Tahun 2021 Tiap Kendaraan ................................................... 70
Tabel 4.7 LHR Tahun 2031 Tiap Kendaraan ................................................... 70
Tabel 4.8 Koefisien Distribusi Arah Kendaraan ............................................. 71
Tabel 4.9 Rekapitulasi Kondisi Perkerasan Jalan ........................................... 71
Tabel 4.10 Rekapitulasi Kondisi Bahu Jalan...................................................... 73
Tabel 4.11 Rekapitulasi Kondisi Drainase Jalan................................................... 74
Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Uji CBR Lapangan ........................................... 76
Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Uji CBR Laboratarium ...................................... 78
Tabel 4.14 Korelasi CBR Lapangan dan CBR Laboratorium ............................ 79
Tabel 4.15 Rekapitulasi Data Curah Hujan Tahunan ......................................... 80
Tabel 4.16 Data Curah Hujan Harian Maksimum.............................................. 80
Tabel 4.17 Lalu Lintas Jam Puncak Arah Masuk Jalan Kedungcino-
Bandengan ........................................................................................ 83
Tabel 4.18 Lalu Lintas Jam Puncak Arah Keluar Jalan Kedungcino-
Bandengan ........................................................................................ 83
Tabel 4.19 Lalu Lintas Jam Puncak Kedua Arah Jalan Kedungcino-
Bandengan ........................................................................................ 83
Tabel 4.20 Tebal Lapis Perkerasan Pada Pelebaran ........................................... 87
Tabel 4.21 Perhitungan Jumlah Sumbu Berdasarkan Jenis dan Beban .............. 88
Tabel 4.22 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas Minimum untuk Desain .............. 89
Tabel 4.23 Perhitungan Repetisi Sumbu Rencana ............................................. 92
Tabel 4.24 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa
Bahu Beton ....................................................................................... 95
Tabel 4.25 Analisa Fatik dan Erosi dengan Tebal Pelat 21 cm .......................... 96
Tabel 4.26 Diameter Ruji ................................................................................... 104
Tabel 4.27 Rangkuman Dimensi Perbaikan Perkerasan .................................... 105
Tabel 4.28 Biaya Perbaikan Alt ernatif 1 ........................................................... 109
Tabel 4.29 Biaya Perbaikan Alternatif 2 ............................................................ 110
Tabel 4.30 Biaya Pemeliharaan Rutin ................................................................ 112
Tabel 4.31 Perbandingan Analisis Biaya ........................................................... 118
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
(STRG; beban per roda = 13,75, FRT = 0,36) ............................99
Gambar 4.17 Analisa Fatik dan Beban Repetisi Ijin
(STdRG; beban per roda = 19,25, FRT = 0,30) ..........................100
Gambar 4.18 Analisa Fatik dan Beban Repetisi Ijin
(STRT; beban per roda = 33,00, FE = 2,14) ...............................100
Gambar 4.19 Analisa Fatik dan Beban Repetisi Ijin
(STRT; beban per roda = 27,5, FE = 2,14) .................................101
Gambar 4.20 Analisa Fatik dan Beban Repetisi Ijin
(STRT; beban per roda = 16,5, FE = 2,14) .................................101
Gambar 4.21 Analisa Fatik dan Beban Repetisi Ijin
(STRG; beban per roda = 22,00, FE = 2,75) ...............................102
Gambar 4.22 Analisa Fatik dan Beban Repetisi Ijin
(STRG; beban per roda = 13,75, FE = 2,75)) .............................102
Gambar 4.23 Analisa Fatik dan Beban Repetisi Ijin
(STdRG; beban per roda = 19,25, FE = 2,86) .............................103
Gambar 4.24 Struktur Perkerasan Beton Semen ............................................... 105
Gambar 4.25 Saluran Drainase .......................................................................... 108
Gambar 4.26 Grafik Perbandingan Analisa Biaya ............................................ 118
Gambar 4.27 Grafik Total Biaya Pemeliharaan Selama Umur Rencana .......... 119
Gambar 4.28 Grafik Perbandingan Biaya Konstruksi dan Biaya Total
Alternatif 1 dan Alternatif 2 ........................................................ 119
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
Lampiran 30. Data Pengujian CBR Laboratorium
Lampiran 31. Rekapitulasi Anggaran Biaya Perkerasan Aspal
Lampiran 32. Harga Satuan Pekerjaan Perkerasan Aspal
Lampiran 33. Volume Pekerjaan Perkerasan Aspal
Lampiran 34. Rekapitulasi Anggaran Biaya (RAB) Perkerasan Beton Semen
Lampiran 35. Harga Satuan Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
Lampiran 36. Volume Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
Lampiran 37. Data Curah Hujan
Lampiran 38. Foto Dokumentasi
Lampiran 39. Peta Lokasi
Lampiran 40. Site Plan
Lampiran 41. Penampang Melintang Eksisiting STA 0+000
Lampiran 42. Penampang Melintang Eksisting STA 0+100 - STA 0+400
Lampiran 43. Penampang Melintang Eksisiting STA 0+500 dan STA 0+800
Lampiran 44. Penampang Melintang Eksisiting STA 0+900 dan STA 1+200
Lampiran 45. Penampang Melintang Eksisiting STA 1+300 dan STA 1+600
Lampiran 46. Penampang Melintang Eksisiting STA 1+700 dan STA 2+000
Lampiran 47. Penampang Melintang Eksisiting STA 2+100
Lampiran 48. Penampang Melintang Rencana STA 0+000
Lampiran 49. Penampang Melintang Rencana STA 0+100 - STA 0+400
Lampiran 50. Penampang Melintang Rencana STA 0+500 dan STA 0+800
Lampiran 51. Penampang Melintang Rencana STA 0+900 dan STA 1+200
Lampiran 52. Penampang Melintang Rencana STA 1+300 dan STA 1+600
Lampiran 53. Penampang Melintang Rencana STA 1+700 dan STA 2+000
Lampiran 54. Penampang Melintang Rencana STA 2+100
Lampiran 55. Tampak Atas
Lampiran 56. Tampak Samping dan Tampak Depan
xix
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring dengan berjalannya waktu dan masa layanan, kondisi jalan akan
mengalami penurunan pada akhirnya, baik ditinjau dari tingkat pelayanan maupun
layanan yang diakibatkan oleh menurunnya kapasitas jalan. Hal ini terkait dengan
adanya peningkatan hambatan samping dan bertambahnya volume lalu lintas itu
sendiri. Hal ini akan menyebabkan tingkat kejenuhan jalan meningkat. Menurut
Hendarsin (2000:1) keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju
kurang lebarnya jalur dan umur perkerasan yang pendek mengakibatkan aspal
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mencari model
struktur tahan lama yang sesuai dengan umur rencana dengan penekanan
1
2
perawatan operasional jalan tersebut sesuai umur rencana yang telah ditetapkan.
Beberapa masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang di atas adalah
2. Struktur perkerasan apakah yang tepat untuk perbaikan pada ruas jalan
Kedungcino-Bandengan?
1.3 Tujuan
Kedungcino-Bandengan.
3. Analisis dimensi saluran tepi yang diperlukan pada ruas Jalan Kedungcino-
Bandengan
3
2. Hasil penelitian ini dapat juga digunakan untuk perbaikan pada ruas-ruas
jalan strategis terutama di sepanjang jalan lingkar Jepara, baik untuk jalan
tentang Jalan.
lokasi studi kasusnya yaitu Jalan Kedungcino-Bandengan sejauh 2,1 km. Dalam
6
penulisan Skripsi ini saya menghitung Dimensi saluran tepi yang sesuai dan
Penyusunan laporan studi ini disusun dalam suatu sistem yang terurut dari
awal sampai akhir untuk memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah
dalam pembahasan masalah. Penyusunan laporan studi ini terdiri dari 5 bab yang
BAB I PENDAHULUAN
Berisi kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan saran yang
2.1. Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006:4).
Untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan, maka
dan struktural.
a. Fungsional
slip
b. Struktural
8
9
Setiap jalan yang acap kita lewati sejatinya dibagi kedalam beberapa
klasifikasi atau ada yang menyebutnya dengan istilah hirarki jalan. Definisinya
administrasi pemerintahan atau berdasarkan fungsi jalan. Selain itu ada pula
faktor lain yang berhubungan dengan masalah dimensi dan berat kendaraan.
1. Jalan Arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
3. Jalan Lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam Muatan Sumbu Terberat (MST)
dalam satuan ton, dan kemampuan jalan dalam menyalurkan kendaraan dengan
II Arteri 18 2,5 10
III A 18 2,5 8
III A 18 2,5 8
Kolektor
III B 12 2,5 8
1. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak
melebihi 18,0 m, ukuran paling tinggi 4,2 m, dan muatan sumbu terberat 0
ton.
2. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
ukuran panjang tidak melebihi 12,0 m, ukuran paling tinggi 4,2 m, dan
3. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
ukuran panjang tidak melebihi 9,0 m, ukuran paling tinggi 3,5 m, dan
4. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
ukuran paling tinggi 4,2 m, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton.
Pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (Bina Marga, 1997:5-11), nilai arus
lalu lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu lintas. Semua nilai arus lalu lintas (per
arah dan total) dikonversikan menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan
12
1. Kendaraan ringan (LV) meliputi mobil penumpang, minibus, pick up, truk
kecil, dan jeep atau kendaraan bermotor dua as beroda empat dengan jarak
2. Kendaraan berat (HV) meliputi truk dan bus atau kendaraan bermotor
dengan jarak as lebih dari 3,50 m, biasanya beroda lebih dari 4 (klasifikasi
Bina Marga).
3. Sepeda motor (MC) merupakan kendaraan bermotor beroda dua atau tiga
kendaraan mempunyai nilai emp yang berbeda tergantung tipe jalan dan arus lalu
Tabel 2.3 Nilai emp untuk Jalan Perkotaan terbagi Satu Arah
Tipe Jalan Arus lalu lintas emp
Jalan satu arah dan jalan
Per lajur (kend/jam) HV MC
terbagi
Dua-lajur satu arah
0 1,3 0,40
(2D/1)
dan
Empat-lajur terbagi
≥ 1050 1,2 0,25
(4/2D)
Kecepatan arus bebas (FV) didefnisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol,
yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor
dimana:
FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang diamati
(km/jam)
FFVsf = Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu atau jarak
kereb penghalang
Nilai kecepatan Arus Bebas Dasar Kendaraan Ringan dapat dilihat pada
Tabel 2.4.
3. Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar jalur lalu lintas (FVw)
Nilai Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar jalur lalu lintas dapat
Tabel 2.5 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu Lintas
(FVw)
Per lajur
3 -4
Empat lajur terbagi 3,25 -2
atau jalan satu arah 3,5 0
3,75 2
4 4
3 -4
bahu dapat dilihat pada Tabel 2.6. Sedangkan nilai Penyesuaian kecepatan arus
bebas untuk hambatan samping dengan kereb dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.6 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Hambatan Samping Dengan
Bahu (FFVsf)
Faktor penyesuaian untuk hambatan
Kelas
Tipe Jalan samping dan lebar bahu
hambatan
Lebar bahu efektif rata-rata Ws (m)
16
samping ≥ 2,0
≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m
(SFC) m
Sangat rendah 1,02 1,03 1,03 1,04
Rendah 0,98 1,00 1,02 1,03
Empat lajur
Sedang 0,94 0,97 1,00 1,02
terbagi (4/2 D)
Tinggi 0,89 0,93 0,96 0,99
Sangat Tinggi 0,84 0,88 0,92 0,96
Sangat rendah 1,02 1,03 1,03 1,04
Rendah 0,98 1,00 1,02 1,03
Empat lajur tak
Sedang 0,93 0,96 0,99 1,02
terbagi (4/2 UD)
Tinggi 0,87 0,91 0,94 0,98
Sangat Tinggi 0,80 0,86 0,90 0,95
Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,01
Dua lajur tak
Rendah 0,96 0,98 0,99 1,00
terbagi (2/2 UD)
Sedang 0,91 0,93 0,96 0,99
atau jalan satu
Tinggi 0,82 0,86 0,90 0,95
arah
Sangat Tinggi 0,73 0,79 0,85 0,91
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
Tabel 2.7 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Hambatan Samping Dengan
Kereb (FFVsf)
Kelas Faktor penyesuaian untuk hambatan samping
hambatan dan jarak kereb penghalang
Tipe Jalan
samping Jarak kereb penghalang Wk (m)
(SFC) ≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2,0 m
Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,02
Empat
Rendah 0,97 0,98 0,99 1,00
lajur
Sedang 0,93 0,95 0,97 0,99
terbagi
Tinggi 0,87 0,90 0,93 0,96
(4/2 D)
Sangat Tinggi 0,81 0,85 0,88 0,92
Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,02
Empat
Rendah 0,96 0,98 0,99 1,00
lajur tak
Sedang 0,91 0,93 0,96 0,98
terbagi
Tinggi 0,84 0,87 0,90 0,94
(4/2 UD)
Sangat Tinggi 0,77 0,81 0,85 0,90
Nilai Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk ukuran kota dapat dilihat
Tabel 2.8 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Ukuran Kota (FFVcs)
Ukuran Kota (juta penduduk) Faktor Penyesuaian untuk ukuran kota
< 0,1 0,90
0,1 – 0,5 0,93
0,5 – 1,0 0,95
1,0 – 3,0 1,00
> 3,0 1,03
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
kapasitas untuk jalan tak-terbagi dilakukan pada kedua arah lalu-lintas. Untuk jalan
masing-masing arah merupakan jalan satu arah yang terpisah.” Digunakan rumus
sebagai berikut:
dimana: C = Kapasitas
Empat lajur
1,00 0,985 0,97 0,955 0,94
4/2
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
Tabel 2.12.
Nilai faktor penyesuaian ukuran kota dapat dilihat pada Tabel 2.14.
Derajat kejenuhan atau Degree of Saturation (DS) adalah rasio arus (volume
lalu lintas) terhadap kapasitas yang dinyatakan dalam smp/jam. Untuk menghindari
pelayanan jalan yang semakin baik yang artinya tidak terjadi kemacetan, sedangkan
semakin besar nilai DS menunjukan pelayanan jalan yang semakin buruk yang
Kinerja lalu lintas dapat dilihat dari besarnya derajat kejenuhan (degree of
saturation), nilai DS yang kecil menunjukan kinerja lalu lintas di jalan tersebut
baik, dan pengemudi akan merasa nyaman, sebaliknya semakin besar nilai DS
menunjukkan penurunan kinerja jalan dan pengemudi akan merasa kurang nyaman.
Nilai DS maksimum yang diijinkan untuk suatu ruas jalan adalah 0,75. Jika nilai
DS > 0,75 maka jalan perlu diadakan peningkatan kembali, namun jika nilai DS ≤
0,75 maka jalan masih dapat menampung kendaraan yang melintas pada jalan
tersebut.
Dimana :
2.4.1 Retak
a. Retak halus (hair cracks), yaitu retak dengan lebar celah lebih kecil atau
sama dengan 3 mm. Retak rambut berkembang menjadi retak kulit buaya.
b. Retak kulit buaya (alligator crack), yaitu retak dengan lebar celah lebih besar
c. Retak pinggir (edge cracks), yaitu retak memanjang jalan, dengan atau tanpa
d. Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint crack), yaitu retak
yang beraspal.
e. Retak sambungan jalan (lane joint cracks), yaitu retak memanjang yang
pelebaran.
i. Retak slip (slippage cracks), yaitu retak yang bentuknya melengkung seperti
sabit, akibat kurang baiknya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di
bawahnya.
2.4.2 Distorsi
Distorsi atau perubahan bentuk disebabkan oleh lemahnya tanah dasar atau
a. Alur (rutting), terjadi pada lintasan roda kendaraan yang sejajar dengan
sumbu jalan, akibat terjadinya tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas.
yang lain.
b. Keriting (corrugation), alur yang terjadi dalam arah melintang jalan, akibat
d. Amblas (grade depressions), terjadi setempat pada ruas jalan. Amblas dapat
e. Jembul (upheaval), terjadi setempat pada ruas jalan, yang disebabkan adanya
menjadi 3 jenis.
parah.
konstruksi.
2.4.4 Pengausan
terjadi slip yang membahayakan lalu lintas. Pengausan terjadi akibat ukuran,
bentuk, dan jenis agregat yang digunakan untuk lapis aus tidak memenuhi mutu
yang disyaratkan.
2.4.5 Kegemukan
jalan dan licin disebabkan oleh penggunaan aspal yang terlalu banyak.
yang terjadi akibat ditanamnya utilitas pada bagian perkerasan jalan dan tidak
25
dipadatkan kembali dengan baik. Hal ini dapat mengakibatkab distorsi pada
Berdasarkan bahan ikat, lapisan perkerasan jalan dibagi atas dua kategori,
yaitu lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) dan lapisan perkerasan kaku
(rigid pavement).
serta bahan-bahan dalam hal ini agregat yang bersifat lentur atau tidak kaku
beban lalu lintas ke tanah dasar (Sukirman, 1999:4). Perkerasan lentur umumnya
didesain untuk jalan yang melayani beban lalu lintas ringan sampai dengan sedang,
Konstruksi perkerasan lentur jalan raya terdiri dari 4 (empat) lapisan yang
Desain Perkerasan Jalan No. 02/M/BM/2013 terdiri atas 3 jenis seperti ditampilkan
a. struktur Perkeraswan Lentur (Lalu Lintas Berat ) pada Permukaan Asli (At
Grade)
Lapisan yang terletak paling atas disebut lapis permukaan (surface course)
b. Lapisan kedap air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan di
sehingga beban dapat dipikul oleh lapisan lain dengan daya dukung yang
lebih buruk.
Lapis pondasi atas (base course) adalah lapisan struktur perkerasan jalan
yang terletak di bawah lapis permukaan dan di atas lapis pondasi bawah, atau
langsung di atas tanah dasar apabila tidak menggunakan lapis pondasi bawah.
perkerasan lentur yang terletak antara tanah dasar dan lapis pondasi. Biasanya
terdiri atas lapisan dari material berbutir (granular material) yang dipadatkan,
distabilisasi atau tidak, atau lapisan yang distabilisasi. Lapis pondasi bawah
berfungsi sebagai:
beban roda.
28
konstruksi).
pondasi bawah dinamakan lapisan tanah dasar (subgrade) yang dapat berupa tanah
asli yang dipadatkan atau tanah yang distabilisasi dengan kapur atau bahan lainnya.
sebagai bahan pengikat, untuk mengikat pelat beton tipis yang digunakan sebagai
Perkerasan Beton
Beton Kurus/Lean
Pondasi Bawah
Tanah Dasar
dari pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat
perlu diperhatikan adalah kadar air pemadatan, kepadatan dan perubahan kadar air
merupakan bagian utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang
pelat.
yang perlu diperhatikan yaitu umur rencana, beban lalu lintas, daya dukung tanah
dasar, dan fungsi jalan. Perancangan perkerasan lentur yang digunakan mengacu
Pavement)
dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana. Lalu-lintas
yang mempunyai berat total minimum 5 ton. Konfigurasi sumbu untuk perencanaan
fungsional jalan, pola lalu-lintas serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan, yang
dapat ditentukan antara lain dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate of
31
Return, kombinasi dari metode tersebut atau cara lain yang tidak terlepas dari pola
2003), Lalu-lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan niaga pada
lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban
pada setiap jenis sumbu kendaraan. Beban pada suatu jenis sumbu secara tipikal
dikelompokkan dalam interval 10 kN (1 ton) bila diambil dari survai beban. Jumlah
sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan rumus berikut :
Dengan pengertian :
JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan
dibuka.
sebagai berikut :
(1 + 𝑖)𝑈𝑅 −1
R= ………................…………………………….........................…(2.5)
𝑖
Dengan pengertian :
32
berikut :
2003), Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor
keamanan beban (FKB). Faktor keamanan beban ini digunakan berkaitan adanya
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural
strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan
tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3–5 MPa (30-50
kg/cm2).
Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti
serat baja, aramit atau serat karbon, harus mencapai kuat tarik lentur 5–5,5 MPa
(50-55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur
Dengan pengertian :
K : konstanta, 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat pecah.
Tebal lapis pondasi bawah minimum yang disarankan dapat dilihat pada
Gambar 2.3 dan CBR tanah dasar efektif didapat dari Gambar 2.4
34
Gambar 2.3 Tebal pondasi bawah minimum untuk perkerasan beton semen
(Sumber : Pedoman Desain Perkerasan Kaku Pd-T-14-2003)
2003), Tebal pelat taksiran dipilih dan total fatik serta kerusakan erosi dihitung
berdasarkan komposisi lalu-lintas selama umur rencana. Jika kerusakan fatik atau
erosi lebih dari 100%, tebal taksiran dinaikan dan proses perencanaan diulangi.
35
Tebal rencana adalah tebal taksiran yang paling kecil yang mempunyai total
fatik dan atau total kerusakan erosi lebih kecil atau sama dengan 100%. Untuk
2003) , Prosedur perencanaan perkerasan beton semen didasarkan atas dua model
kerusakan yaitu :
2. Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan oleh lendutan
bahu beton. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan dianggap sebagai
Data lalu-lintas yang diperlukan adalah jenis sumbu dan distribusi beban
diperkirakan selama umur rencana. Analisa fatik dan erosi digunakan untuk
mengontrol apakah tebal taksiran pelat beton aman atau tidak. Untuk menentukan
Faktor erosi dan tegangan ekivalen ditentukan dengan Tabel pada Lampiran
dari hasil pembagian faktor erosi (FE) dan Modulus Keruntuhan Lentur Beton (Fr),
dimana :
2.7.10 Sambungan
pada perkerasan beton dimaksudkan untuk menyiapkan tempat muai dan susut
beton akibat terjadinya tegangan yang disebabkan oleh perubahan lingkungan (suhu
a. Sambungan melintang:
2003), Kedalaman sambungan kurang lebih mencapai seperempat dari tebal pelat
untuk perkerasan dengan lapis pondasi berbutir atau sepertiga dari tebal pelat untuk
Sambungan ini harus dilengkapi dengan ruji polos panjang 45 cm, jarak
antara ruji antar ruji 30 cm, lurus dan bebas dari tonjolan tajam yang akan
Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan bahan anti
l = (38,3 x φ) +75……...…………….......................................................(2.9)
Dengan pengertian :
38
b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi perkerasan
(m).
dalam mm/hari. Data curah hujan ini diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG) yaitu stasiun curah hujan yang terletak pada dtaerah layanan
saluran samping jalan. Jika daerah layanan tidak memiliki data curah hujan, maka
dapat digunakan data dari stasiun di luar daerah layanan yang dianggap masih dapat
mewakili. Jumlah data curah hujan yang diperlukan minimal 10 tahun terakhir.
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu
Dimana:
Dimana:
H 0,6
v = 72 x ( L ) ……………………………………………....... (2.12)
Dimana:
berikut:
yang ditinjau.
b. Luas daerah layanan (A) untuk saluran samping jalan perlu diketahui agar
samping jalan.
c. Luas daerah layanan terdiri atas luas setengah badan jalan (A1), luas bahu
setengah badan jalan (I1), panjang bahu jalan (I2), dan daerah sekitar (I3),
yang bertujuan agar kinerja saluran tidak melebihi kapasitasnya akibat daerah
Tabel 2.17 Harga Koefisien Pengaliran (C) dan Harga Faktor Limpasan (fk)
Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Faktor Limpasan (fk)
No.
Pengaliran (C)
Bahan
1. Jalan beton dan jalan aspal 0,70 – 0,95
2. Jalan kerikil dan jalan tanah 0,40 – 0,70
3. Bahu jalan:
Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65
Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20
Batuan masif keras 0,70 – 0,85
Batuan masif lunak 0,60 – 0,75
Tata Guna Lahan
1. Daerah perkotaan 0,70 – 0,95 2,0
2. Daerah pinggir kota 0,60 – 0,70 1,5
3. Daerah industri 0,60 – 0,90 1,2
4. Pemukiman padat 0,40 – 0,60 2,0
5. Pemukiman tidak padat 0,40 – 0,60 1,5
6. Taman dan kebun 0,20 – 0,40 0,2
7. Persawahan 0,45 – 0,60 0,5
8. Perbukitan 0,70 – 0,80 0,4
9. pegunungan 0,75 – 0,90 0,3
Sumber: Pedoman Perencanaan Drainase Jalan 2006
Bila daerah pengaliran atau daerah layanan terdiri dari beberapa tipe kondisi
C1 x A1 + C2 x A2 + C3 x A3 𝑥 fk3
C = ……………………………………. (2.13)
A1 + A2 + A3
Dimana:
C1, C2, C3 = koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi permukaan
A1, A2, A3 = luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan kondisi
permukaan
42
Dimana:
(W) untuk saluran drainase jalan bentuk trapesium dan segiempat ditentukan
dengan rumus:
Dimana:
banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan
Biaya atau anggaran itu sendiri merupakan jumlah dari masing-masing hasil
bahwa rencana anggaran biaya dari suatu pekerjaan terlihat dalam rumus berikut
ini:
pekerjaan harus berpedoman pada harga satuan bahan dan upah tenaga kerja di
proses konstruksi secara menyeluruh termasuk jenis dan kebutuhan alat, karena
berikut ini adalah faktor lain yang mempengaruhi dalam pembuatan anggaran biaya
adalah:
b. ketersediaan material,
c. ketersediaan peralatan,
d. cuaca,
e. jenis kontrak
f. masalah kualitas,
g. etika
i. kemampuan manajemen.
keuntungan dan overhead yang wajar untuk pekerjaan konstruksi maksimal 15%
Biaya pekerjaan adalah total seluruh volume pekerjaan yang dikalikan masing-
dibandingkan biaya konstruksinya dan dicari mana yang lebih efektif dilihat dari
aspek ekonomi.
Oktadelina Nurahmi dan Anak Agung Gde Kartika (2012:5) dalam menghitung
F = P (1+i)n............................................................................................. (2.18)
1
P = F (1+𝑖)𝑛 ............................................................................................. (2.19)
Dimana :
n = jumlah periode
F = jumlah uang pada akhir periode dari saat sekarang dengan bunga i (future
worth)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
peningkatan pada ruas jalan tersebut. Pada kebutuhan pelebaran tipe jalan ini
tetap 2/2 UD dengan lebar badan jalan menjadi 7 cm dan bahu 1 cm.
2. Struktur perkerasan yang tepat untuk perbaikan pada ruas Jalan Kedungcino-
b. Pelat per segmen dengan lebar 350 cm dan panjang 500 cm,
d. Sambungan melintang antar segmen berupa ruji polos (dowel) D33 dengan
e. Baja ulir (tie bar) D16 dengan panjang 70 cm dan jarak antar ruji 75 cm,
120
121
1) Lebar drainase = 50 cm
2) Tinggi drainase = 65 cm
5.2. Saran
Dari hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang ada maka dapat
1. Untuk penelitian selanjutnya diperlukan pengujian tanah yang lebih teliti agar
3. Perlu adanya pengelolaan data base jalan secara lengkap dan tertib meliputi data
kerusakan, data teknis jalan dan data-data lalu lintas yang sewaktu-waktu sangat
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Bina Marga. 2011. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
19/PRT/M/2011 Tentang Persyratan Teknis Jalan. Jakarta: Kementrian
Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta:
Direktorat Bina Jalan Kota.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2006. Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd. T-
01-2006-B Perencanaan Sistem Drainase jalan. Jakarta: Kementerian
Pekerjaan Umum.
Hendarsin, Shirley L. 2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya, Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bandung. Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum.
Nugroho, U., dkk. (2017). Evaluasi Kapasitas Ruas Jalan Pantura Kabupaten
Brebes. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol. 19(1). 71-76