Anda di halaman 1dari 132

ANALISIS DEBIT BANJIR DAN TINGGI MUKA AIR SUNGAI BONE

TERHADAP ELEVASI DASAR JEMBATAN MOLINTOGUPO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh


Gelar Sarjana pada Program Studi Teknik Sipil

Oleh

Aan Nurhandiat Kaharu

NIM. 511417019

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
ANALISIS DEBIT BANJIR DAN TINGGI MUKA AIR SUNGAI BONE
TERHADAP ELEVASI DASAR JEMBATAN MOLINTOGUPO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh


Gelar Sarjana pada Program Studi Teknik Sipil

Oleh

Aan Nurhandiat Kaharu

NIM. 511417019

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang


demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu)
orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa
mereka akan kembali kepadaNya.”
(Al-Baqarah: 45-46)

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan


mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang jujur, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang gemar bersedekah, laki-
laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
Allah telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar untuk mereka.”
(Q.S Al-Ahzab: 35)

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah


kamu dengan orang-orang yang jujur.”
(Q.S At-Taubah: 119)

viii
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahma-Nya skripsi ini
dapat diselesaikan. Skripsi ini dipersembahkan kepada kedua orangtua papa
Noprianto Kaharu dan Ibu Nondrawati Lapaugi yang selalu memberikan kasih
sayang, petunjuk, motivasi, serta doa dan dukungan yang tak terhingga selama
menjalani studi. Secara khusus, ucapan terimakasih kepada adik Fahria Ilmawati
Kaharu, Oma Dangi Alm. Agustin Hadiah, Opa Papi Alm. Halid N. Kaharu, Oma
Mami Rukiah Rahman, Om Bobbi dan Om Irwan Ali, serta kepada keluarga yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Terimakasih kepada seluruh dosen Teknik Sipil yang telah banyak
membimbing, memberikan ilmu, dan berbagi banyak pengalaman. Terimakasih
kepada seluruh staf dan pegawai Fakultas Teknik yang senantiasa membantu
dalam hal akademik maupun non-akademik. Seluruh staf teknisi Laboratorium
Teknik Sipil yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu pada saat
praktikum.
Terimakasih pula kepada Rachma Ditha Olii sekeluarga, Rifaldi N.
Panigoro sekeluarga, Rendy Rezaind, Elyando Trivanum, Rahmadani Said, Nur
Amaliah Muchtar, Mega P. Sudirman, Aida R. Salamanja, Moh. Reza Eka
Prasetya, S.T., dan Abdul Wahab Lihawa, S.T. yang selalu memberikan semangat
dan bantuan. Ucapan terimakasih dan permohonan maaf ditujukan kepada teman-
teman angkatan 2017 Berto, Yayat, Syahrul, Ainun, Mita, Feliks, Rafiq, Rahmat,
Alwin, Youdi, Teguh, Irfan, Binjen, Imran, Doni, Eza, Ayat.
Tak lupa pula ucapan terimakasih kepada senior-senior angkatan 2013,
2014, 2015, dan 2016 yang tekah banyak membantu selama proses perkuliahan,
penyelesaian tugas besar, serta memberikan dukungan, saran dan masukkan, sejak
awal masa studi di Jurusan S1 Teknik Sipil.
Terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang memberikan bantuan
data sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan mudah dan lancar. Semoga

ix
Allah SWT memberika rahmat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyelesaian skripsi ini. Aamiin ya Rabbal Alamin.

INTISARI

Aan Nurhandiat Kaharu. 2022. Analisis Debit Banjir dan Tinggi Muka Air Sungai
Bone Terhadap Elevasi Dasar Jembatan Molintogupo, Skripsi, Program Studi S1
Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Gorontalo. Pembimbing Ir. Rawiyah Husnan, M.T. dan Ir. Barry Yusuf Labdul,
M.T.
Jembatan merupakan suatu konstruksi yang menghubungkan lintasan transportasi
yang terputus oleh sungai, danau, saluran, jalan, atau perlintasan lainnya. Dalam
perencanaan jembatan faktor hidrolika harus diperhitungkan untuk menganalisis
ruang bebas atau clearance. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis debit
banjir dan tinggi muka air Sungai Bone terhadap elevasi dasar Jembatan
Molintogupo.
Lokasi penelitian berada di Jembatan Molintogupo. Data yang digunakan yaitu
data sekunder berupa data curah hujan, luas DAS Bolango-Bone, potongan
melintang sungai, dan profil memanjang jembatan berupa panjang jembatan, lebar
jembatan dan elevasi dasar jembatan. Metode analisis data yaitu analisis hidrologi
untuk mendapatkan debit banjir rencana dan analisis hidrolika yang dibantu
dengan mengggunakan program HEC-RAS 6.0 untuk mendapatkan tinggi muka
air banjir.
Hasil analisis hidrologi diperoleh debit banjir rencana yang dihitung
menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu untuk kala ulang 25
tahun sebesar 2567,13 m3/detik, kala ulang 50 tahun sebesar 2943,97 m3/detik,
dan kala ulang 100 tahun sebesar 3356,85 m3/detik yang masing-masing terjadi
pada jam ke 8. Hasil analisis hidrolika menggunakan program HEC-RAS 6.0
diperoleh elevasi tinggi muka air banjir dengan kala ulang 50 dan 100 tahun pada
ruas Jembatan Molintogupo berada pada 35,08 m dan 35,54 m sedangkan dasar
Jembatan Molintogupo berada pada elevasi 38,72 m, maka ruang bebas (C)
masing-masing sebesar 3,64 m dam 3,18 m, sehingga jembatan tersebut aman
terhadap banjir rencana dengan kala ulang 50 dan 100 tahun.

Kata Kunci : Debit Banjir, Tinggi Muka Air Banjir, Ruang Bebas, HEC-RAS

x
xi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan


rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini
dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi
pada Program Studi Strata Satu Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Negeri Gorontalo. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Debit
Banjir dan Tinggi Muka Air Sungai Bone Terhadap Elevasi Dasar Jembatan
Molintogupo.
Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya dukungan,
bantuan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima
kasih dan penghargaan dihaturkan kepada yang terhormat:
1. Dr. Eduart Wolok, S.T., M.T., selaku Rektor Universitas Negeri Gorontalo.
2. Dr. Sardi Salim, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Teknik.
3. Dr. Marike Mahmud, S.T., M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Teknik
sekaligus penguji II dalam memberikan wawasan dan petunjuk pada skripsi.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada beliau dan
sekeluarga.
4. Dr. Mohamad Yusuf Tuloli, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.
5. Dr. Indriati Martha Patuti, S.T., M.Eng., selaku Ketua Program Studi S1
Teknik Sipil sekaligus pembimbing akademik, dan penguji III yang telah
banyak memberikan bimbingan, masukan dan saran yang mengarah pada
aturan penulisan skripsi. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada beliau dan sekeluarga.
6. Ir. Rawiyah Husnan, M.T., sebagai pembimbing I dalam memberikan
waktu, bimbingan, masukan, dan arahan pada penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada beliau dan
keluarga.
7. Ir. Barry Yusuf Labdul, M.T., sebagai pembimbing II dalam memberikan
bimbingan, pencerahan ilmu, kritik, dan saran pada penyusunan skripsi ini.

xii
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada beliau dan
keluarga.
8. Aryati Alitu, S.T., M.T., sebagai penguji I dalam memberikan arahan dan
masukan atas perbaikan skripsi. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada beliau dan keluarga.
9. Bapak dan Ibu dosen-dosen Jurusan Teknik Sipil yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan,
dukungan, motivasi, dan membagikan berbagai pengalaman selama proses
perkuliahan di Jurusan Teknik Sipil.
10. Seluruh staf dan pegawai dalam lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Gorontalo yang senantiasa membantu dalam hal akademik maupun
non-akademik.
11. Seluruh staf teknisi Laboratorium Teknik Sipil Universitas Negeri
Gorontalo yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu pada saat
pelaksanaan praktikum.
Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan pula kepada Badan
Wilayah Sungai Sulawesi II Gorontalo dan PT. Marinda Utama Karya Subur atas
pelayanan dan pemberian data yang diperlukan untuk penyusunan skripsi.

Gorontalo, Januari 2022

Penulis

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPULi
HALAMAN LOGOii
HALAMAN JUDULiii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSIiv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBINGv
LEMBAR PERNYATAAN HAK BEBAS ROYALTIvi
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITASvii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.....................................................................viii
INTISARI...............................................................................................................x
ABSTRACT............................................................................................................xi
KATA PENGANTAR..........................................................................................xii
DAFTAR ISI........................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL...............................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xviii
DAFTAR NOTASI..............................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................2
1.4 Batasan Masalah.................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................2
BAB II KAJIAN TEORITIS................................................................................3
2.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu..........................................................3
2.2 Jembatan.............................................................................................5
2.3 Karakteristik Sungai...........................................................................6
2.4 Hidrologi.............................................................................................9
2.5 Hidrolika Sungai...............................................................................24
2.6 Program HEC-RAS...........................................................................29

xiv
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................31
3.1 Lokasi Penelitian...............................................................................31
3.2 Alat dan Bahan..................................................................................31
3.3 Metode Pengumpulan Data...............................................................32
3.4 Metode Analisis Data........................................................................32
3.5 Tahapan Penelitian............................................................................38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................40
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................40
4.2 Analisis Hidrologi.............................................................................42
4.3 Analisis Tinggi Muka Air.................................................................59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................62
5.1 Kesimpulan.......................................................................................62
5.2 Saran.................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................63
LAMPIRAN..........................................................................................................65

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Variabel Reduksi Gauss.............................................................14


Tabel 2.2 Nilai KT untuk Distribusi Log Normal...............................................15
Tabel 2.3 Nilai KT untuk Distribusi Log Person Tipe III...................................16
Tabel 2.4 Variabel Reduksi (YTR) sebagai Fungsi Periode Ulang Gumbel..........17
Tabel 2.5 Variabel Reduksi (Yn) sebagai Fungsi dari Banyak Data....................18
Tabel 2.6 Reduksi Standar Deviasi (Sn) untuk Distribusi Gumbel......................18
Tabel 2.7 Nilai X2cr (Chi-Kuadrat kritik) untuk Uji Chi-Kuadrat........................19
Tabel 2.8 Nilai ∆kritik untuk Uji Smirnov Kolmogorov....................................20
Tabel 2.9 Koefisien Pengaliran...........................................................................22
Tabel 2.10 Tipikal Harga Koefisien Manning, n...................................................28
Tabel 4.1 Luas Daerah Tangkapan Hujan...........................................................42
Tabel 4.2 Analisis Curah Hujan Metode Poligon Thiessen................................43
Tabel 4.3 Rekapitulasi Analisis Distribusi Curah Hujan Harian Maksimum.....43
Tabel 4.4 Analisis Parameter Statistik................................................................44
Tabel 4.5 Pemilihan Metode Analisis Distribusi Frekuensi................................45
Tabel 4.6 Analisis Distribusi Frekuensi Metode Log Pearson Tipe III...............46
Tabel 4.7 Hasil Analisis Distribusi Frekuensi berdasarkan Periode Ulang (T)...46
Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Chi-Kuadrat...........................................................47
Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Smirov-Kolmogorov..............................................48
Tabel 4.10 Intensitas Hujan...................................................................................49
Tabel 4.11 Pola Distribusi Hujan..........................................................................49
Tabel 4.12 Hasil Analisis Curah Hujan Efektif.....................................................50
Tabel 4.13 Distribusi Curah Hujan Efektif Jam-Jaman........................................51
Tabel 4.14 Parameter Debit Banjir Metode HSS Nakayasu.................................52
Tabel 4.15 Ordinat HSS Nakayasu........................................................................54
Tabel 4.16 Debit Banjir Rencana HSS Nakayasu Kala Ulang 25 Tahun..............55
Tabel 4.17 Debit Banjir Rencana HSS Nakayasu Kala Ulang 50 Tahun..............56
Tabel 4.18 Debit Banjir Rencana HSS Nakayasu Kala Ulang 100 Tahun............57
Tabel 4.19 Rekapitulasi Debit Banjir Rencana Metode HSS Nakayasu...............58
Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Analisis MAB Kala Ulang 50 dan 100 Tahun......61

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Potongan Memanjang Jembatan.......................................................6


Gambar 2.2 Jaringan Sungai dan Tingkatannya...................................................7
Gambar 2.3 Daerah Pengaliran Berbentuk Bulu Burung.....................................8
Gambar 2.4 Daerah Pengaliran Radial.................................................................8
Gambar 2.5 Daerah Pengaliran Paralel................................................................9
Gambar 2.6 Siklus Hidrologi..............................................................................10
Gambar 2.7 Cara Poligon Thiessen....................................................................11
Gambar 2.8 Cara Isohyet....................................................................................12
Gambar 2.9 Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu..................................23
Gambar 2.10 Klasifikasi Aliran pada Saluran Terbuka .......................................25
Gambar 2.11 Distribusi Kecepatan pada Potongan Melintang Saluran...............26
Gambar 2.12 Pola Distribusi Kecepatan Aliran...................................................27
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian............................................................................31
Gambar 3.2 Tampilan Utama Program HEC-RAS............................................33
Gambar 3.3 Tampilan New Project....................................................................33
Gambar 3.4 Tampilan Unit System.....................................................................34
Gambar 3.5 Tampilan Geometric Data..............................................................34
Gambar 3.6 Tampilan Cross Section Data.........................................................35
Gambar 3.7 Tampilan Steady Flow Data...........................................................36
Gambar 3.8 Tampilan Steady Flow Analysis.....................................................37
Gambar 3.9 Tampilan View Cross Section.........................................................37
Gambar 3.10 Bagan Alir.......................................................................................39
Gambar 4.1 Catchment Area..............................................................................41
Gambar 4.2 Penggambaran pada Kertas Probabilitas........................................48
Gambar 4.3 Pola Distribusi Hujan......................................................................50
Gambar 4.4 Ordinat HSS Nakayasu...................................................................53
Gambar 4.5 Rekapitulasi Debit Banjir Rencana Metode HSS Nakayasu..........59
Gambar 4.6 Hasil Analisis Tinggi Muka Air Banjir Kala Ulang 50 Tahun.......60
Gambar 4.7 Hasil Analisis Tinggi Muka Air Banjir Kala Ulang 100 Tahun.....60
DAFTAR LAMPIRAN

xvii
Lampiran 1 Data Curah Hujan.............................................................................65
Lampiran 2 Peta Catchment Area........................................................................95
Lampiran 3 Data Geometri Sungai Bone.............................................................97
Lampiran 4 Hasil Analisis Tinggi Muka Air Banjir Kala Ulang 50 Tahun......101
Lampiran 5 Hasil Analisis Tinggi Muka Air Banjir Kala Ulang 100 Tahun.....106
Lampiran 6 Dokumentasi...................................................................................111

DAFTAR NOTASI

xviii
C : clearance atau ruang bebas (m),
d : tinggi curah hujan rata-rata (mm),
d1, d2 : tinggi curah hujan pad pos penakaran 1, 2 (mm),
An : luas daerah pengaruh pos penakar hujan (km2),
A : luas DAS total (km2),
Sd : standar deviasi (mm),
Xi : curah hujan di stasiun (mm),
Xrt : curah hujan rata-rata (mm),
Cs : koefisien skewness (mm),
Ck : koefisien kurtosis (mm),
Cv : koefisien variasi (mm),
XT : perkiraan nilai yang diharapkan dengan periode ulang T (mm),
T : periode ulang,
KT : nilai faktor frekuensi reduksi,
YTr : variabel reduksi sebagai fungsi periode ulang,
Yn : variabel reduksi sebagai fungsi dari banyak data,
Sn : reduksi standar deviasi untuk Distribusi Gumbel,
X2 : nilai Chi-Kuadrat terhitung,
N : jumlah sub kelompok dalam satu grup,
Of : frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama,
Ef : frekuensi yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelas,
DK : derajat kejenuhan,
K : banyak kelas,
α : banyak keterikatan,
RT : intensitas curah hujan untuk lama hujan (mm/jam),
R24 : curah hujan maksimum selama 24 jam (mm/jam),
Rt : rerata hujan dari awal sampai jam ke T (mm/jam),
Rn : curah hujan efektif (mm/jam),
C : koefisien pengaliran,
R : curah hujan rencana (mm/jam),
Qp : debit puncak banjir (m3/d),

xix
Tp : waktu permulaan banjir sampai puncak hidrograf (jam),
T 0,3 : waktu konsentrasi (jam),
tg : waktu konsentrasi (jam),
Tr : satuan waktu dari curah hujan (jam),
L : panjang sungai utama (km),
v : kecepatan rata-rata (m/detik),
R : jari-jari hidrolik (m),
S : kemiringan dasar saluran,
n : koefisien kekasaran Manning,
Q : debit (m3/detik),
Z : ketinggian dasar saluran dari garis referensi (m),
h : kedalaman air dari dasar saluran (m),
g : gaya gravitasi bumi (m2/detik),
hf : kehilangan energi akibat gesekan (m),
E : energi spesifik (m),
DAS : Daerah Aliran Sungai,
MAB : Muka Air Banjir,
HEC : Hydrologic Engineering Centre,
RAS : River Analysis System,
SI : System International (Metric System)
LOB : Left Over Bank,
ROB : Right Over Bank.

xx
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Jembatan merupakan suatu konstruksi yang menghubungkan lintasan
transportasi yang terputus oleh sungai, danau, saluran, jalan, atau perlintasan
lainnya. Berdasarkan fungsi ini, peranan jembatan sebagai salah satu sarana
transportasi dalam kelancaran pergerakan lalu lintas sangat penting.
Perencanaan jembatan di atas sungai tidak hanya membahas mengenai
struktur dan daya dukung tanah saja, faktor hidrolika pada sungai yang mengalir
di bawah jembatan harus diperhitungkan dalam perencanaan jembatan untuk
menganalisis ruang bebas (clearence). Ruang bebas (clearence) adalah jarak
jagaan yang diberikan untuk menghindari rusaknya struktur atas jembatan karena
adanya tumbukan dari benda-benda hanyutan atau benda-benda yang lewat di
bawah jembatan. Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
tahun 2017 nilai ruang bebas jembatan untuk sungai alam yang membawa
hanyutan ketika banjir adalah 1,5 meter.
Sungai Bone merupakan salah satu sungai terbesar di Provinsi Gorontalo.
Sungai Bone terbentang dari Kecamatan Pinogu Kabupaten Bone Bolango sampai
ke muara Talumolo Kota Gorontalo. Salah satu daerah yang dilewati oleh sungai
Bone adalah Desa Alale Kecamatan Suwawa Tengah dan Desa Molintogupo
Kecamatan Suwawa Selatan. Kedua desa tersebut dihubungkan oleh Jembatan
Molintogupo. Pada Juni 2020, di Sungai Bone terjadi banjir besar yang
mengakibatkan Jembatan Molintogupo ambruk terseret arus luapan Sungai Bone.
Sebelum Jembatan Molintogupo ambruk pemerintah sudah menganggarkan biaya
perbaikan jembatan melalui dana APBD Provinsi Gorontalo Tahun Anggaran
2020. Jembatan Molintogupo yang sebelumnya terbuat dari kayu diganti dengan
jembatan rangka baja.

1
2

Berdasarkan permasalahan ini, maka dilakukan penelitian dengan judul


Analisis Debit Banjir dan Tinggi Muka Air Sungai Bone Terhadap Elevasi
Dasar Jembatan Molintogupo.

I.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana debit banjir Sungai Bone di ruas Jembatan Molintogupo?
2. Bagaimana tinggi muka air Sungai Bone di ruas Jembatan Molintogupo?

I.3 Tujuan Penelitian


Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis debit banjir Sungai Bone di ruas Jembatan Molintogupo.
2. Menganalisis tinggi muka air Sungai Bone di ruas Jembatan Molintogupo.

I.4 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai beikut:
1. Penampang melintang sungai yang ditinjau sepanjang 200 meter dari ruas
Jembatan Molintogupo ke arah hulu Sungai Bone dan 150 meter ke arah hilir
Sungai Bone.
2. Analisis hidrolika dilakukan untuk mendapatkan tinggi muka air banjir yang
dibantu dengan menggunakan program HEC-RAS.
3. Aliran sungai pada lokasi penelitian dianggap aliran tetap atau steady flow.

I.5 Manfaat Penelitian


Manfaat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam hal
menganalisis debit banjir dan tinggi muka air suatu sungai.
2. Bagi akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk
penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Bagi instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
bagi pemerintah Kabupaten Bone Bolango terkait pengendalian banjir.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

II.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu


Pasaribu (2016) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi
kondisi tinggi jagaan (freeboard) jembatan kereta api pada sungai Batang
Serangan. Periode ulang yang digunakan untuk curah hujan rencana 25 tahun.
Analisis frekuensi curah hujan menggunakan metode Normal, Log Normal, Log
Person III, dan Gumbel. Analisis debit banjir rencana 25 tahun, Q25 menggunakan
metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu (HSS-Nakayasu), kemudian program
HEC-RAS 4.0 digunakan untuk menentukan tinggi mula air rencana. Berdasarkan
hasil analisis frekuensi curah hujan metode Gumbel digunakan untuk menghitung
curah hujan rencana 25 tahun, R25 yaitu sebesar 236,70 mm. Perhitungan debit
banjir rencana 25 tahun, Q25 menggunakan metode HSS-Nakayasu memperoleh
hasil sebesar 2.300,96 m3/detik. Data-data hasil perhitungan debit banjir kemudian
dimasukkan ke data aplikasi HEC-RAS 4.0 untuk memvisualisasikan tinggi muka
air terhadap jembatan. Hasilnya tinggi muka air untuk periode 25 tahun naik
menjadi 6,08 m dari kondisi muka air normal. Berdasarkan hal ini dapat
disimpulkan bahwa kondisi eksisting jembatan kereta api tersebut tidak memenuhi
persyaratan minimum tinggi jagaan jembatan kereta api.
Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis debit banjir dan tinggi muka
air pada Sungai Tondano di jembatan Desa Kuwil Kecamatan Kalawat dilakukan
oleh Kamase, dkk (2017). Analisis curah hujan rencana menggunakan metode
Log Person III untuk menghitung debit banjir dan tinggi muka air. Perhitungan
debit banjir menggunakan curah hujan di stasiun Winangun, Rumengkor,
Paleloan, dan Noongan dengan data hujan dari tahun 2003 sampai dengan 2015.
Program HEC-HMS digunakan untuk menghitung debit banjir dan Program HEC-
RAS untuk mendapatkan tinggi muka air. Hasil analisis untuk debit banjir rencana
dengan program HEC-HMS memperoleh hasil yang beragam yaitu pada kala
ulang 5 tahun diperoleh debit 123,3 m3/detik, 25 tahun 139,5 m3/detik, 50 tahun

3
4

146,7 m3/detik, 100 tahun 154,4 m3/detik, dan 200 tahun 164,0 m3/detik. Program
HEC-RAS didapat tinggi muka air pada stasiun 0 hingga pada stasiun 500 dengan
debit banjir kala ulang 5 tahun, 25 tahun, 50 tahun, 100 tahun, dan 200 tahun tidak
terjadi luapan.
Analisis debit puncak Sungai Air Lelangi terhadap elevasi dasar jembatan
dilakukan oleh Kahfi, dkk (2019). Analisis hidrologi menggunakan metode
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Gama I dan HSS Nakayasu. Berdasarkan hasil
perhitungan distribusi frekuensi dari tiga metode curah hujan, yaitu metode
distribusi Gumbel Tipe I, Log Person Tipe III, dan Log Normal digunakan metode
Gumbel Tipe I untuk menghitung curah hujan rencana dengan periode ulang 2, 5,
10, 25, 50, dan 100 tahun, yaitu 25,91 mm, 59,84 mm, 82,30 mm, 110,69 mm,
131,75 mm, dan 152,65 mm. Hasil analisis hidrologi diperoleh debit puncak pada
DAS Air Lelangi pada periode ulang 100 tahun dengan metode HSS Nakayasu
adalah 752,73 m3/detik dengan waktu puncak sebesar 5 jam. Perhitungan debit
puncak dengan metode HSS Gama I adalah 672,20 m 3/detik dengan waktu puncak
sebesar 3 jam. Maka didapat tinggi permukaan air pada DAS Air Lelangi yaitu
4,34 m.
Penelitian Mursid dan Yatmadi (2020) yang bertujuan untuk mendapatkan
tinggi standar lantai jembatan MT Haryono terhadap muka air banjir Sungai
Ciliwung. Dalam penelitian ini dilakukan analisis hidrologi dan analisis hidrolika.
Analisis hidrologi menggunakan data hujan harian rata-rata DAS Ciliwung
dengan titik kontrol jembatan Kalibata, hidrograf banjir dihitung menggunakan
metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu. Analisis Hidrolika dilakukan
menggunakan bantuan program HEC-RAS 4.1.0. Analisis hidrolika terdiri dari
dua simulasi, pertama simulasi kalibrasi model Sungai Ciliwung Hilir pada
kondisi eksisiting berdasarkan kejadian banjir pada tanggal 4 Februari 2007
(Q2007) dan kedua simulasi dengan beberapa kala ulang banjir 5, 10, 20, 50, 100
tahun. Hasil analisis hidrologi untuk hujan maksimum harian menggunakan
metode Log Person III dan dari nilai maksimum hidrograf satuan dilakukan
analisis hidrolika menggunakan program HEC-RAS. Hasil analisis diperoleh
elevasi lantai jembatan standar kala ulang banjir 2, 5, 10, 20, 50, 100 tahunan,
5

banjir 2007 sebagai berikut +19.50, +20.50, 21.00, +21.10, +21.80, +22.10 dan
22,00 meter.

II.2 Jembatan
Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan
seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta
api, jalan raya yang melintang tidak sebidang, dan lain-lain.
Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2017
dalam merencanakan jembatan dibutuhkan parameter untuk dapat menentukan
tipe bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi, lokasi/letak jembatan, dan
material. Beberapa parameter itu diantaranya ada umur rencana jembatan dan
ruang bebas (clearance). Umur rencana jembatan standar adalah 50 tahun dan
jembatan khusus adalah 100 tahun. Umur rencana untuk jembatan permanen
minimal 50 tahun. Ruang bebas adalah jarak jagaan yang diberikan untuk
menghindari rusaknya struktur atas jembatan karena adanya tumbukan dari benda-
benda hanyutan atau benda yang lewat di bawah jembatan. Nilai ruang bebas (C)
di bawah jembatan ditentukan sebagai berikut:

C = 0,5 m ; untuk jembatan di atas sungai pengairan


C = 1,0 m ; untuk sungai alam yang tidak membawa hanyutan
C = 1,5 m ; untuk sungai alam yang membawa hanyutan ketika banjir
C = 2,5 m ; untuk sungai alam yang tidak diketahui kondisinya
C = 5,1 m ; untuk jembatan jalan layang
C ≥ 15 m ; untuk jembatan di atas laut dan di atas sungai yang digunakan
untuk alur pelayaran

Gambar potongan memanjang jembatan ditunjukkan pada Gambar 2.1.


6

Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017


Gambar 2.1 Potongan Memanjang Jembatan

II.3 Karakteristik Sungai


Sungai berfungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu
dan mengalirkannya ke laut. Sungai juga dapat digunakan untuk berbagai macam
aspek seperti pelayaran, pembangkitan tenaga listrik, perikanan, pariwisata, dan
lain-lain (Sosrodarsono dan Takeda, 2006).

II.3.1 Tingkatan Sungai


Jaringan sungai dan anak-anak sungainya berbentuk seperti percabangan
pohon. Parit-parit membentuk alur yang lebih besar, selanjutnya beberapa alur
bergabung membentuk anak sungai, kemudian anak sungai membentuk sungai
utama. Tingkatan sungai ditetapkan berdasarkan ukuran alur dan posisinya.
Tingkatan terendah untuk alur terkecil yaitu sungai-sungai yang paling ujung dan
tingkatan tinggi untuk alur yang lebih besar yang berada di hilir (Triatmodjo,
2014).
Strahler (1952) dalam Triatmodjo (2014) menetapkan sungai tingkat satu
merupakan anak sungai paling ujung. Apabila dua alur dengan tingkat yang sama
bergabung, maka tingkat alur di bawah percabangan meningkat satu tingkat
(Triatmodjo, 2014). Jaringan sungai dan tingkatannya ditunjukkan pada Gambar
2.2.
7

Gambar 2.2 Jaringan Sungai dan Tingkatannya (Triatmodjo, 2014)

II.3.2 Daerah Aliran Sungai


Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggung-
punggung gunung atau pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah
tersebut mengalir menuju sungai utama pada suatu titik yang ditinjau. Limpasan
berasal dari titik-titik tertinggi dan bergerak menuju titik-titik yang lebih rendah
dalam arah tegak lurus garis kontur (Triatmodjo, 2014).
Garis batas daerah-daerah yang berdampingan disebut batas daerah
pengaliran. Luas daerah aliran sungai dapat diperkirakan dengan pengukuran
daerah tersebut pada peta topografi (Sosrodarsono dan Takeda, 2006). DAS
mempunyai berbagai macam karakteristik dan pola. Hal ini dapat ditentukan
berdasarkan bentuk dari peta daerah aliran sungai. Berikut adalah berbagai macam
bentuk dan karakteristik suatu daerah aliran sungai.

1. Daerah Pengaliran Berbentuk Bulu Burung


Jalur daerah di kiri kanan sungai utama dimana anak-anak sungai
mengalir ke sungai utama. DAS ini mempunyai debit banjir yang kecil, karena
waktu tiba banjir dari anak-anak sungai itu berbeda-beda. Banjir berlangsung
8

agak lama. Daerah pengaliran berbentuk bulu burung ditunjukkan pada


Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Daerah Pengaliran Berbentuk Bulu Burung (Sosrodarsono dan


Takeda, 2006)
2. Daerah Pengaliran Radial
Daerah pengaliran yang berbentuk kipas atau lingkaran dan anak-anak
sungainya mengkonsentrasi ke suatu titik secara radial. DAS ini mempunyai
banjir yang besar di dekat titik pertemuan anak-anak sungai. Daerah pengaliran
radial ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Daerah Pengaliran Radial (Sosrodarsono dan Takeda, 2006)

3. Daerah Pengaliran Paralel


Bentuk ini mempunyai corak dimana dua jalur daerah pengaliran yang
bersatu di bagian hilir. Banjir terjadi di sebelah hilir titik pertemuan sungai.
Daerah pengaliran paralel ditunjukkan pada Gambar 2.5.
9

Gambar 2.5 Daerah Pengaliran Paralel (Sosrodarsono dan Takeda, 2006)

4. Daerah Pengaliran Kompleks


Memiliki beberapa bentuk dari ketiga bentuk pada poin 1, 2, dan 3.

II.4 Hidrologi
Hidrologi adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik
mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya, dan hubungan
dengan lingkungannya terutama dengan makhluk hidup (Triatmodjo, 2014).

II.4.1 Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari bumi
ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi. Air di permukaan tanah, sungai, danau dan
laut menguap ke udara. Uap air tersebut naik ke atmosfer, kemudian mengalami
kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air yang berbentuk awan. Selanjutnya
titik-titik air tersebut jatuh sebagai hujan (presipitasi) ke permukaan laut dan
daratan. Hujan yang jatuh sebagian tertahan oleh tumbuh-tumbuhan (intersepsi)
dan selebihnya sampai ke permukaan tanah. Sebagian air hujan yang sampai ke
permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian lainnya
mengalir di atas permukaan tanah (aliran permukaan atau surface runoff) mengisi
cekungan tanah, danau, dan masuk ke sungai, dan akhirnya mengalir ke laut. Air
yang meresap ke dalam tanah sebagian mengalir di dalam tanah (perkolasi)
mengisi air tanah yang kemudian keluar sebagai mata air atau mengalir ke sungai.
10

Akhirnya aliran air di sungai akan sampai ke laut. Proses tersebut berlangsung
terus-menerus yang disebut dengan siklus hidrologi (Triatmodjo, 2014). Siklus
hidrologi ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Siklus Hidrologi (Triatmodjo, 2014)

II.4.2 Distribusi Curah Hujan


Curah hujan yang diperlukan untuk suatu perencanaan pengendalian banjir
dan perencanaan pemanfaatan air adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah
yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu (Sosrodarsono dan
Takeda, 2006). Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah
hujan di beberapa titik adalah sebagai berikut:

1. Rata-rata Aljabar
Cara ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan di dalam
dan di sekitar daerah yang bersangkutan (Sosrodarsono dan Takeda, 2006).
Cara rata-rata aljabar menggunakan Persamaan 2.1.

n
d 1+d 2+ ⋯+ dn di
d= =∑ .......................................(2.1)
n i−1 n

dengan:
d : tinggi curah hujan rata-rata (mm),
11

d1, d2, dn : tinggi curah hujan pada pos penakaran 1, 2, n (mm),


n : banyak pos penakaran.

2. Poligon Thiessen
Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah tidak tersebar merata, maka
cara perhitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan
daerah pengaruh tiap titik pengamatan (Sosrodarsono dan Takeda, 2006).
Perhitungan curah hujan menggunakan cara Poligon Thiessen menggunakan
Persamaan 2.2.

A1 . d 1+ A 2 . d 2 +…+ A n . d n n A i .d i
d= =∑ ..........................(2.2)
A i=1 A
dengan:
d : tinggi curah hujan rata-rata (mm),
dn : tinggi curah hujan pada pos penakar hujan (mm),
An : luas daerah pengaruh pos penakar hujan (km2),
A : luas DAS total (km2).
Cara Poligon Thiessen ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Cara Poligon Thiessen (Sosrodarsono dan Takeda, 2006)

3. Cara Isohyet
Pada cara ini kita harus menggambar kontur terlebih dahulu dengan
tinggi yang sama. Kemudian luas bagian di antara isohyet-isohyet yang
berdekatan diukur, dan harga rata-ratanya dihitung sebagai harga rata-rata
timbang dari nilai kontur. Cara Isohyet menggunakan Persamaan 2.3.
12

d 0 +d 1 d +d d +d
A1 + 1 2 A 2 +…+ n−1 n An
2 2 2 ...................(2.3)
d=
A 1+ A 2+ …+ A n
dengan:
d : tingggi curah hujan rata-rata (mm),
A1, A2, An : luas areal 1, 2, n (km2),
d0, d1, dn : curah hujan pada Isohyet 0, 1, n (mm).
Cara Isohyet ditunjukkan pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Cara Isohyet (Soemarto, 1987)

II.4.3 Parameter Statistik


Parameter-parameter statistik yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Standar Deviasi (Sd)


n
Sd= ∑ ¿ ¿ ¿ ¿...........................................(2.4)
i

dengan:
Sd : standar deviasi (mm),
Xi : curah hujan di stasiun (mm),
X : curah hujan rata-rata (mm),
n : jumlah data.

2. Koefisien Skewness (Cs)


n
Cs=n ∑ ¿ ¿ ¿..............................................(2.5)
i
13

dengan:
Cs : koefisien skewness,
Xi : curah hujan di stasiun (mm),
X : curah hujan rata-rata (mm),
n : jumlah data,
Sd : standar deviasi (mm).

3. Koefisien Kurtosis (Ck)


n
Ck=n 2 ∑ ¿ ¿ ¿..............................................(2.6)
i

dengan:
Ck : koefisien kurtosis,
Xi : curah hujan di stasiun (mm),
X : curah hujan rata-rata (mm),
n : jumlah data,
Sd : standar deviasi (mm).

4. Koefisien Variasi (Cv)


Sd
Cv= ...............................................(2.7)
X
dengan:
Cv : koefisien variasi,
Sd : Standar deviasi (mm),
X : curah hujan rata-rata (mm).

II.4.4 Analisis Distribusi Frekuensi


Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah mencari hubungan
antara besarnya kejadian ekstrim (curah hujan maksimum harian) terhadap
frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi probabilitas. Analisis frekuensi
terhadap data hujan yang tersedia dapat dilakukan dengan beberapa metode antara
lain Distribusi Normal, Log Normal, Log Person Tipe III, dan Gumbel
(Triatmodjo, 2014).

1. Distribusi Normal
14

Distribusi Normal atau kurva normal disebut juga Distribusi Gauss.


Distribusi Normal menggunakan Persamaan 2.8.
XT = X + KT . Sd......................................(2.8)

dengan:
X : perkiraan nilai yang diharapkan dengan periode ulang T (mm),
Xrt : harga rata-rata data curah hujan (mm),
Sd : standar deviasi,
KT : nilai faktor frekuensi Reduksi Gauss ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Nilai Variabel Reduksi Gauss


Nilai Faktor
No Periode Ulang, T (tahun) Peluang
Frekuensi, KT
1 1,001 0,999 -3,05
2 1,005 0,995 -2,58
3 1,010 0,990 -2,33
4 1,050 0,950 -1,64
5 1,110 0,900 -1,28
6 1,250 0,800 -0,84
7 1,330 0,750 -0,67
8 1,430 0,700 -0,52
9 1,670 0,600 -0,25
10 2,000 0,500 0,00
11 2,500 0,400 0,25
12 3,330 0,300 0,52
13 4,000 0,250 0,67
14 5,000 0,200 0,84
15 10,000 0,100 1,28
16 20,000 0,050 1,64
17 50,000 0,020 2,58
18 100,000 0,010 2,33
Sumber : Suripin, 2004

2. Distribusi Log Normal


15

Distribusi Log Normal data X diubah dalam bentuk logaritmik Y = log X.


Jika variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan
mengikuti distribusi Log Normal. Distribusi Log Normal menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Log XT = Log X + KT . Sd Log Xrt........................(2.9)
dengan:
Log XT : perkiraan nilai yang diharapkan dengan periode ulang T (mm),
Log X : harga rata-rata data curah hujan (mm),
Sd : standar deviasi,
KT : nilai faktor frekuensi ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Nilai KT untuk Distribusi Log Normal


Nilai Faktor
No Periode Ulang, T (tahun) Peluang
Frekuensi, KT
1 1,001 0,999 -3,05
2 1,005 0,995 -2,58
3 1,010 0,990 -2,33
4 1,050 0,950 -1,64
5 1,110 0,900 -1,28
6 1,250 0,800 -0,84
7 1,330 0,750 -0,67
8 1,430 0,700 -0,52
9 1,670 0,600 -0,25
10 2,000 0,500 0,00
11 2,500 0,400 0,25
12 3,330 0,300 0,52
13 4,000 0,250 0,67
14 5,000 0,200 0,84
15 10,000 0,100 1,28
16 20,000 0,050 1,64
17 50,000 0,020 2,58
18 100,000 0,010 2,33
Sumber : Suripin, 2004

3. Distribusi Log Person Tipe III


16

Distribusi Log Person Tipe III menggunakan persamaan sebagai berikut:


Log XT = Log X + K . Sd Log X ...........................(2.10)
dengan:
Log XT : perkiraan nilai yang diharapkan dengan periode ulang T (mm),
Log X : harga rata-rata data curah hujan (mm),
Sd : standar deviasi,
Cs : koefisien kemencengan,
KT : nilai faktor frekuensi ditunjukkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Nilai KT untuk Distribusi Log Person Tipe III


Periode Ulang (Tahun)
Kemencengan
2 5 10 25 50 100 200 1000
,
Peluang
Cs
50 20 10 4 2 1 0,5 0,1
3 -0,360 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051 4,970 7,250
2,5 -0,360 -0,518 1,250 2,262 3,048 3,845 4,652 6,600
2,2 -0,360 0,574 1,284 2,240 2,970 3,705 4,444 6,200
2 -0,370 0,609 1,302 2,219 2,912 3,605 4,298 5,910
1,8 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499 4,147 5,660
1,6 -0,254 0,675 1,329 2,163 2,780 3,388 33,990 5,394
1,4 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271 3,828 5,110
1,2 -0,195 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149 3,661 4,820
1 -0,164 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022 3,489 4,540
0,9 -0,148 0,769 1,339 2,018 2,498 2,957 3,401 4,395
0,8 -0,132 0,780 1,336 1,998 2,453 2,891 3,312 4,250
0,7 -0,116 0,790 1,333 1,967 2,407 2,824 3,223 4,105
0,6 0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755 3,132 3,960
0,5 -0,083 0,808 1,323 1,910 2,311 2,686 3,041 3,815
0,4 -0,066 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615 2,949 3,670
0,3 -0,050 0,824 1,309 1,849 2,211 2,544 2,856 3,525
0,2 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472 2,763 3,380
0,1 -0,017 0,836 1,292 1,785 2,107 2,400 2,670 3,235
0 0,000 0,842 1,282 1,751 2,054 2,326 2,576 3,090
-0,1 0,017 0,836 1,270 1,761 2,000 2,252 2,482 3,950
-0,2 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178 2,388 2,810
-0,3 0,050 0,853 1,245 1,643 1,890 2,104 2,940 2,675
-0,4 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029 2,201 2,540
-0,5 0,083 0,856 1,216 1,567 1,777 1,955 2,108 2,400
-0,6 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880 2,016 2,275
-0,7 0,116 0,857 1,283 1,488 1,663 1,806 1,926 2,150
-0,8 0,132 0,854 1,166 1,448 1,606 1,733 1,837 2,035
-0,9 0,148 0,856 1,147 1,407 1,549 1,660 1,749 1,910
-1 0,164 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588 1,664 1,800
-1,2 0,195 0,844 1,0,86 1,282 1,379 1,449 1,500 1,625
-1,4 0,225 0,832 1,041 1,198 1,270 1,318 1,351 1,465
-1,6 0,254 0,817 0,994 1,116 1,166 1,197 1,216 1,280
-1,8 0,282 0,799 0,945 1,035 1,069 1,087 1,097 1,130
-2 0,307 0,777 0,895 0,959 0,980 0,990 1,995 1,000
17

-2,2 0,330 0,752 0,844 0,888 0,900 0,905 0,907 0,910


-2,5 0,360 0,711 0,771 0,793 0,798 0,799 0,800 0,802
-3 0,396 0,363 0,660 0,660 0,666 0,667 0,667 0,668
Sumber : Suripin, 2004

4. Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel menggunakan persamaan sebagai berikut:
X = X + K . Sd.....................................(2.11)
dengan:
XT : perkiraan nilai yang diharapkan dengan periode ulang T (mm),
X : harga rata-rata data curah hujan (mm),
Sd : standar deviasi,
K : faktor frekuensi, menggunakan Persamaan 2.12.
Y Tr −Y n
K= .......................................(2.12)
Sn
dengan:
YTr : variabel reduksi ditunjukkan pada Tabel 2.4.,
Yn : variabel reduksi ditunjukkan pada Tabel 2.5.,
Sn : standar deviasi ditunjukkan pada Tabel 2.6.

Tabel 2.4 Variabel Reduksi (YTR) sebagai Fungsi Periode Ulang Gumbel
Periode Ulang Reduce Variate
2 0,3665
5 14,999
10 22,502
20 29,606
25 31,985
50 39,019
100 46,001
200 52,96
500 62,14
1.000 69,19
5.000 85,39
18

10.000 99,21
Sumber : Suripin, 2004

n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,495 0,503 0,510 0,515 0,520
10 0,4996 0,5070 0,5128 0,5181 0,5220
2 5 0 7 2
0,523 0,526 0,529 0,532 0,534
20 0,5252 0,5283 0,5300 0,5382 0,5363
6 8 6 0 3
0,536 0,538 0,539 0,541 0,542
30 0,5371 0,5388 0,5400 0,5418 0,5430
2 0 7 0 4
0,546 0,544 0,548 0,546 0,547
40 0,5442 0,5453 0,5468 0,5473 0,5481
3 8 8 8 7
0,548 0,549 0,550 0,550 0,561
50 0,5489 0,5497 0,5504 0,5511 0,5518
5 3 1 8 5
0,552 0,552 0,553 0,553 0,554
60 0,5524 0,5530 0,5535 0,5540 0,5545
1 7 3 8 3
0,554 0,555 0,555 0,556 0,556
70 0,5550 0,5555 0,5559 0,5563 0,5567
8 2 7 1 5
0,556 0,557 0,557 0,558 0,558
80 0,5570 0,5574 0,5578 0,5581 0,5585
9 2 6 0 3
0,558 0,558 0,559 0,559 0,559
90 0,5587 0,5591 0,5593 0,5596 0,5599
6 9 2 5 8
0,560
100                  
0
Tabel 2.5 Variabel Reduksi (Yn) sebagai Fungsi dari Banyak Data
Sumber : Suripin, 2004

Tabel 2.6 Reduksi Standar Deviasi (Sn) untuk Distribusi Gumbel


n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1,009 1,020 1,031 1,041 1,049 1,056
10 0,950 0,968 0,997 0,997
5 6 6 1 3 5
1,062 1,069 1,081 1,081 1,086 1,031 1,096 1,100 1,104 1,108
20
8 6 1 1 4 5 1 4 7 0
1,112 1,115 1,122 1,122 1,125 1,128 1,131 1,133 1,136 1,138
30
4 9 6 6 5 5 3 9 3 8
1,141 1,143 1,148 1,148 1,149 1,151 1,153 1,155 1,157 1,159
40
3 6 0 1 9 9 8 7 4 0
1,160 1,192 1,165 1,165 1,166 1,168 1,169 1,170 1,172 1,173
50
7 3 8 8 7 1 6 8 1 4
1,174 1,175 1,178 1,178 1,179 1,180 1,181 1,182 1,183 1,184
60
7 9 2 2 3 3 4 4 4 4
1,185 1,186 1,188 1,188 1,189 1,189 1,190 1,191 1,192 1,193
70
4 3 1 1 0 8 6 5 3 0
1,193 1,199 1,195 1,195 1,196 1,197 1,198 1,198 1,199 1,200
80
8 4 9 9 7 3 0 7 4 1
1,200 1,201 1,203 1,203 1,203 1,204 1,204 1,204 1,205 1,206
90
7 3 2 2 8 4 6 9 5 0
1,206
100                  
5
19

Sumber : Suripin, 2004

II.4.5 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan


Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk meguji apakah jenis distribusi
yang dipilih sesuai dengan data yang ada, yaitu uji Chi-Kuadrat dan Smirnov
Kolmogorov (Triatmodjo, 2014).

1. Uji Chi-Kuadrat
Uji Chi-Kuadrat menggunakan nilai x2 yang dapat dihitung menggunakan
Persamaan 2.13.
N 2
(Of −Ef )
X 2 =∑ ...................................(2.13)
i=1 Ef
dengan:
X2 : nilai Chi-Kuadrat terhitung,
N : jumlah sub kelompok dalam satu grup,
Of : frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama,
Ef : frekuensi yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya.
Nilai X2 yang diperoleh harus lebih kecil dari X2cr (Chi-Kuadrat kritik).
Derajat kebebasan dihitung menggunakan Persamaan 2.14.
DK= K – (α + 1 ).......................................(2.14)
dengan:
DK : derajat kejenuhan,
K : banyak kelas, K = 1 + (3,3 Log n)
α : banyaknya keterikatan untuk uji Chi-Kuadrat adalah 2.
Nilai X2cr (Chi-Kuadrat kritik) ditunjukkan pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Nilai X2cr (Chi-Kuadrat kritik) untuk Uji Chi-Kuadrat


α Derajat Kepercayaan
dk
0,995 0,99 0,975 0,95 0,05 0,025 0,01 0,005
1 0,0000393 0,000157 0,000982 0,00393 3,841 5,024 6,635 7,879
2 0,0100 0,0201 0,0306 0,103 5,991 7,378 9,210 10,597
3 0,0717 0,115 0,216 0,352 7,815 9,348 11,345 12,838
4 0,207 0,297 0,484 0,711 9,488 11,143 13,277 14,860
5 0,412 0,554 0,831 1,145 11,070 12,832 15,086 16,750
6 0,676 0,872 1,237 1,635 12,592 14,449 16,812 18,548
7 0,989 1,239 1,690 2,167 14,067 16,013 18,475 20,278
20

8 1,344 1,646 2,180 2,733 15,507 17,535 20,090 21,955


9 1,735 2,088 2,700 3,325 16,919 19,023 21,666 23,589
10 2,156 2,558 3,247 3,940 18,307 20,483 23,209 25,188
11 2,603 3,053 3,816 4,575 19,675 21,920 24,725 26,757
12 3,074 3,571 4,404 5,226 21,026 23,337 26,217 28,300
13 3,565 4,107 5,009 5,892 22,362 24,736 27,688 29,819
14 4,075 4,660 5,629 6,571 23,685 26,119 29,141 31,319
15 4,601 5,229 6,262 7,261 24,996 27,488 30,578 32,801
16 5,142 5,812 6,908 7,962 26,296 28,845 32,000 34,267
17 5,697 6,408 7,564 8,672 27,587 30,191 33,409 35,718
18 6,265 7,015 8,231 9,390 28,869 31,526 34,805 37,156
19 6,844 7,633 8,907 10,117 30,144 32,852 36,191 38,582
20 7,434 8,260 9,591 10,851 31,410 34,170 37,566 39,997
21 8,034 8,897 10,283 11,591 32,671 35,479 38,932 41,401
22 8,643 9,542 10,982 12,338 33,924 36,781 40,289 42,796
23 9,260 10,196 11,689 13,091 36,172 38,076 41,638 44,181
24 9,885 10,856 12,401 13,848 36,415 39,364 42,980 45,558
25 10,520 11,524 13,120 14,611 37,652 40,646 44,314 46,928
26 11,160 12,198 13,844 15,379 38,885 41,923 45,642 48,290
27 11,808 12,879 14,573 16,151 40,113 43,194 46,963 49,645
28 12,461 13,565 15,308 16,928 41,337 44,461 48,278 50,993
29 13,121 14,256 16,047 17,708 42,557 45,722 49,588 52,336
30 13,787 14,953 16,791 18,493 43,773 46,979 50,892 53,672
Sumber : Suripin, 2004

2. Uji Smirnov Kolmogorov


Uji kecocokkan Smirnov Kolmogorov juga disebut uji kecocokkan non
parametik karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu,
namun dengan memperhatikan kurva dan penggambaran data pada kertas
probabilitas. Berdasarkan gambar dapat diketahui jarak penyimpangan setiap
titik pada kurva. Jarak penyimpangan terbesar merupakan nilai ∆maks dengan
kemungkinan didapat nilai lebih kecil dari nilai ∆kritik, maka jenis distribusi
yang dipilih dapat digunakan (Triatmodjo, 2014). Nilai ∆kritik ditunjukkan pada
Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Nilai ∆kritik untuk Uji Smirnov Kolmogorov


Jumlah Data Derajat Kepercayaan (α)
(n) 0,20 0,10 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
21

25 0,21 0,24 0,27 0,32


30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,18 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
1,07 1,07 1,07 1,07
n > 50
√n √n √n √n
Sumber : Triatmodjo, 2014

II.4.6 Analisis Debit Banjir Rencana

1. Pola Distribusi Hujan


Penentuan intensitas hujan berdasarkan data curah hujan harian
maksimum menggunakan rumus Mononobe yang ditunjukkan pada Persamaan
2.15.

( )
R 24 24 23
RT = × ......................................... (2.15)
24 T

dengan:
RT : intensitas curah hujan untuk lama hujan T (mm/jam),
R24 : curah hujan maksimum selama 24 jam (mm),
T : lamanya curah hujan (jam).
Pada perhitungan untuk mendapatkan hidrograf banjir menggunakan cara
hidrograf satuan sintetik, maka pembagian curah hujan yang terjadi dalam
selang waktu diperlukan. Selang waktu yang diperlukan antara 5 – 7 jam
(Sudarmin, 2017). Pembagian curah hujan dapat dihitung menggunakan
Persamaan 2.16.

()
R 24 2
6 3
Rt = × ............................................ (2.18)
6 T
dengan:
Rt : rerata hujan dari awal sampai jam ke T (mm/jam),
R24 : curah hujan maksimum selama 24 jam (mm),
T : lamanya curah hujan (jam).
22

Pola distribus hujan ditentukan berdasarkan model distribusi hipotettik


yaitu menggunakan alternating block method, karena tidak terdapat data
pencatatan hujan otomatis atau tipikal pola distribusi hujan (Chow, 1997). Pola
distribusi hujan selanjutnya dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.17.
RT =T . Rt −(T −1)× R(T −1)................................(2.17)
dengan:
RT : intensitas curah hujan untuk lama hujan T (mm/jam),
Rt : rerata hujan dari awal sampai jam ke T (mm/jam),
T : lamanya curah hujan (jam).
R(T-1): rerata hujan awal sampai jam ke T – 1.

2. Curah Hujan Efektif


Analisis curah hujan efektif dengan menganggap proses transformasi
hujan menjadi limpasan langsung mengikuti proses linear tidak berubah oleh
waktu (Sudarmin, 2017). Analisis curah hujan efektif dapat dihitung
menggunakan Persamaan 2.18.
Rn =C × R .................................................(2.18)

dengan:
Rn : curah hujan efektif (mm/jam),
C : koefisien pengaliran, ditunjukkan pada Tabel 2.9,
R : curah hujan rencana (mm/jam).

Tabel 2.9 Koefisien Pengaliran


No Kondisi Daerah Aliran Sungai Harga C
1 Daerah pegunungan yang curam 0,75 - 0,90
2 Daerah pegunungan tersier 0,70 - 0,80
3 Tanah bergelombang dan hutan 0,50 - 0,75
4 Tanah dataran yang ditanami 0,45 - 0,60
5 Persawahan yang diairi 0,70 - 0,80
6 Sungai di daerah pegunungan 0,75 - 0,85
7 Sungai kecil di dataran 0,45 - 0,75
8 Sungai besar yang lebih dari setengah 0,50 - 0,75
daerah alirannya terdiri dari dataran
Sumber : Sosrodarsono, 2006
23

3. Analisis Debit Banjir Rencana Metode HSS Nakayasu


Ada beberapa persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung debit
banjir. Pada penelitian ini, untuk menghitung debit banjir rencana
menggunakan Hidrgorfaf Satuan Sintetik Metode Nakayasu. Nakayasu
mengembangkan hidrograf satuan berdasarkan beberapa sungai di Jepang.
Bentuk Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu menggunakan Persamaan 2.19.

1 A Re
Q p= . ...............................................(2.19)
3,6 0,3 T p +T 0,3

dengan:
T p=t g +0,8 T r............................................................(2.20)

t g=0,4+0,058 L( L>15 km)......................................(2.21)

t g=0,21 L0,7 ( L< 15 km).............................................(2.22)

T 0,3=α t g...................................................................(2.23)

T r=0,5t g sampai t g..................................................(2.24)

Q p : debit puncak banjir (m3/detik),


A : luas DAS (km2),
Re : curah hujan efektif (1 mm),
T p : waktu permulaan banjir sampai puncak hidrograf (jam),
T 0,3 : waktu konsentrasi (jam),
tg : waktu konsentrasi (jam),
T r : satuan waktu dari curah hujan (jam),
α : koefisien karakteristik DAS biasanya diambil 2,
L : panjang sungai utama (km).
Bentuk hidrograf satuan sintetis Nakayasu ditunjukkan pada Gambar 2.9.
dengan berdasarkan pada persamaan sebagai berikut:
24

Gambar 2.9 Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu (Triatmodjo, 2014)

1. Pada kurva naik (0<t <T p)


Q t =Q p ¿...........................................................(2.25)
2. Pada kurva turun (T p< t<T p +T 0,3)
(t−T p)/T 0,3
Qt =Q p × 0,3 .........................................(2.26)
3. Pada kurva turun (T p+ T 0,3 < t<T p +T 0,3+ 1,5T 0,3)
[ (t −T p )+ ( 0,5 T 0,3 ) ]/(1,5 T 0,3 )..........................(2.27)
Qt =Q p × 0,3
4. Pada kurva turun (t >T p +T 0,3 +1,5 T 0,3)

Qt =Q p × 0,3[ (
t −T p )+ ( 1,5T 0,3 ) ] /(2T 0,3)
............................(2.28)

II.5 Hidrolika Sungai


Saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas disebut
saluran terbuka. Saluran terbuka dapat digolongkan menjadi saluran alam dan
saluran buatan. Saluran alam meliputi semua saluran air yang terdapat secara
alamiah di bumi mulai dari anak selokan kecil di pegunungan, kali, sungai kecil,
sungai besar sampai ke muara sungai (Laya, 2019).

II.5.1 Jenis Aliran


Aliran dalam saluran terbuka maupun saluran tertutup yang mempunyai
permukaan bebas disebut aliran permukaan bebas (free surface flow) atau aliran
saluran terbuka (open channel flow). Permukaan bebas mempunyai tekanan sama
dengan tekanan atmosfir. Jika pada aliran tidak terdapat permukaan bebas dan
saluran penuh, maka aliran yang terjadi disebut aliran dalam pipa (pipe flow) atau
aliran tertekan (pressurized flow). Aliran dalam pipa tidak mempunyai tekanan
atmosfir akan tetapi tekanan hidrolik. Dalam saluran tertutup kemungkinan dapat
25

terjadi aliran bebas maupun aliran tertekan pada saat yang berbeda. Misalnya
gorong-gorong untuk saluran drainase, pada saat normal alirannya bebas,
sedangkan pada saat banjir karena hujan tiba-tiba air akan memenuhi gorong-
gorong sehingga aliran tertejan (Suripin dan Sangkawati, 2008).

II.5.2 Klasifikasi Aliran


Aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan menjadi berbagai tipe.
Berdasarkan perubahan kedalaman dan/atau kecepatan mengikuti fungsi waktu,
aliran dibedakan menjadi aliran permanen (steady) dan tidak permanen
(unsteady). Berdasarkan fungsi ruang, aliran dibedakan menjadi aliran seragam
(uniform) dan tidak seragam (non-uniform) (Suripin, 2004). Klasifikasi aliran
pada saluran terbuka ditunjukkan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Klasifikasi Aliran pada Saluran Terbuka (Suripin, 2004)


1. Aliran Permanen dan Aliran Tidak Permanen
Jika kecepatan aliran pada suatu titik tidak berubah terhadap waktu, maka
alirannya disebut aliran permanen (steady flow). Namun, jika kecepatan pada
suatu lokasi tertentu berubah terhadap waktu maka alirannya disebut aliran
tidak permanen (unsteady flow) (Suripin, 2004).
2. Aliran Seragam dan Aliran Berubah
26

Jika kecepatan aliran pada suatu waktu tertentu tidak berubah sepanjang
saluran yang ditinjau, maka alirannya disebut aliran seragam (uniform flow).
Namun, jika kecepatan aliran pada saat tertentu berubah terhadap jarak, maka
alirannya disebut aliran tak seragam atau aliran berubah (non-uniform flow or
varied flow). Bergantung pada laju perubahan kecepatan terhadap jarak, aliran
dapat diklasifikasikan menjadi aliran berubah lambat laun (gradually varied
flow) atau aliran berubah tiba-tiba (rapidly varied flow) (Suripin, 2004).
3. Aliran Laminer dan Turbulen
Jika partikel zat cair yang bergerak mengikuti alur tertentu dan aliran
tampak seperti gerakan serat-serat atau lapisan-lapisan tipis yang paralel, maka
alirannya disebut aliran laminer. Sebaliknya, jika partikel zat cair bergerak
mengikuti alur yang tidak beraturan, baik ditinjau terhadap ruang maupun
waktu, maka alirannya disebut aliran turbulen (Suripin, 2004).

II.5.3 Distribusi Kecepatan


Kecepatan aliran dalam saluran biasanya sangat bervariasi dari satu titik ke
titik lainnya. Hal ini disebabkan adanya tegangan geser di dasar dan dinding
saluran dan keberadaan permukaan bebas. Distribusi kecepatan pada potongan
melintang saluran ditunjukkan pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Distribusi Kecepatan pada Potongan Melintang Saluran (Suripin,


2004)
27

Kecepatan aliran mempunyai tiga komponen arah menurut koordinat


kartesius. Namun, komponen arah vertikal dan lateral biasanya kecil dan dapat
diabaikan. Kecepatan aliran yang searah dengan arah aliran saja yang
diperhitungkan. Komponen kecepatan ini bervariasi terhadap kedalaman
permukaan air (Suripin, 2004). Pola distribusi kecepatan aliran ditunjukkan pada
Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Pola Distribusi Kecepatan Aliran (Suripin dan Sangkawati, 2008)

II.5.4 Kecepatan Aliran


Kecepatan rata-rata aliran seragam turbulen dalam saluran terbuka biasanya
dinyatakan dengan rumus aliran seragam. Prinsip aliran seragam yaitu kedalaman
aliran adalah konstan dalam waktu dan ruang, gaya gravitasi yang ada diimbangi
oleh gaya friksi yang ada, dan aliran yang benar-benar seragam jarang ditemukan
dalam kenyataan dan ada beberapa aliran yang diasumsikan sebagai aliran
seragam.
Dalam menentukan tegangan geser dan distribusi kecepatan dalam aliran
turbulen digunakan pendekatan empiris. Seorang insinyur Irlandia bernama
28

Robert Manning dalam Chow (1997) mengemukakan sebuah rumus untuk


menghitung kecepatan rata-rata menggunakan Persamaan 2.29.
2 1
1
v= R 3 S 2 ............................................................(2.29)
n
dengan:
v : kecepatan rata-rata (m/detik),
R : jari-jari hidrolik (m),
S : kemiringan dasar saluran,
n : koefisien kekasaran manning, ditunjukkan pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10 Tipikal Harga Koefisien Manning, n
Harga n
No Tipe Saluran dan Jenis Baham Norma
Minimum Maksimum
l
1 Beton
a. Gorong-gorong lurus dan bebas dari
0,010 0,011 0,013
kotoran
b
Gorong-gorong dengan lengkungan
. 0,011 0,013 0,014
dan sedikit kotoran/gangguan
c. Beton dipoles 0,011 0,012 0,014
d Saluran pembuang dengan bak
  0,013 0,015 0,017
. kontrol
2 Tanah, lurus, dan seragam
a. Bersih baru 0,016 0,018 0,020
b
Bersih telah melapuk 0,018 0,022 0,025
.
c. Berkerikil 0,022 0,025 0,030
d
Berumput pendek, sedikit tanaman
. 0,022 0,027 0,033
pengganggu
   
3 Saluran alam
a. Bersih lurus 0,025 0,030 0,030
b
Bersih, berkelok-kelok 0,033 0,040 0,045
.
c. Banyak tanaman pengganggu 0,050 0,070 0,080
d Dataran banjir bertumpuk pendek-
0,025 0,030 0,035
. tinggi
  e. Saluran di belukar 0,035 0,050 0,070
Sumber : Chow, 1977

II.5.5 Kapasitas Saluran


Kapasitas aliran (Q) untuk saluran menggunakan Persamaan 2.30.
29

Q = A . v................................................(2.30)
dengan:
Q : debit (m3/detik),
A : luas penampang aliran (m2),
v : kecepatan aliran (m/detik).
II.5.6 Perhitungan Profil Muka Air
Ada beberapa tahapan yang dapat dipakai untuk menghitung profil muka air
pada aliran permanen tidak beraturan, diantaranya adalah Metode Tahapan
Langsung, Metode tahapan Standar, Metode Integrasi Grafis, Metode Bresse,
Metode Deret, dan Metode Flamant (Suripin dan Sangkawati, 2008).

1. Metode Tahapan Langsung (Direct Step Method)


Metode tahapan langsung adalah cara yang mudah dan simpel untuk
menghitung profil muka air pada aliran tidak permanen. Metode ini
dikembangkan dari Persamaan 2.31.
V 21 V 22
Z1 +h 1+ =Z 2 +h2 + +h f ..................................(2.31)
2g 2g
dengan:
Z : ketinggian dasar saluran dari garis referensi (m),
h : kedalaman air dari dasar saluran (m),
V : kecepatan rata-rata (m/detik),
g : gaya gravitasi bumi (m2/detik),
hf : kehilangan energi karena gesekan dengan dasar saluran (m).

2. Metode Tahapan Standar (Standard Step Method)


Metode ini dikembangkan dari persamaan energi total dari aliran pada
saluran terbuka. Metode ini menggunakan Persamaan 2.32 dan Persamaan
2.33.
V 21 V2
Z1 +h 1+ =Z 2 +h2 + 2 +h f ..................................(2.32)
2g 2g
E1 = E2 + hf............................................................(2.33)
30

dengan:
Z : ketinggian dasar saluran dari garis referensi (m),
h : kedalaman air dari dasar saluran (m),
V : kecepatan rata-rata (m/detik),
g : gaya gravitasi bumi (m2/detik),
hf : kehilangan energi karena gesekan dengan dasar saluran (m),
E : energi spesifik (m).

II.6 Program HEC-RAS


Analisis tinggi muka air pada penelitian ini menggunakan program HEC-
RAS 6.0. HEC-RAS adalah singkatan dari Hydraulic Engineering Center-River
Analysis System. HEC-RAS dibuat oleh Hydrologic Engineering Center (HEC)
yang merupakan satu divisi di dalam Institute for Water Resources (IWR) yang
merupakan satuan kerja di bawah US Army Corps of Engineers (USACE) (Mehta,
dkk, 2014).
HEC-RAS merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran sungai,
model satu dimensi aliran permanen maupun tak permanen (Omran, dkk, 2018).
HEC-RAS versi terbaru yang beredar saat ini adalah versi 6.0 yang memiliki
empat model komponen model satu dimensi yaitu sebagai berikut:
1. Hitungan profil muka air aliran permanen.
2. Simulasi aliran tak permanen.
3. Hitungan transpor sedimen.
4. Hitungan kualitas dan temperatur air.
Keempat komponen tersebut menggunakan data geometri yang sama,
hitungan hidrolika yang sama, routline hitungan hidrolika yang sama serta
beberapa fitur desain hidrolik yang dapat diakses setelah hitungan profil muka air
berhasil dilakukan.
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini berada di Jembatan Molintogupo yang
menghubungkan Desa Alale Kecamatan Suwawa Tengah dan Desa Molintogupo
Kecamatan Suwawa Selatan, dengan posisi geografis koordinat 00º 31’ 50,8”
Lintang Utara dan 123º 10’ 16,8” Bujur Timur. Lokasi penelitian ditunjukkan
pada Gambar 3.1.

Sumber: Google Earth, 2021


Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

III.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan pada penelitian ini adalah:
1. Alat tulis menulis
2. Smart phone untuk mengambil gambar di lokasi penelitian

31
32

3. Laptop untuk menjalankan software yang diperlukan


III.3 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder bersifat
teoritis, seperti dokumen-dokumen yang diperoleh dari instansi terkait. Data
sekunder yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data curah hujan.
2. Luas DAS Bolango-Bone.
3. Potongan melintang sungai.
4. Potongan memanjang jembatan berupa panjang jembatan, lebar jembatan dan
elevasi dasar jembatan.

III.4 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
hidrologi dan analisis hidrolika.

III.4.1 Analisis Hidrologi


Analisis hidrologi pada penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan debit
banjir rencana. Data curah hujan yang sudah dikumpulkan dilakukan analisis
distribusi curah hujan menggunakan metode Poligon Thiessen untuk mendapatkan
curah hujan rata-rata. Setelah itu menentukan parameter-parameter statistik (Sd,
Cs, Ck, dan Cv) untuk memilih distribusi curah hujan yang sesuai. Distribusi
frekuensi curah hujan yang dimaksud adalah dengan menggunakan metode
Normal, Log Normal, Log Person Tipe III dan Gumbel. Setelah didapatkan salah
satu metode distribusi frekuensi yang sesuai, kemudian melakukan uji kecocokan
distribusi frekuensi tersebut dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat dan uji
Smirnov-Kolmogorov. Selanjutnya dilakukan analisis distribusi hujan jam-jaman
menggunakan rumus Mononobe. Setelah itu dilakukan analisis debit banjir
rencana menggunakan metode HSS Nakayasu untuk mendapatkan debit banjir
rencana.
33

III.4.2 Analisis Hidrolika


Analisis hidrolika pada penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan tinggi
muka air pada saat terjadi debit banjir rencana. Analisis hidrolika pada penelitian
ini dibantu dengan menggunakan program HEC-RAS. Data-data yang diperlukan
pada program HEC-RAS adalah profil melintang sungai berupa lebar dan
kedalaman sungai dan debit banjir yang merupakan hasil dari analisis hidrologi.
Tahapan analisis hidrolika menggunakan HEC-RAS sebagai berikut:

1. Membuat File HEC-RAS Baru


a. Membuka HEC-RAS

Gambar 3.2 Tampilan Utama Program HEC-RAS

b. Pilih new project dari menu file

Gambar 3.3 Tampilan New Project

Isi nama file pada Tittle, nama file dengan akhiran .prj, kemudian klik
tombol OK.
34

c. Unit System
Sistem satuan yang dipakai dalam HEC-RAS dapat mengikuti Sistem
Amerika (US Customary) atau Sistem Internasional (SI). Default satuan
adalah US Customary. Untuk mengubahnya klik pada menu Options
│System International (Metric System)│Set as default for new project.

Gambar 3.4 Tampilan Unit System

2. Input Data Geometri Sungai


a. Aktifkan layar Geometric Data, klik tombol Cross Section. Masukkan data
tampang lintang di setiap ruas sungai. Urutan memasukkan data tampang
lintang di ruas sungai boleh tidak urut, namun untuk nomor tampang lintang
harus urut. Nomor tampang lintang harus dari hilir ke hulu. Koefisien
kontraksi dan ekspansi tidak diganti sama dengan nilai default.

Gambar 3.5 Tampilan Geometric Data


35

b. Untuk memasukkan data tampang lintang (cross section) dari ujung hilir ke
ujung hulu klik Options│Add a new Cross Section.

Gambar 3.6 Tampilan Cross Section Data

c. Memasukkan nomor tampang lintang. Tampang lintang diidentifikasikan


sebagai River Sta yang diberi nomor urut, mulai dari ujung hilir ke ujung
hulu.
d. Memasukkan nama setiap stasiun dan jarak stasiun sebagai keterangan
tampang lintang pada Description.
e. Pada kolom Cross Section Koordinat, masukkan data koordinat di River Sta
dari titik paling kiri ke kanan. Station dimasukkan data jarak titik ukur dari
kiri dan Elevation dimasukkan data elevasi titik.
f. Memasukkan angka pada kolom Down Stream Reach Lenghts yang
merupakan jarak tampang ke tampang tetangga di sisi hilir yang terdiri dari:
a) Left overbank, LOB : jarak antar bantaran kiri,
b) Main channel, Channel : jarak antar alur utama,
c) Right overbank, ROB : jarak antar bantaran kanan.
g. Memasukkan nilai koefisien kekasaran dasar, Manning’s n Values yang
diperoleh dari Tabel angka manning berdasarkan kondisi lapangan.
36

h. Data Cont/Exp Coefficients dibiarkan sesuai dengan nilai default dari HEC-
RAS. Untuk Contraction nilainya 0,1 dan Expansion nilainya 0,3.
i. Klik Apply Data, untuk menyimpan data ke dalam HEC-RAS. Kemudian
HEC-Ras akan menampilkan tampang lintang sungai.
j. Ulangi langkah (3) sampai (9) pada menu Options│Copy Current Cross
Section, untuk memasukkan data tampang lintang sungai selanjutnya.
k. Setelah semua data terisi, untuk menyimpan data tampang lintang sungai
(cross section) klik pada layar editor geometri File│Save Geometri Data.
3. Input Data Debit
Pada HEC-RAS ada dua jenis aliran yaitu aliran permanen (steady flow)
dan aliran tak permanen (unsteady flow). Pada penelitian ini jenis aliran
permanen (Steady flow). Klik tampilan awal HEC-RAS Edit│Steady Flow
Data. Ganti angka Enter/Edit Number of Profiles masukkan angka sesuai
dengan jumlah kala ulang yang digunakan, pada penelitian ini digunakan 2 kala
ulang. Kemudian isi besaran debit pada Profil Names and Flow Rates.

Gambar 3.7 Tampilan Steady Flow Data

4. Analisis Data yang telah Dimasukkan


a. Klik menu Run│Steady Flow Analysis.
37

Gambar 3.8 Tampilan Steady Flow Analysis

b. Biarkan pilihan yang lain apa adanya untuk Steady Flow File, dan Mixed
(Subcritical dan Supercritical) untuk Flow Regime.
c. Klik tombol Compute untuk mengaktifkan modul hitungan hidrolika. HEC-
Ras akan melakukan hitungan profil muka air, kemudian hitungan selesai.
5. Output HEC-RAS
Apabila telah melakukan langkah 1 sampai langkah 4, hasil analisis tinggi
muka air dapat dilihat pada menu View Cross Section.

Gambar 3.9 Tampilan View Cross Section


38

III.5 Tahapan Penelitian


Tahapan-tahapan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan, yaitu membaca referensi yang berhubungan dengan
penelitian.
2. Tahap pengumpulan data, ada dua data yang diperlukan yaitu data primer
berupa profil melintang sungai, kecepatan aliran dan profil memanjang
jembatan. Data sekunder berupa curah hujan dan luas DAS.
3. Tahap analisis data, pada tahap ini dilakukan analisis hidrologi dan analisis
hidrolika menggunakan rumus-rumus yang sudah ada.
4. Tahap akhir, yaitu menyusun hasil dan pembahasan penelitian dalam bentuk
laporan skripsi dan artikel ilmiah.
Tahapan-tahapan penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.10.
39

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Sekunder:
1. Data Curah Hujan
2. Data luas DAS
3. Potongan Melintang Sungai
4. Potongan Memanjang Jembatan

Analisis Hidrologi:
1. Analisis Distribusi Curah Hujan
2. Analisis Frekuensi
3. Uji Kecocokan
4. Analisis Debit Banjir

Analisis Tinggi Muka Air

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Laporan Skripsi dan


Artikel Ilmiah

Selesai
40

Gambar 3.10 Bagan Alir


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini berada di Jembatan Molintogupo yang
menghubungkan Desa Alale Kecamatan Suwawa Tengah dan Desa Molintogupo
Kecamatan Suwawa Selatan, dengan posisi geografis pada koordinat 00º 31’
50,8” Lintang Utara dan 123º 10’ 16,8” Bujur Timur. Pada Juni 2020, di Sungai
Bone terjadi banjir besar yang mengakibatkan Jembatan Molintogupo ambruk
terseret arus luapan Sungai Bone. Pada 28 Desember 2020, Jembatan
Molintogupo yang baru telah diresmikan dan masih beroperasi hingga saat
penelitian ini dibuat.

IV.1.1 Kondisi Topografi


Kabupaten Bone Bolango berada pada ketinggian 7 meter sampai 600 meter
di atas permukaan laut. Kemiringan lereng di Kabupaten Bone Bolango bervariatif
diantaranya lereng datar dengan kemiringan 15% sampai 25%, lereng dengan
kemiringan 25% sampai 40%, dan lereng dengan kemiringan diatas 40% (Badan
Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango, 2021).
Secara umum, kondisi topografi Kabupaten Bone Bolango dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu kondisi laha dengan permukaan dataran tinggi (bergunung)
dan bertekstur morfologi kasar yaitu yang berada di Kecamatan Suwawa,
Bonepantai, Kabila Bone, Bone, Bone Raya, Botupingge, dan Tilongkabila.
Kondisi lahan dengan relief berbukit dengan tekstur morfologi sedang yang
berada disetiap kecamatan di Kabupaten Bone Bolango. Kondisi dengan relief
permukaan rendah yang berada di Kecamatan Tapa, Suwawa, dan Kabila (Badan
Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango, 2021).

IV.1.2 Kondisi Iklim


Kabupaten Bone Bolango memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan. Curah hujan dipengaruhi keadaan iklim, topografi, dan perputaran

41
42

arus angin. Curah hujan bulanan yang tercatat pada tahun 2021 berkisar antara
105,10 mm/bulan sampai 505,50 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 13 hari
sampai 28 hari. Rata-rata suhu udara tiap bulannya berkisar antara 27,10º C
sampai 29,75º C. Lama penyinaran matahari berkisar antara 47,50% sampai
73,33%. Kelembaban udara yang tercatat berkisar antara 72,38% sampai 84,76%,
dengan kecepatan angin yang berkisar antara 0,39 m/detik sampai 0,63 m/detik
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango, 2021).

IV.1.3 Kondisi Hidrologi


Kabupaten Bone Bolango memiliki dua DAS besar yaitu DAS Bone dan
DAS Bolango. Salah satu suungai yang mengalir di DAS Bolango-Bone adalah
Sungai Bone. Sungai Bone memiliki panjang 124,25 km dengan lebar melintang
sungai yang bervariasi antara 38,5 m sampai 101,25 m serta kedalaman
maksimum 3,27 m (Pantolay, 2013). Luas Catchment Area pada penelitian ini
berdasarkan hasil analisis ArcMap 10.8 sebesar 1195,29 km2 dan panjang sungai
utama 78,03 km dengan titik kontrol yang berada pada Jembatan Molintogupo.
Penampang melintang sungai yang ditinjau sepanjang 200 meter dari ruas
Jembatan Molintogupo ke arah hulu Sungai Bone dan 150 meter ke arah hilir
Sungai Bone. Catchment Area pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Titik Kontrol (Jembatan Molintogupo)

Gambar 4.1 Catchment Area


43

IV.2 Analisis Hidrologi


Analisis hidrologi bertujuan untuk mendapatkan nilai debit banjir di Sungai
Bone pada ruas Jembatan Molintogupo. Analisis hidrologi memerlukan data curah
hujan harian maksimum dari stasiun hujan yang berada di sekitar lokasi penelitian
serta data luas DAS dari lokasi penelitian sampai ke hulu sungai Bone. Data curah
hujan diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sulawesi II yaitu dari stasiun hujan
Bolango-Bone Alale, Bolango-Bone Pangi, dan Bolango-Bone Pinogu. Setiap
stasiun hujan memiliki data curah hujan selama 10 tahun mulai tahun 2011 sampai
tahun 2020. Data curah hujan ditunjukkan pada Lampiran 1.

IV.2.1 Analisis Distribusi Curah Hujan


Analisis distribusi curah hujan bertujuan untuk mengetahui curah hujan rata-
rata yang terjadi pada DAS Bolango-Bone. Pada penelitian ini menggunakan
Metode Poligon Thiessen. Syarat untuk metode Poligon Thiessen luas DAS harus
lebih dari 500 km2 dan kurang dari 5000 km2 . Pembagian daerah aliran pada DAS
Bolango-Bone dengan metode Poligon Thiessen menggunakan software ArcMap
10.8 ditunjukkan pada Lampiran 2. Adapun pembagian daerah dengan metode
Poligon Thiessen ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Luas Daerah Tangkapan Hujan


No Nama Stasiun Hujan Luas Daerah Tangkapan Hujan (km²) Koefisien Thiessen
1 Stasiun Bolango-Bone Alale 66,66 0,056
2 Stasiun Bolango-Bone Pangi 342,66 0,287
3 Stasiun Bolango-Bone Pinogu 785,98 0,658
Luas Total 1.195,29 1,000

Curah hujan yang digunakan adalah curah hujan maksimum dari masing-
masing stasiun yang terjadi pada taggal, bulan, dan tahun kejadian yang sama.
Analisis distribusi curah hujan menggunakan Persamaan 2.2 ditunjukkan pada
Tabel 4.2.

A1 . d 1+ A 2 . d 2 +…+ A n . d n
d=
A
¿ ( 0,056 ×72,5 )+ ( 0,287× 61,8 ) +¿ ¿
Tabel 4.2 Analisis Curah Hujan Metode Poligon Thiessen
44

Bolango-Bone Alale Bolango-Bone Pangi Bolango-Bone Pinogu Rata-rata


No Tahun Tanggal Poligon Maks
0,056 0,287 0,658 Thiessen
05-Des 72,5 61,8 28,6 40,6
1 2011 25-Okt 51,8 91,3 0,0 29,1 99,5
15-Sep 10,0 3,5 149,0 99,5
19-Okt 240,0 14,2 1,5 18,4
2 2012 22-Feb 53,6 90,6 0,7 29,4 54,6
04-Jul 0,0 0,0 83,1 54,6
10-Mar 87,1 21,3 0,0 11,0
3 2013 26-Jun 42,9 68,7 0,0 22,1 68,0
04-Agu 1,4 7,4 100,0 68,0
08-Agu 59,9 59,9 0,0 20,5
4 2014 17-Des 51,7 89,2 3,0 30,4 64,7
28-Nov 0,0 0,0 98,4 64,7
03-Mei 80,0 3,7 10,0 12,1
5 2015 19-Apr 7,3 74,8 3,1 23,9 61,0
25-Nov 0,0 0,0 92,8 61,0
17-Jun 90,1 8,6 0,0 7,5
6 2016 26-Okt 75,0 65,2 0,0 22,9 67,2
29-Feb 22,5 0,0 100,3 67,2
11-Sep 81,3 37,6 0,0 15,3
7 2017 21-Feb 3,7 104,8 2,0 31,6 54,6
18-Feb 0,5 0,0 83,0 54,6
25-Apr 66,3 3,4 5,8 8,5
8 2018 13-Agu 65,4 60,5 0,0 21,0 74,6
17-Nov 44,6 38,1 93,1 74,6
29-Apr 80,3 65,3 108,3 94,4
9 2019 07-Jun 9,0 95,7 0,0 27,9 94,4
29-Apr 80,3 65,3 108,3 94,4
03-Jul 105,5 133,6 77,0 94,8
10 2020 03-Jul 105,5 133,6 77,0 94,8 129,4
28-Jul 53,8 83,7 155,8 129,4

Rekapitulasi hasil analisis distribusi curah hujan harian maksimum


menggunakan metode Poligon Thiessen ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Analisis Distribusi Curah Hujan Harian Maksimum


No Tahun Curah Hujan Harian Maksimum
1 2011 99,5
2 2012 54,6
3 2013 68,0
4 2014 64,7
5 2015 61,0
6 2016 67,2
7 2017 54,6
8 2018 74,6
9 2019 94,4
10 2020 129,4

IV.2.2 Parameter Statistik


Hasil analisis curah hujan harian maksimum menggunakan metode Poligon
Thiessen selanjutnya dilakukan analisis parameter statistik. Analisis parameter
45

statistik diperlukan untuk mengetahui metode analisis frekuensi yang akan


digunakan. Parameter-parameter tersebut adalah Standar Deviasi (Sd), Koefisien
Skewness (Cs), Koefisien Kurtosis (Ck), dan Koefisien Variasi (Cv). Analisis
parameter statistik ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Analisis Parameter Statistik


Curah 2 3 4
No Tahun ̅
Xi - X ̅ )
(Xi - X ̅ )
(Xi - X ̅ )
(Xi - X
Hujan (Xi)
1 2011 99,54 22,72 516,28 11730,79 266544,37
2 2012 54,64 -22,17 491,62 -10900,47 241690,89
3 2013 67,96 -8,86 78,50 -695,57 6163,00
4 2014 64,70 -12,11 146,70 -1776,76 21519,88
5 2015 61,02 -15,79 249,46 -3939,95 62228,32
6 2016 67,21 -9,61 92,31 -886,87 8520,80
7 2017 54,61 -22,21 493,30 -10956,42 243346,45
8 2018 74,63 -2,19 4,79 -10,47 22,90
9 2019 94,41 17,60 309,61 5447,85 95859,23
10 2020 129,44 52,63 2769,59 145754,78 7670618,76
Σ 768,16 5152,15 133766,90 8616514,60
̅X 76,82

Berdasarkan Tabel 4.4, selanjutnya


Hasil dapat diperoleh paramater-parameter
statistik berupa Standar Deviasi,76,82
Koefisien Skewness, Koefisien Kurtosis, dan
23,93
Koefisien Varians menggunakan Persamaan
1,36 2.4 sampai Persamaan 2.7.
1,40
Standar deviasi: 0,31

√∑
n
Sd= ¿¿¿¿
i

Koefisien Skewness:

n
Cs=n ∑ ¿ ¿ ¿
i

10 ×133766,90
¿ =1,36 mm
(10−1 ) ( 10−2 ) 23,933

Koefisien Kurtosis:
46

n
Ck=n
2
∑ ¿¿¿
i

2
10 × 8616514,60
¿ =5,22mm
(10−1 ) ( 10−2 ) ( 10−3 ) 23,934

Koefisien Varians:

Sd
Cv=
X

23,93
¿ =0,31
76,82

Penentuan metode analisis distribusi frekuensi yang akan digunakan


berdasarkan hasil analisis parameter statistik ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Pemilihan Metode Analisis Distribusi Frekuensi


No Distribusi Persyaratan Hasil Perhitungan Keterangan
Cs ≈ 0 Cs = 1,36 Tidak
1 Normal
Ck ≈ 3 Ck = 5,22 Memenuhi
3
Cs = Cv + 3Cv = 0,96 Cs = 1,36 Tidak
2 Log Normal 8 6 4 2
Ck = Cv + 6Cv + 15Cv + 16Cv + 3 = 4,70 Ck = 5,22 Memenuhi
Cs = 1,14 Cs = 1,36 Tidak
3 Gumbel
Ck = 5,4 Ck = 5,22 Memenuhi
Cs = 1,36
4 Log Pearson Tipe III Selain dari nilai di atas Memenuhi
Ck = 5,22

Berdasarkan Tabel 4.5 maka metode yang digunakan untuk analisis


distribusi frekuensi adalah metode Log Pearson Tipe III.

IV.2.3 Analisis Distribusi Frekuensi


Hasil analisis distribusi frekuensi menggunakan metode Log Pearson Tipe
III ditunjukkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Analisis Distribusi Frekuensi Metode Log Pearson Tipe III
47

Curah 2 3 4
No Tahun Log Xi ̅
Log Xi - Log X ̅ )
(Log Xi - Log X ̅ )
(Log Xi - Log X ̅ )
(Log Xi - Log X
Hujan (Xi)
1 2011 99,54 1,9980 0,12910 0,01667 0,00215 0,00028
2 2012 54,64 1,7375 -0,13135 0,01725 -0,00227 0,00030
3 2013 67,96 1,8322 -0,03666 0,00134 -0,00005 0,00000
4 2014 64,70 1,8109 -0,05795 0,00336 -0,00019 0,00001
5 2015 61,02 1,7855 -0,08340 0,00696 -0,00058 0,00005
6 2016 67,21 1,8274 -0,04146 0,00172 -0,00007 0,00000
7 2017 54,61 1,7372 -0,13165 0,01733 -0,00228 0,00030
8 2018 74,63 1,8729 0,00402 0,00002 0,00000 0,00000
9 2019 94,41 1,9750 0,10614 0,01127 0,00120 0,00013
10 2020 129,44 2,1121 0,24319 0,05914 0,01438 0,00350
Σ 18,69 0,13505 0,01229 0,00457
Log X̅ 1,87
Sd 0,12
Cs 0,93

Berdasarkan Tabel 4.6, selanjutnya untuk menentukan nilai KT yang


diperoleh dari Tabel 2.3 harus berdasarkan Koefisien Skewness (Cs). Hasil
analisis distribusi frekuensi berdasarkan periode ulang (T) menggunakan metode
Log Pearson Tipe III menggunakan Persamaan 2.10 ditunjukkan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Analisis Distribusi Frekuensi berdasarkan Periode Ulang (T)
No Kala Ulang Rumus KT Log Xt Xt
1 5 Tahun 0,766 1,9792 95,33
2 10 Tahun 1,339 2,0495 112,08
3 25 Tahun ̅ + KT . Sd
Log Xt = Log X 2,026 2,1336 136,01
4 50 Tahun 2,511 2,1931 155,98
5 100 Tahun 2,976 2,2501 177,85

Log XT = Log X + KT . Sd
= 1,87 + 0,766 x 0,12
= 1,9792 mm
XT = 95,33 mm
IV.2.4 Uji Distribusi Frekuensi
Uji distribus frekuensi dilakukan untuk memastikan apakah metode Log
Pearson Tipe III yang dipilih analisis distribusi frekuensi dapat digunakan atau
tidak. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menguji distribusi frekuensi yaitu
uji Chi-Kuadrat dan uji Smirnov-Kolmogorov.
48

1. Uji Chi-Kuadrat
Syarat uji Chi-Kuadrat adalah apabila x2 < x2cr, maka metode yang
dipilih pada analisis distribusi frekuensi dapat digunakan. Hasil analisis
untuk uji Chi-Kuadrat ditunjukkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Chi-Kuadrat


2
Probabilitas Ef Of Ef - Of (Ef-Of) /Ef
0,00<P<0,25 2,5 2 0,5 0,100
0,25<P<0,50 2,5 3 -0,5 0,100
0,50<P<0,75 2,5 3 -0,5 0,100
0,75<P<1,00 2,5 2 0,5 0,100
2
10 10 x 0,400

Jumlah kelas:

K = 1 + 3,3 Log n
= 1 + 3,3 Log 10
= 4,33 = 4 kelas
Frekuensi banyaknya kelas yang diharapkan terjadi:

n 10
Ef ¿ = = 2,5
K 5

Derajat kejenuhan:

DK = K – (α + 1)
= 4  (2+1) = 1
Berdasarkan DK = 1 dari Tabel 2.7 diperoleh nilai x 2cr adalah 3,841
sehingga metode Log Pearson Tipe III yang digunakan pada analisis
distribusi frekuensi dapat diterima karena memenuhi syarat untuk uji Chi-
Kuadrat yaitu x2 < x2cr (0,400 < 3,841).

2. Uji Smirnov-Kolmogorov
Syarat uji Smirnov-Kolmogorov adalah apabila ∆maks < ∆kritik maka
metode yang dipilih pada analisis distribusi frekuensi dapat digunakan.
Hasil analisis untuk uji Smirnov-Kolmogorov ditunjukkan pada Tabel 4.9.
49

Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Smirov-Kolmogorov


m Xi P = m/n + 1 P(x<) = 1-P ̅ )/Sd
K = (Xi - X P'(x) D = P'(x) - P(x<)
1 129,44 0,09 0,91 2,20 0,98 0,07
2 99,54 0,18 0,82 0,95 0,83 0,01
3 94,41 0,27 0,73 0,74 0,77 0,04
4 74,63 0,36 0,64 -0,09 0,46 -0,17
5 67,96 0,45 0,55 -0,37 0,36 -0,19
6 67,21 0,55 0,45 -0,40 0,34 -0,11
7 64,70 0,64 0,36 -0,51 0,31 -0,06
8 61,02 0,73 0,27 -0,66 0,25 -0,02
9 54,64 0,82 0,18 -0,93 0,18 -0,01
10 54,61 0,91 0,09 -0,93 0,18 0,09
̅X 76,82 ∆maks 0,09
Sd 23,93 ∆kritik 0,41

Berdasarkan Tabel 4.9 metode Log Pearson Tipe III yang dipilih pada
analisis distribusi frekuensi dapat digunakan karena memenuhi syarat untuk
uji Smirnov-Kolmogorov yaitu ∆maks < ∆kritik (0,09 < 0,41). Uji Smirnov-
Kolmogorov juga bisa dilakukan dengan menggunakan cara grafis untuk
mencari nilai ∆maks dengan cara melakukan penggambaran pada kertas
probabilitas. Hasil penggambaran pada kertas probabilitas Log Pearson Tipe
III ditunjukkan pada Gambar 4.2.

∆maks = 0,11

Gambar 4.2 Penggambaran pada Kertas Probabilitas

Berdasarkan Gambar 4.2 diperoleh ∆maks = 0,11 sehingga Metode


Log Pearson Tipe III pada analisis distribusi frekuensi masih memenuhi
syarat untuk Uji Smirnov-Kolmogorov metode grafis yaitu ∆maks < ∆kritik
(0,11 < 0,41).
50

IV.2.5 Analisis Debit Banjir Rencana


1. Curah Hujan Jam-Jaman
Pada penelitian ini tidak terdapat data pencatatan hujan jam-jaman, maka
perhitungan pola distribusi hujan menggunakan rumus Mononobe pada
Persamaan 2.17. Pada perhitungan untuk mendapat hidrograaf banjir
menggunakan cara hidrograf satuan sintetik, curah hujan yang terjadi dibagi
dalam suatu selang waktu. Selang waktu yang diperlukan antara 5 – 7 jam.
Hasil analisis intensitas hujan jam-jaman ditunjukkan pada Tabel 4.10.

()
R 24 6 2
Rt = × 3
6 T

×( )
R 24 6 2
¿ 3
6 1
¿ 0,55 R24
Tabel 4.10 Intensitas Hujan
T (jam) RT (mm/jam)
1 0,55 R24
2 0,35 R24
3 0,26 R24
4 0,22 R24
5 0,19 R24
6 0,17 R24

Penentuan distribusi hujan dihitung menggunakan pola hujan jam-jaman


untuk durasi 6 jam. Pola distribusi hujan dihitung menggunakan Persamaan
2.18 yang ditunjukkan pada Tabel 4.11 dan Gambar 4.3.

RT =T . Rt −(T −1) × R(T −1)=1 ×0,55−0 ×100 %=55,03 %


Tabel 4.11 Pola Distribusi Hujan
T (jam) Distribusi (%)
1 55,03
2 14,30
3 10,03
4 7,99
5 6,75
6 5,90
51

Gambar 4.3 Pola Distribusi Hujan

2. Analisis Curah hujan Efektif


Analisis distribusi curah hujan yang diperoleh kemudian dianalisis lagi
untuk mendapatkan curah hujan efektif. Analisis curah hujan efektif
menggunakan Persamaan 2.18 dengan koefisien pengaliran diperoleh dari
Tabel 2.9 untuk perhitungan debit banjir lebih baik digunakan koefisien yang
lebih besar dari 0,70 dan koefisien yang kurang dari 0,50 harus ditiadakan,
tetapi harus disesuaikan juga dengan kondisi daerah pengaliran dan sungai.
Hasil analisis curah hujan efektif ditunjukkan pada Tabel 4.12.

Rn =C × R=0,85 ×95,33=81,03 mm

Tabel 4.12 Hasil Analisis Curah Hujan Efektif


Hujan Harian Koefisien Hujan Efektif
Kala Ulang
Maksimum (mm) Pengaliran (C ) (mm)
5 Tahun 95,33 0,85 81,03
10 Tahun 112,08 0,85 95,26
25 Tahun 136,01 0,85 115,61
50 Tahun 155,98 0,85 132,58
100 Tahun 177,85 0,85 151,17
52

Hasil analisis curah hujan efektif kemudian dikalikan dengan pola


distribusi hujan jam-jaman sehingga diperoleh distibusi curah hujan efektif
jam-jaman. Hasil analisis distribusi curah hujan efektif jam-jaman ditunjukkan
pada Tabel 4.13.

Curah hujan efektif jam-jaman = Rn x Distribusi

= 81,03 x 55,03 % = 44,59 mm

Tabel 4.13 Distribusi Curah Hujan Efektif Jam-Jaman


Hujan Efektif (mm)
T (jam) Distribusi (%) 5 Tahun 10 Tahun 25 Tahun 50 Tahun 100 Tahun
81,03 95,26 115,61 132,58 151,17
1 55,03 44,59 52,43 63,62 72,96 83,19
2 14,30 11,59 13,63 16,54 18,96 21,62
3 10,03 8,13 9,56 11,60 13,30 15,17
4 7,99 6,47 7,61 9,23 10,59 12,08
5 6,75 5,47 6,43 7,80 8,94 10,20
6 5,90 4,78 5,62 6,82 7,82 8,91

3. Analisis Debit Banjir Metode HSS Nakayasu


Parameter-parameter yang dibutuhkan pada analisis debit banjir
menggunakan metode HSS Nakayasu ditunjukkan pada Tabel 4.14.

Luas DAS = 1195,291 km2


Panjang sungai = 78,03 km
Waktu konsentrasi:
t g=0,4+0,058 L ( L> 15 km )
¿ 0,4+ 0,058(78,03)=¿4,93 jam
Waktu konsentrasi 0,3:
T 0,3=α t g=2 × 4,93=9,85 jam
Waktu lama hujan:
T r=0,5t g =0,5 × 4,93=2,46 jam
Waktu puncak:
T p=t g +0,8 T r=4,93+ ( 0,8 ×2,46 )=6,89 jam
Debit puncak:
1 A Re
Q p= .
3,6 0,3 T p +T 0,3
53

1 1195,29× 1 3
¿ . =27,85 m /detik
3,6 (0,3 ×6,89)+9,85
Tabel 4.14 Parameter Debit Banjir Metode HSS Nakayasu

No Keterangan Besaran Satuan


2
1 Luas DAS (A) 1195,291 km
2 Panjang Sungai (L) 78,03 km
3 Waktu Konsentrasi, T g (L > 15 Km) 4,92574 Jam
4 Waktu Konsentrasi 0,3; T 0,3 9,85148 Jam
5 Waktu Lama Hujan, tr 2,46287 Jam
6 Waktu Puncak, T p 6,896036 Jam
7 0,3Tp 2,068811 Jam
3
8 Debit Puncak Banjir, Qp 27,854 m /detik

Selanjutnya ordinat metode HSS Nakayasu ditunjukkan pada Gambar 4.2


dan Tabel 4.15.

a. Pada kurva naik (0 < t < Tp = 0 < t < 6,89)


Q t =Q p ¿
¿ 27,85 ¿ m3 /detik
b. Pada kurva turun (T p< t<T p +T 0,3 = 6,89 < t < 16,75)
(t−T p)/T 0,3
Qt =Q p × 0,3
(16,75−6,89 )/ 9,85 3
¿ 27,85 ×0,3 =8,356 m /d etik
c. Pada kurva turun (T p+ T 0,3 < t<T p +T 0,3+ 1,5T 0,3)
[ (t −T p )+ ( 0,5 T 0,3 ) ]/(1,5T 0,3 )
Qt =Q p × 0,3
[ ( 31,52−6,89) + ( 0,5 ×9,85 ) ] / (1,5× 9,85) 3
¿ 27,85 ×0,3 =2,507 m /detik
d. Pada kurva turun (t >T p +T 0,3 +1,5 T 0,3)
[ (t −T p )+ ( 1,5T 0,3 ) ]/(2T 0,3)
Qt =Q p × 0,3
[ ( 40−6,89) + ( 1,5 × 9,85)] /(2× 9,85) 3
¿ 27,85 ×0,3 =1,494 m /detik
54

Gambar 4.4 Ordinat HSS Nakayasu

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa debit puncak pada ordinat
HSS Nakayasu sebesar 27,854 m3/detik dan berada pada waktu puncak 6,90
jam. Selanjutnya analisis debit banjir rencana metode HSS Nakayasu dengan
Kala Ulang 25 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun masing-masing ditunjukkan
pada Tabel 4.16, Tabel 4.17, dan Tabel 4.18.
55

Tabel 4.15 Ordinat HSS Nakayasu


3 3
t (jam) Qt Asli (m /detik) Qt Koreksi (m /detik)
0 0,00 0,00
1 0,27 0,26
2 1,43 1,38
3 3,78 3,64
4 7,54 7,27
5 12,88 12,42
6 19,94 19,23
6,90 27,85 26,86
7 27,50 26,52
8 24,34 23,47
9 21,54 20,77
10 19,06 18,38
11 16,87 16,26
12 14,93 14,39
13 13,21 12,74
14 11,69 11,27
15 10,35 9,98
16 9,16 8,83
16,75 8,36 8,06
17 8,19 7,89
18 7,55 7,28
19 6,96 6,71
20 6,41 6,18
21 5,91 5,70
22 5,45 5,25
23 5,02 4,84
24 4,63 4,46
25 4,27 4,11
26 3,93 3,79
27 3,62 3,49
28 3,34 3,22
29 3,08 2,97
30 2,84 2,74
31,52 2,51 2,42
31 2,59 2,50
32 2,44 2,35
33 2,29 2,21
34 2,15 2,08
35 2,03 1,95
36 1,91 1,84
37 1,79 1,73
38 1,69 1,63
39 1,59 1,53
40 1,49 1,44
Jumlah 344,34 332,03
Kedalaman Hujan 1,04 1
56

Tabel 4.16 Debit Banjir Rencana HSS Nakayasu Kala Ulang 25 Tahun
Qt Hujan Efektif Jam-Jaman (mm)
Waktu Debit
3 1 2 3 4 5 6 3
(jam) (m /detik) (m /detik)
63,62 16,54 11,60 9,23 7,80 6,82
0 0,000 0 0
1 0,261 16,60 0,00 16,60
2 1,377 87,60 4,31 0,00 91,92
3 3,644 231,81 22,77 3,03 0,00 257,61
4 7,267 462,36 60,25 15,97 2,41 0,00 541,00
5 12,415 789,89 120,18 42,27 12,72 2,03 0,00 967,09
6 19,231 1223,50 205,31 84,30 33,65 10,74 1,78 1.559,27
6,90 26,858 1708,75 318,01 144,02 67,11 28,41 9,39 2.275,70
7 26,519 1687,18 444,14 223,08 114,65 56,67 24,84 2.550,56
8 23,468 1493,09 438,53 311,55 177,59 96,82 49,54 2.567,13
9 20,768 1321,32 388,08 307,62 248,03 149,97 84,63 2.499,66
10 18,379 1169,32 343,44 272,23 244,90 209,45 131,09 2.370,43
11 16,265 1034,80 303,93 240,91 216,72 206,81 183,08 2.186,26
12 14,394 915,76 268,97 213,20 191,79 183,01 180,77 1.953,50
13 12,738 810,41 238,02 188,67 169,73 161,96 159,98 1.728,77
14 11,273 717,18 210,64 166,97 150,20 143,33 141,57 1.529,90
15 9,976 634,68 186,41 147,76 132,92 126,84 125,29 1.353,90
16 8,828 561,66 164,97 130,76 117,63 112,25 110,87 1.198,15
16,75 8,057 512,63 145,99 115,72 104,10 99,34 98,12 1.075,89
17 7,893 502,19 133,24 102,41 92,12 87,91 86,83 1.004,70
18 7,276 462,90 130,53 93,47 81,53 77,80 76,84 923,05
19 6,706 426,68 120,32 91,56 74,41 68,85 68,00 849,81
20 6,182 393,29 110,90 84,40 72,89 62,84 60,18 784,50
21 5,698 362,52 102,22 77,80 67,19 61,56 54,93 726,21
22 5,252 334,15 94,23 71,71 61,93 56,74 53,81 672,57
23 4,841 308,01 86,85 66,10 57,09 52,30 49,60 619,94
24 4,462 283,91 80,06 60,93 52,62 48,21 45,72 571,44
25 4,113 261,69 73,79 56,16 48,50 44,44 42,14 526,72
26 3,791 241,22 68,02 51,76 44,71 40,96 38,84 485,51
27 3,495 222,34 62,70 47,71 41,21 37,75 35,80 447,52
28 3,221 204,95 57,79 43,98 37,99 34,80 33,00 412,51
29 2,969 188,91 53,27 40,54 35,01 32,08 30,42 380,23
30 2,737 174,13 49,10 37,37 32,27 29,57 28,04 350,48
31,52 2,417 153,79 45,26 34,44 29,75 27,25 25,85 316,34
31 2,496 158,80 39,97 31,75 27,42 25,12 23,82 306,89
32 2,348 149,39 41,28 28,04 25,28 23,16 21,96 289,09
33 2,209 140,53 38,83 28,95 22,32 21,34 20,24 272,22
34 2,078 132,20 36,53 27,24 23,05 18,85 18,66 256,52
35 1,955 124,36 34,36 25,62 21,68 19,46 16,48 241,97
36 1,839 116,99 32,32 24,10 20,40 18,31 17,01 229,14
37 1,730 110,06 30,41 22,68 19,19 17,23 16,01 215,56
38 1,627 103,53 28,61 21,33 18,05 16,20 15,06 202,78
39 1,531 97,40 26,91 20,07 16,98 15,24 14,16 190,76
40 1,440 91,62 25,32 18,88 15,97 14,34 13,32 179,46
57

Tabel 4.17 Debit Banjir Rencana HSS Nakayasu Kala Ulang 50 Tahun
Hujan Efektif Jam-Jaman (mm)
Waktu Qt Debit
3 1 2 3 4 5 6 3
(jam) (m /detik) (m /detik)
72,96 18,96 13,30 10,59 8,94 7,82
0 0,000 0,00 0,00
1 0,261 19,03 0,00 19,03
2 1,377 100,46 4,95 0,00 105,41
3 3,644 265,84 26,11 3,47 0,00 295,42
4 7,267 530,24 69,10 18,32 2,76 0,00 620,41
5 12,415 905,84 137,82 48,47 14,58 2,33 0,00 1.109,05
6 19,231 1403,10 235,45 96,68 38,59 12,31 2,04 1.788,17
6,90 26,858 1959,59 364,70 165,16 76,96 32,59 10,76 2.609,76
7 26,519 1934,85 509,34 255,83 131,48 64,99 28,48 2.924,97
8 23,468 1712,26 502,91 357,29 203,66 111,03 56,81 2.943,97
9 20,768 1515,28 445,05 352,78 284,44 171,98 97,06 2.866,59
10 18,379 1340,97 393,85 312,19 280,85 240,20 150,33 2.718,39
11 16,265 1186,70 348,55 276,28 248,54 237,16 209,96 2.507,19
12 14,394 1050,18 308,45 244,50 219,95 209,88 207,31 2.240,27
13 12,738 929,37 272,97 216,37 194,64 185,74 183,46 1.982,55
14 11,273 822,46 241,56 191,48 172,25 164,37 162,35 1.754,47
15 9,976 727,84 213,77 169,45 152,44 145,46 143,68 1.552,64
16 8,828 644,11 189,18 149,96 134,90 128,73 127,15 1.374,03
16,75 8,057 587,88 167,42 132,71 119,38 113,92 112,52 1.233,82
17 7,893 575,91 152,80 117,44 105,65 100,81 99,58 1.152,19
18 7,276 530,85 149,69 107,19 93,49 89,22 88,12 1.058,55
19 6,706 489,31 137,98 105,00 85,33 78,95 77,98 974,56
20 6,182 451,02 127,18 96,79 83,59 72,06 69,01 899,66
21 5,698 415,73 117,23 89,22 77,05 70,59 62,99 832,81
22 5,252 383,21 108,06 82,23 71,02 65,07 61,71 771,30
23 4,841 353,22 99,60 75,80 65,47 59,98 56,88 710,95
24 4,462 325,58 91,81 69,87 60,34 55,28 52,43 655,32
25 4,113 300,11 84,63 64,40 55,62 50,96 48,32 604,04
26 3,791 276,63 78,00 59,36 51,27 46,97 44,54 556,78
27 3,495 254,98 71,90 54,72 47,26 43,30 41,06 513,22
28 3,221 235,03 66,28 50,44 43,56 39,91 37,85 473,06
29 2,969 216,64 61,09 46,49 40,15 36,79 34,88 436,05
30 2,737 199,69 56,31 42,85 37,01 33,91 32,16 401,93
31,52 2,417 176,36 51,90 39,50 34,12 31,25 29,64 362,78
31 2,496 182,11 45,84 36,41 31,45 28,81 27,32 351,93
32 2,348 171,31 47,33 32,16 28,99 26,55 25,18 331,53
33 2,209 161,16 44,53 33,20 25,60 24,48 23,21 312,18
34 2,078 151,61 41,89 31,24 26,43 21,62 21,40 294,18
35 1,955 142,62 39,41 29,38 24,87 22,32 18,90 277,49
36 1,839 134,17 37,07 27,64 23,39 21,00 19,51 262,78
37 1,730 126,21 34,87 26,00 22,01 19,75 18,36 247,20
38 1,627 118,73 32,81 24,46 20,70 18,58 17,27 232,55
39 1,531 111,69 30,86 23,01 19,47 17,48 16,24 218,77
40 1,440 105,07 29,03 21,65 18,32 16,45 15,28 205,80
58

Tabel 4.18 Debit Banjir Rencana HSS Nakayasu Kala Ulang 100 Tahun
Hujan Efektif Jam-Jaman (mm)
Waktu Qt Debit
3 1 2 3 4 5 6 3
(jam) (m /detik) (m /detik)
83,19 21,62 15,17 12,08 10,20 8,91
0 0,00 0,00 0,00
1 0,26 21,70 0,00 21,70
2 1,38 114,55 5,64 0,00 120,19
3 3,64 303,12 29,77 3,96 0,00 336,85
4 7,27 604,60 78,79 20,89 3,15 0,00 707,42
5 12,42 1032,89 157,15 55,27 16,63 2,66 0,00 1.264,59
6 19,23 1599,88 268,47 110,24 44,00 14,04 2,33 2.038,95
6,90 26,86 2234,41 415,84 188,32 87,76 37,15 12,27 2.975,77
7 26,52 2206,20 580,77 291,70 149,92 74,11 32,48 3.335,19
8 23,47 1952,40 573,44 407,40 232,22 126,61 64,78 3.356,85
9 20,77 1727,80 507,47 402,25 324,33 196,11 110,67 3.268,62
10 18,38 1529,03 449,09 355,98 320,23 273,88 171,42 3.099,64
11 16,26 1353,13 397,43 315,03 283,39 270,42 239,41 2.858,81
12 14,39 1197,47 351,71 278,79 250,79 239,32 236,38 2.554,45
13 12,74 1059,71 311,25 246,71 221,94 211,78 209,19 2.260,59
14 11,27 937,80 275,44 218,33 196,41 187,42 185,12 2.000,53
15 9,98 829,92 243,75 193,22 173,81 165,86 163,83 1.770,39
16 8,83 734,45 215,71 170,99 153,82 146,78 144,98 1.566,73
16,75 8,06 670,32 190,90 151,32 136,12 129,89 128,30 1.406,86
17 7,89 656,68 174,23 133,91 120,46 114,95 113,54 1.313,77
18 7,28 605,29 170,68 122,22 106,61 101,73 100,48 1.207,01
19 6,71 557,93 157,33 119,73 97,30 90,02 88,92 1.111,24
20 6,18 514,28 145,02 110,36 95,32 82,16 78,69 1.025,83
21 5,70 474,04 133,67 101,73 87,86 80,49 71,82 949,61
22 5,25 436,95 123,21 93,77 80,98 74,19 70,36 879,47
23 4,84 402,76 113,57 86,43 74,65 68,39 64,85 810,65
24 4,46 371,25 104,69 79,67 68,81 63,04 59,78 747,22
25 4,11 342,20 96,49 73,43 63,42 58,11 55,10 688,76
26 3,79 315,42 88,94 67,69 58,46 53,56 50,79 634,87
27 3,49 290,74 81,99 62,39 53,89 49,37 46,82 585,19
28 3,22 267,99 75,57 57,51 49,67 45,51 43,15 539,40
29 2,97 247,03 69,66 53,01 45,78 41,94 39,78 497,20
30 2,74 227,70 64,21 48,86 42,20 38,66 36,66 458,30
31,52 2,42 201,10 59,18 45,04 38,90 35,64 33,80 413,65
31 2,50 207,65 52,27 41,52 35,86 32,85 31,15 401,29
32 2,35 195,34 53,97 36,67 33,05 30,28 28,71 378,02
33 2,21 183,76 50,77 37,86 29,19 27,91 26,47 355,96
34 2,08 172,87 47,76 35,62 30,14 24,65 24,40 335,44
35 1,95 162,62 44,93 33,51 28,35 25,45 21,55 316,41
36 1,84 152,98 42,27 31,52 26,67 23,94 22,25 299,64
37 1,73 143,91 39,76 29,65 25,09 22,52 20,93 281,87
38 1,63 135,38 37,41 27,89 23,60 21,19 19,69 265,17
39 1,53 127,36 35,19 26,24 22,21 19,93 18,52 249,45
40 1,44 119,81 33,10 24,68 20,89 18,75 17,42 234,66

Rekapitulasi hasil analisis debit banjir rencana metode HSS Nakayasu


ditunjukkan pada Tabel 4.19 dan Gambar 4.5.
59

Tabel 4.19 Rekapitulasi Debit Banjir Rencana Metode HSS Nakayasu


3
T (jam) Debit Banjir (m /detik)
25 Tahun 50 Tahun 100 Tahun
0 0,00 0,00 0,00
1 16,60 19,03 21,70
2 91,92 105,41 120,19
3 257,61 295,42 336,85
4 541,00 620,41 707,42
5 967,09 1.109,05 1.264,59
6 1.559,27 1.788,17 2.038,95
6,90 2.275,70 2.609,76 2.975,77
7 2.550,56 2.924,97 3.335,19
8 2.567,13 2.943,97 3.356,85
9 2.499,66 2.866,59 3.268,62
10 2.370,43 2.718,39 3.099,64
11 2.186,26 2.507,19 2.858,81
12 1.953,50 2.240,27 2.554,45
13 1.728,77 1.982,55 2.260,59
14 1.529,90 1.754,47 2.000,53
15 1.353,90 1.552,64 1.770,39
16 1.198,15 1.374,03 1.566,73
16,75 1.075,89 1.233,82 1.406,86
17 1.004,70 1.152,19 1.313,77
18 923,05 1.058,55 1.207,01
19 849,81 974,56 1.111,24
20 784,50 899,66 1.025,83
21 726,21 832,81 949,61
22 672,57 771,30 879,47
23 619,94 710,95 810,65
24 571,44 655,32 747,22
25 526,72 604,04 688,76
26 485,51 556,78 634,87
27 447,52 513,22 585,19
28 412,51 473,06 539,40
29 380,23 436,05 497,20
30 350,48 401,93 458,30
31,52 316,34 362,78 413,65
31 306,89 351,93 401,29
32 289,09 331,53 378,02
33 272,22 312,18 355,96
34 256,52 294,18 335,44
35 241,97 277,49 316,41
36 229,14 262,78 299,64
37 215,56 247,20 281,87
38 202,78 232,55 265,17
39 190,76 218,77 249,45
40 179,46 205,80 234,66
60

Gambar 4.5 Rekapitulasi Debit Banjir Rencana Metode HSS Nakayasu

Berdasarkan Tabel 4.19 dan Gambar 4.5 diperoleh debit banjir rencana
metode HSS Nakayasu untuk kala ulang 25 tahun sebesar 2.567,13 m 3/detik,
kala ulang 50 tahun sebesar 2.943,97 m3/detik, dan kala ulang 100 tahun
sebesar 3.356,85 m3/detik masing-masing terjadi pada jam ke 8.

IV.3 Analisis Tinggi Muka Air


Analisis tinggi muka air pada penelitian ini dibantu dengan menggunakan
program HEC-RAS versi 6.0. Pada program HEC-RAS data-data yang diperlukan
adalah data topografi sungai, dan debit banjir sesuai dengan kala ulang yang
digunakan. Data debit banjir diperoleh dari hasil analisis debit banjir metode HSS
Nakayasu.
Data topografi sungai yang dimasukkan pada program HEC-RAS adalah
sepanjang 350 meter, yaitu 200 meter dari ruas Jembatan Molintogupo ke arah
hulu Sungai Bone dan 150 meter dari ruas Jembatan Molintogupo ke arah hilir
Sungai Bone. Elevasi dasar Jembatan Molintogupo berada pada 38,72 meter dan
panjang Jembatan 120 meter. Data debit banjir metode HSS Nakayasu
menggunakan kala ulang 50 tahun sesuai umur rencana jembatan standar menurut
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2017. Tahapan-
tahapan memasukkan data topografi sungai dan debit banjir rencana pada program
HEC-RAS telah dijelaskan di BAB III pada Metode Analisis Data. Hasil analisis
61

tinggi muka air banjir menggunakan program HEC-RAS ditunjukkan pada


Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Hasil Analisis Tinggi Muka Air Banjir Kala Ulang 50 Tahun

Berdasarkan Gambar 4.6 diperoleh bahwa elevasi tinggi muka air banjir
dengan kala ulang 50 tahun berada pada elevasi 35,08 m sedangkan dasar
Jembatan Molintogupo berada pada elevasi 38,72 m, sehingga ruang bebas (C)
antara tinggi muka air banjir dengan dasar jembatan sebesar 3,64 m, sehingga
jembatan tersebut aman terhadap debit banjir kala ulang 50 tahun. Pada elevasi
tinggi muka air banjir dengan kala ulang 100 tahun tetap dilakukan analisis tinggi
muka air menggunakan HEC-RAS yang ditunjukkan pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Hasil Analisis Tinggi Muka Air Banjir Kala Ulang 100 Tahun
62

Pada kala ulang 100 tahun elevasi muka air banjir berada pada 35,54 m
sehingga ruang bebas (C) sebesar 3,18 m. Maka keberadaan jembatan tersebut
masih tetap aman meskipun untuk kala ulang 100 tahun. Namun, pada elevasi
muka air banjir kala ulang 50 tahun terjadi luapan air banjir pada tebing kanan
sungai, sedangkan untuk kala ulang 100 tahun terjadi luapan air banjir pada tebing
kiri dan kanan sungai. Adapun rekapitulasi hasil analisis muka air banjir
menggunakan HEC-RAS ditunjukkan pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Analisis MAB Kala Ulang 50 dan 100 Tahun
Elevasi Tebing Elevasi MAB
No No Sta Keterangan
Kanan Kiri 50 Tahun 100 Tahun
1 0+000 31,91 32,37 30,29 30,34 Tidak Meluap
2 0+025 32,32 32,84 30,36 30,42 Tidak Meluap
3 0+050 32,37 32,89 35,54 35,97 Meluap pada tebing kiri dan kanan
4 0+075 32,54 32,38 35,48 35,96 Meluap pada tebing kiri dan kanan
5 0+100 32,37 32,77 35,53 35,98 Meluap pada tebing kiri dan kanan
6 0+125 32,32 33,54 35,67 36,16 Meluap pada tebing kiri dan kanan
7 0+150 32,23 33,74 35,45 35,93 Meluap pada tebing kiri dan kanan
8 0+175 32,12 35,02 35,38 35,87 Meluap pada tebing kiri dan kanan
9 0+200 32,08 35,23 35,25 35,74 Meluap pada tebing kiri dan kanan
10 0+225 31,99 32,36 33,50 33,89 Meluap pada tebing kiri dan kanan
11 0+250 32,21 32,04 32,99 33,24 Meluap pada tebing kiri dan kanan
12 0+275 31,91 31,88 32,60 32,83 Meluap pada tebing kiri dan kanan
13 0+300 31,91 31,77 32,27 32,46 Meluap pada tebing kiri dan kanan
14 0+325 31,63 31,98 32,20 32,40 Meluap pada tebing kiri dan kanan
15 0+350 31,47 31,53 31,61 31,79 Meluap pada tebing kiri dan kanan

Berdasarkan Tabel 4.19 diperoleh pada sta 0+050 sampai sta 0 +350 terjadi
luapan air banjir pada tebing kiri dan kanan sungai, sehingga diperlukan
penanganan khusus seperti membuat bangunan pengendali banjir pada ruas sungai
yang mengalami luapan air banjir.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil analisis debit banjir rencana menggunakan metode Hidrograf Satuan
Sintetik Nakayasu untuk kala ulang 25 tahun sebesar 2567,13 m3/detik, kala
ulang 50 tahun sebesar 2943,97 m3/detik, dan kala ulang 100 tahun sebesar
3356,85 m3/detik masing-masing terjadi pada jam ke 8.
2. Berdasarkan hasil pemodelan HEC-RAS, elevasi tinggi muka air banjir dengan
kala ulang 50 dan 100 tahun pada ruas Jembatan Molintogupo berada pada
35,08 m dan 35,54 m sedangkan dasar Jembatan Molintogupo berada pada
elevasi 38,72 m, maka ruang bebas (C) masing-masing sebesar 3,64 m dam
3,18 m, sehingga jembatan tersebut aman terhadap banjir rencana dengan kala
ulang 50 dan 100 tahun.

V.2 Saran
Adapun saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan aliran tak permanen
(umsteady flow) dengan menggunakan data hidrograf satuan.
2. Pada analisis hujan jam-jaman, sebaiknya menggunakan data pencatatan hujan
jam-jaman yang ada.
3. Pada analisis curah hujan efektif, sebaiknya menggunakan metode phi indeks
jika memiliki data debit.
4. Hasil dari penelitian ini bisa menjadi referensi untuk menentukan elevasi
bangunan pengendalian banjir terutama pada daerah yang mengalami luapan
air banjir.

63
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango, 2021. Bone Bolango dalam
Angka 2021. Bone Bolango: BPS Kabupaten Bone Bolango.
Chow, V., 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta: Erlangga.
Kahfi, A. H., Fauzi, M. dan Amri, K., 2019. Analisis Debit Puncak Sungai Air
Lelangi Terhadap Elevasi Dasar Jembatan. Bengkulu, Civil Engineering
and Built Environment Conference, pp. 52-61.
Kamase, M., Hendratta, L. A. dan Sumarauw, J. S. F., 2017. Analisis Debit dan
Tinggi Muka Air Sungai Tondano di Jembatan Desa Kuwil Kecamatan
Kalawat. Jurnal Sipil Statistik. Volume 5 No 4, Hal 175-185.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017. Kriteria
Perencanaan Jembatan dan Pembebanan Jembatan. Jakarta Selatan:
Kementerian PUPR.
Laya, A. L. M., 2019. Evaluasi Kapasitas Tampang Sungai Bolango (Pasca
Normalisasi Sungai). Skripsi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Mehta, D. J., Ramani, M. dan Joshi, M., 2014. Aplication of 1-D HEC-RAS Model
in Design of Channels. International Journal of Innovative Research in
Advanced Engineering. Volume 1 No 7, Hal 103-107.
Mursid, M. & Yatmadi, D., 2020. Perkiraan Tinggi Standar Lantai Jembatan
Terhadap Pengaruh Muka Air Banjir. Politeknologi. Volume 16 No 1, Hal
17-24.
Omran, Z. A., Othman, N. Y., dan Saleh, Z. A., 2018. Steady Flow Analysis for
Shatt Al-Hilla using HEC-RAS Program. International Journal of Civil
Engineering and Technology. Volume 9 No 6, Hal 524-533.
Pasaribu, M. J., 2016. Evaluasi Kondisi Tinggi Jagaan (Freeboard) Jembatan
Kereta Api pada Sungai Batang Serangan. Tugas Akhir. Bidang Studi
Teknik Sumber Daya Air, Departemen Teknik SIpil, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pantolay, A., 2013. Analisis Profil Fisik Sungai Bone Kabupaten Bone Bolango.
Skripsi. Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas
Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Soemarto, 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional.
Sosrodarsono, S. dan Takeda, K., 2006. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT
Pradnya Paramita.

64
65

Sudarmin, M. A., 2017. Analisis Debit Banjir Rancangan dan Kapasitas


Pelimpah Bendungan Way Yori. Tugas Akhir. Jurusan Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Suripin dan Sangkawati, S., 2008. Buku Ajar Hidrolika. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Triatmodjo, B., 2014. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Curah Hujan

66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
Lampiran 2 Peta Catchment Area

Sta Bolango-Bone Pinogu

Sta Bolango-Bone Pangi

Sta Bolango-Bone Alale

95
96
97

Lampiran 3 Data Geometri Sungai Bone

STA 0+000 Jarak Elevasi


STA 0+025 Jarak Elevasi
0 31,91
0 32,32
10 31,73
10 32,22
20 31,56
20 32,03
30 29,62
30 31,85
40 29,64
38 29,19
50 29,66
40 29,59
60 29,68
50 29,61
70 29,7
60 29,64
80 29,72
70 29,66
90 29,74
80 29,68
100 29,77
90 29,7
110 29,79
100 29,73
120 29,8
110 29,74
125 32,37
120 29,76
130 29,77
135 29,5
137 32,84

STA 0+050 Jarak Elevasi STA 0+075 Jarak Elevasi


0 32,36 0 32,35
10 32,18 10 32,4
14 32,37 20 32,54
20 29,86 22,7 29,54
30 29,59 30 29,52
40 29,61 40 29,54
50 29,63 50 29,55
60 29,64 60 29,56
70 29,65 70 29,57
80 29,67 80 29,59
90 29,68 90 29,62
100 29,69 100 29,64
110 29,71 110 29,67
120 30,1 120 29,69
122 32,89 121 29,7
123 32,38
98

STA 0+100 Jarak Elevasi STA 0+125 Jarak Elevasi


0 32,31 0 32,29
10 32,34 10 32,32
20 32,37 20 30,58
28 29,34 22,5 29,31
30 29,41 30 29,27
40 29,44 40 29,26
50 29,46 50 29,25
60 29,49 60 29,24
70 29,51 70 29,23
80 29,54 80 29,24
90 29,56 90 29,26
100 29,59 100 29,27
110 29,61 110 29,28
120 29,63 120 29,3
127 32,77 125 33,2
130 33,54

STA 0+150 Jarak Elevasi STA 0+175 Jarak Elevasi


0 32,23 0 32,12
10 32,17 10 32,01
20 32,05 20 31,9
30 30,81 30 31,75
40 29,01 40 30,28
50 29 50 28,83
60 29,01 60 28,53
70 29,03 70 28,72
80 29,06 80 28,9
90 29,09 90 28,97
100 29,12 100 29
110 29,15 116,24 28,87
113 29,14 118,4 33,38
115,5 31,47 120 34,11
118,48 31,27 130 35,02
120 33,89
130 33,74
99

STA 0+200 Jarak Elevasi STA 0+225 Jarak Elevasi


0 32,06 0 31,94
10 32,08 10 31,99
20 31,97 20 29,78
30 31,86 22 28,96
40 31,74 30 28,93
50 31,82 40 28,88
60 30,97 50 28,83
70 29,89 60 28,77
80 28,6 70 28,71
90 28,01 80 28,65
100 27,98 90 28,59
110 28,38 95,65 28,66
120 28,79 96,68 29,99
124,19 28,74 100 31,05
126,58 32,55 101,71 32,36
130 35,23
133,6 35,12

STA 0+250 Jarak Elevasi STA 0+275 Jarak Elevasi


0 31,99 0 31,91
6,35 32,21 10 31,87
10 31,77 20 31,32
17,85 31,17 27,28 28,75
20 29,56 30 28,76
30 28,94 40 28,87
40 28,91 50 28,9
50 28,87 60 28,93
60 28,83 70 28,96
70 28,79 80 28,98
80 28,76 90 29,01
90 28,72 100 29,04
100 28,7 110 29,07
107,08 31,6 120 31,4
110 32,04 130 31,88
120 31,83
100

STA 0+300 Jarak Elevasi STA 0+325 Jarak Elevasi


0 31,82 0 31,63
10 31,16 10 31,21
20 31,91 20 30,88
30 30,2 25,82 28,32
STA 0+350 Jarak Elevasi
35,66 28,4 30 28,33
0 31,47 40 28,44
40 28,45
10 31,14 50 28,56
50 28,56
20 30,81 60 28,67
60 28,67
30 30,46 70 28,78
70 28,78
80 28,89 34,62 30,31 80 28,9
90 29 40 29,22 90 29,01
43,38 28,46 100 29,18
100 29,12
110 29,22 50 28,26 110 29,36
60 28,06 120 29,43
120 29,35
70 28,24 130 31,2
125,46 29,4
130 30,08 80 28,42 140 31,98
90 28,6148,73 31,57
140 31,77
100 28,78
145,75 31,65
110 28,96
120 29,14
130 29,28
140 29,24
150 29,21
156,78 31,53
160 31,25

Lampiran 4 Hasil Analisis Tinggi Muka Air Banjir Kala Ulang 50 Tahun

STA 0+000
101

STA 0+025

STA 0+050

STA 0+075
102

STA 0+100

STA 0+125

STA 0+150
103

STA 0+175

STA 0+200

STA 0+225
104

STA 0+250

STA 0+275

STA 0+300
105

STA 0+325

STA 0+350

Lampiran 5 Hasil Analisis Tinggi Muka Air Banjir Kala Ulang 100 Tahun
106

STA 0+000

STA 0+025

STA 0+050
107

STA 0+075

STA 0+100

STA 0+125
108

STA 0+150

STA 0+175

STA 0+200
109

STA 0+225

STA 0+250

STA 0+275
110

STA 0+300

STA 0+325

STA 0+350

Lampiran 6 Dokumentasi
111

Kondisi Eksisting Muka Air Normal Sungai Bone di Ruas Jembatan Molintogupo

Anda mungkin juga menyukai