Anda di halaman 1dari 150

SKRIPSI

EVALUASI GENANGAN BANJIR SALURAN DRAINASE


PRIMER MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS (SIG) DI KECAMATAN JEKAN RAYA
KOTA PALANGKA RAYA
Oleh :

NURUL HIDAYAT
NIM. DAB 117 022

JURUSAN/PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PALANGKA RAYA
2021
EVALUASI GENANGAN BANJIR SALURAN DRAINASE
PRIMER MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS (SIG) DI KECAMATAN JEKAN RAYA
KOTA PALANGKA RAYA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Strata-1 pada Jurusan/Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya

Oleh :
NURUL HIDAYAT
NIM. DAB 117 022

Disetujui untuk diajukan dalam Sidang Skripsi

Palangka Raya, ......................2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Ir. Hendro Suyanto, M.T). (Nomeritae, S.T., M.Eng., PhD)


NIP. 19590831 198903 1 002 NIP. 19791109 200312 2 002

Mengetahui:
Jurusan/Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya
Ketua,

(Dr. RUDI WALUYO, S.T., M.T.)


NIP. 19780608 200501 1 003
RINGKASAN

EVALUASI GENANGAN BANJIR SALURAN DRAINASE PRIMER


MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI
KECAMATAN JEKAN RAYA KOTA PALANGKA RAYA, Nurul Hidayat,
DAB117022, Jurusan/Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Palangka Raya

Pertumbuhan jumlah penduduk akan berbanding lurus dengan perkembangan


kawasan perkotaan dan meningkatkan kawasan pemukiman sehingga berkurangnya
kawasan resapan air hujan, hal tersebut mengakibatkan air hujan akan lebih banyak
dialirkan kedalam saluran drainase dan sering kali saluran drainase tidak dapat
menampung, volume air yang ada dan pada akhirnya menimbulkan banjir. Banjir akan
sangat merugikan masyarakat, pemerintah maupun lingkungan. Banjir mempunyai
konsekuensi yang cukup kompleks mulai dari pencemaran lingkungan, sosial, ekonomi
dan kesehatan. Sehingga perlu diketahui nilai debit beban rencana dan kapasitas dari
saluran drainase primer yang ada. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui debit beban saluran drainase primer dan kapasitas saluran drainase
primer di Kecamatan Jekan Raya.
Tahap awal penelitian dilakukan pengumpulan data primer berupa dimensi
saluran dan data sekunder berupa curah hujan serta peta kontur Kecamatan Jekan Raya.
Tahap kedua dilakukan analisis hidrologi untuk mengetahui debit beban rencana yang
mengalir pada saluran drainase primer, dengan menggunakan metode rasional berbasis
Sistem Informasi Geografis (SIG) dan analisis hidraulika untuk mengetahui kapasitas
saluran drainase primer existing. Tahap Ketiga hasil dari analisis diatas dilakukan
perbandingan sehingga diketahui ruas saluran drainase primer yang berfungsi dengan
baik dan yang tidak.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan daerah di sekitar ruas saluran drainase
primer P1, P6, P7, P8, P10, P11, P12 dan P14 dikategorikan sebagai daerah rawan
banjir dengan total sepanjang 50,864 km dengan persentase 69,996 % dari keseluruhan
panjang saluran drainase primer, sedangkan saluran drainase primer P2, P3, P4, P5,
P9 dan P13 dikategorikan sebagai daerah minim resiko banjir dengan total sepanjang
21,803 km atau sebesar 30,004 % dari keseluruhan panjang saluran drainase primer di
Kecamatan Jekan Raya. Dari hasil analisis yang didapatkan kemudian dilakukan
pembuatan peta daerah rawan banjir di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.

Kata kunci : saluran drainase, debit banjir, analisis hidrologi

i
SUMMARY

EVALUATION OF FLOOD IN PRIMARY DRAINAGE CHANNELS USING


GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEMS (GIS) IN JEKAN RAYA DISTRICT,
PALANGKA RAYA CITY, Nurul Hidayat, DAB 117 022, Civil Engineering
Departemen, Faculty of Technique Palangka Raya University.

Population growth will be directly proportional to the development of urban


areas and increase residential areas so that the rainwater catchment area decreases,
this results in more rainwater being channeled into the drainage channel and often the
drainage channel cannot accommodate the volume of existing water and ultimately
causes flood. Floods will be very detrimental to the community, government and the
environment. Floods have quite complex consequences ranging from environmental,
social, economic and health pollution. So it is necessary to know the value of the design
load discharge and the capacity of the existing primary drainage channel. Therefore,
the purpose of this study was to determine the discharge load of the primary drainage
channel and the capacity of the primary drainage channel in Jekan Raya District
The initial stage of the study was to collect primary data in the form of channel
dimensions and secondary data in the form of rainfall and contour maps of Jekan Raya
District. The second stage is a hydrological analysis to determine the design load flow
that flows in the primary drainage channel, using a rational method based on
Geographic Information Systems (GIS) and hydraulic analysis to determine the
capacity of the existing primary drainage channel. primary drainage that is functioning
properly and which is not.
Based on the results of the analysis conducted, the area around the primary
drainage channel sections P1, P6, P7, P8, P10, P11, P12 and P14 were categorized
as flood-prone areas with a total length of 50,864 km or 69.996% of the total length of
the primary drainage channel, while the Primary drainage P2, P3, P4, P5, P9 and P13
are categorized as minimal flood risk areas with a total length of 21,803 km or
30.004% of the total length of primary drainage channels in Jekan Raya District. From
the results of the analysis obtained, a map of the flood-prone areas was made in the
Jekan Raya District, Palangka Raya City.

Keywords: drainage channel, flood discharge, hydrologycal analysis.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T kerena atas rahmat dan karunia-Nya,

sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi berjudul “Evaluasi Genangan Banjir

Saluran Drainase Primer Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) Di

Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya” disusun sebagai salah satu syarat

menyelesaikan studi program Strata-1 Jurusan/Program Studi Teknik Sipil, Fakultas

Teknik Universitas Palangka Raya (UPR)

Pada kesempatan ini, diucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada :

1. Bapak Ir. Waluyo Nuswantoro, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Palangka Raya

2. Ibu Frieda, S.T., M.T. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Teknik

Universitas Palangka Raya.

3. Bapak Dr. Sutan Parasian Silitonga, S.TP., S.T., M.T. selaku Wakil Dekan Bidang

Umum dan Keuangan Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya.

4. Bapak Dr. Deddy Nan Setya Putra Tanggara, S.T., M.T.. selaku Wakil Dekan

Bidang Kemahasiswaan Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya.

5. Bapak Dr. Rudi Waluyo, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Teknik

Sipil Universitas Palangka Raya

iii
6. Ibu Veronika Happy P., S.T., M.T., selaku Sekretaris Jurusan/Program Studi

Teknik Sipil Universitas Palangka Raya.

7. Bapak Ir. Hendro Suyanto, M.T. selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi

8. Ibu Nomerita, S.T., M.Eng., PhD. selaku Dosen Pembimbing Pendamping Skripsi

9. Bapa Ir. Allan Restu Jaya, M.T. selaku Dosen Pembahas/Penelaah I Skripsi

10. Bapak Dr.Ir. I Made Kamiana, M.T., selaku Dosen Pembahas/Penelaah II Skripsi

dan Dosen Pembimbing Akademik

11. Bapak Dwi Anung Nindito, S.T., M.T. selaku Moderator pada Seminar Skripsi.

12. Seluruh Dosen Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Palangka Raya.

13. Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Sipil khususnya kepada angkatan 2017, serta

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati dan menyadari bahwa penulisan

Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu

diharapkan berbagai tanggapan, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di

masa mendatang. Terima Kasih.

Palangka Raya, November 2021

NURUL HIDAYAT
NIM.DAB117022

iv
DAFTAR ISI

RINGKASAN ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.4. Batasan Masalah......................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
1.6. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ........................................................................................... 6
2.1.1 Drainase........................................................................................... 6
2.1.2 Banjir ............................................................................................... 9
2.1.3 Debit Rencana ................................................................................. 9
2.1.4 Curah Hujan Kawasan..................................................................... 10
2.1.5 Periode Ulang dan Analisis Frekuensi ............................................ 12
2.1.6 Uji Distribusi Probabilitas ............................................................... 18
2.1.7 Analisis Intensitas Hujan................................................................. 20
2.1.8 Memperkirakan Laju Aliran Puncak ............................................... 21
2.1.9 Sistem Informasi Geografis (SIG) .................................................. 24
2.1.10 Kapasitas saluran drainase .............................................................. 36
2.2. Novelty Penelitian....................................................................................... 39

v
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 44
3.2. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 45
3.3. Analisis Data .............................................................................................. 46
3.4. Tahapan Penelitian ..................................................................................... 47
3.5. Diagram Alir Penelitian ............................................................................. 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Layout Saluran Drainase Primer di Kecamatan Jekan Raya ....... 51

4.2 Beban saluran drainase primer existing (Analisis Hidrologi) .......................... 54

4.2.1 Pemetaan Daerah Rawan Banjir .......................................................... 54

4.2.2 Analisis data curah hujan yang hilang ................................................. 56

4.2.3 Uji konsistensi data .............................................................................. 61

4.2.4 Hujan wilayah ...................................................................................... 66

4.2.5 Perhitungan Parameter Statistik ........................................................... 69

4.2.6 Penentuan jenis distribusi .................................................................... 71

4.2.7 Uji Chi Kuadrat .................................................................................... 72

4.2.8 Uji Smirnov Kolmogorov .................................................................... 74

4.2.9 Perhitungan Hujan Rencana ................................................................. 75

4.2.10 Analisis daerah tangkapan ................................................................... 77

4.2.11 Analisis luas daerah tangkapan air (DTA) ........................................... 84

4.2.12 Koefisien aliran permukaan (C) ........................................................... 85

4.2.13 Perhitungan intensitas hujan ................................................................ 90

4.2.14 Perhitungan debit rencana .................................................................... 101

vi
4.3 Kapasitas Saluran Drainase Primer (Analisis Hidraulika) ............................... 105

4.4 Pemetaan Daerah Rawan Banjir ...................................................................... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 115

5.2. Saran ............................................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

2.1. Kriteria Desain Hidrologi Sistem Drainase Perkotaan ................................... 10

2.2. Nilai Variabel Reduksi Gauss ......................................................................... 13

2.3. Nilai Reduced Standart Deviation (Sn) dan Nilai Reduced Mean (Yn) .......... 16

2.4. Nilai Reduced Variate (Yt).............................................................................. 17

2.5. Nilai Kritis Do Untuk Uji Smirnov-Kolmogorov ............................................ 19

2.6. Koefisien Manning .......................................................................................... 37

2.7. Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 37

3.1. Data Sekunder Penelitian ................................................................................ 46

3.2. Jadwal Penelitian dan Penyusunan Laporan Penelitian .................................. 50

4.1. Data curah hujan stasiun hujan Bukit Tunggal .............................................. 53

4.2. Data curah hujan stasiun hujan Palangka Raya ............................................. 54

4.3. Data curah hujan stasiun hujan Bereng Bengkel ........................................... 54

4.4. Jarak antar stasiun hujan ................................................................................ 58

4.5. Hasil analisis data curah hujan yang hilang stasiun hujan Bukit Tunggal .... 58

4.6. Hasil analisis data curah hujan yang hilang stasiun hujan Palangka Raya .... 59

4.7. Hasil analisis data curah hujan yang hilang stasiun hujan Bereng Bengkel .. 59

4.8. Curah hujan harian maksimum ...................................................................... 60

4.9. Data hujan tahunan Sta.Bukit Tunggal, Sta. Palangka Raya, Sta.Bereng

Bengkel .......................................................................................................... 61

4.10. Analisa kurva massa ganda Stasiun Bukit Tunggal ....................................... 62

4.11. Analisa kurva massa ganda Stasiun Palangka Raya ...................................... 64

viii
4.12. Analisa kurva massa ganda Stasiun Bereng Bengkel .................................... 64

4.13. Nilai koefisien Thiessen ................................................................................ 67

4.14. Hasil perhitungan hujan wilayah ................................................................... 68

4.15. Perhitungan Parameter statistik ..................................................................... 68

4.16. Penentuan jenis distribusi .............................................................................. 71

4.17. Uji Chi Kuadrat Terhadap Distribusi Log-Pearson III .................................. 72

4.18. Uji Smirnov Kolmogorov Terhadap Distribusi Log-Pearson III ................... 73

4.19. Hasil perhitungan distribusi Log-Pearson III ................................................ 74

4.20. Hasil perhitungan faktor frekuensi Log-Pearson III ...................................... 75

4.21. Analisis curah hujan rencana dengan Log-Pearson III .................................. 83

4.22. Luas daerah tangkapan air di Kecamatan Jekan Raya ................................... 83

4.23. Nilai Koefisien Limpasan (C) ........................................................................ 87

4.24. Analisis koefisien pengaliran daerah tangkapan air AI ................................. 87

4.25. Analisis koefisien pengaliran daerah tangkapan air A2 ................................ 88

4.26. Analisis koefisien pengaliran daerah tangkapan air A3 ................................ 88

4.27. Rekapitulasi nilai C seluruh sub daerah tangkapan air .................................. 88

4.28. Perhitungan waktu konsentrasi (tc) ................................................................ 94

4.29. Kala ulang berdasarkan tipologi kota dan luas daerah pengaliran ................ 97

4.30. Perhitungan intensitas hujan .......................................................................... 98

4.31. Debit banjir rencana ....................................................................................... 102

4.32. Rekapitulasi debit banjir rencana tiap ruas saluran drainase primer ............. 104

ix
4.33. Dimensi penampang saluran drainase primer ................................................ 106

4.34. Perhitungan kapasitas saluran drainase primer .............................................. 111

4.35. Perbandingan Q rencana dan Q existing ........................................................ 112

x
DAFTAR GAMBAR

1.1. Lokasi Penelitian Evaluasi Saluran Drainase Primer ...................................... 5

2.1.Contoh Alur Jaringan Air Berasal dari Model Elevasi .................................... 28

2.2. Hydrological Modeling Flowchart ................................................................. 29

2.3. Input Data Permukaan DEM ........................................................................... 30

2.4. Penentuan Arah Aliran .................................................................................... 31

2.5.Sinks yang Diidentifikasi ................................................................................. 32

2.6. Daerah Aliran Sungai Digambarkan ............................................................... 33

2.7. Output Flow Accumulations ........................................................................... 34

2.8. Output dari Stream Order ............................................................................... 35

2.9. Output Panjang Aliran .................................................................................... 36

3.1. Peta Administrasi Kota Palangka Raya .......................................................... 45

3.2. Diagram Alir Penelitian .................................................................................. 49

4.1.Layout saluran drainase primer ........................................................................ 51

4.2.Skema jaringan saluran drainase primer .......................................................... 52

4.3.Peta letak stasiun hujan .................................................................................... 56

4.4.Grafik kurva massa ganda tinjauan Sta. Bukit Tunggal .................................. 62

4.5.Grafik kurva massa ganda tinjauan Sta. Palangka Raya .................................. 63

4.6. Grafik kurva massa ganda tinjauan Sta. Bereng Bengkel ............................... 64

4.7.Peta analisis Polygon Thiessen ........................................................................ 66

4.8. Peta daerah tangkapan air (catchment area) .................................................... 72

4.9.Peta vektor arah aliran (flow direction)............................................................... 79

xi
4.10. peta flow direction arrow ............................................................................ 80

4.11. indikator penentuan sub daerah tangkapan ................................................. 81

4.12. Peta pembagian daerah tangkapan .............................................................. 82

4.13. Peta tata guna lahan Kecamatan Jekan Raya .............................................. 86

4.14. Peta contoh analisis S0 dan L0 daerah tangkapan air .................................. 91

4.15. Penampang saluran drainase primer P1 ...................................................... 107

4.16. Penampang saluran drainase primer P12 .................................................... 110

4.17. Peta rawan banjir di Kecamatan Jekan Raya .............................................. 117

xii
DAFTAR LAMPIRAN

1.1. Tabel koefisien kekasaran manning .................................................................

1.2. Nilai-nilai K untuk metode Log Pearson Tipe III .................................................

1.3. Tabel data pengukuran dimensi saluran P1......................................................

1.4. Tabel data pengukuran dimensi saluran P2......................................................

1.5. Tabel data pengukuran dimensi saluran P3......................................................

1.6. Tabel data pengukuran dimensi saluran P4......................................................

1.7. Tabel data pengukuran dimensi saluran P5......................................................

1.8. Tabel data pengukuran dimensi saluran P6......................................................

1.9. Tabel data pengukuran dimensi saluran P7......................................................

1.10. Tabel data pengukuran dimensi saluran P8 ....................................................

2.1. Tabel data pengukuran dimensi saluran P9 .....................................................

2.2. Tabel data pengukuran dimensi saluran P10 ...................................................

2.3. Tabel data pengukuran dimensi saluran P11 ...................................................

2.4. Tabel data pengukuran dimensi saluran P12 ...................................................

2.5. Tabel data pengukuran dimensi saluran P13 ...................................................

2.6. Tabel data pengukuran dimensi saluran P14 ...................................................

2.7. Tabel koordinat stasiun hujan ........................................................................

2.8. Peta data Digital Elevation Model (DEM) DI Kecamatan Jekan Raya ..........

2.9. Gambar pengukuran dimensi saluran drainase primer P11.............................

2.10.Gambar pengukuran dimensi saluran drainase primer P12 ............................

3.1. Gambar pengukuran dimensi saluran drainase primer P1 ...............................

xiii
3.2. Gambar pengukuran dimensi saluran drainase primer P1 ...............................

3.3. Gambar banjir pada saluran drainase primer P1 ..............................................

3.4. Gambar banjir pada saluran drainase primer P9 ..............................................

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan jumlah penduduk berbanding lurus dengan perkembangan kawasan

perkotaan, yang mengakibatkan meningkatnya jumlah kawasan perumahan dan sarana

penunjang kehidupan masyarakat, sehingga semakin sedikit lahan yang dapat menjadi

resapan air hujan, air akan lebih banyak ditransformasikan menjadi limpasan

permukaan dan mengalir ke saluran drainase. Keberadaan drainase di kawasan

perkotaan menjadi sangat penting untuk diperhatikan, terutama saluran drainase primer

karena fungsinya yang sangat sentral dalam hal pengendalian air. Kondisi saluran

drainase primer sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan dari fungsi saluran

drainase tersebut terutama yang berkaitan dengan kapasitas saluran, dan aspek yang

sangat berpengaruh terhadap hal tersebut adalah tingkat sedimentasi dari saluran

drainase. Saluran drainase primer merupakan saluran yang berfungsi menampung dan

mengalirkan air ke sungai yang berasal dari semua limpasan air hujan, limbah air kotor

masyarakat dan perkantoran.

Kondisi saluran drainase primer menjadi faktor utama untuk menentukan apakah

saluran tersebut dapat bekerja dengan baik atau tidak, terdapat saluran drainase dalam

kondisi yang relatif cukup baik, dimana mampu menampung dan mengalirkan volume

air dengan baik dan terdapat saluran drainase yang mempunyai kondisi kurang

memadai dengan banyaknya sampah yang menumpuk dan sedimentasi saluran yang

1
2

terus terjadi mengakibatkan kapasitas saluran drainase lambat laun semakin berkurang

sehingga tidak lagi mampu menampung volume air yang ada.

Kota Palangka Raya sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah memiliki

wilayah-wilayah yang rawan banjir terutama jika terjadi hujan dengan intensitas yang

tinggi dan durasi yang cukup lama. Salah satu Kecamatan di Kota Palangka Raya yang

rawan banjir adalah Kecamatan Jekan Raya. Berdasarkan pengamatan saluran drainase

primer di Kecamatan Jekan Raya memerlukan perawatan, pemeliharaan dan evaluasi

secara berkala untuk memastikan saluran drainase dapat bekerja dengan baik.

Banjir akan sangat merugikan masyarakat, pemerintah maupun lingkungan.

Banjir mempunyai konsekuensi yang cukup rumit mulai dari pencemaran lingkungan,

sosial, ekonomi dan kesehatan. Melihat dampak banjir yang terjadi dan luasnya lokasi

maka kondisi saluran drainase primer perlu dievaluasi dengan berbasis data spasial

Evaluasi dilakukan terhadap seluruh kondisi saluran drainase primer sehingga

dapat menjadi informasi penting dalam hal perbaikan saluran drainase primer saat ini

dan kedepannya secara terukur. Dalam upaya mengevaluasi saluran drainase primer

dapat memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem ini

memungkinkan pengguna untuk memasukkan data, menganalisis, mengatur dan

menampilkan data spasial yang diintegrasikan dengan data pokok yang ada di

lapangan. Luasnya Kecamatan Jekan Raya dan banyaknya jumlah saluran drainase

primer membuat upaya evaluasi saluran drainase akan sulit dilakukan apabila tanpa

bantuan Sistem Informasi Geografis, karena kemampuannya untuk mengolah data pada

daerah yang cukup luas akan sangat membantu dalam penelitian. Aplikasi SIG mampu
3

mengidentifikasi dan memetakan kawasan yang berpotensi terjadi banjir. Berdasarkan

uraian di atas maka dilakukan evaluasi terhadap genangan banjir saluran drainase

primer dengan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG)

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah layout saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya Kota

Palangka Raya dengan basis data spasial?

2. Berapakah beban saluran drainase primer existing di Kecamatan Jekan Raya Kota

Palangka Raya?

3. Berapa kapasitas saluran drainase primer existing?

4. Dimanakah lokasi rawan banjir di Kecamatan Jekan Raya?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui layout saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya Kota

Palangka Raya dengan basis data spasial.

2. Mengetahui beban saluran drainase primer existing di Kecamatan Jekan Raya

Kota Palangka Raya.

3. Mengetahui kapasitas saluran drainase primer existing di Kecamatan Jekan Raya

Kota Palangka Raya.

4. Mengetahui lokasi rawan banjir di Kecamatan Jekan Raya.

1.4. Batasan Masalah


Untuk memfokuskan pembahasan dan mempertajam hasil penelitian maka

ditetapkan batasan masalah penelitian, yaitu :

1. Analisis spasial menggunakan aplikasi ArcGIS dan Google Earth


4

2. Penelitian hanya berfokus pada saluran drainase primer dan tidak membahas

saluran drainase sekunder dan tersier.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Manfaat Teoritis

Memperluas dan mengembangkan ilmu pengetahuan penulis dan pembaca,

dalam bidang analisis dan evaluasi saluran drainase primer dengan

memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG).

2. Manfaat Praktis

a. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui permasalahan yang terjadi dan

mendapatkan solusi yang tepat dan optimal, sehingga bisa menjadi alat bantu

Pemerintah Kota Palangka Raya mengambil keputusan dalam perbaikan dan

pemeliharaan saluran drainase primer kedepannya. Diharapkan dengan adanya

evaluasi dengan bantuan SIG ini dapat dihasilkan kinerja sistem jaringan drainase

yang lebih baik, dan terjadinya banjir di kecamatan Jekan Raya Kota Palangka

Raya dapat diminimalisir.

b. Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan secara aplikatif oleh dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bidang Cipta Karya Kota Palangka Raya

dan dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bidang Cipta Karya

Provinsi Kalimantan Tengah maupun Dinas-Dinas terkait untuk menanggulangi

persoalan banjir yang terjadi pada kawasan saluran drainase primer di Kecamatan
5

Jekan Raya Kota Palangka Raya serta dapat digunakan sebagai pertimbangan

dalam perencanaan tata kota Palangka Raya kedepannya.

1.6. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian evaluasi saluran drainase primer terletak di Kecamatan Jekan

Raya Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah.

Gambar 1.1 Lokasi penelitian evaluasi saluran drainase primer


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Drainase

Banyak teori yang menjelaskan definisi dari drainase, salah satunya Edisono

(1997) yang mengungkapkan bahwa drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu

pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang kelebihan dalam

suatu konteks pemanfaatan tertentu. Menurut Hasmar (2014) bahwa drainase perkotaan

adalah ilmu drainase yang diterapkan mengkhususkan pengkajian pada kawasan

perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial budaya yang ada di

kawasan kota. Drainase (drainage) berasal dari kata kerja “to drain“ yang berarti

mengeringkan atau mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan untuk

menyatakan sistem-sistem yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air,

baik di atas maupun di bawah permukaan tanah (Edisono, 1997)

Dalam bidang teknik sipil, drainase dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan

teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, air rembesan,

kelebihan air irigasi baik di atas maupun di bawah permukaan tanah dari suatu

kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan lahan tidak terganggu (Suripin, 2004)

6
7

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor

12/PRT/M/2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan disebutkan

bahwa saluran drainase terdiri dari :

1. Saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran

sekunder dan menyalurkannya ke badan air penerima seperti sungai.

2. Saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier

dan menyalurkannya ke saluran primer.

3. Saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran

penangkap menyalurkannya ke saluran sekunder.

Kondisi drainase primer agar dapat berfungsi dengan maksimal maka harus terhindar

dari permasalahan-permasalahan drainase primer. Permasalahan saluran drainase

primer perkotaan bukan hal yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan

pertimbangan dalam perencanaan drainase primer antara lain :

1. Peningkatan debit

Manajemen pembuangan sampah yang kurang baik memberi kontribusi

percepatan pendangkalan atau penyempitan saluran primer. Kapasitas sungai

dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung

debit yang terjadi. Hal ini menyebabkan air meluap dan terjadilah genangan

atau bahkan bisa terjadi banjir.

2. Penataan lingkungan

a. Perkembangan perumahan baru yang tidak memperhatikan sistem

pemeliharaan saluran drainase primer.


8

b. Bangunan penduduk yang mempersempit dimensi saluran.

c. Perubahan bentuk kontur untuk pengembangan pemukiman sebagian

telah merubah arah aliran yang mengakibatkan kesenjangan antara

rencana penataan drainase dengan kenyataan.

3. Perubahan tata guna lahan

a. Perubahan tata guna lahan yang tidak sesuai dengan perencanaan,

terutama pada daerah bantaran sungai dan badan-badan saluran untuk

pemukiman.

b. Hampir semua kawasan merupakan lahan bangunan dan kawasan

resapan yang ada sangat kecil

c. Saluran yang ada masih saluran alam padahal lahan yang semula

kosong telah menjadi pemukiman padat.

4. Kapasitas saluran

Saluran yang sudah ada kurang mampu menampung kapasitas debit air hujan.

5. Fungsi

Penyalahgunaan fungsi saluran itu sendiri, saluran masih berfungsi campuran

(mixed used) untuk drainase dan saluran limbah masyarakat.

6. Peran masyarakat

Kurangnya kesadaran partisipasi masyarakat dalam memelihara saluran,

kebiasaan membuang sampah pada saluran mengakibatkan jalan air tidak

lancar.
9

2.1.2 Banjir

Banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai melebihi kapasitas tampungan

sungai atau genangan air yang terjadi pada daerah yang rendah dan tidak bisa

terdrainasekan (SNI 2415-2016). Berdasarkan Suripin (2004) banjir adalah suatu

kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang (palung sungai) atau

terhambatnya air di dalam saluran pembuangan, sehingga meluap mengenai daerah

(dataran banjir) sekitarnya. Banjir dapat terjadi saat curah hujan yang tinggi jatuh pada

wilayah hulu maupun wilayah lokal sehingga sungai dan drainase tidak dapat

menampung debit yang besar. Analisis banjir ditinjau dari beberapa bagian antara lain

hidraulika, hidrologi, morfologi, sedimentasi sungai, sistem drainase kota dan

bangunan air, serta erosi DAS. Selain itu, peristiwa banjir juga tidak lepas dari aspek-

aspek lain yang menyangkut sosial, ekonomi, lingkungan, institusi, pemerintahan dan

hukum.

2.1.3 Debit rencana

Debit rencana (QT) adalah debit dengan periode ulang tertentu (T) yang

diperkirakan akan melalui suatu sungai atau bangunan air (Kamiana, 2011). Hidrologi

merupakan bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian serta

penyebaran/distribusi air secara alami di bumi. Unsur hidrologi yang dominan di suatu

wilayah adalah curah hujan, oleh sebab itu data curah hujan suatu daerah merupakan

data utama dalam menentukan besarnya debit banjir rencana yang terjadi pada daerah
10

tersebut. Perhitungan debit rencana untuk saluran primer di Kecamatan Jekan Raya

yang merupakan daerah perkotaan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus

rasional atau hidrograf satuan. Debit rencana dapat digunakan sebagai dasar

perhitungan pembuatan bangunan air yang akan direncanakan dan merupakan debit

maksimum yang mungkin terjadi pada saluran disuatu wilayah atau daerah. Dalam

perencanaan saluran primer dapat dipakai standar yang telah ditetapkan, baik periode

ulang dan cara analisis yang dipakai, tinggi jagaan, struktur saluran dan lain-lain.

Tabel 2.1 Kriteria desain hidrologi sistem drainase perkotaan

Luas DAS (ha) Periode Ulang (tahun) Metode Perhitungan Debit Banjir
< 10 2 Rasional
10-100 2-5 Rasional
101-500 5 - 20 Rasional
>500 10 - 25 Hidrograf satuan
Sumber :Suripin, 2004

2.1.4 Curah hujan kawasan

Data curah hujan kawasan dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi

hanya pada satu titik di suatu wilayah (point rainfall). Untuk mendapatkan nilai curah

hujan suatu kawasan yang cukup luas dan terdapat beberapa alat penakar hujan maka

curah hujan didapat berdasarkan nilai rata-rata curah hujan dari beberapa stasiun

penakar hujan yang ada di dalam kawasan tersebut. Terdapat tiga metode yang

digunakan untuk menentukan nilai curah hujan rata-rata dari beberapa titik pencatat

curah hujan. Tiga metode tersebut adalah sebagai berikut:


11

a. Metode rata-rata aljabar

Digunakan metode aljabar apabila semua penakar hujan diasumsikan mempunyai

pengaruh yang sama besar atau setara dan cocok untuk kawasan dengan topografi

datar. Hujan kawasan dapat diperoleh dari persamaan berikut ini :

R 1  R 2  R 3  ....  R n
R (2-1)
n

Keterangan :

R : curah hujan rata-rata (mm)

R1,R2…..Rn : besarnya curah hujan pada masing-masing stasiun (mm)

n : banyaknya stasiun hujan

(Sosrodarsono & Takeda, 1983)

b. Metode Thiessen

Metode ini disebut juga sebagai metode rata-rata timbang (weight mean). Metode

ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos alat penakar hujan untuk

mengakomodasikan perbedaan jarak. Wilayah pengaruh dibentuk dengan garis-

garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua pos penakar hujan

terdekat. Metode ini biasa digunakan untuk daerah dengan topografi datar dengan

luasan wilayah pengamatan 500-5000 km2.

Data hujan kawasan dapat diperoleh dari persamaan berikut ini :

p1A1  p 2 A 2  p 3 A 31  ....  p n A n 
p (2-2)
A1  A 2  A 3  ....  A n
12

Keterangan :

p : hujan rerata kawasan

p1, p2…..pn : hujan di stasiun 1, 2, 3 …n

A1, A2, A3…..AN : luas daerah yang mewakili stasiun 1,2, ….n

(Suripin, 2004)

c. Metode Isohyet

Metode Isohyet memperhitungkan dengan aktual pengaruh dari tiap-tiap pos

penakar hujan dengan menghubungkan titik-titik dengan tinggi curah hujan yang

sama membentuk garis-garis kontur dari tinggi curah hujan yang sama.

Data hujan kawasan dapat diperoleh dengan persamaan berikut ini :

 R1  R 2   R  R3   R  Rn 1 
 A   2 A    n A
 2  1  2  2  2  n
     
R (2-3)
A  A  ....  A
1 2 n

Keterangan :

R : curah hujan rata-rata (mm)

R1,R2…Rn : curah hujan stasiun 1,2,…n (mm)

A1,A2…An : luas bagian yang dibatasi oleh isohyet-isohyet

(Soemarto, 1987)

2.1.5 Periode ulang dan analisis frekuensi

Periode ulang adalah waktu hipotetik dimana suatu kejadian dengan nilai

tertentu, hujan rencana misalnya akan disamai atau dilampaui satu kali dalam jangka
13

waktu hipotetik tersebut (Kamiana, 2011). Hujan rencana adalah hujan dengan periode

ulang tertentu (T) yang diperkirakan akan terjadi disuatu daerah pengaliran (Kamiana,

2011). Hal ini sering kali disalah artikan sebagai suatu hal yang secara statistika

dibenarkan bahwa dua hal (peristiwa banjir misalnya) akan terjadi secara berurutan

dengan waktu yang tetap. Besarnya debit rencana untuk fasilitas drainase tergantung

pada interval kejadian atau periode ulang yang dipakai. Dengan memilih debit dengan

periode ulang yang panjang dan berarti debit rencana besar, kemungkinan terjadinya

debit banjir yang melampaui debit rencana dan resiko kerusakan menjadi menurun,

namun biaya kontruksi untuk menampung debit yang besar meningkat. Sedangkan

frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau

dilampaui. Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan

empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi, antara lain :

a. Distribusi normal

Distribusi normal adalah sebuah fungsi probabilitas yang menunjukkan distribusi

atau penyebaran suatu variabel. Distribusi normal disebut pula distribusi gauss

secara sederhana, persamaan distribusi normal dapat ditulis sebagai berikut :

XT  X  KT x S (2-4)

Keterangan :

XT : perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan (mm)

X : nilai rata-rata hitung variat

S : deviasi standar nilai variat


14

KT : faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang

(Soemarto, 1987)

Tabel 2.2 Nilai variabel reduksi gauss

No Periode Ulang Peluang KT


1 1,001 0,999 -3,05
2 1,005 0,995 -2.58
3 1,010 0,990 2,33
4 1,050 0,950 1,64
5 1,110 0,900 1,28
6 1,250 0,800 0,84
7 1,330 0,750 0,67
8 1,430 0,700 0,52
9 1,670 0,600 0,25
10 2,000 0,500 0
11 2,500 0,400 0,25
12 3,330 0,300 0,52
13 4,000 0,250 0,67
14 5,000 0,200 0,84
15 10,000 0,100 1,28
16 20,000 0,050 1,64
17 50,000 0,020 2,05
18 100,000 0,010 2,33
19 200,000 0,005 2,58
20 500,000 0,002 2,88

21 1000,000 0,001 3,09

Sumber : Suripin, 2004


15

b. Distribusi Log Normal

Jika variabel acak Y = log x terdistribusikan secara normal, maka x dikatakan

distribusi Log Normal. Persamaan distribusi log normal sebagai berikut :

YT  Y  K T  S (2-5)

Keterangan:

YT : perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan (mm)

Y : nilai rata-rata hitung variat

S : deviasi standar nilai variat

KT : faktor frekuensi

(Soemarto, 1987)

c. Distribusi Gumbel

Distribusi Gumbel digunakan untuk analisis data maksimum misalnya analisis

frekuensi banjir dan untuk menyatakan kejadian debit tahunan. Secara umum

persamaan Gumbel ditulis sebagai berikut :

X TR  X  K  S (2-6)

Besarnya faktor frekuensi ditentukan dengan rumus berikut :

YTR  Yn (2-7)
K
Sn
Keterangan :

XTr : besarnya curah hujan untuk periode ulang Tr tahunan (mm)

Tr : periode tahun berulang ( tahun )


16

X : curah hujan maksimum rata-rata selama tahun pengamatan (mm)

S : standar deviasi

K : faktor frekuensi

YTr : reduce variate

Yn : reduce mean

Sn : reduce standard

(Soemarto, 1987)

Besarnya nilai dari Sn, Yn, YTr dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.3 Tabel nilai reduced standart deviation (Sn) dan nilai
reduced mean (Yn)

n Sn Yn n Sn Yn

10 0,9497 0,4952 60 1,1750 0,5521

15 1,0210 0,5128 70 1,1850 0,5548

20 1,0630 0,5236 80 1,1940 0,5567

25 1,0910 0,5390 90 1,2010 0,5586

30 1,1120 0,5362 100 1,2060 0,5600

35 1,1280 0,5403 200 1,2360 0,5672

40 1,1410 0,5436 500 1,2590 0,5724

45 1,1520 0,5463 1000 1,2690 0,5745

50 1,1610 0,5485

Sumber : Soemarto, 1987


17

Tabel 2.4 Nilai Reduced Variate (Yt)

Periode Ulang T (Tahun) Yt


5 1,499
10 2,2504
20 2,9702
25 3,1255
50 3,9019
100 4,6001
Sumber : Soemarto, 1987

d. Distribusi Log-Pearson III


Persamaan distribusi Log-person III tidak jauh berbeda dengan persamaan distribusi
Log-Normal, yaitu sama-sama mengkonversi kedalam bentuk logaritma. Langkah-
langkah penggunaan distribusi Log-Pearson III adalah sebagai berikut (Suripin,
2004) :
1. Ubah data dalam bentuk logaritmis, X = Log X (2-8)

2. Hitung harga rata-rata :

i
n
1 log Xi
log X  (2-9)
n

3. Hitung harga simpangan baku :

0,5
  n (log Xi  log X)2 
s   i 1  (2-10)
 n 1 

4. Hitung koefisien kemiringan :

n in1 (log Xi  log X)3


G (2-11)
(n  1)(n  2)S3

5. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :

logX T  logX  K.s (2-12)


18

2.1.6 Uji distribusi probabilitas

Uji distribusi probabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah persamaan

distribusi probabilitas yang dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang

dianalisis (Kamiana, 2011). Terdapat dua metode pengujian yang dapat dilakukan yaitu

sebagai berikut :

1. Uji Chi Kuadrat

Pengujian dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang telah

dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis, dengan

persamaan sebagai berikut :

2
x2   G (Oi  Ei ) (2-13)
h i1 Ei

Keterangan :

x 2 : parameter chi-kuadrat terhitung


h

G : jumlah sub kelompok

Oi : jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i

Ei : jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i

(Suripin, 2004)

Parameter xh2 merupakan variabel acak. Peluang untuk mencapai nilai xh2 sama atau

lebih besar dari nilai chi-kuadrat sebenarnya (x2).


19

2. Uji Smirnov-Kolmogorov :

Merupakan uji kecocokan non parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan

fungsi distribusi tertentu. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :

1. Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya peluang

dari masing-masing data tersebut.

2. Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data

(persamaan distribusinya)

3. Dari dua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesarnya antar peluang

pengamatan dengan peluang teoritis

4. Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov –kolmogorov test) ditetukan Do

Tabel 2.5 Nilai kritis Do untuk uji Smirnov-Kolmogorov

Derajat Kepercayaan (  )
N 0,2 0,1 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,42 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,3 0,34 0,4
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,,24 0,27
35 0,18 0,2 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,2 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
n > 50 1,07 1,22 1,36 1,63
N 0,5 N 0,5
N 0,5 N 0,5
Sumber : Soewarno, 1995
20

2.1.7 Analisis intensitas hujan

Intensitas hujan didefinisikan sebagai tinggi atau kedalaman air hujan dalam

jangka waktu tertentu atau dalam persatuan waktu. Besarnya curah hujan yang

berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu tinjauan yakni curah hujan tahunan, curah

hujan bulanan, curah hujan harian dan curah hujan per jam. Intensitas curah hujan, luas

daerah tangkapan hujan dan lamanya waktu hujan berpengaruh besar terhadap

besarnya debit banjir. Hujan memiliki sifat umum dimana semakin singkat hujan

berlangsung, intensitasnya akan cenderung semakin tinggi dan semakin besar periode

ulangnya semakin tinggi pula intensitasnya. Perhitungan besarnya intensitas curah

hujan dapat digunakan beberapa rumus empiris dalam hidrologi, salah satu yang sering

digunakan adalah metode mononobe. Kurva intensitas hujan rencana, jika yang

tersedia adalah hujan harian, dapat ditentukan dengan rumus Mononobe. Bentuk umum

dari rumus mononobe adalah (Kamiana, 2011) :


2
X  24  3
I  24   (2-14)
24  t 

Keterangan :

I : intensitas hujan rencana (mm/jam)

X24 : tinggi hujan harian maksimum atau hujan rencana (mm)

t : durasi hujan atau waktu konsentrasi (jam)

.
21

2.1.8 Memperkirakan laju aliran puncak

Dalam memperkirakan atau menentukan debit banjir terdapat dua metode yang

umum digunakan yakni, metode rasional dan metode hidrograf banjir.

1. Metode Rasional

Metode rasional merupakan rumus yang tertua dan yang terkenal diantara

rumus-rumus empiris. Metode rasional dapat digunakan untuk menghitung debit

puncak sungai atau saluran namun dengan daerah aliran yang terbatas (Kamiana,

2011).

Menurut Suripin (2004), metode rasional dapat digunakan untuk daerah

pengaliran <300 ha. Menurut Ponce (1989) dalam Triatmodjo (2008), metode

rasional dapat digunakan untuk daerah pengaliran <2,5 km2. Dalam departemen PU,

SK SNI-M-18-1989-F (1989), dijelaskan bahwa metode rasional dapat digunakan

untuk ukuran daerah pengaliran <500 ha. Menurut Asdak (2002) dijelaskan jika

ukuran daerah pengaliran >300 ha, maka ukuran daerah pengaliran perlu dibagi

menjadi beberapa bagian sub daerah pengaliran kemudian rumus rasional

diaplikasikan pada masing-masing sub daerah pengaliran. Rumus umum dari

Metode Rasional adalah (Kamiana, 2011).

Q  0,278  C. I  A (2-15)

Keterangan :

Q : debit puncak limpasan permukaan ( m3/detik )

C : koefisien aliran permukaan (tanpa dimensi)


22

I : intensitas curah hujan (mm/jam)

A : luas daerah pengaliran (km2)

a) Koefisien Aliran Permukaan (C)

Koefisien pengaliran (C) didefinisikan sebagai nisbah antara puncak aliran

permukaan terhadap intensitas hujan (Kamiana, 2011). Penentuan nilai C

tergantung terhadap laju infiltrasi tanah, penguapan, kemiringan lahan,

intensitas serta durasi hujan. Jika DAS terdiri berbagai macam penggunaan

lahan dengan koefisien aliran permukaan berbeda, maka C yang dipakai adalah

dengan rumus berikut :

 in Ci A i
C DAS  n (2-16)
 i1 A i

Keterangan :

n : jumlah jenis penutup lahan

Ci : koefisien aliran permukaan jenis penutup lahan i

Ai : luas lahan dengan jenis penutup tanah i

b) Waktu konsentrasi (tc)

Waktu konsentrasi aliran adalah waktu yang diperlukan air hujan untuk

mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran aliran (titik kontrol)

setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi.

Salah satu persamaan untuk menentukan waktu konsentrasi adalah rumus yang

dikembangkan oleh Kirpich (1940) berikut ini :


23

0,385
 0,87  L2 
tc   (2-17)
 1000  S 
 

Keterangan :

tc : waktu konsentrasi (jam)

L : panjang saluran utama dari hulu sampai penguras (m)

S : kemiringan rata-rata saluran utama

Waktu konsentrasi dibedakan dalam dua komponen yaitu :

1. Waktu yang diperlukan untuk air mengalir dipermukaan lahan sampai

saluran terdekat (t0)

2. Waktu perjalanan dari pertama masuk saluran sampai titik keluaran (td)

Sehingga waktu konsentrasi (tc) didapat :

tc = t0 + td (2-18)

2 n 
Dengan t 0    3,28  L   menit (2-19)
3 s

L
t  s menit (2-20)
d 60v

Keterangan :

S : kemiringan lahan

L : panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)

LS : panjang lintasan aliran di dalam saluran sungai (m)

V : kecepatan aliran didalam saluran (m/det)


24

2. Metode Hidrograf

Hidrograf adalah penyajian secara grafis hubungan salah satu unsur aliran misalnya

debit (Q) terhadap waktu (t), (Kamiana, 2011). Berdasarkan definisi tersebut dikenal

dua macam hidrograf, yaitu hidrograf muka air (rekaman AWLR) dan hidrograf

debit yang diperoleh dari hidrograf muka air dan lengkung debit atau lebih dikenal

dengan sebutan hidrograf.

2.1.9 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Terdapat beberapa definisi mengenai Sistem Informasi Geografis dari para ahli.

Menurut Irwansyah (2013), Sistem Informasi Geografis adalah sebuah sistem yang

didesain untuk menangkap, menyimpan, memanipulasi, menganalisa, mengatur dan

menampilkan seluruh jenis data geografis. SIG adalah sistem informasi yang berbasis

data spasial geografis yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-

informasi geografis (Prahasta, 2002). SIG adalah sistem informasi yang digunakan

untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan

menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospasial, untuk mendukung

pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan,

sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum

lainnya (Murai, 1999). Secara umum SIG adalah satu komponen yang terdiri dari

perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumber daya manusia. Komponen

tersebut beroperasi secara efektif untuk memasukkan, menyimpan, memperbaiki,

memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisis dan

menampilkan data dalam satu informasi berbasis geografis. Salah satu perangkat lunak
25

SIG yang jamak digunakan adalah ArcGIS. Dalam perangkat lunak ini terdapat tool

untuk melakukan analisis hidrologi diantaranya analisis terhadap daerah tangkapan

hujan atau catchment area dan model gerakan air di permukaan dengan input data

berupa Digital Elevation Model (DEM).

1. Data Spasial

Data spasial merupakan sebuah data geografis yang memiliki sistim koordinat

tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang

membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi

deskriptif (attribute) yang dijelaskan sebagai berikut :

1) Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan satu koordinat baik koordinat

geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk di antaranya informasi

datum dan proyeksi.

2) Informasi deskriptif (attribute) atau informasi non spasial merupakan informasi

suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan, contoh : luasan

wilayah, populasi, penggunaan lahan, jenis vegetasi dan lain sebagainya.

a. Format data spasial

Format file atau data dalam bahasa komputer merupakan bentuk dan kode

penyimpanan data yang berbeda antara satu file dengan yang lainnya.

Dalam SIG data spasial dapat ditampilkan dalam dua format yakni :

1) Data vector, merupakan bentuk dari bumi yang dipresentasikan kedalam

bentuk kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal
26

dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik

perpotongan antara dua buah garis).

2) Data Raster, merupakan data yang dihasilkan dari sistem penggambaran

grafis. Pada data raster, objek geografis ditampilkan dalam bentuk yang

disebut sebagai pixel (picture element).

b. Sumber data spasial

Salah satu ketentuan SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari

beberapa sumber antara lain :

1) Peta analog

Peta topografi dan peta tanah merupakan beberapa contoh dari peta

analog dimana peta tersebut dalam bentuk cetak. Dalam Sistem Informasi

Geografis (SIG) sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi

menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi format

vector, sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya di permukaan

bumi.

2) Data sistem penginderaan jauh

Data sistem penginderaan jauh atau remote sensing (antara lain citra

satelit, data elevasi digital, foto udara dan sebagainya), merupakan

sumber data terpenting dalam SIG, karena ketersediannya secara berkala

dan mencakup area tertentu.

2. Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG)


27

Menurut Riyanto & Indelarko (2009), komponen pada Sistem Informasi Geografis

(SIG) antara lain :

a. Input

Pemasukan data yaitu mengumpulkan data dan mempersiapkan data spasial dan

atau atribut dari berbagai sumber data sesuai format data yang sesuai.

b. Manipulasi

Merupakan proses editing terhadap data yang telah masuk, hal ini dilakukan untuk

menyesuaikan tipe dan jenis data agar sesuai dengan sistem yang akan dibuat.

c. Manajemen data

Tahap ini meliputi seluruh aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan data

(menyimpan, mengorganisasi, mengelola, dan menganalisis data) ke dalam

penyimpanan permanen.

d. Query

Suatu metode pencarian informasi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

pengguna SIG.

e. Analisis

SIG mempunyai dua jenis fungsi analisis, yaitu fungsi analisis spasial dan analisis

atribut. Fungsi analisis spasial adalah operasi yang dilakukan pada data spasial.

Sedangkan fungsi analisis atribut adalah fungsi pengolahan data atribut, yaitu data

yang tidak berhubungan dengan ruang.

f. Visualisasi (Data Output)


28

Penyajian hasil berupa informasi baru atau dari database yang ada baik dalam

bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti dalam bentuk peta (atribut

peta dan atribut data), tabel, dan grafik.

3. Pemodelan Hidrologi

Pemodelan dalam aplikasi Sistem Informasi Geografis yaitu ArcGIS terdapat

dalam ekstensi toolbox Spatial Analyst menyediakan metode untuk menggambar

komponen fisik pada permukaan bumi. Tool pada hidrologi ini memungkinkan

untuk kita mengidentifikasi permukaan tanah, menentukan arah aliran,

menghitung akumulasi aliran, menentukan batas air dan membuat jaringan aliran.

Gambar 2.1 Contoh alur jaringan air berasal dari model elevasi
Sumber : ESRI, 2016
29

Ketika menggambarkan batas suatu aliran atau mendefinisikan jaringan aliran

maka kita perlu melakukan serangkaian langkah. Langkah ini akan tergantung pada

karakteristik data yang dimasukan. Pada dasarnya aliran air pada permukaan akan

selalu mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang rendah.

Gambar 2.2 Hydrological modeling flowchart


Sumber : ESRI, 2016

Bagan di atas mengilustrasikan langkah-langkah yang digunakan dalam menghitung

jaringan, pemisahan daerah aliran air atau sungai dan aliran dari DEM. Alur

pemodelan hidrologi ini yaitu diagram alur menunjukkan proses ekstraksi informasi

hidrologi, seperti batas DAS dan jaringan aliran, dari Digital Elevation Modeling

(DEM). Langkah-langkah dalam pemodelan hidrologi dijelaskan sebagai berikut :


30

1. Input Data Digital Elevation Modeling (DEM)

Input data DEM merupakan tahap dimana analisis hidrologi akan

dilakukan. Gambar di atas merupakan data berbentuk raster model elevasi

DEM. Dengan menggunakan model elevasi raster sebagai input,

dimungkinkan untuk secara otomatis menggambarkan sistem aliran, sistem

drainase dan mengukur karakteristik sistem hidraulika.

Gambar 2.3 Input data permukaan DEM


Sumber : ESRI, 2016
31

2. Data DEM sebagai masukan tool Flow Direction

Dari langkah ini aka didapat arah dimana air mengalir keluar dari setiap sel

dapat ditentukan.

Gambar 2.4 Penentuan arah aliran


Sumber : ESRI, 2016
32

3. Menggunakan tools Sinks untuk identifikasi perbaikan data DEM

Gambar 2.5 Sinks yang diidentifikasi


Sumber : ESRI, 2016

Langkah ini untuk mengidentifikasi aliran, yang ditunjukkan di atas (titik-

titik berwarna yang tersebar) bermasalah karena semua air yang mengalir

ke dalamnya tidak dapat mengalir keluar. Untuk memastikan pemetaan

drainase yang tepat, depresi ini dapat diisi menggunakan tools Fill.

4. Menggunakan tools watersheds

Pada langkah ini digambarkan menjadi daerah–daerah sub DAS tertentu

berdasarkan arah aliran


33

Gambar 2.6 Daerah aliran sungai digambarkan


Sumber : ESRI, 2016

5. Membuat jaringan aliran air, menggunakan tools Flow Accumulations

Langkah ini digunakan untuk menghitung jumlah sel yang mengalir ke

suatu lokasi. Output dari flow directions yang dibuat pada langkah

sebelumnya digunakan sebagai input.


34

Gambar 2.7 Output flow accumulations


Sumber : ESRI, 2016
6. Ambang batas dapat ditentukan pada raster dengan menggunakan tools

Flow Accumulations, pada tahap awal adalah mendefinisikan sistem

jaringan aliran. Bagian ini dapat diselesaikan dengan tools Con. Contoh

sintaks yang umum untuk digunakan dalam Con adalah newraster = con

(akumulasi> 100, 1). Semua sel dengan lebih dari 100 sel yang mengalir

ke dalamnya akan menjadi bagian dari jaringan aliran.

7. Untuk mewakili urutan setiap segmen dalam jaringan, ditetapkan tools

stream Order. Metode yang tersedia untuk melakukan tools ini adalah

teknik Shreve dan Strahler.


35

Gambar 2.8 Output dari stream order


Sumber : ESRI, 2016

8. Dengan menggunakan tools Flow Length untuk mengetahui panjang jalur

aliran, baik upslope atau downslope, dari masing-masing sel di dalam DAS

dapat ditentukan. Ini bertujuan untuk menghitung waktu perjalanan air

melalui suatu daerah aliran sungai.


36

Gambar 2.9 Output panjang aliran


Sumber : ESRI, 2016

2.1.10 Kapasitas Saluran Drainase

Analisis hidraulika dilakukan untuk mengetahui kemampuan saluran dalam

menampung debit rencana. Kapasitas saluran dihitung berdasarkan kondisi penampang

saluran yang ditentukan. Untuk perhitungan ukuran penampang saluran maka ukuran

saluran dirata-rata pada setiap segmen saluran. Kapasitas saluran dapat dihitung dengan

persamaan kontinuitas dan rumus Manning berikut ini :


37

Persamaan kontinuitas :

Q = V.A (2-21)

Keterangan :

Q : debit (m3/det)

V : kecepatan rata-rata aliran dalam saluran (m/det)

A : luas penampang basah (m2)

(Dandekar, 1991)

Untuk mengetahui kecepatan rata-rata aliran saluran (V) digunakan rumus

Manning berikut ini :

2 1
1
V  R3 S 2 (2-22)
n

Keterangan :
V : kecepatan rata-rata aliran dalam saluran (m/det)
n : koefisien kekasaran Manning
R : jari-jari hidrolik (m)
S : kemiringan dasar saluran
(Dandekar, 1991)
Nilai koefisien Manning dapat dicari berdasarkan tabel berikut ini :

Tabel 2.6 Koefisien Manning

Bahan Koefisien Manning

Besi tuang dilapisi 0,014

kaca 0,010
38

Tabel 2.6 Lanjutan

Bahan Koefisien Manning

Bata lapis mortar 0,013

Pasangan batu disemen 0,015

Saluran tanah bersih 0,025

Saluran tanah 0,022

Saluran dengan dasar batu dan tebing rumput 0,040

Saluran pada galian batu cadas 0,040

Sumber :Triatmodjo, 2008

Nilai R dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

A
R (2-23)
P

Keterangan :

R : jari-jari hidraulik (m)

A : luas penampang basah (m2)

P : keliling penampang basah (m)

(Dandekar, 1991)

Nilai A dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut :

A  (B  mh)h (2-24)

Keterangan :

B : lebar dasar saluran (m)

h : tinggi muka air/tinggi saluran (m)


39

m : konstanta kemiringan talud

(Dandekar, 1991)

Nilai P dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P  B  2h 1  m 2 (2-25)

Keterangan :

P : keliling basah saluran (m)

B : lebar dasar saluran (m)

h : tinggi muka air/tinggi saluran (m)

m : konstanta kemiringan talud

(Dandekar, 1991)

2.2 Novelty Penelitian

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan berkaitan

dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Penelitian terdahulu dapat dijadikan

sebagai bahan referensi dan perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Beberapa penelitian tersebut dijabarkan pada tabel berikut ini :


Tabel 2.7 Penelitian terdahulu

No Nama Judul Metode Variabel Parameter Hasil


( Tahun )
1 Fais Izma Sistem Informasi Dilakukan analisis Air hujan Perbandingan Diperoleh kapasitas tiap
(2018) Geografis (SIG) hidrologi dan dan air debit rencana ruas saluran drainase dan
Sebagai Evaluasi hidrolika pada limbah dengan Kapasitas mengetahui tingkat
Jaringan saluran drainase dan domestik saluran drainase. kerawanan banjir dari tiap
Drainase di memberikan ruas saluran drainase,
Gampong Sungai penilaian pada tiap dengan dipetakan
Pauh Kota ruas drainase. menggunakan Sistem
Langsa Kemudian Informasi Geografis (SIG)
dilakukan analisis
geografis
menggunakan SIG
sehingga dihasilkan
peta tematik
jaringan drainase
berdasarkan data
spasial hasil
integrasi penilaian
fisik dan analisis
geografis.

40
40
Tabel 2.7 Lanjutan

No Nama Judul Metode Variabel Parameter Hasil


( Tahun )
2 Ferry Evaluasi Metode yang Kondisi Tingkat Diperoleh hasil penilaian
Agrianto Jaringan digunakan yaitu jaringan sedimentasi, atas kondisi bangunan
penilaian kondisi tiap
(2016) Drainase drainase kelengkapan drainase pada tiap ruas
bagian jaringan
Perkotaan drainase disetiap badan saluran prasarana dan jaringan dan tersusunnya
Berbasis segmen dengan bak kontrol, sarana jaringan peta persebaran jaringan
pembobotan
Sistem gorong- drainase, titik drainase beserta informasi
kemudian dilakukan
Informasi analisis spasial gorong, tali koordinat kondisinya. Hal ini dapat
Geografis dengan SIG air saringan jaringan drainase. menjadi dasar bagi
berdasarkan hasil
(SIG) di kota sampah. pengambil kebijakan saat
pembobotan kondisi
Sumenep jaringan drainase. Persebaran
lokasi
jaringan
drainase.

41
41
Tabel 2.7 Lanjutan

No Nama Judul Metode Variabel Parameter Hasil


( Tahun )
penentuan pelaksanaan
kegiatan pemeliharaan
jaringan drainase di kota
Sumenep.
3 Azizah Aplikasi SIG Mengintegrasikan Air hujan, Kapasitas saluran Diketahui kemampuan dan
Rachmawati (Sistem Informasi analisa hidrologi kondisi drainase terhadap kinerja tiap ruas saluran
(2010) Geografis) untuk dan Sistem topografi dan debit rencana. drainase berdasarkan debit
Evaluasi Sistem Informasi tata guna rancangan 5 tahun dan
Jaringan Drainase Geografis (SIG) lahan diperoleh batas daerah
di Sub DAS untuk aliran.
Lowokaru Kota mengevaluasi
Malang sistem jaringan
drainase

42
42
Tabel 2.7 Lanjutan

No Nama Judul Metode Variabel Parameter Hasil


( Tahun )
4 Siti Kajian Genangan Data Spasial diolah Curah hujan dan Kapasitas yang ditampilkan dalam
Qomariyah Banjir Saluran dalam Sistem tata guna lahan saluran peta tematik.
(2007) Drainase dengan Informasi drainase dari
Bantuan Sistem Geografis (SIG) masing-
Informasi dengan output peta masing sub
Geografi (Studi DAS Kali jenes. DAS
Kasus : Kali Analisis hidrologi
Jenes, Surakarta) dilakukan dengan
Sistem Informasi
Geografis (SIG)
dengan menginput
nilai C, kemiringan
lahan dan
intensitas hujan.

43
43
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada pada wilayah Kecamatan Jekan Raya Kota

Palangka Raya dan studi kasus dilakukan di saluran drainase primer yang berada di

Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya. Kecamatan Jekan Raya memiliki luas

387,53 km2 dan batas wilayahnya sebagai berikut:

Batas utara : Kecamatan Bukit Batu, Palangka Raya

Batas selatan : Kecamatan Sabangau, Palangka Raya

Batas timur : Kabupaten Katingan

Batas barat : Kecamatan Pahandut Palangka Raya dan Kabupaten Pulang

Pisau

44
Gambar 3.1 Peta administrasi kota Palangka Raya
Sumber : RPJMD Kota Palangka Raya tahun 2018-2023

Secara administratif Kecamatan Jekan Raya memiliki 4 Kelurahan yakni,

Kelurahan Menteng, Kelurahan Palangka, Kelurahan Bukit Tunggal dan Kelurahan

Petuk Ketimpun.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data primer dan

sekunder. Data primer yang dikumpulkan diantaranya adalah berupa pengamatan

arah aliran pada saluran drainase primer existing dan dimensi saluran drainase

primer existing . Data sekunder diperoleh dari dinas atau instansi-instansi terkait.

Berikut tabel dari data sekunder yang di perlukan dalam penelitian ini :

45
Tabel 3.1 Data sekunder penelitian

No Data Sumber Data


1 Curah hujan BWS Kalimantan II
2 Peta rupa bumi digital wilayah Kota Badan Informasi Geospasial
Palangka Raya
3 Data DEM Kecamatan Jekan Raya Badan Informasi Geospasial
4 Peta tata guna lahan Kecamatan Jekan Badan Informasi Geospasial
Raya

3.3. Analisis Data

3.3.1 Mengolah data spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis

Peta dasar Kecamatan Jekan Raya dan data DEM yang telah didapatkan,

selanjutnya diolah untuk memperoleh beberapa data lainnya yaitu :

1. Membuat layout saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya

berdasarkan pengamatan di lapangan, peta rupa bumi digital wilayah Kota

Palangka Raya.

2. Membuat peta daerah pengaliran tiap saluran drainase primer di

Kecamatan Jekan Raya menggunakan aplikasi ArcGIS dan google earth

3. Menentukan luas tiap daerah pengaliran yang ditinjau menggunakan

aplikasi ArcGIS berdasarkan beberapa indikator diantaranya adalah kontur

dan batas administratif kecamatan.

4. Menghitung kemiringan lahan dan kemiringan saluran existing

berdasarkan sumber data spasial

46
3.3.2 Analisis hidrologi

1. Menghitung curah hujan rencana beberapa kala ulang menggunakan

metode distribusi Log-Pearson III

2. Menghitung waktu konsentrasi (Persamaan 2-17) dan dengan bantuan SIG

3. Menghitung intensitas hujan menggunakan metode mononobe (Persamaan

2-14)

4. Menghitung debit rencana menggunakan metode rasional (Persamaan 2-

15) dan dengan bantuan SIG

5. Menghitung debit rencana kumulatif dengan memperhatikan arah aliran

melalui pengamatan di lapangan dan arah vektor aliran hasil pengolahan

data spasial

3.3.3 Analisis saluran drainase primer (Analisis Hidraulika)

Berdasarkan peta jaringan saluran drainase dan data dimensi saluran drainase

primer di Kecamatan Jekan Raya dilakukan analisis dan perhitungan kapasitas

dari setiap ruas saluran drainase primer existing di Kecamatan Jekan Raya.

Dalam analisis ini dilakukan pengamatan arah aliran saluran drainase

3.4. Tahapan Penelitian

Secara umum penelitian ini dimulai dengan menentukan rumusan masalah

yang akan dianalisis dan diteliti. Setelah permasalahan sudah diketahui dilakukan

pengumpulan data yang diperlukan untuk dapat dilakukan analisis dan penelitian,

apabila seluruh data yang diperlukan telah didapatkan, selanjutnya dapat dilakukan

analisis data dengan metode yang telah ditentukan, dimulai dengan menganalisis

data curah hujan kemudian mengolah data spasial menggunakan aplikasi ArcGIS

47
dan mengintegrasikan hasil analisis data curah hujan dengan analisa data spasial

dan didapatkan debit banjir maksimum yang mengalir pada saluran drainase primer

yang ada di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya. Setelah data debit banjir

maksimum yang mengalir pada setiap ruas saluran drainase primer telah diketahui

dilakukan perhitungan terhadap kapasitas tiap saluran drainase primer. Setelah

perhitungan debit banjir maksimum dan kapasitas tiap ruas saluran drainase primer,

dilakukan perbandingan antara keduanya untuk menentukan ruas saluran drainase

primer yang dapat menampung debit banjir maksimum dan ruas saluran drainase

primer tidak mampu menampung debit banjir maksimum. Jika kapasitas saluran

drainase primer yang ditinjau lebih kecil dari debit banjir maksimum, maka wilayah

dimana ruas saluran drainase tersebut berada, diidentifikasi sebagai wilayah rawan

banjir. Selanjutnya hasil identifikasi wilayah rawan banjir tersebut dituangkan

dalam peta. Lebih rinci tahapan penelitian diuraikan dalam bagan alir penelitian

berikut ini :

48
Mulai

Pengumpulan Data

Data Sekunder Data Primer


 Data curah hujan  Arah aliran
 Peta rupa bumi digital  Dimensi saluran
 Data DEM drainase

Analisis Data Spasial ( SIG)


 Membuat layout peta saluran drainase primer
 Membuat peta daerah pengaliran
 Menentukan luas tiap daerah pengaliran
 Menghitung kemiringan lahan dan kemiringan saluran existing

Analisis Hidrologi
 Menghitung curah hujan rencana beberapa kala ulang
 Menghitung waktu konsentrasi (SIG)
 Menghitung intensitas hujan
 Menghitung beban saluran drainase primer existing

Analisis Hidraulika
Menghitung kapasitas saluran drainase primer existing

 Evaluasi saluran drainase primer


 Identifikasi dan pemetaan daerah rawan banjir (SIG)

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.2 Bagan alir penelitian

49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Layout Saluran Drainase Primer di Kecamatan Jekan Raya

Layout saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya diperoleh dari

pengolahan peta digital menggunakan aplikasi ArcGIS 10.8 serta pengamatan di

lapangan. Peta digital yang digunakan adalah peta rupa bumi digital wilayah Kota

Palangka Raya, peta jaringan jalan, peta daerah rawa dan peta administrasi

Kecamatan di Kota Palangka Raya produksi Badan Informasi Geospasial (BIG)

Indonesia tahun 2017. Pengamatan dilakukan untuk memastikan keakuratan dalam

penentuan tata letak dari saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya dengan

mengecek kesesuaian koordinat saluran drainase primer di lapangan dengan

koordinat pada layout saluran drainase yang akan dibuat. Peta layout saluran

drainase primer di Kecamatan Jekan Raya dibuat untuk mengidentifikasi letak

seluruh jaringan saluran drainase primer yang ada di Kecamatan Jekan Raya yang

berfungsi sebagai salah satu data untuk menentukan luas daerah tangkapan air.

Pengolahan peta layout saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya berfokus

pada letak dan panjang saluran berdasarkan koordinat dan kondisi existing,

sedangkan lebar atau dimensi dari saluran drainase primer dalam peta digambarkan

seragam antara saluran drainase yang satu dan lainnya. Berdasarkan hasil

pengolahan peta digital dan pengamatan setiap ruas jaringan drainase primer di

lapangan diperoleh peta layout saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya,

sebagai berikut :

50
Gambar 4.1 Layout saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya

51

51
52

4.1.1 Identifikasi saluran drainase primer

Secara keseluruhan terdapat 14 (empat belas) ruas saluran drainase primer

dengan panjang total 72,667 km di Kecamatan Jekan Raya, yang beberapa saling

berkesinambungan dan terdapat enam ruas saluran drainase primer yang berakhir

atau outletnya pada rawa dan Sungai Kahayan. Berikut denah identifikasi saluran

drainase primer di Kecamatan Jekan Raya :

Gambar 4.2 Skema jaringan saluran drainase primer


53

4.2 Beban saluran drainase primer existing (Analisis Hidrologi)

Analisis hidrologi bertujuan untuk mengetahui beban atau debit banjir

rencana yang terjadi pada saluran drainase primer di Jekan Raya. Lingkup analisis

hidrologi ini meliputi analisis intensitas curah hujan dan analisis debit banjir

rencana saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya.

4.2.1 Data curah hujan

Data curah hujan yang digunakan merupakan hasil pencatatan selama 10

tahun terakhir dari tahun 2011 sampai dengan 2020, yang berasal dari 3 stasiun

hujan terdekat yaitu stasiun Bukit Tunggal, stasiun Palangka Raya dan stasiun

Bereng Bengkel. Data tersebut diperoleh dari Balai Wilayah Sungai (BWS)

Kalimantan II. Data curah hujan harian maksimum dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 4.1 Data curah hujan stasiun hujan Bukit Tunggal


Curah Hujan (mm)
BULAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Januari 61 114.6 52.8 62 51.4 115 63.4 99 44.8 146.7
Februari 42.5 59.7 129.7 46 75.7 70 107.5 47 120 91.5
Maret 148 97.2 34.8 65.5 80.8 60 50.3 108.2 148.5 93.5
April 94.5 176.4 93.5 121 46.0 126.1 56.5 87 57 60.6
Mei 58.5 29.1 40.5 60.5 105.1 44.6 102.5 48.2 11.8 83
Juni 25.2 39.1 35.0 75.3 41.6 94.0 87.5 87.5 28 35.3
Juli 38.5 129.6 58.5 45.0 30.4 67 26.5 70 3 22.1
Agustus 36.2 38.8 109.7 35.1 7.6 41.6 35.5 42.5 55 60.5
September 74 25.7 64.9 137.5 35.1 60 23.5 29 92.5
Oktober 178 127.8 72.7 42.7 8.5 42 46 60 43.5 115.2
November 105 55.1 118 106.5 73.9 39.1 76.5 55.2 36.6 62
Desember 55.5 166 75.5 130.7 64.9 19 53 70.8 195.5 37.3
Sumber : Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan II
54

Tabel 4.2 Data curah hujan stasiun hujan Palangka Raya

Curah Hujan (mm)


BULAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Januari 39.6 63 42 38.5 26.2 65.4 55.1 83.5 54 276.5
Februari 63 49 91 27.4 66 46 53.9 49 128.5 79
Maret 95.7 75 34.8 34.3 55.5 65.7 47.2 100 161 81
April 59.3 72.4 64.1 70.5 50.9 78.3 56.5 87 58 112
Mei 48.4 116.3 46.7 81.5 105.5 93 176.4 57.5 12 72
Juni 24.7 37.5 35.3 41.2 30.5 175.2 99 60 30.5 39.5
Juli 36.4 130 28.7 60 23.5 36.5 80 50 0 18.5
Agustus 4.7 24.5 43.4 15.8 0 43.9 48.6 26 66.5 41
September 60 29.8 47 0 0 25.6 13.4 21.5 20 117.5
Oktober 106 70.9 74 103 44 32.5 56.5 136.5 90 300.8
November 79.4 47 94.5 61.4 65 27.5 70.8 40 25 68
Desember 65.5 128.5 54.5 81.5 57.5 10.6 57.6 91 226 33
Sumber : Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan II

Tabel 4.3 Data curah hujan stasiun hujan Bereng Bengkel

Curah Hujan (mm)


BULAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Januari 15.8 22.1 2.3 1.7 1 85 101.4 40.2 83.4
Februari 2.8 22.1 3.1 2.6 0.3 94 64.6 64.8 94.5
Maret 2.6 17.1 1.7 1 1 75 83.5 89.4 103.7
April 1.6 1.3 1.7 5.5 0.3 33 120.9 186 80
Mei 1.8 1.8 2 12.2 0.3 84 35.4 16.7 88.5
Juni 1.6 1.9 2.4 33.6 0.7 65 36.7 30 58.4
Juli 16.4 21.2 1.1 4.5 0.8 16 74 28 0 42.3
Agustus 14.8 8 1 2.7 0 4.7 52.4 29.5 19.5 90.6
September 4.4 1.4 0.3 0 0 79 11 13 28.4
Oktober 14.2 2.6 1 21.5 106.7 78.8 43 80
November 21.2 2.6 1 88 39.2 28.4 90.2
Desember 39.7 2.6 1 50.2 103.8 80.7 69.3
Sumber : Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan II

Keterangan :

: Tidak ada pengamatan atau data rusak


55

4.2.2 Analisis data curah hujan yang hilang

Berdasarkan data curah hujan diatas, terdapat data yang hilang atau pun rusak,

untuk melengkapi data tersebut diperlukan data dari curah hujan dari stasiun lain

yang terdekat. Perhitungan data curah hujan yang hilang menggunakan rumus

Inversed Square Distance sebagai berikut :

 pA p p 
  B  ...  x 
 2 2 dx 2 n 
p x   dx A dx B  (4-1)
 1  1  .....  1 
 dx 2 A dx 2 B dx 2 n 
 

Keterangan :

px : curah hujan yang di cari (mm)

pA : curah hujan referensi A (mm)

pB : curah hujan referensi B (mm)

dx : jarak antar stasiun hujan (km)

Dilakukan pengolahan peta stasiun hujan dengan melakukan pengeplotan

koordinat masing-masing stasiun hujan ke dalam aplikasi ArcGIS, hasil pengolahan

peta stasiun hujan sebagai berikut :


Gambar 4.3 Peta lokasi stasiun hujan Bukit Tunggal, Palangka Raya dan Bereng Bengkel

56
56
57

Berdasarkan peta stasiun hujan hasil pengolahan aplikasi ArcGIS didapat data

jarak antar stasiun hujan. Jarak antar stasiun hujan disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Jarak antar stasiun hujan

No Stasiun Hujan Simbol Jarak (km)

1 St.Bukit Tunggal - St. Palangka Raya L1 5.38

2 St. Palangka Raya- St. Bereng Bengkel L2 15.7

3 St.Bukit Tunggal - St. Bereng Bengkel L3 21.08

Keterangan :
St : Stasiun

Contoh Perhitungan data curah hujan yang hilang :

1. Data curah hujan hilang pada stasiun Bukit Bereng Bengkel pada bulan

September 2017

Diketahui :

Stasiun terdekat : Stasiun Palangka Raya dan stasiun Bukit Tunggal


Jarak stasiun Bereng Bengkel ke stasiun Palangka Raya = 15,7 km
Jarak stasiun Bereng Bengkel ke stasiun Bukit Tunggal = 21,08 km
Curah hujan Stasiun Palangka Raya September 2017 = 13,4 mm
Curah hujan Stasiun Bukit Tunggal September 2017 = 60 mm
 pA p p 
  B  ...  x 
 2 2 dx 2 n 
p x   dx A dx B 
 1  1  .....  1 
 dx 2 A dx 2 B dx 2 n 
 

 13,4 60 
 2
 2 
p Bereng Bengkel   123.1 mm 
15,7 21,08
 1 1 
 2
 2 
 15,7 21,08 
58

2. Data curah hujan hilang pada stasiun Bukit Bereng Bengkel pada bulan

Oktober 2017

Diketahui :

Stasiun terdekat : Stasiun Palangka Raya dan stasiun Bukit Tunggal


Jarak stasiun Bereng Bengkel ke stasiun Palangka Raya = 15,7 km
Jarak stasiun Bereng Bengkel ke stasiun Bukit Tunggal = 21,08 km
Curah hujan Stasiun Palangka Raya Oktober 2017 = 56,5 mm
Curah hujan Stasiun Bukit Tunggal Oktober 2017 = 46 mm
 pA p p 
  B  ...  x 
 2 2 dx 2 n 
p x   dx A dx B 
 1  1  .....  1 
 dx 2 A dx 2 B dx 2 n 
 

 56,5 46 
 2
 2 
p Bereng Bengkel   15,7 21,08
123.1 mm 
 1 1 
 2
 2 
 15,7 21,08 

Seluruh hasil analisis data curah hujan yang hilang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.5 Hasil analisis data curah hujan yang hilang stasiun hujan Bukit
Tunggal
Curah Hujan (mm)
BULAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Januari 61 114.6 52.8 62 51.4 115 63.4 99 44.8 146.7
Februari 42.5 59.7 129.7 46 75.7 70 107.5 47 120 91.5
Maret 148 97.2 34.8 65.5 80.8 60 50.3 108.2 148.5 93.5
April 94.5 176.4 93.5 121 46.0 126.1 56.5 87 57 60.6
Mei 58.5 29.1 40.5 60.5 105.1 44.6 102.5 48.2 11.8 83
Juni 25.2 39.1 35.0 75.3 41.6 94.0 87.5 87.5 28 35.3
Juli 38.5 129.6 58.5 45.0 30.4 67 26.5 70 3 22.1
Agustus 36.2 38.8 109.7 35.1 7.6 41.6 35.5 42.5 55 60.5
September 74 25.7 64.9 137.5 0 35.1 60 23.5 29 92.5
Oktober 178 127.8 72.7 42.7 8.5 42 46 60 43.5 115.2
November 105 55.1 118 106.5 73.9 39.1 76.5 55.2 36.6 62
Desember 55.5 166 75.5 130.7 64.9 19 53 70.8 195.5 37.3
59

Tabel 4.6 Hasil analisis data curah hujan yang hilang stasiun hujan Palangka
Raya

Curah Hujan (mm)


BULAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Januari 39.6 63 42 38.5 26.2 65.4 55.1 83.5 54 276.5
Februari 63 49 91 27.4 66 46 53.9 49 128.5 79
Maret 95.7 75 34.8 34.3 55.5 65.7 47.2 100 161 81
April 59.3 72.4 64.1 70.5 50.9 78.3 56.5 87 58 112
Mei 48.4 116.3 46.7 81.5 105.5 93 176.4 57.5 12 72
Juni 24.7 37.5 35.3 41.2 30.5 175.2 99 60 30.5 39.5
Juli 36.4 130 28.7 60 23.5 36.5 80 50 0 18.5
Agustus 4.7 24.5 43.4 15.8 0 43.9 48.6 26 66.5 41
September 60 29.8 47 0 0 25.6 13.4 21.5 20 117.5
Oktober 106 70.9 74 103 44 32.5 56.5 136.5 90 300.8
November 79.4 47 94.5 61.4 65 27.5 70.8 40 25 68
Desember 65.5 128.5 54.5 81.5 57.5 10.6 57.6 91 226 33

Tabel 4.7 Hasil analisis data curah hujan yang hilang stasiun hujan Bereng
Bengkel

Curah Hujan (mm)


BULAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Januari 15.8 22.1 2.3 1.7 1 83.1 85 101.4 40.2 83.4
Februari 2.8 22.1 3.1 2.6 0.3 54.6 94 64.6 64.8 94.5
Maret 2.6 17.1 1.7 1 1 63.7 75 83.5 89.4 103.7
April 1.6 1.3 1.7 5.5 0.3 95.4 33 120.9 186 80
Mei 1.8 1.8 2 12.2 0.3 75.7 84 35.4 16.7 88.5
Juni 1.6 1.9 2.4 33.6 0.7 146 65 36.7 30 58.4
Juli 16.4 21.2 1.1 4.5 0.8 16 74 28 0 42.3
Agustus 14.8 8 1 2.7 0 4.7 52.4 29.5 19.5 90.6
September 4.4 1.4 0.3 0 0 79 30 11 13 28.4
Oktober 14.2 2.6 1 81.5 21.5 106.7 52.8 78.8 43 80
November 21.2 2.6 1 77.5 88 31.6 72.8 39.2 28.4 90.2
Desember 39.7 2.6 1 99.05 50.2 13.6 56 103.8 80.7 69.3

Berdasarkan data diatas didapat data curah hujan harian maksimum dari

stasiun hujan Bukit Tunggal, Palangka Raya, stasiun hujan Bereng Bengkel dalam

kurun waktu 2011 sampai dengan 2020 sebagai berikut :


60

Tabel 4.8 Curah hujan harian maksimum

Curah Hujan (mm)


No Tahun
Bukit Tunggal Palangka Raya Bereng Bengkel

1 2011 178 106 39.7

2 2012 176.4 130 22.1

3 2013 129.7 94.5 3.1

4 2014 137.5 103 99.05

5 2015 105.1 105.5 88

6 2016 126.1 175.2 146.2

7 2017 107.5 176.4 94

8 2018 108.2 136.5 120.9

9 2019 195.5 226 186

10 2020 146.7 300.8 103.7


Sumber : Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan II

4.2.3 Uji konsistensi data

Uji konsistensi data dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran data di

lapangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti spesifikasi alat penakar

berubah, tempat alat ukur dipindah dan perubahan lingkungan disekitar alat penakar

(Kamiana, 2011). Uji konsistensi data pada stasiun hujan Bukit Tunggal, Stasiun

hujan Palangka Raya dan Stasiun hujan Bereng Bengkel digunakan metode kurva

massa ganda (double mass curve).


61

Tabel 4.9 Data hujan tahunan Sta. Bukit Tunggal, Sta. Palangka Raya, Sta.
Bereng Bengkel

Curah Hujan (mm)


No Tahun
Bukit Tunggal Palangka Raya Bereng Bengkel

1 2011 178 106 39.7

2 2012 176.4 130 22.1

3 2013 129.7 94.5 3.1

4 2014 137.5 103 99.05

5 2015 105.1 105.5 88

6 2016 126.1 175.2 146.2

7 2017 107.5 176.4 94

8 2018 108.2 136.5 120.9

9 2019 195.5 226 186

10 2020 146.7 300.8 103.7


62

a. Uji konsistensi data pada Stasiun Hujan Bukit Tunggal

Tabel 4.10 Analisa kurva massa ganda Stasiun Bukit Tunggal

Stasiun
Kumulatif
Bukit Palangka Bereng Rerata Sta. Kumulatif Rerata
Tahun
Tunggal Raya Bengkel (y dan z) Sta. x Sta.
(y dan z)
x y z
2011 178 106 39.7 72.85 178 72.85
2012 176.4 130 22.1 76.05 354.4 148.90
2013 129.7 94.5 3.1 48.8 484.1 197.70
2014 137.5 103 99.05 101.0 621.6 298.73
2015 105.1 105.5 88 96.75 726.7 395.48
2016 126.1 175.2 146.2 160.7 852.8 556.18
2017 107.5 176.4 94 135.2 960.3 691.38
2018 108.2 136.5 120.9 128.7 1068.5 820.08
2019 195.5 226 186 206 1264 1026.08
2020 146.7 300.8 103.7 202.25 1410.7 1228.33

Kurva Massa Ganda


1600
Hujan Tahunan Kumulatif di Sta.

1400 y = 0.9957x + 250.87

1200
Bukit Tunggal (mm)

1000
800
600
400
200
0
0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00
Hujan Tahunan Kumulatif di Stasiun Referensi (mm)

Gambar 4.4 Grafik kurva massa ganda tinjauan Sta. Bukit Tunggal

Kesimpulan : Data curah hujan stasiun hujan Bukit Tunggal konsisten


63

b. Uji konsistensi data pada Stasiun Hujan Palangka Raya

Tabel 4.11 Analisa kurva massa ganda Stasiun Palangka Raya

Stasiun
Rerata Kumulatif
Palangka Bukit Bereng Kumulatif
Tahun Sta. (y Rerata Sta.
Raya Tunggal Bengkel dan z)
Sta. x
(y dan z)
x y z
2011 106 178 39.7 108.85 106 108.85
2012 130 176.4 22.1 99.25 236 208.1
2013 94.5 129.7 3.1 66.4 330.5 274.5
2014 103 137.5 99.05 118.275 433.5 392.775
2015 105.5 105.1 88 96.55 539 489.325
2016 175.2 126.1 146.2 136.15 714.2 625.475
2017 176.4 107.5 94 100.75 890.6 726.225
2018 136.5 108.2 120.9 114.55 1027.1 840.775
2019 226 195.5 186 190.75 1253.1 1031.525
2020 300.8 146.7 103.7 125.2 1553.9 1156.725

Kurva Massa Ganda


1800
Hujan Tahunan Kumulatif di Sta.

1600
1400 y = 1.3209x - 64.879
Palangak Raya (mm)

1200
1000
800
600
400
200
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Hujan Tahunan Kumulatif di Stasiun Referensi (mm)

Gambar 4.5 Grafik kurva massa ganda tinjauan Sta. Palangka Raya

Kesimpulan : Data curah hujan stasiun hujan Palangka Raya konsisten


64

c. Uji konsistensi data Stasiun hujan Bereng Bengkel

Tabel 4.12 Analisa kurva massa ganda Stasiun Bereng Bengkel

Stasiun
Rerata
Kumulatif
Bereng Bukit Palangka Sta. Kumulatif
Tahun Rerata
Bengkel Tunggal Raya (y dan Sta. x
Sta.( ydan z)
z)
x y z
2011 39.7 178 106 142 39.7 142
2012 22.1 176.4 130 153.2 61.8 295.2
2013 3.1 129.7 94.5 112.1 64.9 407.3
2014 99.05 137.5 103 120.25 163.95 527.55
2015 88 105.1 105.5 105.3 251.95 632.85
2016 146.2 126.1 175.2 150.65 398.15 783.5
2017 94 107.5 176.4 141.95 492.15 925.45
2018 120.9 108.2 136.5 122.35 613.05 1047.8
2019 186 195.5 226 210.75 799.05 1258.55
2020 103.7 146.7 300.8 223.75 902.75 1482.3

Kurva Massa Ganda


1000
Hujan Tahunan Kumulatif di

y = 0.7224x - 163.22
800
Bereng Bengkel (mm)

600

400
Sta.

200

0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
-200
Hujan Tahunan Kumulatif di Stasiun Referensi (mm)

Gambar 4.6 Grafik kurva masaa ganda tinjauan Sta. Bereng Bengkel

Kesimpulan : Data curah hujan stasiun hujan Bereng Bengkel konsisten


65

Berdasarkan perhitungan dan kurva di atas dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara kumulatif Stasiun Bukit Tunggal, Stasiun Palangka Raya dan

Stasiun Bereng Bengkel, membentuk garis yang relatif lurus, sehingga tidak

diperlukan adanya koreksi pada data.

4.2.4 Hujan wilayah

Hujan wilayah dihitung menggunakan metode Polygon Thiessen karena

memiliki ketelitian yang cukup tinggi dan sesuai dengan kondisi di lapangan. Data

curah hujan harian maksimum diambil dari dari 3 stasiun hujan terdekat dan

mempengaruhi daerah tangkapan. Ketiga stasiun tersebut adalah stasiun hujan

Bukit Tunggal, stasiun hujan Palangka Raya dan stasiun hujan Bereng Bengkel.

Perhitungan hujan wilayah dengan metode Polygon Thiessen menggunakan

persamaan 2-2. Perhitungan hujan wilayah sebagai berikut :.


Gambar 4.7 Peta analisis Polygon Thiessen

66

66
67

Keterangan :
A1 : Daerah yang dipengaruhi Stasiun Bukit Tunggal
A2 : Daerah yang dipengaruhi Stasiun Palangka Raya
Berdasarkan hasil pengolahan peta Thiessen menggunakan software ArcGIS

diketahui luasan Polygon Thiessen dan koefesien Thiessen seperti tabel berikut :

Tabel 4.13 Nilai koefisien Thiessen

Stasiun Hujan Luas (km2) Koefisien Thiessen


Bukit Tunggal 51,67 0,49
Palangka Raya 52,99 0,51
Bereng Bengkel 0 0
Total 104,66 1

Setelah koefisien Thiessen diketahui dilakukan perhitungan hujan wilayah.

Berikut contoh perhitungan untuk mendapat hujan wilayah Tahun 2011 sebagai

berikut :

Diketahui :

Sta. Bukit Tunggal : (Koefisien = 0,49) (curah hujan = 178 mm)

Sta. Palangka Raya :( Koefisien = 0.51) ( curah hujan = 106 mm)

Sta. Bereng Bengkel : (Koefisien = 0) (curah hujan = 39.7 mm)

Hujan wilayah = (0,49 x 178) + (0.51 x 106 ) + ( 0 x 39,7) = 141,3 mm

Seluruh perhitungan hujan wilayah dapat dilihat pada tabel berikut :


68

Tabel 4.14 Hasil perhitungan hujan wilayah

Stasiun Hujan
Hujan kawasan
Tahun Bukit Tunggal Palangka Raya Bereng Bengkel (mm)
0.49 0.51 0
2011 178 106 39.7 141.3
2012 176.4 130 22.1 152.7
2013 129.7 94.5 3.1 111.7
2014 137.5 103 99.05 119.9
2015 105.1 105.5 88 105.3
2016 126.1 175.2 146.2 151.1
2017 107.5 176.4 94 142.6
2018 108.2 136.5 120.9 122.6
2019 195.5 226 186 211.1
2020 146.7 300.8 103.7 225.3

4.2.5 Perhitungan parameter statistik

Berdasarkan perhitungan hujan wilayah, dilakukan perhitungan parameter

statistik terhadap data tersebut, untuk mengetahui jenis distribusi yang sesuai. Hasil

perhitungan parameter statistik disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.15 Perhitungan Parameter statistik

No Tahun Xi (Xi- X ) (Xi- X )2 (Xi- X )3 (Xi- X )4

1 2011 141.3 -7.09 50.31 -356.8836 2531.4469

2 2012 152.7 4.36 19.03 83.04 362.29

3 2013 111.7 -36.63 1341.41 -49129.24 1799368.11

4 2014 119.9 -28.47 810.44 -23071.72 656810.42

5 2015 105.3 -43.07 1854.96 -79891.47 3440861.72


69

Tabel 4.15 Lanjutan

No Tahun Xi (Xi- X ) (Xi- X )2 (Xi- X )3 (Xi- X )4

6 2016 151.1 2.77 7.66 21.20 58.7


7 2017 142.6 -5.73 32.88 -188.55 1081.16
8 2018 122.6 -25.74 662.56 -17054.37 438982.97
9 2019 211.1 62.68 3929.01 246277.30 15437104.27
10 2020 225.3 76.92 5916.35 455072.47 35003173.15
Jumlah 1483.7 0.00 14624.60 531761.78 56780334.22
Rata-rata 148.37 0.00 1462.46 53176.18 5678033.42

a. Rata-rata ( X )

x
1
= i
N i 1

1
= 1483,7
10

= 148,37

b. Simpangan Baku (S)

 (x
i 1
i  x) 2

N 1

14624.60

10  1

= 40.3

c. Koefisien variasi (Cv)

S

x

40,3

148,37

= 0,27
70

d. Koefisien skewness (Cs)

N
N  (x
i 1
i  x) 3

(N - 1)(N - 2)S3

10 (531761.78)

(10 - 1)(10- 2)40,33

= 1,13

e. Koefisien kurtosis (Ck)

N
N  (x
i 1
i  x) 4

(N - 1)(N - 2)(N - 3)S4

10 56780334.22

(10 - 1)(10- 2)(10- 3)  40,34

= 4,27

4.2.6 Penentuan jenis distribusi

Penentuan jenis distribusi yang akan digunakan dilakukan dengan

membandingkan nilai dari parameter statistik dengan dengan nilai yang disyaratkan

setiap jenis distribusi. Penentuan jenis distribusi disajikan dalam Tabel 4.4 berikut

ini :
71

Tabel 4.16 Penentuan jenis distribusi

No Jenis Distribusi Syarat Hasil Perhitungan Ket

1 Normal Cs = 0 Cs = 1.13 Tidak

Ck = 3 Ck = 4,27

2 Log Normal Cs = Cv3 +3Cv = 0,48 Cs = 1.13 Tidak

Ck = Cv8 + 6Cv6 Ck = 4,27

+15Cv4 + 16Cv2 +3 =

3,41

3 Gumbel Cs = 1,1396 Cs = 1.13 Tidak

Ck = 5,4002 Ck = 4,27

4 Log-Pearson III Selain dari nilai diatas Cs = 1.13 Ya

Ck = 4,27

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jenis distribusi yang cocok

adalah distribusi Log-Pearson III

4.2.7 Uji Chi Kuadrat

Uji Chi kuadrat dilakukan untuk menguji jenis distribusi yang telah

ditentukan apakah dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang

dianalisis.

Perhitungan uji Chi kuadrat adalah :

1. Pengurutan data curah hujan dari besar ke kecil

2. Perhitungan jumlah kelas yang ada (K)

K = 1 + 3,322 log n
72

K = 1+3,322 log 10
K = 4,332  5 kelas
3. Derajat Kebebasan (DK)
DK = K- (R+1)
DK = 5 - (2+1) = 2
4. Perhitungan nilai EF
 n  10 
EF =   =   = 2
K   2 
5. Menghitung interval kelas (distribusi probabilitas Log-Pearson III)
1
= 100%  20% , sehingga interval kelas distribusi adalah 20%, 40%,
5
60%, 80% ( 5 tahun, 2,5 tahun, 1,67 tahun, 1,25 tahun)
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai Cs atau G = 0,766 dan nilai T untuk
berbagai peride ulang (Tabel lampiran 1.2), maka :

T = 5, nilai KT = 0,78 T = 1,67, nilai KT = -0,452


T = 2,5, nilai KT = 0,02 T = 1,25, nilai KT = -0,856

Nilai ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋= 2,763 dan nilai S log X = 0,068
̅̅̅̅̅̅̅̅
Interval kelas : Log Xt =𝐿𝑜𝑔 𝑋 + KT x S Log X
Log Xt = 2,763 + KT x 0,068
Sehingga :
X5 = 175,3 mm X1,67 = 128,3 mm
X2,5 = 144,6 mm X1,25 = 115,8 mm
6. Menentukan X2Cr tabel, dengan Derajat Kebebasan 2, signifikasi (  ) =

5% maka X2Cr berdasarkan tabel nilai parameter Chi Kuadrat adalah

5,991

Perhitungan Seluruh uji Chi kuadrat dari distribusi Log-Pearson III disajikan

dalam tabel 4.17 berikut ini :


73

Tabel 4.17 Uji Chi Kuadrat Terhadap Distribusi Log-Pearson III

No P(X) EF OF EF-OF (EF-OF)2 (EF-OF)2/2


1 >175.3 2 2 0 0 0
2 144.5-175.3 2 2 0 0 0
3 128.3-144.5 2 2 0 0 0
4 115.8-128.3 2 2 0 0 0
5 <115.8 2 2 0 0 0
Jumlah 10 10 0

Karena nilai X2Cr hitung < X2Cr tabel (0 < 5,991) maka untuk menghitung curah
hujan rencana dapat menggunakan distribusi Log Pearson III

4.2.8 Uji Smirnov Kolmogorov

Uji Smirnov Kolmogorov dilakukan untuk menguji jenis distribusi yang telah

ditentukan apakah dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang

dianalisis. Perhitungan uji Smirnov Kolmogorov secara rinci terdapat pada tabel

berikut:

Tabel 4.18 Uji Smirnov Kolmogorov Terhadap Distribusi Log-Pearson III

X D
Log Xi Pxi f(t) P’(xi)
m
[7]=[5]-
(mm) [1] [2] [4] [5]
[2]
1 225.291 2.353 0.091 1.77 0.0604 -0.031
2 211.055 2.324 0.182 1.51 0.0841 -0.098
3 152.736 2.184 0.273 0.23 0.3809 0.108
4 151.141 2.179 0.364 0.19 0.3941 0.030
5 142.639 2.154 0.455 -0.04 0.4697 0.015
6 141.28 2.150 0.545 -0.07 0.4796 -0.066
7 122.633 2.089 0.636 -0.64 0.7105 0.074
8 119.905 2.079 0.727 -0.72 0.7436 0.016
9 111.748 2.048 0.818 -1.00 0.8312 0.013
10 105.304 2.022 0.909 -1.24 0.8832 -0.026
Jumlah 21.583
Rata-rata 2.158
Standar Deviasi (S) 0.110
Coef skewnes(cs) 0.766
Nilai D maks 0.108
74

Berdasarkan Tabel 2.5 ( Nilai kritis Do untuk uji Smirnov-Kolmogorov),

besarnya derajat kepercayaan () untuk jumlah data (n) = 10 adalah 0,41. Didapat

hasil Dmaks = 0.108 dan Do = 0,41 dengan membandingkan nilai Dmaks dan Do

disimpulkan Dmaks < Do, sehingga pemilihan jenis distribusi Log-Pearson III

tersebut dapat diterima dan digunakan untuk menganalisis curah hujan rencana.

4.2.9 Perhitungan hujan rencana

Perhitungan hujan rencana menggunakan jenis distribusi Log-Pearson III,

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.19 Hasil perhitungan distribusi Log-Pearson III

Hujan (Log X- (Log X- (Log X-


No Wilayah (X) Log X Log X ) Log X )2 Log X )3

1 225.291 2.353 0.194 0.03781 0.0073526


2 211.055 2.324 0.166 0.02759 0.0045829
3 152.736 2.184 0.026 0.00066 0.0000169
4 151.141 2.179 0.021 0.00044 0.0000094
5 142.639 2.154 -0.004 0.00002 -0.0000001
6 141.28 2.150 -0.008 0.00007 -0.0000006
7 122.633 2.089 -0.070 0.00486 -0.0003384
8 119.905 2.079 -0.079 0.00631 -0.0005016
9 111.748 2.048 -0.110 0.01211 -0.0013329
10 105.304 2.022 -0.136 0.01845 -0.0025069
Jumlah 21.58
Rata-rata ( X ) 148.37
Rata-rata Log X 2.16
Standar Deviasi (Sd) 0.11
Koef. Skewness(Cs) 0.77
Perhitungan faktor frekuensi dilakukan dengan menginterpolasikan nilai

Koefisien skewness dengan nilai pada tabel faktor frekuensi KT (Tabel lampiran
75

1.2). Contoh perhitungan faktor frekuensi pada periode ulang 2 tahun sebagai

berikut :

 C - Cs   Cs - Cs1 
K   s2  K1    K2
 Cs2 - Cs1   Cs2 - Cs1 

 0.8 - 0.77  0.77 - 0.7 


K  - 0.116    (0.148) = -0.138
 0.8 - 0,7   0.8 - 0.77

Hasil perhitungan seluruh faktor frekuensi disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.20 Hasil perhitungan faktor frekuensi Log-Pearson III

T CS KT
2 0.07 -0,138
5 0.07 0,775
10 0.07 1,335
25 0.07 1,985

Perhitungan hujan rencana menggunakan distribusi Log-Pearson III, contoh

perhitungan pada periode ulang 2 tahun sebagai berikut :

Log X T2  logx  (KT Sd)

Log X T2  2.16  (0.138  0.11)

Log X T2  2.145

X T2  139,66 mm

Hasil perhitungan hujan secara lengkap disajikan pada tabel berikut :


76

Tabel 4.21 Analisis curah hujan rencana dengan Log-Pearson III

No Periode ulang (T) tahun Log K Sd Log XT Curah Hujan


X (XT)
1
2 2.16 -0,138 0.011 2.145 139.6
2
5 2.16 0,775 0.011 2.245 175.9
3
10 2.16 1,335 0.011 2.307 202.7
4
25 2.16 1,985 0.011 2.378 239.0

4.2.10 Analisis daerah tangkapan

Daerah tangkapan air diperoleh berdasarkan analisis catchment area

menggunakan aplikasi ArcGIS yang menggunakan data mentah berupa peta kontur

Kecamatan Jekan Raya, yang bersumber dari Badan Informasi Geospasial

Indonesia. Berikut peta catchment area berdasarkan hasil pengolahan

menggunakan software ArcGIS


Gambar 4.8 Peta daerah tangkapan air (catchment area) di Kecamatan Jekan Raya

77
77
78

Berdasarkan peta daerah tangkapan air di atas dilakukan pembagian sub

daerah tangkapan air. Pembagian sub daerah tangkapan dilakukan berdasarkan peta

vektor arah aliran (flow direction) dan peta panah arah aliran (flow direction arrow),

yang diolah menggunakan spatial analyst tool hydrology yang ada pada aplikasi

ArcGIS, dari peta tersebut dapat dilihat arah aliran air dengan jelas, sehingga dapat

diamati daerah mana saja yang berpengaruh terhadap saluran drainase primer.

Dilakukan overlay antara peta layout saluran drainase primer, peta catchment area

dengan peta vektor arah aliran (flow direction) dan peta panah arah aliran (flow

direction arrow) agar dengan mudah dalam membatasi sub daerah tangkapan air.

Sub daerah tangkapan air dibuat menggunakan aplikasi ArcGIS dengan

membatasi daerah yang berpengaruh terhadap saluran drainase primer

menggunakan fitur create features polygon pada ArcGIS. Berikut peta vektor arah

aliran (flow direction) dan peta panah arah aliran (flow direction arrow) yang

digunakan sebagai dasar penentuan dan pembuatan peta sub daerah tangkapan air

di Kecamatan Jekan Raya


Gambar 4.9 Peta vektor flow direction di Kecamatan Jekan Raya

79
79
Gambar 4.10 Peta flow direction arrow di Kecamatan Jekan Raya

80
80
Gambar 4.11 Peta indikator analisis sub DTA di Kecamatan Jekan Raya

81
81
Gambar 4.12 Peta daerah sub daerah tangkapan air di Kecamatan Jekan Raya

82
82
83

4.2.11 Analisis luas Daerah Tangkapan Air (DTA)


Luas daerah tangkapan diperoleh berdasarkan analisis peta pembagian daerah
sub tangkapan air menggunakan aplikasi ArcGIS. Berikut tabel hasil analisis luas
daerah tangkapan air di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.
Tabel 4.22 Luas daerah tangkapan air di Kecamatan Jekan Raya
No Nama Sub Daerah Tangkapan Air (DTA) Luas (km2)
1 A1 2.78
2 A2 0.95
3 A3 1.26
4 A4 0.31
5 A5 16.97
6 A6 11.97
7 B1 4.48
8 C1 0.49
9 C2 1.68
10 C3 2.63
11 C4 0.06
12 D1 0.16
13 E1 0.09
14 E2 0.15
15 F1 2.03
16 G1 0.83
17 G2 0.79
18 H1 2.02
19 H2 0.38
20 I1 0.81
21 I2 0.59
22 J1 1.53
23 J2 2.19
24 J3 0.83
25 K1 1.79
26 K2 0.98
27 L1 2.34
28 L2 1.37
29 L3 1.58
30 M1 1.23
31 N1 3.13
32 N2 1.06
84

Tabel 4.22 Lanjutan

No Nama Sub Daerah Tangkapan Air (DTA) Luas (km2)


33 Y1 3.69
34 Y2 1.19
35 Y3 3.98
36 Y4 1.69
37 Y5 2.83
38 Y6 0.80
39 Y7 1.32
40 Y8 0.60
41 Y9 1.09
42 Y10 1.42
43 Y11 1.00
44 Y12 0.68
45 Y13 1.00
46 Y14 1.92
47 Y15 0.19
48 Y16 4.44
49 Y17 2.50
50 Y18 0.99
51 Y19 0.97
Luas Total 101.72

Berdasarkan hasil analisis ArcGIS, terdapat sejumlah DTA yang menurut

topografinya berpotensi sebagai daerah genangan (daerah dengan simbol Y

berindeks 1-19 pada Gambar 4.12 dan Tabel 4.22). Kondisi tersebut disebabkan

karena topografi daerah tersebut memiliki elevasi yang lebih rendah dibandingkan

daerah disekitarnya. Hal ini mengakibatkan arah vektor aliran tidak menuju ke

saluran primer dan justru mengumpul pada satu titik terendah di DTA tersebut.

Dalam kondisi ekstrim (misal banjir dengan kala ulang tertentu), elevasi muka air

banjir pada daerah genangan tersebut akan berada di atas elevasi muka air banjir di

saluran primer. Oleh karena itu, sebagian besar air banjir akan mengalir ke saluran
85

primer dan sisanya akan terserap ke dalam tanah. Dengan demikian dalam analisis

pada penelitian ini, DTA yang berpotensi sebagai daerah genangan luasannya

ditambahkan sebagai DTA saluran primer terdekat.

4.2.12 Koefisien aliran permukaan (C)

Koefisien aliran permukaan ditentukan berdasarkan tata guna lahan pada

setiap daerah tangkapan air, nilai C bisa berbeda-beda berdasarkan tata guna lahan

yang ada di daerah tersebut. Berikut peta tata guna lahan di Kecamatan Jekan Raya

Kota Palangka Raya.


Gambar 4.13 Peta tata guna lahan di Kecamatan Jekan Raya

86
87

Berdasarkan peta tata guna lahan yang dikombinasikan dengan peta

pembagian sub daerah tangkapan air (DTA) dan tabel penentuan koefisien aliran

permukaan, didapat koefisien aliran permukaan rata-rata pada setiap sub daerah

tangkapan. Dasar penentuan nilai C pada berbagai penggunaan lahan dapat dilihat

pada tabel berikut ini

Tabel 4.23. Nilai Koefisien limpasan ( C )


Penutupan Lahan Nilai C
Badan Air 0.15
Belukar 0,2
Belukar Rawa 0,07
Hutan Lahan Kering Primer 0,02
Hutan Lahan Kering Sekunder 0,03
Hutan Mangrove Primer 0,01
Hutan Rawa Primer 0,02
Hutan Rawa Sekunder 0,15
Hutan Tanaman Industri 0,05
Pemukiman 0,75
Perkebunan 0,4
Pertanian Lahan Kering 0,1
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 0,1
Sawah 0,15
Tambak 0,05
Tanah Terbuka 0,2
Sumber : Kodoatie dan Syarief, 2005.

Contoh perhitungan nilai koefisien aliran permukaan rata-rata pada sub

daerah tangkapan air A1.

Tabel 4.24 Analisis koefisien pengaliran daerah tangkapan air A1

Luas
Tata guna lahan Persentase (%) C C rerata (%)
(km2)
Semak Belukar 2.225916 79.95560249 0.07 5.60
Tegalan/Ladang 0.31003 11.13637507 0.1 1.11
Perkebunan 0.143524 5.1554272 0.4 0.77
Rawa 0.10447 3.752595243 0.15 0.55
Total 2.78394 100 8,03
88

Contoh perhitungan nilai koefisien aliran permukaan rata-rata pada daerah

tangkapan air A2.

Tabel 4.25 Analisis koefisien pengaliran sub daerah tangkapan air A2

Tata guna C rerata


Luas (km2) Persentase (%) C
lahan (%)
Permukiman 0.077069 8.131725748 0.6 4.88
Tegalan/Ladang 0.151605 15.9961889 0.1 1.60
Perkebunan 0.719083 75.87208536 0.4 30.35
Total 0.947757 100 36.83

Tabel 4.26 Analisis koefisien pengaliran sub daerah tangkapan air A3

Tata guna C rerata


Luas (km2) Persentase (%) C
lahan (%)
Rawa 0.07 6.034482759 0.2 1.206896552
Semak Belukar 0.43 37.06896552 0.1 3.706896552
Tegalan/Ladang 0.1 8.620689655 0.1 0.862068966
Perkebunan 0.56 48.27586207 0.4 19.31034483
Total 1.16 100 25.0862069

Berikut merupakan tabel rekapitulasi nilai koefisien aliran permukaan pada

setiap sub daerah tangkapan air.

Tabel 4.27 Rekapitulasi nilai C seluruh sub daerah tangkapan air

Nama C
No Nama DTA C (%) C
Saluran Rerata Lahan
1 A1 14.9676875 0.083
2 A2 36.8274885 0.37
3 A3 25.0862069 0.25
4 A4 24.0309512 0.24
P1 0.23
5 A5 17.7376539 0.18
6 A6 18.7377875 0.19
7 Y17 25.2344 0.25
8 Y18 28.455632 0.28
9 B1 28.5072367 0.29
P2 0.26
10 Y16 23.4567 0.235
89

Tabel 4.27 Lanjutan

Nama C
No Nama DTA C (%) C
Saluran Rerata Lahan
11 C1 13.673851 0.14
12 C2 37.7853767 0.38
13 P3 C3 37.6110621 0.38 0.28
14 C4 31.704576 0.32
15 Y19 18.598683 0.19
16 P4 D1 39.9359375 0.40 0.40
17 E1 53.3134189 0.53
18 P5 E2 41.4771319 0.41 0.39
19 Y9 21.98456 0.22
20 F1 47.6512436 0.48
21 P6 Y8 27.567893 0.28 0.37
22 Y10 34.45678 0.34
23 G1 34.5263428 0.35
P7 0.36
24 G2 38.0835451 0.38
25 H1 41.9856126 0.42
26 H2 34.91731 0.35
P8 0.31
27 Y5 13.5678 0.14
28 Y7 33.236256 0.33
29 I1 30.9094893 0.31
30 I2 38.2467925 0.38
31 Y2 29.922875 0.30
32 Y3 11.8823806 0.12
P9 0.30
33 Y4 26.931572 0.27
34 Y6 35.78965 0.36
35 Y13 31.45633 0.31
36 Y15 35.345333 0.35
37 J1 18.0572373 0.18
38 J2 60,000000 0.60
P10 0.28
39 J3 19.9367376 0.20
40 Y14 13.3433 0.13
41 K1 17.0225623 0.17
P11 0.27
42 K2 37.7846123 0.38
90

Tabel 4.27 Lanjutan

Nama C
No Nama DTA C (%) C
Saluran Rerata Lahan
43 L1 19.0919633 0.19
44 L2 11.9571253 0.12
45 L3 25.9870321 0.26
P12 0.21
46 Y1 17.09865 0.17
47 Y11 24.3452 0.24
48 Y12 28.56784 0.29
49 P13 M1 11.9571253 0.12 0.12
50 N1 22.158823 0.22
P14 0.22
51 N2 21.7698349 0.22

4.2.13 Perhitungan intensitas hujan

Perhitungan intensitas hujan menggunakan persamaan (2-14) menggunakan

metode mononobe, dalam perhitungan intensitas hujan terdapat beberapa data yang

diperlukan yaitu curah hujan dan waktu konsentrasi.

Perhitungan waktu konsentrasi terdiri dari beberapa langkah, pertama

menentukan nilai t0 menggunakan rumus Kerby, dengan memperhatikan jarak

pengaliran dari permukaan lahan ke saluran (L0), kemiringan lahan (S0) dan

koefisien hambatan (𝑛𝑑 ) dalam hal ini adalah koefisien pengaliran (C), kemudian

menentukan nilai td, dengan menggunakan rumus:

Ld
td = dengan nilai V = 0,5 m/s
V

Hasil perhitungan t0 dan td dijumlahkan dan mendapatkan tc. Jarak pengaliran

dari permukaan lahan ke saluran (L0) dan kemiringan lahan (S0) ditentukan

berdasarkan peta topografi/kontur di Kecamatan Jekan Raya yang dianalisis

menggunakan software ArcGIS. Berikut merupakan pengolahan peta untuk

mendapatkan nilai L0 dan S0 pada aplikasi ArcGIS.


Gambar 4.14 Peta contoh analisis S0 dan L0 daerah tangkapan air di Kecamatan Jekan Raya

91
92

Berikut contoh perhitungan waktu konsentrasi untuk saluran primer P2 :

Menghitung nilai t0 menggunakan rumus Kerby , sebagai berikut :


0.467
L0
t0 =1.44 × (nd x )
√S0
Keterangan :

t0 : Waktu air mengalir dipermukaan lahan sampai saluran terdekat (menit)

L0 : jarak pengaliran dari permukaan lahan ke saluran (m)

S0 : kemiringan lahan

nd : koefisien hambatan dalam hal ini adalah koefisien pengaliran (C).

Penentuan nilai L0 berdasarkan peta 4.14 diatas dilakukan pengecekan jarak

aliran terjauh menuju saluran pada semua DTA dan dipilih yang terjauh, pada

saluran drainase primer P2 L0 DTA Y16 sejauh 2076,54 m dan L0 pada DTA B1

sejauh 1735,4 meter, sehingga dipilih L0 pada DTA Y16, sehingga :

L0 = 2076,54 m

Penentuan S0 dilakukan pengecekan elevasi pada dua titik L0 terpilih

menggunakan ArcGIS sehingga didapat elevasi tertinggi dan terendah, contoh

perhitungan S0 sebagai berikut :

Elevasi max = 15,684 m

Elevasi min = 13,38 m

Elevasi max- Elevasi min .


S0 = ( )
L0
93

15,684−13,38 .
𝑆0 = ( ) Sehingga,
2076,54

S0 = 0,0011

Nd atau C = 0,26

0.4667
L0
t0 =1.44 x (nd x )
√𝑆0

2076,54 0.4667
𝑡0 = 1.44 × (0,26 × ) = 133 menit
√0,0011

Menghitung nilai td menggunakan rumus :

Ld
td =
V

Dengan nilai V = 0,5 m/s

Diketahui :

Ld = 3976 m

V = 0,5 m/s

Ld
td =
V
3976
td = = 7952 detik= = 132,53 menit
0,5

Menghitung nilai tc pada saluran P2 :

𝑡𝑐 = 𝑡0 + 𝑡𝑑

tc = 133 + 132,53 = 265,53 menit = 4,42 jam

Hasil perhitungan waktu konsentrasi seluruh Daerah Tangkapan Air (DTA)

saluran drainase primer disajikan dalam tabel berikut ini :


Tabel 4.28 Perhitungan waktu konsentrasi (tc)

Nama Nama C t0 Ld td tc
No L0 (m) S0
Saluran DTA Rerata Lahan (menit) (m) (menit) (jam)
1 A1
2 A2
3 A3
4 A4
P1 3061.52 0.00043 0.23 187,2 23100.1 770.00 15,953
5 A5
6 A6
7 Y17
8 Y18
9 B1
P2 2076.54 0.00110 0.26 133.0 3976 132.53 4.425
10 Y16
11 C1
12 C2
13 P3 C3 1061.82 0.00115 0.28 99.4 7584.1 252.80 5.870
14 C4
15 Y19
16 P4 D1 1040.09 0.00132 0.40 112.8 867.6 28.92 2.362
17 E1
18 P5 E2 1784.09 0.00135 0.39 142.6 1373 45.77 3.139
19 Y9

94
Tabel 4.28 Lanjutan

Nama Nama C t0 Ld td tc
No L0 (m) S0
Saluran DTA Rerata Lahan (menit) (m) (menit) (jam)
20 F1
21 P6 Y8 1336.82 0.00033 0.37 167.9 2974.2 99.14 4.450
22 Y10
23 G1
P7 1044.27 0.00543 0.36 262.4 1962.2 65.41 5.464
24 G2
25 H1
26 H2
P8 2094.31 0.00057 0.31 169.0 2775.9 92.53 4.359
27 Y5
28 Y7
29 I1
30 I2
31 Y2
32 Y3
P9 2692.49 0.00145 0.30 150.7 6909.7 230.32 6.350
33 Y4
34 Y6
35 Y13
36 Y15
37 J1
38 J2
P10 1621.06 0.00242 0.28 101.8 3776.7 125.89 3.794
39 J3
40 Y14

95
Tabel 4.28 Lanjutan

Nama Nama C t0 Ld td tc
No L0 (m) S0
Saluran DTA Rerata Lahan (menit) (m) (menit) (jam)
41 K1
P11 1307.45 0.00123 0.27 107.1 3136.6 104.55 3.527
42 K2
43 L1
44 L2
45 L3
P12 2636.01 0.00158 0.21 124.2 11050.6 368.35 8.209
46 Y1
47 Y11
48 Y12
49 P13 M1 2252.11 0.00047 0.12 117.2 1093 36.43 2.560
50 N1
P14 1732.09 0.00175 0.22 101.3 2088 69.60 2.849
51 N2

96
97

Perhitungan intensitas hujan menggunakan metode mononobe menggunakan

kala ulang 10 tahun berdasarkan tabel kala ulang tipologi kota dan luas daerah

pengaliran.

Tabel 4.29 Kala ulang berdasarkan tipologi kota dan luas daerah pengaliran.

Catchment Area (Ha)


Tipologi Kota <10 10-100 100-500 >500
Kota Metro Politan 2 tahun 2-5 tahun 5-10 tahun 10-25 tahun
Kota Besar 2 tahun 2-5 tahun 2-5 tahun 5-20 tahun
Kota Sedang/Kecill 2 tahun 2-5 tahun 2-5 tahun 5-10 tahun
Sumber : Badan Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan

Berdasarkan Badan Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, Kota Palangka

Raya masuk dalam kategori Kota sedang dan luas Daerah Tangkapan Air yang

ditinjau >500 ha yakni sebesar 10.172 Ha sehingga menggunakan kala ulang 10

tahun.

Contoh perhitungan intensitas hujan pada Saluran Primer P1:

X 2
24  24  3
I   
24  t 
2
202,7 24  3
I   
A1 24  15,953

I  11,089 mm/jam
A1

Keterangan :
It : Intensitas hujan ( mm/jam )
tc : waktu konsentrasi ( jam )
R24 : curah hujan maksimum harian dalam 24 jam ( mm )
Perhitungan intensitas hujan seluruh DTA menggunakan metode mononobe

disajikan dalam tabel berikut ini :


Tabel 4.30 Perhitungan intensitas hujan

Nama Total Luas DTA Curah hujan tc Intensitas hujan


No Nama DTA
Saluran (km2) (mm) (jam) (mm/jam)
1 A1
2 A2
3 A3
4 A4 11.089
P1 37.73 202.7 15,953
5 A5
6 A6
7 Y17
8 Y18
9 B1 26.072
P2 8.920961 202.7 4.425
10 Y16
11 C1
12 C2
21.595
13 P3 C3 5.824818 202.7 5.870
14 C4
15 Y19
16 P4 D1 202.7 2.362 39.627
0.159822
17 E1
18 P5 E2 1.336103 202.7 3.139 32.776
19 Y9

98
Tabel 4.30 Lanjutan

Nama Total Luas DTA Curah hujan tc Intensitas hujan


No Nama DTA
Saluran (km2) (mm) (jam) (mm/jam)
20 F1
21 P6 Y8 4.046300 202.7 4.450 25.974
22 Y10
23 G1 39.365
P7 1.617988 202.7 5.464
24 G2
25 H1
26 H2 26.335
P8 6.555423 202.7 4.359
27 Y5
28 Y7
29 I1
30 I2
31 Y2
32 Y3 20.492
P9 10.24298 202.7 6.350
33 Y4
34 Y6
35 Y13
36 Y15
37 J1
38 J2 28.887
P10 6.460568 202.7 3.794
39 J3
40 Y14

99
Tabel 4.30 Lanjutan

Nama Total Luas DTA Curah hujan tc Intensitas hujan


No Nama DTA
Saluran (km2) (mm) (jam) (mm/jam)
41 K1 30.327
P11 2.76666 202.7 3.527
42 K2
43 L1
44 L2
45 L3 17.269
P12 10.651533 202.7 8.209
46 Y1
47 Y11
48 Y12
49 P13 M1 1.227087 202.7 2.560 37.547

50 N1 34.970
P14 4.186758 202.7 2.849
51 N2

100
101

4.2.14 Perhitungan debit banjir rencana (Q)

Analisis debit banjir rencana pada seluruh saluran drainase primer

menggunakan rumus rasional. Contoh perhitungan analisis debit banjir rencana

pada sub daerah tangkapan air A1 saluran drainase primer P1 menggunakan metode

rasional.

Diketahui :
Luas Sub Daerah tangkapan air A1 (A) = 2,78 km2
Intensitas hujan Sub Daerah tangkapan air A1 (I) = 11,089 mm/jam

Koefisien pengaliran Sub Daerah tangkapan air A1 (C) = 0.23

Penyelesaian :

Q  0,278. C. I. A

Q  0,278  0.23  11,089  2,78 = 7,10 m3/det.

Analisis debit banjir rencana seluruh sub daerah tangkapan air dan saluran

drainase primer di Kecamatan Jekan Raya, disajikan dalam tabel berikut ini :
102

Tabel 4.31 Debit beban rencana

Nama Nama A Intensitas hujan Q


No C
Saluran DTA (km2) (mm/jam) (m3/det)
1 A1 2.78 2.05
2 A2 0.95 0.70
3 A3 1.26 0.93
4 A4 0.31 11.089 0.23
P1 0.23
5 A5 16.97 12.49
6 A6 11.97 8.81
7 Y17 2.50 1.84
8 Y18 0.99 0.73
9 B1 4.48 8.44
P2 0.26 26.072
10 Y16 4.44 8.36
11 C1 0.49 1.50
12 C2 1.68 5.12
13 P3 C3 2.63 0.28 21.595 8.03
14 C4 0.06 0.18
15 Y19 0.97 2.96
16 P4 D1 0.16 0.40 39.627 0.70
17 E1 0.09 0.33
18 P5 E2 0.15 0.39 32.776 0.54
19 Y9 1.09 3.86
20 F1 2.03 5.36
21 P6 Y8 0.60 0.37 25.974 1.58
22 Y10 1.42 3.74
23 G1 0.83 3.29
P7 0.36 39.365
24 G2 0.79 3.14
25 H1 2.02 4.57
26 H2 0.38 26.335 0.86
P8 0.31
27 Y5 2.83 6.42
28 Y7 1.32 3.00
29 I1 0.81 1.38
30 I2 0.59 1.01
31 Y2 1.19 2.04
32 Y3 3.98 20.492 6.81
P9 0.30
33 Y4 1.69 2.89
34 Y6 0.80 1.37
35 Y13 1.00 1.71
36 Y15 0.19 0.33
103

Tabel 4.31 Lanjutan

Nama Nama A Intensitas hujan Q


No C
Saluran DTA (km2) (mm/jam) (m3/det)
37 J1 1.53 3.41
38 J2 2.19 4.89
P10 0.28 28.887
39 J3 0.83 1.86
40 Y14 1.92 4.29
41 K1 1.79 4.12
P11 0.27 30.327
42 K2 0.98 2.27
43 L1 2.34 2.38
44 L2 1.37 1.39
45 L3 1.58 17.269 1.61
P12 0.21
46 Y1 3.69 3.75
47 Y11 1.00 1.01
48 Y12 0.68 0.69
49 P13 M1 1.23 0.12 37.547 1.53
50 N1 3.13 34.970 6.69
P14 0.22
51 N2 1.06 2.25

Berdasarkan debit banjir rencana dari setiap sub daerah tangkapan air pada

satu saluran yang sama diatas dilakukan akumulasi, serta dilakukan akumulasi debit

yang mengalir pada setiap ruas saluran drainase primer yang arah alirannya menuju

saluran drainase primer lainnya. Berikut contoh perhitungan debit rencana yang

mengalir pada saluran drainase primer P1, dari hasil akumulasi beberapa sub daerah

tangkapan yang berpengaruh.

Diketahui debit rencana dan sub daerah tangkapan air yang berpengaruh :

A1 = 2,05 m3/det A2 = 0,70 m3/det A3 = 0,93 m3/det

A4 = 0,23 m3/det A5 = 12,49 m3/det A6 = 8,81 m3/det

Y17 = 1,84 m3/det Y18 = 0,73 m3/det

Maka akumulasi debit rencana yang mengalir pada saluran drainase primer adalah:
104

Q P1 = Q A1 + Q A2 + QA3 + QA4 + QA5 +QA6 + QY17 + QY18

QP1 = 2,05 m3/det + 0,70 m3/det + 0,93 m3/det + 0,23 m3/det + 12,49 m3/det + 8,81

m3/det +1,84 m3/det + 0,73 m3/det = 27,77 m3/det.

Berikut contoh perhitungan debit rencana pada saluran P1 berdasarkan

akumulasi antar ruas saluran drainase primer yang saling berkesinambungan :

Diketahui :

Saluran drainase dengan arah aliran menuju saluran P1 : Saluran P13

Maka total debit pada saluran P1 adalah :

Q saluran P1 kumulatif = Q P1 + Q P13

= 27,77 m3/det + 1,53 m3/det = 29,305 m3/det

Seluruh akumulasi debit banjir rencana ditampilkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.32 Rekapitulasi debit banjir rencana tiap ruas saluran drainase
primer

Q Q Kumulatif
No Saluran
(m/det) (m/det)
1 P1 27.77 29.305
2 P2 16.80 16.800
3 P3 17.78 17.779
4 P4 0.70 0.703
5 P5 4.74 40.020
6 P6 10.68 10.681
7 P7 6.43 57.130
8 P8 14.84 14.843
9 P9 17.54 17.541
10 P10 14.44 14.441
11 P11 6.39 6.392
12 P12 10.83 31.661
13 P13 1.53 1.532
14 P14 8.94 8.940
105

4.3. Kapasitas Saluran Drainase Primer existing

Analisis hidraulika dilakukan untuk mengetahui kemampuan penampang

saluran dalam menampung debit rencana. Analisis hidraulika dalam penelitian ini

dilakukan menggunakan persamaan kontinuitas dan rumus manning (Persamaan 2-

21).Untuk mengetahui kecepatan rata-rata aliran saluran (V) digunakan rumus

Manning (Persamaan 2-22):

Hasil survey di lapangan menunjukan berbagai variasi bentuk penampang

saluran, dimensi saluran dan jenis material penyusun penampang saluran. Berikut

merupakan data dimensi penampang saluran drainase primer yang didapat dengan

pengukuran di lapangan.
Tabel 4.33 Data penampang saluran drainase primer existing

Nama Panjang Jenis Dinding T B h


No Bentuk saluran n m
Saluran Saluran (km) Saluran (m) (m) (m)
1 P1 23,1001 Tanah Trapesium 0.03 5.8 5.4 1.8 0.11
2 P2 3,976 Pasangan Batu Trapesium 0.025 8.3 7.9 3.0 0.07
3 P3 7,5841 Pasangan Batu Trapesium 0.025 5.7 5.3 1.6 0.12
4 P4 8,676 Pasangan Batu Trapesium 0.025 3.3 2.9 1.4 0.14
5 P5 1,373 Pasangan Batu Trapesium 0.025 4.6 3.9 2.1 0.17
Pasangan Batu 0.025
6 P6 2,9742 Trapesium 5.5 5.1 1.9 1.50
Tanah 0.03
7 P7 1,9622 Saluran Beton Persegi 0.013 9.0 9.0 2.2 -
Pasangan Batu 0.025
8 P8 2,7759 Trapesium 5.1 4.7 1.7 0.12
Tanah 0.03
Saluran Beton 0.013
9 P9 6,9097 Trapesium 8.1 8.0 2.1 0.02
Tanah 0.03
10 P10 3,7767 Tanah Persegi 0.03 4.5 4.5 1.4 -
11 P11 3,1366 Tanah Persegi 0.03 7.5 7.5 2.0 -
12 P12 11,0506 Tanah Persegi 0.03 7.4 7.4 2.3 -
13 P13 1,093 Tanah Persegi 0.03 5.3 5.3 2.2 -
14 P14 2,088 Pasangan Batu Trapesium 0.025 2.9 2.7 1,2 0.08
Total 72,6677

106
107

Contoh perhitungan kapasitas saluran drainase pada saluran A1 :

Diketahui :

Lebar dasar saluran (B) = 5,4 m

Lebar atas saluran (T) = 5,8 m

Tinggi saluran (h) = 1,8 m

Konstanta kemiringan talud (m) = 0,11

Koefisien kekasaran manning (n) = 0,03

Kemiringan dasar saluran (S) = 0,0016

Kemiringan dasar saluran drainase primer ditentukan berdasarkan peta

topografi/kontur di Kecamatan Jekan Raya yang dianalisis menggunakan software

ArcGIS, dengan menganalisis elevasi pada hilir dan hulu saluran

Gambar 4.15 Penampang saluran drainase primer P1

Penyelesaian :
Q=VXA
Mencari luas penampang basah (A) :
A = (B + mh)h
A = (5,4 + 0,11 x 1,8)1,8
A = 10,08 m2
Mencari keliling basah saluran (P) :
108

P  B  2h 1  m 2

P  5,4  2.1,8 1  0,112


P = 9,02 m
Mencari jari-jari hidraulis (R) :
A
R
P
10,08
R  = 1,11 m
9,02

Mencari kecepatan aliran :


2 1
1
V  R3 S 2
n

2 1
1
V  1,113  0,00012
0,03

V = 0,35 m/det

Sehinggga kapasitas saluran drainase primer P1 :

Q=VXA

Q = 0,35 X 10,08

Q = 3,61 m3/det.

Contoh perhitungan kapasitas saluran drainase untuk saluran P10 :

Diketahui :

Lebar dasar saluran (B) = 4,5 m

Lebar atas saluran (T) = 4,5 m

Tinggi muka air/tinggi saluran (h) = 1,4 m

Koefisien kekasaran manning (n) = 0,03

Kemiringan dasar saluran (S) = 0,0001


109

Gambar 4.16 Penampang saluran drainase primer P10

Penyelesaian :

Q=VXA

Mencari luas penampang basah (A) :

A = (B x h)

A = (4,5 x 1,4)

A = 6,3 m2

Mencari keliling basah saluran (P) :

P  B  2h

P  4,5  2.1,4

P = 7,3 m

Mencari jari-jari hidraulis (R) :

A
R
P
6,3
R = 0,86 m
7,3

Mencari kecepatan aliran :


2 1
1
V  R3 S 2
n
110

2 1
1
V  0,86 3  0,0016 2
0,03
V = 1,20 m/det
Sehinggga kapasitas saluran drainase primer P10:

Q=VxA

Q = 1,20 x 6,28

Q = 7,614 m3/det.

Perhitungan kapasitas seluruh saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya

disajikan dalam tabel berikut :


Tabel 4.34 Perhitungan kapasitas saluran drainase primer

Q rata-
Nama Bentuk T
No B h m A n P R S V Q rata
Saluran saluran
(m) (m) (m) m2 (m) (m) m/s m3/s m3/s
1 P1 Trapesium 5.8 5.4 1.8 0.11 10.08 0.03 9.02 1.12 0.0001 0.36 3.62 3.62
2 P2 Trapesium 8.3 7.9 3.0 0.07 24.04 0.025 13.83 1.74 0.0009 1.73 41.68 41.68
3 P3 Trapesium 5.7 5.3 1.6 0.12 9.02 0.025 8.60 1.05 0.0008 1.17 10.54 10.54
4 P4 Trapesium 3.3 2.9 1.4 0.14 4.43 0.025 5.79 0.76 0.0034 1.95 8.64 8.64
5 P5 Trapesium 4.6 3.9 2.1 0.17 8.75 0.025 8.08 1.08 0.0046 2.86 25.05 25.05
0.03 1.56 23.69
6 P6 Trapesium 5.5 5.1 1.9 1.50 15.18 11.99 1.27 0.0016 26.06
0.025 1.87 28.43
7 P7 Persegi 9.0 9.0 2.2 - 19.80 0.013 13.40 1.48 0.0028 5.28 104.55 104.55
0.025 1.89 15.55
8 P8 Trapesium 5.1 4.7 1.7 0.12 8.21 8.08 1.01 0.0022 14.25
0.03 1.58 12.96
0.013 3.32 56.31
9 P9 Trapesium 8.1 8.0 2.1 0.02 16.97 12.22 1.39 0.0012 40.36
0.03 1.44 24.40
10 P10 Persegi 4.5 4.5 1.4 - 6.30 0.03 7.30 0.86 0.0016 1.21 7.61 7.61
11 P11 Persegi 7.5 7.5 2.0 - 15.16 0.03 11.56 1.31 0.0011 1.33 20.09 20.09
12 P12 Persegi 7.4 7.4 2.3 - 16.97 0.03 11.98 1.42 0.0005 0.94 15.95 15.95
13 P13 Persegi 5.3 5.3 2.2 - 11.69 0.03 9.71 1.20 0.0013 1.36 15.89 15.89
14 P14 Trapesium 2.9 2.7 1.2 0.08 3.36 0.025 5.11 0.66 0.0018 1.28 4.31 4.31

111
111
112

Dilakukan perbandingan antara debit rencana dengan kala ulang 10 tahun dan

kapasitas saluran drainase primer existing, untuk mengetahui apakah saluran

drainase primer yang ada dapat menampung debit rencana maksimum di

Kecamatan Jekan Raya. Berikut tabel perbandingan debit rencana maksimum

dengan kapasitas saluran drainase primer existing.

Tabel 4.35 Perbandingan Q rencana dan Q existing

Q Q Volume Panjang saluran


rencana existing Limpasan (km)
No Saluran Keterangan
Tidak
(m3/s) (m3/s) (m3/s) Banjir
banjir
1 P1 29.305 3.6178 Banjir 25.69 23.100
2 P2 16.800 41.6811 Tidak banjir 3.976
3 P3 17.779 10.5381 Banjir 7.24 7.584
4 P4 0.703 8.6367 Tidak banjir 0.868
5 P5 40.020 25.0538 Banjir 14.97 1.373
6 P6 10.681 26.0579 Tidak banjir 2.974
7 P7 57.130 104.5541 Tidak banjir 1.962
8 P8 14.843 14.2516 Banjir 0.59 2.776
9 P9 17.541 40.3581 Tidak banjir 6.910
10 P10 14.441 7.6142 Banjir 6.83 3.777
11 P11 6.392 20.0924 Tidak banjir 3.137
12 P12 31.661 15.9508 Banjir 15.71 11.051
13 P13 1.532 15.8915 Tidak banjir 1.093
14 P14 8.940 4.3126 Banjir 4.63 2.088
Total panjang saluran drainase 51.748 20.919
Persentase (%) 71.212 28.788

Terdapat tujuh dari empat belas ruas saluran drainase primer di Kecamatan

Jekan Raya yang tidak dapat menampung debit rencana maksimum dengan kala

ulang10 tahun, yaitu saluran P1, P3, P5, P8, P10, P12, dan P14 dengan begitu maka

kawasan disekitar saluran tersebut dapat dikatakan daerah rawan banjir.


113

4.4. Pemetaan Daerah Rawan Banjir

Pemetaan daerah rawan banjir dilakukan untuk mengetahui daerah mana saja

yang dikategorikan sebagai daerah rawan banjir. Indikator yang digunakan sebagai

penentu daerah rawan banjir berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya. Saluran

drainase primer yang tidak dapat menampung debit rencana, maka daerah disekitar

saluran drainase tersebut dikategorikan sebagai daerah rawan banjir. Sehingga

pembuatan peta rawan banjir hanya berdasarkan daya tampung saluran drainase

primer di Kecamatan Jekan Raya. Berikut merupakan saluran drainase primer yang

kapasitas existing nya lebih kecil dibanding debit beban rencana dan dikategorikan

sebagai daerah rawan banjir.

Peta tidak menampilkan seberapa jauh genangan dapat terjadi, peta hanya

menampilkan daerah mana saja yang berpotensi terjadi banjir karena

ketidakmampuan saluran drainase primer dalam menampung debit beban rencana.

Saluran drainase primer yang pada daerah sekitarnya berpotensi banjir total

sepanjang 51,748 km dengan persentase panjang banjir 71,212 % dari keseluruhan

panjang saluran drainase primer, sedangkan saluran drainase primer yang

dikategorikan sebagai daerah minim resiko banjir total sepanjang 20,919 km

dengan persentase 28,788 % dari keseluruhan panjang saluran drainase primer di

Kecamatan Jekan Raya. Berikut merupakan peta rawan banjir di Kecamatan Jekan

Raya :
Gambar 4.17 Peta daerah rawan banjir di Kecamatan Jekan Raya

114

114
115

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan analisis yang sudah dilakukan maka

terdapat beberapa kesimpulan, sebagai berikut :

1. Terdapat 14 (empat belas) ruas saluran drainase primer dengan panjang total

72,667 km di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya.

2. Drainase primer di Kecamatan Jekan Raya yang memiliki kapasitas yang cukup

untuk menampung debit beban rencana dengan kala ulang 10 tahun sebanyak 7

(tujuh) ruas yakni, ruas saluran drainase primer P2, P4, P6, P7, P9, P11 dan P13

3. Terdapat 7 (tujuh) ruas saluran drainase primer yang tidak mampu menampung

debit rencana dengan kala ulang 10 tahun yakni ruas saluran drainase primer P1

dengan volume limpasan 25,69 m3/det, ruas saluran drainase primer P3 dengan

volume limpasan 7,24 m3/det, ruas saluran drainase primer P5 dengan volume

limpasan 14,97 m3/det, ruas saluran drainase primer P8 dengan volume limpasan

0,59 m3/det, ruas saluran drainase primer P10 dengan volume limpasan 6,83

m3/det, ruas saluran drainase primer P12 dengan volume limpasan 15,7 m3/det,

ruas saluran drainase primer P14 dengan volume limpasan 4,63 m3/det

4. Daerah di sekitar ruas saluran drainase primer P1, P3, P5, P8, P10, P12 dan P14

dikategorikan sebagai daerah rawan banjir dengan total sepanjang 51,748 km

dengan presentasi panjang banjir 71,212 % dari keseluruhan panjang saluran

drainase primer, sedangkan saluran drainase primer P2, P4, P6, P7, P9, P11 dan

P13 dikategorikan sebagai daerah minim resiko banjir dengan total sepanjang
116

20,919 km atau sebesar 28,788 % dari keseluruhan panjang saluran drainase

primer di Kecamatan Jekan Raya. Saluran drainase primer P1 dan saluran

drainase primer P12 menjadi saluran drainase primer dengan potensi banjir

terbesar di Kecamatan Jekan Raya, salah satu penyebabnya adalah kemiringan

dasar saluran yang sangat kecil sehingga air tidak teralirkan dengan baik dan

memperkecil debit aliran yang dapat di tampung saluran drainase tersebut.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terdapat beberapa saran yang

dapat diberikan untuk perbaikan penelitian selanjutnya serta untuk melengkapi

kebermanfaatan dari penelitian ini yaitu :

1. Metode yang digunakan dalam perhitungan debit rencana dengan luas DAS >

500 ha atau 5 km2 untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan selain

metode rasional yang hanya efektif dengan luas DAS < 5 km2

2. Perawatan saluran drainase seperti pengerukan dasar saluran harus rutin

dilakukan agar kapasitas saluran drainase tidak mengecil yang dikarenakan

oleh sedimentasi.

3. Perlu adanya pencatatan terhadap tinggi genangan banjir yang terjadi untuk

dapat dilakukan solusi yang lebih tepat dan akurat.

4. Menggunakan data penelitian terbaru untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat

dan sesuai realita


DAFTAR PUSTAKA

Agrianto, Ferry. 2016. Evaluasi Jaringan Drainase Perkotaan Berbasis Sistem


Informasi Geografis ( SIG ) Di Kota Sumenep. Surakarta.
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Dandekar, M. M. 1991. Buku Pembangkit Listrik Tenaga Air. jakarta: Universitas
Indonesia.
Edisono, Sutarto. 1997. Drainase Perkotaan. jakarta: gunadharma.
Hasmar, H. A. H. 2014. . . Drainase Terapan. Yogyakarta: UII Press.
Irwansyah, Eddy. 2013. Sistem Informasi Geografis Prinsip Dasar Dan
Pengembangan Aplikasi. Yogyakarta: Digibooks.
Izma, Fais. 2018. “Sistem Informasi Geografis ( SIG ) Sevagai Evaluasi Jaringan
Drainase Di Gampong Sungai Pauh Kota Langsa.” Jurnal Ilmiah Jurutera
05(02): 1–2.
Kamiana, I. M. 2011. Teknik Perhitungan Debit RencanaBangunan Air.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kirpich, T. P. 1940. “Time of Concentration of Small Agricultural Watersheds.
Civil Engineering.” 10(6): 362.
Murai, S. 1999. Gis Work Book. Tokyo: nstitute of Industrial Science, University
of Tokyo.
Ponce, V. M. 1989. Engineering Hydrology. New Jersey: Prentice Hall.
Prahasta, Edyy. 2002. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis.
Bandung: Informatik.
Qomariyah, Siti. 2007. Kajian Genangan Banjir Saluran Drainase Dengan
Bantuan Sistim Informasi Geografi (Studi Kasus: Kali Jenes, Surakarta).
Surakarta.
Rachmawati, Aziza. 2010. “Aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografis) Untuk
Evaluasi Sistem Jaringan Drainase Di Sub Das Lowokwaru Kota Malang.”
Jurnnal Rekayasa Sipil 04(02): 111–12.
Riyanto., Putra, P.E., & Indelarko, Hendi. 2009. Pengembangan Aplikasi Sistem
Informasi Geografis Berbasis Desktop Dan Web. Yogyakarta: Gava Media.
Soemarto, C. D. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional.
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data.
Bandung.: Nova.
Sosrodarsono, S dan Takeda. 1983. Hidrologi Untuk Pengairan. jakarta: PT.
Pradnya Paramita.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.
LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Tabel koefisien kekasaran manning

No Bahan Koefisien manning,


n
1 Besi tuang dilapis 0,014
2 Kaca 0,010
3 Saluran beton 0,013
4 Bata dilapis mortir 0,015
5 Pasangan batu disemen 0,025
6 Saluran tanah bersih 0,022
7 Saluran tanah 0,030
8 Saluran dengan dasar batu dan tebing rumput 0,040
9 Saluran pada galian batu padas 0,040
Sumber : Triadmojo, 2008

Lampiran 1.2 Tabel Nilai-nilai K untuk metode Log Pearson Tipe III

Interval kala Ulang (tahun)


Faktor 1.001 1.25 2 5 10 25 50 100
Kekerap Persen Peluang
an (K) 99 80 50 20 10 4 2 1
3.0 ‐0.667 ‐0.636 ‐0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051
2.8 ‐0.714 ‐0.666 ‐0.384 0.460 1.210 2.275 3.114 3.973
2.6 ‐0.769 ‐0.696 ‐0.368 0.499 1.238 2.267 3.071 3.889
2.4 ‐0.832 ‐0.725 ‐0.351 0.537 1.262 2.256 3.023 3.800
2.2 ‐0.905 ‐0.752 ‐0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705
2.0 ‐0.990 ‐0.777 ‐0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605
1.8 ‐1.087 ‐0.799 ‐0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499
1.6 ‐1.197 ‐0.817 ‐0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388
1.4 ‐1.318 ‐0.832 ‐0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271
1.2 ‐1.449 ‐0.844 ‐0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149
1.0 ‐1.588 ‐0.852 ‐0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022
0.8 ‐1.733 ‐0.856 ‐0.132 0.780 1.336 1.993 2.453 2.891
0.6 ‐1.880 ‐0.857 ‐0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755
0.4 ‐2.029 ‐0.855 ‐0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615
0.2 ‐2.178 ‐0.850 ‐0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472
0 ‐2.326 ‐0.842 0 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326
Tabel 1.2 lanjutan

Faktor Interval kala Ulang (tahun)


Kekerapa 1.001 1.2500 2 5 1 25 50 100
n (K) Persen Peluang 0
99 80 50 20 1 4 2 1
‐0.2 ‐2.472 ‐0.830 0.033 0.850 1.25 0 1.680 1.945 2.178
‐0.4 ‐2.615 ‐0.816 0.066 0.855 1.23 8 1.606 1.834 2.029
‐0.6 ‐2.755 ‐0.800 0.099 0.857 1.20 1 1.528 1.720 1.880
‐0.8 ‐2.891 ‐0.780 0.132 0.856 1.16 0 1.448 1.606 1.733
‐1.0 ‐3.022 ‐0.758 0.164 0.852 1.12 6 1.366 1.492 1.588
‐1.2 ‐3.149 ‐0.732 0.195 0.844 1.08 8 1.282 1.379 1.449
‐1.4 ‐3.271 ‐0.705 0.225 0.832 1.04
6 1.198 1.270 1.318
‐1.6 ‐3.388 ‐0.675 0.254 0.817 0.99 1 1.116 1.166 1.197
‐1.8 ‐3.499 ‐0.643 0.282 0.799 0.94 4 1.035 1.069 1.087
‐2.0 ‐3.605 ‐0.609 0.307 0.777 0.89 5 0.959 0.980 0.990
‐2.2 ‐3.705 ‐0.574 0.330 0.752 0.84 5 0.888 0.900 0.905
‐2.4 ‐3.800 ‐0.537 0.351 0.725 0.79 4 0.823 0.830 0.832
‐2.6 ‐3.889 ‐0.499 0.368 0.696 0.74 5 0.764 0.768 0.769
‐2.8 ‐3.973 ‐0.460 0.384 0.666 0.70 7 0.712 0.714 0.714
‐3.0 ‐4.051 ‐0.420 0.396 0.636 0.66 2 0.666 0.666 0.667
Sumber : Soemarto,1987 0
Lampiran 1.3 Tabel data pengukuran dimensi saluran P1
Pengukuran Saluran S1 ALAM
Panjang saluran 23.100 m
Hari, Tanggal : 5 Maret 2021

Dimensi Dimensi
No Sta No Sta
lebar atas lebar bawah h lebar atas lebar bawah h
1 0+0 8 8 2.2 25 0+12000 3.8 3.8 0.44
2 0+500 9.2 9.2 1.04 26 0+12500 3,2 3.2 1.66
3 0+1000 8.1 8.1 2.4 27 0+13000 2.7 2.7 1.59
4 0+1500 7.2 7.2 2.5 28 0+13500 2.1 2.1 1.3
5 0+2000 9.6 9.6 1.65 29 0+14000 2 2 1.4
6 0+2500 9 9 1.8 30 0+14500
7 0+3000 6.8 4.7 1.8 31 0+15000
8 0+3500 8.3 8.3 2.4 32 0+15500
9 0+4000 10.8 7.3 2.9 33 0+16000
10 0+4500 9.7 9.7 2.4 34 0+16500
11 0+5000 9.1 6.7 2.6 35 0+17000
12 0+5500 9.3 9.3 2.3 36 0+17500
13 0+6000 8.5 8.5 2.4 37 0+18000
14 0+6500 8.47 8.26 2.13 38 0+18500 3.2 3.1 1.5
15 0+7000 6.7 6.7 2.04 39 0+19000 3.3 3.1 1.6
16 0+7500 4.75 4.75 1.75 40 0+19500 3.3 3 1.6
17 0+8000 4.9 4.9 1.71 41 0+20000 3.7 3.7 1.6
18 0+8500 3.82 3.61 1.3 42 0+20500 3.6 3.2 1.7
19 0+9000 43 0+21000 3.5 3.1 1.5
20 0+9500 44 0+21500 3.4 3.1 1.7
21 0+10000 45 0+22000 4.8 4.3 1.68
22 0+10500 4.5 4.5 1.62 46 0+22500 4.2 4.2 1.72
23 0+11000 4.7 4.4 1.34 47 0+23000 5.05 5.05 1.89
24 0+11500 4.8 4.4 1.54 48 0+23100 4.3 4.3 2.6
Rata-rata 5.8 5.4 1.8
Lampiran 1.4 Tabel data pengukuran dimensi saluran P2

Pengukuran Saluran S2 Permanen


Panjang saluran 3976 m
Hari, Tanggal : 5 Maret 2021

Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 8.9 8.5 2.9
2 0+400
3 0+600
4 0+800 8.6 8.2 2.9
5 0+1000
6 0+1200
7 0+1400 8.4 8 3.1
8 0+1600
9 0+1800
10 0+2000 8.2 7.8 3.3
11 0+2200
12 0+2400
13 0+2600 8 7.6 3
14 0+2800
15 0+3000
16 0+3200
17 0+3400 7.85 7.45 2.8
18 0+3600
19 0+3800
20 0+4000 7.8 7.4 2.9
Rata-rata 8.3 7.9 3.0
Lampiran 1.5 Tabel data pengukuran dimensi saluran P3
Pengukuran Saluran S3 Permanen
Panjang saluran 7584 m
Hari, Tanggal : 7 Maret 2021

Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 10.11 9.71 2,17
2 0+400 8.7 8.3 2.21
3 0+600 9 8.6 2.21
4 0+800 7.9 7.5 2.14
5 0+1000 8.14 7.74 2.23
6 0+1200 7 6.6 2.4
7 0+1400 7.04 6.64 2.04
8 0+1600 7 6.6 1.7
9 0+1800 7 6.6 1.8
10 0+2000 6.7 6.3 1.6
11 0+2200 5.1 4.7 2
12 0+2400 5.1 4.7 2
13 0+2600 5.1 4.7 1.2
14 0+2800 4 3.6 1.4
15 0+3000 4 3.6 1.2
16 0+3200 3.8 3.4 1.3
17 0+3400 3.8 3.4 1.3
18 0+3600 3.9 3.5 1.3
19 0+3800 3.7 3.3 1.4
20 0+4000
21 0+4200
22 0+4400
23 0+4600
24 0+4800 3.7 3.3 1.25
25 0+5000 4 3.6 1
26 0+5200
27 0+5400
28 0+5600
29 0+5800 4.9 4.5 1.4
30 0+6000
31 0+6200
32 0+6400
33 0+6600 5.2 4.8 1.2
34 0+6800 5.2 4.8 1.2
35 0+7000 5.5 5.1 1.8
36 0+7200 4.4 4 1.8
37 0+7400 4.8 4.4 1.85
38 0+7600 4.3 3.9 1.5
Rata-rata 5.7 5.3 1.6
Lampiran 1.6 Tabel data pengukuran dimensi saluran P4

Pengukuran Saluran S4 Permanen


Panjang saluran 867 m
Hari, Tanggal : 7 Maret 2021

Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 2.9 2.5 1.6
2 0+400 3.2 2.8 1.4
3 0+600 4 3.6 1.4
4 0+800 4.1 3.7 1.35
5 0+1000 2.5 2.1 1.3
Rata-rata 3.3 2.9 1.4

Lampiran 1.8 Tabel data pengukuran dimensi saluran P5

Pengukuran Saluran S5 Permanen


Panjang saluran 1373 m
Hari, Tanggal : 6 Maret 2021

Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 4.75 4.4 2.27
2 0+400 4.85 4.5 2.25
3 0+600 5.9 3.8 1.7
4 0+800 4.6 3.9 2.3
5 0+1000 3.9 3.86 2.1
6 0+1200 4 3.3 1.9
7 0+1400 4 3.7 2
Rata-rata 4.6 3.9 2.1
Lampiran 1.7 Tabel data pengukuran dimensi saluran P6

Pengukuran Saluran S6 Komposit


Panjang saluran 2974 m
Hari, Tanggal : 10 Maret 2021

Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 4.6 4.2 1.3
2 0+400 4.6 4.2 1.4
3 0+600 4.6 4.2 1
4 0+800 6.7 6.3 2.1
5 0+1000 4.5 4.1 2.5
6 0+1200 4.1 3.7 2.4
7 0+1400 4.5 4.1 1.6
8 0+1600 5.1 4.7 2.2
9 0+1800 5.1 4.7 2.3
10 0+2000 5.1 4.7 1.77
11 0+2200 7 6.6 1.8
12 0+2400 7.6 7.2 1.3
13 0+2600 6.2 5.8 1.75
14 0+2800 6.2 5.8 1.95
15 0+3000 7.2 6.8 2.5
Rata-rata 5.5 5.1 1.9

Lampiran 1.9 Tabel data pengukuran dimensi saluran P7

Pengukuran Saluran S7 PERMANEN


Panjang saluran 1962 m
Hari, Tanggal : 11 Maret 2021

Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 7.2 6.8 2.5
2 0+400 7.4 7 2
3 0+600 7.4 7 1.9
4 0+800 8.2 7.8 1.8
5 0+1000 6.2 5.8 2.1
6 0+1200 7.5 7.1 1.7
7 0+1400 7.5 7.1 1.8
8 0+1600 12 11.6 2.8
9 0+1800 12.7 12.3 2.8
10 0+2000 17.4 17 3.01
Rata-rata 9.0 9.0 2.2
Lampiran 1.10 Tabel data pengukuran dimensi saluran P8

Pengukuran Saluran S8 PERMANEN


Panjang saluran 2775 m
Hari, Tanggal : 12 Maret 2021

Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1.0 0+200 3.5 3.1 0.8
2.0 0+400 3.7 3.3 1.3
3.0 0+600 3.6 3.2 1.3
4.0 0+800 3.6 3.2 1.3
5.0 0+1000 3.7 3.3 1.2
6.0 0+1200 5.4 5.0 1.8
7.0 0+1400 5.6 5.2 1.7
8.0 0+1600 5.6 5.2 1.8
9.0 0+1800 5.9 5.5 1.7
10.0 0+2000 6.0 5.6 1.8
11.0 0+2200 6.1 5.7 1.7
12.0 0+2400 6.1 5.7 2.2
13.0 0+2600 6.1 5.7 2.2
14.0 0+2800 7.0 6.6 2.5
Rata-rata 5.1 4.7 1.7
Lampiran 2.1 Tabel data pengukuran dimensi saluran P9
Pengukuran Saluran S9 komposite
Panjang saluran 6909 m
Hari, Tanggal : 6 Maret 2021

Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 6.8 6.8 0.6
2 0+400 7.4 7.4 0.7
3 0+600 6.9 6.9 0.5
4 0+800 5.4 5.4 0.7
5 0+1000 6.45 6.45 1.07
6 0+1200 6.2 6.2 1.1
7 0+1400 8.6 8.6 1.3
8 0+1600 7.6 7.6 1.04
9 0+1800 7.8 7.8 1.1
10 0+2000 7.7 7.7 1.09
11 0+2200 7.6 7.6 1.08
12 0+2400 7.6 7.6 2.17
13 0+2600 4.6 4.6 2.5
14 0+2800 6.1 6.1 2.45
15 0+3000 10 10 3.15
16 0+3200 10 10 3.15
17 0+3400 10 10 3.15
18 0+3600 10 10 3.15
19 0+3800 10 10 3.15
20 0+4000 10 10 3.15
21 0+4200 8.7 8.3 2.5
22 0+4400 8.7 8.3 2.5
23 0+4600 7.6 7.2 2.5
24 0+4800 7.6 7.2 2.5
25 0+5000 8.6 8.2 2.5
26 0+5200 8.7 8.3 2.5
27 0+5400 8.7 8.3 2.5
28 0+5600 8.1 7.7 2.5
29 0+5800 8.7 8.3 2.5
30 0+6000 8.7 8.3 2.5
31 0+6200 8.7 8.3 2.5
32 0+6400 8.7 8.3 2.5
33 0+6600 8.7 8.3 2.5
34 0+6800 8.7 8.3 2.5
35 0+7000 8.7 8.3 2.5
Rata-rata 8.1 8.0 2.1
Lampiran 2.2 Tabel data pengukuran dimensi saluran P10

Pengukuran Saluran S10 ALAM


Panjang saluran 3776 m
Hari, Tanggal : 13 Maret 2021

Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 4.92 4.92 1.02
2 0+400 4.5 4.5 1.27
3 0+600 4.8 4.8 1.52
4 0+800 4.95 4.7 0.99
5 0+1000 4.3 4.3 1.23
6 0+1200 4.25 4.25 1.63
7 0+1400 4.5 4.3 1.61
8 0+1600 4.55 4.55 1.25
9 0+1800 4.6 4.6 1.26
10 0+2000 4.41 4.41 1.29
11 0+2200 4.26 4.07 1.06
12 0+2400 4.48 4.2 1.6
13 0+2600 3.75 3.75 1.57
14 0+2800 4.58 4.5 1.65
15 0+3000 4.4 4.4 1.93
16 0+3200 4.3 4.3 1.45
17 0+3400 4.8 4.8 1.13
18 0+3600 4.1 3.98 1.61
19 0+3776 5.76 5.76 1.46
Rata-rata 4.5374 4.4784 1.4
Lampiran 2.3 Tabel data pengukuran dimensi saluran P11

Pengukuran Saluran S11 ALAM


Panjang saluran 3136 m
Hari, Tanggal : 20 Maret 2021

Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 7.4 7.4 2.5
2 0+400 7.8 7.8 1.67
3 0+600 7.9 7.9 2.07
4 0+800 7.8 7.8 1.67
5 0+1000 7.7 7.7 2.07
6 0+1200 7.5 7.5 1.64
7 0+1400 7.5 7.5 2.17
8 0+1600
9 0+1800
10 0+2000
11 0+2200
12 0+2400
13 0+2600
14 0+2800
15 0+3000
16 0+3200 6.6 6.6 2.33
Rata-rata 7.5 7.5 2.0
Lampiran 2.4 Tabel data pengukuran dimensi saluran P12

Pengukuran Saluran S12 ALAM


Panjang saluran 11050 m
Hari, Tanggal : 22 Maret 2021

Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+500 6.56 6.56 1.41
2 0+1000
3 0+1500
4 0+2000
5 0+2500
6 0+3000
7 0+3500
8 0+4000 8.05 8.05 2.06
9 0+4500 8.1 8.1 2.5
10 0+5000 6.8 6.8 1.5
11 0+5500 7.9 7.9 2.6
12 0+6000 8.4 8.4 2.1
13 0+6500 9.36 9.36 2.3
14 0+7000 5.4 5.4 2.43
15 0+7500 6.4 6.4 2.2
16 0+8000 5.03 5.03 2.1
17 0+8500
18 0+9000
19 0+9500
20 0+10000
21 0+10500
22 0+11000 8.1 8.1 3.2
23 0+11500 8.6 8.6 3.15
Rata-rata 7.4 7.4 2.3
Lampiran 2.5 Tabel data pengukuran dimensi saluran P13

Pengukuran Saluran S13 ALAM


Panjang saluran 1093 m
Hari, Tanggal : 20 Maret 2021

Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+500 5.3 5.3 2.5
2 0+1000 6.35 6.35 2.3
3 0+1500 4.7 4.7 2.1
4 0+1093 4.9 4.9 1.9
RATA-RATA 5.3 5.3 2.2

Lampiran 2.6 Tabel data pengukuran dimensi saluran P14

Pengukuran Saluran S14


Panjang saluran 2088 m
Hari, Tanggal : 24 Maret 2021

Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+500 2 1.6 1.1
2 0+1000 2 1.6 1.2
3 0+1500 2.3 1.9 1.3
4 0+2000 4.23 4.23 2
5 0+2088 4.02 4.02 2
Rata-ratra 2.9 2.7 1.2

Lampiran 2.7 Tabel koordinat stasiun hujan

No Stasiun Hujan Koodinat


x y
1 Bukit Tunggal 113,9043 -2,21194
2 Palangka Raya 113,9088 -2,203338
3 Bereng Bengkel 114.022500 -2.287500
Sumber : BWS Kalimantan II
Lampiran 2.8 Peta data Digital Elevation Model (DEM) DI Kecamatan Jekan Raya
Lampiran 2.9 Gambar pengukuran dimensi saluran drainase primer P11

Lampiran 2.10 Gambar pengukuran dimensi saluran drainase primer P12


Lampiran 3.1Gambar pengukuran dimensi saluran drainase primer P1

Lampiran 3.2 Gambar pengukuran dimensi saluran drainase primer P1


Lampiran 3.3 Gambar banjir pada saluran drainase primer P1

Lampiran 3.4 Gambar banjir pada saluran drainase primer P9

Anda mungkin juga menyukai