NURUL HIDAYAT
NIM. DAB 117 022
SKRIPSI
Oleh :
NURUL HIDAYAT
NIM. DAB 117 022
Mengetahui:
Jurusan/Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya
Ketua,
i
SUMMARY
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T kerena atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi berjudul “Evaluasi Genangan Banjir
Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya” disusun sebagai salah satu syarat
Pada kesempatan ini, diucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Bapak Ir. Waluyo Nuswantoro, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Palangka Raya
2. Ibu Frieda, S.T., M.T. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Teknik
3. Bapak Dr. Sutan Parasian Silitonga, S.TP., S.T., M.T. selaku Wakil Dekan Bidang
4. Bapak Dr. Deddy Nan Setya Putra Tanggara, S.T., M.T.. selaku Wakil Dekan
5. Bapak Dr. Rudi Waluyo, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Teknik
iii
6. Ibu Veronika Happy P., S.T., M.T., selaku Sekretaris Jurusan/Program Studi
7. Bapak Ir. Hendro Suyanto, M.T. selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi
8. Ibu Nomerita, S.T., M.Eng., PhD. selaku Dosen Pembimbing Pendamping Skripsi
9. Bapa Ir. Allan Restu Jaya, M.T. selaku Dosen Pembahas/Penelaah I Skripsi
10. Bapak Dr.Ir. I Made Kamiana, M.T., selaku Dosen Pembahas/Penelaah II Skripsi
11. Bapak Dwi Anung Nindito, S.T., M.T. selaku Moderator pada Seminar Skripsi.
12. Seluruh Dosen Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Palangka Raya.
13. Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Sipil khususnya kepada angkatan 2017, serta
Akhir kata dengan segala kerendahan hati dan menyadari bahwa penulisan
Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu
diharapkan berbagai tanggapan, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
NURUL HIDAYAT
NIM.DAB117022
iv
DAFTAR ISI
RINGKASAN ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.4. Batasan Masalah......................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
1.6. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ........................................................................................... 6
2.1.1 Drainase........................................................................................... 6
2.1.2 Banjir ............................................................................................... 9
2.1.3 Debit Rencana ................................................................................. 9
2.1.4 Curah Hujan Kawasan..................................................................... 10
2.1.5 Periode Ulang dan Analisis Frekuensi ............................................ 12
2.1.6 Uji Distribusi Probabilitas ............................................................... 18
2.1.7 Analisis Intensitas Hujan................................................................. 20
2.1.8 Memperkirakan Laju Aliran Puncak ............................................... 21
2.1.9 Sistem Informasi Geografis (SIG) .................................................. 24
2.1.10 Kapasitas saluran drainase .............................................................. 36
2.2. Novelty Penelitian....................................................................................... 39
v
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 44
3.2. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 45
3.3. Analisis Data .............................................................................................. 46
3.4. Tahapan Penelitian ..................................................................................... 47
3.5. Diagram Alir Penelitian ............................................................................. 49
4.1 Pengolahan Layout Saluran Drainase Primer di Kecamatan Jekan Raya ....... 51
vi
4.3 Kapasitas Saluran Drainase Primer (Analisis Hidraulika) ............................... 105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
2.3. Nilai Reduced Standart Deviation (Sn) dan Nilai Reduced Mean (Yn) .......... 16
4.5. Hasil analisis data curah hujan yang hilang stasiun hujan Bukit Tunggal .... 58
4.6. Hasil analisis data curah hujan yang hilang stasiun hujan Palangka Raya .... 59
4.7. Hasil analisis data curah hujan yang hilang stasiun hujan Bereng Bengkel .. 59
4.9. Data hujan tahunan Sta.Bukit Tunggal, Sta. Palangka Raya, Sta.Bereng
Bengkel .......................................................................................................... 61
viii
4.12. Analisa kurva massa ganda Stasiun Bereng Bengkel .................................... 64
4.29. Kala ulang berdasarkan tipologi kota dan luas daerah pengaliran ................ 97
4.32. Rekapitulasi debit banjir rencana tiap ruas saluran drainase primer ............. 104
ix
4.33. Dimensi penampang saluran drainase primer ................................................ 106
x
DAFTAR GAMBAR
4.6. Grafik kurva massa ganda tinjauan Sta. Bereng Bengkel ............................... 64
xi
4.10. peta flow direction arrow ............................................................................ 80
xii
DAFTAR LAMPIRAN
2.8. Peta data Digital Elevation Model (DEM) DI Kecamatan Jekan Raya ..........
xiii
3.2. Gambar pengukuran dimensi saluran drainase primer P1 ...............................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan jumlah penduduk berbanding lurus dengan perkembangan kawasan
penunjang kehidupan masyarakat, sehingga semakin sedikit lahan yang dapat menjadi
resapan air hujan, air akan lebih banyak ditransformasikan menjadi limpasan
perkotaan menjadi sangat penting untuk diperhatikan, terutama saluran drainase primer
karena fungsinya yang sangat sentral dalam hal pengendalian air. Kondisi saluran
drainase tersebut terutama yang berkaitan dengan kapasitas saluran, dan aspek yang
sangat berpengaruh terhadap hal tersebut adalah tingkat sedimentasi dari saluran
drainase. Saluran drainase primer merupakan saluran yang berfungsi menampung dan
mengalirkan air ke sungai yang berasal dari semua limpasan air hujan, limbah air kotor
Kondisi saluran drainase primer menjadi faktor utama untuk menentukan apakah
saluran tersebut dapat bekerja dengan baik atau tidak, terdapat saluran drainase dalam
kondisi yang relatif cukup baik, dimana mampu menampung dan mengalirkan volume
air dengan baik dan terdapat saluran drainase yang mempunyai kondisi kurang
memadai dengan banyaknya sampah yang menumpuk dan sedimentasi saluran yang
1
2
terus terjadi mengakibatkan kapasitas saluran drainase lambat laun semakin berkurang
Kota Palangka Raya sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah memiliki
wilayah-wilayah yang rawan banjir terutama jika terjadi hujan dengan intensitas yang
tinggi dan durasi yang cukup lama. Salah satu Kecamatan di Kota Palangka Raya yang
rawan banjir adalah Kecamatan Jekan Raya. Berdasarkan pengamatan saluran drainase
secara berkala untuk memastikan saluran drainase dapat bekerja dengan baik.
Banjir mempunyai konsekuensi yang cukup rumit mulai dari pencemaran lingkungan,
sosial, ekonomi dan kesehatan. Melihat dampak banjir yang terjadi dan luasnya lokasi
maka kondisi saluran drainase primer perlu dievaluasi dengan berbasis data spasial
dapat menjadi informasi penting dalam hal perbaikan saluran drainase primer saat ini
dan kedepannya secara terukur. Dalam upaya mengevaluasi saluran drainase primer
menampilkan data spasial yang diintegrasikan dengan data pokok yang ada di
lapangan. Luasnya Kecamatan Jekan Raya dan banyaknya jumlah saluran drainase
primer membuat upaya evaluasi saluran drainase akan sulit dilakukan apabila tanpa
bantuan Sistem Informasi Geografis, karena kemampuannya untuk mengolah data pada
daerah yang cukup luas akan sangat membantu dalam penelitian. Aplikasi SIG mampu
3
uraian di atas maka dilakukan evaluasi terhadap genangan banjir saluran drainase
2. Berapakah beban saluran drainase primer existing di Kecamatan Jekan Raya Kota
Palangka Raya?
2. Penelitian hanya berfokus pada saluran drainase primer dan tidak membahas
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
mendapatkan solusi yang tepat dan optimal, sehingga bisa menjadi alat bantu
evaluasi dengan bantuan SIG ini dapat dihasilkan kinerja sistem jaringan drainase
yang lebih baik, dan terjadinya banjir di kecamatan Jekan Raya Kota Palangka
b. Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan secara aplikatif oleh dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bidang Cipta Karya Kota Palangka Raya
dan dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bidang Cipta Karya
persoalan banjir yang terjadi pada kawasan saluran drainase primer di Kecamatan
5
Jekan Raya Kota Palangka Raya serta dapat digunakan sebagai pertimbangan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Drainase
Banyak teori yang menjelaskan definisi dari drainase, salah satunya Edisono
(1997) yang mengungkapkan bahwa drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang kelebihan dalam
suatu konteks pemanfaatan tertentu. Menurut Hasmar (2014) bahwa drainase perkotaan
perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial budaya yang ada di
kawasan kota. Drainase (drainage) berasal dari kata kerja “to drain“ yang berarti
Dalam bidang teknik sipil, drainase dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan
teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, air rembesan,
kelebihan air irigasi baik di atas maupun di bawah permukaan tanah dari suatu
6
7
1. Saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran
2. Saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier
3. Saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran
Kondisi drainase primer agar dapat berfungsi dengan maksimal maka harus terhindar
primer perkotaan bukan hal yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan
1. Peningkatan debit
debit yang terjadi. Hal ini menyebabkan air meluap dan terjadilah genangan
2. Penataan lingkungan
pemukiman.
c. Saluran yang ada masih saluran alam padahal lahan yang semula
4. Kapasitas saluran
Saluran yang sudah ada kurang mampu menampung kapasitas debit air hujan.
5. Fungsi
6. Peran masyarakat
lancar.
9
2.1.2 Banjir
sungai atau genangan air yang terjadi pada daerah yang rendah dan tidak bisa
kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang (palung sungai) atau
(dataran banjir) sekitarnya. Banjir dapat terjadi saat curah hujan yang tinggi jatuh pada
wilayah hulu maupun wilayah lokal sehingga sungai dan drainase tidak dapat
menampung debit yang besar. Analisis banjir ditinjau dari beberapa bagian antara lain
bangunan air, serta erosi DAS. Selain itu, peristiwa banjir juga tidak lepas dari aspek-
aspek lain yang menyangkut sosial, ekonomi, lingkungan, institusi, pemerintahan dan
hukum.
Debit rencana (QT) adalah debit dengan periode ulang tertentu (T) yang
diperkirakan akan melalui suatu sungai atau bangunan air (Kamiana, 2011). Hidrologi
penyebaran/distribusi air secara alami di bumi. Unsur hidrologi yang dominan di suatu
wilayah adalah curah hujan, oleh sebab itu data curah hujan suatu daerah merupakan
data utama dalam menentukan besarnya debit banjir rencana yang terjadi pada daerah
10
tersebut. Perhitungan debit rencana untuk saluran primer di Kecamatan Jekan Raya
rasional atau hidrograf satuan. Debit rencana dapat digunakan sebagai dasar
perhitungan pembuatan bangunan air yang akan direncanakan dan merupakan debit
maksimum yang mungkin terjadi pada saluran disuatu wilayah atau daerah. Dalam
perencanaan saluran primer dapat dipakai standar yang telah ditetapkan, baik periode
ulang dan cara analisis yang dipakai, tinggi jagaan, struktur saluran dan lain-lain.
Luas DAS (ha) Periode Ulang (tahun) Metode Perhitungan Debit Banjir
< 10 2 Rasional
10-100 2-5 Rasional
101-500 5 - 20 Rasional
>500 10 - 25 Hidrograf satuan
Sumber :Suripin, 2004
Data curah hujan kawasan dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi
hanya pada satu titik di suatu wilayah (point rainfall). Untuk mendapatkan nilai curah
hujan suatu kawasan yang cukup luas dan terdapat beberapa alat penakar hujan maka
curah hujan didapat berdasarkan nilai rata-rata curah hujan dari beberapa stasiun
penakar hujan yang ada di dalam kawasan tersebut. Terdapat tiga metode yang
digunakan untuk menentukan nilai curah hujan rata-rata dari beberapa titik pencatat
pengaruh yang sama besar atau setara dan cocok untuk kawasan dengan topografi
R 1 R 2 R 3 .... R n
R (2-1)
n
Keterangan :
b. Metode Thiessen
Metode ini disebut juga sebagai metode rata-rata timbang (weight mean). Metode
ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos alat penakar hujan untuk
garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua pos penakar hujan
terdekat. Metode ini biasa digunakan untuk daerah dengan topografi datar dengan
p1A1 p 2 A 2 p 3 A 31 .... p n A n
p (2-2)
A1 A 2 A 3 .... A n
12
Keterangan :
A1, A2, A3…..AN : luas daerah yang mewakili stasiun 1,2, ….n
(Suripin, 2004)
c. Metode Isohyet
penakar hujan dengan menghubungkan titik-titik dengan tinggi curah hujan yang
sama membentuk garis-garis kontur dari tinggi curah hujan yang sama.
R1 R 2 R R3 R Rn 1
A 2 A n A
2 1 2 2 2 n
R (2-3)
A A .... A
1 2 n
Keterangan :
(Soemarto, 1987)
Periode ulang adalah waktu hipotetik dimana suatu kejadian dengan nilai
tertentu, hujan rencana misalnya akan disamai atau dilampaui satu kali dalam jangka
13
waktu hipotetik tersebut (Kamiana, 2011). Hujan rencana adalah hujan dengan periode
ulang tertentu (T) yang diperkirakan akan terjadi disuatu daerah pengaliran (Kamiana,
2011). Hal ini sering kali disalah artikan sebagai suatu hal yang secara statistika
dibenarkan bahwa dua hal (peristiwa banjir misalnya) akan terjadi secara berurutan
dengan waktu yang tetap. Besarnya debit rencana untuk fasilitas drainase tergantung
pada interval kejadian atau periode ulang yang dipakai. Dengan memilih debit dengan
periode ulang yang panjang dan berarti debit rencana besar, kemungkinan terjadinya
debit banjir yang melampaui debit rencana dan resiko kerusakan menjadi menurun,
namun biaya kontruksi untuk menampung debit yang besar meningkat. Sedangkan
frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau
dilampaui. Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan
empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi, antara lain :
a. Distribusi normal
atau penyebaran suatu variabel. Distribusi normal disebut pula distribusi gauss
XT X KT x S (2-4)
Keterangan :
XT : perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan (mm)
(Soemarto, 1987)
YT Y K T S (2-5)
Keterangan:
YT : perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan (mm)
KT : faktor frekuensi
(Soemarto, 1987)
c. Distribusi Gumbel
frekuensi banjir dan untuk menyatakan kejadian debit tahunan. Secara umum
X TR X K S (2-6)
YTR Yn (2-7)
K
Sn
Keterangan :
S : standar deviasi
K : faktor frekuensi
Yn : reduce mean
Sn : reduce standard
(Soemarto, 1987)
Besarnya nilai dari Sn, Yn, YTr dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.3 Tabel nilai reduced standart deviation (Sn) dan nilai
reduced mean (Yn)
n Sn Yn n Sn Yn
50 1,1610 0,5485
i
n
1 log Xi
log X (2-9)
n
0,5
n (log Xi log X)2
s i 1 (2-10)
n 1
5. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
distribusi probabilitas yang dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang
dianalisis (Kamiana, 2011). Terdapat dua metode pengujian yang dapat dilakukan yaitu
sebagai berikut :
dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis, dengan
2
x2 G (Oi Ei ) (2-13)
h i1 Ei
Keterangan :
(Suripin, 2004)
Parameter xh2 merupakan variabel acak. Peluang untuk mencapai nilai xh2 sama atau
2. Uji Smirnov-Kolmogorov :
1. Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya peluang
(persamaan distribusinya)
3. Dari dua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesarnya antar peluang
Derajat Kepercayaan ( )
N 0,2 0,1 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,42 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,3 0,34 0,4
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,,24 0,27
35 0,18 0,2 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,2 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
n > 50 1,07 1,22 1,36 1,63
N 0,5 N 0,5
N 0,5 N 0,5
Sumber : Soewarno, 1995
20
Intensitas hujan didefinisikan sebagai tinggi atau kedalaman air hujan dalam
jangka waktu tertentu atau dalam persatuan waktu. Besarnya curah hujan yang
berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu tinjauan yakni curah hujan tahunan, curah
hujan bulanan, curah hujan harian dan curah hujan per jam. Intensitas curah hujan, luas
daerah tangkapan hujan dan lamanya waktu hujan berpengaruh besar terhadap
besarnya debit banjir. Hujan memiliki sifat umum dimana semakin singkat hujan
berlangsung, intensitasnya akan cenderung semakin tinggi dan semakin besar periode
hujan dapat digunakan beberapa rumus empiris dalam hidrologi, salah satu yang sering
digunakan adalah metode mononobe. Kurva intensitas hujan rencana, jika yang
tersedia adalah hujan harian, dapat ditentukan dengan rumus Mononobe. Bentuk umum
Keterangan :
.
21
Dalam memperkirakan atau menentukan debit banjir terdapat dua metode yang
1. Metode Rasional
Metode rasional merupakan rumus yang tertua dan yang terkenal diantara
puncak sungai atau saluran namun dengan daerah aliran yang terbatas (Kamiana,
2011).
pengaliran <300 ha. Menurut Ponce (1989) dalam Triatmodjo (2008), metode
rasional dapat digunakan untuk daerah pengaliran <2,5 km2. Dalam departemen PU,
untuk ukuran daerah pengaliran <500 ha. Menurut Asdak (2002) dijelaskan jika
ukuran daerah pengaliran >300 ha, maka ukuran daerah pengaliran perlu dibagi
Keterangan :
intensitas serta durasi hujan. Jika DAS terdiri berbagai macam penggunaan
lahan dengan koefisien aliran permukaan berbeda, maka C yang dipakai adalah
in Ci A i
C DAS n (2-16)
i1 A i
Keterangan :
Waktu konsentrasi aliran adalah waktu yang diperlukan air hujan untuk
mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran aliran (titik kontrol)
Salah satu persamaan untuk menentukan waktu konsentrasi adalah rumus yang
0,385
0,87 L2
tc (2-17)
1000 S
Keterangan :
2. Waktu perjalanan dari pertama masuk saluran sampai titik keluaran (td)
tc = t0 + td (2-18)
2 n
Dengan t 0 3,28 L menit (2-19)
3 s
L
t s menit (2-20)
d 60v
Keterangan :
S : kemiringan lahan
2. Metode Hidrograf
Hidrograf adalah penyajian secara grafis hubungan salah satu unsur aliran misalnya
debit (Q) terhadap waktu (t), (Kamiana, 2011). Berdasarkan definisi tersebut dikenal
dua macam hidrograf, yaitu hidrograf muka air (rekaman AWLR) dan hidrograf
debit yang diperoleh dari hidrograf muka air dan lengkung debit atau lebih dikenal
Terdapat beberapa definisi mengenai Sistem Informasi Geografis dari para ahli.
Menurut Irwansyah (2013), Sistem Informasi Geografis adalah sebuah sistem yang
menampilkan seluruh jenis data geografis. SIG adalah sistem informasi yang berbasis
data spasial geografis yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-
informasi geografis (Prahasta, 2002). SIG adalah sistem informasi yang digunakan
sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum
lainnya (Murai, 1999). Secara umum SIG adalah satu komponen yang terdiri dari
perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumber daya manusia. Komponen
menampilkan data dalam satu informasi berbasis geografis. Salah satu perangkat lunak
25
SIG yang jamak digunakan adalah ArcGIS. Dalam perangkat lunak ini terdapat tool
hujan atau catchment area dan model gerakan air di permukaan dengan input data
1. Data Spasial
Data spasial merupakan sebuah data geografis yang memiliki sistim koordinat
tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang
membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi
geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk di antaranya informasi
suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan, contoh : luasan
Format file atau data dalam bahasa komputer merupakan bentuk dan kode
penyimpanan data yang berbeda antara satu file dengan yang lainnya.
Dalam SIG data spasial dapat ditampilkan dalam dua format yakni :
bentuk kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal
26
dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik
grafis. Pada data raster, objek geografis ditampilkan dalam bentuk yang
Salah satu ketentuan SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari
1) Peta analog
Peta topografi dan peta tanah merupakan beberapa contoh dari peta
analog dimana peta tersebut dalam bentuk cetak. Dalam Sistem Informasi
menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi format
bumi.
Data sistem penginderaan jauh atau remote sensing (antara lain citra
Menurut Riyanto & Indelarko (2009), komponen pada Sistem Informasi Geografis
a. Input
Pemasukan data yaitu mengumpulkan data dan mempersiapkan data spasial dan
atau atribut dari berbagai sumber data sesuai format data yang sesuai.
b. Manipulasi
Merupakan proses editing terhadap data yang telah masuk, hal ini dilakukan untuk
menyesuaikan tipe dan jenis data agar sesuai dengan sistem yang akan dibuat.
c. Manajemen data
Tahap ini meliputi seluruh aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan data
penyimpanan permanen.
d. Query
Suatu metode pencarian informasi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
pengguna SIG.
e. Analisis
SIG mempunyai dua jenis fungsi analisis, yaitu fungsi analisis spasial dan analisis
atribut. Fungsi analisis spasial adalah operasi yang dilakukan pada data spasial.
Sedangkan fungsi analisis atribut adalah fungsi pengolahan data atribut, yaitu data
Penyajian hasil berupa informasi baru atau dari database yang ada baik dalam
bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti dalam bentuk peta (atribut
3. Pemodelan Hidrologi
komponen fisik pada permukaan bumi. Tool pada hidrologi ini memungkinkan
menghitung akumulasi aliran, menentukan batas air dan membuat jaringan aliran.
Gambar 2.1 Contoh alur jaringan air berasal dari model elevasi
Sumber : ESRI, 2016
29
maka kita perlu melakukan serangkaian langkah. Langkah ini akan tergantung pada
karakteristik data yang dimasukan. Pada dasarnya aliran air pada permukaan akan
jaringan, pemisahan daerah aliran air atau sungai dan aliran dari DEM. Alur
pemodelan hidrologi ini yaitu diagram alur menunjukkan proses ekstraksi informasi
hidrologi, seperti batas DAS dan jaringan aliran, dari Digital Elevation Modeling
Dari langkah ini aka didapat arah dimana air mengalir keluar dari setiap sel
dapat ditentukan.
titik berwarna yang tersebar) bermasalah karena semua air yang mengalir
drainase yang tepat, depresi ini dapat diisi menggunakan tools Fill.
suatu lokasi. Output dari flow directions yang dibuat pada langkah
jaringan aliran. Bagian ini dapat diselesaikan dengan tools Con. Contoh
sintaks yang umum untuk digunakan dalam Con adalah newraster = con
(akumulasi> 100, 1). Semua sel dengan lebih dari 100 sel yang mengalir
stream Order. Metode yang tersedia untuk melakukan tools ini adalah
aliran, baik upslope atau downslope, dari masing-masing sel di dalam DAS
saluran yang ditentukan. Untuk perhitungan ukuran penampang saluran maka ukuran
saluran dirata-rata pada setiap segmen saluran. Kapasitas saluran dapat dihitung dengan
Persamaan kontinuitas :
Q = V.A (2-21)
Keterangan :
Q : debit (m3/det)
(Dandekar, 1991)
2 1
1
V R3 S 2 (2-22)
n
Keterangan :
V : kecepatan rata-rata aliran dalam saluran (m/det)
n : koefisien kekasaran Manning
R : jari-jari hidrolik (m)
S : kemiringan dasar saluran
(Dandekar, 1991)
Nilai koefisien Manning dapat dicari berdasarkan tabel berikut ini :
kaca 0,010
38
A
R (2-23)
P
Keterangan :
(Dandekar, 1991)
A (B mh)h (2-24)
Keterangan :
(Dandekar, 1991)
P B 2h 1 m 2 (2-25)
Keterangan :
(Dandekar, 1991)
dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Penelitian terdahulu dapat dijadikan
sebagai bahan referensi dan perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan.
40
40
Tabel 2.7 Lanjutan
41
41
Tabel 2.7 Lanjutan
42
42
Tabel 2.7 Lanjutan
43
43
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini berada pada wilayah Kecamatan Jekan Raya Kota
Palangka Raya dan studi kasus dilakukan di saluran drainase primer yang berada di
Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya. Kecamatan Jekan Raya memiliki luas
Pisau
44
Gambar 3.1 Peta administrasi kota Palangka Raya
Sumber : RPJMD Kota Palangka Raya tahun 2018-2023
Petuk Ketimpun.
arah aliran pada saluran drainase primer existing dan dimensi saluran drainase
primer existing . Data sekunder diperoleh dari dinas atau instansi-instansi terkait.
Berikut tabel dari data sekunder yang di perlukan dalam penelitian ini :
45
Tabel 3.1 Data sekunder penelitian
Peta dasar Kecamatan Jekan Raya dan data DEM yang telah didapatkan,
Palangka Raya.
46
3.3.2 Analisis hidrologi
2-14)
data spasial
Berdasarkan peta jaringan saluran drainase dan data dimensi saluran drainase
dari setiap ruas saluran drainase primer existing di Kecamatan Jekan Raya.
yang akan dianalisis dan diteliti. Setelah permasalahan sudah diketahui dilakukan
pengumpulan data yang diperlukan untuk dapat dilakukan analisis dan penelitian,
apabila seluruh data yang diperlukan telah didapatkan, selanjutnya dapat dilakukan
analisis data dengan metode yang telah ditentukan, dimulai dengan menganalisis
data curah hujan kemudian mengolah data spasial menggunakan aplikasi ArcGIS
47
dan mengintegrasikan hasil analisis data curah hujan dengan analisa data spasial
dan didapatkan debit banjir maksimum yang mengalir pada saluran drainase primer
yang ada di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya. Setelah data debit banjir
maksimum yang mengalir pada setiap ruas saluran drainase primer telah diketahui
perhitungan debit banjir maksimum dan kapasitas tiap ruas saluran drainase primer,
primer yang dapat menampung debit banjir maksimum dan ruas saluran drainase
primer tidak mampu menampung debit banjir maksimum. Jika kapasitas saluran
drainase primer yang ditinjau lebih kecil dari debit banjir maksimum, maka wilayah
dimana ruas saluran drainase tersebut berada, diidentifikasi sebagai wilayah rawan
dalam peta. Lebih rinci tahapan penelitian diuraikan dalam bagan alir penelitian
berikut ini :
48
Mulai
Pengumpulan Data
Analisis Hidrologi
Menghitung curah hujan rencana beberapa kala ulang
Menghitung waktu konsentrasi (SIG)
Menghitung intensitas hujan
Menghitung beban saluran drainase primer existing
Analisis Hidraulika
Menghitung kapasitas saluran drainase primer existing
Kesimpulan
Selesai
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
lapangan. Peta digital yang digunakan adalah peta rupa bumi digital wilayah Kota
Palangka Raya, peta jaringan jalan, peta daerah rawa dan peta administrasi
penentuan tata letak dari saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya dengan
koordinat pada layout saluran drainase yang akan dibuat. Peta layout saluran
seluruh jaringan saluran drainase primer yang ada di Kecamatan Jekan Raya yang
berfungsi sebagai salah satu data untuk menentukan luas daerah tangkapan air.
Pengolahan peta layout saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya berfokus
pada letak dan panjang saluran berdasarkan koordinat dan kondisi existing,
sedangkan lebar atau dimensi dari saluran drainase primer dalam peta digambarkan
seragam antara saluran drainase yang satu dan lainnya. Berdasarkan hasil
pengolahan peta digital dan pengamatan setiap ruas jaringan drainase primer di
lapangan diperoleh peta layout saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya,
sebagai berikut :
50
Gambar 4.1 Layout saluran drainase primer di Kecamatan Jekan Raya
51
51
52
dengan panjang total 72,667 km di Kecamatan Jekan Raya, yang beberapa saling
berkesinambungan dan terdapat enam ruas saluran drainase primer yang berakhir
atau outletnya pada rawa dan Sungai Kahayan. Berikut denah identifikasi saluran
rencana yang terjadi pada saluran drainase primer di Jekan Raya. Lingkup analisis
hidrologi ini meliputi analisis intensitas curah hujan dan analisis debit banjir
tahun terakhir dari tahun 2011 sampai dengan 2020, yang berasal dari 3 stasiun
hujan terdekat yaitu stasiun Bukit Tunggal, stasiun Palangka Raya dan stasiun
Bereng Bengkel. Data tersebut diperoleh dari Balai Wilayah Sungai (BWS)
Kalimantan II. Data curah hujan harian maksimum dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Keterangan :
Berdasarkan data curah hujan diatas, terdapat data yang hilang atau pun rusak,
untuk melengkapi data tersebut diperlukan data dari curah hujan dari stasiun lain
yang terdekat. Perhitungan data curah hujan yang hilang menggunakan rumus
pA p p
B ... x
2 2 dx 2 n
p x dx A dx B (4-1)
1 1 ..... 1
dx 2 A dx 2 B dx 2 n
Keterangan :
56
56
57
Berdasarkan peta stasiun hujan hasil pengolahan aplikasi ArcGIS didapat data
jarak antar stasiun hujan. Jarak antar stasiun hujan disajikan dalam tabel berikut ini:
Keterangan :
St : Stasiun
1. Data curah hujan hilang pada stasiun Bukit Bereng Bengkel pada bulan
September 2017
Diketahui :
13,4 60
2
2
p Bereng Bengkel 123.1 mm
15,7 21,08
1 1
2
2
15,7 21,08
58
2. Data curah hujan hilang pada stasiun Bukit Bereng Bengkel pada bulan
Oktober 2017
Diketahui :
56,5 46
2
2
p Bereng Bengkel 15,7 21,08
123.1 mm
1 1
2
2
15,7 21,08
Seluruh hasil analisis data curah hujan yang hilang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.5 Hasil analisis data curah hujan yang hilang stasiun hujan Bukit
Tunggal
Curah Hujan (mm)
BULAN
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Januari 61 114.6 52.8 62 51.4 115 63.4 99 44.8 146.7
Februari 42.5 59.7 129.7 46 75.7 70 107.5 47 120 91.5
Maret 148 97.2 34.8 65.5 80.8 60 50.3 108.2 148.5 93.5
April 94.5 176.4 93.5 121 46.0 126.1 56.5 87 57 60.6
Mei 58.5 29.1 40.5 60.5 105.1 44.6 102.5 48.2 11.8 83
Juni 25.2 39.1 35.0 75.3 41.6 94.0 87.5 87.5 28 35.3
Juli 38.5 129.6 58.5 45.0 30.4 67 26.5 70 3 22.1
Agustus 36.2 38.8 109.7 35.1 7.6 41.6 35.5 42.5 55 60.5
September 74 25.7 64.9 137.5 0 35.1 60 23.5 29 92.5
Oktober 178 127.8 72.7 42.7 8.5 42 46 60 43.5 115.2
November 105 55.1 118 106.5 73.9 39.1 76.5 55.2 36.6 62
Desember 55.5 166 75.5 130.7 64.9 19 53 70.8 195.5 37.3
59
Tabel 4.6 Hasil analisis data curah hujan yang hilang stasiun hujan Palangka
Raya
Tabel 4.7 Hasil analisis data curah hujan yang hilang stasiun hujan Bereng
Bengkel
Berdasarkan data diatas didapat data curah hujan harian maksimum dari
stasiun hujan Bukit Tunggal, Palangka Raya, stasiun hujan Bereng Bengkel dalam
lapangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti spesifikasi alat penakar
berubah, tempat alat ukur dipindah dan perubahan lingkungan disekitar alat penakar
(Kamiana, 2011). Uji konsistensi data pada stasiun hujan Bukit Tunggal, Stasiun
hujan Palangka Raya dan Stasiun hujan Bereng Bengkel digunakan metode kurva
Tabel 4.9 Data hujan tahunan Sta. Bukit Tunggal, Sta. Palangka Raya, Sta.
Bereng Bengkel
Stasiun
Kumulatif
Bukit Palangka Bereng Rerata Sta. Kumulatif Rerata
Tahun
Tunggal Raya Bengkel (y dan z) Sta. x Sta.
(y dan z)
x y z
2011 178 106 39.7 72.85 178 72.85
2012 176.4 130 22.1 76.05 354.4 148.90
2013 129.7 94.5 3.1 48.8 484.1 197.70
2014 137.5 103 99.05 101.0 621.6 298.73
2015 105.1 105.5 88 96.75 726.7 395.48
2016 126.1 175.2 146.2 160.7 852.8 556.18
2017 107.5 176.4 94 135.2 960.3 691.38
2018 108.2 136.5 120.9 128.7 1068.5 820.08
2019 195.5 226 186 206 1264 1026.08
2020 146.7 300.8 103.7 202.25 1410.7 1228.33
1200
Bukit Tunggal (mm)
1000
800
600
400
200
0
0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00
Hujan Tahunan Kumulatif di Stasiun Referensi (mm)
Gambar 4.4 Grafik kurva massa ganda tinjauan Sta. Bukit Tunggal
Stasiun
Rerata Kumulatif
Palangka Bukit Bereng Kumulatif
Tahun Sta. (y Rerata Sta.
Raya Tunggal Bengkel dan z)
Sta. x
(y dan z)
x y z
2011 106 178 39.7 108.85 106 108.85
2012 130 176.4 22.1 99.25 236 208.1
2013 94.5 129.7 3.1 66.4 330.5 274.5
2014 103 137.5 99.05 118.275 433.5 392.775
2015 105.5 105.1 88 96.55 539 489.325
2016 175.2 126.1 146.2 136.15 714.2 625.475
2017 176.4 107.5 94 100.75 890.6 726.225
2018 136.5 108.2 120.9 114.55 1027.1 840.775
2019 226 195.5 186 190.75 1253.1 1031.525
2020 300.8 146.7 103.7 125.2 1553.9 1156.725
1600
1400 y = 1.3209x - 64.879
Palangak Raya (mm)
1200
1000
800
600
400
200
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Hujan Tahunan Kumulatif di Stasiun Referensi (mm)
Gambar 4.5 Grafik kurva massa ganda tinjauan Sta. Palangka Raya
Stasiun
Rerata
Kumulatif
Bereng Bukit Palangka Sta. Kumulatif
Tahun Rerata
Bengkel Tunggal Raya (y dan Sta. x
Sta.( ydan z)
z)
x y z
2011 39.7 178 106 142 39.7 142
2012 22.1 176.4 130 153.2 61.8 295.2
2013 3.1 129.7 94.5 112.1 64.9 407.3
2014 99.05 137.5 103 120.25 163.95 527.55
2015 88 105.1 105.5 105.3 251.95 632.85
2016 146.2 126.1 175.2 150.65 398.15 783.5
2017 94 107.5 176.4 141.95 492.15 925.45
2018 120.9 108.2 136.5 122.35 613.05 1047.8
2019 186 195.5 226 210.75 799.05 1258.55
2020 103.7 146.7 300.8 223.75 902.75 1482.3
y = 0.7224x - 163.22
800
Bereng Bengkel (mm)
600
400
Sta.
200
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
-200
Hujan Tahunan Kumulatif di Stasiun Referensi (mm)
Gambar 4.6 Grafik kurva masaa ganda tinjauan Sta. Bereng Bengkel
hubungan antara kumulatif Stasiun Bukit Tunggal, Stasiun Palangka Raya dan
Stasiun Bereng Bengkel, membentuk garis yang relatif lurus, sehingga tidak
memiliki ketelitian yang cukup tinggi dan sesuai dengan kondisi di lapangan. Data
curah hujan harian maksimum diambil dari dari 3 stasiun hujan terdekat dan
Bukit Tunggal, stasiun hujan Palangka Raya dan stasiun hujan Bereng Bengkel.
66
66
67
Keterangan :
A1 : Daerah yang dipengaruhi Stasiun Bukit Tunggal
A2 : Daerah yang dipengaruhi Stasiun Palangka Raya
Berdasarkan hasil pengolahan peta Thiessen menggunakan software ArcGIS
diketahui luasan Polygon Thiessen dan koefesien Thiessen seperti tabel berikut :
Berikut contoh perhitungan untuk mendapat hujan wilayah Tahun 2011 sebagai
berikut :
Diketahui :
Stasiun Hujan
Hujan kawasan
Tahun Bukit Tunggal Palangka Raya Bereng Bengkel (mm)
0.49 0.51 0
2011 178 106 39.7 141.3
2012 176.4 130 22.1 152.7
2013 129.7 94.5 3.1 111.7
2014 137.5 103 99.05 119.9
2015 105.1 105.5 88 105.3
2016 126.1 175.2 146.2 151.1
2017 107.5 176.4 94 142.6
2018 108.2 136.5 120.9 122.6
2019 195.5 226 186 211.1
2020 146.7 300.8 103.7 225.3
statistik terhadap data tersebut, untuk mengetahui jenis distribusi yang sesuai. Hasil
a. Rata-rata ( X )
x
1
= i
N i 1
1
= 1483,7
10
= 148,37
(x
i 1
i x) 2
N 1
14624.60
10 1
= 40.3
S
x
40,3
148,37
= 0,27
70
N
N (x
i 1
i x) 3
(N - 1)(N - 2)S3
10 (531761.78)
(10 - 1)(10- 2)40,33
= 1,13
N
N (x
i 1
i x) 4
(N - 1)(N - 2)(N - 3)S4
10 56780334.22
(10 - 1)(10- 2)(10- 3) 40,34
= 4,27
membandingkan nilai dari parameter statistik dengan dengan nilai yang disyaratkan
setiap jenis distribusi. Penentuan jenis distribusi disajikan dalam Tabel 4.4 berikut
ini :
71
Ck = 3 Ck = 4,27
+15Cv4 + 16Cv2 +3 =
3,41
Ck = 5,4002 Ck = 4,27
Ck = 4,27
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jenis distribusi yang cocok
Uji Chi kuadrat dilakukan untuk menguji jenis distribusi yang telah
ditentukan apakah dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang
dianalisis.
K = 1 + 3,322 log n
72
K = 1+3,322 log 10
K = 4,332 5 kelas
3. Derajat Kebebasan (DK)
DK = K- (R+1)
DK = 5 - (2+1) = 2
4. Perhitungan nilai EF
n 10
EF = = = 2
K 2
5. Menghitung interval kelas (distribusi probabilitas Log-Pearson III)
1
= 100% 20% , sehingga interval kelas distribusi adalah 20%, 40%,
5
60%, 80% ( 5 tahun, 2,5 tahun, 1,67 tahun, 1,25 tahun)
Nilai KT dihitung berdasarkan nilai Cs atau G = 0,766 dan nilai T untuk
berbagai peride ulang (Tabel lampiran 1.2), maka :
Nilai ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋= 2,763 dan nilai S log X = 0,068
̅̅̅̅̅̅̅̅
Interval kelas : Log Xt =𝐿𝑜𝑔 𝑋 + KT x S Log X
Log Xt = 2,763 + KT x 0,068
Sehingga :
X5 = 175,3 mm X1,67 = 128,3 mm
X2,5 = 144,6 mm X1,25 = 115,8 mm
6. Menentukan X2Cr tabel, dengan Derajat Kebebasan 2, signifikasi ( ) =
5,991
Perhitungan Seluruh uji Chi kuadrat dari distribusi Log-Pearson III disajikan
Karena nilai X2Cr hitung < X2Cr tabel (0 < 5,991) maka untuk menghitung curah
hujan rencana dapat menggunakan distribusi Log Pearson III
Uji Smirnov Kolmogorov dilakukan untuk menguji jenis distribusi yang telah
ditentukan apakah dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang
dianalisis. Perhitungan uji Smirnov Kolmogorov secara rinci terdapat pada tabel
berikut:
X D
Log Xi Pxi f(t) P’(xi)
m
[7]=[5]-
(mm) [1] [2] [4] [5]
[2]
1 225.291 2.353 0.091 1.77 0.0604 -0.031
2 211.055 2.324 0.182 1.51 0.0841 -0.098
3 152.736 2.184 0.273 0.23 0.3809 0.108
4 151.141 2.179 0.364 0.19 0.3941 0.030
5 142.639 2.154 0.455 -0.04 0.4697 0.015
6 141.28 2.150 0.545 -0.07 0.4796 -0.066
7 122.633 2.089 0.636 -0.64 0.7105 0.074
8 119.905 2.079 0.727 -0.72 0.7436 0.016
9 111.748 2.048 0.818 -1.00 0.8312 0.013
10 105.304 2.022 0.909 -1.24 0.8832 -0.026
Jumlah 21.583
Rata-rata 2.158
Standar Deviasi (S) 0.110
Coef skewnes(cs) 0.766
Nilai D maks 0.108
74
besarnya derajat kepercayaan () untuk jumlah data (n) = 10 adalah 0,41. Didapat
hasil Dmaks = 0.108 dan Do = 0,41 dengan membandingkan nilai Dmaks dan Do
disimpulkan Dmaks < Do, sehingga pemilihan jenis distribusi Log-Pearson III
tersebut dapat diterima dan digunakan untuk menganalisis curah hujan rencana.
Koefisien skewness dengan nilai pada tabel faktor frekuensi KT (Tabel lampiran
75
1.2). Contoh perhitungan faktor frekuensi pada periode ulang 2 tahun sebagai
berikut :
C - Cs Cs - Cs1
K s2 K1 K2
Cs2 - Cs1 Cs2 - Cs1
T CS KT
2 0.07 -0,138
5 0.07 0,775
10 0.07 1,335
25 0.07 1,985
Log X T2 2.145
X T2 139,66 mm
menggunakan aplikasi ArcGIS yang menggunakan data mentah berupa peta kontur
77
77
78
daerah tangkapan air. Pembagian sub daerah tangkapan dilakukan berdasarkan peta
vektor arah aliran (flow direction) dan peta panah arah aliran (flow direction arrow),
yang diolah menggunakan spatial analyst tool hydrology yang ada pada aplikasi
ArcGIS, dari peta tersebut dapat dilihat arah aliran air dengan jelas, sehingga dapat
diamati daerah mana saja yang berpengaruh terhadap saluran drainase primer.
Dilakukan overlay antara peta layout saluran drainase primer, peta catchment area
dengan peta vektor arah aliran (flow direction) dan peta panah arah aliran (flow
direction arrow) agar dengan mudah dalam membatasi sub daerah tangkapan air.
menggunakan fitur create features polygon pada ArcGIS. Berikut peta vektor arah
aliran (flow direction) dan peta panah arah aliran (flow direction arrow) yang
digunakan sebagai dasar penentuan dan pembuatan peta sub daerah tangkapan air
79
79
Gambar 4.10 Peta flow direction arrow di Kecamatan Jekan Raya
80
80
Gambar 4.11 Peta indikator analisis sub DTA di Kecamatan Jekan Raya
81
81
Gambar 4.12 Peta daerah sub daerah tangkapan air di Kecamatan Jekan Raya
82
82
83
berindeks 1-19 pada Gambar 4.12 dan Tabel 4.22). Kondisi tersebut disebabkan
karena topografi daerah tersebut memiliki elevasi yang lebih rendah dibandingkan
daerah disekitarnya. Hal ini mengakibatkan arah vektor aliran tidak menuju ke
saluran primer dan justru mengumpul pada satu titik terendah di DTA tersebut.
Dalam kondisi ekstrim (misal banjir dengan kala ulang tertentu), elevasi muka air
banjir pada daerah genangan tersebut akan berada di atas elevasi muka air banjir di
saluran primer. Oleh karena itu, sebagian besar air banjir akan mengalir ke saluran
85
primer dan sisanya akan terserap ke dalam tanah. Dengan demikian dalam analisis
pada penelitian ini, DTA yang berpotensi sebagai daerah genangan luasannya
setiap daerah tangkapan air, nilai C bisa berbeda-beda berdasarkan tata guna lahan
yang ada di daerah tersebut. Berikut peta tata guna lahan di Kecamatan Jekan Raya
86
87
pembagian sub daerah tangkapan air (DTA) dan tabel penentuan koefisien aliran
permukaan, didapat koefisien aliran permukaan rata-rata pada setiap sub daerah
tangkapan. Dasar penentuan nilai C pada berbagai penggunaan lahan dapat dilihat
Luas
Tata guna lahan Persentase (%) C C rerata (%)
(km2)
Semak Belukar 2.225916 79.95560249 0.07 5.60
Tegalan/Ladang 0.31003 11.13637507 0.1 1.11
Perkebunan 0.143524 5.1554272 0.4 0.77
Rawa 0.10447 3.752595243 0.15 0.55
Total 2.78394 100 8,03
88
Nama C
No Nama DTA C (%) C
Saluran Rerata Lahan
1 A1 14.9676875 0.083
2 A2 36.8274885 0.37
3 A3 25.0862069 0.25
4 A4 24.0309512 0.24
P1 0.23
5 A5 17.7376539 0.18
6 A6 18.7377875 0.19
7 Y17 25.2344 0.25
8 Y18 28.455632 0.28
9 B1 28.5072367 0.29
P2 0.26
10 Y16 23.4567 0.235
89
Nama C
No Nama DTA C (%) C
Saluran Rerata Lahan
11 C1 13.673851 0.14
12 C2 37.7853767 0.38
13 P3 C3 37.6110621 0.38 0.28
14 C4 31.704576 0.32
15 Y19 18.598683 0.19
16 P4 D1 39.9359375 0.40 0.40
17 E1 53.3134189 0.53
18 P5 E2 41.4771319 0.41 0.39
19 Y9 21.98456 0.22
20 F1 47.6512436 0.48
21 P6 Y8 27.567893 0.28 0.37
22 Y10 34.45678 0.34
23 G1 34.5263428 0.35
P7 0.36
24 G2 38.0835451 0.38
25 H1 41.9856126 0.42
26 H2 34.91731 0.35
P8 0.31
27 Y5 13.5678 0.14
28 Y7 33.236256 0.33
29 I1 30.9094893 0.31
30 I2 38.2467925 0.38
31 Y2 29.922875 0.30
32 Y3 11.8823806 0.12
P9 0.30
33 Y4 26.931572 0.27
34 Y6 35.78965 0.36
35 Y13 31.45633 0.31
36 Y15 35.345333 0.35
37 J1 18.0572373 0.18
38 J2 60,000000 0.60
P10 0.28
39 J3 19.9367376 0.20
40 Y14 13.3433 0.13
41 K1 17.0225623 0.17
P11 0.27
42 K2 37.7846123 0.38
90
Nama C
No Nama DTA C (%) C
Saluran Rerata Lahan
43 L1 19.0919633 0.19
44 L2 11.9571253 0.12
45 L3 25.9870321 0.26
P12 0.21
46 Y1 17.09865 0.17
47 Y11 24.3452 0.24
48 Y12 28.56784 0.29
49 P13 M1 11.9571253 0.12 0.12
50 N1 22.158823 0.22
P14 0.22
51 N2 21.7698349 0.22
metode mononobe, dalam perhitungan intensitas hujan terdapat beberapa data yang
pengaliran dari permukaan lahan ke saluran (L0), kemiringan lahan (S0) dan
koefisien hambatan (𝑛𝑑 ) dalam hal ini adalah koefisien pengaliran (C), kemudian
Ld
td = dengan nilai V = 0,5 m/s
V
dari permukaan lahan ke saluran (L0) dan kemiringan lahan (S0) ditentukan
91
92
S0 : kemiringan lahan
aliran terjauh menuju saluran pada semua DTA dan dipilih yang terjauh, pada
saluran drainase primer P2 L0 DTA Y16 sejauh 2076,54 m dan L0 pada DTA B1
L0 = 2076,54 m
15,684−13,38 .
𝑆0 = ( ) Sehingga,
2076,54
S0 = 0,0011
Nd atau C = 0,26
0.4667
L0
t0 =1.44 x (nd x )
√𝑆0
2076,54 0.4667
𝑡0 = 1.44 × (0,26 × ) = 133 menit
√0,0011
Ld
td =
V
Diketahui :
Ld = 3976 m
V = 0,5 m/s
Ld
td =
V
3976
td = = 7952 detik= = 132,53 menit
0,5
𝑡𝑐 = 𝑡0 + 𝑡𝑑
Nama Nama C t0 Ld td tc
No L0 (m) S0
Saluran DTA Rerata Lahan (menit) (m) (menit) (jam)
1 A1
2 A2
3 A3
4 A4
P1 3061.52 0.00043 0.23 187,2 23100.1 770.00 15,953
5 A5
6 A6
7 Y17
8 Y18
9 B1
P2 2076.54 0.00110 0.26 133.0 3976 132.53 4.425
10 Y16
11 C1
12 C2
13 P3 C3 1061.82 0.00115 0.28 99.4 7584.1 252.80 5.870
14 C4
15 Y19
16 P4 D1 1040.09 0.00132 0.40 112.8 867.6 28.92 2.362
17 E1
18 P5 E2 1784.09 0.00135 0.39 142.6 1373 45.77 3.139
19 Y9
94
Tabel 4.28 Lanjutan
Nama Nama C t0 Ld td tc
No L0 (m) S0
Saluran DTA Rerata Lahan (menit) (m) (menit) (jam)
20 F1
21 P6 Y8 1336.82 0.00033 0.37 167.9 2974.2 99.14 4.450
22 Y10
23 G1
P7 1044.27 0.00543 0.36 262.4 1962.2 65.41 5.464
24 G2
25 H1
26 H2
P8 2094.31 0.00057 0.31 169.0 2775.9 92.53 4.359
27 Y5
28 Y7
29 I1
30 I2
31 Y2
32 Y3
P9 2692.49 0.00145 0.30 150.7 6909.7 230.32 6.350
33 Y4
34 Y6
35 Y13
36 Y15
37 J1
38 J2
P10 1621.06 0.00242 0.28 101.8 3776.7 125.89 3.794
39 J3
40 Y14
95
Tabel 4.28 Lanjutan
Nama Nama C t0 Ld td tc
No L0 (m) S0
Saluran DTA Rerata Lahan (menit) (m) (menit) (jam)
41 K1
P11 1307.45 0.00123 0.27 107.1 3136.6 104.55 3.527
42 K2
43 L1
44 L2
45 L3
P12 2636.01 0.00158 0.21 124.2 11050.6 368.35 8.209
46 Y1
47 Y11
48 Y12
49 P13 M1 2252.11 0.00047 0.12 117.2 1093 36.43 2.560
50 N1
P14 1732.09 0.00175 0.22 101.3 2088 69.60 2.849
51 N2
96
97
kala ulang 10 tahun berdasarkan tabel kala ulang tipologi kota dan luas daerah
pengaliran.
Tabel 4.29 Kala ulang berdasarkan tipologi kota dan luas daerah pengaliran.
Raya masuk dalam kategori Kota sedang dan luas Daerah Tangkapan Air yang
tahun.
X 2
24 24 3
I
24 t
2
202,7 24 3
I
A1 24 15,953
I 11,089 mm/jam
A1
Keterangan :
It : Intensitas hujan ( mm/jam )
tc : waktu konsentrasi ( jam )
R24 : curah hujan maksimum harian dalam 24 jam ( mm )
Perhitungan intensitas hujan seluruh DTA menggunakan metode mononobe
98
Tabel 4.30 Lanjutan
99
Tabel 4.30 Lanjutan
50 N1 34.970
P14 4.186758 202.7 2.849
51 N2
100
101
pada sub daerah tangkapan air A1 saluran drainase primer P1 menggunakan metode
rasional.
Diketahui :
Luas Sub Daerah tangkapan air A1 (A) = 2,78 km2
Intensitas hujan Sub Daerah tangkapan air A1 (I) = 11,089 mm/jam
Penyelesaian :
Q 0,278. C. I. A
Analisis debit banjir rencana seluruh sub daerah tangkapan air dan saluran
drainase primer di Kecamatan Jekan Raya, disajikan dalam tabel berikut ini :
102
Berdasarkan debit banjir rencana dari setiap sub daerah tangkapan air pada
satu saluran yang sama diatas dilakukan akumulasi, serta dilakukan akumulasi debit
yang mengalir pada setiap ruas saluran drainase primer yang arah alirannya menuju
saluran drainase primer lainnya. Berikut contoh perhitungan debit rencana yang
mengalir pada saluran drainase primer P1, dari hasil akumulasi beberapa sub daerah
Diketahui debit rencana dan sub daerah tangkapan air yang berpengaruh :
Maka akumulasi debit rencana yang mengalir pada saluran drainase primer adalah:
104
QP1 = 2,05 m3/det + 0,70 m3/det + 0,93 m3/det + 0,23 m3/det + 12,49 m3/det + 8,81
Diketahui :
Seluruh akumulasi debit banjir rencana ditampilkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.32 Rekapitulasi debit banjir rencana tiap ruas saluran drainase
primer
Q Q Kumulatif
No Saluran
(m/det) (m/det)
1 P1 27.77 29.305
2 P2 16.80 16.800
3 P3 17.78 17.779
4 P4 0.70 0.703
5 P5 4.74 40.020
6 P6 10.68 10.681
7 P7 6.43 57.130
8 P8 14.84 14.843
9 P9 17.54 17.541
10 P10 14.44 14.441
11 P11 6.39 6.392
12 P12 10.83 31.661
13 P13 1.53 1.532
14 P14 8.94 8.940
105
saluran dalam menampung debit rencana. Analisis hidraulika dalam penelitian ini
saluran, dimensi saluran dan jenis material penyusun penampang saluran. Berikut
merupakan data dimensi penampang saluran drainase primer yang didapat dengan
pengukuran di lapangan.
Tabel 4.33 Data penampang saluran drainase primer existing
106
107
Diketahui :
Penyelesaian :
Q=VXA
Mencari luas penampang basah (A) :
A = (B + mh)h
A = (5,4 + 0,11 x 1,8)1,8
A = 10,08 m2
Mencari keliling basah saluran (P) :
108
P B 2h 1 m 2
2 1
1
V 1,113 0,00012
0,03
V = 0,35 m/det
Q=VXA
Q = 0,35 X 10,08
Q = 3,61 m3/det.
Diketahui :
Penyelesaian :
Q=VXA
A = (B x h)
A = (4,5 x 1,4)
A = 6,3 m2
P B 2h
P 4,5 2.1,4
P = 7,3 m
A
R
P
6,3
R = 0,86 m
7,3
2 1
1
V 0,86 3 0,0016 2
0,03
V = 1,20 m/det
Sehinggga kapasitas saluran drainase primer P10:
Q=VxA
Q = 1,20 x 6,28
Q = 7,614 m3/det.
Q rata-
Nama Bentuk T
No B h m A n P R S V Q rata
Saluran saluran
(m) (m) (m) m2 (m) (m) m/s m3/s m3/s
1 P1 Trapesium 5.8 5.4 1.8 0.11 10.08 0.03 9.02 1.12 0.0001 0.36 3.62 3.62
2 P2 Trapesium 8.3 7.9 3.0 0.07 24.04 0.025 13.83 1.74 0.0009 1.73 41.68 41.68
3 P3 Trapesium 5.7 5.3 1.6 0.12 9.02 0.025 8.60 1.05 0.0008 1.17 10.54 10.54
4 P4 Trapesium 3.3 2.9 1.4 0.14 4.43 0.025 5.79 0.76 0.0034 1.95 8.64 8.64
5 P5 Trapesium 4.6 3.9 2.1 0.17 8.75 0.025 8.08 1.08 0.0046 2.86 25.05 25.05
0.03 1.56 23.69
6 P6 Trapesium 5.5 5.1 1.9 1.50 15.18 11.99 1.27 0.0016 26.06
0.025 1.87 28.43
7 P7 Persegi 9.0 9.0 2.2 - 19.80 0.013 13.40 1.48 0.0028 5.28 104.55 104.55
0.025 1.89 15.55
8 P8 Trapesium 5.1 4.7 1.7 0.12 8.21 8.08 1.01 0.0022 14.25
0.03 1.58 12.96
0.013 3.32 56.31
9 P9 Trapesium 8.1 8.0 2.1 0.02 16.97 12.22 1.39 0.0012 40.36
0.03 1.44 24.40
10 P10 Persegi 4.5 4.5 1.4 - 6.30 0.03 7.30 0.86 0.0016 1.21 7.61 7.61
11 P11 Persegi 7.5 7.5 2.0 - 15.16 0.03 11.56 1.31 0.0011 1.33 20.09 20.09
12 P12 Persegi 7.4 7.4 2.3 - 16.97 0.03 11.98 1.42 0.0005 0.94 15.95 15.95
13 P13 Persegi 5.3 5.3 2.2 - 11.69 0.03 9.71 1.20 0.0013 1.36 15.89 15.89
14 P14 Trapesium 2.9 2.7 1.2 0.08 3.36 0.025 5.11 0.66 0.0018 1.28 4.31 4.31
111
111
112
Dilakukan perbandingan antara debit rencana dengan kala ulang 10 tahun dan
Terdapat tujuh dari empat belas ruas saluran drainase primer di Kecamatan
Jekan Raya yang tidak dapat menampung debit rencana maksimum dengan kala
ulang10 tahun, yaitu saluran P1, P3, P5, P8, P10, P12, dan P14 dengan begitu maka
Pemetaan daerah rawan banjir dilakukan untuk mengetahui daerah mana saja
yang dikategorikan sebagai daerah rawan banjir. Indikator yang digunakan sebagai
drainase primer yang tidak dapat menampung debit rencana, maka daerah disekitar
pembuatan peta rawan banjir hanya berdasarkan daya tampung saluran drainase
primer di Kecamatan Jekan Raya. Berikut merupakan saluran drainase primer yang
kapasitas existing nya lebih kecil dibanding debit beban rencana dan dikategorikan
Peta tidak menampilkan seberapa jauh genangan dapat terjadi, peta hanya
Saluran drainase primer yang pada daerah sekitarnya berpotensi banjir total
Kecamatan Jekan Raya. Berikut merupakan peta rawan banjir di Kecamatan Jekan
Raya :
Gambar 4.17 Peta daerah rawan banjir di Kecamatan Jekan Raya
114
114
115
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Terdapat 14 (empat belas) ruas saluran drainase primer dengan panjang total
2. Drainase primer di Kecamatan Jekan Raya yang memiliki kapasitas yang cukup
untuk menampung debit beban rencana dengan kala ulang 10 tahun sebanyak 7
(tujuh) ruas yakni, ruas saluran drainase primer P2, P4, P6, P7, P9, P11 dan P13
3. Terdapat 7 (tujuh) ruas saluran drainase primer yang tidak mampu menampung
debit rencana dengan kala ulang 10 tahun yakni ruas saluran drainase primer P1
dengan volume limpasan 25,69 m3/det, ruas saluran drainase primer P3 dengan
volume limpasan 7,24 m3/det, ruas saluran drainase primer P5 dengan volume
limpasan 14,97 m3/det, ruas saluran drainase primer P8 dengan volume limpasan
0,59 m3/det, ruas saluran drainase primer P10 dengan volume limpasan 6,83
m3/det, ruas saluran drainase primer P12 dengan volume limpasan 15,7 m3/det,
ruas saluran drainase primer P14 dengan volume limpasan 4,63 m3/det
4. Daerah di sekitar ruas saluran drainase primer P1, P3, P5, P8, P10, P12 dan P14
drainase primer, sedangkan saluran drainase primer P2, P4, P6, P7, P9, P11 dan
P13 dikategorikan sebagai daerah minim resiko banjir dengan total sepanjang
116
drainase primer P12 menjadi saluran drainase primer dengan potensi banjir
dasar saluran yang sangat kecil sehingga air tidak teralirkan dengan baik dan
5.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terdapat beberapa saran yang
1. Metode yang digunakan dalam perhitungan debit rencana dengan luas DAS >
metode rasional yang hanya efektif dengan luas DAS < 5 km2
oleh sedimentasi.
3. Perlu adanya pencatatan terhadap tinggi genangan banjir yang terjadi untuk
4. Menggunakan data penelitian terbaru untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat
Lampiran 1.2 Tabel Nilai-nilai K untuk metode Log Pearson Tipe III
Dimensi Dimensi
No Sta No Sta
lebar atas lebar bawah h lebar atas lebar bawah h
1 0+0 8 8 2.2 25 0+12000 3.8 3.8 0.44
2 0+500 9.2 9.2 1.04 26 0+12500 3,2 3.2 1.66
3 0+1000 8.1 8.1 2.4 27 0+13000 2.7 2.7 1.59
4 0+1500 7.2 7.2 2.5 28 0+13500 2.1 2.1 1.3
5 0+2000 9.6 9.6 1.65 29 0+14000 2 2 1.4
6 0+2500 9 9 1.8 30 0+14500
7 0+3000 6.8 4.7 1.8 31 0+15000
8 0+3500 8.3 8.3 2.4 32 0+15500
9 0+4000 10.8 7.3 2.9 33 0+16000
10 0+4500 9.7 9.7 2.4 34 0+16500
11 0+5000 9.1 6.7 2.6 35 0+17000
12 0+5500 9.3 9.3 2.3 36 0+17500
13 0+6000 8.5 8.5 2.4 37 0+18000
14 0+6500 8.47 8.26 2.13 38 0+18500 3.2 3.1 1.5
15 0+7000 6.7 6.7 2.04 39 0+19000 3.3 3.1 1.6
16 0+7500 4.75 4.75 1.75 40 0+19500 3.3 3 1.6
17 0+8000 4.9 4.9 1.71 41 0+20000 3.7 3.7 1.6
18 0+8500 3.82 3.61 1.3 42 0+20500 3.6 3.2 1.7
19 0+9000 43 0+21000 3.5 3.1 1.5
20 0+9500 44 0+21500 3.4 3.1 1.7
21 0+10000 45 0+22000 4.8 4.3 1.68
22 0+10500 4.5 4.5 1.62 46 0+22500 4.2 4.2 1.72
23 0+11000 4.7 4.4 1.34 47 0+23000 5.05 5.05 1.89
24 0+11500 4.8 4.4 1.54 48 0+23100 4.3 4.3 2.6
Rata-rata 5.8 5.4 1.8
Lampiran 1.4 Tabel data pengukuran dimensi saluran P2
Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 8.9 8.5 2.9
2 0+400
3 0+600
4 0+800 8.6 8.2 2.9
5 0+1000
6 0+1200
7 0+1400 8.4 8 3.1
8 0+1600
9 0+1800
10 0+2000 8.2 7.8 3.3
11 0+2200
12 0+2400
13 0+2600 8 7.6 3
14 0+2800
15 0+3000
16 0+3200
17 0+3400 7.85 7.45 2.8
18 0+3600
19 0+3800
20 0+4000 7.8 7.4 2.9
Rata-rata 8.3 7.9 3.0
Lampiran 1.5 Tabel data pengukuran dimensi saluran P3
Pengukuran Saluran S3 Permanen
Panjang saluran 7584 m
Hari, Tanggal : 7 Maret 2021
Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 10.11 9.71 2,17
2 0+400 8.7 8.3 2.21
3 0+600 9 8.6 2.21
4 0+800 7.9 7.5 2.14
5 0+1000 8.14 7.74 2.23
6 0+1200 7 6.6 2.4
7 0+1400 7.04 6.64 2.04
8 0+1600 7 6.6 1.7
9 0+1800 7 6.6 1.8
10 0+2000 6.7 6.3 1.6
11 0+2200 5.1 4.7 2
12 0+2400 5.1 4.7 2
13 0+2600 5.1 4.7 1.2
14 0+2800 4 3.6 1.4
15 0+3000 4 3.6 1.2
16 0+3200 3.8 3.4 1.3
17 0+3400 3.8 3.4 1.3
18 0+3600 3.9 3.5 1.3
19 0+3800 3.7 3.3 1.4
20 0+4000
21 0+4200
22 0+4400
23 0+4600
24 0+4800 3.7 3.3 1.25
25 0+5000 4 3.6 1
26 0+5200
27 0+5400
28 0+5600
29 0+5800 4.9 4.5 1.4
30 0+6000
31 0+6200
32 0+6400
33 0+6600 5.2 4.8 1.2
34 0+6800 5.2 4.8 1.2
35 0+7000 5.5 5.1 1.8
36 0+7200 4.4 4 1.8
37 0+7400 4.8 4.4 1.85
38 0+7600 4.3 3.9 1.5
Rata-rata 5.7 5.3 1.6
Lampiran 1.6 Tabel data pengukuran dimensi saluran P4
Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 2.9 2.5 1.6
2 0+400 3.2 2.8 1.4
3 0+600 4 3.6 1.4
4 0+800 4.1 3.7 1.35
5 0+1000 2.5 2.1 1.3
Rata-rata 3.3 2.9 1.4
Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 4.75 4.4 2.27
2 0+400 4.85 4.5 2.25
3 0+600 5.9 3.8 1.7
4 0+800 4.6 3.9 2.3
5 0+1000 3.9 3.86 2.1
6 0+1200 4 3.3 1.9
7 0+1400 4 3.7 2
Rata-rata 4.6 3.9 2.1
Lampiran 1.7 Tabel data pengukuran dimensi saluran P6
Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 4.6 4.2 1.3
2 0+400 4.6 4.2 1.4
3 0+600 4.6 4.2 1
4 0+800 6.7 6.3 2.1
5 0+1000 4.5 4.1 2.5
6 0+1200 4.1 3.7 2.4
7 0+1400 4.5 4.1 1.6
8 0+1600 5.1 4.7 2.2
9 0+1800 5.1 4.7 2.3
10 0+2000 5.1 4.7 1.77
11 0+2200 7 6.6 1.8
12 0+2400 7.6 7.2 1.3
13 0+2600 6.2 5.8 1.75
14 0+2800 6.2 5.8 1.95
15 0+3000 7.2 6.8 2.5
Rata-rata 5.5 5.1 1.9
Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 7.2 6.8 2.5
2 0+400 7.4 7 2
3 0+600 7.4 7 1.9
4 0+800 8.2 7.8 1.8
5 0+1000 6.2 5.8 2.1
6 0+1200 7.5 7.1 1.7
7 0+1400 7.5 7.1 1.8
8 0+1600 12 11.6 2.8
9 0+1800 12.7 12.3 2.8
10 0+2000 17.4 17 3.01
Rata-rata 9.0 9.0 2.2
Lampiran 1.10 Tabel data pengukuran dimensi saluran P8
Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1.0 0+200 3.5 3.1 0.8
2.0 0+400 3.7 3.3 1.3
3.0 0+600 3.6 3.2 1.3
4.0 0+800 3.6 3.2 1.3
5.0 0+1000 3.7 3.3 1.2
6.0 0+1200 5.4 5.0 1.8
7.0 0+1400 5.6 5.2 1.7
8.0 0+1600 5.6 5.2 1.8
9.0 0+1800 5.9 5.5 1.7
10.0 0+2000 6.0 5.6 1.8
11.0 0+2200 6.1 5.7 1.7
12.0 0+2400 6.1 5.7 2.2
13.0 0+2600 6.1 5.7 2.2
14.0 0+2800 7.0 6.6 2.5
Rata-rata 5.1 4.7 1.7
Lampiran 2.1 Tabel data pengukuran dimensi saluran P9
Pengukuran Saluran S9 komposite
Panjang saluran 6909 m
Hari, Tanggal : 6 Maret 2021
Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 6.8 6.8 0.6
2 0+400 7.4 7.4 0.7
3 0+600 6.9 6.9 0.5
4 0+800 5.4 5.4 0.7
5 0+1000 6.45 6.45 1.07
6 0+1200 6.2 6.2 1.1
7 0+1400 8.6 8.6 1.3
8 0+1600 7.6 7.6 1.04
9 0+1800 7.8 7.8 1.1
10 0+2000 7.7 7.7 1.09
11 0+2200 7.6 7.6 1.08
12 0+2400 7.6 7.6 2.17
13 0+2600 4.6 4.6 2.5
14 0+2800 6.1 6.1 2.45
15 0+3000 10 10 3.15
16 0+3200 10 10 3.15
17 0+3400 10 10 3.15
18 0+3600 10 10 3.15
19 0+3800 10 10 3.15
20 0+4000 10 10 3.15
21 0+4200 8.7 8.3 2.5
22 0+4400 8.7 8.3 2.5
23 0+4600 7.6 7.2 2.5
24 0+4800 7.6 7.2 2.5
25 0+5000 8.6 8.2 2.5
26 0+5200 8.7 8.3 2.5
27 0+5400 8.7 8.3 2.5
28 0+5600 8.1 7.7 2.5
29 0+5800 8.7 8.3 2.5
30 0+6000 8.7 8.3 2.5
31 0+6200 8.7 8.3 2.5
32 0+6400 8.7 8.3 2.5
33 0+6600 8.7 8.3 2.5
34 0+6800 8.7 8.3 2.5
35 0+7000 8.7 8.3 2.5
Rata-rata 8.1 8.0 2.1
Lampiran 2.2 Tabel data pengukuran dimensi saluran P10
Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 4.92 4.92 1.02
2 0+400 4.5 4.5 1.27
3 0+600 4.8 4.8 1.52
4 0+800 4.95 4.7 0.99
5 0+1000 4.3 4.3 1.23
6 0+1200 4.25 4.25 1.63
7 0+1400 4.5 4.3 1.61
8 0+1600 4.55 4.55 1.25
9 0+1800 4.6 4.6 1.26
10 0+2000 4.41 4.41 1.29
11 0+2200 4.26 4.07 1.06
12 0+2400 4.48 4.2 1.6
13 0+2600 3.75 3.75 1.57
14 0+2800 4.58 4.5 1.65
15 0+3000 4.4 4.4 1.93
16 0+3200 4.3 4.3 1.45
17 0+3400 4.8 4.8 1.13
18 0+3600 4.1 3.98 1.61
19 0+3776 5.76 5.76 1.46
Rata-rata 4.5374 4.4784 1.4
Lampiran 2.3 Tabel data pengukuran dimensi saluran P11
Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+200 7.4 7.4 2.5
2 0+400 7.8 7.8 1.67
3 0+600 7.9 7.9 2.07
4 0+800 7.8 7.8 1.67
5 0+1000 7.7 7.7 2.07
6 0+1200 7.5 7.5 1.64
7 0+1400 7.5 7.5 2.17
8 0+1600
9 0+1800
10 0+2000
11 0+2200
12 0+2400
13 0+2600
14 0+2800
15 0+3000
16 0+3200 6.6 6.6 2.33
Rata-rata 7.5 7.5 2.0
Lampiran 2.4 Tabel data pengukuran dimensi saluran P12
Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+500 6.56 6.56 1.41
2 0+1000
3 0+1500
4 0+2000
5 0+2500
6 0+3000
7 0+3500
8 0+4000 8.05 8.05 2.06
9 0+4500 8.1 8.1 2.5
10 0+5000 6.8 6.8 1.5
11 0+5500 7.9 7.9 2.6
12 0+6000 8.4 8.4 2.1
13 0+6500 9.36 9.36 2.3
14 0+7000 5.4 5.4 2.43
15 0+7500 6.4 6.4 2.2
16 0+8000 5.03 5.03 2.1
17 0+8500
18 0+9000
19 0+9500
20 0+10000
21 0+10500
22 0+11000 8.1 8.1 3.2
23 0+11500 8.6 8.6 3.15
Rata-rata 7.4 7.4 2.3
Lampiran 2.5 Tabel data pengukuran dimensi saluran P13
Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+500 5.3 5.3 2.5
2 0+1000 6.35 6.35 2.3
3 0+1500 4.7 4.7 2.1
4 0+1093 4.9 4.9 1.9
RATA-RATA 5.3 5.3 2.2
Dimensi
No Sta
lebar atas lebar bawah h
1 0+500 2 1.6 1.1
2 0+1000 2 1.6 1.2
3 0+1500 2.3 1.9 1.3
4 0+2000 4.23 4.23 2
5 0+2088 4.02 4.02 2
Rata-ratra 2.9 2.7 1.2