Anda di halaman 1dari 32

TUGAS BESAR

MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR

PENGENDALIAN BANJIR DENGAN SISTEM KOLAM RETENSI

Dosen Pengampu :

DONI ROMDHONI WITARSA, ST.,MT.

Disusun Oleh :
AGUNG RIZKIA 2112171021
BIMO SATRIA PUTRA 2112161210
RAMDAN PURNAMA 2112171004

UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BANDUNG
2019
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN


LAPORAN TUGAS BESAR

Laporan ini di susun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas besar

Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Air

Judul Laporan : Pengendalian Banjir Dengan Sistem Kolam Retensi

Disusun Oleh : Ramdan Purnama NPM : 2112171004


Agung Rizkia NPM : 2112171021
Bimo Satria Putra NPM : 2112161210

Program Studi : Teknik Sipil (S1)

Bandung, 18 Desember 2019

Menyetujui,
Dosen

Doni Romdhoni, ST.,MT


Mengetahui.
Ketua Program Studi Teknik Sipil

Chandra Afriade Siregar, ST., MT.


NIK. 432.200.167
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T, karena atas berkat rahmat
dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Besar. Penulisan
Laporan Tugas Besar ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk lulus mata kuliah Manajemen Sumber Daya Air pada Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sangga Buana YPKP. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan laporan praktikum ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan Laporan Tugas Besar ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:

(1) Allah SWT yang telah memberikan kami kekuatan dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Laporan Praktikum ini.
(2) Jungjunan Nabi Muhammad SAW, serta para sahabat-sahabat dan tabi’in.
(3) Dr. Ir. H. Baktiar Abu Bakar, M.T selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Sangga Buana YPKP Bandung.
(4) Dody Kusmana, ST. MT selaku Dosen Wali
(5) Chandra Afriade Siregar, ST.,MT, selaku ketua program studi teknik sipil
Universitas Sangga Buana YPKP Bandung.
(6) Doni Romdhoni, ST.,MT selaku dosen pengajar mata kuliah Manajemen
Sumber Daya Air
(7) Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis berharap Allah S.W.T., membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga Laporan Praktikum ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Bandung, 18 Desember 2019


Penulis

i
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
Daftar Gambar ..........................................................................................................................iii
Daftar Tabel ..............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 3
2.1 Metode Penanganan Banjir ....................................................................................... 3
2.2 Paradigma Pengendalian Banjir ................................................................................ 5
2.3 Hidrograf Banjir Dengan Kolam Retensi.................................................................. 5
2.4 Sustainable Urban Drainage System (SUDS) ........................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................... 9
3.1 Kolam Retennsi ......................................................................................................... 9
3.2 Fungsi Kolam Retensi ............................................................................................. 10
3.3 Manfaat Kolam retensi ............................................................................................ 10
3.3 Jenis Kolam Retensi ................................................................................................ 11
3.4 Analisis Perencanaa Hidrologi ................................................................................ 15
3.5 Kolam Retensi Menjadi Solusi Yang Pas untuk Pengendalian Banjir .................... 23
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 24
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 24
4.2 Saran ....................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 25
LAMPIRAN............................................................................................................................ 26

ii
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

Daftar Gambar

Gambar 1. Hidrograf Debit Banjir Rancangan Tukad Sowan Perancak Akibat


Rencana Kolam Retensi 5

Gambar 2. Hidrograf Debit Banjir Kali Kemuning Akibat Rencana Kolam


Retensi 6

Gambar 3. Hidrograf Debit Banjir DAS Kemuning Akibat Rencana Kolam Retensi 6

Gambar 4. Perbandingan penggunaan SUDS dan non-SUDS 8

Gambar 5. Kolam Retensi; Salah Satu Contoh Implementasi SUDS 8

Gambar 6. Kolam Retensi yang berada di samping badan sungai. 12

Gambar 7. Kolam Retensi yang berada di dalam badan sungai. 13

Gambar 8. Kolam Retensi tipe storage memanjang 14

iii
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

Daftar Tabel

Tabel 1. penentuan kala ulang kolam retensi 15

Tabel 2. Data harian curah hujan maksimum 18

Tabel 3. Kala ulang berdasarkan tipologi kota dan luas daerah pengaliran 19

Tabel 4. Data fungsi kala ulang (Yt) 20

Tabel 5. Data nilai Yn dan Sn yang bergantung pada n 21

Tabel 6. Koefisien Pengaliran 22

iv
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan banjir dan drainase selalu mewarnai permasalahan yang terjadi


di area perkotaan karena seringkali banjir dan drainase mencuat ke permukaan setelah
perkembangan perkotaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tata guna lahan.
Lahan yang semula memiliki daya resapan air besar karena masih dalam kondisi alami
menjadi lahan masive yang berdaya resap air relatif sangat kecil setelah banyak
pembangunan. Paradigma baru dalam pengendalian banjir adalah melakukan suatu
upaya untuk menahan air selama mungkin di suatu tempat tanpa menyebabkan
gangguan. Hal ini bukan saja sebagai upaya mengendalikan datangnya banjir tetapi
juga sebagai upaya konservasi. Kolam Retensi ternyata menjadi jawaban bagi
kebutuhan tersebut. Dari hasil beberapa penelitian dapat dilihat dari analisa hidrograf
bahwa pemakaian Kolam Retensi ternyata dapat mengendalikan besarnya debit puncak
dengan menekan atau memotong puncak banjir yang seharusnya terjadi. Konsep dasar
dari kolam retensi adalah menampung volume air ketika debit maksimum di sungai
datang, kemudian secara perlahan-lahan mengalirkannya ketika debit di sungai sudah
kembali normal. Secara spesifik kolam retensi akan memangkas besarnya puncak
banjir yang ada di sungai, sehingga potensi over topping yang mengakibatkan
kegagalan tanggul dan luapan sungai tereduksi.

1
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu kolam Retensi?

2. Apa manfaat kolam retensi ?

3. Apa jenis kolam retensi ?

4. Apa saja analisis pelaksanaan hidrologi ?

5. Mengapa kolam retensi menjadi solusi yang pas bagi pengendalian banjir

dan rob?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui manfaat kolam retensi.

2. Mengetahui jenis kolam retensi.

3. Mengetahui analisis pelaksanaan hidrologi.

4. Mengetahui alasan kolam retensi menjadi solusi yang pas.

2
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Metode Penanganan Banjir

Metode penanganan banjir yang umum dilakukan adalah sebagai berikut:

A. Kanal Banjir
Kanal atau saluran dibangun khusus untuk mengalirkan air hujan agar tidak terjadi
banjir. Dimensi kanal disesuaikan dengan debit rencana yang telah dihitung berdasar
kala ulang tertentu yang menjadi dasar perencanaan.

B. Perbaikan dan Pemeliharaan Saluran/sungai


Perbaikan saluran/ sungai meliputi normalisasi dan rehabilitasi saluran. Normalisasi
saluran dilakukan apabila dimensi saluran tidak seragam dan terjadi penyempitan di
beberapa ruas tengah yang mengakibatkan pengurangan kapasitas dan menghambat
laju aliran. Rehabilitasi diperlukan untuk mengembalikan fungsi saluran sebagaimana
mestinya yaitu dengan memperbaiki tebing/ talud saluran yang rusak misalnya.
Pemeliharaan saluran memegang peranan penting dalam penanganan banjir.
Dangkalnya saluran akibat sedimentasi menyebabkan berkurangnya kapasitas saluran
yang pada akhirnya berakibat banjir. Untuk itu perlu pengerukan rutin untuk menjaga
kemampuan saluran dalam menghantarkan aliran air sampai ke muara.

C. Tanggul dan Pintu pengatur


Tanggul sering kali di bangun di sepanjang sungai/ saluran untuk meningkatkan
kapasitas saluran dan diharapkan dapat menampung lebih banyak debit banjir sehingga
tidak terjadi over-topping aliran. Pintu-pintu pengatur seringkali dipakai sebagai upaya
pengendalian aliran sehingga tidak terjadi banjir. Di kota-kota pantai seringkali
dibangun tanggul-tanggul laut yang dilengkapi dengan pintu-pintu pengatur untuk
mencegah masuknya air laut ketika terjadi pasang naik.

3
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

D. Polder dan Pompa


Topografi suatu daerah tidaklah sama satu terhadap yang lainnya. Untuk daerah
dengan topografi yang relatif datar perlu klengkapan berupa pompa sebagai upaya
mendorong dan mempercepat aliran pada sistem drainase. Daerah atau kota yang
terletak di muara umumnya dilengkapi dengan polder, yaitu suatu lahan yang
dikelilingi oleh tanggul yang disediakan untuk menampung air yang akan dibuang ke
muara atau laut sehubungan dengan adanya pasang surut air laut. Polder umumnya
dilengkapi dengan pintu dan pompa. Air yang ada dibuang melalui bukaan pintu dikala
pasang rendah dan di pompa keluar apabila terjadi pasang naik.

E. Tampungan/ Reservoir
Tampungan atau reservoir dibangun untuk menampung kelebihan aliran dalam
jumlah besar dengan berbagai tujuan. Salah satunya adalah sebagai pengendali banjir.
Air yang tertampung ini kemudian dapat dimanfaatkan sebagai suplai air bersih, irigasi,
perikanan dan lain sebagainya. Tampungan di bangun di hulu aliran daerah yang
terkena banjir untuk mencegah kelebihan air memasuki area tersebut. Tampungan yang
khusus dibangun untuk mengantisipasi banjir disebut 'Situ' dan dibangun dengan
timbunan/ urugan tanah disekelilingnya sebagai tanggul.

F. Kolam Retensi dan Kolam Detensi


Kolam retensi dibangun untuk mengatur kelebihan aliran permukaan sehingga dapat
terhindar dari bahaya banjir. Kolam retensi dibuat bukan hanya sebagai upaya
pengendalian banjir tetapi juga sebagai upaya konservasi atau pelestarian air.
Sebagaimana kolam retensi, kolam detensi juga dibangun untuk mencegah terjadinya
banjir. Pada kolam detensi air ditampung sementara waktu kemudian dialirkan kembali
ke hilir badan air ketika puncak banjir telah lewat. Apabila retention basin selalu terisi
air sehingga menyerupai danau maka detention basin lebih menyerupai danau kering
karena hanya akan terisi air ketika air berlebih.

4
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

2.2 Paradigma Pengendalian Banjir

Paradigma baru dalam pengendalian banjir adalah mengendalikan kelebihan air


permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air baku dan kehidupan aquatik
dengan meresapkan air permukaan sebanyak-banyaknya ke dalam tanah
(mempertimbangkan konservasi air dan lingkungan). Sebagai upaya
mengintepretasikan paradigma tersebut perlu diketahui isu strategis dalam pola
penanganan banjir yaitu:
1. Ketegasan fungsi drainase, yaitu berfungsi mengalirkan air hujan saja atau dengan
mengalirkan air limbah permukiman (grey water)
2. Pengaturan fungsi lahan basah.
3. Pengendalian debit puncak
4. Penanganan sistem drainase secara terpadu.
5. Kelembagaan dan kelengkapan peraturan

2.3 Hidrograf Banjir Dengan Kolam Retensi

Berikut disajikan beberapa contoh hidrograf banjir yang menunjukkan efektifitas


pemakaian kolam retensi sebagai pengendali banjir.

Gambar 1. Hidrograf Debit Banjir Rancangan Tukad Sowan Perancak Akibat Rencana
Kolam Retensi

5
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

Gambar 2. Hidrograf Debit Banjir Kali Kemuning Akibat Rencana Kolam Retensi

Gambar 3. Hidrograf Debit Banjir DAS Kemuning Akibat Rencana Kolam Retensi

6
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

2.4 Sustainable Urban Drainage System (SUDS)

Pertumbuhan jumlah penduduk di suatu daerah meningkatkan resiko banjir setelah


hujan deras. Hal ini disebabkan oleh perubahan tata guna lahan yang telah banyak
mengubah permukaan permeabel menjadi permukaan yang impermeabel. Limpasan
permukaan menjadi lebih besar dan semakin sedikit yang mampu mengisi ruang di
dalam tanah. Berikut adalah perbandingan kondisi lahan yang permeabel dan
impermeabel dalam penyerapan air hujan. Sebuah riset oleh departemen lingkungan di
Amerika Serikat memberikan hasil penelitiannya bahwa perubahan tata guna lahan dari
lahan alami menjadi areal infrastruktur meningkatkan limpasan sebanyak 11 kali lipat
dari sebelumnya dan mengurangi kemampuan penyerapan sampai dengan 70%.
Sejalan dengan pola pengendalian banjir yang baru, muncullah apa yang disebut
sebagai Sustainable Urban Drainage System (SUDS) yaitu suatu pola drainase
pemukiman atau perkotaan yang berbasis lingkungan. Pada SUDS diupayakan suatu
langkah untuk meningkatkan kualitas air buangan sebelum dilepaskan kembali ke alam
dan memperbesar kemampuan resapan permukaan tanpa memberikan dampak negatif
terhadap air tanah yang mana adalah cadangan air bersih yang perlu dilestarikan.
System SUDS bertujuan untuk meminimalkan atau bahkan menghilangkan kelebihan
debit agar dapat meminimalisasi dampak sehingga dapat mengurangi bahkan
menghilangkan permasalahan. SuDS juga dapat melindungi dan meningkatkan kualitas
air tanah.

SUDS mengimplementasikan teknik sebagai berikut:


1. kontrol pada sumber limpasan/ air buangan

2. permukaan permeable

3. kolam retensi

4. penanaman vegetasi

7
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

Gambar 4. Perbandingan penggunaan SUDS dan non-SUDS

Paradigma dalam SUDS adalah mudah dalam hal pengaturan dan pemakaian dan
ramah lingkungan serta memenuhi kriteria estetika. Contoh dari paradigma ini adalah
wetlands suatu lahan yang dapat menyimpan dan menyaring air kotor serta
menyediakan lingkungan sebagai habitat bagi beberapa jenis binatang dan tumbuhan.
Contoh SUDS dalam drainase perkotaan adalah kolam retensi yang dilengkapi dengan
taman yang dapat dibuat dalam skala kecil di lokasi-lokasi pemukiman dan perkantoran
padat. Contoh sederhana dalam implementasi SUDS dapat dilihat pada contoh berikut:

Gambar 5. Kolam Retensi; Salah Satu Contoh Implementasi SUDS

8
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kolam Retennsi

Kolam retensi adalah kolam yang dibuat untuk menggantikan fungsi lahan
resapan yang sudah tidak bisa lagi menjalankan fungsinya dengan maksimal
dikarenakan banyak hal. Misalnya saja lahan resepan yang tertutup, lahan resapan yang
berubah fungsi menjadi kawasan perumahan dan perkantoran serta beberapa penyebab
lainnya.

Kolam buatan ini selanjutnya akan menampung air hujan secara langsung dan
juga menampung aliran air dari sistem drainase untuk kemudian diresapkan ke dalam
tanah. Karena berfungsi sebagai resapan buatan, maka kolam retensi dibuat pada
bagian yang paling rendah dari lahan. Sedangkan luas dan kedalaman kolam
bergantung pada luas lahan yang beralih fungsi menjadi kawasan perkantoran atau
pemukiman.

Kolam retensi juga berfungsi menjernihkan air sebelum disalurkan ke sebuah


waduk. Proses penjernihan air dalam kolam ini lebih murah dan lebih mudah jika
dibandingkan dengan penjernihan air dalam waduk karena ukurannya yang lebih kecil.
Dengan perencanaan yang baik, kolam ini bisa menjadi tempat yang efektif untuk
menampung air hujan sementara waktu dan juga untuk distribusi air.

9
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

3.2 Fungsi Kolam Retensi

Fungsi dari kolam retensi adalah untuk menggantikan peran lahan resapan yang
dijadikan lahan tertutup/perumahan/perkantoran maka fungsi resapan dapat digantikan
dengan kolam retensi. Fungsi kolam ini adalah menampung air hujan langsung dan
aliran dari sistem untuk diresapkan ke dalam tanah. Sehingga kolam retensi ini perlu
ditempatkan pada bagian yang terendah dari lahan. Jumlah, volume, luas dan
kedalaman kolam ini sangat tergantung dari berapa lahan yang dialihfungsikan menjadi
kawasan permukiman.

Fungsi lain dari kolam retensi adalah sebagai pengendali banjir dan penyalur
air; Pengolahan limbah, kolam retensi dibangun untuk menampung dan mentreatment
limbah sebelum dibuang; dan pendukung waduk/bendungan, kolam retensi dibangun
untuk mempermudah pemeliharaan dan penjernihan air waduk. karena jauh lebih
mudah dan murah menjernihkan air di kolam retensi yang kecil sebelum dialirkan ke
waduk dibanding dengan menguras/menjernihkan air waduk itu sendiri.

3.3 Manfaat Kolam retensi


Manfaat lain yang bisa diperoleh dari Kolam Retensi adalah:

a) Sebagai sarana pariwisata air;


b) Sebagai konservasi air, karena mampu meningkatkan cadangan air tanah
setempat;

10
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

3.3 Jenis Kolam Retensi

Jenis kolam retensi yang dapat diterapkan, yaitu:

A. Kolam Retensi yang berada di samping badan sungai.

Prinsip yang dipakai dalam pembangunannya harus tersedia lahan yang cukup
karena secara parsial berada di luar alur sungai. Syarat yang lain adalah tidak
mengganggu sistem aliran sungai yang ada. Kriteria Perencanaan Konstruksi yang
dapat dibuat adalah:

1) Tanggul atau dinding pemisah antara sungai dan kolam retensi juga harus
dibuat sekuat mungkin, karena akan mendapatkan tekanan yang kuat ketika muka
air maksimum terjadi. Kegagalan/keruntuhan tanggul akan membuat sistem
operasi kolam retensi menjadi gagal.

2) Disusulkan untuk membuat ambang yang melintang sungai diantara pintu


inlet dan outlet. Tujuannya adalah mengarahkan air, ketika debit banjir datang dari
hulu ke pintu inlet dan mengarahkan air ketika debit banjir rob dari hilir datang ke
pintu outlet.

3) Untuk kejadian banjir dari hulu, pola operasi adalah dengan pintu inlet
dibuka dan pintu outlet ditutup. Ketika tampungan kolam retensi sudah optimum,
maka pintu inlet ditutup. Bila debit yang ada di sungai sudah normal, maka pintu
outlet dibuka secara bertahap untuk mengalirkan air dari kolam retensi sedikit
demi sedikit ke sungai.

4) Sedangkan untuk penanganan Rob, pola operasinya adalah ketika air rob
datang pintu outlet dibuka dan pintu inlet ditutup. Ketika tampungan kolam retensi
sudah optimum, pintu outlet ditutup. Bila debit yang ada di sungai sudah normal,
maka pintu outlet dibuka secara bertahap untuk mengalirkan air dari kolam retensi
sedikit demi sedikit ke sungai.

11
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

5) Dapat dilengkapi dengan pelimpah samping untuk faktor keamanan kolam


retensi dan saringan sampah/trash rack.

6) Untuk mempertahankan usia guna, perlu dilakukan pemeliharaan. Secara


sederhana dapat dilakukan pengerukan kolam dengan rutin untuk
mempertahankan volume optimal kolam.

Gambar 6. Kolam Retensi yang berada di samping badan sungai.

B. Kolam Retensi yang berada di dalam badan sungai.


Karena berada di dalam badan sungai sehingga konsepnya menjadi mirip dengan
waduk. Penggunaan tipe ini bisa dilakukan jika terkendala dengan lahan, karena
memanfaatkanbadan sungai itu sendiri. Kriteria Perencanaan Konstruksi yang
dapat dibuat adalah:

1) Konstruksi pelimpah mutlak diperlukan untuk menjaga keamanan konstruksi


karena kolam retensi berada di badan sungai dimana semua konstruksinya akan
menerima gaya yang berat ketika debit banjir datang. Dianjurkan untuk memakai
tipe pelimpah overflow yang dapat menghemat konstruksi (karena tidak perlu
membuatkan saluran pelimpah samping jika memakai pelimpah samping).

2) Jika konstruksinya seperti ilustrasi di gambar 1.2, maka konstruksi pintu outlet
dan pilarnya harus benar-benar kuat.

12
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

3) Dapat dibuatkan kolam penangkap sedimen di hulu pintu inlet sekaligus


memasang trash rack di pintu inlet.

4) Pola operasi pintu inlet dan outlet ketika banjir dari hulu dan rob dari hilir
datang sama dengan kolam retensi tipe pertama.

5) Pola pemeliharaan secara garis besar sama dengan kolam retensi jenis yang
pertama.

Gambar 7. Kolam Retensi yang berada di dalam badan sungai.

13
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

C. Kolam Retensi Tipe Storage Memanjang.


Kelengkapan sistem dari kolam retensi tipe ini adalah saluran yang lebar dan
dalam serta cek dam atau bendung setempat. Tipe ini digunakan apabila lahan tidak
tersedia sehingga harus mengoptimalkan saluran drainase yang ada. Kelemahan dari
tipe ini adalah kapasitasnya terbatas, menunggu aliran air yang ada dan
pelaksanaannya lebih sulit.
Ukuran ideal suatu kolam retensi adalah dengan perbandingan panjang/lebar
lebih besar dari 2:1. Sedang dua kutub aliran masuk (inlet) dan keluar (outlet)
terletak kira-kira di ujung kolam berbentuk bulat telor itulah terdapat kedua ”mulut”
masuk dan keluarnya (aliran) air. Keuntungan yang diperoleh adalah bahwa dengan
bentuk kolam yang memanjang semacam itu, ternyata sedimen relatif lebih cepat
mengendap dan interaksi antar kehidupan (proses aktivitas biologis) di dalamnya
juga menjadi lebih aktif karena terbentuknya air yang ’terus bergerak, namun tetap
dalam kondisi tenang, pada saatnya tanaman dapat pula menstabilkan dinding kolam
dan mendapat makanan (nutrient) yang larut dalam air

Gambar 8. Kolam Retensi tipe storage memanjang

14
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

3.4 Analisis Perencanaan Hidrologi

Perencanaan hidrologi yang mendasari perencanaan konstruksi dalam pembuatan


kolam retensi perlu serius diperhatikan karena akan banyak mempengaruhi
keberhasilan dan kegagalan konstruksi. Beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan dalam analisis hidrologi perencanaan kolam retensi ini adalah:

A. Penentuan Kala Ulang.


Penentuan kala ulang harus memperhitungkan aspek teknis, ekonomi, dan sosial.

1) Secara teknis kala ulang harus dihitung dengan benar dan sesuai metodologi
ilmiah yang ada.

2) Secara ekonomi, penentuan kala ulang harus mempertimbangkan biaya


konstruksi sebagai efek besarnya kala ulang yang ditetapkan. Diusahakan
semaksimal mungkin Benefit Cost Ratio (BCR) yang dihasilkan seimbang. Cost
yang diperhitungkan dapat memasukkan faktor resiko secara ekonomi daerah yang
dilindungi sebagai komponen penyusunnya.

3) Secara sosial penentuan kala ulang harus mempertimbangkan kegiatan/struktur


sosial masyarakat yang ada di sekitarnya/dilindungi.

Berikut adalah contoh penentuan kala ulang kolam retensi yang didasarkan pada
tipologi kota dan luas DAS:

Luas DAS (ha)


No. Tipologi Kota <10 10-100 100-500 >500
1. Kota Metropolitan 2 th 2-5 th 5-10 th 10-25 th
2. Kota Besar 2 th 2-5 th 2-5 th 5-20 th
3. Kota Sedang/Kecil 2 th 2-5 th 2-5 th 5-10 th

Tabel 1. penentuan kala ulang kolam retensi

15
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

B. Penentuan Hujan Rencana.


Penentuan hujan rencana harus memperitmbangkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Lama data pengamatan hujan paling tidak 10 tahun terakhir, sehingga bisa
dikerjakan dengan analisis frekuensi baik Metode Gumbel atau Log Pearson Tipe
III. Akan tetapi jika mempunyai lama data pengamatan yang lebih banyak, maka
lebih baik. Dapat sampai dengan 30 tahun sehingga bisa terdistribusi secara
normal.

2) Dilakukan uji konsistensi data hujan untuk melihat ada tidaknya


penyimpangan data hujan. Dapat menggunakan kurva massa ganda atau yang lain
yang sesuai.

C. Penentuan Debit Banjir Rencana.

Penentuan debit banjir rencana harus mempertimbangkan beberapa hal sebagai


berikut:

1) Penentuan debit banjir rancangan akan lebih baik dan efektif menggunakan
Analisis Frekwensi, dengan syarat tersedia debit puncak banjir tiap tahunnya.

2) Jika data debit puncak banjir tiap tahunnya tidak ada maka dapat
menggunakan metode hujan limpasan (Rainfall-Runoff) atau metode empiris yang
lain.

3) Disarankan untuk dilakukan juga penelusuran banjir melalui sungai untuk


mengetahui reduksi puncak banjir yang dihasilkan dari pembangunan kolam
retensi

16
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

Perencanaan pembangunan kolam retensi membutuhkan data dari aspek-aspek


seperti curah hujan, intensitas hujan, debit banjir, koefisien pengaliran, dll.
dibutuhkan dalam pembuatan kolam retensi. Selain data hidrologi, diperlukan juga
data dari aspek hidrolik (kecepatan maksimum aliran dan bentuk penampang
saluran), aspek struktur (jenis dan mutu bahan; kekuatan dan kestabilan bangunan),
aspek biaya dan pemeliharaan.

Aspek pertama yang mempengaruhi dalam perencanaan pembangunan kolam


retensi adalah data curah hujan. Namun stasiun hujan kadang tidak mempunyai data
yang lengkap hal ini dapat diatasi dengan pelengkapan data curah hujan. Maksudnya
adalah data curah hujan harian maksimum dalam setahun yang dinyatakan dalam
mm/ hari, untuk stasion curah hujan yang terdekat dengan lokasi sistem drainase,
jumlah data curah hujan paling sedikit dalam jangka waktu 10 tahun berturut-
berturut.

Jika ditemui data yang kurang, perlu dilengkapi dengan melakukan pengisian
data terhadap stasion yang tidak lengkap atau kosong, dengan beberapa metode
antara lain:

• Bila perbedaan hujan tahunan normal di stasion yang mau dilengkapi tidak lebih
dari 10 %, untuk mengisi kekurangan data dapat mengisinya dengan harga rata-rata
hujan dari stasion-stasion disekitarnya.

• Bila perbedaan hujan tahunan lebih dari 10 %, melengkapi data dengan metode
Rasio Normal, yakni dengan membandingkan data hujan tahunan stasion yang
kurang datanya terhadap stasion disekitarnya dengan cara sebagai berikut :

Dimana: r = curah hujan yang dicari (mm)

17
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

N = jumlah stasiun hujan

R = curah hujan rata-rata setahun di tempat pengamat R yang


datanya akan dilengkapi

rA, rB, rC = curah hujan di tempat pengamatan A, B dan C

RA, RB, RC = curahn hujan rata-rata setahun di stasiun A, B dan C

Sebagai contoh, berikut adalah tabel data curah hujan harian maksimum selama 20
tahun (1992 s/d 2011) yang diperoleh di Stasion A (St. A). Diasumsikan Stasion A
sebagai stasion curah hujan yang terdekat dengan lokasi perencanaan sistem drainase.

Tabel 2. Data harian curah hujan maksimum

Tahun CHHmax (mm/hari) Tahun CHHmax (mm/hari)

1992 152 2002 71

1993 80 2003 112

1994 92 2004 150

1995 130 2005 129

1996 70 2006 67

1997 26 2007 92

1998 92 2008 58

1999 79 2009 90

2000 79 2010 74

2001 23 2011 87

18
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

Berikutnya adalah menentukan kala ulang. Karakteristik hujan menunjukkan


bahwa hujan yang besar tertentu mempunyai kala ulang tertentu, kala ulang rencana
untuk saluran mengikuti standar yang berlaku seperti tabel berikut :

Tabel 3. Kala ulang berdasarkan tipologi kota dan luas daerah pengaliran

Tipologi Cathment Area (Ha)

Kota <10 10-100 100-500 >500

Kota 2 Tahun 2-5 Tahun 5-10 Tahun 10-25 Tahun


Metropolitan

Kota Besar 2 Tahun 2-5 Tahun 2-5 Tahun 5-20 tahun

Kota 2 Tahun 2-5 Tahun 2-5 Tahun 5-10 tahun


Sedang/Kecil

Langkah berikutnya adalah menentukan hujan rencana. Terdapat dua metode untuk
menganalisis hujan rencana ini, metode Gumbel dan metode Log Pearson type III.
Namun yang akan dibahas di sini adalah Metode Gumbel, sebagai berikut:

1. Menentukan harga tengah (R):

2. Menentukan harga standar deviasi (Sx):

19
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

3. Menentukan faktor frekuensi (K):

4. Menentukan curah hujan rencana dengan waktu ulang yang dipilih:

5. Menentukan data fungsi kala ulang (Yt)

Tabel 4. Data fungsi kala ulang (Yt)

20
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

6. Menentukan nilai Yn dan Sn yang bergantung pada n

Tabel 5. Data nilai Yn dan Sn yang bergantung pada n

21
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

Langkah selanjutnya adalah analisis debit banjir dengan Metode Rasional. Rumus
metode rasional:

Dimana: Qt = Debit banjir (m3/detik)

C = koefisien pengaliran

I = Intensitas Hujan (mm/jam)

A = Luas daerah aliran (km2)

Metode ini mempunyai beberapa kekurangan, yaitu: daya tampung penangkapan hujan
tidak diperhitungkan, hujan diperkirakan merata di seluruh daerah tangkap hujan,
Hidrograph dari aliran tidak bisa digambarkan.

Tabel 6. Koefisien Pengaliran

Langkah yang terakhir adalah analisis dimensi saluran. Analisis ini meliputi Penampang
basah yang paling ekonomis untuk menampung debit maksimum (Ae), Penampang
basah berdasarkan debit air (Q) dan kecepatan (V), Kemiringan talud, tinggi jagaan (F)
dan Kemiringan tanah.

22
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

3.5 Kolam Retensi Menjadi Solusi Yang Pas untuk Pengendalian Banjir

Banjir dan Rob adalah 2 (dua) kejadian yang akrab dengan penduduk di sekitar
pesisir Pulau Jawa khususnya di Daerah Semarang dan Pekalongan. Banjir yang
terjadi di musim penghujan, disebabkan karena limpasan air tidak dapat
tertampung dengan cukup pada badan air seperti sungai, saluran drainase maupun
prasarana sumber daya air lainnya, dimana laju airnya berasal dari hulu ke hilir.
Sedangkan Rob jamak terjadi di musim kemarau karena limpasan air laut yang
masuk ke daratan, dimana laju airnya dari hilir ke hulu.

2 (dua) hal yang bertolak belakang ini kemudian menjadi crash dalam hal
konstruksi penanganannya. Kenapa? Karena penanganan banjir secara civil
works mengisyaratkan pembuatan saluran drainase ke hilir semakin besar
dimensinya. Sedangkan Rob yang berjalan dari hilir ke hulu akan mengikuti
saluran drainase yang sama tetapi semakin ke hulu semakin menyempit. Untuk
bisa mengakomodasi kedua permasalahan ini diperlukan suatu konstruksi badan
air yang di satu sisi bisa menampung ketika air dari hulu datang (Banjir) dan
sekaligus bisa menampung air ketika air dari hilir datang (Rob).

23
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa terhadap beberapa hidrograf banjir yang ditampilkan di atas, maka
terlihat bahwa pembuatan atau pengembangan Kolam Retensi dapat menjadi
alternative pengendali banjir yag efektif.

Data curah hujan yang lengkap dan akurat sangat menentukan dalam pembuatan kolam
retensi. Karena akan menentukan dalam ketepatan model kolam, volume kolam yang
optimal, titik air tertinggi dan terendah dari kolam dan debit air maksimal. Pembuatan
kolam retensi tanpa penghitungan data hidrologis yang akurat akan menimbulkan
inefisiensi pada penggunaannya.

4.2 Saran

Untuk kota-kota besar yang sering mengalami banjir, sebaiknya dibangun Kolam
Retensi untuk menanggulanginya, meskipun memerlukan lahan yang cukup luas untuk
membuat kolam retensi, tapi keberadaan kolam retensi akan sangat bermanfaat bagi
kehidupan selain sebagai fungsi utamanya yaitu menanggulangi banjir dan rob.

24
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. 2010. Tata Cara
Pembuatan Kolam Retensi Dan Polder Dengan Saluran-Saluran Utama. Direktorat
Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Loebis,J. 2008. Banjir Rencana Untuk Bangunan Air. Yayasan Badan Penerbit
Pekerjaan Umum. Jakarta.

E Harmani, M Soemantoro - Jurnal Teknik Sipil Unitomo, 2017 -


ejournal.unitomo.ac.id

https://strong-indonesia/artiker/kolam-retensi

25
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN
J l. P HH. M u sto fa No . 6 8 B and u n g 4 0 1 2 4

LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai