Anda di halaman 1dari 36

TUGAS BESAR IRIGASI

“JARINGAN IRIGASI DAN SALURAN IRIGASI”

Dosen Pengampu :
Ikhwanudin, S.T, M.T

Disusun Oleh :
1. Dedy Dwiyana Syaffafudin ( 20640056 )
2. Hanif Nabil Muajid ( 20640048 )

Teknik Sipil 3B

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami saya dapat menyelesaikan
“TUGAS BESAR IRIGASI” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
Dalam penyusunan tugas ini, banyak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan kepada saya. Oleh karena itu, saya banyak mengucapkan terima kasih
terhadap :
1. Bapak Dr. Muhdi, S.H.,M.Hum selaku rektor Universitas PGRI Semarang.
2. Bapak Ikhwanudin, S.T.,M.T selaku dosen pengampu mata kuliah Irigasi
Universitas PGRI Semarang.
3. Rekan – rekan semester III Teknik Sipil Universitas PGRI Semarang.
4. Semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu penulisan dalam pembuatan dan penyusun tugas ini.
Saya menyadari bahwa pembuatan dan penyusunan tugas ini masih terdapat
kekurangan dan belum sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran saya
harapkan untuk kesempurnaan tugas ini. Besar harapan saya agar tugas ini dapat
memberikan manfaat kepada saya dan yang lainnya.

Semarang, November 2021

Penulis

Penyusun
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas ini telah disetujui dan disahkan oleh Dosen pengampu mata kuliah
Irigasi sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) Semester III
Fakultas Teknik dan Informatika Universitas PGRI Semarang.
Nama : 1. Dedy Dwiyana Syaffafudin ( 20640056 )
2. Hanif Nabil Muajid ( 20640048 )
Kelas : Teknik Sipil – 3B
Tugas ke - : I ( Pertama ) – Jaringan Irigasi dan Saluran Irigasi

Semarang, November 2021

Dosen Pengampu,

Ikhwanudin, S.T,M.T
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................................3
DAFTAR ISI................................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................5
A. Latar belakang................................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................5
C. Maksud dan Tujuan.......................................................................................................................5
D. Manfaat...........................................................................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................................................................7
A. Sejarah Irigasi................................................................................................................................7
B. Pengertian Irigasi...........................................................................................................................7
C. Jenis – Jenis Irigasi.........................................................................................................................8
D. Klasifikasi Jaringan Irigasi............................................................................................................9
E. Bangunan Bagi dan Sadap...........................................................................................................14
F. Pengertian Daerah – Daerah Irigasi...........................................................................................15
BAB III ANALISA PERHITUNGAN.......................................................................................................17
A. Perencanaan Saluran Primer, Sekunder, dan Tersier...............................................................18
1. Saluran Primer.........................................................................................................................18
2. Saluran Sekunder.....................................................................................................................21
3. Saluran Tersier.........................................................................................................................24
B. Skema Saluran Primer, Sekunder, Tersier.................................................................................27
1. Saluran Primer.........................................................................................................................27
2. Saluran Sekunder.....................................................................................................................29
3. Saluran Tersier.........................................................................................................................31
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................34
A. Kesimpulan...................................................................................................................................34
B. Saran.............................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................35
LAMPIRAN...............................................................................................................................................36
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat
dilakukan manusia. Irigasi adalah semua atau segala kegiatan yang mempunyai
hubungan dengan usaha untuk mendapatkan air guna keperluan pertanian. Air
merupakan sumber utama kehidupan, memiliki peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, sehingga sumber dan keseimbangannya harus dijaga.
Irigasi sangatlah penting bagi kehidupan manusia, hampir semua kebutuhan dan
kegiatan manusia tergantung dengan air, salah satunya adalah untuk pengairan
lahan pertanian. Pada jaringan irigasi jika persediaan air melimpah karena tempat
yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan
mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian, namun ada juga yang masih
menggunakan sistem yaitu secara langsung dengan mengangkut air dari sumber
air ke areal persawahan atau penampungan.
Dengan adanya sistem irigasi dapat mempermudah dan mempercepat
dalam pengairan lahan pertanian, maka dapat memajukan pertanian yang ada di
daerah tersebut. Maka sangatlah penting bagi perancang / teknik sipil unuk dapat
berperan penting dalam pembangunan sistem irigasi dalam masyarakat. Maka
perlu perancangan sistem irigasi yang ideal dan terstruktur untuk menghasilkan
sitem irigasi yang baik. Maka perlu perhitungan yang matang dan tepat untuk
pembangunan sitem irigasi bagi masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Kriteria dan pembobotan penilaian kinerja dan saluran pada saluran
irigasi tersier.
2. Apa yang dimaksud dengan saluran ?
3. Bagaimana dengan klasifikasinya ?

C. Maksud Dan Tujuan


Tujuan pembuatan suatu bangunan irigasi adalah sebagai upaya manusia
untuk meningkatkan kualitas dan memenuhi kebutuhan untuk sehari-hari.
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi, Meningkatkan dan
memberdayakan masyarakat desa dalam pembangunan jaringan irigasi perdesaan.
Secara umum studi ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana cara
menghitung debit air yang di perlukan oleh suatu daerah yang membutuhkan air.
Untuk mencapai maksud tersebut maka tujuan studi ini adalah untuk mengetahui
sistematika perencanaan dalam memperhitungkan saluran primer, sekunder dan
tersier.

D. Manfaat
Manfaat dari sistem irigasi pada suatu daerah yaitu:
 Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah
hujannya kurang atau tidak menentu.

 Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi


sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun
musim penghujan.
 Untuk penggelontoran air , yaitu dengan mengunakan air irigasi,maka
kotoran / pencemaran / limbah / sampah yang terkandung di permukaan
tanah dapat digelontor ketempat yang telah disediakan (saluran drainase)
untuk diproses penjernihan secara teknis atau alamiah.

 Pada daerah dingin,dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi dari
pada tanah,sehingga dimungkinkan untuk mengadakan proses pertanian
pada musim tersebut
BAB II LANDASAN TEORI

A. Sejarah Irigasi
Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum
masehi.Hal ini dapat dibuktikan oleh peninggalan sejarah, baik sejarah nasional
maupun sejarah dunia.Keberadaan bangunan tersebut disebabkan oleh adanya
kenyataan bahwa sumber makanan nabati yang disediakan oleh alam sudah tidak
mencukupi kebutuhan manusia.Segi teknis dari persoalan pertanian ini
menimbulkan permasalahan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.
Air tunduk pada hukum gravitasi, sehingga air dapat mengalir melalui saluran –
saluran secara alamiah sampai yang paling sulit.
Untuk keperluan air irigasi, dengan cara yang paling sederhanapun telah
dapat dicapai hasil yang cukup memadai. Kemajuan ilmu dan teknologi senantiasa
memperluas batas – batas yang dapat dicapai dalam bidang keirigasian. Manusia
mengembangkan ilmu alam, ilmu fisika dan juga hidrolikayang meliputi statika
dan dinamika benda cair.Semua ini membuat pengetahuan tentang irigasi
bertambah lengkap.

B.
Irigasi: berasal dari istilah Irrigatie (Bahasa Belanda) atau Irrigation
(Bahasa Inggris) yang diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk
mendatangkan air dari sumbernya guna keperluan pertanian mengalirkan dan
membagikan air secara teratur, setelah digunakan dapat pula dibuang kembali
melalui saluran pembuang.
Maksud Irigasi: yaitu untuk memenuhi kebutuhan air (water supply)
untuk keperluan pertanian, meliputi pembasahan tanah, perabukan/pemupukan,
pengatur suhu tanah, menghindarkan gangguan hama dalam tanah, dsb.
Tanaman yang diberi air irigasi umumnya dibagi dalam 3 golongan yaitu:
 Padi: Irigasi di Indonesia umumnya digunakan pemberian air kepada
muka tanah dengan cara menggenang (flooding method)
 Tebu

 Palawija (jagung, kacang-kacangan, bawang, cabe, dan lain sebagainya)


Khusus tanaman padi, Cara penggenangan (flooding method) memberikan
keuntungan yaitu tidak terlalu banyak biaya yang dibutuhkan dan dapat mencegah
hama untuk bersarang dalam tanah dan diakar tanaman. Tetapi bila tanah
terendam terlalu lama akan menjadi kurang baik, sehingga perlu sewaktu-waktu
dikeringkan. Hal tersebut tergantung pada cara pengambilan air di sungai.

C.Tingkatan Jaringan Irigasi


Irigasi di persawahan dapat dibedakan menjadi Irigasi Pedesaan dan Irigasi
Pemerintah. Sistem Irigasi desa bersifat komunal dan tidak menerima bantuan dari
pemerintah pusat. Pembangunan dan pengelolaanya (seluruh jaringan irigasi)
dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat. Sistem Irigasi (SI) bantuan pemerintah
berdasarkan cara pengukuran aliran air, pengaturan, kelengkapan fasilitas,
jaringan irigasi di Indonesia dapat dibedakan kedalam 3 tingkatan dibagi kedalam
tiga kategori yaitu (1) irigasi teknis, (2) irigasi semi teknis, dan (3) irigasi
sederhana. Ketiga tingkatan jaringan tersebut diuraikan pada tabel 1.1 berikut.

Tabel Tingkatan Jaringan Irigasi


No Uraian Teknis Semi Teknis Sederhana
.
1. Bangunan Utama Bangunan Bangunan Bangunan
Permanen Permanen/Sem Sementara
i Permanen
2. Kemampuan Baik Sedang Jelek
Bangunan dalam
Mengukur dan
Mengatur Debit
3. Jaringan Saluran Saluran Irigasi Saluran Irigasi Saluran Irigasi
dan Pembuang dan Pembuang dan Pembuang
Terpisah Tidak Jadi Satu
Sepenuhnya
Terpisah
4. Petak Tersier Dikembangkan Belum Belum Ada
Sepenuhnya Dikembangkan Jaringan yang
Dikembangkan
5. Efisiensi Secara 50-60 % 40-50% <40%
Keseluruhan
6. Ukuran Tak Ada Sampai 2000 <500 Ha
Batasan Ha

Standardisasi Irigasi di Indonesia hanya meninjau Irigasi Teknis, karena


dinilai lebih maju dan cocok untuk dipraktekkan di sebagian besar pembangunan
Irigasi di Indonesia. Mengacu pada KP-01 (Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan
Irigasi), dalam suatu jaringan Irigasi terdapat empat unsur fungsional Jaringan
Irigasi, yaitu:
1. Bangunan-bangunan Utama (Headworks) dimana air dari sumbernya
(umumnya sungai atau waduk) dielakkan ke saluran.
2. Jaringan pembawa irigasi berupa saluran-saluran (primer,
sekunder,tersier,kwarter) yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak
tersier.
3. Petak-petak Tersier dengan sistem pembagian air dan sistem
pembuangan kolektif, air irigasi di bagi-bagi dan dialirkan ke sawah-
sawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu sistem
pembuangan di dalam petak tersier.
4. Sistem pembuang yang terdapat diluar daerah irigasi untuk
membuang kelebihan air irigasi ke sungai atau saluran-saluran
alamiah sekitar.

D. Klasifikasi Jaringan Irigasi


Klasifikasi jaringan irigasi jika ditinjau dari cara pengalirannya :
1. Saluran terbuka (open chanel) yaitu saluran yang dibuat terbuka, sehingga
air yang mengalir tanpa ditutup oleh apapun.
2. Jaringan pipa (pipe network) yaitu irigasi yang menggunakan jaringan pipa,
air mengalir di dalam pipa dan dialirkan ke tanaman.
Adapun klasifikasi jaringa irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara
pengukuran aliran air dan fasilitasnya, dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu :

1. Irigasi Teknis
Prinsip dari jaringan irigasi teknis adalah sebagai berikut:
- Jaringan Irigasi yang mendapatkan pasokan air terpisah dengan jaringan
pembuang/pematus
- Pemberian airnya dapat diukur, diatur dan terkontrol pada beberapa titik
tertentu - Dalam irigasi teknis, petak tersier menduduki fungsi sentral dalam
jaringan teknis
- Semua bangunan bersifat permanen Contoh: S.I. Jatiluhur S.I. Pemal. Comal
S.I. Rentang S.I. Sampean, dll.

2.Irigasi Semi Teknis


Prinsip dari jaringan irigasi semiteknis adalah sebagai berikut:
- Pengaliran kesawah dapat diatur tetapi banyaknya air tidak dapat diukur
- Pembagian air tidak dapat dilakukan secara seksama
- Memiliki sedikit bangunan permanen
- Hanya satu alat pengukuran aliran yang ditempatkan pada Bangunan
bending
- Sistem pemberian air dan sistem pembuangan air tidak mesti sama sekali
terpisah

3.Irigasi Sederhana
Prinsip dari jaringan irigasi sederhana adalah sebagai berikut:
- Biasanya menerima bantuan pemerintah untuk pembangunan dan atau
penyempurnaan, tetapi dikelola dan dioperasikan oleh aparat desa
- Memiliki bangunan semi permanen dan tidak mempunyai alat pengukur
dan pengontrol aliran sehingga aliran tidak diatur dan diukur.

Jaringan irigasi yang sederhana mudah diorganisasi tetap memiliki


kelemahankelemahan yang serius. Kelemahan pertama terdapat pemborosan air,
karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang
terbuang itu tidak selalu dapat mencapai daerah rendah/hilir yang lebih subur.
Kedua, terdapat banyak penyadapan yang memerlukan biaya lebih banyak dari
masyarakat karena setiap desa/kelurahan membuat jaringan dan pengambilan
sendiri-sendiri. Karena bangunan pengambilan bukan bangunan tetap/permanen,
maka umurnya mungkin pendek.

E. Unsur Jaringan Irigasi

Uraian fungsional umum mengenai unsur-unsur jaringan irigasi akan


membantu bagi para perekayasa/perencana dalam menyiapkan perencanaan tata
letak dan jaringan irigasi. Unsur-unsur jaringan irigasi tersebut meliputi:

1. Peta Ikhtisar
Adalah cara bagaimana berbagai bagian dari suatu jaringan irigasi saling
dihubung-hubungkan. Peta ikhtisar dapat disajikan pada peta tata letak. Peta
ikhtisar proyek irigasi tersebut memperlihatkan:
• Bangunan Utama
• Jaringan dan trase saluran Irigasi
• Jaringan dan trase saluran pembuang
• Petak-petak primer, sekunder, dan tersier.
• Lokasi bangunan.
• Batas-batas daerah irigasi.
• Jaringan dan trase jalan
• Daerah-daerah yang tidak diairi, misal: desa.
Peta Ikhtisar umum dapat dibuat berdasarkan peta topografi yang
dilengkapi dengan garis-garis kontur dengan skala 1: 25000. Peta Ikhtisar detail
yang biasa di sebut “ Peta Petak” dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala
1: 5000 dan untuk petak tersier 1: 5000 atau 1: 2000
2. Petak Tersier
Di daerah –daerah yang ditanami padi, luas petak tersier yang ideal adalah
antara 50-100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha. Batas-batas petak tersier harus
jelas seperti misalnya: Parit, Jalan, batas desa, sungai, dll. Petak tersier dibagi
menjadi petak-petak kwarter, dengan luas 8-15 ha. Panjang saluran tersier
sebaiknya 1500 m, kadang-kadang panjang saluran tersier mencapai 2000 m.
Panjang saluran Kwarter maksimum 500 m tetapi prakteknya kadang mencapai
800 m.
3. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani oleh saluran sekunder. Petak sekunder menerima air dari bangunan bagi
yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder
umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas seperti saluran pembuang. Luas
petak berbeda-beda tergantung pada situasi daerah. Saluran sekunder sering
terletak dipunggung medan, mengairi kedua sisi saluran, hingga saluran
pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncana sebahai
saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah.
4. Petak Primer
Petak Primer terdiri dari beberapa petak sekunder , untuk itu petak-petak
ini akan mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh
satun saluran primer yang mengambil air langsung dari sumber air (sungai)
BAB III ANALISIS PERHITUNGAN

Kriteria Perencanaan Irigasi Sebagai berikut :


a. Faktor Kekasaran dinding saluran seluruh daerah irigasi di tetapkan KA =
55
b. Kemiringan talud saluran A = 1: 1
c. Luas petak-petak tersier 85 Ha (standar perencanaan irigasi Kp-05)
d. Kebutuhan di petak tersier/sawah = 1,2 l/det/Ha
e. Efisiensi air irigasi di sluran tersier 60%, sekunder 70% dan primer 80%
f. Kecepatan pengaliran pada saluran :
19.Primer = 0,70 m/det
20.Sekunder = 0,60 m/det
21.Tersier = 0,30 m/det s/d 0,40 m/det
g. Peta daerah irigasi skala 1 : 5.000 atau 10.000
h. Rencanakan suatu sistem irigasi sesuai kriteria perencanaan diatas dan
buat sekema petak tersier dan ketentuan lain yang belum ada agar diambil
sendiri dari referensi yang digunakan

Semarang, 22 September 2021

Ikhwanudin, S.T,M.T
A. Perencanaan Saluran Primer, Sekunder, dan Tersier
1. Saluran Primer
 Diketahui :
a = 1,2liter/det/Ha
V primer = 0,70 m/det
KA = 55
Luas petak (Do) = 85 Ha (Diambil 15 Ha)
Kemiringan talud = 1 : 1  m = 1
Efisiensi primer = 80 % = 0,8

 Menentukan debit atau banyaknya air tiap detik


Q = Do x a x eff
Dimana : Do = luas petak (Ha)
a = kebutuhan air normal untuk masing – masing
saluran (liter/det/Ha)
eff = efisiensi air irigasi
Q = Do x a x eff
Q = 15 x 1,2 x 0,8
Q = 14,4 liter/det
Q = 0,0144m3/dt

 Menentukan luas penampang basah


A = Q/V
Dimana : A = luas penampang basah
Q = debit / banyaknya air tiap detik (m3/dt)
V = kecepatan air dalam saluran (m/dt)
A = Q/V
A = 0,0144 / 0,7
A = 0,02 m2
 Menentukan tinggi muka air
A = b.h
Dimana : h = tinggi muka air (m)
b = lebar dasar saluran (m)
A = 2h.h
A = 2 h2
0,02 = 2 h2
0,02
h2 =
2
h = 0,1 m

 Menentukan lebar dasar saluran


Kemiringan talud = 1 : 1  (vertikal : horizontal)
Dimana : b:h=1:1
b =2h
b = 2 (0,1)
b = 0,2 m

 Menentukan keliling basah


P = b + 2h
Dimana : b = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi muka air (m)
P = keliling basah
P = b + 2h
P = 0,2 + (2. 0,1)
P = 0,4 m

 Menentukan jari – jari hidrolis


A
R=
P
0 , 02
= =0,05m
0,4
 Menentukan kemiringan saluran
V = K.R2/3 I1/2
I = ( V / (K.R2/3))2
dimana : V = kecepatan air dalam saluran (m/det)
K = faktor kekasaran
R = jari – jari hidrolis

I = ( V / (K . R2/3))2
i = ( 0,7 / (55 . 0,05 2/3))2
i = 0,0087

 Kesimpulan hasil perhitungan


 Debit atau banyaknya air tiap detik (Q) = 0,0144 m3/dt t
 Tinggi muka air (h) = 0,1 m
 Kecepatan air dalam saluran (V) = 0,7 m/det
 Kemiringan talud (T) =1:1
 Lebar dasar saluran (b) = 0,2 m
 Kemiringan saluran (i) = 0,0087
2. Saluran Sekunder
 Diketahui :
a = 1,2 liter/det/Ha
V primer = 0,6 m/det
KA = 55
Luas petak (Do) = 85 Ha (Diambil 20 Ha )
Kemiringan talud =1:1 m=1
Efisiensi primer = 70 % = 0,7

 Menentukan debit atau banyaknya air tiap detik


Q = Do x a x eff
Dimana : Do = luas petak (Ha)
a = kebutuhan air normal untuk masing – masing
saluran
(liter/det/Ha)
eff = efisiensi air irigasi
Q = Do x a x eff
Q = 20 x 1,2 x 0,7
Q = 16,8 liter/det
Q = 0,0168 m3/dt

 Menentukan luas penampang basah


A = Q/V
Dimana : A = luas penampang basah
Q = debit / banyaknya air tiap detik (m3/dt)
V = kecepatan air dalam saluran (m/dt)
A = Q/V
A = 0,0168 / 0,6
A = 0,01 m2
 Menentukan tinggi muka air
A = b.h
Dimana : h = tinggi muka air (m)
b = lebar dasar saluran (m)
A = 2h.h
A = 2 h2
0,01 = 2 h2
0,01
h2 =
2
h = 0,071 m

 Menentukan lebar dasar saluran


Kemiringan talud = 1 : 1  (vertikal : horizontal)
Dimana : b:h=1:1
b =2h
b = 2 (0,071)
b = 0,142 m

 Menentukan keliling basah


P = b + 2h
Dimana : b = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi muka air (m)
P = keliling basah
P = b + 2h
P = 0,142 + (2. 0,071)
P = 0,284 m

 Menentukan jari – jari hidrolis


A
R=
P
0,01
= =0,035 m
0,284

 Menentukan kemiringan saluran


V = K.R2/3 I1/2
I = ( V / (K.R2/3))2
dimana : V = kecepatan air dalam saluran (m/det)
K = faktor kekasaran
R = jari – jari hidrolis

I = ( V / (K . R2/3))2
i = ( 0,6 / (55 . 0,035 2/3))2
i = 0,0103

 Kesimpulan hasil perhitungan


 Debit atau banyaknya air tiap detik (Q) = 0,0168 m3/dt t
 Tinggi muka air (h) = 0,071 m
 Kecepatan air dalam saluran (V) = 0,6 m/det
 Kemiringan talud (T) =1:1
 Lebar dasar saluran (b) = 0,142 m
 Kemiringan saluran (i) = 0,0103

0,071 m

0,142 m
3. Saluran Tersier
 Diketahui :
a = 1,2 liter/det/Ha
V primer = 0,3 m/det
KA = 55
Luas petak (Do) = 85 Ha (Diambil 50 Ha)
Kemiringan talud =1:1 m=1
Efisiensi primer = 60 % = 0,6

 Menentukan debit atau banyaknya air tiap detik


Q = Do x a x eff
Dimana : Do = luas petak (Ha)
a = kebutuhan air normal untuk masing – masing
saluran
(liter/det/Ha)
eff = efisiensi air irigasi
Q = Do x a x eff
Q = 50 x 1,2 x 0,6
Q = 36 liter/det
Q = 0,036 m3/dt

 Menentukan luas penampang basah


A = Q/V
Dimana : A = luas penampang basah
Q = debit / banyaknya air tiap detik (m3/dt)
V = kecepatan air dalam saluran (m/dt)
A = Q/V
A = 0,036 / 0,3
A = 0,12 m2
 Menentukan tinggi muka air
A = b.h
Dimana: h = tinggi muka air (m)
b = lebar dasar saluran (m)
A = 2h.h
A = 2 h2
0,12 = 2 h2
0,12
h2=
2
h= 0,245 m

 Menentukan lebar dasar saluran


Kemiringan talud = 1: 1  (vertikal: horizontal)
Dimana: b: h = 1: 1
b=2h
b = 2 (0,245)
b = 0,49 m

 Menentukan keliling basah


P = b + 2h
Dimana: b = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi muka air (m)
P = keliling basah
P = b + 2h
P = 0,49 + (2. 0,245)
P = 0,98 m

 Menentukan jari – jari hidrolis


A
R=
P
0,12
= =0,122m
0,98

 Menentukan kemiringan saluran


V = K.R2/3 I1/2
I = (V / (K.R2/3))2
dimana: V = kecepatan air dalam saluran (m/det)
K = faktor kekasaran
R = jari – jari hidrolis

I = (V / (K. R2/3))2
i = (0,3 / (55. 0,122 2/3))2
i = 0,0005

 Kesimpulan hasil perhitungan


 Debit atau banyaknya air tiap detik (Q) = 0,036 m3/dt t
 Tinggi muka air (h) = 0,245 m
 Kecepatan air dalam saluran (V) = 0,3 m/det
 Kemiringan talud (T) =1:1
 Lebar dasar saluran (b) = 0,49 m
 Kemiringan saluran (i) = 0,0005

0,245 m

0,490 m
B. Skema Saluran Primer, Sekunder, Tersier
1. Saluran Primer
 Ditentukan : Luas petak = 15 Ha
Kebutuhan air = 1,2 liter/det/Ha
Efisiensi saluran primer = 80 %
 Karangsari. Ki = Luas lahan x efisiensi x kebutuhan air
= 11 x 0,8 x 1,2
= 10,56 liter/det
 Gambuhan. Ka = Luas lahan x efisiensi x kebutuhan air
= 4 x 0,8 x 1,2
= 3,84 liter/det
Saluran Primer
Desa Luas Lahan Perhitungan Debit Air
Karangsari 11 Ha 11 x 0,8 x 1,2 10,56 liter/det
Gambuhan 4 Ha 4 x 0,8 x 1,2 3,84 liter/det
Jumlah 15 Ha

Efisiensi 80 %
b =2 h 0,2 m
Skema Saluran Primer

Karangsari . Ka
11 Ha
10,56 liter/det

Gambuhan. Ki
4 Ha
3,84 liter/det
2. Saluran Sekunder
 Ditentukan : Luas petak = 20 Ha
Kebutuhan air = 1,2
liter/det/Ha
Efisiensi saluran sekunder = 70 %
 Gambuhan. Ka = Luas lahan x efisiensi x kebutuhan
air
= 11 x 0,7 x 1,2
= 9,24liter/det
 Gunungsari. At = Luas lahan x efisiensi x kebutuhan
air
= 5 x 0,7 x 1,2
= 4,2 liter/det
 Nyalembeng. Bw = Luas lahan x efisiensi x kebutuhan
air
= 4 x 0,7 x 1,2
= 3,36 liter/det
Saluran Sekunder
Desa Luas Perhitungan Debit Air
Lahan
Gambuhan. Ka 11 Ha 11 x 0,7 x 1,2 9,24 liter/det
Gunungsari. At 5 Ha 5 x 0,7 x 1,2 4,2 liter/det
Nyalembeng. 4 Ha 4 x 0,7 x 1,2 3,36 liter/det
Bw
Jumlah 20 Ha

Efisiensi 70 %
b=2h 0,142 m

Skema Saluran Sekunder

Gunungsari . At
5 Ha
4,2 liter/det
Gambuhan. Ka
11 Ha
9,24 liter/det

Nyalembeng .Bw
4 Ha
3,36 liter/det

0,071 m

0,142 m
3. Saluran Tersier
 Ditentukan : Luas petak = 50 Ha
Kebutuhan air = 1,2
liter/det/Ha
Efisiensi saluran tersier = 60 %
 Karangsari. Ka = Luas lahan x efisiensi x kebutuhan air
= 16 x 0,6 x 1,2
= 11,52 liter/det
 Gambuhan. Ki = Luas lahan x efisiensi x kebutuhan
air
= 13 x 0,6 x 1,2
= 9,36 liter/det
 Nyalembeng. Ka = Luas lahan x efisiensi x kebutuhan
air
= 10 x 0,6 x 1,2
= 7,2 liter/det
 Nyalembeng. Bw = Luas lahan x efisiensi x kebutuhan
air
= 7 x 0,6 x 1,2
= 5,04 liter/det
 Sima. Ki = Luas lahan x efisiensi x kebutuhan air
= 4 x 0,6x 1,2
= 2,88 liter/det
Saluran Tersier
Desa Luas Perhitungan Debit Air
Lahan
Karangsari.Ka 16 Ha 16 x 0,6 x 1,2 11,52
liter/det
Gambuhan.Ki 13 Ha 13 x 0,6 x 1,2 9,36
liter/det
Nyalembeng. Ka 10 Ha 10 x 0,6 x 1,2 7,2 liter/det
Nyalembeng. 7 Ha 7 x 0,6 x 1,2 5,04
Bw liter/det
Sima. Ki 4 Ha 4 x 0,6x 1,2 2,88
liter/det
Jumlah 50 Ha
Efisiensi 60 %
b=2h 0,49 m
Skema Saluran Tersier

Karangsari. Ka 16 Gambuhan. Ki
Ha 13 Ha
11,52 liter/det 9,36 liter/det

Sima . Ki
0,245 m 4 Ha
2,88 liter/det
0,490 m

Nyalembeng. Ka Nyalembeng. Bw 7
10 Ha Ha
7,2 liter/det 5,04 liter/det
C. Layout Jaringan Irigasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh proses pembahasan studi, dapat kita simpulkan bahwa
kita dapat merencanakan sebuah saluran primer, sekunder dan tersier.
Penghitungan debit air pada pengukuran dengan metode sederhana
menunjukkan setiap detiknya irigasi primer, sekunder dan tersier. Hasil
perhitungan analisis dan alat biasanya akan mengalami perbedaan.
Perbedaan debit ini terjadi dimungkinkan karena ketidaksesuaian prosedur
pengukuran atau alat yang digunakan.
Kebutuhan dalam waktu pengairan sebenarnya bergantung pada
komoditi dan jenis tanahnya. Prinsip dasar yang perlu kita anut bahwa
perhitungan waktu ini erat kaitannya dengan efisiensi air. Hal ini
diperhatikan dengan pertimbangan bahwa jumalai air setiap musim tanam
tidak sama maka untuk membagi air yang seefisien mungkin perlu
pengetahuan tentang lama waktu pengairan.

B. Saran
1. Untuk mengurangi tingkat kesalahan dan memperbesar ketelitian
sebaiknya dalam perhitungan desain jaringan irigasi digunakan
berbagai software yang mendukung. Seperti Microsoft Excel untuk
membantu perhitungan data.
2. Teliti dalam proses perhitungan karena jika salah kita harus mengulang
dari awal.
3. Rencanakan wilayah yang kita inginkan dengan baik atau simple
terlebih dahulu dikarenakan kita masih tahap belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Kriteria Perencanaan (KP) 1 tentang Perencanaan Jaringan Irigasi


http://kristotemang.blogspot.com/2013/04/klasifikasi-jaringan-irigasi.html
https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/bangunan-bagi-sadap
https://www.tneutron.net/sipil/petak-primer-sekunder-dan-tersier/

Anda mungkin juga menyukai