Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

SISTEM IRIGASI DAN DRAINASE

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Sumber Daya Air

Oleh :

ARI KOMALA
18323051

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL NK


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN

Judul : Sistem Irigasi Dan Drainase

Nama : Ari Komala

NIM : 18323051/2018

Program Studi : Teknik Sipil NK

Jurusam : Teknik Sipil

Fakultas : Teknik

Simpang Empat, 25 Februari 2021

Disetujui oleh :

Pengampu I, Pengampu II,

Dr. Fahmi Rizal, MT., M.Pd. Totoh Andayono, ST., MT.

NIP 195912041985031004 NIP 197307272005011003

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Mata Kuliah Pengembangan Sumber Daya Air

Nama : Ari Komala

NIM : 18323051

Program Studi Teknik Sipil NK

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Negeri Padang

dengan judul

Sistem Irigasi Dan Drainase

Simpang Empat, 25 Februari 2021

Disahkan oleh :

Pengampu I, Pengampu II,

Dr. Fahmi Rizal, MT., M.Pd. Totoh Andayono, ST., MT.

NIP 195912041985031004 NIP 197307272005011003

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Struktur
Jembatan Rangka dengan lancar. Pembuatan laporan ini bertujuan untuk
memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Pengembangan Sumber Daya Air dengan
judul “Sistem Irigasi Dan Drainase”, dengan dosen pengampu oleh Bapak Dr.
Fahmi Rizal, MT., M.Pd. dan Bapak Totoh Andayono, ST., MT. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah
memberikan pengarahan pembuatan Laporan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikannya.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan ini jauh dari


kesempurnaan, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
khususnya dari Dosen Mata Kuliah Pengembangan Sumber Daya Air guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik dimasa yang
akan datang.

Simpang Empat, 25 Februari 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 6


B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 8
E. Tujuan ..................................................................................................................... 8
F. Manfaat ................................................................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Irigasi .................................................................................................... 9


B. Sejarah Irigasi di Indonesia ..................................................................................... 10
C. Tujuan Irigasi .......................................................................................................... 11
D. Pengertian Sistem Irigasi......................................................................................... 13
E. Komponen Dalam Sistem Irigasi ............................................................................ 14
F. Jenis-Jenis Sistem Irigasi ........................................................................................ 15
G. Pengelompokkan Sistem Irigasi .............................................................................. 16

BAB III PEMBAHASAN

A. Pembahasan ............................................................................................................. 18

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 21
B. Saran........................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di
bidang pertanian menjadi prioritas utama. Karena Indonesia merupakan
salah satu negara yang memberikan komitmen tinggi terhadap
pembangunan ketahanan pangan sebagai komponen strategis dalam
pembangunan nasional. UU No.7 tahun 1996 tentang pangan menyatakan
bahwa perwujudan ketahanan pangan merupakan kewajiban pemerintah
bersama masyarakat (Partowijoto, 2003).
Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka pembangunan di
bidang pertanian untuk dapat meningkatkan produksi pangan. Salah satu
cara tersebut adalah dengan ekstensifikasi yaitu usaha peningkatan
produksi pangan dengan meluaskan areal tanam, dan intensifikasi yaitu
usaha peningkatan produksi pangan dengan cara-cara yang intensif pada
lahan yang sudah ada, antara lain dengan penggunaan bibit unggul,
pemberian pupuk yang tepat serta pemberian air irigasi yang efektif dan
efisien.
Pengembangan pertanian dengan cara ekstensifikasi masih
memungkinkan untuk kondisi di luar pulau Jawa. Namun tidak demikian
untuk kondisi di pulau Jawa. Mengingat sudah sangat terbatas areal sawah
ditambah kepadatan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat
sehingga perlu membuka lahan baru untuk pemukiman. Kondisi demikian
menuntut pengembangan pertanian yang lebih menitik beratkan dengan
cara intensifikasi pertanian.
Pembangunan saluran irigasi untuk menunjang penyediaan bahan
pangan nasional sangat diperlukan, sehingga ketersediaan air di lahan akan
terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air permukaan
(sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu

6
memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu
dengan cara yang efektif dan ekonomis (Sudjarwadi, 1990).
Kontribusi prasarana dan sarana irigasi terhadap ketahanan pangan
selama ini cukup besar yaitu sebanyak 84% produksi beras nasional
bersumber dari daerah irigasi (Hasan, 2005).
Irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam produksi bahan pangan.
Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari
berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian,
pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi
pertanian. Beberapa komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah :
1. Siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah
permukaan)
2. Kondisi fisik dan kimiawi lahan (topografi, infrastruktur, sifat fisik
dan kimiawi lahan)
3. Kondisi biologis tanaman.
4. Aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya, ekonomi)
B. Identifikasi Masalah
Berdasrkan latar belakang masalah diatas, peneliti
mengidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut :
1. Pertanian di pulau jawa tidak bisa ekstensifikasi pertanian
mereka terkendala lahan, kecuali diluar pulau jawa.
2. Masih banyak pertanian yang belum memahami teknik
irigasi sehingga tertinggal.
3. Kurangnya pertanian menggunakan sistem irigasi sehingga
menghambat pertumbuhan pertanian mereka.
C. Pembatasan Masalah
Agar laporan ini lebih terarah, terfokus, dan tidak meluas, penulis
membatasi laporan yaitu laporan ini hanya membahas tentang Irigasi dan
Sistem Irigasi.

7
D. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Irigasi ?
2. Apa tujuan dari Irigasi ?
3. Apa yang dimaksd dengan Sistem Irigasi ?
4. Apa saja jenis dari Sistem Irigasi ?
5. Apa saja pengelompokkan dari Sistem Irigasi ?
E. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Irigasi.
2. Dapat mengetahui apa tujuan dari Irigasi.
3. Dapat mengetahui pa yang dimaksd dengan Sistem Irigasi.
4. Dapat mngetahui apa saja jenis dari Sistem Irigasi.
5. Dapat mengetahui apa saja pengelompokkan dari Sistem Irigasi.
F. Manfaat
1. Membantu penulis dalam memahami arti dari Irigasi dan Sistem
Irigasi
2. Memberi informasi dan pengetahuan kepada penulis tentang Irigasi
dan Sistem Irigasi yang diterapakan dalam kehidupan sehari-hari
dan membandingkannya dengan teori yang diperoleh di bangku
kuliah.
3. Sebagai bahan masukan penulis dan pembaca untuk peningkatan
kualitas pendidikan.

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Irigasi
Beberapa takrif irigasi adalah :
1. Irigasi adalah proses penambahan air untuk memenuhi kebutuhan
lengas tanah bagi pertumbuhan tanaman (Israelsen dan Hansen, 1980)
2. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan tambak (PP 20/2006)
3. Tindakan intervensi manusia untuk mengubah agihan air dari
sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengelola sebagian atau
seluruh jumlah tersebut untuk menaikkan produksi tanaman. (Small dan
Svendsen, 1992)
Dari beberapa takrif tersebut dapat dikatakan bahwa Irigasi adalah
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan air
pada daerah irigasi (lahan pertanian dan perkebunan), usaha tersebut
meliputi pembuatan sarana dan prasarana untuk membagi air secara
teratur/terkendali serta membuang kelebihan ke tempat yang aman.
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi
air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan
dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan
tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku
(subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang
menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi
tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena
itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan.
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang
tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.

9
Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur
sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak
mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman
bisa tumbuh secara normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain
dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air
guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman.
B. Sejarah Irigasi di Indonesia
Pada tahun 1999, perubahan besar terjadi di sektor sumberdaya air
di Indonesia, dengan munculnya kebijakan untuk melakukan reformasi
sektor sumberdaya air di Indonesia yang didukung oleh Bank Dunia
melalui WATSAL. Seperti sudah diungkapkan di atas, ada dua aspek
terkait yaitu manajemen sumberdaya air dan manajemen layanan. Kedua
aspek tersebut menjadi bagian dari reformasi sumberdaya air di Indonesia.
Salah satu bagian dari dua aspek tersebut adalah reformasi di sektor
irigasi.
Jika dilihat lebih dalam, reformasi sektor irigasi sudah dilakukan
sudah dilakukan sejak tahun 1987. Dengan alasan keterbatasan dana,
pemerintah pada tahun 1987 melakukan reformasi kebijakan di sektor
irigasi yang dikenal dengan Irrigation Operation and Maintenance Policy
(IOMP). Kebijakan tersebut merupakan hasil dari dialog kebijakan (policy
dialogue) antara pemerintah Indonesia dan Bank Dunia serta ADB yang
tidak lain adalah prakondisi untuk memperoleh dana pinjaman baru di
sektor irigasi.
Reformasi kebijakan sektor irigasi yang dibiayai oleh Bank Dunia
melalui The First Irrigation Subsector Project (ISS I), ISSP II, dan Java
Irrigation and Water Resources Management Project (JIWMP), pada
intinya memperkenalkan kebijakan baru di sektor irigasi yaitu turnover
management, irrigation service fee dan efficient operational dan
pemeliharaan. Sebagai bagian dari reformasi pengelolaan irigasi, petani
dalam hal ini P3A diharapkan dapat berperan aktif untuk ikut dalam
pengelolaan irigasi. P3A merupakan sebuah organisasi pengelola irigasi

10
yang dibentuk oleh pemerintah (top-down approach) sebagai penggganti
organisasi pengelola irigasi tradisional seperti Ulu-Ulu, Raksa Bumi,
Tudung Sipulung dan sebagainya.
Dalam perjalanannya IOMP dianggap gagal, salah satu
persoalannya adalah masalah kelemahan manajemen, yang disebabkan
fokus pembangunan irigasi lebih berorientasi pada hal-hal yang bersifat
teknis dan fisik bangunan irigasi, sedangkan faktor-faktor sosial dan
institusional yang bersifat spesifik lokal luput dari perhatian. Kondisi
tersebut membawa implikasi pada marginalisasi kemampuan petani dalam
mengelola irigasi dan menjadikan P3A sebagai perpanjangan tangan
birokrasi pada waktu itu.
Pada tahun 1999 Presiden mengeluarkan Inpres No.9 tahun 1999
tentang Pembaruan Kebijakan Pengelolaan Irigasi (PKPI) yang berisi
isntruksi kepada Menteri Pekerjaan Umum untuk (1) melakukan
koordinasi mempersiapkan kerangka peraturan dan perundangan dan
langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaharui kebijakan
pengelolaan irigasi, (2) Pembaruan Kebijakan Pengelolaan Irigasi yang
dimaksud meliputi (a) pengaturan kembali fungsi dan tugas lembaga
pengelola irigasi, (b) pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air
(P3A), (c) Penyerahan Pengelolaan Irigasi kepada P3A, (d) Pengaturan
Pembiayaan Pengelolaan Irigasi, (e) Keberlanjutan Pengelolaan Sistem
Irigasi.
Berdasarkan komponen-komponen tersebut kemudian pemerintah
menerbitkan PP No.77 tahun 2001 tentang Irigasi. Terbitnya PP tentang
irigasi ini kemudian menjadi polemik ketika pada tahun 2003 pemerintah
(Departemen Kimpraswil) mengumumkan “moratorium” pemberlakuan
PP ini, dengan alasan pada waktu itu masih ada pembahasan soal RUU
Sumberdaya Air, pemindahan kewenangan pengelolaan irigasi akan
membebani petani terutama petani miskin . Hal ini menimbulkan
“kekecewaan” bagi kelompok pendukung PKPI , dengan alasan bahwa
pengumuman “moratorium” tersebut tidak dilakukan secara tertulis akan

11
tetapi hanya perintah lisan yang disampaikan dalam rapat kerja
Kimpraswil atau rapat-rapat internal lainnya dan tidak pernah dalam
bentuk bahan tertulis dan menunjukkan bahwa pemerintah ragu-ragu
dalam upaya memberdayakan petani.
Dan dengan berlakunya UU No.7 tahun 2004 tentang Sumberdaya
Air, kebijakan irigasi di Indonesia kembali seperti semula, dimana
tanggung jawab pengelolaan dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan
sekunder berada di tangan pemerintah, sedangkan jaringan tersier menjadi
tanggung jawab petani.
C. Tujuan Irigasi
Sedangkan tujuan irigasi, secara langsung untuk membasahi tanah
agar diperoleh kondisi tanah yang baik untuk tumbuh dan berkembang
tanaman (perbandingan antara air, udara dan butiran dalam tanah).
Adapun tujuan tidak langsung meliputi, mengangkut bahan pupuk
melalui aliran air, mengatur suhu tanah, mencuci tanah yang mengandung
racun, menaikkan muka air tanah, dan meninggikan elevasi.
Irigasi bertujuan untuk membantu para petani dalam mengolah
lahan pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang sering
kekurangan air.
1. Meningkatkan Produksi Pangan terutama beras
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi
3. Meningkatkan intensitas tanam
4. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam
pembangunan jaringan irigasi perdesaan
Berikut beberapa fungsi dari Irigasi:
Memasok kebutuhan air tanaman
Menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan
Menurunkan suhu tanah
Mengurangi kerusakan akibat frost
Melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah
Sedangkan manfaat Irigasi adalah :

12
Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di pedesaan.
Dengan irigasi, sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan
untuk peternakan, dan keperluan lain yang bermanfaat.
D. Pengertian Sistem Irigasi
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi
lahan pertaniannya. Dalam dunia modern saat ini sudah banyak model
irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu jika persediaan
air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata
air, maka irigasi dilakukan dengan mangalirkan air tersebut ke lahan
pertanian. Namun demikian irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa
air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman
satu-persatu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa
disebut menyiram.
Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah
banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah
berlangsung sejak Mesir kuno. Di Indonesia irigasi tradisional telah juga
berlangsung sejak nenek moyang kita, hal ini dapat dilihat juga cara
bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Pada
massa itu telah dilakukan pembendungan sungai secara bergantian untuk
dialirkan ke sawah. Cara lain adalah mencari sumber air pegunungan dan
dialirkan dengan bambu yang bersambung. Ada juga dengan membawa
dengan ember yang terbuat dari daun pinang atau menimba dari kali yang
dilemparkan ke sawah dengan ember daun pinang juga.

13
Gambar 2.1. Salah satu irigasi tradisional di Indonesia
E. Komponen Dalam Sistem Irigasi

Gambar 2.2. Grafik ketersedian dan kebutuhan air pada suatu sumber air

Irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam produksi bahan


pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun
dari berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian,
pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi
pertanian. Beberapa komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah :
1. Siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah
permukaan)

14
2. Kondisi fisik dan kimiawi lahan (topografi, infrastruktur, sifat fisik dan
kimiawi lahan)
3. Kondisi biologis tanaman.
4. Aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya, ekonomi)
F. Jenis - Jenis Sistem Irigasi
Ada 3 sistem irigasi yang dikembangkan dewasa ini :
1. Sistem gravitasi
Sumber air diambil dari air permukaan (sungai, danau, waduk)
pada elevasi yang tinggi kemudian air di salurkan dan diatur ke daerah
irigasi dilakukan secara gravitasi.
2. Sistem pompa
Sumber air diambil dengan cara dipompa dan kemudian dialirkan
ke daerah irigasi. Sistem ini digunakan jika tidak mungkin air dialirkan
secara gravitasi dan elevasi sumber lebih rendah dari daerah irigasi.
3. Sistem pasang surut
Irigasi yang memanfaatkan sumber air dari peristiwa pasang surut
air laut. Dengan memanfaatkan pasang-surut air di wilayah Sumatera,
Kalimantan, dan Papua dikenal apa yang dinamakan Irigasi Pasang-Surat
(Tidal Irrigation). Teknologi yang diterapkan di sini adalah pemanfaatan
lahan pertanian di dataran rendah dan daerah rawa-rawa, di mana air
diperoleh dari sungai pasang-surut di mana pada waktu pasang air
dimanfaatkan. Di sini dalam dua minggu diperoleh 4 sampai 5 waktu pada
air pasang. Teknologi ini telah dikenal sejak abad XIX. Pada waktu itu
pendatang di pulau Sumatera memanfaatkan rawa sebagai kebun kelapa.
Di Indonesia terdapat 5,6 juta Ha dari 34 Ha yang ada cocok untuk
dikembangkan. Hal ini bisa dihubungkan dengan pengalaman Jepang di
Wilayah Sungai Chikugo untuk wilayah Kyushu, di mana di sana dikenal
dengan sistem irigasi Ao-Shunsui yang mirip.

15
G. Pengelompokkan Sistem Irigasi
Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan
pengaturan air, sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi 4 (Sudjarwadi
1990), sebagai berikut:
1. Sistem Irigasi Permukaan (Surface Irrigation System)
Sistem irigasi permukaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
peluapan dan penggenangan bebas (tanpa kendali) serta peluapan
penggenangan secara terkendali. Sistem irigasi permukaan yang paling
sederhana adalah peluapan bebas dan penggenangan. Air diberikan pada
areal irigasi dengan jalan peluapan untuk menggenangi kiri atau kanan
sungai yang mempunyai permukaan datar.
Sebagai contoh adalah sistem irigasi kuno di Mesir. Sistem ini mempunyai
efisiensi yang rendah karena penggunaan air tidak terkontrol.
Sistem irigasi permukaan lainnya adalah peluapan dan penggenangan
secara terkendali. Cara yang umum digunakan dalam hal ini adalah dengan
menggunakan bangunan penangkap, saluran pembagi saluran pemberi, dan
peluapan ke dalam petakpetak lahan beririgasi.
Jenis bangunan penangkap bermacam-macam, diantaranya adalah
bendung, intake, dan stasiun pompa.
2. Sistem Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irrigation System)
Sistem irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan
meresapkan air ke dalam tanah di bawah zona perakaran melalui sistem
saluran terbuka ataupun dengan menggunakan pipa porus. Lengas tanah
digerakkan oleh gaya kapiler menuju zona perakaran dan selanjutnya
dimanfaatkan oleh tanaman.
3. Sistem irigasi dengan pancaran (sprinkle irrigation)
Prinsip yang digunakan sistem ini adalah memberi tekanan pada air
dalam pipa dan memancarkan ke udara sehingga menyerupai hujan
selanjutnya jatuh pada permukaan tanah. Cara pemancaran dapat
dilakukan dengan berbagai variasi, antara lain dengan menggunakan pipa
porus ataupun menggunakan alat pancar yang bisa berputar.

16
4. Sistem irigasi tetes
Di lahan kering yang air sangat langka dan pemanfaatannya harus
efisien. Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan berdasarkan
kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, serta sarana irigasi
yang tersedia. Sistem irigasi tetes sering disebut dengan trickle irrigation
atau kadang-kadang drip irrigation. Sistem yang digunakan adalah dengan
memakai pipa-pipa dan pada tempat-tempat tertentu diberi lubang untuk
jalan keluarnya air menetes ke tanah.
Pemilihan jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi,
klimatologi, topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis tanaman, sosial
ekonomi dan budaya, teknologi (sebagai masukan sistem irigasi) serta
keluaran atau hasil yang akan diharapkan.
Memperhatikan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa sistem
irigasi merupakan suatu ilmu dan seni yang menyangkut berbagai disiplin
ilmu, seperti ilmu tanah, pertanian, hidrologi, hidraulika, sosial, dan ilmu
ekonomi. Peranan sistem irigasi sangat penting dalam rangka penyediaan,
pemberian dan pengelolaan air yang optimal menuju peningkatan produksi
pertanian, lebih khusus lagi peningkatan bahan pangan. Kecenderungan
peningkatan kebutuhan bahan pangan selalu mengikuti pesatnya
pertumbuhan penduduk. Upaya untuk meningkatkan produksi lahan irigasi
per satuan luas merupakan hal yang sangat penting.

17
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Keseimbangan air di alam semakin hari semakin bergeser. Hal ini
disebabkan karena sumber air tawar yang tersedia di alam jumlahnya
terbatas. Padahal kebutuhan air cenderung meningkat sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Untuk menjaga
keseimbangan air maka perlu kebijaksanaan dalam pemanfaatan sumber
daya air.
Salah satu jenis pemanfaatan sumber air adalah untuk irigasi.
Mengingat Indonesia adalah Negara agraris dengan tanaman dan makanan
utama penduduknya adalah beras, maka peran irigasi sebagai penghasil
utama beras menduduki posisi penting. Irigasi memerlukan investasi yang
besar untuk pembangunan sarana dan prasarana, pengoperasian dan
pemeliharaan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan yang baik,
benar, dan tepat sehingga pemakaian air untuk irigasi dapat seoptimal
mungkin.
Jumlah air yang diperlukan untuk irigasi sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor alam, juga tergantung pada macam tanaman serta masa
pertumbuhannya. Untuk itu diperlukan sistem pengaturan yang baik agar
kebutuhan air bagi tanaman sapat terpenuhi dan efisien dalam pemanfaatan
air.
Mengingat air yang tersedia di alam sering tidak sesuai dengan
kebutuhan baik lokasi maupun waktunya, maka diperlukan saluran
(saluran irigasi dan saluran drainasi) dan bangunan pelengkap (misal :
bendungan, bendung, pompa air, siphon, gorong-gorong / culvert, talang
air dan sebagainya) untuk membawa air dari sumbernya ke lokasi yang
akan dialiri dan sekaligus untuk mengatur besar kecilnya air yang diambil
maupun yang diperlukan.
Irigasi di Indonesia ini mulai dikembangkan semenjak indonesia
tidak mampu lagi mencapai swasembada beras. Awalnya irigasi itu sendiri
diangap penting oleh pemerintah umumnya dan petani sendiri khususnya.
Semuanya hanya berpikiran bahwa Indonesia ini adalah Negara yang kaya,
makmur, subur serta segalanya mudah sehingga pemikiran untuk jangka
panjag tentang ketersediaan pangan pun tak lagi dihiraukan. Pikiran awal
petani Indonesia dulu hanyalah keberhasilan panen, dan pemerintah hanya
bangga karena saat itu mampu mencapai swasembada beras tanpa harus
repot mengupayakan ketersediaan air dilahan.
Memasuki keadaan seperti sekarang ini, petani mulai mengeluh
tentang minimnya ketersediaan air di lahan sawahnya khususnya petani-
petani daerah jawa. Atas keluhan tersebut berimbas pada kurangnya minat
petani untuk menanam padi lagi. Masalah besar pun jelas terjadi,
ketersediaan beras sebagai makanan utama bangsa Indonesia ini pun jadi

18
mulai dikhawatirkan tidak tersedia. Mencapai swasembada beras pun kini
dirasa hanyalah mimpi, keberhasilan era orde baru dianggap hanyalah
masa lalu yang tak mungkin terulang lagi.
Jenis-jenis irigasi di Indonesia adalah :
1. Irigasi permukaan : Mengambil air dari sumber-sumber yang ada, lalu
membuat bangunan penangkapnya, kemudian mengalirkannya melalui
saluran primer dan sekunder ke petak-petak sawah.
2. Irigasi tambak : Mengatur tata air dari sumber irigasi yang sudah ada
melalui system drainase (menahan dan mengairi padi)
3. Irigasi air tanah : Mengambil air tanah kemudian memompa dan
mendistribusikannya ke petak-petak sawah.
4. Irigasi pompa : Diutamakan untuk areal persawahan di dataran tinggi.
Berikut ini fungsi irigasi :
1. Memasok kebutuhan air pada tanaman.
2. Menjamin ketersediaan air di musim kemarau.
3. Menurunkan suhu tanah.
4. Mengurangi kerusakan tanah.
Pemerintah sekarang ini mulai menumbuhkan minat petani untuk
kemali berlomba-lomba menanam padi lagi. Salah satu usaha pemerintah
saat ini adalah dengan program Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Infrastruktur Sumber Daya Air Irigasi Kecil (P4-ISDA-IK). Maksud dan
Tujuan dari P4-ISDA-IK adalah menumbuhkan partisipasi masyarakat tani
dalam kegiatan rehabilitasi irigasi kecil sesuai dengan kebutuhan dan
berdasarkan prinsip kemandirian agar terlaksananya pemberdayaan dan
partisipasi masyarakat tani dalam kegiatan rehabilitasi irigasi kecil dan
rehabilitasi terhadap kondisi dan fungsi prasarana irigasi kecil. Program ini
merupakan salah satu bentuk harapan pemerintah kepada petani agar mau
menjalankan misi Negara dengan mau bersama-sama membangun dan
memperbaiki system penyediaan air untuk lahan sawah mereka.
Dalam program ini sifatnya adalah “dari petani, untuk petani dan
oleh petani” yang berarti bahwa pemerintah memberikan kewenangan
kepada petani untuk berusaha membangun dan mengusahakan agar air bias
sampai dan tersedia di lahan mereka. Hal ini mulai diwujudkan pemerintah
karena kesadaran akan pentingnya ketersediaan air itu sangat penting dan
memang harus diutamakan. Tiga sasaran dari program ini adalah ;
1. Penyediaan air baku.
2. Pengamanan pantai.
3. Perbaikan irigasi kecil.
Inti dari program ini adalah pemerintah memberikan bantuan
berupa dana dan pengawasan langsung kepada desa untuk membangun
dan mengerjakan sendiri proyek pembangunan dan perbaikan irigasinya
agar air bisa tersedia dengan baik di lahan. pembangunan infrastruktur
pertanian yang dilakukan oleh pemerintah biasanya diserahkan kepada
pihak ketiga. Namun, dalam P4 ISDA IK, para petanilah yang diberi
kepercayaan untuk menentukan titik-titik saluran irigasi yang menjadi
sasaran pembangunan dan melaksanakan pembangunan saluran irigasi.

19
Dengan adanya program ini memang dirasa oleh petani sangat
menguntungkan, karena ada banayk manfaat yang ditimbulkan dengan
adanya program ini, diantaranya yaitu :
1. Air tersedia di lahan.
2. Produksi jauh meningkat.
3. Terjalinnya hubungan yang baik antar petani dalam satu kawasan desa.
4. Mengurangi tingkat kemungkinan korupsi oleh pihak pemerintah.
5. Mengurangi dana yang seharusnya dikeluarkan pemerintah.
Kelemahan dari program ini adalah masih memiliki batasan-
batasan tertentu yang menjadi syarat bagi desa yang akan mendapatkan
bantuan dana untuk pembuatan dan perbaikan system irigasi bagi desa
mereka. Diantara syarat tersebut tentunya membuat beberapa desa atau
daerah yang sebenarnya sangat membutuhkan bantuan dana tersebut harus
terpaksa rela menghilangkan harapannya akan ketersediaan air di
sawahnya.

20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi
air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan
dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan
tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku
(subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang
menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi
tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena
itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan.
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang
tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Dengan demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur
sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak
mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman
bisa tumbuh secara normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain
dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air
guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman.
Adapun kesimpulan yang didapat dari pembahasan makalah
tentang system irigasi di Indonesia ini adalah :
1. Irigasi memang sangat penting bagi lahan yang kurang ketersediaan
airnya.
2. Sistem irigasi di Indonesia ini pernah diabaikan, selama periode
sebelum era orde baru.
3. System irigasi di Indonesia masih sangat minim jika dibandingkan
dengan system irigasi di Negara-negara maju.
4. Pertanian di Indonesia masih kurang mendapatkan perhatian
pemerintah.

B. Saran
System irigasi di Indonesia ini memang sudah mulai diusahakan,
namun masih sangat jarang dan minim sekali aplikasinya baik dari
pemerintah maupun petani itu sendiri padahal Indonesia adalah Negara
agraris dengan makanan pokok adalah beras. Situasi dan fakta seperti
itulah yang seharusnya menumbuhkan dan menyadarkan betapa
pentingnya system irigasi yang baik di sawah ataupun lahan pertanian.
Kemajuan dengan program-program untuk mewujudkan pertanian yang
berkelanjutan dari pemerintahlah yang menjadi harapan terbesar para
petani di negeri yang kaya ini.

21
DAFTAR PUSTAKA
1. Fuad Bustomi, 2000, “Simulasi Tujuh Teknik Pemberian Air Irigasi Untuk
Padi di Sawah dan Konsekuensi Kebutuhan Air Satu Masa Tanam”, Tesis
Program Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil UGM, Yogyakarta
2. Partowijoto, A., 1999, “Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Dalam
Pengelolaan Air Irigasi Oleh Masyarakat : Kendala Teknis dan Non
Teknis”, Prosiding Seminar Sehari Peningkatan Pendapatan dan
Kesejahteraan Petani Melalui Pendekatan Partisipasi, IESC-RCA
bekerjasama dengan Jurusan Teknik Sipil FT UGM, Yogyakarta.
3. Sudjarwadi, 1979, Pengantar Teknik Irigasi, Diktat Kuliah Irigasi I,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
4. http://sardianto-aet12.blogspot.com/2014/01/makalah-tentang-irigasi.html
(Diakses pada tanggal 20/02/2021)
5. http://dafikadi.blogspot.com/2013/02/makalah-irigasi.html (Diakses pada
tanggal 21/02/2021)
6. Bahan Ajar I Mata Kuliah Pengembangan Sumber Daya Air.2021.

22

Anda mungkin juga menyukai