Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

MK. TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE (TEPN420)


PENGENALAN BANGUNAN IRIGASI DI BENDUNG
TUNGKUB, DESA UMASARI, KABUPATEN TABANAN,
BALI
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Laporan Praktikum 2 Mata Kuliah Teknik
Irigasi dan Drainase

Dosen Pengampu : Dr. Sumiyati, S.TP., MP; Ir. I Wayan Tika, MP, dan Ida Ayu
Gede Bintang Madrini, S.TP., M.Agr., Ph.D.

Nama : Anggi Setiawan

1
NIM : 1411305038

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan yang berjudul
PENGENALAN BANGUNAN IRIGASI. Penulisan laporan ini merupakan
salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Teknik
Irigasi dan Drainase.
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah mahasiswa Teknik Pertanian
dapat mengetahui dan memahami sistem irigasi tetes, komponen komponen alat
penyusun irigasi tetes, dan tata letak (layout) dari masing masing komponen
irigasi tetes. Praktikum ini dilaksanakan pada Jumat, 10 Maret 2017 dan
bertempat di Bendung Tungkub Sungi, Desa Umasari, Kabupaten Tabanan,
Provinsi Bali .
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini. Semoga
lapran ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan laporan ini.

Jimbaran, 15 Maret 2017

2
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Sampul .....................................................................................................

Kata Pengantar ........................................................................................................

Daftar Isi ..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................

1.1. Tujuan

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1. Irigasi

2.2. Irigasi Tetes

2.3. Komponen Irigasi Tetes

BAB III METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

3.2. Bahan dan Alat

3.3. Cara Kerja

3
BAB IV PEMBAHASAN

4.1, Komponen Irigasi Tetes

4.2. Tata Letak (Layout) Sistem Irigasi Tetes di UD Krisna Bedugul

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem irigasi dapat diartikan suatu kesatuan yang tersusun dari


berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian,
pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi
pertanian, untuk itu diperlukan upaya demi kelestarian sarana irigasi dan
aset-asetnya yang ada, hal ini diperlukan pengelolaan aset irigasi yang
optimal. Kegiatan-kegiatan yang mendukung penyelenggaraan
pengelolaan aset irigasi seperti yang diatur dalam ketentuan perundangan
yang ada, tertulis pada UU No. 7 tahun 2004 pasal 41 tentang Sumber
Daya Air, irigasi diatur tersendiri dalam suatu peraturan pemerintah.
Dengan terbitnya PP No. 20 tahun 2006 tentang irigasi, maka amanat
tersebut telah terpenuhi. Dalam PP No. 20 tahun 2006 tesebut.
Pengelolaan Aset Irigasi diatur dalam Bab X.

Kondisi ketersediaan air saat ini pada dasarnya sangatlah terbatas.


Sementara itu, karena adanya pertambahan penduduk yang cepat dan
adanya perkembangan pendapatan penduduk serta perkembangan di luar
sektor pertanian, menyebabkan kebutuhan air semakin besar, baik secara

4
kuantitatif dan kualitatif (Rahayu, 2000). Dengan demikian persaingan
antar sektor dalam penggunaan air semakin kompetitif. Hal ini
menunjukkan bahwa air memang telah menjadi sumber daya yang sangat
terbatas dan selanjutnya memerlukan antisipasi penanganan yang tepat,
agar tidak menimbulkan konflik (Ilyas, 2001)

Kebutuhan air untuk keperluan irigasi pertanian dalam rangka memenuhi


kebutuhan pangan yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk
di Indonesia. Pada tahun 1990 kebutuhan air untuk keperluan irigasi dan tambak
sebesar 74,9 x 109 m3/tahun, sedangkan pada tahun 2000 kebutuhan air untuk
keperluan tersebut akan meningkat 91,5 x 109 m3/tahun dan pada tahun 2015
kebutuhan tersebut akan meningkat menjadi sebesar 116,96 x 109 m 3/Tahun.
Berarti kebutuhan sektor ini meningkat sebesar 10%/Tahun (1990-2000) dan
antara Tahun 2000 dan 2015 meningkat sebesar 6,7%/Tahun (Sudiarta, 2014).

Pemenuhan kebutuhan air irigasi di Provinsi Bali masih terbilang


kurang, sehingga upaya perbaikan prasarana dan sarana irigasi menjadi
sangat penting untuk terus dilakukan untuk menjamin efesiensi
penggunaan sumber air. Daerah Irigasi di Desa Umasari, Kabupaten
Tabanan, dengan luas 1059 ha merupakan salah satu arel sawah yang
dialiri air irigasi dari Tukad Yeh Sungi. Tukad Yeh Sungi merupakan
salah satu sungai terbesar di Kabupaten Tabanan. Terdapat salah satu
bendungan di sepanjang Tukad Sungi Yeh ini yaitu Bendung Tungkub.
Bendung Tungkub terdiri dari beberapa komponen yaitu bangunan sadap,
bangunan mercu, bangunan (saluran) penguras lumpur, Calong (lubang
kontrol saluran primer), saluran pengendap lumpur, saluran primer,
bangunan bagi, saluran sekunder, dan saluran tersier.

Praktikum pengenalan bangunan irigasi ini dilaksanakan oleh mahasiswa


Teknik Pertanian angkatan 2014 di Bendung Tungkub, Tukad Yeh Sungi,
Kabupaten Tabanan. Praktikum ini dilaksanakan agar mahasiswa dapat mengenal
langsung bangunan bangunan jaringan irigasi beserta fungsinya, mengetahui
dan memahami pengoperasian suatu bangunan pada jaringan irigasi, mengetahui
debit aliran di saluran irigasi dan mengetahui langsung tata letak (layout) sistem
irigasi di Desa Umasari (dari Bendung Tungkub hingga saluran skunder).

5
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan praktikum ini adalah :
1. Untuk mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi di
Bendung Tungkub
2. Untuk mengenal fungsi (kegunaan) dari masing masing bangunan
jaringan irigasi dan cara pengoperasian suatu bangunan pada jaringan
irigasi di Bendung Tungkub.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Irigasi
Hingga seperempat pertama abad 20, pengembangan irigasi berkelanjutan
merupakan bagian dari pengembangan kemanusiaan. Pengembangan fisik irigasi
(bangunan berikut jaringan irigasi) berada dalam kedudukan yang sama penting
dengan aspek pengelolaan (Sutardjo, 2006). Irigasi secara umum didefenisikan
sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam tanaman. Berdasarkan PP No. 23 tahun
1982 tentang irigasi, irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian. Sedangkan jaringan irigasi adalah saluran dan pembuangan
yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai
dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaanya.
Pemberian air irigasi dapat dilakukan dalam lima cara: (1) dengan penggenangan
(flooding); (2) dengan menggunakan alur, besar atau kecil; (3) dengan
menggunakan air di bawah permukaan tanah melalui sub irigasi, sehingga
menyebabkan permukaan air tanah naik; (4) dengan penyiraman (sprinkling);
atau dengan sistem cucuran (trickle) (Hansen, 1986).
Irigasi sangat diperlukan di daerah-daerah yang kebutuhan air dari sumber
alami hanya cukup untuk memproduksi tanaman selama setengah tahun atau
hanya cukup dalam beberapa tahun. Jumlah dan waktu irigasi tergantung pada
beberapa faktor iklim, tanah dan tanaman. Sistem irigasi harus menyediakan air

6
dengan tarif, jumlah, dan waktu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pertanian irigasi. Sistem irigasi mengalirkan air ke tanaman pada kuantitas dan
waktu yang sesuai yang dibutuhkan oleh tanaman. Fungsi irigasi yaitu,
mengalirkan air dari sumber air, memenuhi kebutuhan dalam dalam bidang
peternakan, dan endistribusikannya dalam setiap bidang.
Menururt Schwab et al. (1981), pendistribusian air irigasi pada
tanaman dapat dilakukan dengan empat metode antara lain :
1. Irigasi permukaan (Surface Irrigation) yaitu pemberian air dengan
penggenangan air langsung diantara petakan tanaman (furrow irrigation)
dan baris tanaman (corrugation irrigation).
2. Irigasi bawah permukaan (Subsurface Irrigation) merupakan pemberian
air pada tanaman melalui saluran-saluran di bawah permukaan tanah.
3. Irigasi Curah (Sprinkler Irrigation) metode pemberian pada tanaman yang
dilakukan melaui curahan air seperti curahan air hujan.
4. Irigasi tetes (Trickle Irrigation) pemberian air pada tanaman secara
langsung baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah melalui
tetesan secara sinambung dan perlahan di daerah perakaran tanaman atau
di sekitar tanaman.
2.2 Irigasi Permukaan (surface irrigation)
Irigasi permukaan (surface irrigation) merupakan cara aplikasi irigasi yang
tua dan paling banyak digunakan. Irigasi permukaan lebih cocok diterapkan pada
lahan yang relatif seragam dan datar (slope < 2%) serta tanah dengan kapasitas
infiltrasi rendah sampai sedang. Investasi awal yang diperlukan untuk
membangun irigasi permukaan biasanya rendah namun efisiensinya relatif rendah
karena banyak kehilangan air melalui evaporasi, perkolasi, run off maupun
seepage. Beberapa tipe irigasi permukaan yang sering dijumpai adalah
sawah/genangan (basin), luapan (border), alur (furrow), dan surjan.
Irigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung
di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan
bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran
sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan tersier.
Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah

7
yang tinggi akan mendapat air lebih dulu. Irigasi permukaan ini merupakan cara
yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Irigasi permukaan yang
cenderung tidak terkendali umumnya disebut dengan irigasi banjir atau irigasi
basin, yaitu merendam lahan pertanian hingga ketinggian tertentu dengan jumlah
air yang berlebih. Irigasi permukaan yang terkelola dengan baik biasanya
dilakukan dengan mengalirkan air di antara guludan (furrow) atau batas tertentu
(Kholid, 2009).
Metode irigasi permukaan ini merupakan cara aplikasi irigasi yang tua dan
paling banyak digunakan. Irigasi permukaan lebih cocok diterapkan pada lahan
yang relatif seragam dan datar (slope < 2%) serta tanah dengan kapasitas infiltrasi
rendah sampai sedang. Investasi awal yang diperlukan untuk membangun irigasi
permukaan biasanya rendah namun efisiensinya relatif rendah karena banyak
kehilangan air melalui evaporasi, perkolasi, run off maupun seepage. Beberapa
tipe irigasi permukaan yang sering dijumpai adalah sawah/genangan (basin),
luapan (border), alur (furrow), dan surjan (gelombang).
Sistem irigasi permukaan terjadi dengan menyebarkan air ke permukaan
tanah dan membiarkan air meresap (infiltrasi) ke dalam tanah. Air dibawa dari
sumber ke lahan melalui saluran terbuka baik dengan lining maupun melalui pipa
dengan head rendah. Investasi yang diperlukan untuk mengembangkan irigasi
permukan relatif lebih kecil daripada irigasi curah maupun tetes kecuali bila
diperlukan pembentukan lahan, seperti untuk membuat teras. Sistem irigasi
permukaan (Surface irrigation), khususnya irigasi alur (Furrow irrigation) banyak
dipakai untuk tanaman palawija, karena penggunaan air oleh tanaman lebih
efektif.
Sistem irigasi alur adalah pemberian air di atas lahan melalui alur, alur
kecil atau melalui selang atau pipa kecil dan megalirkannya sepanjang alur dalam
lahan. Suatu daerah irigasi permukaan terdiri dari susunan tanah yang akan diairi
secara teratur dan terdiri dari susunan jaringan saluran air dan bangunan lain
untuk mengatur pembagian, pemberian, penyaluran, dan pembuangan kelebihan
air. Dari sumbernya, air disalurkan melalui saluran primer lalu dibagi-bagikan ke
saluran sekunder dan tersier dengan perantaraan bangunan bagi dan atau sadap
tersier ke petak sawah dalam satuan petak tersier. Petak tersier merupakan petak-

8
petak pengairan/pengambilan dari saluran irigasi yang terdiri dari gabungan petak
sawah. Bentuk dan luas masing-masing petak tersier tergantung pada topografi
dan kondisi lahan akan tetapi diusahakan tidak terlalu banyak berbeda. Apabila
terlalu besar akan menyulitkan pembagian air tetapi apabila terlalu kecil akan
membutuhkan bangunan sadap. Ukuran petak tersier diantaranya adalah, di tanah
datar : 200-300 ha, di tanah agak miring : 100-200 ha dan di tanah perbukitan :
50-100 ha (Kholid, 2009).
2.3 Bendung
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi meninggikan
muka air sungai agar bisa di sadap. Bendung merupakan salah satu dari bagian
bangunan utama. Bangunan utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang
terdiri dari bagian-bagian: Bendung (weir structure), bangunan pengelak
(diversion structure), bangunan pengambilan (intake structure), bangunan
pembilas (flushing structure), dan bangunan kantong lumpur (sediment
trapstructure).Definisi bendung menurut analisa upah dan bahan BOW
(Burgerlijke Openbare Werken), bendung adalah bangunan air (beserta
kelengkapannya) yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka
air sehingga dapat dialirkan secara gravitasi ke tempat yang membutuhkannya.
Fungsi utama dari bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka air dari
sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat
bangunan pengambilan (intake structure), dan untuk mengendalikan aliran,
angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara
aman, efisien, dan optimal, (Mawardi & Memet, 2010).
Komponen utama bendung terdiri dari 4 komponen utama yaitu tubuh
bendung, bangunan intake, bangunan pembilas, dan bangunan pelengkap. Tubuh
bendung, antara lain terdiri dari ambang tetap dan mercu bendung dengan
bangunan peredam energinya. Bangunan intake, antara lain terdiri dari
lantai/ambang dasar, pintu, dinding banjir, pilar penempatan pintu, saringan
sampah, jembatan pelayan, rumah pintu dan perlengkapan lainnya. Bangunan
pembilas, dengan indersluice atau tanpa indersluice, pilar penempatan pintu,
saringan sampah, pintu bilas, jembatan pelayan, rumah pintu, saringan batu dan
perlengkapan lainnya. Sedangkan bangunan pelengkap lain yang harus ada pada

9
bendung antara lain yaitu tembok pangkal, sayap bendung, lantai udik dan dinding
tirai, pengarah arus tanggul banjir dan tanggul penutup atau tanpa tanggul,
penangkap sedimen atau tanpa penangkap sedimen, tangga, penduga muka air,
dan sebagainya. (Mawardi dan Memet 2010).
Syarat bendung harus memenuhi beberapa faktor yaitu:
1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.
2. Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah
di bawahnya.
3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh
aliran air sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah.
4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum
yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.
5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir,
kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan
pada tubuh bendung.

10
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Prakikum pengenalan bangunan irigasi ini dilaksanakan pada Jumat, 10
Maret 2017 pada pukul 11.00 13.00 WITA dan bertempat di Bendung Tungkub,
Tukad Yeh Sungi, Desa Umasari, Kabupaten Tabanan dan Bangunan Bagi Irigasi
Tungkub Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum pengenalan bangunan
irigasi ini adalah sebagai berikut:
a. Alat Tulis
b. Camera
c. Penggaris/ roll meter
3.3 Cara Kerja
Prosedur (cara kerja) pada praktikum pengenalan bangunan irigasi ini
adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa memperhatikan arahan dan petunjuk dari dosen pembimbing
b. Mahasiswa menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, seperti alat
tulis, camera (sebagai alat dokumentasi), dan penggaris

11
c. Mahasiswa mengamati bangunan bangunan irigasi berserta fungsi/
kegunaan bangunan tersebut
d. Mahasiswa mengamati serta mendokumentasikan setiap komponen
komponen bangunan pada sistem irigasi di areal Bendung Tungkub
e. Mahasiswa mengukur dimensi (lebar ambang dan ketinggian permukaan
air) di beberapa saluran irigasi dan bangunan irigasi
f. Mahasiswa menghitung debit aliran pada saluran irigasi yang diamati
g. Mahasiswa mengamati tata letak (layout) dari setiap komponen
komponen bangunan irigasi

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Macam Macam Bangunan pada Bendung Tungkub


Bendung Tungkub terdiri dari beberapa bangunan yaitu, bangunan utama,
bangunan pembawa, dan bangunan pengatur.
1. Bangunan Utama
a. Mercu
Mercu bendung yaitu bagian teratas tubuh bendung dimana aliran
dari udik dapat melimpah ke hilir. Fungsinya sebagai penentu tinggi muka
air minimum di sungai bagian udik bendung dan menghalangi laju air.
Letak mercu bendung bersama-sama tubuh bendung diusahakan tegak
lurus arah aliran sungai agar aliran menuju bendung terbagi merata.
Menurut penulis tipe mercu yang terdapat pada Bendung Tungkub yaitu
tipe mercu bulat. Umumnya mercu tipe bulat memuliki bentuk sederhana
sehingga mudah dalam pelaksanaanya, mempunyai bentuk mercu yang
besar sehingga lebih tahan terhadap benturan, tahan terhadap goresan atau
abrasi, karena diperkuat oleh batu candi atau beton, dan pengaruh kavitasi
hampir tidak ada atau tidak begitu besar asalkan radius mercu bendung
memenuhi syarat minimum yaitu 0,7h.

12
b. Bangunan Penguras
Bangunan penguras ini diperlukan untuk mengurangi luapan air
yang yang mengaliri karena begitu banyaknya debit air yang tertampung.
Biasanya itu terjadi pada musim penghujan. Dan fungsi utama dari
bangunan penguras ini tentunya berfungsi untuk menguras air pada saat
ada pekerjaan perbaikan bangunan ataupun saluran. Biasanya bangunan ini
dilengkapi dengan pintu sorong baja dan kantong lumpur, agar tidak
kesulitan pada saat mau menguras ataupun membuang air. Pada Bendung
Tungkub penempatan bangunan ini bersebelahan dengan bangunan sadap.
Letak bangunan ini juga tidak asal asalan, karen harus tepat dibagian
mana saluran itu sering meluap ataupun dekat bangunan pembuang
masuk/affour.
c. Bangunan Sadap
Pada Bendung Tungkub bangunan sadap terletak pada bagian
sayap bendung dan bersebelahan dengan bangunan penguras. Bangunan
sadap dibangun dengan tujuan agar kebutuhan para petani mengenai air ke
persawahan dapat teratasi. Untuk areal persawahan yang agak jauh dari
saluran irigasi biasanya dibuatkan trace saluran pembawa tersier baru
untuk mencapai areal persawahan tersebut. Untuk membangun bangunan
sadap, tentunya harus dilihat dulu berapa luas areal persawahan yang akan
dialiri. Bangunan sadap pada Bendung Tungkub memiliki pintu, ketika
pintunya dibuka maka air akan mengalir ke saluran primer dan kemudian
akan mengaliri irigasi persawahan tertentu.
2. Bangunan Pembawa
a. Saluran Terbuka
Pada bangunan pembawa, terdapat saluran yang akan membawa
aliran air dari bendungan melalui bangunan sadap yaitu saluran terbuka.
Saluran terbuka ini disebut juga dengan saluran primer, dimana saluran ini
berasal dari terusan bangunan sadap yang kemudian saluran ini akan
diteruskan ke bangunan kontrol saluran primer, terowongan, saluran
endapan lumpur, bangunan bagi hingga ke saluran sekunder. Saluran

13
primer pada jaringan irigasi Bendung Tungkub memiliki ketinggian 50 cm
dengan lebar 2,5 meter.
b. Bangunan Kontrol Saluran Primer
Bangunan kontrol berfungsi sebagai pengontrol aktifitas air pada
saluran tertentu. Pada Bendung Tungkub terdapat bangunan kontrol
saluran primer. Bangunan kontrol saluran primer pada jaringan irigasi
terdiri dari 2 bangunan, yaitu bangunan kontrol saluran primer secara
horizontal (Bindu) dan bangunan kontrol saluran primer secara vertikal
(Calung). Pada Bendung Tungkub digunakan bangunan kontrol saluran
primer secara vertikal. Kedalaman pada bangunan ini mencapai 5 meter
dengan luas bangunan 1,5 x 1,5 meter 2. Bentuk bangunan kontrol ini
adalah persegi.

c. Terowongan
Terowongan berfungsi sebagai bangunan bawah tanah yang akan
mengaliri air di bawah permukaan tanah. Pada Bendung Tungkub memiliki
2 terowongan utama, yaitu 1) Terowongan yang menghubungkan
bangunan sadap utama ke saluran pengendap lumpur. 2) Terowongan yang
menghubungkan dari bangunan kontrol lumpur menuju saluran primer.
d. Bangunan Kontrol Endapan Lumpur
Bangunan kontrol endapan lumpur ini terletak setelah bangunan
pengontrol saluran primer (Calung). Fungsi dari bangunan kontrol
endapan lumpur ini adalah sebagai tempat endapan lumpur, agar air yang
akan dialirkan melalui saluran primer ke lahan persawahan bersih dari
lumpur. Pada bangunan kontrol endapan lumpur ini terdapat saluran
penampung lumpur (saluran penguras) yang terletak pada bagian sayap
kanan saluran primer. Saluran penguras ini memiliki ketinggian 2 meter.
Apabila pada saluran primer memiliki endapan lumpur yang sudah banyak
(penuh), maka pintu kontrol akan dibuka dan lumpur akan dialirkan
menuju tempat saluran penguras.
3. Bangunan Pengatur

14
a. Bangunan Ukur Romijn
Bangunan alat ukur baik alat ukur ambang lebar ataupun alat ukur
cipollety, mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk mengatur debit air
yang keluar dari intake bandung. Bentuk bangunan ukur pada Bendung
Tungkub ini adalah persegi (Romijn).
b. Bangunan Bagi
Bangunan ini letaknya disepanjang saluran primer ataupun saluran
sekunder. Jika penempatannya di saluran primer, berarti bangunan tersebut
dinamakan bangunan bagi, yang artinya sebuah bangunan yang fungsinya
untuk membagi beberapa saluran. Bisa ke saluran primer lagi ataupun bisa
ke saluran sekunder. Disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Intinya
bangunan bagi adalah bangunan yang biasanya berupa box pembagian ke
saluran sekunder. Pada Bendung Tungkub, bangunan bagi penempatannya
terletak di saluran primer yang kemudian membagi 2 saluran sekunder.
4.2 Cara Kerja dan Layout Sistem Irigasi Bendung Tungkub
Jaringan irigasi pada Bendung Tungkub terdiri dari beberapa bangunan,
dan kemudian memiliki cara kerja yang saling terhubung satu sama lain.

Bangunan 1 Calung
Sadap (Vertikal)
Bendung
Bangunan 2
Penguras
Lumpur
Bangunan
Kontrol
Endapan
Lumpur

Sawah Sawah 3

4
Bangunan
Bagi
Sawah Sawah

15
Gambar 1. Cara kerja sistem irigasi aliran permukaan di Bendung Tungkub

Berdasarkan gambar diatas, cara kerja aliran irigasi permukaan pada


Bendung Tungkub dimulai dari aliran dari sungai yang akan diteruskan ke
bangunan sadap, yang kemudian akan mengalirkan air melalui saluran primer
menuju Calong (bangunan pengontrol saluran primer). Dari calong, saluran primer
akan menuju bangunan kontrol endapan lumpur. Pada bangunan ini, saluran
primer akan terhubung dengan 2 jalur aliran, yaitu jalur pintu saluran penguras
lumpur dan saluran primer menuju jalur bangunan bagi. Pada jalur saluran
penguras lumpur, endapan lumpur pada saluran primer akan diarikan ke saluran
ini. Sedangkan pada saluran primer menuju jalur bangunan bagi, aliran air (tanpa
endapan lumpur) akan diteruskan menuju bangunan bagi menuju saluran
sekunder. Kemudian dari saluran sekunder, air akan dialirkan menuju petakan
petakan sawah.

7
3

1 5 6
4
2

Gambar 2. Layout (tata letak) bangunan irigasi di Bendung Tungkub

16
Keterangan gambar 2 :
1 : Bendungan Utama
2 : Bangunan Mercu
3 : Bangunan Sadap
4 : Bangunan Penguras Lumpur
5 : Bangunan Pengontrol Saluran Primer (Calong)
6 : Bangunan Kontrol Endapan Lumpur
7 : Pintu Kontrol Saluran Penguras
8 : Bangunan Bagi
9 : Petakan Sawah
: Simbol Saluran Primer
: Simbol Saluran Sekunder
: Simbol Petakan Sawah

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum pengenalan bangunan irigasi ini adalah


sebagai berikut :
a. Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk tanaman mulai
dari tumbuh sampai masa panen. Fungsi irigasi yaitu, mengalirkan air dari
sumber air, memenuhi kebutuhan dalam dalam bidang peternakan, dan
endistribusikannya dalam setiap bidang.
b. Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi meninggikan
muka air sungai agar bisa di sadap. Komponen utama bendung terdiri dari
4 komponen utama yaitu tubuh bendung, bangunan intake, bangunan
pembilas, dan bangunan pelengkap.
c. Bendung Tungkub memiliki 3 komponen bangunan, yaitu Bangunan
Utama (mercu, bangunan penguras, bangunan sadap), Bangunan Pembawa
(saluran terbuka, bengunan kontrol saluran primer, terowongan, bangunan

17
kontrol endapan lumpur), dan Bangungan Pengatur (bangunan ukur,
bangunan bagi).
d. Cara kerja aliran irigasi permukaan pada Bendung Tungkub secara
berurutan diawali dari bedungan, bangunan sadap melalui saluran primer,
bangunan pengontrol saluran primer (calong), bangunan pengontrol
endapan lumpur, bangunan bagi, saluran sekunder, saluran tersier, dan
berakhir pada petakan sawah.

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan terkait pelaksanaan praktikum


Pengenalan Bangunan Irigasi pada mata kuliah Teknik Irigasi dan Drainase yaitu,
perlu adanya panduan praktikum terkait sistem pelaksanaan praktikum serta
perlunya pengenalan lebih detail terkait bangunan irigasi beserta pengukuran
(dimensi).

18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Jenis dan Fungsi Bangunan Irigasi. http://damarverrygood.
blogspot.co.id/2016/01/jenis-dan-fungsi-bangunan-irigasi.html. Diakses
Tanggal 16 Maret 2017.
Azwaruddin.2008.Teknik Irigasi. http://azwaruddin.blogspot.com/. (Diakses pada
12 Maret 2017)
Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Depatemen Pertanian.2008
.Pedoman Irigasi Bertekanan (Irigasi Sprinkler dan Irigasi Tetes).Jakarta.
Dyah Rahayu Pangesti, 2000. Pengelolaan Dan Pemanfaatan Sungai
Menyongsong Abad-21, Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama Bidang
Sungai, 2000 dalam Buku Pengelolaan Sumberdaya Air Dalam Otonomi
Daerah.
Effendi, H. ,003. Telaah Kualita. Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dart
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Erman Mawardi,Drs.Dipl.AIT dan Moch.Memed. Ir. Dipl. HE, 2002. Desain
Hidraulik Bendung tetap untuk Irigasi teknis. AlfaBeta Bandung. ISBN
979-8433-56-2
Ilyas.Y, 2001. Kinerja Teori Penilaian & Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan FKM UI,Depok.
Kurniawan. 2010. Perencanaan Bendung. http://putusukmakurniawan.
blogspot.co.id/2010/09/perencanaan-bendung.html. Diakses tanggal 16
Maret 2017.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2006 tentang
pengelolaan irigasi.
Racmad, nur. 2009. Irigasi Dan Tata Guna Lahan. Pt Gramedia : Jakarta
Sapped a Kab. Tabanan.201 o. Rancangan Peraturan Daerah Kab. Tabanan Nomor
Tahun 2010 ten tang Rancangon Tata Ruang Wilayah Kab. Tabanan.
Tabanan.
LAMPIRAN 1

Perhitungan debit saluran primer dan sekunder


a. Saluran Primer
Diketahui : h (tinggi saluran) = 50 cm
b (lebar saluran) = 2,5 m
Ditanya : Q (debit) ???
Penyelesaian :
Q = 1,71 bh3/2
= 1,71 x 25m x (50)3/2cm
= 1,71 x 2,5 m x 353,55 cm
= 1.511,42625 Liter/s
Kesimpulan :
b. Saluran Sekunder 1
Diketahui : h (tinggi saluran) = 36 cm
b (lebar saluran) = 1,16 m
Ditanya : Q (debit) ???
Penyelesaian :
Q = 1,71 bh3/2
= 1,71 x 1,16 m x 363/2cm
= 1,71 x 1,16 m x 216 cm
= 428,4576 Liter/s
Kesimpulan :
c. Saluran Sekunder 2
Diketahui : h (tinggi saluran) = 36 cm
b (lebar saluran) = 1,32 m
Ditanya : Q (debit) ???
Penyelesaian :
Q = 1,71 bh3/2
= 1,71 x 1,32 m x 363/2cm
= 1,71 x 1,32 m x 216 cm
= 484,704 Liter/s

LAMPIRAN 2

Komponen Komponen Bangunan Irigasi di Bendung Tungkub

Anda mungkin juga menyukai