Anda di halaman 1dari 17

REKAYASA IRIGASI

Tugas Rekayasa Sungai ke 3

DOSEN PENGAMPU:

Dr.Ir.Dandy Ahmad Yani,MM.,MT

DI SUSUN OLEH:

Riki Agung Pratama


202110340311138

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MALANG


KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah rekayasa irigas ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah rekaya irigasi,
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah yang berjudul rekayasa irigasi ini. Kami menyadari
pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu
dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3

2.1 Landasan Teori..........................................................................................3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................8

3.1 Perancangan Penelitian..............................................................................8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................9

BAB V PENUTUP...........................................................................................12

5.1 KESIMPULAN.......................................................................................12

5.2 SARAN...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Air adalah suatu sumber kehidupan yang digunanakan dalam berbagai
kebutuhan hidup manusia seperti keperluan rumah tangga, indutri, hingga
keperluan produksi tanaman khususnya area persawahan. Upaya ini untuk
mencukupi kebutuhan di area persawahan terdapat saluran irigasi untuk
menyalurkan air dari bendung ke lahan persawahan yang merupakan
bangunan air sebagai suplai kebutuhan air sawah yang mengambil air dari sungai.
Keberadaan sisitem irigasi merupakan syarat mutlak demi tercukupimya
kebutuhan dan ketahanan pangan nasional bagi sebuah negara. Sistem irigasi
merupakam upaya yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan air
guna mengairi area pertanian. Sistem irigasi meliputi prasrana irigasi, manajemen
irigasi, kelembagaan pengelola irigasi, sumber air irigasi, dan sumber daya
manusia (Ir. Afrizal & Umar, 2022).

Irigasi ini penting dalam kehidupan sehari-hari untuk mengalirkan air


secara teratur sesuai kebutuhan tanaman. Persedian air tanah tidak mencukupi
untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara
normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tata cara
aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia
yang dibutuhkan tanaman. Pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk
menunjang penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di daerah irigasi
akan terpenuhi walaupun daerah irigasi tersebut berada jauh dari sumber air
permukaan (sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu
memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan
cara yang efektif dan ekonomis (Meyta et al, 2022).

Daerah irigasi adalah suatu wilayah daratan yang kebutuhan airnya dipenuhi
oleh sistem irigasi. Daerah irigasi biasanya merupakan areal persawahan yang
membutuhkan banyak air untuk produksi padi. Peningkatan untuk produksi pada

1
areal persawahan dibutuhkan sistem irigasi yang handal adalah sistem irigasi yang
dapat memenuhi kebutuhan air irigasi sepanjang tahun. Prinsip kerja dalam irigasi
adalah dengan cara menyalurkan air dari sebuah sumber ke daerah sasaran dengan
menggunakan pipa. Pipa yang digunakan pada lahan sawah kemudian disumbat
menggunakan tekanan khusus dari alat pencurah dengan begitu muncul pancaran
air seperti air hujan (Indah, 2018).

I.2 Identifikasi Masalah


Identifikasi pada penelitian rekayasa irigasi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemanfaatan dari penggunaan irigasi pada daerah banyuwangi?

2. Bagaimana pengelolaan irigasi pada daerah banyuwangi?

3. Bagaimana manajemen irigasi yang digunakan untuk daerah banyuwangi?

I.3 Tujuan Masalah


Tujuan pada penelitian rekayasa irigasi adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemanfaatan dari penggunaan irigasi pada daerah


banyuwangi.

2. Untuk mengetahui dari pengelolaan irigasi pada daerah banyuwangi.

3. Untuk mengetahui manajemen irigasi yang digunakan untuk daerah


banyuwangi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori


Air irigasi di Indonesia umumnya bersumber dari sungai, waduk, air tanah
dan sistem pasang surut. Salah satu usaha peningkatan produksi pangan
khususnya padi adalah tersedianya air irigasi di sawahsawah sesuai dengan
kebutuhan. Kebutuhan air yang diperlukan pada areal irigasi besarnya bervariasi
sesuai keadaan. Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan evaporasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk
tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui
hujan dan kontribusi air tanah (Priyonugroho, 2014)

Irigasi berarti pemberian air kepada tanah untuk memenuhi kebutuhan air
bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan irigasi adalah memberikan air kepada
tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang diperlukan. Keberadaan
jaringan irigasi dalam hubungannya dengan upaya peningkatan produktivitas
tanaman pangan khususnya padi sawah telah menjadi pembahasan berbagai pakar
pertanian. Mereka menelaahnya dari berbagai segi baik teknis maupun sosial
ekonomi dan kelembagaan. Pentingnya jaringan irigasi ini ditunjukkan pula
dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP), antara lain PP No 77/2001 yang
diperbaharui dengan PP. No.20 /2006 Tentang Irigasi.

irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk
keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanamtanaman.
Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk tanaman mulai dari
tumbuh sampai masa panen. Air tersebut diambil dari sumbernya, dibawa melalui
saluran, dibagikan kepada tanaman yang memerlukan secara teratur, dan setelah
air tersebut terpakai, kemudian dibuang melalui saluran pembuang menuju sungai
kembali. Irigasi sangat dibutuhkan untuk pertanian, perkebunan dan lain-lainnya.
Manfaat dari Irigasi adalah :

3
1. Menambahkan air ke dalam tanah untuk menyediakan cairan yang diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman

2. Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau pendek;

3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfer, sehingga menimbulkan lingkungan


yang baik untuk pertumbuhan tanamam

4. Untuk mencuci dan mengurangi garam tanah

5. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah

6. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah

Konteks manajemen sistem irigasi, konsep Pengelolaan Sistem Irigasi


Partisipatif (PPSIP) dapat mendukung peningkatan produktivitas lahan dan
produksi pertanian melalui Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai air (P3A)
atau Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) sebagai organisasi pengelola
jaringan irigasi di tingkat desa. Selain itu pengelolaan irigasi partisipatif
merupakan salah satu upaya untuk melaksanakan konservasi sumber daya air, dan
guna melindungi terhadap ancaman konversi lahan beririgasi untuk peruntukkan
lainnya. Konservasi sumber daya air terutama dibutuhkan pada daerah tangkapan
air bagian hulu, dimana kapasitas tanah dan tumbuh-tumbuhan dalam menahan air
sudah sangat terancam (Prasetijo,2012).

Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya


fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan kedalam tiga jenis yaitu ((Standar
Perencanaan Irigasi KP-01, Dept. PU Dirjen Pengairan, 1986):

1. Irigasi sederhana (Non Teknis) Jaringan irigasi sederhana biasanya


diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air, sehingga
kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat
terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang
sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi air.
Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut pemakai air
dari latar belakang sosial yang sama. Namun jaringan ini masih memiliki

4
beberapa kelemahan antara lain, terjadi pemborosan air karena banyak air yang
terbuang, air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang
lebih subur, dan bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu
bertahan lama

2. Irigasi semi teknis Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap
yang permanen ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah
dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah
terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum
sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur
dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit. Sistem
pembagian airnya sama dengan jaringan sederhana, bahwa pengambilan dipakai
untuk mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan jaringan
sederhana.

3. Irigasi teknis Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang


permanen. Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur.
Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang.
Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak
tersier. Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis.
Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang
umumnya 12 berkisar antara 50 – 100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha. Petak
tersier menerima air di suatu tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu
jaringan pembawa yang diatur oleh Dinas Pengairan. Untuk memudahkan sistem
pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak yang
terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan petak
sawah sebagai satuan terkecil.

Prakteknya ada 4 jenis irigasi ditinjau berdasarkan cara pemberian airnya


yaitu sebagai berikut :

1. Irigasi gravitasi (Gravitational Irrigation) Irigasi gravitasi adalah irigasi


yang memanfaatkan gaya tarik gravitasi untuk mengalirkan air dari sumber ke

5
tempat yang membutuhkan, pada umumnya irigasi ini banyak digunakan di
Indonesia, dan dapat dibagi menjadi: irigasi genangan liar, irigasi genangan dari
saluran, irigasi alur dan gelombang.

2. Irigasi bawah tanah (Sub Surface Irrigation) Irigasi bawah tanah adalah
irigasi yang menyuplai air langsung ke daerah akar tanaman yang
membutuhkannya melalui aliran air tanah. Dengan demikian tanaman yang diberi
air lewat permukaan tetapi dari bawah permukaan dengan mengatur muka air
tanah.

3. Irigasi siraman (Sprinkler Irrigation) Irigasi siraman adalah irigasi yang


dilakukan dengan cara meniru air hujan dimana penyiramannya dilakukan dengan
cara pengaliran air lewat pipa dengan tekanan (4 –6 Atm) sehingga dapat
membasahi areal yang cukup luas. Pemberian air dengan cara ini dapat
menghemat dalam segi pengelolaan tanah karena dengan pengairan ini tidak
diperlukan permukaan tanah yang rata, juga dengan pengairan ini dapat
mengurangi kehilangan air disaluran karena air dikirim melalui saluran tertutup.

4. Irigasi tetesan (Trickler Irrigation) Irigasi tetesan adalah irigasi yang


prinsipnya mirip dengan irigasi siraman tetapi pipa tersiernya dibuat melalui jalur
pohon dan tekanannya lebih kecil karena hanya menetes saja. Keuntungan sistem
ini yaitu tidak ada aliran permukaan.

pengeloalan irigasi meliputi operasi dan pemeliharaan, pengamanan,


rehabilatasi dan peningkatan jaringan irigasi belum terlaksana secara optimal,
sehingga mempercepat kemunduran kinerja sistem irigasi, yang berimplikasi pada
pelaksanaan rehabilatasi dan peningkatan lebih cepat dari waktu yang semestinya.
Berbagai permasalah dan tantangan pembagunan yang dihadapi oleh pemerintah
saaat ini seperti kualitas yang akhirnya mempengaruhi pelayanan kepada
masyarakat pengguna air irigasi. Pemerintah melakukan reorintasi pembaharuan
kebijakan pengelolaan irigasi melalui format Pengembangan dan Pengelolaan
Sistem Irigasi Parsitipatif (PPSIP). PPSIP sebagai kerangka dasar kegiatan
program reformasi pengelolaan irigasi secara partisipatif dikembangkan dalam

6
mewujudkan pencapaian tujuan reformasi kebijakan sumber daya air dan irigasi
sebagaimana yang diamanatkan publik dalam peraturan perundang-undangan.
Tujuannya adalah agar kelembagaan pengelolaan irigasi, petani pemakai air dan
penerima manfaat irigasi lainnya, mampu melaksanakan pengelolaan irigasi
secara efektif dan efisien serta berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan sistem irigasi baik pengembangan maupun
pengelolaan jaringan irigasi.

7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Perancangan Penelitian


Metode penelitian ini didesain sebagai sebuah studi kasus dengan
pendekatan multi kasus. Secara umum, metode penelitian yang akan digunakan
adalah antara metode penelitian kualitatif. Metoda penelitian kualitatif dilakukan
diawal untuk menemukan secara spesifik hipotesis- hipotesis hubungan antar
variabel yang akan diuji lebih lanjut. Untuk mengumpulkan informasi lebih
banyak tentang daerah penelitian, peneliti melakukan mencari informasi pada
daerah banyuwangi dengan refrensi informasi internet sebagai penelitian.
Penelitian awal ini dilakukan untuk melihat dan mencari data awal tentang kondisi
daerah penelitian.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sektor pertanian di Banyuwangi terus menggeliat. Pembangunan
infrastruktur pertanian pun terus dilakukan. Apa lagi infrastruktur pertanian
termasuk prioritas utama pembangunan di Banyuwangi pada 2020 ini. Sektor
pertanian ini semakin menggeliat dengan dibangunnya embung oleh Ditjen
Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian.Menteri Pertanian
Syahrul Yasin Limpo mengatakan semangat pembangunan pertanian di
Banguwangi sejalan dengan pembangunan pembangunan pertanian oleh
Kementerian Pertanian.abupaten Banyuwangi berupa embung di Desa Kalipait,
Kecamatan Tegaldlimo. “Pembangunan embung ini kita lakukan untuk
mendukung pertanian dari hulu sampai hilir. Kita juga ingin meningkatkan indeks
pertanaman sehingga hasil produksi yang bisa dicapai menjadi lebih maksimal,”
tuturnya Sarwo Edhy menjelaskan, pembangunan embung bukan hanya untuk
memastikan ketersediaan air untuk pertanian. “Tetapi kita juga berharap luas
tanah yang bisa terairi bisa meningkat. Sehingga hasil pertanian juga bertambah,”
katanya. Sektor pertanian adalah salah satu sektor terpenting dalam perekonomian
masyarakat Banyuwangi. Selain teknis pertaniannya misalnya dengan inovasi
budidaya maupun pasca-panen, Banyuwangi juga membangun infrastrukturnya,
terutama untuk sumberdaya air.

Aliran air ke lahan harus dipastikan tidak macet dan dalam jumlah yang
cukup. Di Banyuwangi, jaringan irigasi primer mencapai 3.718 kilometer, irigasi
sekunder 2.204 kilometer, dan irigasi tersier 797 kilometer. Jaringan tersebut
mengairi sekitar 66.000 hektar sawah. Selain itu, ada kawasan perkebunan sekitar
82.000 hektar yang juga membutuhkan sumberdaya air dalam skala tertentu.
“Embung bisa menjadi andalan petani untuk mendapatkan sumber pengairan
disaat rendahnya curah hujan dan berkurangnya pasokan air dari sistem irigasi
teknis,” tutur Sarwo Edhy lagi.Untuk tahun anggaran 2020 ini, pembangunan
embung pertanian dilaksanakan pada satu Kelompok Tani Tentren di Desa
Kalipait Kecamatan Tegaldlimo. Memasuki bulan September Tahun 2020 ini,

9
keberadaan Embung di Poktan Tentrem yang berada di Desa Kalipait Kecamatan
Tegaldlimo kabupaten Banyuwangi, akan sangat bermanfaat bagi petani sekitar
embung untuk menjadi sumber pengairan nya. Ketua Poktan Tentrem Suprayitno
mengatakan embung yang dikelola oleh Poktan tentrem ini dapat memberikan
pelayanan pengairan pada lahan pertanian disekitar nya seluas 25-30 Hektare.“Air
dari embung dapat juga dimanfaatkan untuk kebun-kebun buah naga dan jeruk
disekitar sini. Oleh karena itu, masyarakat Desa Kalipait khususnya Kelompok
Tani Tentrem merasa sangat berterimakasih atas dibangunnya embung ini,”
tuturnya. Selain sebagai sumber pengairan pada lahan pertanian, masyarakat
sekitar embung mempergunakan sarana ini untuk kepentingan sehari hari seperti
mencuci dan untuk budidaya ikan yang hasilnya juga dapat dirasakan oleh
masyarakat sekitar embung tersebut.

Konteks manajemen sistem irigasi pada daerah banyuwangi , konsep


Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif (PPSIP) dapat mendukung peningkatan
produktivitas lahan dan produksi pertanian melalui Pemberdayaan Perkumpulan
Petani Pemakai air (P3A) atau Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) sebagai
organisasi pengelola jaringan irigasi di tingkat desa. Selain itu pengelolaan irigasi
partisipatif merupakan salah satu upaya untuk melaksanakan konservasi sumber
daya air, dan guna melindungi terhadap ancaman konversi lahan beririgasi untuk
peruntukkan lainnya. Konservasi sumber daya air terutama dibutuhkan pada
daerah tangkapan air bagian hulu, dimana kapasitas tanah dan tumbuh-tumbuhan
dalam menahan air sudah sangat terancam. Perkembangan irigasi di Banyuwangi,
telah mengalami sejarah yang cukup panjang. Daerah – daerah yang melayani
usaha tani beririgasi tersebut pada awalnya dibangun dan dikelola oleh
masyarakat setempat. Salah satu nagari yang memiliki jaringan irigasi untuk
pemenuhan kebutuhan sector pertanian adalah Nagari Paninggahan Kabupaten
Solok. Petani padi sawah di Nagari Paninggahan sangat bergantung pada
ketersediaan air untuk mengairi sawah yang berada di nagari tersebut. kajian
mengenai pengelolaan sistem irigasi di Nagari Paninggahan perlu dilakukan untuk
mewujudkan pengelolaan sistem irigasi yang berkelanjutan dalam upaya
mencapai ketahanan pangan Nasional.

10
Pengelolaan irigasi merupakan kegiatan pada jaringan irigasi yang meliputi
operasi, pemeliharaan, dan perbaikan. Menurut Pemerintah Repulik Indonesia
pengelolaan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan
rehabilitasi jaringan irigasi. Sedangkan menurut Departemen Pekerjaan Umum,
pengelolaan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi dan pemeliharaan.
Dalam penelitian yang dijadikan panduan adalah Departemen Pekerjaan Umum
(2007) tentang Pedoman Operasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi.

Manfaat dari pengembangan air tanah sebagai salah satu alternatif sumber
air irigasi adalah untuk menjangkau lokasi yang sulit dialiri oleh air permukaan.
Penyadapan air tanah dilakukan melalui penggunaan pompa listrik, pembangkit
mesin diesel dengan mengalirkan air tanah melalui jaringan irigasi. Pemanfaatan
air tanah untuk irigasi juga akan lebih terjamin debitnya secara kontinyu, karena
air tanah dalam, relatif tidak terpengaruh oleh musim hujan dan kemarau,
sehingga mampu untuk dilakukan penanaman tiga sampai empat kali masa tanam.
Beberapa daerah di Jawa Timur mengembangkan sistem irigasi dengan sumber air
tanah, salah satunya di Kabupaten Banyuwangi.

11
BAB V
PENUTUP

V.1 KESIMPULAN
Sektor pertanian ini semakin menggeliat dengan dibangunnya embung oleh
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian.Menteri
Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan semangat pembangunan pertanian di
Banguwangi sejalan dengan pembangunan pembangunan pertanian oleh
Kementerian Pertanian.abupaten Banyuwangi berupa embung di Desa Kalipait,
Kecamatan Tegaldlimo.“Embung bisa menjadi andalan petani untuk mendapatkan
sumber pengairan disaat rendahnya curah hujan dan berkurangnya pasokan air
dari sistem irigasi teknis,” tutur Sarwo Edhy lagi.Untuk tahun anggaran 2020 ini,
pembangunan embung pertanian dilaksanakan pada satu Kelompok Tani Tentren
di Desa Kalipait Kecamatan Tegaldlimo.Selain sebagai sumber pengairan pada l
ahan pertanian, masyarakat sekitar embung mempergunakan sarana ini untuk
kepentingan sehari hari seperti mencuci dan untuk budidaya ikan yang hasilnya
juga dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar embung tersebut. Manfaat dari
pengembangan air tanah sebagai salah satu alternatif sumber air irigasi adalah
untuk menjangkau lokasi yang sulit dialiri oleh air permukaan. Pemanfaatan air
tanah untuk irigasi juga akan lebih terjamin debitnya secara kontinyu, karena air
tanah dalam, relatif tidak terpengaruh oleh musim hujan dan kemarau, sehingga
mampu untuk dilakukan penanaman tiga sampai empat kali masa tanam.

V.2 SARAN
Saran yang dilakukan pada irigasi ini adalah sebagai berikut ini:

1. Air yang dibutuhkan untuk jaringan irigasi sudah memenuhi, namun harus tetap
ditingkatkan guna menjaga intensitas tanaman.

2. Perlu ditingkatkan lagi untuk pengembangan lahan pertanian dari baku sawah
yang sudah ada, karena debit air sudah melibihi kapasitas dalam mengairi baku
sawah yang ada. Untuk bulan Januari sampai Mei pada saat

12
air berlebihan.

4. Perlu diterapkan cara rotasi/giliran pada sistem pemberian air gunamenjaga


pertumbuhan dan produktifitas tanaman meskipun air yang dibutuhkan sudah
mencukupi lahan atau baku sawah yang terairi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (N.D.). Pengaruh Infrastruktur Irigasi Pertanian Terhadap Peningkatan

Pendapatan Petani Sawah . Infrastruktur Irigasi , Pendapatan Petani

Sawah.
Baliklimat. (2021, Juni 25). Aplikasi Irigasi Curah Sistem Hose Fed Spray Di Kp.

Sukamulya.

F Anwary, M. N., W.Slamet, & Kusmiyati, F. (2019). Pertumbuhan Selada Merah

(Lactuca Sativa L. Var. Red Rapid) Dan Selada Hijau (Lactuca.Buletin

Anatomi Dan Fisiologi, 160-167.

Herwindo, W., & Prihantoko, A. (2013). Kajian Desain Dan Kinerja Jaringan

Irigasi Mikro Berbasis. Jurnal Irigasi, 46-58

Indah, W. 2018. Implementasi Teknologi Irigasi Tetes pada Budidaya Tanaman


Buah Naga. Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol 6 No 1.

Ir. Afrizal, N., dan Ir. H. Zahrul. U. 2022. Rekayasa Irigasi Dan Aplikasi.
Universitas Bung Hatta: Padang Press.

Mustwa , M., H. Abdullah, S., & Putra, G. M. (2017). Analisisefisiensi Irigasi


Tetes Pada Berbagai Tekstur Tanah Untuk Tanaman Sawi. Jurnal
Ilmiah Rekayasa Pertanian Dan Biosistem, 408-421.

Novalia, D., Idrus, M., & I Gde Darmaputra, I. (2020). Kajian Waktu Irigasi Pada
Tanaman Selada (Lactuva Sativa) Organik Untuk Budidaya Tanaman
Dengan Naungan Dan Tanpa Naungan Di Yayasan Bina Sarana Bakti
Cisarua Bogor. Kajian Waktu Irigasi Pada Tanaman Selada, 72-81.

14

Anda mungkin juga menyukai