Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH

Ketersediaan Air Hujan Pada Lahan Tadah Hujan Untuk Tanaman di


Kecamatan Selomerto
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air yang
Diampu Oleh Bapak H., Ir., Suharto., M. Eng.

Disusun oleh :
KELOMPOK 1
TEKNIK SIPIL 3
1. Danu Hermawan (2020140064)
2. Sigit Yudha Premana (2020140081)
3. Susanti (2020140077)
4. Khusnul Hidayah (2020140086)

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER (FASTIKOM)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ) JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Ketersediaan Air Hujan Pada Lahan Tadah
Hujan Untuk Tanaman di Kecamatan Selomerto.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang pengelolaan


lingkungan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Wonosobo, Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1. Latar Belakang.........................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3. Tujuan.......................................................................................................3

BAB 2 DASAR TEORI..........................................................................................4

2.1. Optimalisasi Penmanfaatan Sumber Daya Air Untuk Pertanian...........4

2.2 Keseimbangan Antara Kesediaan dan Kebutuhan Air Tanaman


Terhadap Curah Hujan..........................................................................4
2.2.1. Siklus Hidrologi............................................................................5
2.2.2. Infiltrasi........................................................................................ 7
2.2.3. Iklim........................................................................................... 14
2.2.4. Hubungan Antara Tanah, Air dan Tanaman...............................15
2.2.5. Evapotranspirasi.........................................................................20
2.2.6. Evapotranspirasi Potensial..........................................................23
2.2.7. Evapotranspirasi Tanaman (ETm) .............................................24

2.3 Pentingnya Perhitungan Curah Hujan dalan Bidang Pertanian...........24

2.4 Pola Tanam dan Jadwal yang Tepat Serta Jenis Tanaman yang
Produktif yang Cocok untuk Daerah Tadah Hujan Guna Mencapai
Hasil Optimal dengan Ketersediaan Air yang Ada.............................27

ii
BAB 3 METODOLOGI.......................................................................................32

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................32

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN DATA CURAH HUJAN ......................31

4.1. Perhitungan Konversi WR Tanaman ke Tinggi...................................42

4.2. Perhitungan Keuntungan ....................................................................45

BAB 5 PENUTUP................................................................................................46

5.1. KESIMPULAN...................................................................................... 46

5.1. SARAN.................................................................................................. 47

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air sangatlah penting bagi kehidupan di bumi, bukan hanya bagi manusia
melainkan proses pertumbuhan hewan dan tumbuhan juga sangat
bergantungterhadap kebutuhan air. Namun keberadaan air dari suatu tempat
dengan tempat lain mempunyai perbedaan, karena proses siklus hidrologi
yang terjadi mengakibatkan air terbagi ke berbagai daerah secara tidak merata
baik menurut geografi maupun musim. Tingkat pertambahan dan
pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di Indonesia mengakibatkan
kebutuhan air yang semakin meningkat. Pemanfaatan yang sangat bervariasi
terhadap keperluan air juga akan membutuhkan kebutuhan air yang tidak
sedikit. Untuk keperluan rumah tangga, industri dan pertanian. Kebutuhan air
untuk tanaman akan menjadi penting melihat pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat, karena secara tidak langsung kebutuhan makanan pokok
penduduk juga mengalami peningkatan Pertambahan penduduk menuntut
pertambahan lahan pemukiman, sehingga lahan pertanian berubah fungsi
menjadi pemukiman háru Untuk itu lahan pertanian yang ada perlu
ditingkatkan produksinya.Di Indonesia mempunyai kekhasan iklim tersendiri.
Pada bulan Oktober, November, Desember, Januari, Februari, dan Maret
terjadi musim penghujan, sebaliknya pada bulan Juni, Juli, Agustus dan
September terjadi musim kemarau.
Untuk memperoleh hasil pertanian yang optimal perlu adanya pola
tanam yang baik dan jadwal tanam yang tepat, sehingga ada kesesuaian antara
kebutuhan air untuk tanaman dan ketersediaan air pada lahan. Besarnya
kebutuhan air untuk tanaman sama dengan besarnya evapotranspirasi,
sedangkan ketersediaan air pada lahan tanpa adanya pertambahan air irigasi,
sangatlah ditentukan oleh ketersediaan air hujan. Pada lahan pertanian yang

1
tidak ada penambahan air irigasi, pada waktu musim kering ditanami tanaman
palawija dengan jenis tanaman yang tidak sesuai dengan kondisi tanah.
Dalam kenyataannya palawija tidak menggunakan jadwal tanam yang tepat
dan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi tanah yang ada dapat
mengurangi produksi palawija.Hal tersebut dapat diketahui dari hasil panen
setiap tahun tidak mencapai target yang diinginkan. Optimalisasi lahan
pertanian dan intensifikasi jenis tanaman palawija yang disesuaikan dengan
kondisi tanah yang ada tersebut, perlu ditingkatkan untuk memperoleh hasil
produk yang diinginkan.Untuk keperluan diatas, maka analisis curah hujan
dan evapotranspirasi sangat diperlukan.Akan tetapi jenis tanaman yang
ditanam juga tidak mesti cocok dengan ketersediaan air pada lahan tersebut.
Hal ini disebabkan ketidaktahuan mereka terhadap besarnya air yang tersedia
dibandingkan dengan kebutuhan air untuk tanaman yang mereka tanam.
Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dengan sedikitnya ketersediaan air
tersebut. Keadaan ini menjadi masalah serius,akan tetapi belum dilaksanakan
tindakan pemecahan masalah secara sungguh-sungguh dari pihak petani dan
pemerintah tentunya. Atas dasar tersebut, maka perlu adanya penelitian
terhadap jumlah kebutuhan air untuk tanaman dan ketersediaan air pada lahan
sehingga dapat diketahui jenis tanaman yang tepat, sesuai dengan kondisi
tanah untuk daerah penelitian.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan
permasalahan yang ada , antara lain sebagai berikut :
1. Bagaimana optimalisasi pemanfaatan sumber daya air untuk pertanian ?
2. Bagaimana keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air terhadap
curah hujan ?
3. Mengapa perlu dilakukan perhitungan curah hujan dalam bidang
pertanian?
4. Bagaimana pola tanam dan jadwal yang tepat serta jenis tanaman
produktif?
2
5. Apa yang cocok untuk daerah tadah hujan sehingga dapat mencapai hasil
optimal dengan ketersediaan air yang ada ?
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan pada penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan
air untuk tanaman palawija pada musim kemarau yang tidak
mendapatkan air irigasi di daerah tadah hujan.
2. Untuk mengetahui keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan
air terhadap curah hujan.
3. Untuk mengetahui pentingnya perhitungan curah hujan dalam bidang
pertanian.
4. Untuk mengetahui pola tanam palawija yang tepat dan jenis tanaman
produktif apa yang cocok untuk daerah tadah hujan sehingga dapat
mencapai hasil optimal dengan ketersediaan air yang ada.

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk Pertanian


Indonesia memiliki potensi sumber daya air yang sangat besar, tetapi
pemanfaatannya masih rendah, yaitu sekitar 20 persen dari potensi yang ada.
Terdapat pengaruh negatif bila pemanfaatan air hanya sedikit, yaitu dapat
mengakibatkan banjir dan longsor pada saat musim hujan serta kekeringan
Musim Kemarau (MK). Tujuan dari penulisan ini adalah menyampaikan hasil
kajian optimalisasi pemanfaatan sumber daya air untuk meningkatkan
produksi pertanian yang dilakukan melalui panen air dengan prinsip eco-
efficient agar air tersedia sepanjang tahun dan berkelanjutan. Salah satu
pemanfaatan sumberdaya air secara optimal adalah untuk meningkatkan
produksi pertanian pada lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan dan
lahan kering. Implementasinya dilakukan dengan jalan meningkatkan
ketersediaan air dan menerapkan efisiensi penggunaan air sehingga dapat
memperpanjang masa tanam atau meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan
ekstensifikasi pertanian. Sampai saat ini, sudah cukup banyak infrastruktur air
yakni embung, dam parit, dan long storage yang dibangun oleh Kementerian
Pertanian.
Optimalisasi penggunaan sumber daya air untuk pertanian bertujuan untuk
meningkatkan produksi pertanian dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan seperti menjaga ekosistem sungai tetap baik, mengantisipasi
kerusakan sumber daya air dan memanfaatkan secara efisien tidak berlebihan.

2.2 Keseimbangan Antara Ketersediaan dan Kebutuhan Air untuk Tanaman


Terhadap Curah Hujan
Keseimbangan Air (Water Balance) keseimbangan air dapat digunakan
untuk mengetahui saat-saat kekurangan air atau kelebihan air yang hanya
mengandalkan data curah hujan saja. Faktor yang mempengaruhi
keseimbangan air ialah curah hujan dan evapotranspirasi.
4
2.2.1 Siklus hidrologi
Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara kemudian
jatuh kembali ke permukaan tanah sebagai air hujan atau dengan
bentuk lainnya seperti salju dan akibat panas dari radiasi infra
merah yang bersumber dari matahari, maka terjadi penguapan
pada permukaan air (laut, danau, sungai, dan lainnya) dan
permukaan tanah, uap air yang naik ke atas pada ketinggian
tertentu akan diubah menjadi awan. Kemudian awan tersebut
mengalami perubahan proses yang kemudian akan jatuh sebagai
hujan, salju, dan embun. Sebagian kecil dari hujan yang jatuh ke
permukaan tanah akan diuapkan kembali sebelum sampai ke
tanah dan selebihnya jatuh ke bumi. Tidak semua bagian hujan
yang jatuh ke permukaan bumi dapat mencapai permukaan tanah,
akan tetapi sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan
(intersepsi), sebagian menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau
mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah. Air hujan
yang sampai ke permukaan tanah sebagian akan masuk ke dalam
tanah atau perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah
(infiltrasi), mengisi cekungan-cekungan pada permukaan
tanahsebagai tampungan cekungan (depression storage), lalu
mengalir ke daerah yang lebih rendah sebagai overland flow,
yang kemudian masuk ke sungai sebagai surface run off menuju
ke laut. Proses infiltrasi (infiltration) ini menempati salah 10 satu
rantai yang sangat penting dari siklus hidrologi, khususnya dalam
proses pengalihragaman hujan menjadi aliran di sungai (Sri
Harto, 1993:8-10). Apabila kondisi tanah memungkinkan,
sebagian air infiltrasi akan bergerak horizontal sebagai interflow,
sebagian akan tinggal dalam masa tanah menjadi bagian dari
tanah, dan sisanya mengalir vertikal atau perkolasi mencapai air
tanah. Perkolasi adalah pergerakan air ke bawah dari zona tidak
5
jenuh (antara permukaan tanah sampai ke permukaan air tanah).
Makkink dan Van Heemst mengemukakan bahwa agihan vertikal
(vertical distribution) air dalam tanah pada dasarnya terbagi
dalam empat zona :
1. Evaporation Zone atau Zone of Aeration
2. Evaporation Zone atau Zone of Aeration
3. Intermediate Belt Capilary Zone
4. Ground Water Zone atau Saturation Zone

Dari keempat zona tersebut butir 2 dan 3 digabungkan sebagai


"Transmition Zone". (Sri Harto, 1993). Dalam kaitan ini Hillel
membagi agihan lengas tanah dalam profil tanah menjadi empat
zona, yaitu :
1. "Zona Jenuh" dekat permukaan
2. "Zona Transmisi Aliran Tak Jenuh" dengan kadar air hampir
seragam
3. "Zona Basah" dimana kelengasan berkurang dengan
kedalaman
4. "Muka Basah" (wetting front) dimana perubahan kadar
lengas terhadap kedalaman sedemikian besar sehingga
tampak jelas antara tanah basah di bagian atas dan tanah
kering di bawahnya (dalam Chow, 1988).

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi

6
Keterangan:

1. Evaporasi (Penguapan) 6. Infiltrasi

2. Transpirasi 7. Overland Low

3. Awan 8. Interlow

4. Awan Penyebab Hujan 9. Perlokasi

5. Hujan 10. Air tanah

Gambar 2.2 Zona Lengas Tanah Selama Infiltrasi

7
2.2.2 Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses meresapnya air ke dalam tanah
melewati permukaan tanah. Sedangkan laju infiltrasi f, adalah laju
infiltrasi maksimum yang terjadi, yang ditentukan oleh kondisi
permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya laju
infiltrasi f, dinyatakan dalam cm/jam (Sri Harto, 1993).

8
1. Arti penting Infiltrasi
Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap proses limpasan serta
pengisian kadar lengas tanah dan air tanah.
a. Proses limpasan (run off)
Laju infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat
diserap ke dalam tanah.Sesekali air hujan tersebut masuk ke
dalam tanah ia tidak dapat diuapkan kembali dan ia tetap akan
dibawah permukaan tanah yang akan mengalir sebagai air
tanah. Aliran air tanah sangat lambat. Semakin besar laju
infiltrasi, maka perbedaan antara intensitas curah hujan dengan
laju infiltrasi menjadi kecil.Akibatnya limpasan permukaannya
semakin kecil sehingga debit puncaknya juga akan lebih kecil (
Soemarto, 1995).
b. Pengisian lengas tanah (soil moisture) dan air tanah.
Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk
tujuan pertanian. Akar tanaman menembus daerah tidak jenuh
dan menyerap air yang diperlukan untuk evapotranspirasi dari
daerah yang tidak jenuh tadi. Pengisian kembali lengas tanah
sama dengan selisih antara infiltrasi dan perkolasi (jika ada).
Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanh
yang berbutir tidak begitu kasar, pengisian kembali lengas
tanah tanah ini dapat pula diperoleh dari kenaikan kapiler
tanah.Pengisian kembali air tanah atau recharge, sama dengan
perkolasi dikurangi kenaikan kapiler, jika ada.Besarnya
perkolasi dibatasi oleh besarnyadaya infiltrasi. Oleh karenanya
daya infiltrasi menentukan besarnya recharge. Faktor lain yang
menentukan besarnya adalah tinggi hujan tahunan, distribusi
hujan dan evaporasi sepanjang tahun, intensitas hujan dan
kedalaman permukaan air tanah. Kedalaman permukaan air
tanah adalah penting dalam hubungannya dengan kenaikan
kapiler yang mengisi kembali air yang diuapkan dari daerah
9
lengas tanah (soil moisture zone), baik secara langsung atau
lewat tanaman. Sebaliknya recharge air tanah mempengaruhi
aliran dasar (base flow) sungai yang merupakan aliran
minimum pada akhir musim kemarau. Dalam keadaan ini,
debit sungai hanya terdiri atas aliran masuk (inflow) yang
berasal dari air tanah. Pengisian kembali air tanah atau
recharge, sama dengan perkolasi dikurangi kenaikan kapiler,
jika ada. Besarnya perkolasi dibatasi oleh besarnya daya
infiltrasi.
Oleh karenanya daya infiltrasi menentukan besarnya
recharge. Faktor lain yang menentukan besarnya adalah tinggi
hujan tahunan, distribusi hujan dan evaporasi sepanjang tahun,
intensitas hujan dan kedalaman permukaan air tanah.
Kedalaman permukaan air tanah adalah penting dalam
hubungannya dengan kenaikan kapiler yang mengisi kembali
air yang diuapkan dari daerah lengas tanah (soil moisture
zone), baik secara langsung atau lewat tanaman. Sebaliknya
recharge air tanah mempengaruhi aliran dasar (base flow)
sungai yang merupakan aliran minimum pada akhir musim
kemarau. Dalam keadaan ini, debit sungai hanya terdiri atas
aliran masuk (inflow) yang berasal dari air tanah.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi


a. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah (surface
detention) dan tebal lapisan jenuh.
Laju infiltrasi ke dalam tanah merupakan jumlah perkolasi
dari air yang memasuki tampungan di atas permukaan air
tanah, pada permulaan musim hujan pada umumnya tanah
masih jauh dari jenuh sehingga pengisian akan berjalan terus
pada waktu yang lama sehingga daya infiltrasi akan menurun

10
terus pada hujan yang berkesinambungan (continious rainfall),
meskipun pada periode yang sama.
b. Kadar air dalam tanah
Jika pada saat sebelum huian keadaan tanah masih
sangat kering, maka di dalam tanah akan terjadi tarikan
kapiler searah dengan gravitasi sehinggga memberikan daya
infiltrasi yang lebih tinggi, Jika air mengalami perkolasi ke
bawam lapisan permukaan tanah akan menjadi setengah
jenuh yang menyebabkan mengecilnya gaya-gaya kapiler
sehingga besarnya daya infiltrasi fp akan menurun seperti
yang terlihat pada Gambar 2.3 (lengkung WXYZ) Bila air
hujan jatuh di atas tanah berbutir halus dan lepas (seperti
bedak) akan membentuk butir-butir air yang tidak
membasahi tanah, karena adanya tegangan permukaan,
seperti halnya air raksa yang terletak pada bidang datar.
Butir ini tidak akan meresap ke dalam tanah (daya infiltrasi
0). Hal seperti ini tidak berjalan lama, setelah beberapa saat
butir-butir tanah dapat dibasahi oleh air hujan sehingga
tegangan permukaannya akan hilang dan daya infiltrasinya
akan naik mengikuti lengkung OXYZ seperti terlihat pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Grafik hubungan fp terhadap t

11
Jika sebelum turun hujan, permukaan tanahnya sudah
lembab, daya infiltrasi akan lebih rendah jika dibandingkan
dengan permukaan tanah yang semula kering seperti yang
diperlihatkan pada lengkung uV pada Gambar 2.2.

c. Pemampatan oleh curah hujan


Gaya pukulan oleh butir-butir air hujan terhadap
permukaan tanah akan mengurangi daya infiltrasi. Akibat
pukulan-pukulan tersebut butir-butir tanah yang lebih halus
pada permukaan tanah akan terpencar dan masuk ke dalam
ruang-ruang antara, sehingga terjadi efek pemampatan.
Permukaan tanah yang terdiri atas lapisan yang bercampur
tanah liat akan menjadi kedap air karena dimampatkan oleh
pukulan butir-butir air hujan tersebut. Tetapi tanah pasir
(sandy soil) tanpa campuran bahan-bahan lain tidak akan
dipengaruhi oleh gaya pukulan butir-butir hujan tersebut.
Pemampatan oleh injakan manusia atau binatang dan lalu
lintas kendaraan sangat menurunkan daya infiltrasi.

d. Tumbuh-tumbuhan
Lindungan tumbuh-tumbuhan yang padat, misalnya seperti
rumput atau hutan cenderung untuk meningkatkan daya
12
infiltrasi. Ini disebabkan oleh sistem akar yang padat yang
menembus ke dalam tanah, lapisan sampah (debris) organic
dari daun-daun atau akar-akar dan sisa-sisa tanaman yang
membusuk membentuk permukaan empuk (sponge like
surface), binatang-binatang dan serangga-serangga pembuat
pembuat liang membuka jalan ke dalam tanah, lindungan
tumbuh-tumbuhan mengambil air dari dalam tanah sehingga
memberikan ruangan bagi proses infiltrasi berikutnya.

e. Keadaan struktur tanah


Rekahan-rekahan tanah akibat kekeringan akan menaikkan
laju infiltrasi pada awal musim hujan. Sebaliknya udara
yang terperangkap di antara butir-butir tanah dapat
menurunkan laju infiltrasi. Demikian pula kekentalan air
yang dipengaruhi oleh suatu tanah dapat pula
mempengaruhi besarnya laju infiltrasi.

3. Besar dan variasi laju infiltrasi dalam hubungannya dengan


waktu.
Laju infiltrasi tergantung kepada faktor-faktor berikut ini :
a. Tekstur dan jenis tanah
b. Tumbuh-tumbuhan
c. Kadar air

Seperti yang telah diuraikan bahwa laju infiltrasi menurun selama


waktu hujan sebagai akibat dari :
a. Pemampatan permukaan tanah oleh pukulan butir-butir hujan.
b. Mengembangnya tanah liat dan partikel-partikel humus oleh
lembabnya tanah.
c. Tersumbatnya pori-pori oleh masuknya butir-butir yang lebih
kecil.
13
d. Terperangkapnya udara dalam pori-pori tanah.

Turunnya daya infiltrasi fp selama waktu hujan dengan intensitas i


2 fp pada umumnya dapat dilukiskan seperti pada (Gambar 2.4)

Gambar 2.4 Grafik f selama t (waktu hujan) dengan intensitas i fp

Pada keadaan dimana teriadi hujan vang terputus-putus


dengan i 2 fp akan terjadi kenaikan daya infiltrasi pada setiap
periode kering di antara waktu-waktu hujan tersebut, seperti yang
terdapat pada Gambar 2.2. berikut ini
Dalam hal ini i fp daya infiltrasinya akan turun juga, meskipun
tidak secepat jika i fp, seperti yang terlihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Grafik f selama t (waktu hujan) dengan intensitas i fp

14
Dalam hal ini i fp daya infiltrasinya akan turun juga, meskipun
tidak secepat jika i fp, seperti yang terlihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Grafik fo selama t (waktu hujan) Yang terputus-


putus dengan intensitas i > fo

2.2.3 Iklim
Iklim adalah keadaan rata-rata udara dalam waktu yang
lama dan meliputi daerah yang sempit. Iklim di Indonesia
mempunyai kekhasan tersendiri. Pada bulan Desember, Januari,
dan Februari, saat musim dingin terjadi di belahan bumi sebelah
utara, di Indonesia terjadi musim penghujan. Proses terjadinya
15
hujan disebabkan oleh banyaknya uap air dari Laut Jawa dan
Samudera Hindia yang dibawa oleh angin Muson Barat, yaitu
angin yang bertiup dari benua Asia ke Australia karena telah terjadi
tekanan yang lebih rendah di benua Australia.Sebaliknya pada
bulan Juni, Juli dan Agustus angin bertiup dari benua Australia ke
benua Asia yang dinamakan angin Muson Timur, membawa udara
kering dari benua Australia sehingga menyebabkan musim
kemarau di Indonesia. Selain oleh angin muson, iklim di Indonesia
juga dipengaruhi oleh angin gunung, angin lembah, angin laut, dan
angin darat.

16
Iklim pada umumnya berkaitan erat dengan curah hujan dan
evapotranspirasi dan secara tidak langsung menentukan besarnya
ketersediaan air pada suatu daerah. Terjadinya iklim ini disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Suhu Udara
Suhu udara dipengaruhi oleh banyak sedikitnya panas oleh
permukaan bumi.
2. Tekanan dan Kelembaban Udara
Tekanan udara ditimbulkan oleh berat lapisan udara.Besarnya
tekanan udara pada umumnya sebesar 76 cm Hg diatas
permukaan air laut. Sedangkan kelembaban udara ditentukan
oleh banyaknya uap air yang terkandung di dalam udara
tersebut. Semakin tinggi suhu udara menyebabkan udara
semakin renggang dan semakin besar kandungan airnya.
3. Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari tempat yang bertekanan
tinggi ke tempat yang tekanannya lebih rendah, sedangkan
perbedaan tekanan udara disebabkan adanya perbedaan
pemanasan matahari pada permukaan bumi. Besarnya aliran
arus angin dinyatakan dalam satuan km/hari. Di Indonesia
terjadi angin muson yang setiap setengah tahun berganti arah
dan berubah dariterjadi angin muson yang setiap setengah
tahun berganti arah dan berubah dari basah menjadi kering.
4. Hujan
Hujan terjadi karena adanya penurunan temperatur udara yang
mengakibatkan proses kondensasi pada uap air dan berubah
dari wujud gas menjadi titik-titik air dan jatuh ke bumi sebagai
hujan.

17
2.2.4 Hubungan antara Air, Tanah, dan Tanaman
Tanah pada dasarnya terdiri dari tiga komponen, yaitu:
butiran tanah, air dan udara. Besarnya kandungan air dan udara
dalam tanah dapat berubah-ubah,tetapi butir-butir tanah tetap.
Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah bergerak ke
bawah melalui zona aerasi, selain mengisi pori-pori tanah, sebagian
tetap tinggal di dalam pori dan ditahan oleh gaya tarik molekuler
disekeliling butir-butir tanah. Apabila kapasitas penahan air tanah
pada zona aerasi terpenuhi, air akan bergerak ke bawah menuju
zona saturasi.

Gambar 2.7 Ilustrasi Skematis Kedudukan Air dalam


Tanah

Gmbar 2.8 Keberadaan Air dan Udara pada Pori-pori


Tanah

18
Air yang berada pada lapisan atas dari zona aerasi disebut
lengas tanah.Lengas tanah yang cukup pada zona perakaran sangat
diperlukan bagi tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang.
Tanaman membutuhkan air untuk melarutkan mineral yang
dibutuhkan agar mudah diserap oleh akar. (Suprayitno,1996 dalam
Dodi Iswandi, 2003:9).
Jumlah lengas tanah yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman
sangat terbatas dan keterbatasan itu dipengaruhi oleh volume ruang
pori dan gaya tarik oleh butir-butir tanah. Dengan adanya gaya
tarik tersebut, lapisan tipis air di sekeliling butiran dipegang
dengan kuat sehingga akar tidak mampu menyerapnya.
Dalam kaitannya dengan lengas tanah yang tersedia untuk
tanaman, beberapa sifat tanah perlu diketahui, yaitu:
1. Kapasitas kejenuhan merupakan jumlah air yang dibutuhkan
untuk mengisi seluruh ruang pori antara butir-butir tanah.
Kapasitas kejenuhan merupakan batas atas dari kelembaman
tanah yang mungkin dicapai. Untuk membuat tanah menjadi
jenuh air semua udara yang berada dalam pori-pori harus
dikeluarkan oleh daun dan diganti dengan air.
2. Kapasitas lapang merupakan nilai air kapiler yang dapat
ditahan pada kondisi drainasi bebas di zona perakaran pada
suatu keadaan air muka tanah yang cukup dalam sehingga
lengas tanah dari zona saturasi dapat ditarik ke dalam zona
perakaran.
19
3. Titik layu permanen merupakan nilai lengas tanah pada saat
tanaman mulai layu. Pada tanah yang mengandung nilai air di
bawah titik layu permanen, air tidak dapat diserap oleh akar
dengan cepat.
4. Titik layu akhir merupakan nilai lengas tanah saat tanaman
layu seluruhnya. Pada saat lengas tanah mencapai layu
permanen, tanaman mulai layu tetapi masih mampu menyerap
sebagian kecil air untuk mempertahankan hidupnya. Apabila
terus berlanjut akan ada tambahan air, lengas tanah mengecil
dan mencapai titik layu akhir, disebut juga interval kelayuan.
5. Koefisien higroskopis menunjukkan harga maksimal air
higroskopis yang terkandung di dalam tanah. Koefisien
higroskopis memberi petunjuk tentang jumlah Lumpur
Koloidal dalam tanah. Secara umum nilai koefisien
higroskopis sekitar dua per tiga dari titik layu permanen.
Namun demikian dari semua sifat yang ada, kapasitas lapang
dan titik layu permanen merupakan yang paling penting.
(Sudjarwadi, 1979:14-17).
Gambar 3.9 merupakan ilustrasi nilai-nilai presentase pada
nilai-nilai batas lengas tanah yang dipengaruhi oleh jenis tanah
dan sebagian Iagi oleh jenis tanaman.

Gambar 3.9 Nilai-nilai Batas Lengas Tanah

20
Tanaman dapat tumbuh dengan mengasorbsi air dalam
tanah. Air pada kondisi yang cukup diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. Ada tanaman tahan kering, yaitu
mampu bertahan hidup dalam keadaan kurang air selama masa
tertentu dengan membatasi kegiatan berbagai proses fisiologi.

21
Setelah persediaan lengas tanah cukup, misalnya setelah terjadi
hujan, tanaman tersebut dapat tumbuh normal kembali.
Tanaman juga bersifat menghindari kekeringan, yaitu mampu
tetap memenuhi kebutuhannya akan air dalam keadaan
kekurangan persediaan lengas tanah. Tanaman karet dan jati
termasuk tanaman yang tahan kering, sedangkan tanaman
semangka dan mentimun bersifat tidak tahan terhadap
kekeringan.
Akar merupakan bagian penting dalam pertumbuhan
tanaman, karena akar berfungsi menyerap bahan organik dari
dalam tanah yang diperlukan untuk pertumbuhan. Dalam zona
perakaran dipengaruhi oleh tekstur tanah, formasi tanah,
dalamnya permukaan air tanah, dan jumlah lengas tanah yang
tersedia.
Pengaruh tersebut dapat ditunjukkan melalui beberapa
kejadian, antara lain:
a. Akar akan lebih mudah menembus tanah pasir daripada
tanah lempung,
b. Tanah cadas dibawah akan merintangi penembusan akar,
c. Kedalaman air yang dangkal, menghalangi pertumbuhan
akar ke bawah, akar cenderung menyebar pada lapisan
tanah bagian atas,
d. Akar-akar tanaman tidak dapat tubuh baik pada tanah yang
kekurangan air.

22
Kedalaman zona perakaran (D) untuk berbagai jenis tanaman
ditunjukkan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Zona Kedalaman Perakaran

No Jenis Tanaman Kedalaman (D)

1. Buncis 60-90 cm (menyebar)


2. Cabai Keriting 25-35 cm (menyebar)
3. Cabai Rawit 45-50 cm (menyebar)
4. Kacang Panjang 60 cm (menyebar)
5. Tomat 30-40 cm (menyebar)

2.2.5 Evapotranspirasi
Perubahan besarnya ketersediaan air pada lahan ditentukan oleh
adanya curah hujan serta laju evapotranspirasi. Hal tersebut terjadi
karena adanya sirkulasi air di bumi yang berlangsung secara terus-
menerus. Evapotranspirasi adalah proses penguapan yang terjadi dari
permukaan bumi yang berasal dari air dan tanaman, karena
konsentrasi uap pada udara tipis dekat permukaan air atau tanah
melebihi konsentrasi uap pada udara diatasnya.
Evapotranspirasi merupakan gabungan dari dua proses, yaitu dari
evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses pertukaran molekul
air dipermukaan menjadi molekul uap air di atmosfer, yang prosesnya
meliputi dua tahap yaitu transformasi dari air menjadi uap air dan
perpindahan lapisan udara uap air dari interface (Wieirang, 1978
dalam Sri Harto, 1993:21). Transpirasi adalah proses fisiologis
alamiah, dimana air yang dihisap oleh akarditeruskan lewat tubuh
tanaman, dan diuapkan kembali lewat sel-sel stomata (Schulz, 1979
dalam Sri Harto, 1993:21). Proses evaporasi dan transpirasi pada

23
kondisi lapangan tidak dapat dipisahkan jika tanahnya tertutup oleh
tumbuh- tumbuhan, karena kedua proses tersebut saling berkaitan.
Pada dasarnya proses evapotranspirasi ditentukan oleh gradien
tekanan uap yaitu perbedaan tekanan uap di atas permukaan air atau
tanah dengan tekanan uap atmosfer. Besarnya evapotranspirasi
dipengaruhi oleh pembentuk iklim, yaitu: radiasi matahari,
kelembaman relatif, suhu udara, pengaruh usia tanaman,pengaruh
jenis tanaman, dan pengaruh ketersediaan air tanah dan salinitas.
1. Faktor-faktor Pengaruh
a. Radiasi Matahari
Proses penguapan berlangsung pada siang maupun
malam hari. Proses ini berlangsung dengan memerlukan
energi berupa panas laten untuk penguapan, dan akan
sangat aktif jika ada penyinaran langsung dari matahari.
Radiasi matahari yang dipancarkan merupakan
radiasi gelombang pendek.Radiasi yang sampai ke atmosfer
bagian atas (Ra) disebut Extra Terrestrial Radiation. Ra
yang masuk atmosfer kemudian diteruskan, sebagian
disebarkan (keangkasa dan ke bumi), dan sebagian lagi
diserapkan. Ada pula yang dipantulkan ke awan. Dan
radiasi yang sampai ke bumi (Rs) disebut Insiden Solar
Radiation.Yang sebagian akan dipantulkan ke angkasa oleh
benda-benda di permukaan bumi.Selisih antar Rs dengan
yang dipantulkan dinamakan radiasi netto gelombang
pendek (Rns).
Radiasi yang diterima oleh permukaan bumi
tersebut dipancarkan ke atmosfer dalam bentuk radiasi
gelombang panjang dan kalor laten serta kalor terindra.
Perbedaan radiasi gelombang panjang yang dipancarkan
oleh bumi dengan radiasi gelombang panjang yang diterima
dari atmosfer radiasi gelombang panjang bersih. Selisih
24
radiasi gelombang pendek bersih dengan radiasi gelombang
panjang bersih disebut radiasi matahari bersih (Rn).
Rn yang diterima oleh pemukaan bumi sebagian
digunakan untuk evapotranspirasi, sebagian untuk
memanaskan udara diatas permukaan tanah dan tanaman.
Besarnya energi untuk evapotranspirasi dan pemanasan
udara tergantung pada air yang tersedia untuk penguapan di
permukaan tanaman. Apabila keseimbangan antara
penambahan dan pengurangan air terganggu, maka stomata
akan tertutup, sehingga energi akan lebih banyak digunakan
untuk pemanasan udara. Apabila air cukup, tanaman baik
dan telah menutup permukaan tanah, maka radiasi bersih
lebih banyak digunakan untuk proses evapotranspirasi.
b. Angin
Tiupan angin akan memindahkan masa uap air
diatas permukaan air, tanah, maupun daun, sehingga
tekanan uap air di atas permukaan tersebut menjadi turun,
yang mengakibatkan gradien tekanan uap air menjadi lebih
besar dan evapotranspirasi akan naik. Jadi kecepatan angin
mempunyai peranan penting dalam proses evapotranspirasi.
Kenaikan kecepatan angin akan menyebabkan semakin
besarnya proses evapotranspirasi potensial.
c. Kelembaman Relatif
Kelembaman udara yang semakin rendah
menyebabkan perbedaan tekanan uap antara permukaan air
terhadap lapisan udara diatasnya semakin kecil sehingga
evapotranspirasi semakin besar. Apabila kelembaman
relatif besar, maka kemampuannya menyerap air akan
berkurang.
d. Suhu Udara

25
Kenaikan suhu udara akan menyebabkan proses
evapotranspirasi berjalan lebih cepat, karena tersedianya energi
panas.

e. Suhu Udara
Kenaikan suhu udara akan menyebabkan proses
evapotranspirasi berjalan lebih cepat, karena tersedianya energi
panas.
f. Pengaruh Usia Tanaman
Pada saat tanaman mulai tumbuh, nilai evapotranspirasi
meningkat sesuai pertumbuhannya, dan mencapai maksimum
pada penutupan vegetasi maksimum.Setelah mencapai
maksimum dan berlangsung beberapa saat menurut jenis
tanaman, nilai evapotranspirasi menurun sejalan dengan
pematangan biji menuju saat panen.
g. Pengaruh Jenis Tanaman
Jenis tanaman mempengaruhi transpirasi selama kondisi
musim kering. Jenis tanaman di padang pasir, yang
mempunyai stomata lebih sedikit, relative menguapkan sedikit
air. Sebaliknya jenis tanaman yang mempunyai perakaran yang
bisa mencapai bidang muka air jenuh, menguapkannya tanpa
tergantung pada kadar lengas di zona aerasi.
h. Pengaruh Ketersediaan Air Tanah dan Salinitas
Tingkat penguapan dari suatu pemukaan tanah yang jenuh
sama dengan penguapan dari suatu permukaan air pada
temperatur yang sama. Pada saat tanah mulai mengering,
penguapan berkurang dan temperaturnya naik untuk mencapai
keseimbangan energi. Pengaruh salinitas menimbulkan
pengurangan tekanan uap dari cairan yang bersangkutan.

26
2.2.6 Evapotranspirasi Potensial
Evaporasi potensial (ETP) adalah evapotranspirasi untuk
suatu tanaman yang dapat tumbuh subur dan tidak pernah
kekurangan air.
Thornthwaite (1948) mendefinisikan Evapotranspirasi
Potensial sebagai evapotranspirasi dari areal tumbuhan yang
menutupi permukaan tanah dengan lengas tanah cukup pada setiap
waktu. Sedangkan menurut Penman (1974), evapotranspirasi
potensial didefinisikan sebagai evapotranspirasi dari tanaman
pendek berdaun hijau yang tumbuh baik dan menutup permukaan
tanah yang tidak pernah kekurangan air.Kedua definisi tersebut
pada dasarnya sama, yaitu: memberikan definisi pada batas atas
evapotranspirasi untuk suatu tanaman yang dapat tumbuh subur
dan tidak pernah kekurangan air.

2.2.7 Evapotranspirasi Tanaman (ETm)


Evapotranspirasi tanaman atau evapotranspirasi maksimum
menunjukkan laju evapotranspirasi maksimum dari tanaman yang
tumbuh subur pada areal yang luas dimana kondisi airnya selalu
tercukupi.

2.3 Pentingnya Perhitungan Curah Hujan dalam Bidang Pertanian


Dalam dunia pertanian, air memiliki posisi sangat penting, dimana
tanaman bergantung pada ketersediaan pasokan air guna keperluan pengairan.
Lahan pertanian memperoleh pasokan air dari berbagai sumber seperti sungai
ataupun saluran irigasi, namun tak kalah penting, hujan juga sangat berperan
terhadap kualitas pertumbuhan tanaman. Iklim Indonesia yang tropis tentunya
menyediakan air melalui hujan hampir merata sepanjang tahun dimana banyak
tanaman dari berbagai komoditi dapat tumbuh dengan baik dan subur. Jumlah
air yang cukup sesuai kebutuhan tanaman dapat diprediksi melalui rangkaian
perhitungan ramalan cuaca.
27
Pada sektor pertanian dan perkebunan, pemerintah melalui Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyediakan informasi
prakiraan cuaca guna mendukung pertanian seperti kondisi iklim, curah hujan,
jumlah hari hujan, hari tanpa hujan, dan informasi lainnya setiap musimnya
yang diharapkan dapat membantu mencegah kerugian akibat gagal panen.
Prakiraan curah hujan juga berhubungan erat dengan ketersedian pangan, hal
ini berpengaruh pada gagal panen yang bisa saja disebabkan oleh kekeringan
maupun banjir dan faktor lainnya yang bisa disebabkan oleh cuaca.
Prakiraan curah hujan identik dengan bagian dari pembahasan klimatologi.
1. Curah hujan
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah
datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi
milimeter (mm) di atas permukaan horizontal.
Dalam penjelasan lain curah hujan juga dapat diartikan sebagai
ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak
menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Indonesia merupakan
negara yang memiliki angka curah hujan yang bervariasi dikarenakan
daerahnya yang berada pada ketinggian yang berbeda-beda. Curah
hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada
tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter termpat yang
datar tertampung air setinggi satu millimeter. Dengan berkembangnya
kondisi Satuan Wilayah Sungai (SWS), maka kebutuhan akan air
semakin meningkat yang kadang-kadang terjadi konflik antar
kepentingan. Kecermatan dalam analisis ketersediaan air dapat dicapai
bilamana tersedia data hujan yang akurat. Data hujan ini juga
digunakan untuk input evaluasi unjuk kerja desaign capacity atau
pedoman operasi bangunan air. (Istanto, 2007)
Menurut Linsley (1996: 49), jenis-jenis hujan berdasarkan intensitas
curah hujan, yaitu:
a. Hujan ringan, kecepatan jatuh sampai 2,5 mm/jam;
b. Hujan menengah, dari 2,5-7,6 mm/jam.
28
c. Hujan lebat, lebih dari 7,6 mm/jam

2. Pengertian Hujan
Hujan merupakan salah satu bentuk presipirasi uap air yang berasal
dari awan yang terdapat di atmosfir. Awan yang terbentuk sebagai hasil
dari kondensasi uap air akan terbawa oeh angin, sehingga berpeluang
untuk tersebar keseluruh permukaan bumi. Jika butiran air atau kristal
es mencapai ukuran yang besar, maka butiran air atau kristal es
tersebut akan jatuh ke permukaan bumi. Proses jatuhnya butiran air
atau kristal es ini disebut dengan presipitasi.
a. Proses Terjadinya Hujan
Pada proses terjadinya hujan merupakan siklus yang terjadi pada
bagian bumi yakni daratan dan perairan. Siklus ini terjadi berputar
sepanjang waktu yang menyeimbangkan kehidupan di bumi, proses
berikut merupakan proses terbentuknya hujan :
 Seluruh wilayah pada permukaan perairan bumi seperti sungai,
danau, laut akan menguap ke udara karena panas matahari.
 Uap air kemudian naik terus ke atas kemudian menyatu dengan
udara.
 Suhu udara yang semakin tinggi akan membuat uap air itu
melakukan kondensasi atau menjadi embun, yang
menghasilkan titik-titik air yang berbentuk kecil.
 Suhu yang semakin tinggi membuat butiran uap yang menjadi
embun tersebut semakin banyak jumlahnya, yang kemudian
berkumpul membentuk awan.
 Awan kemudian terus berwarna menjadi kelabu dan gelap
yang dikarenakan butiran airnya sudah terkumpul dalam
jumlah banyak.

29
 Lalu suhu yang sangat dingin dan semakin berat, membuat
butiran-butiran tersebut akan jatuh ke bumi yang dinamakan
hujan.

3. Analisa Hidrologi
Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai
fenomena hidrologi (Hidrology Phenomena). Data hidrologi
merupakan bahan informasi yang sangat penting dalam pelaksanaan
inventarisasi potensi sumber-sumber air, pemanfaatan dan pengelolaan
sumber-sumber air yang tepat dan rehabilitasi sumber-sumber alam
seperti air, tanah dan hutan yang telah rusak.
Fenomena hidrologi seperti besarnya: curah hujan, temperature,
penguapan, lama penyinaran 9 matahari, kecepatan angin, debit sungai,
tinggi muka air sungai, kecepatan aliran, konsentrasi sedimen sungai,
tinggi muka air sungai, kecepatan angin, debit sungai akan selalu
berubah menurut waktu. Dengan demikian suatu nilai dari sebuah data
hidrologi itu hanya akan diukur satu kali dan nilainya tidak akan sama
atau tidak akan terjadi lagi pada waktu yang belainan sesuai dengan
fenomena pada saat pengukuran nilai itu dilaksanakan. (Soewarno,
1995).
Kumpulan data hidrologi dapat disusun dalam bentuk daftar atau
tabel tersebut disertai dengan gambar-gambar yang biasa disebut
diagram atau grafik, sering pula disajikan dalam bentuk peta tertentu,
seperti peta curah hujan, peta tinggi muka air dengan maksud supaya
lebih dapat dijelaskan tentang persoalan yang terjadi. Hidrologi
membicarakan air yang ada di bumi yaitu mengenai tejadinya,
perputaran dan pembagiannya. Sifat-sifat fisik dan kimianya serta
reaksinya terhadap lingkungan termasuk hubungan dengan kehidupan,
ruang lingkup hidrologi mencakup bagian – bagian dari bidang proyek
– proyek teknik bagi pengaturan – pengaturan pemanfaatan air.
30
2.4 Pola Tanam Dan Jadwal yang Tepat Dan Jenis Tanaman Produktif yang
Cocok untuk Daerah Tadah Hujan Guna Mencapai Hasil Optimal dengan
Ketersediaan Air yang Ada.

1. Pengertian Pola Tanam


Pola tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan
mengatur susunan tata letak dan urutan tanaman selama periode waktu
tertentu termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama
periode 11 tertentu. Pola tanam ada tiga macam, yaitu : monokultur, rotasi
tanaman dan polikultur (Anwar, 2012).

2. Tujuan Pola Tanam


a. Untuk mencari pola yang sesuai dengan waktu dan ketersediaan air,
agar dapat menjamin kelangsungan hidup tanaman.
b. Untuk meningkatkan jumlah dan mutu produksi pertanian serta
meningkatkan pendapatan petani.
c. Efisiensi penggunaan air dan mengejar target/produktivitas yang
telah ditetapkan.

3. Jenis – Jenis Pola Tanam


a. Monokultur Pertanian
Monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis.
Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja.
Penanaman monokultur menyebabkan terbentuknya lingkungan
pertanian yang tidak mantap. Hal ini terbukti dari tanah pertanian
harus selalu diolah, dipupuk dan disemprot dengan insektisida
sehingga resisten terhadap hama.
31
b. Rotasi Tanam
Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman adalah penanaman dua
jenis atau lebih secara bergiliran pada lahan penanaman yang sama
dalam periode waktu tertentu.
Seperti tanaman semusim yang ditanam secara bergilir dalam satu
tahun, dan tanaman tersebut semisal tanaman jagung, padi, dan ubi
kayu. Rotasi tanam dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan
maksimum.
Faktor-faktor tersebut adalah :
 Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja,
biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah
sebagai akibat terlalu sering diolah dapat dihindari
 Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan
modal dan meningkatkan produktivitas lahan
 Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas
 Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu
mencegah terjadinya erosi
 Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk hijau
c. Polikultur
Tanaman polikultur terbagi menjadi beberapa pola tanam, pola tanam
tersebut adalah:
 Tumpang sari (Intercropping) Tumpangsari adalah penanaman
lebih dari satu tanaman pada waktu atau periode tanam yang
bersamaan pada lahan yang sama (Thahir, 1999).
 Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ) Merupakan pola tanam
dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain
tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu
yang berbeda). Kegunaan dari sistem ini yaitu pada tanaman yang

32
ke dua dapat melindungi lahan yang mudah longsor dari hujan
sampai selesai panen pada tahun itu.

 Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) Merupakan penanaman


jenis tanaman campuran yang ditanam pada lahan dan waktu yang
sama atau jarak waktu tanam yang singkat, tanpa pengaturan jarak
tanam dan penentuan jumlah populasi. Kegunaan sistem ini dapat
melawan atau menekan kegagalan panen total (Kustantini, 2012)
Pola tanam digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan
produktivitas lahan. Hanya saja, dalam pengelolaannya
diperlukan pemahaman kaedah teoritis dan keterampilan yang
baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan
tersebut. Biasanya, pengelolaan lahan sempit untuk mendapatkan
hasil atau pendapatan yang optimal maka pendekatan pertanian
terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan
produk utama adalah pendekatan yang bijak (Handoko, 2008).

4. Jadwal Tanam
Jadwal tanam dibuat dengan tujuan untuk mengefektifkan dan
mengefisienkan penggunaan air, termasuk memanfaatkan air hujan yang
ada sebanyak mungkin. Pengaturan jadwal tanam didasarkan pada
pelaksanaan pola tanam, dan dapat diatur untuk menekan kebutuhan air
irigasi. Jadwal tanam biasanya dimulai pada awal musim hujan dan
berakhir pada akhir musim kemarau. Untuk pola tanam padi – padi –
palawija, pelaksanaannya padi pertama ditanam pada awal musim hujan
kemudian padi kedua setelah panen padi pertama.
Palawija ditanam setelah panen padi kedua yang berakhir pada
akhir musim kemarau atau pada awal musim hujan. Panen palawija
biasanya dijadwalkan pada akhir musim kemarau, untuk menghindari

33
terlalu banyak air dimana tanaman palawija tidak tahan terhadap genangan
yang berkepanjangan.

5. Hubungan Pola Tanam Terhadap Kebutuhan Air


Setiap jenis tanaman mempunyai tingkat kebutuhan air yang berbeda-
beda. Tanaman padi akan mempunyai tingkat kebutuhan air yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman palawija, begitu pula dengan
tingkat pertumbuhan tanaman akan mempunyai tingkat kebutuhan air yang
juga berbeda.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka setiap jenis pola tanam akan
mempunyai tingkat kebutuhan dan penggunaan air yang tidak sama satu
dengan lainnya. Pola tanam padi-padi-padi, mempunyai tingkat kebutuhan
air yang berbeda dengan pola tanam padi-padi-palawija dan padi-padi-
bero. Mengingat hal tersebut, maka suatu pelaksanaan pola tanam yang
berbeda dengan pola tanam yang dilaksanakan masyarakat petani akan
berpengaruh besar dalam penggunaan air.
Oleh karena itu untuk mengurangi tingginya tingkat kebutuhan air
suatu pola tanam, maka pelaksanaan pola tanam harus dilaksanakan
dengan system golongan. Pada sistem ini jadwal awal tanam dari masing-
masing golongan dapat diatur dengan selisih waktu satu atau dua minggu.
Dengan pengaturan jadwal awal tanam tersebut, maka kebutuhan debit
puncak terutama pada masa pengolahan lahan akan dapat dikurangi.

6. Curah Hujan Rerata


Besarnya hujan yang jatuh ke bumi disebut curah hujan. Curah hujan
yang jatuh di suatu stasiun diukur dengan menggunakan alat pengukur
hujan otomatis dan manual, dicatat dalam millimeter. Pada prinsipnya alat
ukur curah hujan berupa suatu corong dengan diameter tertentu dan sebuah
34
gelas ukur berskala. Pada alat ukur otomatis, gelas ukur diganti dengan
peralatan otomatis yang mencatat curah hujan yang turun secara terus
menerus pada kertas grafik. Data yang terukur dari dua macam alat
tersebut pada hakekatnya sama,
Namun kadang terdapat juga perbedaan yang disebabkan karena
ketelitian pembacaan hujan yang terukur pada alat pencatat hujan manual.
Apabila terdapat perbedaan pembacaan pada data terukur dengan alat
pengukur hujan otomatis. Namun apabila data yang terukur dari dua alat
pencatat hujan tersebut terdapat yang terbesar. perbedaan yang cukup
besar maka yang dipakai adalah data dari pengukuran dengan alat ini
diperoleh data curah hujan lokal (pointrainfall), sedangkan data yang biasa
diperlukan adalah data curah hujan rerata daerah (areal rainfall).
Jadi yang dimaksud dengan curah hujan rerata disuatu daerah,
curah hujan yang dianggap mewakili daerah tersebut berdasarkan curah
hujan yang jatuh atau terukur di stasiun-stasiun daerah tersebut. Jadi yang
dimaksud dengan curah hujan rerata disuatu daerah, curah hujan yang
dianggap mewakili daerah tersebut berdasarkan curah hujan yang jatuh
atau terukur di stasiun-stasiun daerah tersebut.

35
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penulis Makalah ini memilih tempat dan waktu penelitian sebagai berikut :
1. Tempat Penelitian :
 Kecamatan Selomerto,Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa
Tengah
2. Waktu :
 Data di minta pada Bulan September – Desember 2022 dan
menggunakan data tahun 2019 – 2021
3. Data Penelitian
 Data curah hujan yang di peroleh dari Januari 2019 – Desember
2021 Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo.
 Data Jumlah Panen dan Harga Tanaman yang diperoleh dari
Januari 2019 – Desember 2021 Kecamatan Selomerto, Kabupaten
Wonosobo.
 Data pendukung lainnya.

36
BAB IV
HASILDAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel 3. 1 Data Curah Hujan Tahunan Tahun 2019

Tanggal
Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Menakar
1 0 15 14 11 0 1 0 0 0 0 0 0
2 19 0 26 10 0 0 0 0 0 0 0 2
3 62 0 19 19 33 0 0 0 0 1 10 4
4 21 23 21 26 3 0 0 0 0 0 12 0
5 0 0 17 38 3 0 0 0 0 0 0 0
6 0 13 2 24 7 0 0 0 0 0 0 0
7 41 9 15 0 25 0 0 0 0 0 0 0
8 5 12 4 0 4 0 0 0 0 0 0 0
9 0 18 0 2 6 0 0 0 0 0 0 2
10 22 27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
11 54 17 3 0 0 0 0 0 0 0 4 5
12 5 0 0 82 0 0 0 0 0 0 0 1
13 12 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 1
14 18 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 5
15 0 0 0 8 0 0 0 0 0 0 0 8
16 61 15 63 27 5 0 0 0 0 0 0 41

37
17 42 20 48 86 0 0 0 0 0 0 0 18

38
4.2 Tabel 3.2 Data Curah Hujan Tahunan Tahun 2019 (Lanjutan)

Tanggal
Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Menakar

17 42 20 48 86 0 0 0 0 0 0 0 18
18 92 24 78 0 0 0 0 0 0 0 0 22
19 3 26 3 7 0 0 0 0 0 0 0 19
20 7 9 10 3 0 0 0 0 0 0 0 2
21 16 14 27 49 0 0 0 0 0 0 0 2
22 21 29 5 8 0 0 0 0 0 0 0 0
23 7 43 61 2 0 0 0 0 0 0 0 5
24 12 8 49 23 0 0 0 0 0 0 0 2
25 26 14 34 9 9 0 0 0 0 0 0 7
26 8 42 36 10 11 0 0 2 0 0 0 7
27 22 14 18 0 21 0 0 5 0 0 0 4
28 17 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18
30 0 34 0 3 0 0 0 0 0 0 22
31 24 17 5 0 0 0 7
Jumlah 617.00 395.00 616.00 452.00 135.00 1.00 0.00 7.00 0.00 1.00 26.00 206.00

Rata-rata 19.90 14.11 19.87 15.07 4.35 0.03 0.00 0.23 0.00 0.03 0.87 6.65

39
4.3 Tabel 3.3 Data Curah Hujan Tahunan Tahun 2020

Tanggal
Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Menakar
1 47 5 59 14 2 14 0 0 0 7 48 20
2 52 20 41 24 6 0 0 0 0 12 73 26
3 24 17 0 0 4 12 2 0 1 0 9 21
4 40 6 2 9 8 0 0 0 13 0 7 21
5 35 34 97 15 3 0 0 0 0 6 4 0
6 39 10 0 13 13 0 0 0 0 4 2 0
7 89 7 82 0 62 0 7 0 0 9 0 4
8 9 14 20 8 9 1 0 0 0 3 15 10
9 38 19 42 4 7 17 0 0 0 3 0 8
10 28 9 31 2 37 3 2 0 0 5 0 12
11 42 0 2 5 19 0 0 0 0 5 0 6
12 10 0 0 9 17 0 0 74 0 10 0 18
13 47 0 0 0 0 0 0 3 0 15 0 0
14 0 1 0 0 0 0 0 3 6 4 0 0
15 0 22 0 0 0 0 0 0 0 2 2 22
16 0 24 0 11 0 0 12 0 0 0 4 27
17 7 76 0 3 0 6 0 4 0 0 21 11

40
4.4 Tabel 3.4 Data Curah Hujan Tahunan Tahun 2020 (Lanjutan)

Tanggal
Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Menakar

18 0 28 0 20 9 0 0 0 0 0 19 13
19 0 32 0 10 27 0 0 0 0 0 0 8
20 0 83 7 10 9 1 0 0 0 74 8 46
21 0 4 4 1 16 4 6 0 0 21 0 11
22 45 0 14 0 5 0 0 0 0 18 5 0
23 7 0 17 9 0 0 0 0 0 28 9 0
24 2 34 21 29 0 7 0 0 0 35 25 0
25 0 0 0 6 0 0 0 0 0 44 27 5
26 21 0 3 4 0 0 0 0 0 47 7 20
27 25 32 6 7 5 0 0 0 0 52 4 14
28 42 17 2 14 11 0 0 0 9 72 35 10
29 49 3 9 0 0 0 0 0 0 47 25 18
30 0 16 32 13 0 0 0 0 18 73 22
31 28 5 4 0 0 21 38
Jumlah 726.00 497.00 480.00 259.00 286.00 65.00 29.00 84.00 29.00 562.00 422.00 411.00

Rata-rata 23.42 17.14 15.48 8.63 9.23 2.17 0.94 2.71 0.97 18.13 14.07 13.26

41
4.5 Tabel 3. 5 Data Curah Hujan Tahunan Tahun 2021

Tanggal
Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Menakar
1 5 14 8 0 3 0 4 0 0 0 38 0
2 12 4 0 0 5 22 0 1 0 0 45 38
3 20 11 0 0 8 8 0 0 0 0 43 1
4 26 8 0 0 31 0 0 18 0 4 24 0
5 3 0 75 22 11 0 0 0 0 0 0 0
6 24 0 20 11 2 0 0 0 0 0 0 21
7 16 0 20 18 1 4 0 0 0 0 0 3
8 24 10 34 0 0 0 0 0 0 0 39 8
9 37 3 28 6 0 4 0 2 2 0 8 4
10 33 18 24 13 0 1 0 0 0 0 26 29
11 52 0 11 9 0 0 0 0 0 3 14 0
12 94 0 30 7 0 0 67 0 0 0 12 0
13 58 0 0 0 0 0 0 0 23 0 25 31
14 45 24 0 31 0 12 0 0 6 10 21 19
15 0 20 14 37 0 6 0 0 10 0 33 11
16 0 8 0 0 0 5 0 5 0 0 11 6
17 5 34 12 0 0 39 0 0 0 0 28 35

42
4.6 Tabel 4. 6 Data Curah Hujan Tahunan Tahun 2021 (Lanjutan)

Tanggal
Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Menakar

18 3 78 47 4 0 0 0 0 30 1 4 24
19 9 4 0 1 0 12 0 8 7 49 14 20
20 44 12 0 0 0 32 0 0 11 13 10 25
21 23 0 6 0 0 30 0 0 0 23 0 7
22 0 8 8 0 0 13 0 0 35 15 20 0
23 0 0 3 0 0 13 0 0 0 0 0 2
24 18 30 0 0 0 17 0 0 15 0 10 49
25 27 35 0 0 12 15 0 0 12 40 14 0
26 4 0 0 1 0 0 0 0 11 0 0 0
27 65 15 0 0 0 0 0 0 30 25 10 23
28 48 5 0 0 5 18 0 0 4 22 5 2
29 18 0 24 5 0 7 0 0 0 0 19 46
30 29 0 18 0 0 2 0 4 0 42 0 0
31 0 5 17 10 2 18 0
Jumlah 742.00 341.00 387.00 165.00 95.00 260.00 81.00 40.00 196.00 265.00 473.00 404.00

Rata-rata 23.94 12.18 12.48 5.50 3.06 8.67 2.61 1.29 6.53 8.55 15.77 13.03

43
4.7 Tabel 4.7 Data curah hujan rata-rata harian

Tahun Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

2019 19.90 14.11 19.87 15.07 4.35 0.03 0.00 0.23 0.00 0.03 0.87 6.65
2020 23.42 17.14 15.48 8.63 9.23 2.17 0.94 2.71 0.97 18.13 14.07 13.26
2021 23.94 12.18 12.48 5.50 3.06 8.67 2.61 1.29 6.53 8.55 15.77 13.03

Rata-Rata 22.42 14.47 15.95 9.73 5.55 3.62 1.18 1.41 2.50 8.90 10.23 10.98

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai rata-rata curah hujan harian tertinggi adalah pada bulan Januari sebesar 22,42 mm/hr
sedangkan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 1,18 mm/hr.

4.8 Tabel 4.8 Data Tanaman 3 Tahun Terakhir

44
WR Tinggi Hujan Umur Produksi Harga /Bulan
Tanaman Hasil (Rp)
(l/dt/HA) (mm) (Bulan) (Ton/HA) (Rp jt/ton)
Buncis 0.30 10.00 1 - 1.5 5.90 Rp 2,500,000.00 Rp 14,750,000.00
Cabai Keriting 0.40 11.00 2.5 - 3 4.90 Rp 38,000,000.00 Rp 186,200,000.00
Cabai Rawit 0.40 11.00 2.5 - 3 7.00 Rp 20,000,000.00 Rp 140,000,000.00
Kacang Panjang 0.30 10.00 1 - 1.5 2.80 Rp 8,000,000.00 Rp 22,400,000.00
Tomat 0.40 11.00 2 - 2.5 10.80 Rp 4,000,000.00 Rp 43,200,000.00

45
4.1 Perhitungan Konversi WR Tanaman Ke Tinggi (h)
a. Konversi WR tanaman ke tinggi
1. Buncis WR = 0,3 lt/dt/HA
Vair/hr = 0,3 lt/dt/HA x 86400 dt
= 25920 lt/HA

h =

h = 0,002592 m + losses
h = 0,002592 m + 0,007 m
h = 0,009592 m
h = 9,592 m ~ 10 mm/hari

2. Cabai Keriting WR = 0,4 lt/dt/HA


Vair/hr = 0,4 lt/dt/HA x 86400
= 34560 lt/hari

H =

h = 0,003456 m + losses
h = 0,003456 m + 0,007 m
h = 0,010456 m
h = 10,456 mm ~ 11 mm/hr

46
3. Cabai Rawit WR = 0,4 lt/dt/HA
Vair/hr = 0,4 lt/dt/HA x 86400
= 34560 lt/hari

h =

h = 0,003456 m +losses
h = 0,003456 m + 0,007 m
h = 0,010456 m
h = 10,456 mm ~ 11 mm/hari

4. Kacang Panjang WR = 0,3 lt/dt/HA


Vair/hr = 0,3 lt/dt/HA x 86400
= 25920 lt/hari

h =

h = 0,002592 m +losses
h = 0,002592 m + 0,007 m
h = 0,009592 m
= 9,592 m ~ 10 mm/hari

47
5. Tomat WR = 0,4 lt/dt/HA
Vair/hr = 0,4 lt/dt/HA x 86400
= 34560 lt/hari

h =

h = 0,003456 m + losses
h = 0,003456 m + 0,007 m
h = 0,010456 m
h = 10,456 mm ~ 11 mm/hr

48
4.1 Grafik Tanaman dan Curah Hujan

49
Berdasarkan grafik dan curah diatas didapatkan pola tanam palawija sebagai berikut :
I. Pola Tanam
a. Kacang Panjang 3 kali panen
 1 Desember - 15 Januari
 16 Januari - 28 Februari
 1 Maret – 15 April
b. Cabai Keriting 2 kali panen
 16 April – 15 Juli
 16 Juli – 31 Oktober

Adapun hasil keuntungan optimal yang didapatkan adalah sebagai berikut :


4.9 Tabel 4.9 Hasil keuntungan optimal

Produksi Harga /Bulan Masa Tanam Keuntungan


Tanaman Umur (Bulan) Hasil (Rp)
(Ton/HA) (Rp jt/ton) (Bulan) (Rp)

Cabai Keriting 2.5 - 3 4.90 Rp 38,000,000.00 Rp 186,200,000.00 2 Rp 372,400,000.00


Kacang Panjang 1 - 1.5 2.80 Rp 8,000,000.00 Rp 22,400,000.00 3 Rp 67,200,000.00
Total Keuntungan (Tahun) Rp 439,600,000.00

50
4.2 Perhitungan Keuntungan
1. Kacang Panjang = Produksi x Harga x Hasil x Masa Tanam
= 2,80 Ton/HA x Rp.8.000.000,00 x Rp.22.400.000,00 x 3
= Rp.67.200.000,00

2. Cabai Keriting = Produksi x Harga x Hasil x Masa Tanam


= 4,9 Ton/HA x Rp.38.000.000,00 x Rp.186.200.000,00 x 2
= Rp.372.400.000,00

Total Keuntungan = Keuntungan kacang Panjang + keuntungan cabai keriting


= Rp 67.200.000,00 + Rp372.400.000,00
= Rp.439.600.000,00

51
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tadah hujan kelompok kami yang
berlokasi di daerah Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo.
Maka dapat kami ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemanfaatan sumber daya air secara optimal adalah untuk


meningkatkan produksi pertanian pada lahan sawah irigasi,
lahan sawah tadah hujan dan lahan kering. Optimalisasi
penggunaan sumber daya air untuk pertanian bertujuan
untuk meningkatkan produksi pertanian dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan seperti menjaga
ekosistem sungai tetap baik, mengantisipasi kerusakan
sumber daya air dan memanfaatkan secara efisien tidak
berlebihan.
2. Keseimbangan Air (Water Balance)dapat digunakan untuk
mengetahui saat-saat kekurangan air atau kelebihan air
yang hanya mengandalkan data curah hujan.Faktor yang
mempengaruhi keseimbangan air ialah curah hujan dan
evapotranspirasi.
3. Dalam dunia pertanian,air memiliki posisi sangat penting,
dimana tanaman bergantung pada ketersediaan pasokan air
guna keperluan pengairan. Lahan pertanian memperoleh
pasokan air dari berbagai sumber seperti sungai ataupun
saluran irigasi, namun tak kalah penting, hujan juga sangat
berperan terhadap kualitas pertumbuhan tanaman.

52
4. Dari data curah hujan 3 tahun terakhir dari 2019 – 2021
Lebih baik menerapkan pola tanam 1 dengan menanam
cabai keriting selama 2,5 bulan dari 1 januari – 15 maret
dalam 1 kali panen dan kacang Panjang selama 1,5 bulan
dari 16 maret – 30 april dalam 1 kali panen dengan
keuntungan Rp. 208.600.000,00.

5.2 Saran

Pemerintah daerah seharusnya membangun saluran irigasi di


kecamatan Selomerto sehingga dapat menunjang kebutuhan air untuk
pertanian setempat, agara komoditas tanaman meningkat supaya
meingkatkan ekonomi masyarakat sekitar.

Dalam pengelolaan sumber daya air, pemerintah daerah tidak boleh


memandang air hanya sebagai komoditas ekonomi tetapi perlu
mempertimbangkan fungsi sosialnya, contohnya dengan memanfaatkan
sumber daya air hujan untuk irigasi.

53
DAFTAR PUSTAKA

1. https://wonosobokab.bps.go.id/indicator/151/212/1/banyaknya-curah-hujan-
menurut-kecamatan.html
2. https://www.bmkg.go.id/cuaca/prakiraan-cuaca.bmkg?
Kota=Wonosobo&AreaID=501271&Prov=11
3. http://repository.pertanian.go.id/handle/
123456789/11003#:~:text=Optimalisasi%20penggunaan%20sumber%20daya
%20air,memanfaatkan%20secara%20efisien%20tidak%20berlebihan
4. http://ejournal.uki.ac.id/index.php/edumatsains/article/download/1379/1125/

54

Anda mungkin juga menyukai