DI SUSUN OLEH :
YANNI NURBAINI C1051151033
MIRA LARASATI C1051151015
DEDE RUSVITA C1051151038
ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Irigasi dan Drainase Pertanian.
Makalah ini di susun sebagai tugas Irigasi dan Drainase Pertanian studi Ilmu
Tanah. Makalah ini membahas tentang Irigasi dan Drainase Pada Tanaman Sawi
di tanah Inseptisol.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya membangun
sangat diperlukan kami demi kesempurnaan penulisan makalah ini pada masa
yang akan mendatang.
Akhir kata dengan segala kerendahan hari kami mengucapkan mohon
maaf dan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.4. Luaran Penelitian ...................................................................................... 2
1.5. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1. Kedelai ...................................................................................................... 3
2.2. Pengaruh Salinitas Pada Tanaman ........................................................... 3
2.3. Pembenah Tanah ...................................................................................... 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................ 6
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................... 6
3.2. Alat dan Bahan ......................................................................................... 6
3.3. Metode Penelitian ..................................................................................... 6
3.4. Tata Laksana Penelitian ............................................................................ 6
3.5. Parameter yang Diamati ........................................................................... 8
3.6. Analisis Data ............................................................................................ 8
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ..................................................... 9
4.1. Biaya Kegiatan ......................................................................................... 9
4.2. Jadwal Kegiatan ....................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing ............................ 11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan .......................................................... 16
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas ............... 20
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Dalam bidang pertanian, air merupakan salah satu kebutuhan utama yang
mutlak harus dipenuhi. Meningkatnya kebutuhan manusia akan pangan yang
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk secara otomatis akan
menyebabkan kebutuhan air untuk pertanian akan semakin besar. Hal ini tentunya
bertolak belakang dengan ketersediaan air yang semakin terbatas akibat
meningkatnya penebangan hutan yang menjaga keseimbangan air di dalam tanah.
Selain itu, penggunaan air yang tidak efektif dan boros oleh manusia juga menjadi
kendala. Terbatasnya ketersediaan air ini tentu akan menjadi kendala utama untuk
sektor pertanian mengingat pengairan merupakan kegiatan yang sangat penting.
oleh karena itu, untuk menghindari hal ini, manusia perlu berhati-hati dalam
penggunaannya, harus pandai melindungi dan menghemat air, serta dibutuhkan
suatu teknologi tepat guna untuk mengatasi hal ini.
Sebagai tempat penanaman tumbuh – tumbuhan untuk kebutuhan pangan,
tentu saja areal perkebunan membutuhkan air. Kebutuhan air ini biasa disebut
dengan air irigasi yang memang disediakan oleh manusia guna memenuhi
kebutuhan air dari seluruh lingkup tumbuh – tumbuhan di areal perkebunan itu.
Penyediaan air yang cukup bagi tumbuhan yang ada di areal pekebunan akan
memberikan dampak pertumbuhan dari tumbuhan itu yang juga baik.
Kebutuhan air dari tumbuhan bukan tidak terbatas, akan tetapi ada batas
tertentu dimana tumbuhan tersebut akan merasa cukup dengan penyediaan air.
Apabila penyediaan air untuk tumbuhan menjadi berlebih, akan memberikan efek
negatif pada tumbuhan yang telah kita tanam. Tumbuhan yang kelebihan air akan
mengalami fase layu atau bahkan mati. Untuk menghindari kelebihan air pada
tumbuhan inilah perlu adanya sistem drainasi pada perkebunan tersebut.
Dalam pertanian bahwa irigasi dan drainase merupakan suatu sub system
pertanian yang sangat penting. Jika salah satunya tidak terpenuhi maka pertanian
tidak akan berjalan. Irigasi merupakan proses pemberian air sedangkan drainase
adalah proses pembuangan air.
Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman yang membutuhkan air
dalam jumlah yang banyak. Hanya padi dan tanaman berkayu yang mungkin
menggunakannya dalam jumlah yang lebih. Lysimetermempelajarinya pada tahun
1960 dan mendeterminasikan secara empiris hubungan antara hasil dengan
penggunaan air, kira-kira setara dengan 10 mm air (evapotranspirasi tanaman)
memproduksi hasil 1 ton tebu/ha (Thomoson, 1957). Tanaman tebu akan bagus
pada daerah yang mempunyai kandungan air 1.100–2.000 mm tergantung pada
faktor iklim dan umur tanaman.
Tanah inceptisol merupakan tanah yang paling banyak ditemukan didunia,
yaitu hampir 1/3 daratan di dunia. Hasibuan (2006) menyatakan tanah inceptisol
merupakan tanah yang baru berkembang dan masih muda sehingga anah ini
mempunyai tingkat kesuburan yang baik. Namun, berdasarkan pernyataan Foth
(1994) tanah inceptisol banyak digunakan untuk daerah pertanian tetapi tetapi
memiliki peranan yang sangat kecil dalam produksi pangan dunia sehingga
diharapkan tanah inceptisol dapat dikembangkan lagi untuk kegiatan-kegiatan
pertanian.
1. 2. Rumusan Masalah
-
1. 3. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1.
2. 2.
2. 3.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada Tabel 1. didefinisikan sistem irigasi yang sangat tepat untuk tebu.
Hanya ada 2 metode untuk menghantarkan air irigasi yaitu dengan gaya gravitasi
atau dengan tekanan. Dengan gaya gravitasi hanya ada sistem irigasi alur, tetapi
banyak metode untuk menghantarkan air ke kepala/hulu alur. Metode tekanan
dapat dikategorikan sebagai irigasi atas (spray) dan air dihantarkan dengan nozzle
atau irigasi tetes dengan air yang dihantarkan oleh tube dan emitters.
3. 3. 1. Irigasi Alur
Walaupun data statistik yang lengkap tidak tersedia, irigasi alur
merupakan sistem yang dominan dalam penanam tebu. Survei yang dilakukan
oleh KID ( Internasional Commission on Irigation and Drainage) dan FAO (Food
and Agrikultural Organisation) menunjukkan bahwa sistem permukaan memiliki
nilai lebih dari 80 % dari seluruh areal irigasi di seluruh dunia.
Irigasi alur pada tebu lebih dikenal dengan beberapa alasan yaitu :
- Air diaplikasikan melalui gaya gravitasi tanpa membutuhkan tenaga.
- Angin tidak mempengaruhi efisiensi aplikasi.
- Merupakan sistem yang sederhana dan murah untuk merakit dan
mengoperasikannya.
- Dapat diaplikasikan untuk kisaran tipe tanah yang luas, topografi dan lahan.
Metode alur dapat diartikan sebagai penerapan irigasi yang sangat bagus
tetapi juga merupakan irigasi dengan efisiensi yang paling buruk lebih rendah dari
30 %. Faktor yang menyebabkan efisiensinya sangat buruk adalah kualitas
persiapan lahan yang jelek, areal bergelombang, perawatan yang tidak bagus dan
kebocoran saluran air, gerakan air dibelakang dan kehilangan karena perkolasi.
Produktivitas tenaga kerja juga lebih rendah jika dibandingkan sistem irigasi yang
lain.
Praktek yang baik untuk irigasi alur
Dengan tekanan yang kontinyu pada sumber air dan efisiensi penggunaan
air, irigasi alur membersikan penampilan yang lebih baik. Praktek irigasi alur
yang baik akan memperoleh efisiensi 80-90 %, yang sebanding bahkan lebih baik
daripada irigasi atas. Ini akan terdiri dari beberapa praktek :
- Membatasi irigasi alur untuk tanah berlempung, dimana kedalaman kehilangan
air karena perkolasi selama aplikasi irigasi alur diminimalkan (tanah yang
bersaluran akan lebih dapat diterima jika bersatu dengan air tanah membentuk
sistem sirkulasi kembali).
- Mengoptimalkan tata letak lahan dan tujuan alur, kemiringan dan ketajaman
dari tipe lokal tanah dan topografinya. Ini dapat dideterminasikan dengan
tujuan percobaan areal dan khususnya seperti SIRMOD II (Walker, 1989).
- Menghantarkan air hingga ketepi areal dengan pipa pembawa atau saluran air
(lempung), pelat beban atau garis pembatas) untuk mengurangi kehilangan
karena rembesan. Kanal tanah hanya digunakan untuk membatasi tanah
lempung.
- Distribusi air sepanjang tepi areal dan kepala alur dengan gerbang pipa, saluran
air atau kanal untuk mengurangi kehilangan air karena rembesan.Kanal dari
tanah hanya digunakan untuk pembatas pada tanah lempung.
- Menyeleksi laju kecepatan aliran air yang optimal untuk sebagian konfigurasi
alur dan karakteristik tanah laju aliran air biasanya berkisar 0.5 – 8 liter/s.
- Mengumpulkan, menyetorkan dan memutar kembali aliran air dari akhir alur
ke awal saluran.
- Menyusun jadwal irigasi, dengan menggunakan iklim berdasar kelembaban
tanah atau instrumentasi tanah untuk mendeterminasi waktu yang optimal
untuk aplikasi irigasi.
- Menerapkan ikatan polimer tanah pada air irigasi untuk meningkatkan
penyerapan air dan untuk menghindari pengendapan untuk tipe tanah.
- Memonitor tanah dan kualitas air dan mengadapsi menajemen untuk
melindungi struktur tanah dan mencegah meningkatnya salinitas dan sodisitas.
Menerapkan pembenah tanah sepertigypsum untuk tanah alkaline-
sodik dan lime untuk tanah asam mungkin bisa dilakukan, dan
- Menompang trash untuk melindungi kelembaban tanah, walaupun penerapan
ini kadang tidak cocok dimana alurnya sangat panjang pada tanah miring
alirannya akan terhalangi.
Pipa Pindah
Pipa pindah mengakibatkan kontrol yang lebih bagus untuk pembagian air
ke masing-masing alur dan akan menutup kisaran penuh laju aliran yang
diperoleh pipa pindah dibuat dari pipa polythene dengan diameter antara 25-75
mm. Pengoperasian yang ideal (seperti level air pada kanal tersier hingga level
air pada alur) adalah 50-300 m. Gambar 6 memberikan gambaran kurva untuk
berbagai ukuran pipa.
Spile Pipes
Alternatif penganti pipa pindah adalah spile pipe, yang ditempatkan pada
tembok pada kanal tersier untuk memenuhi 10-20 alur. Sebuah gerbang buka
tutup pada ceruk spile pipe mengontrol aliran air, dan gerbang ini dioperasikan
dengan membuka
penuh atau menutup penuh. Diameter spile antara 150-300 mm dan tipe
pengoperasian kepala 50-500 mm.
Versi lain dari spile penurun pada kanal tersier dengan 1 atau 2 spile
pipe berdiameter 50-75 mm per alur. Spile pipe ditempatkan pada bagian
penurunan dibalikan kanal tersier yang dibangun dari dudukan atau dipusatkan
pada gundukan atau diberi tanda (konsentrasi siraman). Sistem ini populer
untuk layout alur dimana kanal tersier pada tempat dimana kemiringannya
sekitar 1 %, sejak pintu masuk bisa dipindah dan daerah dengan pandang
rumput yang luas tidak diperoleh seperti yang ada pada sistem siphon. Kanal
mengalir secara langsung sesuai kemiringan, dan spile hanya akan dibuka jika
alur akan diirigasi. Irigator biasanya memilih spile karena lebih cepat dan
mudah untuk mengoperasikannya dari pada pemindah dan memasang pipa
siphon. Pipa spile dan penutupnya lebih mudah diperoleh dari sumber lokal
(perusahaan plastik).