Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PRODUKTIVITAS LAHAN BASAH DAN GAMBUT


KELOMPOK 5

DOSEN : Dr. Ir. Uray Edi Suryadi, MP

DI SUSUN OLEH :
MIRA LARASATI C1051151015
YANNI NURBAINI C1051151033
ADE FITRIANA C1051151005
ASNADA C1051151008
TIKA LIYANI C1051151007

ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiratAllah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nyakami dapat menyelesaikan makalah Produktivitas Lahan Basah dan
Gambut. Makalah ini di susun sebagai tugas mata kuliah Produktivitas Lahan
Basah dan Gambut program studi Ilmu Tanah. Makalah ini membahas tentang
hasil yang telah dilakukan dalam proses wawancara yang dilakukan di lapangan.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya membangun
sangat diperlukan kami demi kesempurnaan penulisan makalah ini pada masa
yang akan mendatang.
Akhir kata dengan segala kerendahan hari kami mengucapkan mohon
maaf dan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pontianak, 13 Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
BAB I.PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1. Karakteristik Tanaman Padi ..................................................................... 3
2.2. Klasifikasi Lahan Sawah .......................................................................... 4
2.3. Lahan Pasang Surut .................................................................................. 4
BAB III HASIL DANPEMBAHASAN.................................................................. 6
3.1. Hasil.......................................................................................................... 6
3.2. Pembahasan .............................................................................................. 6
BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 9
4.1. Kesimpulan ............................................................................................... 9
4.2. Saran ......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10
LAMPIRAN .......................................................................................................... 11

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Survei ............................................................................................... 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan
produkivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu
sumber pangan utama penduduk Indonesia dan kebutuhannya terus meningkat
karena selain penduduk terus bertambah dengan laju peningkatan sekitar 2% per
tahun, juga adanya perubahan pola konsumsi penduduk dari non beras ke beras.
Disamping itu terjadinya penciutan lahan sawah irigasi akibat konversi lahan
untuk kepentingan non pertanian dan munculnya penomena degradasi kesuburan
lahan menyebabkan produktivitas padi sawah irigasi cenderung melandai (Deptan,
2008). Berkaitan dengan perkiraan terjadinya penurunan produksi tersebut maka
perlu diupayakan penanggulanggannya melalui peningkatan intensitas pertanaman
dan produktivitas lahan sawah yang ada, pencetakan lahan irigasi baru dan
pengembangan lahan potensial lainnya termasuk lahan marginal seperti lahan
rawa pasang surut.
Sebagai lahan marginal, memanfaatkan lahan rawa pasang surut untuk
usaha pertanian memang tidak semudah memanfaatkan lahan-lahan subur yang
selama ini banyak dimnfaatkan untuk usaha pertanian seperi lahan irigasi dan
lainnya. Salah satu dai ciri kemarginalan lahan ini adalah tingkat kemasaman
tanah yang tinggi (pH < 4), kandungan besi (Fe2+) cukup tinggi dan lapisan pirit
yang dangkal. Oleh karenanya dalam mengelola lahan ini menjadi lahan pertanian
terlebih dahulu harus ketahui sifat dan karakteristiknya yang khas tersebut. Jika
salah kelola akan berakibat fatal dan memerlukan biaya dan waktu yang lama
untuk memperbaikinya.
Luas lahan rawa pasang surut di Indonesia sekitar 20,12 juta ha, terdiri dari
2,07 juta ha lahan potensial, 6,72 juta ha lahan sulfat masam, 10,89 juta ha lahan
gambut dan 0,44 juta ha lahan salin. Lahan rawa pasang surut yang berpotensi
untuk dijadikan lahan pertanian sekitar 8.535.708 ha. Dari luasan tersebut, yang
sudah direklamasi sekitar 2.833.814 ha dan yang belum direklamasi sekitar
5.701.894 ha. Luas lahan rawa pasang surut yang sudah dijadikan lahan sawah
hingga tahun 2011 baru sekitar 407.594 ha (Ritung, 2011). Berdasarkan data
tersebut peluang untuk melaksanakan ekstensifikasi pertanian khususnya untuk
tanaman padi ke lahan rawa pasang surut masih terbuka luas.
Produktivitas lahan sawah di Indonesia menurut data BPS tahun 2011 rata-
rata nasional 5,2 ton GKG ha-1 , tertinggi di Jawa 5,5 ton GKG ha-1 , Sumatera
serta Sulawesi 4,5 ton GKG ha-1 , dan Kalimantan 3,5 ton GKG ha.
Perbedaan produktivitas tersebut disebabkan berbagai faktor diantaranya:
(1) jenis lahan sawah, (2) jenis atau sifat-sifat tanah, (3) tingkat pengelolaan, dan

1
(4) varietas padi yang ditanam. Demikian pula dengan jenis atau tipe lahan sawah
yang terdiri dari sawah irigasi, sawah tadah hujan , sawah pasang surut, dan sawah
lebak. Potensi hasil gabah yang diperoleh di lahan sawah rawa pasang surut
dengan menerapkan teknologi pengelolaan yang tepat dapat mencapai 4,5-5,5 ton
GKG ha-1 .
Kendala yang dihadapi dalam usaha tani padi di lahan rawa pasang surut
antara lain: (1) tingkat kesuburan lahan rendah, (2) infrastruktur yang masih
belum berfungsi secara optimal, (3) tingkat pendidikan petani masih rendah, (4)
indeks panen masih sekali tanam setahun, dan (5) tingginya serangan organisme
pengganggu tanaman.
Secara umum upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi
padi di lahan rawa pasang surut antara lain melalui: (1) penerapan teknologi yang
sudah ada secara optimal, dan (2) peningkatan luas areal panen melalui
peningkatan intensitas tanam dan pembukaan areal baru.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimanakah
 Bagaimanakah
 Apakah

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
 untuk mengetahui
 untuk mengetahui.
 untuk mengetahui

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Karakteristik Tanaman Padi
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan (berupa rumput)
berumpun yang berasal dari Devisi: Spermatophyta, Sub divisi: Angiospermae,
Kelas: (Oryza sativa L). Tanaman ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika
Barat yang merupakan daerah tropis dan subteropis. Berdasarkan sistem budidaya
padi dapat dibedakan dalam dua tipe yaitu pada lahan kering (gogo) dan padi
sawah.Padi gogo ditanam di lahan kering (tidak digenangi), sedangkan padi sawah
ditanam disawah yang selalu tergenang (Purwono, dan Purnamawati 2007).
Tanaman padi memiliki bentuk batang bulat berongga serta beruas-ruas dan
memiliki tinggi tanaman antara 1,0-1,5 meter. Tanaman padi memiliki daun pipih
memanjang seperti pita yang menempel pada buku-buku batang. Tiap-tiap buku
pada batang tumbuh tunas yang membentuk batang atau anakan yang lama
kelamaan akan tumbuh menjadi rumpun padi dan dari tiap-tiap batang inilah akan
keluar bunga yang biasanya disebut bunga bulir atau malai. sehingga disebut
orang padi bulu. Pada sebutir padi biasanya berisi sebuah biji yang disebut beras
yang mempunyai selaput atau mengandung zat warna yang berbeda pada tiap
jenis padi (Sumartono dkk., 1997). Pemilihan varietas untuk dibudidayakan sangat
tergantung pada daerah dimana varietas tersebut akan dikembangkan, karena
masing-masing varietas memiliki daya adaptasi yang berbeda terhadap
lingkungan. Pada budidaya anaman padi, 9 varietas yang toleran terhadap lahan
salin yaitu varietas Cisadane, Ciherang, IR 64 dan Rojolele.
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau
lebih, dengan distribusi untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 23 0C dan tinggi
tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0-1500 mdpl. Tanah yang
baik untuk untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang
kandungannya fraksi pasir. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah
yangketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan pH antara 4-7
(Siswoputranto,1976).
Dalam melakukan evaluasi lahan menentukan jenis usaha perbaikan
merupakan hal terpenting yang dapat dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-masing kualitas lahan.
Karakteristik lahan dapat dibedakan menjadi karakteristik lahan yang dapat
diperbaiki dengan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan (teknologi) yang
akan diterapkan dan karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki, tidak akan
mengalami perubahan kelas kesesuaian lahan, sedangkan yang karakteristik
lahannya dapat berubah menjadi satu atau dua tingkat lebih baik (Sarwono dan
Widiatmaka, 2011).

3
2. 2. Klasifikasi Lahan Sawah
Sawah adalah tanah yang digarap dan di airi untuk tempat menanam padi.
Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi
memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhanya. Untuk
mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan.
Sawah yang terakhir dekenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya
adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah tadah hujan, sementara yang
lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi
lahan basah ( lowland rice ). Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah dicetak
berteras atau lebih dikenal terasering atau sengkedan untuk menghindari erosi dan
menahan air. Sawah beteras banyak terdapat dilereng-lereng bukit atau gunung di
Jawa dan Bali ( Anonim, 2014 ). Sawah pasang surut adalah sawah yang
pengairannya berasal dari air sungai yang melimpah kedaratan akibat tertahan
oleh air laut yang pasang. Biasanya tersebar di daerah pantai dan rawa-rawa, jenis
padi yang ditanam berupa padi yang berbatang tinggi.
Salah satu komponen teknologi yang penting dalam meningkatkan produksi
dan pendapatan usaha tani padi adalah varietas. Preferensi petani juga turut
mempengaruhi pengembangan varietas unggul. Hal ini terkait dengan sifat yang
dimiliki oleh varietas unggul. Petani umumnya menginginkan varietas dengan
daya hasil tinggi, rasa enak (spesifik daerah), umur genjah, tanaman tidak terlalu
pendek dan tidak terlalu tinggi, serta tahan terhadap hama dan penyakit utama
seperti wereng cokelat, tungro, dan blas (Badan Litbang Pertanian 2003).

2. 3. Lahan Pasang Surut


Lahan rawa pasang surut merupakan salah satu lahan alternatif yang
mempunyai potensi cukup luas bagi pembangunan pertanian di masa yang akan
dating. Lahan ini termasuk lahan potensial yang jika dikelola dengan baik,
produktivitasnya tidak kalah dengan lahan-lahan subur lainnya. Lahan ini dapat
digunakan untuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
Memanfaatkan lahan pasang surut untuk pertanian memang tidaklah
semudah memanfaatkan lahan-lahan subur lainnya. Sebagai lahan marginal,
pemanfaatan lahan pasang surut untuk pertanian harus memahami sifatnya yang
khas. Tanpa memahami sifatnya tersebut, pengembangan pertanian di lahan ini
akan menghadapi banyak masalah. Menurut Alihamsyah (1991), beberapa
kendala dalam pengembangan usahatani intensif ini diantaranya terbatasnya
tenaga kerja terutama saat pengolahan tanah, modal dan kurangnya pengetahuan
petani. Karena kurangnya pengetahuan mengenai teknologi budidaya tanaman
padi, maka hasil yang didapat masih rendah yaitu sekitar 2 ton/ha (Tanjung et al
1993).

4
Menurut Noor (2004) dan Noor (1996), berdasarkan tata hidrologi dan
lingkup pengaturan (drainase) maka wilayah pasang surut di Kalsel dipilah dalam
4 (empat) tipe luapan yang diistilahkan tipe A, B, C dan D, yaitu:
1. Tipe A: wilayah pasang surut yang selalu mendapatkan luapan air pasang,
baik selama pasang besar maupun pasang ganda serta mengalami drainase
harian.
2. Tipe B: wilayah pasang surut yang hanya mendapatkan luapan selama pasang
besar, tetapi mengalami drainase secara harian.
3. Tipe C: wilayah pasang surut yang tidak mendapatkan luapan pasang dan
mengalami drainase secara permanen. Pengaruh pasang diperoleh melalui
resapan secara horizontal dan mempunyai muka air tanah pada kedalaman
50cm dari permukaan tanah.
4. Tipe D: wilayah pasang surut yang tidak mendapatkan pengaruh-pengaruh
pasang sama sekali dan mengalami drainase secara terbatas. Muka air tanah
mencapai kedalaman >50cm dari permukaan tanah.
Permasalahan produktivitas usahatani padi lahan pasang surut yang rendah
ini diduga berkaitan erat dengan persoalan efisiensi penggunaan input. Alokasi
penggunaan input juga diduga masih belum optimal. Salah satu indikator dari
efisiensi adalah jika atau sejumlah output tertentu dapat dihasilkan dengan
menggunakan sejumlah kombinasi input yang lebih sedikit dan dengan kombinasi
input-input tertentu dapat meminimumkan biaya produksi tanpa menurangi output
yang dihasilkan. Dengan biaya produksi yang minimum akan diperoleh harga
output yang lebih kompetitif (Kurniawan, 2008).

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. 1. Hasil
Hasil yang kami dapat dari survey pada tanggal 07 Maret 2018 di Desa
Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya adalah sebagai
berikut :
No Pertanyaan Jawaban
1 Luas lahan 2.500 m2
2 Pengolaan lahan Tidak ada pengolahan tanah

3 Komoditi tanaman Tanaman padi


4 Varietas padi Varietas Pulau dan Ka’gelok
5 Produksi 480 kg
6 Kendala dilapangan 1. Jika air pasang besar maka tanaman
padi akan terendam.
2. Adanya hama keong, tikus, dan walang
sangit.
7 Lama penanaman 5 bulan
8 Perawatan di lapangan 1. Pegendalian gulma
2. Pengendalian hama/penyakit
3. Pemupukan
Table 1. Hasil Survei Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya

3. 2. Pembahasan
Sawah pasang surut adalah sawah yang irigasinya tergantung pada gerakan
air pasang dan surut serta letaknya di wilayah datar tidak jauh dari laut. Sumber
air sawah pasang surut adalah air tawar dari sungai yang karena adanya pengaruh
pasang dan surut air laut dimanfaatkan untuk mengairi sawah melalui saluran
irigasi dan drainase. Sawah pasang surut umumnya terdapat di sekitar jalur aliran
sungai besar yang dapat di pengaruhi oleh pasang dan surut air laut
(Puslitbangtanak, 2003).
Pada hasil di lapangan dengan lahan seluas 2.500 m2 produksi padi hanya
sebanyak 480 kg, hal ini membuktikan bahwa pada sawah pasang surut terdapat

6
kendala yang membuat padi berproduksi secara maksimal. Menurut Alihamsyah
(1991), beberapa kendala dalam pengembangan usahatani intensif ini diantaranya
terbatasnya tenaga kerja terutama saat pengolahan tanah, modal dan kurangnya
pengetahuan petani. Hasil ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan
produktivitas potensial padi di lahan pasang surut, yaitu 2-4 ton/ha untuk varietas
lokal dan 3-6 ton/ha untuk varietas unggul. Bahkan menurut Pramono et al.
(2005), dengan menggunakan Integrated Crops Management, hasil padi dapat
ditingkatkan lagi. Jadi, produktivitas padi sawah di lahan pasang surut di tingkat
petani masih bisa ditingkatkan lagi.
Kendala yang dihadapi dalam usahatani padi di lahan rawa pasang surut
antara lain: (1) tingkat kesuburan lahan rendah, (2) infrastruktur yang masih
belum berfungsi secara optimal, (3) tingkat pendidikan petani masih rendah, (4)
indeks panen masih sekali tanam setahun, dan (5) tingginya serangan organisme
pengganggu tanaman.
Di lapangan kendala hama sangat besar hingga menyebabkan menurunnya
produksi padi yang cukup besar. Dua faktor penyebab utama tingginya intensitas
serangan hama dan penyakit tanaman adalah (1) kedekatan lokasi lahan rawa
pasang surut dengan hutan dan (2) sempitnya areal pertanaman varietas unggul
sehingga serangan hama dan penyakit terkonsentrasi. Pada dasarnya
pengendalian hama dan penyakit diarahkan pada strategi pengelolaan hama
terpadu (PHT) melalui penggunaan varietas tahan dan musuh alami, teknik
budidaya yang baik dan sanitasi lingkungan. Penggunaan pestisida kimia
dilakukan sebagai tindakan terakhir. Sebagai contoh, pengendalian hama tikus
terpadu yang strateginya didasarkan pada kombinasi taktik-taktik pengendalian
berdasarkan stadia tanaman padi di lapangan.
Pada lahan pasang surut ini yang menjadi kendala di lapangan adalah padi
akan terendam jika air pasang besar. Pengelolaan tanah dan air (soil and water
management) merupakan kunci utama keberhasilan pengembangan pertanian di
lahan pasang surut. Pengolaan air di Desa Sungai Itik, Kecamatan Sungai Kakap
ini mengatur air dengan menggunakan pintu air yang mana pintu air tersebut akan
ditutup jika air pasang besar akan tetapi jika musim penghujan air akan bertambah
tinggi hingga menyebabkan padi yang ada disawah sekitar tersebut tenggelam.

7
Oleh karena itu perlu adanya pengolaan tanah dan air agar lahan tersebut
dapat digunakan dengan sebaiknya tanpa kendala air pasang maupun surut.
Pengelolaan tanah dan air ini meliputi jaringan tata air makro maupun mikro,
penataan lahan, ameliorasi dan pemupukan. Tata air mikro berfungsi untuk: 1)
mencukupi kebutuhan evapotranspirasi tanaman, 2) mencegah pertumbuhan
gulma pada pertanaman padi sawah, 3) mencegah terbentuknya bahan beracun
bagi tanaman melalui penggelontoran dan pencucian, 4) mengatur tinggi muka air,
dan (5) menjaga kualitas air di petakan lahan dan saluran.
Dalam hal peningkatan produksi tanaman padi di lahan pasang surut secara
umum upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi padi di lahan
rawa pasang surut antara lain melalui: (1) penerapan teknologi yang sudah ada
secara optimal, dan (2) peningkatan luas areal panen melalui peningkatan
intensitas tanam dan pembukaan areal baru.

8
BAB IV
PENUTUP
4. 1. Kesimpulan
1. Sawah pasang surut adalah sawah yang irigasinya tergantung pada gerakan
air pasang dan surut serta letaknya di wilayah datar tidak jauh dari laut.
2. Kendala yang dihadapi dalam usahatani padi di lahan rawa pasang surut
antara lain: (1) tingkat kesuburan lahan rendah, (2) infrastruktur yang masih
belum berfungsi secara optimal, (3) tingkat pendidikan petani masih rendah,
(4) indeks panen masih sekali tanam setahun, dan (5) tingginya serangan
organisme pengganggu tanaman.
3. Dalam hal peningkatan produksi tanaman padi di lahan pasang surut secara
umum upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi padi di
lahan rawa pasang surut antara lain melalui: (1) penerapan teknologi yang
sudah ada secara optimal, dan (2) peningkatan luas areal panen melalui
peningkatan intensitas tanam dan pembukaan areal baru.

4. 2. Saran
Diharapkan untuk mahasiswa ke depannya agar mengerjakan tugas mata
kuliah Produktivitas Lahan Basah dan Gambut ini lebih serius agar mendapatkan
makalah yang leih baik. Untuk para petani padi khususnya di lahan sawah pasang
surut untuk lebih memperhatikan pengelolaan dan perawatan yang intensif untuk
menghindari hama dan penyakit yag sering menyerang tanaman padi agar
produktivitas tanaman padi kedepannya lebih meningkat.

9
DAFTAR PUSTAKA

10
LAMPIRAN

11
12

Anda mungkin juga menyukai