BIOTEKNOGI TANAH
KELOMPOK 6
DOSEN :
DI SUSUN OLEH :
YANNI NURBAINI C1051151033
NURIZAL C10511510
ELVA ROLITA C10511510
ASNADA C10511510
PUTRI SRI AYU C10511510
ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Bioteknologi Tanah.
Laporan ini di susun sebagai tugas laporan praktikum mata Bioteknologi Tanah
program studi Ilmu Tanah. Laporan ini membahas tentang hasil yang telah
dilakukan dalam proses praktikum ini.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya membangun
sangat diperlukan kami demi kesempurnaan penulisan laporan ini pada masa yang
akan mendatang.
Akhir kata dengan segala kerendahan hari kami mengucapkan mohon
maaf dan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1. .................................................................................................................. 3
2.2. .................................................................................................................. 3
2.3. .................................................................................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
3.1. Sumber N Tanah ....................................................................................... 6
3.2. Mekanisme fiksasi N simbiotik dan non simbiotik .................................. 6
3.3. Pemupukan N menurunkan pH tanah ....................................................... 6
3.4. Bentuk utama N tanah .............................................................................. 6
3.5. Faktor-faktor mempengaruhi N tanah ...................................................... 8
3.6. Perilaku N dalam tanah ............................................................................ 8
BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 9
4.1. Kesimpulan ............................................................................................... 9
4.2. Saran ......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu tanaman leguminosae yang dapat
bersimbiosis dengan bakteri diazotrop untuk memfiksasi N2. Tanaman kedelai
dapat bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen Rhizobium,
Bradyrhizobium dan Azorhizobium. Fiksasi nitrogen simbiotik penting pada
pertanian berkelanjutan untuk mengurangi kebutuhan pupuk dan menjaga
kelestarian lingkungan. Besarnya nitrogen terfiksasi sangat tergantung pada
tanaman inang, mikrosimbion dan lingkungan.
Bakteri penambat nitrogen dari udara, baik yang bersifat simbiotik maupun
non-simbiotik, sangat bermanfaat untuk menggantikan pupuk N anorganik.
Rhizobium adalah bakteri penambat N simbiotik yang dapat mencukupi hampir
seluruh kebutuhan N tanaman kedelai (Shutsrirung et al. 2002). Hasil simbiosis
Rhizobium dengan tanaman kedelai akan membentuk nodul atau bintil akar yang
menghasilkan N. Dengan demikian Rhizobium merupakan mesin penghasil
nitrogen yang secara alami dapat hidup berdampingan dengan tanaman kedelai.
Tanaman kacang-kacangan seperti buncis, kedelai dan pohon sengon,
akarnya mempunyai bintil– bintil berisi bakteri yang mampu menambat nitrogen
udara, sehingga nitrogen tanah yang telah diserap tanaman dapat diganti.
Simbiosis antara tanaman dan bakteri saling menguntungkan untuk kedua pihak.
Bakteri mendapatkan zat hara yang kaya energi dari tanaman inang sedangkan
tanaman inang mendapatkan senyawa nitrogen dari bakteri untuk melangsungkan
kehidupannya. Bakteri penambat nitrogen yang terdapat didalam akar kacang-
kacangan maupun pohon-pohonan adalah jenis bakteri Rhizobium. Beberapa
mikroba tanah seperti Rhizobium, Azaosprillium, Azotobacter mikoriza perombak
sellulosa dan efektif mikroorgnisme dapat dimanfaatkan sebagai biofertilizer pada
pertanian organik.
MOL mempunyai fungsi beranekaragam tergantung dari bahannya. Salah
satu bahan organik yang dapat dijadikan MOL adalah bonggol pisang.
MOL bonggol pisang berfungsi sebagai pengurai saat pembuatan kompos.
Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-
alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta
kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme
pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah.
Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman.
Sisa tanaman, hewan, atau kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil
yang berupa bakteri jamur, ganggang, hewan satu sel, maupun banyak sel
merupakan sumber bahan organik yang sangat potensial bagi tanah, karena
perannya yang sangat penting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi
tanah, namun bila sisa hasil tanaman tidak dikelola dengan baik maka akan
berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti mengakibatkan rendahnya
keberhasilan pertumbuhan benih karena imobilisasi hara, allelopati, atau sebagai
tempat berkembangbiaknya patogen tanaman.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Bioteknologi Tanah ini adalah :
untuk mengetahui pengaruh penginfeksian bakteri penambat N terhadap
pertumbuhan tanaman kedelai.
untuk mengetahui pengaruh pemberian mikroorganisme lokal dalam
proses pembuatan pupuk kompos sehingga di hasilkan kompos yang
bermutu dan bekualitas.
untuk mengetahui manfaat bakteri trichoderma pada tanaman kedelai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Kedelai
Kedelai merupakan tanaman pangan yang dikenal luas oleh masyarakat
karena merupakan sumber protein nabati dengan harga terjangkau oleh sebagian
besar masyarakat. Biji kedelai merupakan bahan baku untuk pembuatan kecap,
tempe, tahu, tauco dan susu kedelai yang merupakan bahan pangan yang
dibutuhkan oleh segenap lapisan masyarakat. Mengingat pentingnya kedelai maka
upaya untuk meningkatkan produksi perlu terus dilakukan. Produksi kedelai di
Indonesia bervariasi antara 0,5 ton/ha sampai 1,7 ton/ha, bahkan pada kondisi
percobaan hasil bisa mencapai lebih dari 3,0 ton/ha (Adisarwanto, 2000).
Produksi kedelai tersebut tergantung pada kondisi lingkungan, faktor genetik,
kualitas benih, dan kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi.
Tanaman kedelai, sebagaimana tanaman kacang-kacangan lainnya, dapat
bersimbiosis dengan Rhizobium yang dapat menambat N2 dari udara. Menurut
Shutsrirung et al. (2002), lebih dari 60% N yang diperlukan tanaman kedelai dapat
dipasok melalui simbiosis dengan bakteri Rhizobium apabila tanaman mampu
membentuk bintil akar secara optimal. Kepadatan sel Rhizobium alam pada tanah
yang bukan bekas tanaman kacangkacangan umumnya sangat rendah (sekitar 102
sel/g tanah), sedangkan kebutuhan minimal untuk pembentukan bintil akar adalah
103 sel/g tanah (Soedarjo dan Sucahyono 2006).
Kedelai merupakan salah satu tanaman leguminosae yang dapat
bersimbiosis dengan bakteri diazotrop untuk memfiksasi N2. Tanaman kedelai
dapat bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen Rhizobium,
Bradyrhizobium dan Azorhizobium. Fiksasi nitrogen simbiotik penting pada
pertanian berkelanjutan untuk mengurangi kebutuhan pupuk dan menjaga
kelestarian lingkungan. Besarnya nitrogen terfiksasi sangat tergantung pada
tanaman inang, mikrosimbion dan lingkungan. Besarnya nilai RE (Relative
efficiency of N2 fixation) ditentukan oleh umur tanaman dan kondisi lingkungan.
RE merupakan parameter untuk menilai produksi H2 oleh nitrogenase dimana RE
= 1 – H2/C2H2 reduksi. Nilai RE tanaman yang tumbuh tanpa dikombinasikan
dengan nitrogen akan menurun selama fase vegetatif pertumbuhan dan meningkat
setelah pembungaan (Amonim, 2004).
Inokulasi Rhizobium pada tanaman kedelai sudah lama dikenal sebagai
salah satu pupuk hayati. Inokulasi Rhizobium diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan nitrogen pada tanaman kedelai sehingga dapat mengurangi kebutuhan
pupuk nitrogen anorganik. Kebutuhan tanaman kedelai akan unsur hara nitrogen
sangat tinggi sehingga adanya sumber nitrogen yang murah akan membantu
mengurangi biaya produksi. Pada tanaman kedelai untuk menghasilkan 1 kg biji,
tanaman menyerap 70-80 gram nitrogen dari dalam tanah sehingga jika hasil
panen 1,5 ton/ha maka akan menyerap 105-120 nitrogen dari dalam tanah.
Adanya inokulasi Rhizobium yang efektif, 50-75 % total kebutuhan nitrogen
dapat dipenuhi dari fiksasi oleh Rhizobium (Pasaribu, 1989). Fiksasi N2 terjadi
karena adanya hubungan simbiosis antara tanaman tingkat tinggi dengan bakteri
prokariotik diazotrop yaitu bakteri yang dapat menambat molekul gas nitrogen
yang ada dalam udara (MacDicken, 1995). Organisme diazotrop ini menghasilkan
enzim nitrogenase yang berperanan sebagai katalisator dalam peruraian gas
nitrogen dan mereduksi menjadi NH3+.
2. 2. Bakteri Penambat N
Kebutuhan bakteri terhadap unsur N dapat di pengaruhi oleh sumber N
yang terdapat dalam berbagai senyawa organik maupun dari N udara. Peranan
nitrogen secara biologis oleh sejumlah spesies bakteri endofit diazotrof memiliki
keunggulan di bandingkan rhizosfer, karena keberadaanya di dalam jaringan
interseluler tanaman yang tidak mudah hilang, sementara hara nitrogen yang
berada di alam sangat bersifat labil, mudah tercuci air dan erosi, dan mudah
nguap ke udara.Selain itu sejumlah bakteri endofit juga mampu menghasilkan
Asam Indol Asetat (AIA) yang merupakan fitohormon golongan auksin yang
berperan dalam memperpanjang sel dan organ (Suriawirnia,1995).
Beragam jenis bakteri bertanggung jawab pada penambatan N hayati, mulai
dari Sianobakter dan bakteri fotosintetik pada air tergenang dan permukaan tanah
sampai pada bakteri heterotrofik dalam tanah dan zona akar (Suriawirnia,1995).
Bakteri mampu melakukan penambatan nitrogen udara maupun simbiosis.
Secara umum, fiksasi nitrogen biologis sebagai bagian dari input nitrogen untuk
mendukung pertumbuhan tanaman telah menurun akibat intensifikasi pemupukan
anorganik (Hindersah dan Simarmata, 2004).Unsur nitrogen termasuk unsur
utama dan merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan, sehingga merupakan
kunci keberhasilan pertumbuhan tanaman (Suriawirnia,2005).
Ada beberapa bakteri yang dapat memfiksasi N2, tetapi dalam pertanian,
Rhizobium merupakan bakteri yang paling penting dalam fiksasi nitrogen
(Thomas, et. al., 1997). Rhizobia penyebab terbentuknya bintil akar pada akar
tanaman legum. Tanpa tanaman legum rhizobia tidak dapat memfiksasi nitrogen,
sebaliknya tanpa rhizobia tanaman legum juga tidak dapat memfiksasi nitrogen.
Nitrogen difiksasi di nodul dan hanya terjadi jika ada hubungan simbiotik antara
bakteri dengan tanaman legum.
Simbiosis antara rhizobia dengan akar tanaman legum akan menghasilkan
organ penambat nitrogen yaitu bintil akar. Pada bintil akar terdapat sel-sel yang
agak membesar berisi bakteroid dan diantaranya terdapat sel-sel yang lebih kecil
dan lebih banyak mengandung pati. Perkembangan bintil akar mulai terjadi pada
saat sel korteks akar terangsang membelah secara mitotik membentuk calon bintil
dan diikuti oleh masuknya bakteri Rhizobium kedalam sel-sel tersebut.
Umumnya bintil akar terbentuk 5 - 6 hari setelah inokulasi, sedangkan fiksasi
nitrogen terjadi 8 – 15 hari setelah inokulasi. Struktur bintil akar ditentukan oleh
tanaman inang. Pada bintil akar determinate, daerah meristematik tidak jelas,
bentuk bulat, misalnya pada tanaman kedelai. Bintil akar indeterminate ditandai
dengan daerah meristimatik yang jelas, ukuran panjang meningkat selama
pertumbuhan, misalnya pada clover. Bintil akar yang efektif memfiksasi N2
berwarna merah karena mengandung leghemoglobin. Bintil akar tetap aktif
selama 50 – 60 hari, setelah itu akan mengalami senescen. Pada saat senescen
bakteroid dan leghemoglobin akan mengalami degradasi sehingga bintil akar
berwarna hijau atau coklat. Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan letak bintil akar
pada tanaman ditentukan oleh tanaman inang (Dierolf, et al., 2001).
2. 5. Pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa
berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa
acuminata, M. balbisiana, dan M. paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi
yang dinamakan sama. Hampir semua bagian pisang dapat dimanfaatkan salah
satunya yaitu bonggolnya yang dapat di jadikan mikroorganisme lokal. Hal ini
disebabkan karena pisang mengandung Zat Pengatur Tumbuh Giberellin dan
Sitokinin. Selain itu dalam mol bonggol pisang tersebut juga mengandung 7
mikroorganisme yang sangat berguna bagi tanaman yaitu : Azospirillium,
Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan
mikroba selulotik. MOL bonggol pisang juga tetap bisa digunakan untuk
dekomposer atau mempercepat proses pengomposan (Lukitaningsih, 2010).
2. 6. Kompos
Sutanto (2002) menyatakan bahwa dalam proses pengomposan yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut Kelembapan timbunan bahan kompos,
berpengaruh terhadap kehidupan mikrobia, agar tidak terlalu kering atau basah
dan tergenang, Aerasi timbunan, berhubungan erat dengan kelengasan,
Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 600C), dan juga
dilakukan pembalikkan untuk menurunkan temperatur, Suasana, dalam
pengomposan menghasilkan asam-asam organik sehingga pH turun, untuk itu
diperlukan pembalikkan, Netralisasi keasaman, dapat dilakukan dengan
menambah kapur seperti dolomit atau abu dan Kualitas kompos, dapat diberi
pupuk seperti P untuk meningkatkan kualitas kompos.
Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyimpulkan bahwa pengomposan pada
dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu
mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Mikroba tersebut adalah bakteri,
fungi dan jasad renik lainnya.
Suriawiria (2003) menyatakan bahwa adapun kunci membuat kompos yang
bagus meliputi: rasio karbon/nitrogen, adanya bahan mikroorganisme, tingkat
kelembapan, tingkat oksigen dan ukuran partikel. Dari ketiga pendapat tersebut
faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan adalah hampir sama.
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) sifat baik dari kompos yang
merupakan pupuk organik terhadap kesuburan tanah yaitu dapat menyediakan
unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro dalam jumlah relatif kecil,
dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah yang berat, membuat permeabilitas
tanah menjadi lebih baik dan juga dapat dijadikan sebagai pupuk bagi tanaman.
Pemberian pupuk organik akan menambah unsur hara yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan tanaman. Memang persentase unsur hara yang bertambah dari pupuk
organik masih lebih kecil disbanding pupuk organik secara umum, fungsi pupuk
organik adalah sebagai berikut:
Kebutuhan tanah bertambah. Adanya penambahan unsur hara, humus, dan
bahan organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh
dalam jangka panjang
Sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki. Pemberian pupuk organik menyebabkan
terjadinya perbaikan struktur tanah
Sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada
menjadi hidup
Disamping itu, menurut Indriani (2007) kompos mempunyai beberapa sifat
yang menguntungkan antara lain: Memperbaiki struktur tanah, memperbesar
daya ikat tanah berpasir,menambah daya ikat air pada tanah, memperbaiki
drainase dan tata udara dalam tanah, mengandung hara yang lengkap, memberi
ketersediaan bahan makanan bagi mikroba.
2. 7. Bakteri Trichoderma
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3. 1. Tempat dan Waktu Praktikum
Pelaksanaan praktikum Bioteknogi Tanah dilakukan di Laboratorium
Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Pelaksanaan
praktikum dimulai pada tanggal 18 Oktober 2017 sampai 7 Desember 2015.
3. 2. 5. Isolat Trichoderma
Bahan : Alat :
Isolat Trichoderrma Gelas ukur
PDB Botol kaca
Bunsen
Jarum ose
Aluminium foil
3. 3. Langkah Kerja :
3. 2. 1. Pembuatan Media Selektif
a. Media YMB (Yeast Monitol Broth)
1) Timbang masing-masing bahan yang telah disiapkan.
2) Campur semua bahan kedalam erlenmeyer, yaitu : Monitol 10 g, KH2PO4
0.5 g, MgSO4 7 H2O 0.2 g, NaCl 0.19 g, yeast extrack 0.59 g, dan
Aquadest 1 liter.
3) Meletakkan erlenmeyer di atas hot plate sampai semua bahan tercampur
rata.
4) Masukkan aquadest ke dalam tabung reaksi sebnayak 9 ml ke masing-
masing tabung (tabung yang digunakan sebanyak 4).
5) Tutup tabung raksi menggunakan aluminium foil.
3. 2. 3. Pembuatan MOL
1) Bahan seperti dedak, gula aren, dan bonggol pisang yang sudah di
cincang di aduk rata.
2) Campuran bahan yang sudah di aduk, dimasukkan air kelapa sebanyak 1
l liter.
3) Bahan yang sudah tercampur ditambah aquadest sebanyak 1 liter dan
gula aren sebanyak 150 gram.
4) Bahan-bahan yang sudah tercampur rata ditutup dengan tutup toples yang
sudah di pasang selang penghubung ke botol.
Tanaman Perlakuan
Hari, Tanggal
ke- P0 P1 P2 P3 P4
1 8.8 cm 2.4 cm 6.8 cm 6.3 cm 6.7 cm
2 7 cm 6.7 cm 7.9 cm 6.1 cm 7.2 cm
Rabu, 6 Desember
3 8.6 cm 6.3 cm 6.8 cm 5.6 cm 8.2 cm
2017
4 8.4 cm 3.1 cm 5.4 cm 7.3 cm 7.1 cm
5 9.2 cm 6.2 cm 6.5 cm - 7.4 cm
1 18.9 cm 6.1 cm 14 cm 13.1 cm 13.3 cm
2 13 cm 13.8 cm 18.2 cm 12.5 cm 14.8 cm
Rabu, 13
3 17.3 cm 13.5 cm 14.1 cm 11.5 cm 16.8 cm
Desember 2017
4 14.2 cm 6.8 cm 11.4 cm 14.6 14.6 cm
5 19.5 cm 13.1 cm 13.2 cm - 15.2 cm
1
2
Rabu, 20
3
Desember 2017
4
5
4. 2. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Kedelai di Lahan Sawah
dan Lahan Kering. Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonim. 2004. Kedelai unggul baru untuk tanah masam. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Deptan.
Hindersih, R Dan T. Simarmata, 2004. Kontribusi Rizobakteri Azobacter Dalam
Meningkatkan Kesehatan Tanah Melalui Fiksasi N2 Dan Produksi
Fitohormon Di Rizosfir. Jurnal Natur Indonesia, 6:127-133
MacDicken, K.; K. Hairiah; A. Otsamo ; B. Duguma; N. Majid. 1995. Shade-
based control of Imperata cylindrica: Tree fallows and cover crops.
Agroforestry Systems 36:131-149.
Pasaribu DA, Sumarlin N, Sumarno, Supriati Y, Saraswati R, Sutjipto PH dan
KARAMA S. 1989. Penelitian inokulasi Rhizobium di Indonesia. Risalah
Lokakarya Penelitian Penambatan Nitrogen secara Hayati pada Kacang-
kacangan. Kerjasama Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian
dan Puslitbang Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor.
hlm. 3 – 32.
Suriawiria. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung
Soedarjo, M. dan D. Sucahyono. 2005. Teknologi nodulasi dan kolonisasi
mikoriza pada tanaman kedelai di lahan kering masam. Laporan Tahunan,
Balitkabi, Malang.
Shutsrirung A, Sutigolabud P, Santasup S, Seno K, Tajima S, Hisamatsu M,
Bhromsiri A. 2002. Symbiotic, efficiency and compatibility of native
rhizobia in nothern Thailand with different soybean cultivars. Soil Sci. Plant
Nutr. 48: 491–499.