Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOGI TANAH
KELOMPOK 6

DOSEN :

DI SUSUN OLEH :
YANNI NURBAINI C1051151033
NURIZAL C10511510
ELVA ROLITA C10511510
ASNADA C10511510
PUTRI SRI AYU C10511510

ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Bioteknologi Tanah.
Laporan ini di susun sebagai tugas laporan praktikum mata Bioteknologi Tanah
program studi Ilmu Tanah. Laporan ini membahas tentang hasil yang telah
dilakukan dalam proses praktikum ini.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya membangun
sangat diperlukan kami demi kesempurnaan penulisan laporan ini pada masa yang
akan mendatang.
Akhir kata dengan segala kerendahan hari kami mengucapkan mohon
maaf dan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,

Pontianak, 15 Desember 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1. .................................................................................................................. 3
2.2. .................................................................................................................. 3
2.3. .................................................................................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
3.1. Sumber N Tanah ....................................................................................... 6
3.2. Mekanisme fiksasi N simbiotik dan non simbiotik .................................. 6
3.3. Pemupukan N menurunkan pH tanah ....................................................... 6
3.4. Bentuk utama N tanah .............................................................................. 6
3.5. Faktor-faktor mempengaruhi N tanah ...................................................... 8
3.6. Perilaku N dalam tanah ............................................................................ 8
BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 9
4.1. Kesimpulan ............................................................................................... 9
4.2. Saran ......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu tanaman leguminosae yang dapat
bersimbiosis dengan bakteri diazotrop untuk memfiksasi N2. Tanaman kedelai
dapat bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen Rhizobium,
Bradyrhizobium dan Azorhizobium. Fiksasi nitrogen simbiotik penting pada
pertanian berkelanjutan untuk mengurangi kebutuhan pupuk dan menjaga
kelestarian lingkungan. Besarnya nitrogen terfiksasi sangat tergantung pada
tanaman inang, mikrosimbion dan lingkungan.
Bakteri penambat nitrogen dari udara, baik yang bersifat simbiotik maupun
non-simbiotik, sangat bermanfaat untuk menggantikan pupuk N anorganik.
Rhizobium adalah bakteri penambat N simbiotik yang dapat mencukupi hampir
seluruh kebutuhan N tanaman kedelai (Shutsrirung et al. 2002). Hasil simbiosis
Rhizobium dengan tanaman kedelai akan membentuk nodul atau bintil akar yang
menghasilkan N. Dengan demikian Rhizobium merupakan mesin penghasil
nitrogen yang secara alami dapat hidup berdampingan dengan tanaman kedelai.
Tanaman kacang-kacangan seperti buncis, kedelai dan pohon sengon,
akarnya mempunyai bintil– bintil berisi bakteri yang mampu menambat nitrogen
udara, sehingga nitrogen tanah yang telah diserap tanaman dapat diganti.
Simbiosis antara tanaman dan bakteri saling menguntungkan untuk kedua pihak.
Bakteri mendapatkan zat hara yang kaya energi dari tanaman inang sedangkan
tanaman inang mendapatkan senyawa nitrogen dari bakteri untuk melangsungkan
kehidupannya. Bakteri penambat nitrogen yang terdapat didalam akar kacang-
kacangan maupun pohon-pohonan adalah jenis bakteri Rhizobium. Beberapa
mikroba tanah seperti Rhizobium, Azaosprillium, Azotobacter mikoriza perombak
sellulosa dan efektif mikroorgnisme dapat dimanfaatkan sebagai biofertilizer pada
pertanian organik.
MOL mempunyai fungsi beranekaragam tergantung dari bahannya. Salah
satu bahan organik yang dapat dijadikan MOL adalah bonggol pisang.
MOL bonggol pisang berfungsi sebagai pengurai saat pembuatan kompos.
Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-
alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta
kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme
pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah.
Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman.
Sisa tanaman, hewan, atau kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil
yang berupa bakteri jamur, ganggang, hewan satu sel, maupun banyak sel
merupakan sumber bahan organik yang sangat potensial bagi tanah, karena
perannya yang sangat penting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi
tanah, namun bila sisa hasil tanaman tidak dikelola dengan baik maka akan
berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti mengakibatkan rendahnya
keberhasilan pertumbuhan benih karena imobilisasi hara, allelopati, atau sebagai
tempat berkembangbiaknya patogen tanaman.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimanakah pengaruh penginfeksian bakteri penambat N pada tanaman
kedelai?
 Bagaimanakah pengaruh pemberian mikroorganisme lokal pada pupuk
kompos?
 Apakah manfaat bakteri trichoderma pada tanaman kedelai?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Bioteknologi Tanah ini adalah :
 untuk mengetahui pengaruh penginfeksian bakteri penambat N terhadap
pertumbuhan tanaman kedelai.
 untuk mengetahui pengaruh pemberian mikroorganisme lokal dalam
proses pembuatan pupuk kompos sehingga di hasilkan kompos yang
bermutu dan bekualitas.
 untuk mengetahui manfaat bakteri trichoderma pada tanaman kedelai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Kedelai
Kedelai merupakan tanaman pangan yang dikenal luas oleh masyarakat
karena merupakan sumber protein nabati dengan harga terjangkau oleh sebagian
besar masyarakat. Biji kedelai merupakan bahan baku untuk pembuatan kecap,
tempe, tahu, tauco dan susu kedelai yang merupakan bahan pangan yang
dibutuhkan oleh segenap lapisan masyarakat. Mengingat pentingnya kedelai maka
upaya untuk meningkatkan produksi perlu terus dilakukan. Produksi kedelai di
Indonesia bervariasi antara 0,5 ton/ha sampai 1,7 ton/ha, bahkan pada kondisi
percobaan hasil bisa mencapai lebih dari 3,0 ton/ha (Adisarwanto, 2000).
Produksi kedelai tersebut tergantung pada kondisi lingkungan, faktor genetik,
kualitas benih, dan kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi.
Tanaman kedelai, sebagaimana tanaman kacang-kacangan lainnya, dapat
bersimbiosis dengan Rhizobium yang dapat menambat N2 dari udara. Menurut
Shutsrirung et al. (2002), lebih dari 60% N yang diperlukan tanaman kedelai dapat
dipasok melalui simbiosis dengan bakteri Rhizobium apabila tanaman mampu
membentuk bintil akar secara optimal. Kepadatan sel Rhizobium alam pada tanah
yang bukan bekas tanaman kacangkacangan umumnya sangat rendah (sekitar 102
sel/g tanah), sedangkan kebutuhan minimal untuk pembentukan bintil akar adalah
103 sel/g tanah (Soedarjo dan Sucahyono 2006).
Kedelai merupakan salah satu tanaman leguminosae yang dapat
bersimbiosis dengan bakteri diazotrop untuk memfiksasi N2. Tanaman kedelai
dapat bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen Rhizobium,
Bradyrhizobium dan Azorhizobium. Fiksasi nitrogen simbiotik penting pada
pertanian berkelanjutan untuk mengurangi kebutuhan pupuk dan menjaga
kelestarian lingkungan. Besarnya nitrogen terfiksasi sangat tergantung pada
tanaman inang, mikrosimbion dan lingkungan. Besarnya nilai RE (Relative
efficiency of N2 fixation) ditentukan oleh umur tanaman dan kondisi lingkungan.
RE merupakan parameter untuk menilai produksi H2 oleh nitrogenase dimana RE
= 1 – H2/C2H2 reduksi. Nilai RE tanaman yang tumbuh tanpa dikombinasikan
dengan nitrogen akan menurun selama fase vegetatif pertumbuhan dan meningkat
setelah pembungaan (Amonim, 2004).
Inokulasi Rhizobium pada tanaman kedelai sudah lama dikenal sebagai
salah satu pupuk hayati. Inokulasi Rhizobium diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan nitrogen pada tanaman kedelai sehingga dapat mengurangi kebutuhan
pupuk nitrogen anorganik. Kebutuhan tanaman kedelai akan unsur hara nitrogen
sangat tinggi sehingga adanya sumber nitrogen yang murah akan membantu
mengurangi biaya produksi. Pada tanaman kedelai untuk menghasilkan 1 kg biji,
tanaman menyerap 70-80 gram nitrogen dari dalam tanah sehingga jika hasil
panen 1,5 ton/ha maka akan menyerap 105-120 nitrogen dari dalam tanah.
Adanya inokulasi Rhizobium yang efektif, 50-75 % total kebutuhan nitrogen
dapat dipenuhi dari fiksasi oleh Rhizobium (Pasaribu, 1989). Fiksasi N2 terjadi
karena adanya hubungan simbiosis antara tanaman tingkat tinggi dengan bakteri
prokariotik diazotrop yaitu bakteri yang dapat menambat molekul gas nitrogen
yang ada dalam udara (MacDicken, 1995). Organisme diazotrop ini menghasilkan
enzim nitrogenase yang berperanan sebagai katalisator dalam peruraian gas
nitrogen dan mereduksi menjadi NH3+.

2. 2. Bakteri Penambat N
Kebutuhan bakteri terhadap unsur N dapat di pengaruhi oleh sumber N
yang terdapat dalam berbagai senyawa organik maupun dari N udara. Peranan
nitrogen secara biologis oleh sejumlah spesies bakteri endofit diazotrof memiliki
keunggulan di bandingkan rhizosfer, karena keberadaanya di dalam jaringan
interseluler tanaman yang tidak mudah hilang, sementara hara nitrogen yang
berada di alam sangat bersifat labil, mudah tercuci air dan erosi, dan mudah
nguap ke udara.Selain itu sejumlah bakteri endofit juga mampu menghasilkan
Asam Indol Asetat (AIA) yang merupakan fitohormon golongan auksin yang
berperan dalam memperpanjang sel dan organ (Suriawirnia,1995).
Beragam jenis bakteri bertanggung jawab pada penambatan N hayati, mulai
dari Sianobakter dan bakteri fotosintetik pada air tergenang dan permukaan tanah
sampai pada bakteri heterotrofik dalam tanah dan zona akar (Suriawirnia,1995).
Bakteri mampu melakukan penambatan nitrogen udara maupun simbiosis.
Secara umum, fiksasi nitrogen biologis sebagai bagian dari input nitrogen untuk
mendukung pertumbuhan tanaman telah menurun akibat intensifikasi pemupukan
anorganik (Hindersah dan Simarmata, 2004).Unsur nitrogen termasuk unsur
utama dan merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan, sehingga merupakan
kunci keberhasilan pertumbuhan tanaman (Suriawirnia,2005).
Ada beberapa bakteri yang dapat memfiksasi N2, tetapi dalam pertanian,
Rhizobium merupakan bakteri yang paling penting dalam fiksasi nitrogen
(Thomas, et. al., 1997). Rhizobia penyebab terbentuknya bintil akar pada akar
tanaman legum. Tanpa tanaman legum rhizobia tidak dapat memfiksasi nitrogen,
sebaliknya tanpa rhizobia tanaman legum juga tidak dapat memfiksasi nitrogen.
Nitrogen difiksasi di nodul dan hanya terjadi jika ada hubungan simbiotik antara
bakteri dengan tanaman legum.
Simbiosis antara rhizobia dengan akar tanaman legum akan menghasilkan
organ penambat nitrogen yaitu bintil akar. Pada bintil akar terdapat sel-sel yang
agak membesar berisi bakteroid dan diantaranya terdapat sel-sel yang lebih kecil
dan lebih banyak mengandung pati. Perkembangan bintil akar mulai terjadi pada
saat sel korteks akar terangsang membelah secara mitotik membentuk calon bintil
dan diikuti oleh masuknya bakteri Rhizobium kedalam sel-sel tersebut.
Umumnya bintil akar terbentuk 5 - 6 hari setelah inokulasi, sedangkan fiksasi
nitrogen terjadi 8 – 15 hari setelah inokulasi. Struktur bintil akar ditentukan oleh
tanaman inang. Pada bintil akar determinate, daerah meristematik tidak jelas,
bentuk bulat, misalnya pada tanaman kedelai. Bintil akar indeterminate ditandai
dengan daerah meristimatik yang jelas, ukuran panjang meningkat selama
pertumbuhan, misalnya pada clover. Bintil akar yang efektif memfiksasi N2
berwarna merah karena mengandung leghemoglobin. Bintil akar tetap aktif
selama 50 – 60 hari, setelah itu akan mengalami senescen. Pada saat senescen
bakteroid dan leghemoglobin akan mengalami degradasi sehingga bintil akar
berwarna hijau atau coklat. Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan letak bintil akar
pada tanaman ditentukan oleh tanaman inang (Dierolf, et al., 2001).

2. 3. Tanah Podsolid Merah Kuning (PMK)

2. 4. MOL (Mikro Organisme Lokal)


Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan
sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan
utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan
sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat
berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga.
Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari
limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan
daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air
kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk,
terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi (Hadinata, 2008).
Menurut Fardiaz (1992), semua mikroorganisme yang tumbuh pada
bahan-bahan tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses
metabolisme. Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan
dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia,
seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan
gas, dan bau asam.
Mikro Organisme Lokal atau kumpulan mikro organisme yang dapat
digunakan sebagai pupuk mikroba bagi tanaman. Selain itu MOL juga dapat
digunakan untuk dekomposter dalam pembuatan kompos. Kegunaan MOL
sebagai pupuk tergantung dari bahan MOL itu sendiri. Misalnya pupuk dengan
kandungan N tinggi untuk masa pertumbuhan tanaman bahan dasarnya dari akar
tanaman kacang-kacangan atau daun-daunan terutama dari jenis leguminacea
(gamal, lamtoro dll). Untuk pupuk dengan kandungan P tinggi untuk masa
pembentukan buah, bahan dasarnya batang pisang. Pupuk dengan kandungan K
tinggi bahan dasarnya sabut kelapa. Tetapi selain ketiga jenis tersebut diatas
sebetulnya semua bahan organic baik dari unsur tumbuhan maupun binatang bisa
dijadikan bahan MOL dan bisa diaplikasikan untuk pupuk cair (Hadinata, 2008).

2. 5. Pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa
berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa
acuminata, M. balbisiana, dan M. paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi
yang dinamakan sama. Hampir semua bagian pisang dapat dimanfaatkan salah
satunya yaitu bonggolnya yang dapat di jadikan mikroorganisme lokal. Hal ini
disebabkan karena pisang mengandung Zat Pengatur Tumbuh Giberellin dan
Sitokinin. Selain itu dalam mol bonggol pisang tersebut juga mengandung 7
mikroorganisme yang sangat berguna bagi tanaman yaitu : Azospirillium,
Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan
mikroba selulotik. MOL bonggol pisang juga tetap bisa digunakan untuk
dekomposer atau mempercepat proses pengomposan (Lukitaningsih, 2010).

2. 6. Kompos
Sutanto (2002) menyatakan bahwa dalam proses pengomposan yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut Kelembapan timbunan bahan kompos,
berpengaruh terhadap kehidupan mikrobia, agar tidak terlalu kering atau basah
dan tergenang, Aerasi timbunan, berhubungan erat dengan kelengasan,
Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 600C), dan juga
dilakukan pembalikkan untuk menurunkan temperatur, Suasana, dalam
pengomposan menghasilkan asam-asam organik sehingga pH turun, untuk itu
diperlukan pembalikkan, Netralisasi keasaman, dapat dilakukan dengan
menambah kapur seperti dolomit atau abu dan Kualitas kompos, dapat diberi
pupuk seperti P untuk meningkatkan kualitas kompos.
Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyimpulkan bahwa pengomposan pada
dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu
mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Mikroba tersebut adalah bakteri,
fungi dan jasad renik lainnya.
Suriawiria (2003) menyatakan bahwa adapun kunci membuat kompos yang
bagus meliputi: rasio karbon/nitrogen, adanya bahan mikroorganisme, tingkat
kelembapan, tingkat oksigen dan ukuran partikel. Dari ketiga pendapat tersebut
faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan adalah hampir sama.
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) sifat baik dari kompos yang
merupakan pupuk organik terhadap kesuburan tanah yaitu dapat menyediakan
unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro dalam jumlah relatif kecil,
dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah yang berat, membuat permeabilitas
tanah menjadi lebih baik dan juga dapat dijadikan sebagai pupuk bagi tanaman.
Pemberian pupuk organik akan menambah unsur hara yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan tanaman. Memang persentase unsur hara yang bertambah dari pupuk
organik masih lebih kecil disbanding pupuk organik secara umum, fungsi pupuk
organik adalah sebagai berikut:
Kebutuhan tanah bertambah. Adanya penambahan unsur hara, humus, dan
bahan organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh
dalam jangka panjang
Sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki. Pemberian pupuk organik menyebabkan
terjadinya perbaikan struktur tanah
Sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada
menjadi hidup
Disamping itu, menurut Indriani (2007) kompos mempunyai beberapa sifat
yang menguntungkan antara lain: Memperbaiki struktur tanah, memperbesar
daya ikat tanah berpasir,menambah daya ikat air pada tanah, memperbaiki
drainase dan tata udara dalam tanah, mengandung hara yang lengkap, memberi
ketersediaan bahan makanan bagi mikroba.

2. 7. Bakteri Trichoderma
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3. 1. Tempat dan Waktu Praktikum
Pelaksanaan praktikum Bioteknogi Tanah dilakukan di Laboratorium
Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Pelaksanaan
praktikum dimulai pada tanggal 18 Oktober 2017 sampai 7 Desember 2015.

3. 2. Bahan dan Alat Praktikum


3. 2. 1. Pembuatan Media Selektif
Bahan : Alat :

 Aquadest  Tabung reaksi  Aluminium foil


 Monitol 10g  Hot plate  Magnet steril
 KH2PO4 0,5 g  Mikro pipet  Panci
 MgSO4 7 H2O 0,2 g  Erlenmeyer
 NaCl 0,7 g  Botol ukuran 100 ml
 Yeast Extrack 0,59 g  Timbangan analitik
 Agar-agar 7 g
 5 ml kongo red

3. 2. 2. Penumbuhan Bakteri Penambat N


Bahan : Alat :
 Bintil akar pohon sengon  Hand spayer  Pinset
 Aquadest  Petridis  Gelas ukur
 Alkohol  Bunsen  Botol kocok
 Klorok 3%  Aluminium foil  Hot Plate
 Media YMB  Siler  Jarum ose
 Mortar

3. 2. 2. Pengaplikasian Bakteri Penambat N pada Tanaman Kedelai


Bahan : Alat :
 Tanah PMK  Polybag
 Benih kedelai  Pengayak
 Bakteri penambat N  Karung
 Cangkul
3. 2. 3. Pembuatan MOL
Bahan : Alat :
 Bonggol pisang 1 kg  Botol
 Dedak 250 g  Toples besar
 Gula aren 150 g
 Air kelapa 1 liter
 Aquadet

3. 2. 4. Pengaplikasian MOL untuk Pembuatan Kompos


Bahan : Alat :
 15 kg cacahan daun kering  Mesin pencacah
 5 kg pupuk kandang  Karung goni
 120 ml cairan MOL  Ember
 5 liter air biasa  gembor

3. 2. 5. Isolat Trichoderma
Bahan : Alat :
 Isolat Trichoderrma  Gelas ukur
 PDB  Botol kaca
 Bunsen
 Jarum ose
 Aluminium foil

3. 3. Langkah Kerja :
3. 2. 1. Pembuatan Media Selektif
a. Media YMB (Yeast Monitol Broth)
1) Timbang masing-masing bahan yang telah disiapkan.
2) Campur semua bahan kedalam erlenmeyer, yaitu : Monitol 10 g, KH2PO4
0.5 g, MgSO4 7 H2O 0.2 g, NaCl 0.19 g, yeast extrack 0.59 g, dan
Aquadest 1 liter.
3) Meletakkan erlenmeyer di atas hot plate sampai semua bahan tercampur
rata.
4) Masukkan aquadest ke dalam tabung reaksi sebnayak 9 ml ke masing-
masing tabung (tabung yang digunakan sebanyak 4).
5) Tutup tabung raksi menggunakan aluminium foil.

b. Media YMA (Yeast Monitol Agar)


1) Masukkan agar-agar 7 gram ke dalam bahan yang sudah tercampur tadi
sebanyak 0.5 liter.
2) Campurkan 5 ml kongo red untuk menjadikan media Yeast Monitol
Akar.

3. 2. 2. Penumbuhan Bakteri Penambat N


1) Bersihkan bintil akar menggunakan air bersih.
2) Setelah bersih, semprot bintil akar menggunakan alkohol.
3) Masukkan bintil akar di dalam petridis kemudian dibersihkan
menggunakan alkohol lagi sampai bersih.
4) Bersihkan lagi bintil akar menggunakan klorok 3% hingga bersih.
5) Bersihkan lagi bintil akar dengan alkohol dan bersihkan lagi
menggunakan aquadest.
6) Bintil akar yang sudah dibersihkan, lalu di tumbuk dan dicampur
aquadest sampai terendam.
7) Lalu, isolasi menggunakan media Yeast Monitol Broth yang telah
dicampur Brotemol Blue.
8) Masukkan media Yeast monitol Broth ke dalam botol kocok 50 ml.
9) Setelah itu, masukkan bakteri penambat N ke dalam larutan YMB 50 ml,
lalu tutup menggunakan aluminium foil.
10) Kemudian di shaker selama 3 hari, sampai cairan di dalam botol tersebut
tumbuh dan berwarna kabut.

3. 2. 3. Pembuatan MOL
1) Bahan seperti dedak, gula aren, dan bonggol pisang yang sudah di
cincang di aduk rata.
2) Campuran bahan yang sudah di aduk, dimasukkan air kelapa sebanyak 1
l liter.
3) Bahan yang sudah tercampur ditambah aquadest sebanyak 1 liter dan
gula aren sebanyak 150 gram.
4) Bahan-bahan yang sudah tercampur rata ditutup dengan tutup toples yang
sudah di pasang selang penghubung ke botol.

3. 2. 4. Pengaplikasian MOL untuk pembuatan kompos


1) Cacah daun kering hingga mencapai hingga mencapai berat 15 kg,
setelah itu cacahan daun kering dicampur dengan 5 kg pupuk
kandang.
2) Aduk kedua bahan sampai merata selanjutnya.
3) Kedua bahan yang telah tercampur rata disiram dengan air sebanyak 5
liter yang dicampur dengan 120 ml MOL bonggol pisang.
4) Setelah dicampur rata, masukkan bahan tersebut ke dalam karung
kemudian tutup/ikat dengan rapat.
5) Lakukan pengukuran dan pengadukan kompos setiap minggu selama
7 minggu.
3. 2. 5. Isolasi Trichoderma
1) Masukkan larutan PDB sebanyak 50 ml ke dalam botol kaca.
2) Setelah itu masukkan Yeast Monitol Broth ke ke dalam botol kaca yang
sudah di isi PDB, tutup botol menggunakan aluminium foil dan di
simpan ke shaker.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Hasil

Tanaman Perlakuan
Hari, Tanggal
ke- P0 P1 P2 P3 P4
1 8.8 cm 2.4 cm 6.8 cm 6.3 cm 6.7 cm
2 7 cm 6.7 cm 7.9 cm 6.1 cm 7.2 cm
Rabu, 6 Desember
3 8.6 cm 6.3 cm 6.8 cm 5.6 cm 8.2 cm
2017
4 8.4 cm 3.1 cm 5.4 cm 7.3 cm 7.1 cm
5 9.2 cm 6.2 cm 6.5 cm - 7.4 cm
1 18.9 cm 6.1 cm 14 cm 13.1 cm 13.3 cm
2 13 cm 13.8 cm 18.2 cm 12.5 cm 14.8 cm
Rabu, 13
3 17.3 cm 13.5 cm 14.1 cm 11.5 cm 16.8 cm
Desember 2017
4 14.2 cm 6.8 cm 11.4 cm 14.6 14.6 cm
5 19.5 cm 13.1 cm 13.2 cm - 15.2 cm
1
2
Rabu, 20
3
Desember 2017
4
5

4. 2. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Kedelai di Lahan Sawah
dan Lahan Kering. Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonim. 2004. Kedelai unggul baru untuk tanah masam. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Deptan.
Hindersih, R Dan T. Simarmata, 2004. Kontribusi Rizobakteri Azobacter Dalam
Meningkatkan Kesehatan Tanah Melalui Fiksasi N2 Dan Produksi
Fitohormon Di Rizosfir. Jurnal Natur Indonesia, 6:127-133
MacDicken, K.; K. Hairiah; A. Otsamo ; B. Duguma; N. Majid. 1995. Shade-
based control of Imperata cylindrica: Tree fallows and cover crops.
Agroforestry Systems 36:131-149.
Pasaribu DA, Sumarlin N, Sumarno, Supriati Y, Saraswati R, Sutjipto PH dan
KARAMA S. 1989. Penelitian inokulasi Rhizobium di Indonesia. Risalah
Lokakarya Penelitian Penambatan Nitrogen secara Hayati pada Kacang-
kacangan. Kerjasama Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian
dan Puslitbang Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor.
hlm. 3 – 32.
Suriawiria. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung
Soedarjo, M. dan D. Sucahyono. 2005. Teknologi nodulasi dan kolonisasi
mikoriza pada tanaman kedelai di lahan kering masam. Laporan Tahunan,
Balitkabi, Malang.
Shutsrirung A, Sutigolabud P, Santasup S, Seno K, Tajima S, Hisamatsu M,
Bhromsiri A. 2002. Symbiotic, efficiency and compatibility of native
rhizobia in nothern Thailand with different soybean cultivars. Soil Sci. Plant
Nutr. 48: 491–499.

Anda mungkin juga menyukai