Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERAPUNG


BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG

Bintang Adha Perdana


05101182126010

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG
SECARA TERAPUNG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Ujian Akhir
Semester (UAS) Praktikum Sistem Pertanian Terapung

Bintang Adha Perdana


05101182126010

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Tetap
Praktikum Sistem Pertanian Terapung Budidaya Tanaman Kangkung ini dengan
tepat pada waktunya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas laporan ini.
Kemudian, Saya menyadari bahwa laporan ini masih penuh dengan
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun saya butuhkan demi kesempurnaan laporan
ini.

Indralaya, 16 April 2022

Penulis
Bintang Adha Perdana

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan 2................................................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertanian Terapung................................................................................. 2
2.2 Ultisol ................................................................................................... 3
2.3 Tanaman Kangkung................................................................................ 3
2.4 Pupuk NPK.............................................................................................. 4
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu Dan Tempat................................................................................. 6
3.2. Alat Dan Bahan....................................................................................... 6
3.3. Cara Kerja............................................................................................... 6
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .......................................................................................................... 7
4.2 Pembahasan................................................................................................ 7
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 8
5.2 Saran .......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertanian terapung adalah bentuk adaptasi para petani pada banjir
yang hampir muncul setiap tahunnya. Dengan menggunakan lahan apung
maka jika terjadi banjir tanaman akan tetap terapung dan tidak akan terkena
banjir. Metode yang satu ini, bahkan sudah berkembang lebih luas lagi di
Negara Bangladesh yang menjadi solusi dalam mengatasi banjir. Metode
pertanian terapung ini masih dikembangkan dengan cara-cara tradisional.
Lahan rawa lebak di Sumatera Selatan memiliki potensi yang
cukup besar untuk di kembangkan. Luas dari jenis lahan ini di Indonesia
sekitar 14,7 juta hektar dan1,1 juta hektar diantaranya berada di Sumatera
Selatan yang terbentang dikawasan hilir Sungai Musi, Sungai Ogan, dan
Sungai Komering. Pada lahan rawa lebak, tidak dapat diprediksinya tinggi
air menjadi kendala utama untuk budidaya terutama sayuran. Oleh karena
itu pertanian terapung menjadi bentuk adaptasi petani terhadap banjir yang
datang setiap tahun. Keuntungan lain dari sistem pertanian terapung adalah
tidak perlu dilakukan penyiraman karena air berdifusi dari bawah media.
Budidaya sayuran organik secara terapung juga dapat dilakukan dan
memiliki hasil yang tidak jauh beda dengan budidaya di tanah. Komoditas
sayuran yang telah kami dikembangkan melalui budidaya sistem pertanian
terapung diantaranya adalah kangkung.
Kangkung darat merupakan salah satu tanaman berumur pendek,
yang mengandung gizi cukup tinggi yang berguna bagi pertumbuhan badan
dan kesehat. Kangkung memiliki nilai ekonomis yang cukup menarik untuk
dijadikan sebagai bahan usaha tani berarah agribisnis karena meskipun
harganya relatif murah tetap memberikan keuntungan yang cukup besar jika
budidayanya dilakukan secara intensif.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui


pengaruh komposisi media tanah dan pupuk berbeda yang digunakan untuk
pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung secara pertanian terapung.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertanian Terapung

Provinsi Sumatera Selatan mempunyai potensi rawa yang sangat luas


untuk pengembangan system pertanian terapung, bahkan di Kota Palembang juga
dapat diterapkan system pertanian terapung sebagai sumber tanaman sayuran. Di
Sumatera Selatan petani mulai menanam padi sekitar Juni atau Juli dan panen
pada September dan Oktober, sisa dari waktu tersebut (sekitar 7-8 bulan) petani
akan membiarkan lahannya tergenang tanpa ditanami. Padahal sistem pertanian
terapung dapat diterapkan di lahan tersebut seperti penanaman sayuran di gelas
plastic bekas, padi di rakit bamboo dan padi ketan dengan perlakuan pupuk
organik dari eceng gondok dan paku air. Keuntungan dari sistem pertanian
terapung adalah tidak perlu dilakukan penyiraman karena air berdifusi dari bawah
media, kalau air dan tanah dirawa tersebut cukup subur maka kemungkinan tidak
perlu dilakukan pemupukan, pertanian dapat bersifat organik, merupakan sistem
yang bijaksana dalam menjaga keseimbangan rawa dan memanfaatkan rawa apa
adanya karena tidak perlu di drainase. (Bernas.et.al.2012)

Budidaya sayuransistem pertanian terapung prospektif dikembangkan


berdasarkan pernyataan petani yang berminat terhadap penggunaan pertanian
terapung yang diintroduksikan. Salah satu hal yang menarik bagi petani adalah
kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaan alat serta kemudahan
membuatnya. Di samping itu petani juga optimis sistem pertanian terapung ini
dapat dikembangkan oleh petani setempat. (Hasbi.et.al.2017)

Pada teknologi Media Tetapung pada Budidaya tanaman sayuran terapung,


Media tanamnya terdiri dari campuran tanah dan kompos sebagai media tanam
yang diletakkan di atas Rakit. Bahan baku pupuk organik (kompos) yang tersedia
dalamj umlah banyak di lokasi penelitian adalah rumput Rawa. Bahan baku dalam
pembuatan rakit adalah bahan-bahan yang terdapat dilokasi yaitu; batang
pisang.Batang bamboo dan limbah plastik airmineral. Adanya potensi kolong,
rumput dan limbah plastik yang cukup besar, maka dilakukanlah penelitian ini
untuk mengatasi masalah Lingkungan terutama logam berat Pb, Zn dan Cu hasil
penambangan Timah dengan melakukan budidaya tanaman sayuran karena unsur
logam tersebut mengendap di dasar Kolong sehinggat anaman menyerap air nya
saja, dengan demikian unsur logam tidak terserap oleh akar tanaman selada,
sehingga selada aman untuk dikonsumsi. (Syafrullah.et.al.2018)
3

2.2. Ultisol

Ultisol di Indonesia diperkirakansekitar 51 juta ha atau sekitar 29,7%


luasdaratan di Indonesia. Dimana sekitar 48,3 haatau 95% di antaranya berada di
luar pulaujawa. Reaksi tanah Ultisol padaumumnya masam hingga sangat masam
(pH5Þ3,10), kecuali tanah Ultisol dari batu gamping yang mempunyai reaksi
netral hingga agak masam. Permasalahan utama tanah ultisol yaitu kandungan
bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjala ncepat sehingga
mengakibatkan kandungan hara rendah karena proses pencucian basa berlangsung
lama dan terjadi secara intensif. tanah Ultisol yang memiliki pH masam dan
kandungan hara yang rendah, maka dengan pemberian jerami padi dan abus ekam
padi diharapkan dapat meningkatkan bahan organik dan menaikkan pH tanah
sehimgga kandungan unsur hara dapat tersedia. (Pane.et.al.2014)

Walaupun tanah ultisol ini mempunyai sifat kimia yang kurang baik, tetapi
jika dilakukan pengelolaan tanah yang sesuai bisa berproduksi secara optimal.
Saat ini karena tanah-tanah yang relatif subur semakin berkurang akibat
penggunan lahan yang tidak sesuai, maka pemerintah terpaksa mulai
memanfaatkan tanah-tanah yang relatif kurang subur seperti Ultisol untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. (Karnilawati.2018)

Ultisol merupakan salah satu jenis tanahdi Indonesia yang mempunyai


sebaran luas,mencapai 45.794.000 Ha atau sekitar 25% dari total tanah.
Kesuburan ultisol sering kali hanya ditentukan pada kandungan bahan organik
pada lapisan top soil. Pengaruh dosis pupuk kandang kotoran ayam terhadap
pertumbuhan dan hasil cabai rawit di tanah ultisol dengan pemberia npupuk
kandang kotoran ayam 500g/polibag atau setara dengan 20 ton/ha memberikan
pertumbuhan dan hasil cabai rawit yang baik dan efisien dalam penggunaan pupuk
kandang kotoran ayam. (Hilwa.et.al.2020)

2.3. Tanaman Kangkung

Kangkung termasuk sayuran yang populer diIndonesia. Tanaman ini


berasal dari daerah tropis,terutama daerah Afrika dan Asia. Kangkung
mengandung gizi seperti protein, lemak, karbohidrat,kalsium, fosfor, zat besi,
natrium, kalium, vitamin A,vitamin B, dan vitamin C. Kebutuhan kangkung darat
semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya gizi. Produksi kangkung darat ditingkat petani di Jawa Tengah masih
tergolong rendah yaitu rata-rata 8 ton/ha, dibandingkan dengan potensi hasil
tanaman kangkung yaitu rata-rata 25 ton/ha. (Febriyono.et.al.2017)

Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) merupakan salah satu tanaman


hortikultura yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang
4

gurih.Ditinjau dari segi kandungan gizi tanaman kangkung setiap 100 g bahan
mengandung kalori sebesar 31 kal, protein 1.0 g, lemak 0.3 g, karbohidrat 7.3
g,kalsium 29 mg, vitamin A 470 mg, vitamin B1 0.05 mg, air 90.9 %. Pemberian
air cucian beras terbaik yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman
kangkung adalah konsentrasi 1.5 liter air cucian beras yang terlihat dari tingginya
bobot segar tanaman yaitu 1.00 g, dan bobot segar/plotyaitu 7.83 cm dan bobot
kering tanaman adalah 0.83 g. (Bahar.2016)

Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) merupakan salah satu jenis


sayuran yang sangat populer bagi rakyat Indonesia dan digemari oleh semua
lapisan masyarakat, karena rasanya yang gurih. Tanaman kangkung termasuk
kelompok tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan tidak memerlukan
areal yang luas untuk membudidayakannya, sehingga memungkinkan untuk
dibudidayakan pada daerah perkotaan yang umumnya mempunyai lahan
pekarangan terbatas. Selain rasanya yang gurih, gizi yang terdapat pada sayuran
kangkung cukup tinggi, seperti vitamin A, B dan C serta berbagai mineral
terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan.
(Edi.2014)

2.4. Pupuk Kompos

Pemanfaatan sisa bahan organik yang dibuat pupuk kompos salahs atunya
sangat bermanfaat untuk mengurangi pencemaran lingkungan.Penggunaan pupuk
kompos dalam jangka panjang dapat memperbaiki sifat fisik,kimia dan biologi
tanah. Pupuk kompos mudah dibuat dan teknologinya sederhana. Kompos adalah
bahan-bahanorganik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan
karena adanya interaksi antara mikroorganisme(bakteri pembusuk) yang bekerja
di dalamnya (Suhastyo, 2017).

Pengaruh aplikasi kompos limbah media tanam jamur tiram dan kuping
terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas hasil kangkung darat serta menentukan
dosis yang optimal. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok
Lengkap Faktorial. Faktor pertama yaitu jenis limbah jamur dengan 2 taraf
perlakuan limbah jamur tiram (P1) dan limbah jamur kuping (P2). Faktor kedua
yaitu dosis pupuk limbah jamur dengan 3 taraf perlakuan, takaran 10 ton/ha (T1),
takaran 20 ton/ha (T2) dan takaran 40 ton/ha (T3). Kontrol pada penelitian ini
adalah tanpa pemberian pupuk kompos limbah jamur. (Fikri, et.al.2017).

Tanaman Kangkung (Ipomoea Reptans) merupakan salah satu sayuran


yang mempunyai gizi yang tinggi dan banyak disukai masyarakat Indonesia.
Kangkung (Ipomoea Reptans) merupakan jenis yang paling diminati setelah jenis
sayuran yang lain seperti bayam, sawi dll. Keunggulan nilai nutrisi kangkung
sayuran terutama pada kandungan vitamin A, vitamin C dan asam amino thiamine
5

dan niacin. (Prinajati,2018)


BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Sistem Pertanian Terapung dilaksanakan setiap hari selasa mulai
dari tanggal 15 Februari – 12 April 2022 , dilaksanakan di Laboratorium
Lapangan Pertanian.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1) Cutter, 2) Spidol, 3) Sterofoam, 4) Pot bunga
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut
: 1) Tanah, 2) Bibit Kangkung, 3) Pupuk Kompos

3.3. Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Buat pola lingkaran sesuai diameter pot pada sterofoam menggunakan spidol
3. Lubangi Sterofoam yang telah di beri tanda dengan menggunakan pisau cutter
4. Setelah selesai dilubangi, sterofoam langsung dibawa ke rawa laboratorium
lapangan pertanian dan dipasang
5. Kemudian , pot yang berisi tanah diletakkan di lubang lubang pada sterofoam
6. Tanam Benih kangkung 5 buah pada setiap pot dan dilakukan pengamatan
selama 4 kali
7. Lalu Masukkan Pupuk Kompos di dalam Tanah pada pot pada pengamatan
yang ke 2
8. Selama Pengamatan lihat Perkembangan Kangkung ukura tinggi tanaman,
jumlah daun dan apakah tumbuh dengan baik atau tidak
9. Setelah pengamatan yang ke 4 maka lihat pertumbuhan kangkung dan
dibuatkan laporan tetap praktikum.

6
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Dari praktikum Sistem Pertanian Terapung yang telah dilakukan,
didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1
Pengamatan ke- Tinggi Tanaman Jumlah Daun Keterangan
1 0 cm 0 -
2 3 cm 2 Tumbuh dengan baik
3 9,5 cm 6 Tumbuh dengan baik
4 12 cm 8 Tumbuh dengan baik

4.2.Pembahasan
Pemanfaatan lahan rawa di Indonesia memiliki peranan penting
dan strategis bagi pengembangan pertanian terutama mendukung
ketahanan pangan nasinal. Hal ini disebabkan oleh luas lahan rawa
yang berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian khususnya tanaman
holtikultura seperti kangkung. Kangkung menjadi pilihan pada sistem
pertanian terapung ini karena tanaman tersebut memiliki pertumbuhan
yang cukup cepat dan mudah untuk dibudidayakan.
Bahan tanam yang digunakan pada praktikum sistem pertanian
terapung ini adalah benih kangkung. Penanaman benih kangkung dapat
dilakukan secara langsung ataupun disemai terlebih dahulu. Persemaian
dapat dilakukan untuk mengurangi presentase kematian tanaman dan
sebagai bahan sulam bagi tanaman yang rusak ataupun mati pada saat
pemeliharaan.
Media yang digunakan pada penanaman kangkung secara terapung
ini adalah Styrofoam, dikarenakan kemudahan untuk mendapatkan

7
bahan dan memudahkan untuk proses pembuatan tempat pot serta
mempercepat proses penanaman. Selain  itu warna Styrofoam yang
berwarna putih dapat berguna untuk memantulkan panas matahari,
sehingga larutan nutrisi didalam media tanam tidak akan menjadi
panas, atau setidaknya memiliki nilai penyerapan panas yang lebih
kecil
daripada warna lainnya.
kompos merupakan salah satu solusi terhadap permasalahan
sampah organik yang kian menumpuk sebagai dampak pertumbuhan
penduduk. Pengurangan jumlah sampah juga merupakan tanggung
jawab kita didalam melestarikan lingkungan untuk kehidupan manusia
yang berkelanjutan (sustain)
Pupuk kompos adalah peruraian bahan organik oleh jasad renik
(mikrobia). Pemberian kompos tidak hanya memperkaya unsur hara
bagi tanaman, namun juga berperanan dalam memperbaiki struktur
tanah, tata udara dan air dalam tanah, mengikat unsur hara dan
memberikan makanan bagi jasad renik yang ada dalam tanah sehingga
meningkatkan peran mikrobia dalam menjaga kesuburan tanah. Pupuk
organik cair merupakan pupuk yang berbentuk cair. Pupuk tersebut
mudah disiapkan dan sangat berguna untuk banyak hal, termasuk
pembenihan, tumbuhan kecil, tanaman buah- buahan dan tanam–
tanaman besar lainnya. Ini merupakan suatu cara yang baik untuk
membuat pupuk yang kaya akan unsur hara dari pupuk kandang dan
bahan– bahan organik lainnya dalam jumlah kecil. Pupuk cair dapat
dengan mudah siramkan pada lahan –lahan yang luas. Pupuk cair dibuat
dalam larutan konsentrasi sehingga perlu dicampur dengan air untuk
pemakaiannya. Pupuk dapat disimpan dan bertahan lama dan bisa
digunakan untuk areal yang lebih luas. Pupuk dapat disimpan dimana
saja, asalkan harus terlindung dari matahari dan hujan lebat.

8
BAB 5
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum budidaya tanaman kangkung secara
terapung yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1.        Tanaman yang dapat dibudidayakan pada system pertanian
terapung adalah kangkung, padi, selada merah,dan kubis bunga, dan
lada perdu.
2.        Keuntungan dari sistem pertanian terapung adalah tidak perlu
dilakukan penyiraman karena air berdifusidari bawah media.
3.        Keuntungan menggunakan media Styrofoam adalah  mudah
didapat, mempercepat pekerjaan dan dapat memantulkan sinar
matahari  sehingga larutan nutrisi yang ada didalam media tanam tidak
menjadi panas
4.        Pemupukan menggunakan Kompos bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman sehingga tanaman kangkung tumbuh dengan
baik dan maksimal.

5.2. Saran
uji terhadap kualitas pupuk organik yang dihasilkan dan uji pada
tanaman pangan dan ortikultura. Perlu dilakukan pelatihan proses
pengepakan kompos dan standarisasi produk untuk Perlu dilakukannya

9
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, A. E. 2016. Pengaruh pemberian limbah air cucian beras terhadap


pertumbuhan tanaman kangkung darat (Ipomoea reptansPoir).
(Doctoral dissertation, Universitas Pasir Pengaraian).

Bernas, S. M., Pohan, A., Fitri, S. N. A., & Kurniawan, E. 2012. Model
pertanian terapung dari bambu untuk budidaya kangkung darat
(Ipomoea reptans Poir.) di lahan rawa. Jurnal Lahan Suboptimal, Vol
1(2),: 177-185.

Edi, S. 2014. Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan dan


hasil tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir). Bioplantae, 3(1),
17-24.

Febriyono, R., Susilowati, Y. E., & Suprapto, A. 2017. Peningkatan hasil


tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans, l.) melalui perlakuan jarak
tanam dan jumlah tanaman per lubang. Vigor: Jurnal Ilmu Pertanian
Tropika dan Subtropika, 2(1), 22-27.

Fikri, M. S., Indradewa, D., & Putra, E. T. S. (2015). Pengaruh Pemberian


Kompos Limbah Media Tanam Jamur pada Pertumbuhan dan Hasil
Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.). Vegetalika, 4(2), 79-89.

Hasbi, H., Lakitan, B., & Herlinda, S. 2017. Persepsi Petani terhadap Budidaya
Cabai Sistem Pertanian Terapung di Desa Pelabuhan Dalam, Kecamatan
Pemulutan, Ogan Ilir. Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal
Lands, 6(2), 126-133.

Hilwa, W., Harahap, D. E., & Zuhirsyan, M. 2020. Pemberian pupuk kotoran
ayam dalam upaya rehabilitasi tanah ultisol desa janji yang terdegradasi.
Agrica Ekstensia, 14(1).

Karnilawati, K. 2018. Karakterisasi dan Klasifikasi Tanah Ultisol di Kecamatan


Indrajaya Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah Pertanian, 14(2), 52-59.

Pane, M. A., Damanik, M. M. B., & Sitorus, B. 2014. Pemberian bahan organik
kompos jerami padi dan abu sekam padi dalam memperbaiki sifat
kimian tanah ultisol serta pertumbuhan tanaman jagung. Jurnal
Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 2(4), 101546.

Syafrullah, S., Hawalid, H., Minwal, M., & Marlina, N. 2018. Rehabilitasi
kolong pasca penambangan timah dengan teknologi pertanian terapung
pada budidaya tanaman selada merah keriting di Provinsi Bangka
Belitung. Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands, 7(1),

10
11

88-96.
12

LAMPIRAN

Pelubangan Sterofoam Pemasangan Sterofoam di rawa

Penimbangan Pupuk Pemberian Pupuk kedalam POT


13

Pemberian Tanah ke dalam POT Pengamatan Minggu ke-2

Pengamatan Minggu ke-3 Pengamatan Minggu ke-4


14

Dokumentasi 1

Dokumentasi 2

Dokumetasi 3

Anda mungkin juga menyukai