Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH


ACARA 1
PENYIAPAN CONTOH TANAH

Oleh :
Arrizki Maulana Majid
A1D018147
Rombongan 6

PJ Asisten:
Siti Hawa Nurhaliza

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019

1
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang

berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa

padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan. Komponen itu

selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang

dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari.

Bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi

pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman seperti air,

udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang

berlebihan. Sifat-sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat

memberikan media tumbuh yang ideal bagi tanaman.

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-sifat

fisik tanah di laboratorium. Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik

tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan,

misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang

menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu dalam

suatu peta tanah.

2
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Acara 1 adalah mempersiapkan contoh tanah kering angin/

udara dengan diameter 2mm dan contoh tanah halus (diameter 0,5 mm) yang digunakan

untuk acara penetapan kadar air, derajat kerut tanah, dan pengenalan contoh tanah

dengan indera.

C. Manfaat

Manfaat dari praktikum acara 1 ini adalah agar kita mengetahui contoh contoh

tanah yang akan digunakan pada acara selanjutnya.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah sudah digunakan orang sejak dahulu karena semua orang yang hidup di

permukaan bumi mengenal wujud tanah. Pengertian tanah itu sendiri bermacam –

macam, akan tetapi karena luas penyebarannya apa sebenarnya yang dimaksud tanah,

akan ditemui bermacam – maca, jawaban atau bahkan orang akan bingunguntuk

menjawabnya. Masing masing jawaban akan dipengaruhi oleh pengetahuan dan minat

orang yang menjawab dalam sangkut – pautnya dengan tanah. Mungkin pengertian

tanah antara orang yang satu dengan yang lain berbeda. Misalnya seorang ahli kimia

akan membeeri jawaban berlainan dengan seorang ahli fisika, dengan demikian

seorang petani akan memberi jawaban lain dengan seorang pembuat genteng atau batu

bata. Pada mulanya orang menganggap tanah sebagai medium alam bagi tumbuhnya

vegetasi yang terdapat di permukaan bumi atau bentuk organik dan anorganik yang

ditumbuhi tumbuhan, baik yang tetap maupun sementara (Hanifah, 2004).

Semua makhluk hidup sangat tergantung dengan tanah, sebaliknya suatu tanah

pertanian yang baik ditentukan juga oleh sejauh mana manusia itu cukup terampil

mengolahnya. Tanah merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan dan kesejahteraan manusia. Tanah dapat digunakan untuk medium

tumbuh tanaman yang mampu menghasilkan berbagai macam makanan dan keperluan

lainnya. Perlu dilakukan suatu pembelajaran lebih lanjut mengenai tanah agar kita

benar – benar memahami tanah itu sendiri (Poerwowidodo, 1991).

4
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang

berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa

padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah

mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu,

udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media

tumbuh bagi tanaman, media yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu

menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan

bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat – sifat fisisk

tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh yang ideal

bagi tanaman (Poerwowidodo, 1991).

Contoh tanah biasa atau contoh tanah-tanah terganggu untuk penetapan-penetapan

kadar air, tekstur dan konsistensi. Pengangkutan contoh tanah terutama untuk

penetapan kerapatan, PH, dan permeabilitas harus hati-hati. Guncangan-guncangan

yang dapat merusak struktur tanah harus dihindarkan. Dianjurkan untuk menggunakan

peti khusus yang besarnya disesuaikan dengan jumlah tabung. Waktu penyimpanan

perlu diperhatikan. Contoh tanah yang terlalu lama dalam ruangan, karena terjadi

pengerutan dan aktivitas jasad mikro (Hakim, et al 1986).

Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup berat

volume (BV), berat jenis partikel (PD = particle density), tekstur tanah, permeabilitas

tanah, stabilitas agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk ruang pori total

(RPT), pori drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air tanah optimum untuk

5
pengolahan, plastisitas tanah, pengembangan atau perngerutan tanah (COLE =

coefficient of linier extensibility) dan ketahanan geser tanah (Suganda et al, 2002).

Ada beberapa jenis tanah, diantaranya :

1. Contoh tanah utuh (Undisturbed soil sample)

Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah tertentu

dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir menyamai kondisi di

lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan angka berat volume (berat

isi, bulk density), distribusi pori pada berbagai tekanan (pF 1, pF 2, pF 2,54, dan pF

4,2) dan permbeabilitas.

2. Agregat utuh (Undisturbed soil agregate)

Contoh tanah agregat utuh adalah contoh tanah berupa bongkahan alami yang kokoh

dan tidak mudah pecah. Contoh tanah ini diperuntukkan bagi analisis indeks

kestabilitas agregat (IKA). Contoh diambil menggunakan cangkul pada kedalaman 0-

20 cm.

3. Contoh tanah tidak utuh/terganggu (Disturbed soil sample)

Contoh tanah terganggu dapat juga digunakan untuk analisis sifat-sifat kimia tanah.

Kondisi contoh tanah terganggu tidak sama dengan keadaan di lapangan, karena sudah

terganggu sejak dalam pengambilan contoh. Contoh tanah ini dapat dikemas mengunakan

kantong plastik tebal atau tipis. Kemudian diberi label yang berisikan informasi tentang lokasi,

tanggal pengambilan, dan kedalaman tanah. Label ditempatkan di dalam atau di luar kantong

plastik (Suganda et al, 2002).

6
Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Inceptisol

menduduki golongan tanah terluas kedua di dunia. Ciri khas Inceptisol ini adalah tanah

mulai berkembang, mempunyai epipedon Ochric (pucat), meskipun masih sedikit

memperlihatkan bukti adanya eluviasi dan iluviasi. Golongan tanah ini dapat terjadi

hampir dalam semua zone iklim yang memungkinkan terjadinya proses pencucian.

Inceptisol merupakan tanah yang mempunyai horizon alterisasi yang telah kehilangan

basa-basa atau besi dan aluminium tetapi mengandung mineral-mineral terlapuk, tampa

horizon iluviasi yang diperkaya dengan liat silikat yang mengandung aluminium dan

bahan organik amorf (Sevindrajuta, 2013).

Vertisols adalah tanah-tanah yang telah mempunyai perkembangan profil, yang

dicirikan oleh terbentuknya bidang kilir (slickenside) di lapisan bawah, kandungan liat

cukup tinggi (> 30%) dan terdapat rekahan-rekahan di permukaan tanah selebar > 1 cm

dan dalam > 50 cm pada musim kemarau (Soil Survey Staff, 1998).

Tanah ini terbentuk dari bahan aluvium yang kaya akan basa-basa dan batuan

sedimen pada fisiografi dataran aluvial dan dataran. Umumnya solum tanah dalam,

warna tanah kelabu, tekstur halus, reaksi tanah netral sampai basa, dan kandungan

bahan organik rendah. Faktor pembatas utama adalah sifat mengembang dan

mengkerut sehingga terjadi rekahan yang cukup dalam dan lebar terutama pada musim

kemarau panjang (Susanto A.N. dan Marthen P. S., 2007).

7
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum acara ini berlangsung di laboratorium Tanah dan Sumber Daya Lahan,

Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Praktikum ini dilaksanakan pada

hari Minggu tanggal 17 Maret 2019 pukul 13.00 WIB – 15.00.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum acara 1 yaitu contoh tanah terganggu yang

telah diambil dari lapang dan sudah dikeringkan selama kurang lebih satu minggu.

Alat yang digunakan pada praktikum acara 1 yaitu 8lasti dan penumbuknya,

saringan (2 mm, 1 mm, 0,5 mm) tambir untuk peranginan, kantong plasrik, spidol.

C. Prosedur Kerja

1. Contoh tanah yang sudah dikeringkan ditumbuk dalam 8lasti secara hati-hati,

kemudian diayak dengan saringan berturut-turut dari yang berdiameter 2 mm,

1 mm, dan 0,5 mm. Contoh tanah yang tertampung di atas saringan 1 mm adalah

contoh tanah yang berdiameter 2 mm, sedang yang lolos saringan 0,5 mm

adalah contoh tanah halus ( < 0,5 mm).

2. Contoh tanah yang diperoleh dimasukkan ke dalam kantong 8lastic dan diberi
label seperlunya.

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

(terlampir)

B. Pembahasan

Tanah merupakan suatu benda alami yang terdapat dipermukaan bumi, yang

tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan,

yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu. Profil tanah

adalah urutan-urutan horizon tanah yang dianggap sejajar dengan permukaan bumi

yang menyatakan bahwa horison O terdiri dari bahan organik, horison A terbentuk dari

campuran bahan induk dan mineral, horison B butiran mineral yang dilapisi kalsium

karbonat dan horison C terdapat bahan induk yang telah lapuk (Nurmala, 2011).

Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka daratan

bumi. Tanah terbentuk dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja dalam

masa yang sangat panjang. Tanah mempunyai organisasi dan morfologi. Tanah

merupakan media bagi tumbuhan tingkat tinggi dan pangkalan hidup bagi manusia dan

hewan. Komponen tanah (mineral, organik, air, dan udara) tersusun antara satu dan

yang lain membentuk tubuh tanah. Tubuh tanah dibedakan atas horizon-horizon yang

kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis

(Sutanto, 2005)

9
Tanah adalah suatu sistem kehidupan yang kompleks yang mengandung berbagai

jenis organisme dengan beragam fungsi untuk menjalankan berbagai proses vital bagi

kehidupan terrestrial. Tanah merupakan suatu ekosistem yang mengandung berbagai

jenis mikroba dengan morfologi dan sifat fisiologi yang berbeda-beda(Saraswati,

2007).

Macam macam tanah yang digunakan dalam praktikum ini yaitu jenis tanah

entisol, vertisol, andisol, ultisol, dan inceptisol. Menurut Pandutama (2003), deskripsi

dari kelima jenis tanah tersebut adalah :

1. Entisol, merupakan tanah baru berkembang dengan deskripsi tanah tanpa

perkembangan profil, kecuali kemungkinan pada horison A1 yang tegas dan B2

lemah. Tanah tergenang menghambat pengembangan horison.

2. Vertisol, merupakan tanah membalik.kandungan lempung (mengembang-

mengkerut) tinggi. Membutuhkan musim basah dan kering untuk berkembang.

Umumnya hanya memiliki horison A1.

3. Andisol, merupakan tanah abu vulkanik. Bagian permukaan tanah mineralnya

berketebalan 30-60 cm dan memiliki sifat andic. Tanah ini berwarna kelabu

hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur.

4. Ultisol, merupakan tanah pelindihan. Memiliki deskripsi profil sangat asam,

yang termasuk kedalamnya adalah tanah tropika dan subtropika yang melapuk

lanjut. Terdapat pada lapisan horison A2 bagian dalam, dicirkan dengan

akumulasi lempung di B2.

10
5. Inceptisol, merupakan tanah muda namun lebih berkembang daripada tanah
entisol. Jenis tanah dengan proses pembentukan horison lemah. Berciri seperti
entisol, dengan cukup waktu membentuk horison A1 yang tegas dan B2 yang
lemah. Tanah yang tergenang akan menghambat perkembangan horison.

Ada 3 macam cara pengambilan contoh tanah, yaitu :

1. Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk

analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), agihan ukuran pori

(pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh).

2. Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate)

yang diperlukan untuk penetapan ukuran agregat dan derajad kemantapan

agregat

3. Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan

kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung,

kadar lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas

hidroulik tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat

ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan (rainfall simulator) Untuk

penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara (N, P, K, dll), Kapasitas

Tukar Kation (KPK), kejenuhan basa, dll digunakan pengambilan contoh tanah

terusik(Saridevi, 2013).

Contoh tanah terganggu dapat juga digunakan untuk analisis sifat-sifat kimia

tanah. Kondisi contoh tanah terganggu tidak sama dengan keadaan di lapangan, karena

sudah terganggu sejak dalam pengambilan contoh. Contoh tanah ini dapat dikemas

11
mengunakan kantong plastik tebal atau tipis. Kemudian diberi label yang berisikan

informasi tentang lokasi, tanggal pengambilan, dan kedalaman tanah. Label

ditempatkan di dalam atau di luar kantong plastik (Suganda et al, 2002).

Adapun terdapat terdapat beberapa faktor pembentuk tanah sehingga tanah dapat

terbentuk, dan digunakan oleh makhluk hidup. Menurut Jenny (1941) terdapat 5 faktor

yang membentuk tanah, yaitu bahan induk, iklim, organisme, topografi atau relief dan

waktu.

1. Bahan induk adalah keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses

pembentukan tanah. Bahan induk terdiri dari batuan beku (vulkanik), batuan

sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur

menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.

2. Iklim, Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah

terutama ada dua, yaitu suhu dan curah hujan.

a. Suhu/Temperatur, akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk.

Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga

pembentukan tanah akan cepat pula.

b. Curah hujan, berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah,

sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH

tanah menjadi rendah).

3. Organisme (Vegetasi, Jasa drenik / mikro-organisme) Organisme sangat

berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:

12
a. Membuat proses pelapukan organik. Pelapukan organik adalah pelapukan yang

dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan).

b. Membantu proses pembentukan humus. Daun-daunan dan ranting-ranting yang

menumpuk di permukaan tanah akan membusuk dengan bantuan jasad

renik/mikro-organisme yang ada di dalam tanah.

4. Topografi/Relief, Keadaan relief atau tinggi rendah permukaan bumi akan

mempengaruhi:

a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah

Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena

tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi

sedimentasi.

b. Sistem drainase/pengaliran

Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya

menjadi asam.

5. Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan

dan pencucian yang terus menerus. Tanah yang banyak mengandung unsur hara akan

karena mengalami pelapukan dan pencucian sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk

seperti besi dan alumunium. Berdasarkan perkembangannya, tanah dibedakan atas

tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Tanah Muda ditandai oleh proses

pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan

13
mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah

aluvial, regosol dan litosol. Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut

sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses

pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol.

Tanah Tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses

perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk

horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah

podsolik dan latosol tua (laterit).

14
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji

tanah. Ada tiga macam cara pengambilan contoh tanah, yaitu : contoh tanah utuh;

contoh tanah tidak utuh/terganggu; contoh tanah dengan agregat utuh. Contoh tanah

yang tertampung di atas saringan 1 mm adalah contoh tanah yang berdiameter 2 mm,

seperti : Vertisol, Entisol dan Andisol. Contoh tanah yang lolos saringan 0,5 mm

adalah contoh tanah halus, seperti : Inceptisol dan Ultisol.

B. Saran

Saran yang bisa diberikan untuk acara 1 adalah, akan lebih baik jika praktikan

diajari cara pengambilan tanah menggunakan alat secara langsung.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Nurhajati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung


Press

Hanifah, Kemas. 2004. Dasar-dasar ilmu tanah. Grafindo Persada, Jakarta.

Nurmala, T. 2011. Pengantar Ilmu Pertanian. Graha Ilmu, Yogyakarta

Pandutama. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jember: Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Jember

Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. Rajawali Pers. Jakarta.

Saraswati. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Balai Besar Penelitian

Sevindrajuta. 2013. “Efek Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang Sapi


Terhadap Sifat Kimia Inceptisol dan Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut”.
Jurnal Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Hlm 3-4.

Soil Survey Staff. 2010. “Karakteristik dan Permasalahan Tanah Marginal dari Batuan
Sedimen Masam di Kalimantan”, Jurnal Litbang Pertanian, 29(4): 144.

Suganda H., Achmad R., dan Sutono. 2002. Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah
untuk Penanaman Tanamamn Anggrek Bulan, Trubus Action. Artikel. Hlm 3-12.
Jakarta: PT Grassindo Pustaka.

Susanto A.N. dan Marten P.S. 2007. “Karakteristik dan Ketersediaan Data Sumber
Daya Lahan Pulau-Pulau Kecil untuk Perencanaan Pembangunan Pertanian di
Maluku”. Jurnal Litbang Pertanian. Vol: 23(4):123-128.

Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta

16
LAMPIRAN

17
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH


ACARA 2
PENETAPAN KADAR AIR TANAH

Oleh :
Arrizki Maulana Majid
A1D018147
Rombongan 6

PJ Asisten:
Siti Hawa Nurhaliza

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019

18
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah memiliki peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup. Makhluk hidup

tidak dapat berpijak jika tidak ada tanah. Tanah adalah bagian permukaan kulit bumi

yang merupakan tempat kegiatan organisme. Manusia dan hewan darat melakukan

kegiatan seperti hidup, tumbuh dan berkembang, dan kegiatan lainnya di atas tanah.

Tanaman juga membutuhkan tanah sebagai media tumbuh tanaman. Tanah

menyediakan air dan unsure hara yang baik bagi tanaman.

Kandungan air dalam tanah dapat ditemukan dengan beberapa cara. Sering dipakai

istilah nisbi,seperti basa dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti

tentang kandungan air dan karena itu dapat ditafsirkan bermacam-macam. Walaupun

penetuan kandungan air tanah didasarkan pengukuran gravimetrik, tetapi jumlah air

lebih mudah dinyatakan dalam hitungan volumetrik seperti nisbah air.

Penentuan kadar air atau analisa kadar air suatu bahan sangat penting dilakukan

guna mengetahui seberapa besar atau seberapa banyak persentase air pada bahan

pangan atau hasil pertanian karena salah satu medium tumbuh mikroorganisme pada

bahan adalah air sehingga untuk meminimalkan resiko yang dapat ditimbulkan oleh

mikroorganisme terhadap bahan pangan perlu dilakukan analisa kadar air terhadap

suatu bahan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan percobaan terhadap kadar

air tanah.

19
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara 2 adalah menetapkan kadar air contoh tanah kering

angina, kapasitas lapang dan kadar air maksimum tanah dengan metode gravimetric

(perbandingan massa air dengan massa padatan tanah) atau disebut berdasarkan %

berat.

C. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini adalah praktikan menjadi

bisa memecahkan masalah yang berkaitan. dengan kadar air contoh tanah air kering

angin, kapasitas lapang, dan kadar air maksimum tanah dengan metode gravimetri.

Selain itu praktikan juga mendapat ilmu pengetahuan yang bagus dan bisa diterapkan.

20
II. TINJAUAN PUSTAKA

Analisis kadar air adalah usaha untuk mengetahui persentase air yang ada dalam

bahan baku pakan unggas. Biasanya bahan baku yang akan diuji dikeringkan atau kadar

air yang ada di dalam bahan baku dikeluarkan (diuapkan). Selanjutnya ditimbang, dan

ada perbedaan beberapa persen dengan bahan baku sebelum dikeringkan (Murtidjo,

2006).

Air terdapat di dlam tanah karena ditahan/diserap oleh massa tanah, tertahan oleh

lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air adalah zat atau

materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai

saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi.

Air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup, sehingga

sangat essensial (Hardjowigeno, 1993).

Berdasarkan penggolongan air tanah, ada gaya yang bekerja pada air tanah, yaitu

gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Gaya adhesi adalah gaya tarik menarik antara

molekul zat yang tidak sejenis. Sedangkan gaya kohesi adalah gaya tarik menarik

antara molekul dalam zat yang sejenis. Dan gaya gravitasi adalahgaya yang disebabkan

oleh gravitasi bumi, contohnya benda yang jatuh dari atas ke bawah (Hanafiah dan

Sutherland, 2007)

Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan.

Seluruh proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam media air.

Air dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbagai keperluan seperti keperluan

21
rumah tangga, pertanian, ransportasi bahkan sampai industri. Air sebagai pelarut

universal, memiliki kemampuan ntuk melarutkan berbagai zat, mulai fasa gas dari

udara, fasa cair dari berbagai larutan, asa padat dan juga mikroorganisme. Oleh karena

itu air banyak sekali mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak terlarut, sehingga

air sangat sukar diperoleh dalam keadaan murni. Apabila kandungan berbagai zat

tersebut tidak mengganggu kesehatan manusia, maka air dianggap bersih. Air

dikatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kualitas air, dimana kandungan

berbagai zat sudah melebihi ambang batas. Ambang batas kadar zat dalam air berbeda-

beda untuk jenis air sesuai peruntukannya. Misalnya kadar zat untuk air minum berbeda

ambang batasnya dengan kadar suatu zat untuk industri (Saridevi et all, 2013).

Analisis kadar air adalah usaha untuk mengetahui persentase air yang ada dalam

bahan baku pakan unggas. Biasanya bahan baku yang akan diuji dikeringkan atau kadar

air yang ada di dalam bahan baku dikeluarkan (diuapkan). Selanjutnya ditimbang, dan

ada perbedaan beberapa persen dengan bahan baku sebelum dikeringkan (Murtidjo,

2006).

Kadar oksigen dalam tanah selalu berlawanan dengan kadar air dalam tanah. Jika

kadar air tinggi, kadar O2 akan rendah. Keberadaan O2 dalam tanah sangat penting

untuk respirasi sel-sel akar yang akan berkaitan dengan penyerapan unsur hara

(transpirasi aktif) (Kodoatie, 2010).

Kadar air di hitung dengan menggunakan berat air dan berat benda uji kering, pada

tanah berbutir halus (kohesif), konsistensi tanah yang diberikan tergantung pada kadar

22
airnya, sedangkan kadar air tanah yang berhubungan dengan batas cair dan batas palstik

digunakan untuk menyatakan konsistensi relative atau indek kecairan (Anonim, 2008).

Perhitungan kadar air tanah menggunakan metode gravimetric. Metodenya

dilakukan dengan mengambil sampel tanah pada setiap perlakuan. Ambil cawan

petridish kemudian ditimbang dan tambahkan 20 gram tanah lalu dikeringkan dalam

oven selama 24 jam dengan suhu 105o. Perhitungan kadar air di lakukan pada

kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm (Khoiri, 2011).

Aplikasi bahan organik tidak berpengruh nyata terhadap kadar air tanah pada pF

4.2. Meskipun demikian, terdapat sedikit peningkatan kadar air tanah setelah perlakuan

pupuk organik. Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan porositas tanah

disamping berkaitan dengan aerasi tanah, juga berkaitan dengan status kadar air dalam

tanah (Zulkarnain, 2013).

Menurut Hardjowigeno (1993), berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu

gaya adhesi, kohesi dan gravitasi maka air tanah dibedakan menjadi :

1. Air Higroskopis

Air higroskopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat,

sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sangat sedikit dan merupakan selaput

tipis yang menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks tanah ditahan

pada tegangan antara 31-10.000 atm (pF 4,0 – 4,7).

2. Air Kapiler

Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan adhesi

yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi. Air ini bergerak ke samping atau ke atas

23
karena gaya kapiler. Air kapiler ini menempati pori mikro dan dinding pori makro,

ditahan pada tegangan antara 1/3 – 15 atm (pF 2,52 – 4,20).

3. Air Gravitasi
Air gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena mudah

meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah hilang dari tanah

dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga tanah menjadi masam dan

miskin unsur hara.

Titik layu permanen, yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan

tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini

dibiarkan maka tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan pada tegangan

15 atm atau pada pF 4,2. Titik layu permanen disebut juga sebagai koefisien layu

tanaman (Hardjowigeno, 1993).

24
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum acara ini berlangsung di laboratorium Tanah dan Sumber Daya Lahan,

Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Praktikum ini dilaksanakan pada

hari Minggu tanggal 17 Maret 2019 pukul 13.00 WIB – 15.00.

B. Bahan dan alat

Bahan yang digunakan pada praktikum acara penetapan kadar air tanah adalah

contoh tanah kering,

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah botol timbangan, timbangan

analitis, keranjang kuningan, cawan tembaga porus, bejana seng, spidol, pipet ukur 2

mm, bak perendam, serbet, kertas saring, oven, tang penjepit dan eksikator.

C. Prosedur Kerja

1. Kadar air tanah kering udara

a. Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu ditimbang (= a

gram)

b. Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter 2mm,

kurang lebih setengahnya, ditutup, lalu ditimbang kembali (= b gram)

c. Botol timbang yang berisi tanah dimasukan kedalam oven dengan keadaan

tutup terbuka. Pengovenan dilakukan pada suhu 105-1100C selama minimal 4

jam.

25
d. Setelah waktu pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali dengan

menggunakan tang penjepit.

e. Botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven dengan menggunakan

tang penjepit, lalu dimasukan kedalam eksikator selama 15 menit.

f. Setelah itu, botol timbang diambil satu persatu dengan menggunakan tang

penjepit untuk ditimbang dengan timbangan yang sama (= c gram)

Perhitungan:

Ket : (b - c) = massa air ; (c - a) = massa tanah kering mutlak ( massa padatan)

2. Kadar air kapasitas lapang (metode pendekatan)

a. Keranjang kuningan dibersihkan, diberi label kemudian ditimbang ( = a gram)

b. Keranjang kuningan yang telah ditimbang diletakan didalam bejana seng.

c. Contoh tanah kering angin diameter 2mm dimasukan kedalam keranjang

kuningan setinggi 2,5 cm (sampai tanda batas) secara merata tanpa ditekan.

d. Diteteskan air sebanyak 2 mL dengan pipet ukur secara perlahan-lahan pada

3 titik tanpa bersinggungan (1 titik = 0,67 mL), kemudian bejana seng ditutup,

diletakkan ditempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit.

e. Keranjang kuningan dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan hati-hati

hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab, lalu ditimbang ( b gram)

Perhitungan:

26
3. Kadar air maksimum tanah

a. Cawan tembaga porus dan Petridis dibersihkan dan diberi label secukupnya.

Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan

menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet (lap),

dimasukan kedalam Petridis kemudian ditimbang (=a gram)

b. Cawan tembaga porus dikeluarkan dari Petridis, diisi dengan contoh tanah

halus ( diameter 0,5 mm) kurang lebih 1/3-nya, cawan diketuk-ketuk perlahan

sampai oermukaan tanahnya rata, contoh tanah halus ditimbang lagi 1/3-nya

dengan jalan yang sama sampai cawan tembaga porus penuh dengan tanah.

Kelebihan tanah diatas cawan diratakan dengan colet.

c. Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu batu

dibawahnya agar air bebas masuk kedalam cawan tembaga porus.

Perendaman dilakukan selama 12-16 jam.

d. Setelah waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak

perendam. Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet,

dibersihkan dengan serbet(lap), dimasukan kedalam cawan Petridis yang

digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu ditimbang(= b gram)

e. Cawan tembaga porus dimasukan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu

105 - 1100C

27
f. Setelah waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan tang penjepit dan

dimasukkan kedalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil dengan

tang penjepit kemudian ditimbang beratnya(= c gram)

g. Tanah yang ada didlam cawan tembaga porus dibuang, cawan tembaga porus

dibersihkan dengan kuas, dialasi dengan Petridis yang sama lalu ditimbang

beratnya( = d gram).

Perhitungan:

28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tanah Kering Udara

Tabel 1. Pengamatan Tanah Kering Udara


(a) +
Botol Timbang contoh (b) Setelah Kadar air tanah
Ulangan
Kosong (a gr) tanah dioven (c gr) kering udara
(b gr)
Ka 1 22,4 gr 29,61 gr 28,53 gr 17,61 %

Ka 2 22,8 gr 29,62 gr 28,58 gr 17,99 %

Rata – rata 17,8 %

Kadar air 1 = x 100% Kadar air 2 = x 100%

(29,61−28,53) (29,62−28,58)
= x 100% = x 100%
(28,53−22,4) (28,58−22,8)

= 17,61 % = 17,99 %

17,61%+17,99%
Rata – rata = = 17,8%
2

29
2. Kapasitas Lapang

Tabel 2. Pengamatan Kapasitas Lapang


(a) + gumpulan Kadar air
Keranjang Stainless
Ulangan tanah basah kapasitas
Kosong (a gr)
(b gr) lapang (%)
Ka 1 76,4 gr 86,4 gr 42,8 %

Ka 2 72,18 gr 81,2 gr 46,29 %

Rata – rata 44,545%

Perhitungan :

Kapasitas Lapang 1 =
2
= 86,4−(76,4+2) × 100% + 17,8%
2
= × 100% + 17,8%
8

= 42,8%

Kapasitas Lapang 2 =
2
= 81,2−(72,18+2) × 100% + 17,8%
2
= 7,02 × 100% + 17,8%

= 46,29%

42,8+46,29
Rata – rata = × 100% = 44,545%
2

30
3. Kadar Air Maksimum
Tabel 3. Pengamatan Kadar Air Maksimum
Cawan + (a) Setela
Petridish +
kertas saring (a) + tanah h Kadar air
cawan + kertas
Ulangan jenuh + basah jenuh dioven maksimum
saring setelah
petridish (a air (b gr) 24 jam (%)
dioven (d gr)
gr) (c gr)
KAM-1 91,7 gr 141,23 gr 119,14 gr 90,89 gr 75,32 %
KAM-2 95,5 gr 143,13 gr 119,62 gr 95,01 gr 95,53 %
Rata – rata 84,425 %

Perhitungan :

Kadar air maksimum =

Ulangan 1 :
(141,23−91,7)−(119,14−90,89)
Kadar air maksimum = 𝑥 100% = 75,32%
(119,14−90,89)

Ulangan 2 :
(143,13−95,5)−(119,62−95,01)
Kadar air maksimum = 𝑥 100% = 93,53%
(119,62−95,01)

75,32−93,53
Rata – Rata = 𝑥 100% = 84,425%
2

Jadi, rata rata ari kadar air adalah 17,8%, kapasitas lapang adalah 44,545% dan kadar air
maksimum adalah 84,425%.

31
B. Pembahasan

Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan

dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada dalam

tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata, biasanya

dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen adalah yang

dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan yang terdapat

dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara permanen sebagai akibat

pengurangan persediaan kelembaban tana (Hakim,dkk,1986)

Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-

tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah

bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya

lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi

kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi,

kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung

melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik

tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah

atau lapisan tanah(Foth, 1988).

Air higroskopis adalah air yang diabsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat, sehingga

tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sanag sedikit dan merupakan selaput tipis yang

32
menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks tanah ditahan pada

tegangan 31 – 10.000 atm ( pF 4,0 – 4,7 ) (Taufik,2010).

Air higroskopik adalah adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak

dapat digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah

dengan air. Air higroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-butir tanah.

Air higroskopik menempati ruang pori yang sangat kecil, dan menyelimuti partikel

padat tanah, yang ditahan tanah pada tegangan sekitar 31-10.000 atmosfir, pada

keadaan tanah lebih kering dari nkoefisien higroskopik. Sebagian besar bersifat non

cairan, bergerak dalam bentuk uap dan tidak tersedia bagi tumbuhan (Hakim, 1986).

Air higroskopis adalah air yang diabsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat, sehingga

tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sanag sedikit dan merupakan selaput tipis yang

menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks tanah ditahan pada

tegangan 31 – 10.000 atm ( pF 4,0 – 4,7 ) (Hardjowigeno,2010).

Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah

mulai menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga lebih besar dari

gaya gravitasi. Dalam Sarief (1986) mengemukakan bahwa keadaan air pada kapasitas

lapang ini adalah jumlah kandungan air (% vol) dalam tanah sesudah air gravitasi turun

sama sekali. Tanah yang jenuh air karena hujan lebat atau irigasi kemudian dibiarkan

selama 48 jam sehingga air gravitasi dengan bebas turun sama sekali. Pada keadaan ini

tanah mengandung air yang banyak bagi tanaman, yaitu pori makro terisi oleh udara

dan air yang tersedia, sedangkan pori-pori mikro diisi oleh seluruhnya oleh air.

Kandungan air ini ditahan oleh sesuatu kekuatan sebesar pF 2, 54 atau 1/3 atm. Pada

33
kondisi kapasitas lapang, tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman karena

pori makro berisi udara, sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air.

Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang

ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk

aktivitas,danmempertahankan turgornya. Titik layu permanen yaitu kandungan air

tanah paling sedikit dan menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga

tanaman mulai layu dan jika hal ini dibiarkan mak tanaman akan mati. Pada titik layu

permanen, air ditahan pada tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik layu permanen

disebut juga sebagai koefisien layu tanaman.

Hasil percobaan penentuan kadar air tanah kering udara untuk jenis tanah

inceptisol, yaitu ulangan pertama berat botol timbang kosong 22,4 g, setelah diisi tanah

beratnya menjadi 29,61 g, kemudian setelah dioven beratnya 28,53 g. Setelah dihitung

menggunakan rumus didapat kadar air tanah kering udara untuk jenis tanah inceptisol

adalah 17,61 %. Untuk ulangan kedua berat botol timbang kosong 22,8 g, setelah diisi

tanah beratnya menjadi 29,62 g, dan setelah dioven beratnya 28,58 g. Setelah dihitung

menggunakan rumus diketahui kadar air tanah kering udara 17,99 %..Rata-rata kadar

air tanah kering udara adalah (17,61 % + 17,99 %) :2 = 17,8 %.

Hasil percobaan kapasitas lapang untuk jenis tanah inceptisol, ulangan pertama

berat keranjang kuningan kosong 76,4 g, setelah diisi gumpalan tanah basah menjadi

86,4 g. setelah dihitung menggunakan rumus diketahui kadar air kapasitas lapang 42,8

%. Ulangan kedua berat keranjang kuningan kosong 72,18 g, setelah diisi dengan

gumpalan tanah basah menjadi 81,2 g. Setelah dihitung menggunakan rumus diketahui

34
kadar air kapasitas lapang 46,29 %. Rata-rata kadar air kapasitas lapang adalah (42,8

% + 46,29%) : 2 = 15,525 %

Hasil percobaan kadar air maksimum untuk jenis tanah inceptisol, ulangan

pertama berat cawan petridish dan kertas saring jenuh 91,7 g, setelah ditambah tanah

basah jenuh menjadi 141,23 g, setelah dioven menjadi 119,14 g, serta berat cawan

petridish dan kertas saring setelah dioven adalah 90,89 g. Setelah dihitung

menggunakan rumus diketahui kadar air maksimumnya 75,32 %. Ulangan kedua berat

cawan petridish dan kertas saring jenuh 95,5 g, setelah ditambah tanah basah jenuh air

143,13 g, setelah dioven menjadi 119,62 g, serta berat cawan petridish dan kertas saring

setelah dioven adalah 95,01 g. Setelah dihitung menggunakan rumus diketahui kadar

air maksimumnya 95,53 %. Rata-rata kadar air maksimum adalah 84,425 %.

Ini sama halnya seperti menurut Hardjowigeno (1992) bahwa air terdapat dalam

tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau

karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah

karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Lain halnya dengan kadar air

maksimum, suatu jenis tanah ditentukan oleh daya hisap matriks atau partikel tanah,

kedalaman tanah dan pelapisan tanah (Hakim, 1986).

35
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa kadar dan komposisi udara

tanah sebagian besar ditentukan oleh hubungan air dan tanah. Kadar air tanah

merupakan perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering

tanah tersebut. Tinggi rendahnya kapasitas lapang tergantung pada jenis tanah dan

ruang pori-pori total pada setiap jenis tanah berbeda. Tinggi rendahnya kadar air

maksimum tergantung juga pada jenis tanah, sebab tanah juga mempunyai tekstur yang

berbeda pula.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum kali ini adalah akan lebih baik jika

alat alat maupun lab yang digunakan dalam kondisi baik agar praktikum praktikan

nyaman krtika melakukan praktikum.

36
DAFTAR PUSTAKA

Foth, Henry. 1988. Dasar– Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta

Hakim, Nurhajati, dkk. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,
Lampung

Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha,
Go Ban Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung press. Lampung.

Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta

Hardjowigeno S., 1992. Ilmu Tanah. PT Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta

Saridevi, Gusti Agung Ayu Ratih, I. Wayan Dana Atmaja, and I. Mega.2013
"Perbedaan Sifat Biologi Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah
Andisol, Inceptisol, dan Vertisol." E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika (Journal of
Tropical Agroecotechnology) 2.4.

Sarief,Saifuddin.1986.Ilmu Tanah Pertanian.Pustaka Buana.Bandung.

Taufik, M. dan Setiawan, B.I. 2010. Interpretasi Kandungan Air Tanah untuk Indeks
Kekeringan : Implikasi untuk Pengelolaan Kebakaran Hutan. Jurnal Institut
Pertanian Bogor.18: 31-38.

37
LAMPIRAN

38
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH


ACARA 3
DERAJAT KERUT TANAH

Oleh :
Arrizki Maulana Majid
A1D018147
Rombongan 6

PJ Asisten:
Siti Hawa Nurhaliza

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019

39
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang akibat

bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan-bahan alam (natural

material) dipermukaan bumi. Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan

di bumi karena tanah adalah tempat makhluk hidup untuk berpijak dan tanah

mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus

penopang akar agar tanaman bisa tumbuh dengan baik. Di bumi ini terdapat berbagai

jenis tanah. Jenis tanah menentukan tingkat kesuburan tanah untuk ditumbuhi oleh

tanaman. Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh cuaca dan iklim.

Dalam tanah terdapat fraksi-fraksi penyusun tanah itu sendiri dan juga memiliki

sifat yang berbeda-beda antara lain fraksi pasir yang mempunyai ukuran 0,05mm- 2,00

mm, fraksi debu dengannukuran 0,002 mm- 0,05 mm, dan fraksi liat yang berukuran <

0,002 mm, dengan karakteristik yang berbeda. Tanah yang banyak engandung pasir

akan terasa kasar, mudah diolah, dan juga dapat merembeskan air. Sebaliknya tanah

yang sulit diolah dan sukar merembeskan air merupakan tanah ringan.

Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk

mengetahuikandungan bahan organik dalam tanah tersebut. Berat ringannya tanah dan

kandungan bahan organik tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.

Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Namun kandungan

40
bahan organik tanah malah sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah

maka derajat kerut tanah semakin kecil.

B. Tujuan

Praktikum Acara 3 ini bertujuan untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah

dari beberapa jenins tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah

yang diamati.

C. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini adalah praktikan dapat

mengetahui besar kerut macam macam tanah.

41
II. TINJAUAN PUSTAKA

Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang sangat penting ada konsep

sebagai media alami bagi pertumbuhan tanaman. Bila kota-kota besar berkembang,

tanah menjadi penting sebagai bahan rekayasa guna mendukung jalan-jalan dan

bangunan-bangunan. Pada saat ini tanah lebih banyak lagi mendukung fungsirekayasa,

termasuk untuk menimbun bahan-bahan bangunan. Konsep tanah sebagai bahan

rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut batuan yang telah mengalami

pelapukan atau regolit (Foth, 2006).

Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefenisikan sebagai

lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh

berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai

kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara

atau nutrisi dan unsur-unsur esensial sedangkan secara biologis berfungsi sebagai

habitat biota yang berpatisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat adiktif

bagi tanaman (Hanafiah, 2008).

Semakin poros tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin

mudah air dan udara untuk bersirkulasi tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari

tanah dan sebaliknya, makin tidak poros tanah akan makin sulit akar untuk berpenetrasi

serta makin sulit air dan udara untuk bersirkulasi. Oleh karena itu, maka tanah yang

baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua kondisi ini, sehingga tanah

bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan yang optimum bagi

42
tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik ketimbang tanah bertekstur

debu (Nyakpa, 1989).

Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa yang sangat tahan terhadap

pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika yang

cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, shingga tanah

bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur pasir

(Hardjowigeno, 2003)

Tanah bertekstur pasir yaitu tanah dengan kandungan pasir > 70 %, prositasnya

rendah ( 35 % kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada

diserap dengan energi yang tinggi, sehingga liat sulit dilepaskan terutama bila kering

sehingga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat disebut juga disebut tanah berat.

Tanah berlempung, merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liat sedemikian

rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. Jadi aerasi dan tata

udara serta udara cukup baik, kemampuan menyimpan dan menyediakan air untuk

tanaman tinggi (Islami dan Utomo, 1995)

Berbagai macam ukuran,tekstur dan srtuktur tanah sangat mempengaruhi derajat

kembang atau mengkerutnya tanah. Dipandang dari segi fisika, tanah mineral

merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir anorganik, rapuhan bahan

organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya

dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus.

Kadang-kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah

43
berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam

hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).

44
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum acara ini berlangsung di laboratorium Tanah dan Sumber Daya Lahan,

Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Praktikum ini dilaksanakan pada

hari Minggu tanggal 17 Maret 2019 pukul 13.00 WIB – 15.00.

B. Bahan dan Alat

bahan yang digunakan pada praktikum derajat kerut tanah adalah ontoh tanah halus

(< 0,5 mm), air.

Alat yang digunakan pada praktikum derajat kerut tanah adalah botol semprot,

cawan porselin, colet, cawan dakhil, jangka sorong dan serbet/lap pembersih.

C. Prosedur Kerja

1. Tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin, ditambah

air dengan menggunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan colet

sampai pasta tanah menjadi homogen.

2. Pasta tanah yang sudah homogeny tadi dimasukkan ke dalam cawan dakhil yang

telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong (diameter awal).

3. Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur di bawah terik

matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2

jam sekali sampai diameternya konstan (diameter akhir).

45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil dari praktikum acara 3 adalah:

Pengamatan Ke
No. Jenis Tanah
1 2 3

Ø1 38,60 34,02 33, 85

1. Ultisol Ø 38,15 34,95 34,78

X 38,375 34,485 34,315

Ø 38,79 37,53 35,42

2. Andisol Ø 38,78 37,42 35,61

X 38,785 37,475 35, 515

Ø 38,36 34,26 32,51

3. Vertisol Ø 38,35 34,05 32,65

X 38,35 34,15 32,58

Ø 37,94 36,94 36,49

4. Entisol Ø 38,76 37,78 37,39

X 38,76 37,36 36,94

Ø 35,65 33,36 34,3


5. Inceptisol
Ø 35,75 34,07 33.87

X 35,7 33,91 34,085

46
Inceptisol :

diameterawal  diameterakhir
Derajat kerut = x 100%
diameterawal

35,7  34,085
= x 100%
35,7

= 4,528%

B. Pembahasan

Derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah untuk mengembang dan mengerut.

Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering).Tanah

yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah,

mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang

banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar

pengolahannya sehingga disebut tanah berat(Sarief, 1986).

Derajat kerut tanah adalah suatu ukuran besarnya pengerutan suatu tanah yang

ditentukan oleh kandungan dari tanah itu sendiri. Adapun faktor – faktor yang

mempengaruhi derajat kerut tanah menurut Hakim (1986) adalah sebagai berikut :

1. Kandungan liat, berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut

tanah. Semakin tinggi kandungan liat, akan semakin besar derajat kerut tanah.

2. Bahan organik, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi

kandungan bahan organiknya maka derajat kerut tanah semakin kecil.

3. Cahaya matahari, semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah maka

akan semakin cepat terjadi pengkerutan tanah.

47
4. Kandungan air, semakin tinggi kandungan air tanah maka derajat kerut tanah

semakin kecil.

Derajat kerut tanah adalah ukuran untuk mengembang dan mengkerut tanah dari

keadaan basah sampai keadaan kering ditandai dengan penurunan diameter tanah.

Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan

orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah,

maka derajat kerut tanah semakin kecil. (Notohadiprawiro, 1998).

Derajat Kerut Tanah adalah suatu ukuran besarnya pengerutan suatu tanah yang

ditentukan oleh kandungan dari tanah itu sendiri. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi derajat kerut tanah adalahsebagai berikut:

1. Kandungan Liat

Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin

tinggi kandungan liat, akan semakin besar derajat kerut tanah.

2. Bahan Organik

Bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan

organiknya maka derajat kerut tanah semakin kecil.

3. Cahaya Matahari

Semakin banyak cahaya matahari yang mengenai tanah maka akan semakin

cepat terjadi pengkerutan tanah.

48
4. Kandungan Air

Semakin tinggi kandungan air tanah maka derajat kerut tanah semakin kecil.

Tanah ringan adalah tanah yang mengandung banyak pasir akan mempunyai

tekstur kasar, mudah diolah, merembeskan air.

tanah berat adalah tanah yang banyak mengandung liat, sulit meloloskan air, aerasi

jelek,lengket dan sulit dalam pengelolaannya. Masing-masing fraksi mempunyai

ukuran dan sifat yang berbeda-beda. Tanah yang banyak mengandung pasir akan

mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah untuk merembeskan air

dan disebut sebagai tanah ringan. Selain itu, derajat kerut pada tanah adalah berat

ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat,

semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh

sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah

semakin kecil. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.

Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan

bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil. (Notoh adi prawiro

tejoyuwono, 1998).

Penggunaan Vaseline pada praktikum kali ini adalah untuk melumaskan wadah

yang digunakan untuk menaruh tanah yang akan dijemur dan diamati. Agar nanti ketika

kering tanah itu mudah dilepas dari wadah tersebut.

Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering).

Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi

kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah

49
berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat

kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).

Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan

orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah,

maka derajat kerut tanah semakin kecil. Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang

(bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah

mengerut maka menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah

disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Tanah yang

banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah

merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak

mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar

pengolahannya sehingga disebut tanah berat. Adapun faktor- faktor yang

mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah berat ringannya tanah akan menentukan

derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.

Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan

bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil. Semakin tinggi

kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan orgaik tanah

berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat

kerut tanah semakin kecil.

Pada praktikum penentuan derajat kerut tanah ini yang diamati ada 5 jenis tanah besserta

sifat-sifatnya diantaranya yaitu tanah Entisol , Ultisol, Andisol, Vertisol, dan Inceptisol. pada

50
jenis tanah Inceptisol memiliki derajat kerut 4,528%. Dari 5 tanah tersebut mempunyai ciri

warna,tekstur dll sebagai berikut :

1. Vertisol umumnya sifat-sifat fisik lebih merupakan kendala dibanding sifat-

sifat kimianya. Kendala utama untuk tanaman adalah tektur yang liat berat, sifat

mengembang dan mengkerut, kecepatan infiltrasi air yang rendah, serta

drainase yang lambat (Mukanda and Mapiki).(Prasetyo,2007).

2. Entisol mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka

terhadap erosi dan kandungan hara tersediakan rendah.Potensi tanah yang

berasal dari abu vulkan ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan

dipercepat bila terdapat cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia asam-

asam organik.

3. Ultisol umumnya terdapat pada horizon A yang tipis dengan kandungan bahan

organik yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering

kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta kejenuhan aluminium

yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang sering menghambat

pertumbuhan tanaman. Selain itu terdapat horizon argilik yang mempengaruhi

sifat fisik tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan makro serta

bertambahnya aliran permukaan yang pada akhirnya dapat mendorong

terjadinya erosi tanah. Penelitian menunjukkan bahwa pengapuran, sistem

pertanaman lorong, serta pemupukan dengan pupuk organik maupun anorganik

dapat mengatasi kendala pemanfaatan tanah Ultisol.(Prasetyo,2006).

51
4. Inceptisol (inceptum atau permulaan) dapat disebut tanah muda karena

pembetukannya agak cepat sebagai hasil pelapukan bahan induk, kandungan

bahan organiknya berkisar antara 3-9 % tapi biasanya sekitar 5%.

(Agung,2013).

52
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan pembahasan diatas dapat ditarik suatu

kesimpulan.bahwa, bahan organik tanah sangat berpengaruh terhadap derajat kerut

tanah. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah

semakin kecil, sebaliknya bila suatu tanah semakin tinggi kandungan liatnya, maka

semakin besar derajat kerut tanah.

B. Saran

saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah Pengukuran diameter tanah

disarankan kepada praktikan agar melakukannya dengan teliti, supaya dapat

mengetahui secara benar tingkat derajat kerut tanah.

53
DAFTAR PUSTAKA

Foth, Henry. 2006. The Nature and Properties of Soils. The MacMillan Company.

Hanafiah. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press, Jakarta.

Hanafiah. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press, Jakarta.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, Go Ban Hong,


dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung,
Lampung.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.

Islami, T. dan W. H. Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press, Semarang.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat Pendidikan


Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Nyakpa, M.Y. Lubis, A.M. Pulung, M.A. Amroh, A.G, Munawar, A. Hong, G.B dan
Hakim, 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung,S Bandar Lampung.

Prasetyo, BH. 2007. Perbedaan sifat-sifat tanah vertisol dari berbagai bahan induk.
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, Vol 9 (1).

Sarief, Saifuddin. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Buana, Bandung.

Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah . Bhratara Karya Aksara, Jakarta

54
LAMPIRAN

55
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH


ACARA 4
PENGENALAN TANAH DENGAN INDERA

Oleh :
Arrizki Maulana Majid
A1D018147
Rombongan 6

PJ Asisten:
Siti Hawa Nurhaliza

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019

56
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan bagian dari kerak bumi yang mempunyai sifat sangat kompleks,

terdiri atas komponen padatan yang berinteraksi dengan cairan dan udara.Tanah

terbentuk dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan

lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya

karna interaksi antara hidrosfer,atmosfer,litosfer, dan biosfer ini adalah campuran dari

konstituen mineral dan organik yang dalam keadaan padat,gas, dan cair.

Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit)

menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-

sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan

tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke

bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada

tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan

biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk

dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil

Tanah.

Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan di

lapang. Warna mencerminkan jenis mineral penyusun tanah, reaksi kimiawi, dan

akumulasi bahan- bahan yang terjadi, misalnya kandungan bahan organik yang tinggi

57
pada tanah akan menimbulkan warna lebih gelap. Tekstur mencerminkan ukuran

partikel dari fraksi-fraksi tanah sedangkan struktur tanah merupakan kenampakan

bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanah hingga partikel sekunder yang

membentuk agregat. Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan

gaya-gaya dari luar yang merupakan indikator derajat manifestasi kekuatan dan corak

gaya-gaya fisik yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat kejenuhan airnya.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Pengamatan Tanah Dengan Indera adalah :

1. Menetapkan warna dasar tanah dengan menggunakan buku Munsell Soil Color

Chart.

2. Menetapkan konsistensi berbagai jenis tanah dalam keadaan basah, lembab,

dan kering.

C. Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat membedakan tanah dengan

indera dari segi warna, tekstur, struktur, dan konsistensinya.

58
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, yang menduduki sebagian besar planet

bumi, mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh

iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief

tertentu, selama jangka waktu tertentu pula. Berdasarkan definisi tanah, terdapat lima

faktor pembentuk tanah, yaitu iklim, kehidupan, bahan induk, topografi, waktu. Dari

kelima faktor tersebut yang, iklim memiliki pengaruh yang bebas. Oleh karena itu

pembentukan tanah kering dinamakan dengan istilah weathering. Proses pembentukan

tanah dibagi menjadi dua tahap, yaitu proses pelapukan dan proses perkembangan

tanah (Hardjowigeno, 1992).

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang

tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan,

yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi

akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan

lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001)

Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang banyak digunakan untuk

mendeskripsikan karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap

tanaman, tetapi secara tidak langsung berpengaruh terhadap temperatur dan

kelembapan tanah.Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni seperti,

campuran kelabu, coklat, dan bercak, kerapkali terdapat 2-3 warna dalam bentuk spot-

spot yang disebut karatan (Tan, 1995).

59
Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan

tanah terbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka

dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped, sedangkan ikatan yang merupakan

gumpalan tanah yang sudah dibentuk akibat penggarapan tanah disebut clod. Untuk

mendapatkan stuktur tanah yang baik dan valid harus dengan melakukan kegiatan di

lapangan, sedang laboratorium relatif sukar terutama dalam mempertahankan

keasliannya dari bentuk agregatnya (Hardjowigeno, 1992).

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir

tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi adalah salah

satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh

gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik

menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan

berbagai kelembaban tanah. Konsistensi tanah adalah suatu sifat tanah yang

menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – parkikel tanah dan

ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang disebabkan oleh tekanan dan

berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk tanah (Kohnke, 1968).

Tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna

permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik.

Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan

bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak

dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. Di daerah

60
berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna

abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah yang

berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam

keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna

merah, atau Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada

tanah yang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna

abu- abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning,

yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi

ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat menyebabkan warna lebih terang

(Hardjowigeno, 1992).

Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga

dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis

pembentukan tanah itu sendiri.Pelapukan dipengaruhi oleh faktor iklim yang bersifat

merusak. Faktor-faktor iklim yang turut menentukan adalah sinar matahari, perbedaan

temperatur antara siang dan malam, keadaan musim kemarau dan musim penghujan.

Pada awalnya batuan pecah dalam bentuk pecahan-pecahan batuan dan mineral-

mineral penyusunnya. Selanjutnya oleh adanya air, asam dan senyawa-senyawa yang

larut dalam air, pecahan-pecahan bantuan dan mineral ini menjadi lunak dan terurai ke

dalam unsur-unsur penyusunnya. Dari bahan-bahan sisa penguraian dan senyawa

kembali membentuk mineral-mineral baru (Foth, 1999)

61
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum acara ini berlangsung di laboratorium Tanah dan Sumber Daya Lahan,

Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Praktikum ini dilaksanakan pada

hari Minggu tanggal 18 Maret 2019 pukul 13.00 WIB – 15.00.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum Pengamatan Tanah Dengan Indra adalah:

tanah, air, larutan HCL.

Alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan tanah dengan indra adalah

pipet, larutan HCL, pisau, bambu penusuk, buku Musell Soil Color Chart, Hp/ jam,

buku dan alat tulis, tabung.

B. Prosedur Kerja

1) Warna Tanah

 Diambil sedikit tanah gumpal yang lembab secukupnya (permukaan tidak

mengkilap)

 Di letakan dibawah lubang kertas buku Munsell Soil Color Chart

 Dicatat notasi warna (Hue, Value, Chroma) dan nama warna. Pengamatan

warna tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.

2) Tekstur Tanah

 Diambil sebongkah tanah kira-kira sebesar kelereng

 Dibasahi dengan air hingga tanah dapat di tekan

62
 Contoh tanah di pijat kemudian dibuat benang dan sambil dirasakan

kehalusannya tanah.

Jika :

a) Bentukan tanah mudah dan membentuk pita panjang, maka besar kemungkinan

teksturnya liat.

b) Mudah patah, kemungkinan tekstur tanahnya lempung berliat, dan

c) Tidak terbentuk benang, kemungkinan lempung atau pasir. Jika terasa lembut

dan licin, berarti lempung berdebu ; terasa kasar, lempung berpasir.

3) Struktur tanah

 Sebongkah tanah diambil

 Dipecah dengan cara menekan dengan jari atau dengan di jatuhkan dari

ketinggian tertentu, sehingga bongkahan tanah akan pecah secara alami.

Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan kelas setruktur

tanah.

4) Konsistensi

 Contoh tanah dalam berbagai kandungan air diamati.

 Di pijat dengan ibu jari dan telunjuk.

 Pengamatan dilakukan pada keadaan kering, lembab dan basah dengan cara

menambah air pada contoh tanahnya.

a. Konsistensi Basah

63
Konsistensi basah diamati sifat kelekatannya (stickness) dan keliatannya/sifat plastis

(plasticity), pembagiannya sebagai berikut :

 Kelekatan Basah :

s0 : Tak lekat (non sticky), tak ada yaang melekat pada jari

ss : Tidak lekat (sticky) , sedikit melekat pada suatu jari yang mudah lepas

s : Lekat (sticky), melekat pada dua jari, kalau ditarik masa tanah tersebut elastis

antara jari dan masa tanah

vs : Sangat lekat (very sticky), sangat melekat pada kedua jari dan sukar dilepaskan

 Keliatan (Plasticity) :

p0 : Tidak plastis (non plastic), tidak dapat dibuat pita tanah

ps : Agak plastis (sligtly plastic), dapat membentuk gulungan kecil yang mudah diubah

bentuknya jika ditekan

P: Plastis (plastic), dapat membentuk gulungan kecil dan elastis, berubah bentuknya

jika ditekan

vp: Sangat plastis (very plastic), membentuk gulunga kecil, hanya dapat diubah

bentuknya dengan pijatan kuat

b. Konsistensi lembab

I: Lepas (loose), butir-butir tanah terlepas satu dengan lainnya

vf: Sangat gembur (very variable), sedikit tekanan sudah hancur

f: Gembur (friable), tekanan agak kuat baru hancur

t: Teguh (firm), masa tanah hancur dengan tekanan sedang

vt: Sangat teguh (very firm), dengan tekanan sangat kuat baru hancur

64
et: Sangat teguh sekali (extremly firm), sangat tahan terhadap tekanan tangan, baru

hancur jika dianjak pakai kaki

c. Konsistnsi kering :

i : Lepas (loose), butir tanah terlepas satu dengan lainnya tidak terikat

S: Lunak (soft), dengan sedikit tekanan antara ibu jari telunjuk tanah mudah hancur

sh: Agak keras (slightly hard), tanah hancur dengan tekanan agak sedang antara ibu jari

h : Keras (hard), hancur dengan tekanan antara sedang sampai kuat

vh: Sangat keras (very hard), tahan terhadap tekanan, massa tanah sukar dihancurkan.

eh: Sangat keras sekali (extremly hard), sangat tahan terhadap tekanan massa

tidak dapat dipecahkan dengan tangan.

65
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil pengamatan tanah dengan indra adalah:

a. Warna Tanah

Warna Tanah
No Jenis Tanah Tekstur Tanah
Notasi Warna Nama Warna

1. Ultisol 5 YR 4/6 Yellowish red Liat

2. Andisol 10 YR 5/3 Borwn Lempung berpasir

3. Vertisol 10 YR 4/1 Dark reddish grey Liat

4. Entisol 10 YR 2/1 Very dark brown Lempung berliat

5. Inceptisol 10 YR ¾ Dark yellow brown Liat

66
b. Struktur Tanah

Struktur Tanah
No Jenis Tanah
Tipe Klas Derajat

1. Ultisol Remah Halus Lemah

2. Andisol Kersai Sangat halus Cukupan

3. Vertisol Remah Halus Cukupan

4. Entisol Remah Sedang Lemah

5. Inceptisol Remah Halus Keras

c. Konsistensi

Konsentrasi Basah Konsentrasi


No Jenis Tanah Konsentrasi Lembab
Kelekatan Keliatan Kering

1. Ultisol Lekat Agak plastis Gembur Keras

2. Andisol Tidak lekat Agak plastis Sangat gembur Sangat keras

3. Vertisol Tidak lekat Agak plastis Agak plastis Keras

4. Entisol Tidak lekat Tidak plastis Tidak plastis Agak keras

5. Inceptisol Lekat Plastis Teguh Sangat keras

67
B. Pembahasan

Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah.

Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna

yang dipantulkan permukaan tanah. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa warna tanah

berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna

permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik.

Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan

bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak

dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah.

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir

tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Pada kondisi basah,

konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat plastisitas dan tingkat kelekatan.

Tingkatan plastisitas ditetapkan dari tingkatan sangat plastis, plastis, agak plastis, dan

tidak plastis (kaku). Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, lekat,

dan sangat lekat.

Pada kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat kegemburan

sampai dengan tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai dari: lepas,

sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrim teguh. Konsistensi tanah

gembur berarti tanah tersebut mudah diolah, sedangkan konsistensi tanah teguh berarti

tanah tersebut agak sulit dicangkul.

68
Pada kondisi kering, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan

tanah. Konsistensi kering dinilai dalam rentang lunak sampai keras, yaitu meliputi:

lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, dan ekstrim keras (Hardjowigeno, 2010).

Suatu tanah harus diperhatikan konsistensi kering, lembab dan basah supaya dapat

mengetahui karakter sifat yang dimiliki oleh tanah tersebut. Dalam keadaan kering,

tanah dibedakan ke dalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam keadaan basah

dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis, atau kelekatannya yaitu

dari lekat sampai tidak lekat. Dalam keadaan lembab atau kering konsistensi tanah

ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur,

maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila kering. Bila

gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan, tanah tersebut dikatakan berkonsistensi

teguh (lembab) atau keras (kering) . Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya

melekat pada jari (melekat atau tidak melekat) atau mudah tidaknya membentuk

bulatan dan kemampuannya mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak

plastis) (Hardjowigeno,2010)

Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah.

Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur

tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan

berdasarkan prosentase kandungan pasir, debu dan liat. Hanafiah (2008) juga

berpendapat bahwa tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah

(separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir,

fraksi debu dan fraksi liat. Definisi lain disampaikan oleh Notohadiprawiro (1998),

69
tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang ditentukan oleh

perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai kelompok ukuran,

terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir berukuran 2 mm

ke bawah.

Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya

butir-butir tanah satu sama lain. Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena butir-butir

pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik,

oksida-oksida besi, dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil (struktur tanah) ini

mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda. Satu

struktur tanah disebut ped (terbentuk karena proses alami) (Nugroho, 2009).

Bentuk-bentuk struktur tanah dan sifat penciriannya antara lain :

1. Remah

Merupakan bentuk struktur tanah yang dominan debu dan terletak di horison A, satuan

struktur berbentuk membola, partikel-partikel tersusun longgar, berpori banyak.

Contoh horison tanah permukaan yang kaya bahan organik

Ukuran struktur:

Sangat halus : < 1 mm

Halus : 1-2 mm

Sedang : 2-5 mm

2. Granuler

70
satuan struktur membentuk membola, partikel-partikel tersusun lebih rapat, berpori

lebih sedikit terletak di horizon A. Contoh dari bentuk granuler ini adalah pasir.

Ukuran struktur:

Sangat halus : < 1 mm

Halus : 1-2 mm

Sedang : 2-5 mm

Kasar : 5-10 mm

Sangat kasar : >10 mm

3. Gumpal

Satuan struktur berbentuk bak-kubus, partikel-partikel tersusun rapat, berpori sedikit

terletak di horizon B. Contoh horison bawah tanah yang terbentuk di kawasan beriklim

bermusim kemarau tegas, bentuk struktur gumpal ini dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Gumpal membulat, kubus bersudut tumpul dan berbidan cembung,berpori

lebih banyak

Ukuran struktur:

Sangat halus : < 5mm

Halus : 10 mm

Sedang : 10-20 mm

Kasar : 20-50 mm

Sangat : > 50 mm

71
b. Gumpal menyudut, kubus menyudut tajam dan berbidang rata, berpori lebih

sedikit

Ukuran struktur:

Sangat halus : < 5mm

Halus : 10 mm

Sedang : 10-20 mm

Kasar : 20-50 mm

Sangat : > 50 mm

4. Prismatik

Satuan struktur bersumbu tegak lebih panjang daripada sumbu datar, berpori terbatas,

terutama berarah tegak. bidang atas mendatar terletak di horizon B. Contoh horison

bawah tanah yang terbentuk di kawasan iklim kering sampai setengah kering.

5. Tiang

Satuan struktur bersumbu tegak lebih panjang daripada sumbu datar, berpori terbatas,

terutama berarah tegak, terletak di horizon E.

Ukuran struktur:

Sangat tipis : <10 mm

Tipis : 10-20 mm

Sedang : 20-50 mm

Tebal : 50-100 mm

72
Sangat tebal : > 100 mm

6. Lempeng

Satuan struktur bersumbu tegak lebih pendek daripada sumbu datar, berpori terbatas

terutama berarah mendatar, terleteak di horizon E dan D. Contoh horison tanah di

bawah horison permukaan berwarna pucat.

Ukuran struktur:

Sangat tipis : <1mm

Tipis : 1-2 mm

Sedang : 2-5 mm

Tebal : 5-10 mm

Sangat tebal : 7-10 mm (Rahman, susanto, 2005).

Dari hasil praktikum untuk tanah Inseptisol, memiliki notasi warna 10YR 3/4

dengan warna Dark Yellow Brown. Tanah ini mempunyai tekstur liat. Untuk

konsistensi dari tanah ini yaitu memiliki kelekatan yang lekat, tingkat keliatan yang

plastis, konsentrasi lembab teguh dan konsentrasi kering sangat keras.

Inseptisol berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen, dan metamorf.

Karena inseptisols merupakan tanah yang baru berkembang biasanya mempunyai

tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, dalam hal ini tergantung pada tingkat

pelapukan bahan induknya (Munir, 1996).

73
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna baku yang terdapat

dalam buku Munsell Soil Color Chart. Dalam warna baku ini warna disusun

oleh tiga variabel yaitu: hue, value, dan chroma. Warna dasar dari tanah yang

diamati adalah:

a. Sampel tanah Inseptisol = 10 YR 3/4 : Dark Yellow brown

b. Sampe tanah Entisol = 10 YR 2/1 : Very Dark Brown

c. Sampel tanah Vertisol = 10 YR 4/1 : Dark Reddish grey

d. Sampel tanah Ultisol = 5 YR 4/6 : Yellowis red

e. Sampel tanah Andisol = 10 YR 5/3 : brown

2. Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain.

Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Struktur dari tanah yang

diamati adalah :

a. Inseptisol = Remah, halus, keras

b. Entisol = remah, sedang, lemah

c. Vertisol = remah, halus, cukupan

d. Ultisol = remah, halus, lemah

e. Andisol = kersai, sangat halus, cukupan

74
3. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara fraksi pasir, dan liat dalam

suatu massa tanah. Definisi ini dapat diartikan secara kualitatif atau

kuantitatif.Ada 3 (tiga) macam tektur utama tanah, yaitu tektur pasir (sand),

lempung (loam) dan liat (clay). Tekstur dari tanah yang diamati adalah:

a. Inseptisol = liat

b. Entisol = lempung berliat

c. Vertisol = liat

d. Ultisol = liat

e. Andisol = lempung berpasir

4. Konsistensi tanah adalah suatu sifat tanah yang menunjukkan derajat kohesi

dan adhesi diantara partikel- parkikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap

perubahan bentuk yang disebabkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang

mempengarui bentuk tanah. Konsistensi tanah dari masing-masing tanah

dengan urutan kelekatan, keliatan, konsistensi lembab, dan konsistensi kering

adalah:

a. Inseptisol = lekat, plastis, teguh, sangat keras

b. Entisol = tidak lekat, tidak plastis, tidak plastis, agak keras

c. Vertisol = tidak lekat, agak plastis, agak plastis, keras

d. Ultisol = lekat, agak plastis, gembur, keras

e. Andisol = tidak lekat, agak plastis, samgat gembur, sangat keras

75
B. Saran

Saran yang bisa diberikan untuk praktikum kali ini adalah praktikan harus lebih

teliti dalam mengamati warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah dan konsistensi agar

tidak terjadi kesalahan dan kekeliruan dalam menentukan warna, struktur, tekstur, dan

konsistensi tanah.

76
DAFTAR PUSTAKA

Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I . Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.


Yogyakarta.

Foth, Henry D. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Hardjowigeno, S. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo.Jakarta.

Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd.:
Bombay.

Munir, Mochammad. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT Dunia Pustaka Jaya.


Jakarta

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat Pendidikan


Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta

Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Kimia dan Kesuburan Tanah Pada Lokasi Rencana
Hutan Tanaman Industri Prima Multibuwana. Jurnal Hutan Tropis Borneo.
10:222-229.

Tan, K.im H. 1986. Degradation of Soil Minerals by Organic Acid. SSSA Publ. 17: 1-
25.

77
LAMPIRAN

78
LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH


ACARA 5
PENGENALAN PROFIL TANAH

Oleh :
Arrizki Maulana Majid
A1D018147
Rombongan 6

PJ Asisten:
Siti Hawa Nurhaliza

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019

79
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi ruang, yaitu panjang,

lebar dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat khas yang merupakan hasil

kerja factor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan menampakkan

profil yang berbeda. Ciri-ciri morfologi tanah sangat berguna untuk mengetahui jenis

tanah dan tingkat kesuburan tanahnya. Tindakan budidaya tanaman akan lebih cepat,

bila didasarkan pada sifat morfologi tersebut.

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat

tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan

menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan

penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur- unsur

esensial); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang

berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh,

proteksi) bagi tanaman.

Tanah berasal dari pelapukan batuan dngan bantuan tanaman dan organisme

membentuk tubuh unik yang menyelimuti lapian batuan. Proses pembentukan tanah

dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh

alam yang terdiri atas lapian-lapisan atau disebut sebagai horison. Setiap horison dapat

80
menceritakan asal dan proses-proses kimia, fisika dan biologi yang telah dilalui tubuh

tanah tersebut.

B. Tujuan

Tujuan dari dilaksanakannya praktikum acara 5 adalah untuk mengenal profil suatu

jenis tanah

C. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil adalah laporan ini akan membantu praktikan dalam

memahami profil-profil tanah serta sifat fisik dan kimia dari masing-masing horizon

tanah.

81
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan

yang telah mengalami serangkaian pelapuakan oleh gaya-gaya alam,sehingga

membentuk regolit (lapisan partikel halus). Menurut ahli ilmu alam murni (berdasarkan

pendekatan pedologi) tanah didefinisikan sebagai bahan padat (baik berupa mineral

maupun organik) yang terletak di permukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus

mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh factor-faktor : bahan induk, iklim,

organisme, topografi, dan waktu (Forth, 1998).

Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai

tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan

menyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan

penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organic dan anorganik sederhana dan unsur-unsur

esensial seperti : N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan secara biologi berfungsi

sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara

tersebut dan zat-zat aktif (pemicu tumbuh, proteksi) bagi tanaman (Staff, 1998).

Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan

cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalman yang

tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitiannya. setiap tanah

itu, horison-horisonnya mencirikan dan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman

tingkat tinggi. Pada suatu profil tanah yang lengkap dapat kita lihat beberapa lapisan

yang membentuk tanah. Adanya lapisan-lapisan dalam tanah ini karena

82
berlangsungnya perombakan yang tidak sama. Lain halnya pada tanah yang tergolong

entisol, disini lapisan-lapisan merupakan hasil penimbunan bahan yang berasal dari

tempat lain. Lapisan-lapisan yang terbentuk sebagaimana kita lihat pada profil tanah

dapat dikatakan tidak selamanya tegas dan nyata sehingga kerap kali batas-batasnya

agak kabur dan kejadian demikian akan menyulitkan dalam penelitian (Sutejo &

Kartasapoetra, 1991).

Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada

kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan relatif

pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia

penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini menentukan

jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Tan, 1992).

Menurut Pandutama (2003) struktur tanah adalah pengelompokan/pengaturan

partikel tanah kedalam agregat atau kumpulan yang mantap. Struktur yang baik

ditandai dengan penetrasi air menjadi lebih baik, kemampuan tanah memegang air

tinggi, mudah untuk digarap, mudah ditembus akar, air dapat mengalir dengan baik,

tersedianya nutrisi dan internal drainasenya bagus

Tanah dengan struktur lemah atau kersai pada umumnya mempunyai porositas

yang terbesar. Pengolahan tanah untuk sementara waktu dapat memperbesar porositas,

namun dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan turunnya porositas. Oleh

karena itu, untuk memperbesar porositas tanah tindakan yang perlu dilakukan adalah

dengan penambahan bahan organik atau melakukan pengolahan tanah secara

minimum. Pengolahan tanah berlebih akan menyebabkan rusaknya struktur tanah.

83
Nilai porositas dapat diperoleh jika diketahui nilai bulk density dan partikel densitynya

(Hardjowigeno, 2010).

Warna tanah yang sering kita jumpai adalah warna kuning, merah, coklat, putih,

dan hitam serta warna-warna tanah di antara warna-warna tersebut, sedangkan yang

berwarna hijau dan lembayung jarang sekali ditemui. Warna tanah itu tidak murni,

dalam suatu warna coklat misalnya, di sana sini sering terdapat tambahan berupa

kumpulan titik dan corengan merah, kuning, atau warna gelap (hitam). Warna coklat

merupakan warna dasar, sedangkan warna merah, kuning, ataupun hitam merupakan

warna noda atau warna bercak (Kohnke, 1968).

84
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum acara ini berlangsung di Experimental Farm, Fakultas Pertanian,

Universitas Jenderal Soedirman. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal

20 Maret 2019 pukul 13.00 WIB – 15.00.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah larutan H2O2 3%, larutan HCL

10%, larutan αα-dipridil dalam 1N NH4 Oacneteral, akuades dan lahan pengamatan.

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Bor tanah, abney level

(clinometer) untuk mengukur kemiringan tanah, kompas, altimeter, pH saku, botol

semprot, kertas label, meteran, buku Munsell Soil Color Chart, Kantong Plastik,

Spidol, buku pedoman pengamatan tanah di lapang, dan daftar isian profil.

C. Prosedur kerja

1. Tempat pembuatan profil dipilih, sebelumnya dilakukan pengeboran (boring)

ditempat-tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter pada 2 atau 3

tempat berjarak 1meter, yang berguna supaya tercapai keseragaman.

2. Lubang yang telah digali sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah

dengan ukuran panjang 2m, lebar 1,5m. Didepan bidang pengamatan profil

dibuat tangga (trap) ke bawah untuk memudahkan pengamatan.

85
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

(Terlampir)

B. Pembahasan

Profil tanah adalah penampang vertikal tanah yang dimulai dari permukaan tanah

sampai lapisan induk dalam tanah. Tanah yang terbentuk dipermukaan bumi

berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batu-batuan melalui proses

pelapukan , baik secara fisis maupun kimia yang di bantu oleh pengaruh dari atmosfer,

sehingga di dalam tanah terdapat empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan

organik, udara, dan air (Ulfiyah, 2009).

Profil tanah merupakan suatu iris dan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan

cara membuat lubang dengan ukuran panjang, dan lebar serta kedalam tertentu sesuai

dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang

terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam (natural forces) terhadap

proses pembentukan mineral, serta pembentukan dan pelapukan bahan-bahan koloid

(Arifin, 2006).

Menurut Hardjowigeno (1993), profil tanah adalah penampang melintang

(vertikal) tanah yang terdiri dari lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum

tanah adalah bagian dari profil tanah yang terbentuk akibat proses pembentukan tanah

(horison A dan B). Sementara itu, Hanafiah (2009) mendefinisikan profil tanah sebagai

irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke bebatuan induk tanah (regolit),

86
yang biasanya terdiri horizon-horizon O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih

dipengaruhi cuaca disebut solum tanah, horizon O-A disebut lapisan tanah atas dan

horizon E-B disebut lapisan tanah bawah.

faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu :

1. Bahan Induk

Keadaan alami bahan induk akan mempunyai pengaruh terputus pada sifat-sifat

tanah muda, mereka dapat memakai satu pengaruh pada tanah-tanah tua yang ada. Sifat

bahan induk yang memakai satu pengaruh yang mendalam pada perkembangan tanah,

termasuk tekstur, komposisi mineral, dan tingkat stratifikasi. Pembentukan tanah dapat

dimulai segera setelah penimbunan abu vulkanik tetapi harus menunggu penghancuran

batuan keras secara fisik dimana granit dibuka. Selama stadia awal pembentukan tanah,

penghancuran dapat membatasi laju dan kedalaman perkembangan tanah, dimana laju

dan penghancuran batuan melebihi laju perpindahan bahan oleh erosi tanah-tanah

produktif dengan solum tebal dapat berkembang dari batuan dasar (Foth. H.D, 1988).

2. Iklim

Pengaruh iklim yang penting yang mempengaruhi pemb entukan tanah adalah

presipitasi dan temperature. Iklim juga mempengaruhi pembentukan tanah secara tidak

langsung yang menentukan vegetasi alami. Tidaklah terlalu mengejutkan bahwa

terdapat beberapa penyebaran iklim, vegetasi dan tanah yang paralel di permukaan

bumi. Setiap kenaikan 10°C akan menaikkan laju reaksi kimia dua sampai tiga kali.

Meningkatnya pelapukan dan kandungan liat terjadi dengan meningkatnya rata-rata

87
temperatur tanah. Rupanya hanya tanah-tanah yang sangat muda yang mempunyai

pengaruh iklim yang konstan selama genesa tanah (Foth. H.D, 1988).

3. Organisme

Tanaman mengabsorbsi unsur hara dari tanah dan mengangkut nutrien ketajuk

tanaman, bila tajuk mati dan jatuh ke permukaan tanah perombakan bahan organik akan

melepaskan unsur hara untuk kesuburan dirinya sendiri (Foth, 1988).

Profil tanah rumput mengandung lebih banyak bahan organik terdistribusi lebih

uniform di dalam tanah daripada tanah hutan. Tanah dengan vegetasi hutan mempunyai

kira-kira separuh dari kandungan bahan organik dan terdistribusi tidak merata dengan

tingkat perkembangan profil tanah lebih sempurna. Horizon-horizon pada solum lebih

asam dan % jenuh basa yang rendah dan lebih banyak liat yang dipindahkan dari

horizon A ke horizon B (Buckman & Brady, 1982).

4. Topografi

Topografi mengubah perkembangan profil tanah dalam tiga cara, yaitu :

 Dengan mempengaruhi jumlah presipitasi yang diabsorbsi dan ditahan dalam

tanah,oleh karenanya mempengaruhi kelembaban.

 Dengan mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh erosi

 Dengan mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari

daerah yang satu ke daerah yang lain (Foth. H.D, 1988).

Ada skope yang lebih besar terjadi penghanyutan (erosi) tanah secara kontinue

sehingga akan muncul soil-soil kepermukaan tanah dan peristiwa ini akan

88
memodifikasi profil. Konsekuensinya tanah-tanah pada kemiringan besar memiliki

solum yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah dibandingkan dengan

tanah pada bergelombang dan datar. Drainase yang baik dan warna bahan tanah pada

daerah-daerah rendah akan berubah dari kuning merah dan cokelat, menunjukkan

aerasi tanah yang baik dengan kondisi oksidasi. Drainase buruk, berwarna kelabu dan

ditemukannya sejumlah karatan-karatan berwarna kuning sebagai akibat reduksi besi

ferri menjadi besi ferro (Buckman & Brady, 1982).

5. Waktu

Tanah sebagai hasil evolusi berubah secara tetap seperti perubahan bentuk bui.

Mereka mempunyai siklus hidup dengan keadaan yang sama dimana bentuk muka

bumi lambat laun menembus suatu siklus. Siklus hidup tanah teristimewa termasuk

stadia bahan induk, tanah muda, tanah matang dan tanah tua. Pada tanah-tanah muda

kandungan bahan organik meningkat dengan cepat sebab laju pertambahan melebihi

laju dekomposisi. Kematangan dicirikan oleh kandungan bahan organik yang konstan

sebagai penambah diimbangi oleh yang hilang. Unsur yang tua dicirikan oleh

kandungan bahan organik yang rendah dan menurun yang menunjukkan bahwa laju

pertambahan susut dari tanah menjadi lebih mudah dilapukkan (Foth. H.D, 1988).

Horizon tanah adalah lapisan tanah atau bahan tanah yang kurang lebih sejajar

dengan permukaan tanah dan berbeda dengan lapisan di sebelah atas ataupun bawahnya

yang secara genetik ada kaitannya (Hardjowigeno, 1992). Profil tanah merupakan

irisan vertical tanah dari lapisan paling atas sehingga ke bebatuan induk tanah (regolit),

yang biasanya terdiri horizon-horizon O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih

89
dipengaruhi cuaca disebut Solum Tanah, horizon O-A disebut lapisan tanah atas dan

horizon E-B disebut lapisan tanah bawah (Hanafiah, 2009).

Menurut Arabia (2012), batas horison tanah merupakan zona peralihan di antara

dua horison atau lapisan yang saling berhubungan. Biasanya tidak membentuk garis

yang jelas. Batas Horison dinyatakan dalam hubungannya dengan kejelasan dan

topografi. Batas peralihan horison pada pedon-pedon yang diamati berkisar dari jelas

(tebal peralihan 2,5 – 6,5 cm) sampai baur (tebal peralihan > 12,5 cm), dengan batas

topografi rata. Batas peralihan dari horison permukaan ke horison di bawahnya adalah

jelas sampai baur. Penentuan topografi dilakukan setelah batas horizon ditentukan,

penentuannya dengan cara menusuk-nusukan sebilah kayu atau pisau ke dalam lapisan

horizon kearah horizontal.

Horizon O adalah lapisan yang didominasi oleh bahan organik. Sebagian jenuh air

dalam periode yang lama, atau suatu ketika pernah jenuh air, tetapi sekarang telah

didrainase, sebagian yang lain tidak pernah mengalami jenuh air. Sebagian besar

horizon O tersusun dari serasah segar yang belum terdekomposisi atau sebagian telah

terdekomposisi yang telah tertimbun di permukaan. Serasah seperti ini dapat berada di

atas permukaan tanah mineral atau tanah organik (Soepraptohardjo, 1987).

Horizon A adalah horizon mineral yang terbentuk pada permukaan tanah atau di

bawah suatu horizon O. Horizon ini memperlihatkan kehilangan seluruh atau sebagian

besar struktur batuan asli dan menunjukkan salah satu atau kedua sifat berikut yaitu

akumulasi bahan organic terhumifikasi yang bercampur sangat intensif dengan fraksi

mineral, dan tidak di dominasi oleh sifat-sifat yang merupakan karakteristik horizon E

90
atau B. Sifat-sifat yang merupakan akibat dari pengolahan tanah, pengembalaan ternak

atau jenis-jenis gangguan lain yang serupa (Soepraptohardjo, 1987)

Horizon B dalah horizon-horison yang terbentuk di bawah suatu horizon A, E atau

O. horizon-horison ini didominasi oleh lenyapnya seluruh atau sebagian terbesar sari

struktur batuan aslinya, dan memperlihatkan satu atau lebih sifat-sifat seperti :

Konsentrasi atau penimbunan secara aluvial dari liat silikat, senyawa besi, senyawa

alumunium, humus, senyawa karbonat, gispsum, atau silika, secara mandiri atau dalam

kombinasi. Tanda-tanda atau gejala adanya pemindahan atau penambahan senyawa

karbonat. Konsentrasi oksidan-oksidan secar residu. Penyelaputan sesquioksida yang

mengakibatkan horizon terlihat jelas menpunyai value warna lebih rendah, chrome

lebih tinggi atau hue lebih merah tanpa proses iluviasi semyawa besi yang terlihat jelas

(Soepraptohardjo, 1987).

Horizon C adalah horison atau lapisan, tidak termasuk batuan dasar yang lebih

keras dan tersementasi kuat, yang dipengaruhi sedikit oleh proses pedogenik, serta

tidak memiliki sifat –sifat horizon O, A, E, atau B. sebagian terbesar merupakan

lapisan-lapisan mineral. Bahan lapisan C mungkin dapat serupa atau tidak serupa

dengan gahan dari mana solum diperkirakan telah terbentuk. Suatu horizon C mungkin

saja telah mengalami perubahan, walaupun tidak terdapat tanda-tanda adanya proses

pedogenesis (Soepraptohardjo, 1987).

Horizon E adalah horizon mineral yang kenampakan utamanya adalah kehilangan

liat silikat, besi, alumunium atau beberapa kombinasi senyawa-senyawa tersebut,

meninggalkan suatu konsentrasi partikel-partikel pasir dan debu. Horizon ini

91
memperlihatkan lenyapnya seluruh atau sebagian terbesar dari struktur batuan aslinya.

Horizon E dibedakan dari horizon B di bawahnya dalam sequm tanah sama, oleh warna

dengan value lebih tinggi atau chrome lebih rendah , atau kedunya, oleh tekstur yang

lebih kasar atau oleh suatu kombinasi dari sifat-sifat tersebut (Soepraptohardjo, 1987).

Horizon R adalah batuan dasar tersementasi kuat sampai mengeras.granit, basaly,

kuarsit, batugamping, dan batupasir adalah contoh batuan dasra yang diberi symbol

dengan huruf R. lapisan R cukup kompak jika lembab sehingga cukup sulit di gali

dengan sekop walaupun lapisan tersebut dapat pecah berkeping-keping.

(Soepraptohardjo, 1987)

a. Tanah muda adalah tanah yang perbedaan bahan mineral dan bahan organik

masih tampak sehingga bahan induknya masih terlihat. Biasanya terbentuk

dalam kurun waktu 100 tahun. Jenis tanah yang masuk kategori tanah muda

misalnya tanah aluvial, regosol, dan litosol.

b. Tanah dewasa adalah tahap perkembangan tanah muda tingkat lanjut yang

membentuk horizon B dalam susunan dekomposisi tanah. Biasanya terbentuk

dalam kurun waktu 10.000 tahun. Jenis tanah yang masuk kategori tanah muda

misalnya tanah andosol, latosol, dan grumosol.

c. Tanah tua adalah tanah yang telah mengalami perubahan-perubahan nyata

dalam waktu yang panjang sehingga horizon A dan B dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa golongan (A1, A2, A3, B1, B2, B3) berdasarkan ciri fisik

yang nampak. Jenis tanah yang masuk kategori tanah muda misalnya tanah

podsolik dan laterit.

92
Larutan HCl digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan kapur pada

tanah, jika tanah berbuih berarti terdapat kandungan kapur didalam tanah, sementara

larutan H2O2 digunakan untuk mengetahuiada tidaknya kandungan bahan organik

pada tanah, jika tanah berbuih berarti terdapat kandungan bahan organik didalam tanah.

(Foth, 1988)

Menurut Hardika (2007), Bahan organic dapat dioksidasi oleh H2O2 menghasilkan

buih-buih gelembung yang menentukan adanya bahan organik dalam tanah. Sedangkan

menurut Sanchez (1992), Adanya kandungan kapur (CaCO3) bebas dalam tanah dapat

diketahui dengan menentukan asam klorida 10% (HCl 2N). Adanya percikan

menandakan adanya kapur bebas, makin banyak percikannya maka makin banyak

kandungan kapur dalam tanah.

Cara menentukan batas lapisan horizon tanah yaitu menggunakan pisau pandu,

dengan cara menusuk-nusukan pisau pandu pada lapisan tanah yang telah dibuat sambil

dirasakan perbedaan perasaan saat menusuknya. Tusukan pada pisau pandu apabila

telah terasa berbeda maka kemungkinan itu sudah bagian horizon tanah yang lain. Cara

ini terus dilakukan sampai pada penentuan batas lapisan horizon tanah yang diinginkan.

Praktikum kali ini di dapatkan 5 lapisan tanah. Tebal lapisan pertama (O) 0-39 cm

dengan batas lapisan diffuse (baur) dengan batas topografi irregular. Pada lapisan ini,

tanah mempunyai struktur sedang (cl),berderajat lemah yang disimbolkan dengan

angka 1. Konsistensi tanah dalam kondisi basah adalah lekat (s) dan agak plastis (ps)

serta memiliki konsistensi lembab sangat gembur (vf). Memiliki pH (lapang) = 5,

reaksi terhadap HCL tidak bereaksi (-), dan reaksi terhadap H2O2 sedikit (+).

93
Lapisan kedua (A1) dengan ketebalan 39-57 cm dengan batas lapisan diffuse (baur)

batas topografi wavy (u). Pada lapisan ini, tanah memiliki notasi warna 10 YR 3/2.

Teksturnya lempung berliat (scl). Strukturnya sedang (M), berderajat lemah yang

disimbolkan dengan angka 1. Konsistensi tanah dalam kondisi basah adalah lekat (s)

dan agak plastis (ps). Konsistensi lembab sangat gembur (vf) serta memiliki konsistensi

kering lekat (s). Memiliki pH (lapang) = 5, reaksi terhadap HCL tidak bereaksi (-), dan

reaksi terhadap H2O2 banyak (+++).

Lapisan tanah ketiga (A2) memiliki ketebalan 57-77 cm dengan batas lapisan

diffuse (baur) batas topografi wavy (u). Pada lapisan ini, tanah memiliki notasi warna

10YR 3/3. Teksturnya lempung ( l ). Strukturnya halus (F) berderajat cukupan yang

disimbolkan dengan angka 2. Konsistensi tanah dalam kondisi basah adalah tidak lekat

(ss) dan agak plastis (ps) serta memiliki konsistensi lembab sangat gembur (vf ).

Memiliki pH (lapang) = 5, reaksi terhadap HCL tidak bereaksi (-), dan reaksi terhadap

H2O2 juga sedikit (+).

Lapisan tanah keempat (B1) memiliki ketebalan 77-100 cm dengan batas lapisan

diffuse (baur) batas topografi wavy (u). Pada lapisan ini, tanah memiliki notasi warna

5YR 3/4. Teksturnya lempung berliat (cl). Strukturnya halus (F), berderajat lemah yang

disimbolkan dengan angka 1. Konsistensi tanah dalam kondisi basah adalah (s) dan

agak plastis (ps) serta memiliki konsistensi lembab yang teguh (t). Memiliki pH

(lapang) = 5, reaksi terhadap HCL sedikit (-), dan reaksi terhadap H2O2 juga sedikit

(+).

94
Lapisan tanah kelima (B2) mempunyai ketebalan 100-120 cm dengan batas lapisan

clear (jelas) batas topografi wavy (u). Pada lapisan ini, tanah memiliki notasi warna

10 YR 3/3. Teksturnya pasir (s). Strukturnya halus (F), berderajat cukupan yang

disimbolkan dengan angka 2. Konsistensi tanah dalam kondisi basah adalah tidak

plastis (p0) dan memiliki konsistensi lembab yaitu gembur (f). Memiliki pH (lapang)

= 5, reaksi terhadap HCL sedikit (-) , dan reaksi terhadap H2O2 sedikit (+).

Penelitian yang dilakukan Ketaren (2014), didapatkan data profil tanah yaitu pada

horison A dengan kedalaman 0-27 cm, memiliki karakteristik berwarna coklat gelap

(7,5YR 2,5/2), pasir, struktur remah, konsistensi lepas, perakaran halus banyak, dan

beralih nyata ke lurus. Horison AB dengan kedalaman 27-65 cm, memiliki ciri tanah

berwarna coklat gelap (7,5YR 2,5/1) pasir, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh,

perakaran halus tidak ada, dan beralih baur ke berombak. Horison Bw dengan

kedalaman 65-90 cm, memiliki ciri tanah berwarna coklat gelap (7,5YR 3/2) pasir,

struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh, perakaran halus tidak ada, dan beralih

baur ke berombak. Horison Bc dengan kedalaman 90-110 cm, memiliki karakteristik

berwarna coklat gelap (7,5YR 3/3) pasir, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh,

perakaran halus tidak ada, dan beralih baur ke berombak.

95
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap profil tanah, maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Terdapat beberapa lapisan tanah pada profil tanah. Pengamatan dilakukan

dengan mengamati 5 lapisan tanah

2. Tiap – tiap lapisan pada profil tanah memiliki sifat yang berbeda, mulai dari

kedalaman, warna, tekstur, struktur, konsistensi, pH tanah dll. Warna tanah

semakin ke bawah semakin gelap karena perbedaaan kandungan bahan

organik.

3. Untuk mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah digunakan larutan

H2O2 dan akan ditandai dengan keluarnya buih dari dalam tanah.

Terdapat juga larutan HCL yang digunakan untuk mengetahui kandungan kapur

dari dalam tanah, sama halnya dengan H2O2 ditandai dengan keluarnya buih dari dalam

tanah.

B. Saran

Saran yang bisa diberikan untuk praktikum kali ini adalah Pelaksanaan pada

praktikum pengenalan profil tanah sebaiknya dilakukan dengan lebih kondusif agar

praktikum dapat berjalan lancar serta praktikan dapat mengamati profil tanah dengan

teliti sehingga tidak terjadi kesalahan.

96
DAFTAR PUSTAKA

Arabia dkk. 2012. Karakteristik Tanah Salin Krueng Raya Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan Unsyiah. 1:32-42

Arifin, Z. 2006. Teknik Budidaya Azolla dan pemanfaatannya. Bulletin dan Informasi
Pertanian 7:112-124.

Buckman, H. O. dan Nyle, C. B., 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Prof. Dr. Soegiman.
Penerbit Bharata Karya Aksara. Jakarta

Forth, Henry D. 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press
Yogyakarta.

Hanafiah, Kemas Ali. 2009. Dasar-dasarIlmu Tanah. Rajawali pers. Jakarta.

Hardika, Mahardika dan Purnomo. 2007. STATUS KESUBURAN TANAH DI


BWAH TEGAKAN EUCALYPTUS PELLITA F. Muell: STUDI KASUS DI
HPHTI PT. ARARA ABADI, RIAU. Landasan Penelitian Dasar-Dasar Tanah di
Lapang. Jurnal Manusia Dan Lingkungan, Vol 20, No 1, Maret, 2013 : 22-34.

Hardjowigeno, S. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress, Jakarta

Hardjowigeno, S., 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo.


Jakarta

Hardjowigeno, S., 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta

Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah: Edisi Kedua Bahasa Indonesia.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.

Sanchez, P A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Penerbit ITB, Bandung.

Tan, Kim. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Balai Penelitian The dan Kina, Bandung.

Ulfiyah A.Rajamuddin. 2009. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah Pada Lahan


Persawahan Di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. J.
Agroland .Vol : 16 . No:1. Hal: 45 – 52.

97
LAMPIRAN

98
RIWAYAT HIDUP

Laporan praktikum ini ditulis oleh Arrizki Maulana Majid. Ia adalah anak Pertama dari
pasangan bapak Suwitno dan ibu Tasmirah. Penulis lahir di Banyumas, 04 Oktober 2000.

Mengawali pendidikan di bangku Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Jatisaba, lulus tahun


2012. Kemudian melanjutkan sekolah di SMP Muhammadiyah Cilongok, lulus tahun 2015.
Selanjutnya menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ajibarang dan lulus
tahun 2018. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

Penulis dapat dihubungi dengan nomer HP 085888261375 atau melalui line dengan ID
@arrizkimaulana. Alamat penulis berada di Desa Kasegeran RT 08 RW 02, Kecamatan
Cilongok, Kabupaten Banyumas.

99

Anda mungkin juga menyukai