Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH


(PDT 1209)
ACARA I
PENYIAPAN CONTOH TANAH

Oleh :
Erlin Widyastuti
A0B017023

PJ Asisten : Dea Johana


NIM : A1D016230

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah dalam Bahasa Yunani yang berarti Pedon dan dalam Bahasa Latin

berarti Solum adalah suatu bagian dari kerak bumi yang tersusun atas bahan

organik dan mineral. Tanah memiliki tiga dimensi yaitu panjang, lebar dan

kedalaman. Tanah merupakan salah satu penunjang yang membantu kehidupan

semua mahluk hidup yang ada di bumi. Tanah sangat mendukung terhadap

kehidupan tanaman yang menyediakan hara dan air di bumi.

Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan yang dibantu oleh

organisme membentuk tekstur unik yang menutupi permukaan bumi. Proses

pembentukan tanah ini akan membentuk lapisan-lapisan yang menutupi seluruh

permukaan bumi. Lapisan-lapisan yang terbentuk memiliki tekstur yang berbeda

dan setiap lapisan juga akan mencerminkan proses-proses fisika, kimia dan

biologi yang telah terjadi selama proses pembentukannya yang membutuhkan

waktu sangat lama bisa jutaan tahun bahkan ribuan tahun.

Dalam pengamatan sifat fisik dan kimia tanah dibutuhkan adanya

penyiapan contoh tanah terlebih dahulu. Pengambilan contoh tanah sangat

berpengaruh terhadap tingkat kebenaran hasil analisis sifat fisik maupun sifat

kimia tanah. Ada tiga macam cara pengambilan contoh tanah, yang pertama

contoh tanah utuh (undisturbed soil sample) yang digunakan untuk penetapan

berat jenis isi (bulk density), berat jenis partikel (particle density), porositas

2
tanah, kurva pF dan permeabilitas tanah. Kedua, contoh tanah tidak utuh/

terganggu (disturbed soil sample) yang digunakan untuk penetapan kadar air

tanah, tekstur tanah, konsistensial, warna tanah dan analisis kimia tanah. Dan

yang terakhir contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregat) yang

digunakan untuk penetapan kemantapan agregat, potensi mengembang dan

mengkerut yang dinyatakan dengan nilai COLE (Coefficient of Linier

Extensibility).

B. Tujuan

Praktikum penyiapan contoh tanah bertujuan untuk menyiapkan contoh

tanah yang digunakan untuk acara penetapan kadar air, derajat kerut tanah dan

pengenalan contoh tanah dengan indra.

C. Manfaat

Dapat mengetahui dan melakukan cara penyiapan contoh tanah.

3
II.TINJAUAN PUSTAKA

Tanah terdapat dimana-mana, tetapi kepentingan orang terhadap tanah

berbeda-beda. Seorang ahli pertambangan menganggap tanah sebagai sesuatu

yang tidak berguna karena menutupi barang-barang tambang yang dicarinya.

Semua bahan yang digali kecuali batu-batunya dinamakan tanah. Dalam

kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah darat dimana di atasnya

dapat digunakan untuk berbagai usaha misalnya pertanian, mendirikan bangunan,

dan lain-lain. Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media

tumbuhnya tanaman darat tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur

dengan sisa-sisa bahan organic dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup

diatasnya atau didalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air

(Sarwono, 1989).

Semua makhluk hidup sangat tergantung dengan tanah, sebaliknya suatu

tanah pertanian yang baik ditentukan juga oleh sejauh mana manusia itu cukup

terampil mengolahnya. Tanah merupakan sumber daya alam yang dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Tanah dapat

digunakan untuk medium tumbuh tanaman yang mampu menghasilkan berbagai

macam makanan dan keperluan lainnya. Maka dari berbagai macam tanah beserta

macam-macam tujuan penggunaannya itu perlu dilakukan suatu pembelajaran

lebih lanjut mengenai tanah agar kita benar-benar memahami tanah itu sendiri.

Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang

4
berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa

padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu

berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang

dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian,

tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan

tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur

hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan.

Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat

memberikan media tumbuh yang ideal bagi tanaman (Poerwowidodo, 1991).

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam

program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan

untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan

sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan

menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang

diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan

cara yang benar. Oleh karena itu pengambilan contoh tanah merupakan tahap

penting di dalam program uji tanah (Harjdowigeno, 1993).

Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil

analisa di laboratorium. Metode atau pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai

dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan persyaratan yang perlu

diperhatikan (Hanafiah, 2004).

Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan

dan cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk

5
mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut contoh

tanah satelit. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung untuk

menilai tingkat kesuburan tanah disebut contoh tanah komposit. Pengambilan

contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis bila dibandingkan

dengan pengambilan secara individu (Peterson dan Calvin, 1984).

Ada lagi contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (core)

dan disebut dengan tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan sifat

tanah. Disebut contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di

lapangan. Sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah

rusak disebut contoh tanah terganggu (Pairunan, 1985).

Tanah terganggu merupakan tanah yang memiliki distribusi ukuran

partikel sama dengan seperti di tempat asalnya, tetapi strukturnya telah cukup

rusak atau hancur seluruhnya. Dengan pengertian lain, tanah di lokasi tempat

pengambilan sebagai material untuk konstruksi sebelum dipindahkan merupakan

tanah yang tidak terganggu dan mempunyai struktur yang unik dan tersendiri,

serta mengandung sejumlah air di dalamnya. Tanah terganggu, terutama

digunakan untuk uji klasifikasi dan uji pemadatan. Tanah terganggu dapat

diperoleh dari operasi sekop dan garpu, pemotongan dengan auger, dan percobaan

penetrasi. Untuk mempertahankan kadar air alamiahnya, maka contoh tanah harus

diletakkan dalam kaleng kedap udara dan tidak korosif (Puspita, 2001).

Contoh tanah biasa atau contoh tanah-tanah terganggu untuk penetapan-

penetapan kadar air, tekstur dan konsistensi. Pengangkutan contoh tanah terutama

untuk penetapan kerapatan, pH, dan permeabilitas harus hati-hati. Guncangan-

6
guncangan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindarkan. Dianjurkan

untuk menggunakan peti khusus yang besarnya disesuaikan dengan jumlah

tabung. Waktu penyimpanan perlu diperhatikan. Contoh tanah yang terlalu lama

dalam ruangan yang panas akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan

dan aktivitas jasad mikro (Hakim, 1986).

7
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Jenderal Soedirman pada tanggal 15 Maret 2018 pukul

13.00 WIB s/d 15.00 WIB.

B. Alat dan Bahan

Dalam kegiatan praktikum kali ini menggunakan beberapa alat-alat

laboratorium. Alat-alat tersebut antara lain yaitu mortir dan penumbuknya, saringan (2

mm, 1 mm, 0,5 mm) tambir untuk peranginan, kantong plastik, dan spidol.

Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu contoh tanah kering

angin/udara yang telah diambil dari lapang dan sudah dikeringanginkan selama

kurang lebih satu minggu dengan diameter 2 mm. selain itu juga menggunakan

contoh tanah halus dengan ukuran diameter 0.5 mm.

A. Alat dan Bahan

Dalam kegiatan praktikum kali ini menggunakan beberapa alat-alat

laboratorium. Alat-alat tersebut antara lain yaitu mortir dan penumbuknya, saringan (2

mm, 1 mm, 0,5 mm) tambir untuk peranginan, kantong plastik, dan spidol.

8
Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu contoh tanah kering

angin/udara yang telah diambil dari lapang dan sudah dikeringanginkan selama

kurang lebih satu minggu dengan diameter 2 mm. selain itu juga menggunakan

contoh tanah halus dengan ukuran diameter 0.5 mm.

1. Menumbuk contoh tanah yang sudah dikeringanginkan dalam mortir

secara hati-hati, kemudian mengayak dengan saringan berturut-turut dari

yang berdiamater 2 mm, 1 mm dan 0,5 mm. Contoh tanah yang

tertampung di atas saringan 1 mm adalah contoh tanah yang berdiameter

2 mm, sedang yang lolos saringan 0,5 mm adalah contoh tanah halus

(<0,5 mm).

2. Memasukkan contoh tanah yang diperoleh ke dalam kantong plastik

dan memberi beri label seperlunya.

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil

b. Pembahasan
Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi ruang yaitu

panjang, lebar dan kedalaman. Tanah memiliki pengertian yang sangat luas. Di

bawah ini adalah beberapa definisi tanah dari para ahli.

1. Tanah (soil) merupakan lapisan tipis dan material bebas yang menutupi

batu-batuan di muka bumi. Tanah juga merupakan badan alam (natural

body) terdiri dari beberapa lapisan (soil horizons) dari unsure pokok

mineral dengan kedalaman bervariasi yang berbeda dengan material

induknya dalam morfologi, fisik, kimia dan karakteristik mineralogy

(Birkeland, 1999 ; Taylor, 2005).

2. Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar

permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki

sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jazad hidup yang bertindak terhadap

bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula

(Darmawijaya, 1990).

10
3. Tanah (soil) adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang

tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan

organik, air dan udara serta merupakan media untuk media tumbuhnya

tanaman. Dalam kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai usaha

misalnya pertanian, peternakan, mendirikan bangunan, dan lain-lain. Dalam

pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya

tanaman darat (Hardjowigeno,2010).

4. Tanah adalah bangunan alami yang tersusun atas horizon-horizon yang

terdiri atas bahan mineral dan organic, bersifat galir (tidak padu), dan

mempunyai tebal yang tidak sama. Berbeda sama sekali dengan bahan

induk yang ada di bawahnya dalam hal : morfologi, sifat, susunan fisik,

bahan kimiawi, dan laksana-laksana biologi (Joffee, 1917).

5. Tanah merupakan tempat cadangan hara yang setiap saat dapat diserap

tanaman, yang harus selalu digantikan dengan menggunakan pupuk

kandang, kapur, dan pupuk kimia (Justus Von L, 1840).

Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu

bagian tubuh tanah (horizon/ lapisan/ solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan

dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Sifat-sifat fisika tanah, dapat kita analisis

melalui dua aspek, yaitu dispersi dan fraksinasi (Agus, Cahyono. 1998 ).

Contoh tanah adalah suatu volum massa tanah yang diambil dari suatu

bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan

11
dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium (Agus

et.al,2008).

Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu

bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu dengan sifat-

sifat yang dimiliki (Hardjowigeno, 1987).

Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan cara: (1) sistematis; (2)

random/acak; (3) komposit; dan (4) bebas, tergantung pada tujuan dan sasaran yang

ingin dicapai. Pada pengambilan contoh cara sistematis, contoh tanah diambil di tiap

areal kecil, sedangkan pada cara random hanya dilakukan dibeberapa areal kecil yang

dipilih secara acak. Cara random lebih menghemat waktu dan biaya dibandingkan

dengan cara sistematis (Saraswati et al, 2007).

Pengambilan contoh tanah komposit ditujukan untuk mendapatkan gambaran

umum (unbiased estimation) berbagai jenis tanah yang relative homogen. Contoh

tanah komposit merupakan campuran dari anak-anak contoh yang diambil dari

beberapa tempat pada areal atau petak tanah yang sama secara acak, zigzak, atau

diagonal. Tiap areal atau petak tanah diwakili oleh satu contoh tanah komposit.

Banyaknya jumlah anak contoh disesuaikan dengan luas areal atau petak tanah.

Aturan umum adalah semakin banyak jumlah anak contoh, semakin baik contoh

komposit yang dihasilkan (Utami dan Suci, 2003).

Pengambilan contoh tanah cara bebas hanya ditujukan untuk keperluan

isolasi. Lokasi atau titik pengambilan contoh dipilih secara bebas sesuai keinginan

12
dan pertimbangan pengguna. Data yang dihasilkan tidak bisa dipakai untuk

menggambarkan kondisi umum wilayah di sekitarnya (Saraswati et al, 2007).

Dalam hal perencanaan pengambilan contoh tanah perlu diperhatikan hal-hal

berikut (Domburg et al, 1994) :

1. Maksud pengambilan contoh : sasaran wilayah, sasaran waktu, sasaran

peubah, sasaran parameter.

2. Kendala-kendala : finansial, logistik, dan operasional.

3. Cara pengambilan contoh : bentuk contoh dan tujuan pengambilan contoh.

4. Cara-cara penetapan : pengukuran lapangan dan/atau analisis laboratorium.

5. Rancangan pengambilan contoh : ukuran sampel dan bagaimana lokasi

sampel dipilih.

6. Titik pengambilan contoh terpilih.

7. Membuat susunan pencatatan data dan pekerjaan lapangan.

8. Metode analisis statistik.

9. Dugaan biaya operasional dan ketepatan hasil.

Pekerjaan awal dalam pengambilan contoh tanah dimulai dengan survey

pendahuluan, yaitu dengan mengadakan orientasi lapangan penelitian seperti

pengambilan titik koordinat. Setelah survey pendahuluan, dilanjutkan dengan

pelaksanaan survey utama dengan tujuan utamanya adalah pengambilan contoh tanah

komposit dengan kedalaman 0-5 cm sampai 0-15 cm. Setelah diperoleh contoh tanah,

maka diambil kurang lebih 2 kg untuk setiap contoh tanah yang telah diberi label

13
sebagai penanda contoh tanah sesuai dengan lokasi contoh tanah yang diambil,

kemudian di analisis di laboratorium (Raja Forman, dkk., 2013).

Peralatan yang digunakan untuk mengambil contoh tanah berbeda sesuai

dengan macam contoh tanah yang akan diambil. Contoh tanah utuh dapat diambil

dengan menggunakan tabung logam yang terbuat dari tembaga, kuningan, dan besi.

Contoh tanah agregat utuh diambil menggunakan cangkul pada kedalaman 0-20 cm.

Kondisi contoh tanah terganggu tidak sama dengan keadaan di lapangan, karena

sudah terganggu sejak dalam pengambilan contoh. Contoh tanah ini dapat dikemas

dengan menggunakan kantong plastic tebal atau tipis. Kemudian diberi label yang

berisikan informasi tentang lokasi, tanggal pengambilan, dan kedalaman tanah

(Suganda, dkk, 2006).

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program

uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur

kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk

penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun,

hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal

yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara yang benar. Oleh karena itu

pengambilan contoh tanah merupaka tahap penting di dalam program uji

tanah.(Harjdowigeno, 1987)

Pengambilan contoh tanah berupa contoh tanah terganggu dan agregat utuh.

Contoh tanah terganggu digunakan untuk analisis sebaran partikel tanah (tekstur

14
tanah) dan kandungan bahan organik tanah, sedangkan agregat utuh digunakan untuk

analisis kemantapan agregat tanah (Foth, 1986).

Contoh tanah biasa atau contoh tanah-tanah terganggu untuk penetapan-

penetapan kadar air, tekstur dan konsistensi. Pengangkutan contoh tanah terutama

untuk penetapan kerapatan, pH, dan permeabilitas harus hati-hati. Guncangan-

guncangan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindarkan.Dianjurkan untuk

menggunakan peti khusus yang besarnya disesuaikan dengan jumlah tabung. Waktu

penyimpanan perlu diperhatikan. Contoh tanah yang terlalu lama dalam ruangan yang

panas akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan dan aktivitas jasad mikro

(Hakim dkk, 1986).

Tanah dibagi menjadi beberapa jenis yang memiliki perbedaan antara jenis

tanah satu dengan tanah lainnya. Berikut adalah beberapa jenis – jenis tanah.

a. Entisol

Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian tanah

ini tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tetapi harus sudah

terjadi proses pembentukan tanah yang menghasilkan epipedon okhrik. Banyak tanah

Entisol yang digunakan untuk usaha pertanian misalnya di daerah endapan sungai

atau daerah rawa-rawa pantai. Padi sawah banyak ditanam di daerah-daerah Aluvial

ini (Hardjowigeno, 1993).

Di Indonesia, tanah Entisol banyak diusahakan untuk areal persawahan baik

sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah. Tanah ini mempunyai

konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan

15
hara tersediakan rendah. Potensi tanah yang berasal dari abu vulkanik ini kaya akan

hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan dipercepat bila terdapat cukup aktivitas

bahan organik sebagai penyedia asam-asam organik (Tan, 1986).

Entisol mempunyai kejenuhan basa yang bervariasi. pH dari asam, netral

sampai alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horison A maupun C, mempunyai

nisbah C/N < 20% dimana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan

organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur lebih

halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi

yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa

bahan organik kurang daripada tanah yang lebih halus (Munir, 1996).

Entisol dapat juga dibagi berdasarkan great groupnya, beberapa diantaranya

adalah Hydraquent, Tropaquent dan Fluvaquents. Ketiga great group ini merupakann

subordo Aquent yaitu Entisol yang mempunyai bahan sulfidik pada kedalaman ≤ 50

cm dari permukaan tanah mineral atau selalu jenuh air dan pada semua horizon

dibawah 25 cm terdapat hue dominan netral atau biru dari 10 Y dan warna-warna

yang berubah karena teroksidasi oleh udara. Jenuh air selama beberapa waktu setiap

tahun atau didrainase secara buatan (Hardjowigeno, 1993).

Hydraquent adalah great group dari ordo tanah Entisol dengan subordo

Aquent yang pada seluruh horison di antara kedalaman 20 cm dan 50 cm di bawah

permukaan tanah mineral, mempunyai nilai-n sebesar lebih dari 0,7 dan mengandung

liat sebesar 8 persen atau lebih pada fraksi tanah halus (Soil Survey Staff, 1998).

Tropaquent adalah great group dari ordo tanah Entisol dengan subordo Aquent.

16
Tanah ini dibedakan karena memiliki regim suhu tanah iso (perbedaan suhu musim

panas dan dingin kurang dari 50. Tanah ini terbentuk karena selalu basah atau basah

pada musim tertentu. Jika dilakukan perbaikan drainase akan berwarna kelabu

kebiruan (gley) atau banyak ditemukan karatan (Hardjowigeno, 1993). Fluvaquents

adalah great group dari ordo tanah Entisol dengan subordo Aquent yang mengandung

karbon organik berumur Holosen sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125

cm di bawah permukaan tanah mineral, atau memiliki penurunan kandungan karbon

organik secara tidak teratur dari kedalaman 25 cm sampai 125 cm atau mencapai

kontak densik, litik, atau paralitik apabila lebih dangkal (Soil Survey Staff, 1998).

b. Inceptisol

Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan

profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang, dan masih banyak

menyerupai sifat bahan induknya. Penggunaan Inceptisol untuk pertanian atau

nonpertanian adalah beraneka ragam. Daerah-daerah yang berlereng curam atau

hutan, rekreasi atau wildlife, yang berdrainase buruk hanya untuk tanaman pertanian

setelah drainase diperbaiki (Hardjowigeno, 1993).

Inceptisol yang banyak dijumpai pada tanah sawah memerlukan masukan

yang tinggi baik untuk masukan anorganik (pemupukan berimbang N, P, dan K)

maupun masukan organik (pencampuran sisa panen kedalam tanah saat pengolahan

tanah, pemberian pupuk kandang atau pupuk hijau) terutama bila tanah sawah

dipersiapkan untuk tanaman palawija setelah padi. Kisaran kadar C-Organik dan

17
kapasitas tukar kation (KTK) dalam inceptisol dapat terbentuk hampir di semua

tampat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub sampai tropika (Munir, 1996).

Inceptisol dapat dibedakan berdasarkan great groupnya. Salah satu great group

dari Inceptisol adalah Tropaquepts. Tropaquepts adalah great group dari ordo tanah

Inceptisol dengan subordo Aquept yang memiliki regim suhu tanah isomesik atau

lebih panas. Aquept merupakan tanah-tanah yang mempunyai rasio natrium dapat

tukar (ESP) sebesar 15 persen atau lebih (atau rasio adsorpsi natrium, (SAR) sebesar

13 persen atau lebih pada setengah atau lebih volume tanah di dalam 50 cm dari

permukaan tanah mineral, penurunan nilai ESP (atau SAR) mengikuti peningkatan

kedalaman yang berada di bawah 50 cm, dan air tanah di dalam 100 cm dari

permukaan tanah mineral selama sebagian waktu dalam setahun (Soil Survey Staff,

1998)

c. Andisol

Andisol adalah salah satu jenis tanah yang relatif subur, namun mempunyai

tingkat jerapan P yang tinggi. Hal ini dikarenakan adanya mineral amorf seperti

alofan, imogolit, ferihidrit dan oksida-oksida hidrat Al dan Fe dengan permukaan

spesifik yang luas (Tan, 1986). Tanah Andisol mempunyai unsur hara yang cukup

tinggi,sehingga tanah jenis ini baik untuk ditanami. Kebanyakan tanah Andisol

memiliki pH antara 5 - 7, dan memiliki kandungan C-organik berkisar antara 2-5%.

Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik seperti abu

vulkan, batu apung, silinder, lava dan sebagainya, dan atau bahan volkanik lastik,

yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral “Short-range order” (alofan, imogolit,

18
ferihidrit) atau kompleks Al-humus. Dalam keadaan lingkungan tertentu, pelapukan

alumino silikat primer dalam bahan induk non-vulkanik dapat menghasilkan mineral

“Short-range order”, sebagian tanah seperti ini yang termasuk dalam Andisol

(Saridevi et al, 2013).

Tanah yang terbentuk dari abu vulkanik ini umumnya ditemukan didaerah

dataran tinggi (>400 m di atas permukaan laut). Jenis tanah ini banyak ditemukan di

dataran sekiar gunung api. Di Indonesia tanah ini dapat ditemukan di Sumatera Utara,

Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Maluku (Darmawijaya, 1990).

Proses pembentukan tanah yang utama pada Andisol adalah pelapukan dan

transformasi (perubahan bentuk). Proses pemindahan bahan (translokasi) dan

penimbunan bahan-bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit. Akumulasi bahan

organik dan terjadinya kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada

beberapa Andisol (Hardjowigeno, 1993). Tanah andisol terbentuk di wilayah dataran

tinggi lebih dari 1000 mdpl yang memiliki curah hujan antara 2.500-7000 mm/tahun.

Produktivitas tanah ini sedang hingga tinggi. Penggunaannya terutama untuk tanaman

sayuran, kopi, buah-buahan, teh, kina dan pinus(Sri et al, 2007).

d. Ultisol

Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan

Indonesia (Subagyo, 2004). Sebaran terluas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha),

diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi

(4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha). Tanah ini dapat

19
dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung. Ultisol dapat

berkembang dari berbagai bahan induk, dari yang bersifat masam hingga basa.

Namun sebagian besar bahan induk tanah ini adalah batuan sedimen masam. Ultisol

dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga

mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah

(Sevindrajuta, 2013).

Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan

oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman

tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini

mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini

juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca,

Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap

erosi (Saridevi et al, 2013).

Proses pembentukan tanah Ultisol meliputi beberapa proses sebagai berikut :

1. Pencucian yang ekstensif terhadap basa-basaan. Pencucian berjalan sangat

lanjut hingga tanah bereaksi masam dan kejenuhan basa rendah sampai

lapisan bawah tanah (1,8 m dari permukaan).

2. Suhu yang cukup panas (lebih dari 8˚C) dan pencucian yang kuat dalam waktu

yang cukup lama. Akibatnya adalah terjadi pelapukan yang kuat terhadap

mineral mudah lapuk, dan terjadi pembentukan mineral liat sekunder dan

oksida-oksida. Mineral liat yang terbentuk biasanya didominasi oleh kaolinit,

dan gibsit.

20
3. Lessivage (pencucian liat). Menghasilkan horison albik dilapisan atas

(eluviasi), dan horison argilik dilapisan bawah (iluviasi). Sebagian liat di

horison argilik merupakan hasil pembentukan setempat (in situ) dari bahan

induk.Di daerah tropika horison E mempunyai tekstur lebih halus

mengandung bahan organik dan besi lebih tinggi daripada di daerah iklim

sedang. Bersamaan dengan proses lessivage tersebut terjadi pula proses

podsolisasi dimana sekuioksida (terutama besi) dipindahkan dari horison albik

ke horison argilik.

4. Biocycling. Meskipun terjadi pencucian intensif tetapi jumlah basa-basa di

permukaan tanah cukup tinggi dan menurun dengan kedalaman. Hal ini

disebabkan karena proses Biocycling basa-basa tersebut oleh vegetasi yang

ada di situ.

5. Pembentukan plinthite dan fragipan. Plinthite dan fragipan bukan sifat yang

menentukan tetapi sering ditemukan pada Ultisol. Biasanya ditemukan pada

subsoil di daerah tua. Plinthite terlihat sebagai karatan berwarna merah terang.

Karatan ini terbentuk karena proses reduksi dan oksidasi berganti-ganti.

Jikamuncul di permukaanakan menjadi keras irreversibie dan disebut laterit.

Fragipan terdapatpada ultisol drainase burukdanfragipan menghambat gerakan

air dalam tanah. Proses pembentukan fragipan masih belum jelas.

6. Perubahan horison umbrik menjadi mollik. Ultisol dengan epipedo numbrik

(umbraquult) dapat berubah menjadi epipedon mollik akibat pengapuran.

Walaupun demikian klasifikasi tanah tidak berubah selama lapisan-lapisan

21
yang lebih dalam mempunyai kejenuhan basa rendah. Hal ini disebabkan

untuk menunjukkan adanya pencucian yang intensif dan agar klasifikasi tanah

tidak berubah akibat pengelolaan tanah (Hardjowigeno, 1993).

Di Indonesia, Ultisol umumnya belum tertangani dengan baik. Dalam skala

besar, tanah ini telah dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit, karet dan hutan

tanaman industri, tetapi pada skala petani kendala ekonomi merupakan salah satu

penyebab tidak terkelolanya tanah ini dengan baik (Waluyaningsih, 2008).

e. Vertisol

Vertisol adalah tanah hitam yang suburdandapat terbentuk dari berbagai

macam bahan induk tanah, mineral liatnya didominasi oleh smektit, dan mempunyai

sifat yang retak-retak bila kering. Tanah Vertisol umumnya terbentuk dari bahan

sedimen yang mengandung mineral smektit dalam jumlah tinggi, di daerah datar,

cekungan hingga berombak (Suganda et al, 2002).

Pembentukan tanah Vertisol terjadi melalui dua proses utama, pertama adalah

proses terakumulasinya mineral 2:1(smektit) dan yang kedua adalah proses

mengembang dan mengkerut yang terjadi secara periodik sehingga membentuk

slickenside atau relief mikro gilgai. Dalam perkembangannya mineral 2:1 yang sangat

dominan dan memegang peran penting pada tanah ini. Komposisi mineral liat dari

Vertisol selalu didominasi oleh mineral 2:1, biasanya monmorilonit, dan dalam

jumlah sedikit sering dijumpai mineral liat lainnya seperti illit dan kaolinit. Tanah ini

sangat dipengaruhi oleh proses argillipedoturbation, yaitu proses pencampuran tanah

lapisan atas dan bawah yang diakibatkan oleh kondisi basah dan kering yang disertai

22
pembentukan rekahan-rekahan secara periodik (Fanning and Fanning, 1989). Proses-

proses tersebut menciptakan struktur tanah dan pola rekahan yang sangat spesifik.

Ketika basah, tanah menjadi sangat lekat dan plastis serta kedap air, tapi ketika

kering, tanah menjadi sangat keras dan masif atau membentuk pola prisma

yangterpisahkan oleh rekahan (Subagjo et al, 2004).

Secara kimiawi vertisol tergolong tanah yang relatif kaya akan hara karena

mempunyai cadangan sumberhara yang tinggi, dengan kapasitas tukar kation tinggi

dan pH netral hingga alkali. Di Indonesia,penyebaran vertisol mencapai sekitar 2.1

juta hektar dan tersebar di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Lombok, Sumbawa,

Sumba dan Timor. Umumnya tanah vertisol baik untuk ditanami tebu, kapas,

tembakau, jagung, dan kedelai (Subagjo et al, 2004).

Tanah disaring menggunakan saringan ukuran 0,5 mm ; 1 mm ; 2 mm karena

untuk memudahkan dalam mengklasifikan ukuran tanah. Selain itu juga untuk dapat

mendapatkan hasil yang lebih akurat. Contoh tanah yang tertampung di atas saringan

1 mm adalah contoh tanah yang berdiameter 2 mm, sedang yang lolos saringan 0,5

mm adalah contoh tanah halus (<0,5 mm).

Pengambilan contoh tanah merupakan tahap awal yang sangat penting dalam

uji tanah, karena dengan pengambilan contoh tanah yang benar akan menjamin

bahwa tanah yang dianalisis di laboratorium benar-benar mewakili areal yang akan

dimintakan rekomendasi pemupukannya. Sebaliknya, jika pengambilannya salah,

hasil analisis maupun rekomendasi yang diberikan akan menyimpang dari yang

23
seharusnya akibat tidak terwakilinya contoh tanah yang dianalisis. Contoh tanah

dapat diambil setiap saat, namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah

pemupukan (Liptan, 2001).

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program

uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur

kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk

penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun,

hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal

yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara yang benar. Oleh karena itu

pengambilan contoh tanah merupakan tahap penting di dalam program uji tanah

(Harjdowigeno, 1993).

Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil

analisa di laboratorium. Metode atau pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai

dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan persyaratan yang perlu

diperhatikan (Hanafiah, 2004).

24
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa penyiapan contoh tanah dalam

pengambilannya dibagi menjadi 3, yaitu contoh tanah utuh, contoh tanah tidak

utuh/terganggu, dan contoh dengan agregat utuh. Dari hasil penyiapan contoh tanah

tersebut digunakan dalam penetapan kadar air, derajat kerut dan pengenalan tanah

dengan indera.

B. Saran

Dalam melakukan praktikum sebaiknya praktikan melakukan penyiapan

contoh tanah secara langsung agar pemahaman lebih mendalam. Selain itu, praktikan

sebaiknya melakukan praktikum dengan serius dan kondusif agar mendapatkan hasil

yang akurat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, M. I. 1990. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University Press,

Yogyakarta

Hakim, N, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar

Lampung.

Hanafiah, Kemas. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hardjowigeno, Sarwono H. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademik Pressindo.

Hardjowigeno, Sarwono. 1989. Ilmu Tanah. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.

Hardjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta :

Akademika Pressindo.

Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

Munir, M.S. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan

Pemanfatannya. PT Dunia Pustaka Jaya. Jakarta.

Pairunan, A.K. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Ujung Pandang : BKPT INTIM.

Poerwowidodo. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar : Perguruan Tinggi Negeri

IndonesiaTimur

26
Saridevi, G.A.A.R, I Wayan D Atmaja, I Made Mega. 2013. Perbedaan Sifat Biologi

Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah Andisol, Inceptisol,

dan Vertisol. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol.2 No.4: 215-217.

Sevindrajuta. 2013. Efek Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang Sapi

Terhadap Sifat Kimia Inceptisol dan Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut.

Jurnal Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Hlm 3-4.

Soil Survey Staff. 2010. Karakteristik dan Permasalahan Tanah Marginal dari Batuan

Sedimen Masam di Kalimantan. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 29 No.4: 144-

145.

Sri, Turnamaya et al. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Gajah Mada Press.

Yogyakarta.

Subagyo, H., N. Suharta, dan A.B. Siswanto. 2004. Tanah-Tanah Pertanian di

Indonesia. Dalam A. Adimihardja, L.I. Amien, F. Agus, D. Djaenudin (Ed.).

Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Jurnal Ilmu Pertanian dan

Perikanan. Vol.4 No.2: 21-26.

Suganda, Husain, Achmad Rachman dan S. Sotono. 2006. Petunjuk Pengambilan

Contoh Tanah. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar

Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Departemen Pertanian.

27
Suganda, Husein. Rachman, Achmad .dan Sutono.2002. Petunjuk Pengambilan

Contoh Tanah. Jurnal ilmiah ilmu tanah. Vol 2: hal 3-10.

Suganda, Husein. Rachman, Achmad .dan Sutono.2002. Petunjuk Pengambilan

Contoh Tanah. Jurnal ilmiah ilmu tanah. Vol 2: hal 3-10.

Tan, Subharja. 1986. Ilmu Tanah dan Klasifikasi Dasar. PT Hardika Medika.

Bandung.

Waluyaningsih, S.R. 2008. Studi Analis Kualitas Tanah Pada Beberapa Penggunaan

Lahan dan Hubungannya dengan Tingkat Erosi di Sub DAS Keduang,

Wonogiri. Tesis. Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret.

28
LAMPIRAN

1. Contoh tanah vertisol

2. Contoh tanah inceptisol

3. Contoh tanah ultisol

29
3. Contoh tanah andisol

30

Anda mungkin juga menyukai