PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan
yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah
yang berupa padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi
kesetimbangan, selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas
permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari.
Bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media yang baik
bagi pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman
seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun dengan
konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah sangat
penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh yang ideal bagi
tanaman.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Pengambilan contoh tanah untuk
penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik
tanah pada satu titik pengamatan, misalnya pada lokasi kebun percobaan atau
penetapan sifat fisik tanah yang menggambarkan suatu hamparan berdasarkan
poligon atau jenis tanah tertentu dalam suatu peta tanah.
Makhluk hidup sangat bergantung pada tanah. Tanah sudah digunakan
orang sejak dahulu karena semua makhluk hidup di permukaan bumi mengenal
(2009)
menyatakan
pengambilan
contoh
tanah
dengan sistem Grid yaitu berjarak sama pada kedua arah. Cara ini
merupakan cara yang paling mudah dan praktis terutama bagi tenaga
yang kurang terampil.
di
laboratorium
sangat
banyak
keuntungannya
diperoleh
dan
dan
jumlah
pengamatan
dari
suatu
pengukuran.
menjawab
pertanyaan
khusus
dalam
suatu
percobaan.
mempengaruhi
dapat
diregionalisasi
dengan
asumsi
bahwa
tempat
yang berdekatan cenderung mirip atau mempunyai nilai yang tidak berb
eda jauh,yang kemudian didelineasi menjadi satu poligon. Namun
demikian, tingkat kemiripan tersebut sangat tergantung pada skala
pengamatan, misalnya negara, km, atau hanya beberapa mm saja.
Pengaruh luar terhadap sifat-sifatfisik tanah seperti pengolahan tanah
dan jenis penggunaan lahan dapatdiuraikan menurut ruang dan waktu.
Pengolahan tanah, drainase, penutupan tajuk tanaman, dan bahan
pembenah tanah dapat secara nyata mempengaruhi variasi hasil
pengukuran baik menurut ruang maupun waktu.
4. Contoh tanah pewakil
Salah satu hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian
dalam pengambilan contoh tanah adalah ukuran dan jumlah contoh agar
diperoleh tingkat keterwakilan yang memadai berdasarkan heterogenitas
tanah. Salah satu sifat fisik tanah yang heterogenitasnya tinggi adalah
porositas tanah. Porositas tanah dapat berbeda dalam jarak, hanya
beberapa sentimeter bahkan milimeter. Jika nilai porositas tanah
ditetapkan berdasarkan volume contoh tanah yang kecil atau tidak
memadai, maka sangat besar kemungkinannya nilai porositas yang
ditetapkan terlalu kecil atau terlalu besar dari yang sebenarnya. Hal
aliran
permukaan,
dan
lain-lain.
Volume
dan jumlah contoh tanah yang terlalu besarpun tidak diinginkan karena a
kan menyulitkan dalam menanganinya yang akan mempengaruhi
kualitas data. Volume dan jumlah contoh tanah yang sedikit adalah yang
baik, namun hasilanalisisnya mendekati kondisi sifat tanah sebenarnya,
yang ditunjukkan oleh perbedaan yang kecil antara hasil pengukuran
satu dan lainnya (Peck, 1980). Jumlah contoh tanah yang perlu diambil
sebagai pewakil tergantung pada sifat-sifat fisik tanah yang akan
ditetapkan, berikut luasannya secara spasial dan metode penetapan serta
tingkat ketelitiannya.
Menurut Edy Harseno (2008), tanah berbutir halus adalah salah satu
jenis tanah yang mudah dilalui air. Tanah berbutir halus adalah tanah yang
sebagian besar butirannya berupa lanau dan lempung.
Menurut Agus (2009), contoh tanah adalah suatu volume massa tanah
yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan
sifat-sifat yang akan diteliti. Sifat-sifat fisika tanah dapat dianalisis melalui dua
aspek, yaitu disperse dan fraksinasi. Untuk mencari atau mengetahui sifat-sifat
fisik tanah dapat menggunakan pengambilan contoh tanah dengan 3 cara yaitu :
sampel dipilih.
Titik pengambilan contoh terpilih.
Membuat susunan pencatatan data dan pekerjaan lapangan.
Metode analisis statistik.
Dugaan biaya operasional dan ketepatan hasil.
10
telah diambil dari lapang dan sudah dikeringkan selama kurang lebih satu
minggu.
B. Prosedur Kerja
1. Contoh tanah yang sudah dikeringanginkan ditumbuk dalam mortar
secara hati-hati.
2. Tanah yang sudah ditumbuk kemudian diayak dengan saringan 2 mm,
1 mm, dan 0,5 mm secara berurutan.
3. Tanah yang tertampung di atas saringan 1 m adalah contoh tanah
berdiameter 2 mm dan tanah yang tertampung pada saringan 0,5 mm
adalah tanah berdiameter < 0,5 mm (contoh tanah halus).
4. Contoh tanah dimasukkan ke dalam plastik dan diberi label.
VI. PEMBAHASAN
11
1. Contoh tanah
untuk
penetapan
kemantapan
agregat,
pontesi
12
13
14
dengan kantong
telah tercatat tidak hilang karena terganggu oleh kelembapan air tanah.
Pengangkutan semua contoh tanah hendaknya berpegang kepada prinsip dasar,
15
bahwa contoh tanah tidak boleh tercampur satu sama lain dan tidak mengalami
perubahan apapun selama dalam perjalanan.
Pengambilan contoh tanah agregat utuh dengan cara bongkahan tanah
dimasukkan ke dalam boks yang terbuat dari kotak seng, kotak kayu atau
kantong plastik tebal. Dalam mengangkut contoh tanah yang dimasukkan ke dal
am kantong plastik harus hati-hati, agar bongkahan tanah tidak hancur di
perjalanan, dengan cara dimasukkan ke dalam peti kayu atau kardus yang
kokoh. Untuk analisis IKA dibutuhkan 2 kg contoh tanah.
untuk
setiap
kedalaman
adalah
dengan
menggunakan ring
16
ring tegak lurus dengan permukaan tanah, kemudian di pukulkan hingga ring
masuk seluruhnya dan sejajar dengan permukaan tanah. Ring di ambil dengan
mencingkil tanah di bagian luar ring secara berhati-hati agar tanah yang ada di
dalam ring tidak keluar ataupun turun. Kemudian ratakan tanah yang melewati
mulut ring hingga sebatas mulut ring tersebut. Masukkan tanah kedalam plastic
dengan melepaskan-nya dari ring. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak
mugkin agar lebih mewakili luasan yang ingin di ketahui NPKnya.
Tanah yang telah di ambil dari beberapa titik tersebut diletakkan di
dalam wadah untuk dihomogenkan. Setelah tanah tersebut homogen maka
ambil sebagian dari sample tersebut untuk dijadikan sample. Setelah sample
diambil maka tanah disaring hingga memiliki ukuran diameter maksimum 2
mm. Kering angin-kan tanah tanpa terpaan sinar langsung hingga kering atau
kadar airnya rendah. Tujuannya adalah agar tidak terjadi terlalu banyak
penguapan sehingga mempegaruhi hasil analisis. Kemudian homogenkan lagi
tanah tersebut dan ambil sampel tanah tersebut secukupnya untuk di bawa ke
laboratorium.
Analisis
NPK
siap
dilakukan
denga
lebih
dahulu
17
diambil lebih mewakili kadar bahan organik yang ada dilapangan. Setelah
pengambilan dilakukan maka sampel tersebut harus dihomogenkan dan diambil
sebagian sebagai sampel. Setelah itu dilakukan penyaringan hingga ukuran
diameter 2 mm. Pengering angin-an juga harus dilakukan untuk mengurangi
kadar air. Hal tersebut dilakukan tanpa sorotan langsung sinar matahari, agar
penguapa yang terjadi dapat di tekan sekecil mungkin. Setelah itu dilakukan
pencampuran sampel agar lebih homogen. Sampel tersebut diambil secukupnya
untuk di analisi di laboratorium.
3. BV
Sampel tanah yang digunakan untuk analisis BV adalahsampel tanah
terusik. Pengambilan contoh tanah untuk meng-analisis BV dilakukan dengan
ring sampel. Ring yang digunakan harus memiliki volume yang dapat
diketahui. Ring tersebut di letakkan tegak lurus di atas tanah. Ring kemudian
dipukul agar masuk kedalam tanah hingga sebatas mulut ring bagian atas.
Cungkil tanah di bagian luar ring untuk mengeluarkan ring dari tanah. Potong
tanah yang melebihi mulut ring hingga rata dengan mulut ring. Kemudian tanah
tersebut di masukkan kedalam wadah (plastic). Lakukan hal yang sama hingga
beberapa kali sebagai ulangan. Kemudia seluruh tanah tersebut di bawa
seluruhnya kelaboratorium untuk di keringkan hingga kadar lengasnya 0 %.
Kemudian timbang berat bersih tanah terbut. Hasil penimbangan yang telah
18
dilakukan dibagi dengan juah ulangan yang dilakukan dan kemudian dibagi
dengan volume ring yang digunakan untuk mengambil sampel.
4. Stabilitas Agregat
Sample tanah yang digunakan untuk menganalisis stabilitas agragat
adalah sample tanah tidak terusik. Pengmbilan sampel tanah untuk
menganalisis stabilitas agregat hampir sama dengan pengmbilan sample tanah
untuk analisis BV. Namun yang berbeda adalah, tanah yang diambil harus tetap
berada di dalam ring untuk menghindari kerusakan ketika mobilisasi sample
hingga kelaboratorium. Ring berisis tanah diminimalisasi dari gerakan yang
akan merusak sampel tanah terbut. Hal terbut dilakukan dengan cara
membungkus sampel secara rapi tanpa celah agar ring berisi tanah tidak
bergerak-gerak di dalam plastic pembingkusnya. Pengeluaran sampel dari ring
harus dilakukan secara hati-hati agar tik merusak agragat yang secara alami
telah terbentuk di alam (lapangan).
5. Biologi (Respirasi Mikrobia)
Sampel tanah untuk analisis sifat biologi seperti respirasi mikrobia
adala sample tanah terusik. Tanah yang umumnya diambil untuk menganalisis
sifat biologi seperti respirasi adalah tanah yang berada di sekitar akar. Tanah
yang ada di sekitar akar dapat di ambil dengan ring, kor, atau mencabut
tanaman kemudia tanah yang yang terjatuh dari akar dan menempel di akar di
ambil dan dimasukkan kedalam plastic. Tanah yang sudah dimasukkan
19
20
B. Saran
Pada saat praktikum ini sebaiknya praktikan dapat melakukan praktikum
sendiri sehingga praktikan dapat mengetahui cara pengambilan contoh tanah
yang sesuai dengan pengaplikasian di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
1979. Konservasi
Tanah.
Bogor:
Jurusan
Tanah.
Fakultas
Pertanian.IPB
Domburg, P., J. J. de Gruitjer, and P. van Beek. 1994. A Structured Approach to
Designing Soil Survey Schemes with Prediction of Sampling Error from
Variograms. Geoderma 62: 151-164.
Firnawati, Fira. 2012. Studi Pemanfaatan Rakit Bambu Sebagai Lapis Pondasi
pada Media Tanah Lempung. Jurnal Tugas Akhir. Vol X No.2: 1-11.
Hakim, N. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akamedia Pressindo. Jakarta.
21
Herseno, Edy dan Edi Daryanto. 2008. Tinjauan Tinggi Tekanan Air di Bawah
Marbun, Posma dkk. 2014. Klasifikasi Inseptisol pada ketinggian Tempat yang
Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Hasundutan. Jurnal
Agroteknologi Vol. 2 No. 4 Hlm 1451-1458.
Peck, A. J. 1980. Field Variability of Soil Physical Properties. P. 189-221.
In:Advances in Irrigation No.2 Academic Press, New York.
Prasetya, B.H dan Suriadikarta D.A. 2006. Karakteristik, Potensi, dan
Teknologi Pengololaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertenian
Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006: 3947.
Prasetya, B.H. 2007. Perbedaan Sifat-Sifat Tanah Vertisol dari Berbagai Lahan
Induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Vol.9 No.1 Hlm 20-31.
Saridevi, Gusti Agung Ayu Ratih dkk. 2013. Perbedaan Sifat Biologi Tanah
pada Beberapa Penggunaan Lahan Andisol, Inseptisol, dan Vertisol.
Jurnal Agroteknologi Tropik Vol. 2 No. 4 Hlm 214-224.
Soegiman. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
22