Anda di halaman 1dari 22

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan
yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah
yang berupa padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi
kesetimbangan, selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas
permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari.
Bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media yang baik
bagi pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman
seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun dengan
konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah sangat
penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh yang ideal bagi
tanaman.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Pengambilan contoh tanah untuk
penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik
tanah pada satu titik pengamatan, misalnya pada lokasi kebun percobaan atau
penetapan sifat fisik tanah yang menggambarkan suatu hamparan berdasarkan
poligon atau jenis tanah tertentu dalam suatu peta tanah.
Makhluk hidup sangat bergantung pada tanah. Tanah sudah digunakan
orang sejak dahulu karena semua makhluk hidup di permukaan bumi mengenal

wujud tanah. Tanah besar sekali manfaatnya bagi pertumbuhan dan


perkembangan serta kehidupan di dunia, termasuk kehidupan manusia, hewan
dan tumbuhan serta berbagai kehidupan yang menunjang kehidupan manusia.
Namun, kerap kali manusia melupakan akan pentingnya tanah bagi
kelangsungan hidup manusia. Kurangnya perhatian manusia pada tanah ini,
mungkin disebabkan karena pengertian dan pandangan manusia yang berlainan
tentang hasil utama alam ini. Maka agar kita lebih dapat mempelajari tanah, kita
harus mempunyai pengertian yang sama tentang tanah.
Tanah dapat digunakan untuk medium tumbuh tanaman yang mampu
menghasilkan berbagai macam makanan dan keperluan lainnya. Berbagai
macam tanah serta tujuan penggunaannya itu perlu dilakukan suatu
pembelajaran lebih lanjut mengenai tanah agar kita benar-benar memahami
tanah itu sendiri serta manfaat dari masing-masing jenis tanah.
B. Tujuan
1. Menyiapkan contoh tanah kering angin/ udara berdiameter 2 mm.
2. Menyiapkan contoh tanah halus berdiameter 0,5 mm.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan


yang relatif lepas (loose) yang terletak di atas batuan dasar (bedrock). Proses
pelapukan batuan atau proses geologi lainnya yang terjadi di permukaan bumi

membentuk tanah. Klasifikasi tanah adalah pemilihan tanah-tanah kedalam


kelompok atau subkelompok yang menunjukkan sifar atau kelakuan yang sama
(Firnawati, 2012).
Menurut Agus

(2009)

menyatakan

pengambilan

contoh

tanah

dimaksudkan untuk memperoleh data karakteristik tanah yang tidak dapat


diperoleh langsung dari pengamatan lapangan. Lokasi pengambilan contoh
tanah harus dipilih sedemikian rupa sehingga dapat mewakili areal yang diambil
contoh tanahnya. Berdasarkan cara pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah,
dihasilkan beberapa macam contoh tanah, antara lain:
a. Contoh terduga (Judgement Sample)
Satu atau lebih contoh tanah yang diambil dipilih berdasarkan
satuan pemetaan yang ditemui pada areal survei. Lokasi pengambilan co
ntoh tanah ditentukan secara subyektif sehingga agak bias. Tingkat
kepercayaan data yang diperoleh bisa tinggi bisa rendah tergantung dari
tingkat pengalaman (keahlian) pengambil contoh.

b. Contoh acak (Random Sample)


Contoh tanah diambil sedemikian rupa sehingga setiap tanah di
dalam daerah survei mempunyai kesempatan yang sama. Pemilihan
lokasi dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan random. Satu

pasangan angka random yang diperlukan untuk pemilihan lokasi contoh


berdasarkan atas sistem koordinat.
c. Contoh acak bertingkat (S t r a t i f i e d R a n d o m S a m p l e )
Pengelompokkan populasi dari yang heterogen ke strata
homogen adalah suatu cara yang paling efektif untuk dapat
meningkatkan akurasi pengambilan contoh. Hal ini berarti dapat
meningkatkan akurasi atau mengurangi jumlah contoh tanah yang
diperlukan apabila kita dapat mengelompokkan areal survei ke dalam
areal yang seragam. Pemilihan lokasi pada masing-masing satuan
pemetaan ditentukan dengan bilangan random.
d.

Contoh sistematik (Systematic Sample)


Lokasi pengambilan contoh tanah dengan cara ini ditentukan

dengan sistem Grid yaitu berjarak sama pada kedua arah. Cara ini
merupakan cara yang paling mudah dan praktis terutama bagi tenaga
yang kurang terampil.

Penetapan sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium memerlukan tiga


macam contoh tanah yaitu (Posma, 2014) :
a. Contoh Tanah Utuh (Undisturbed Soil Sample) untuk penetapan
bobot isi (bulk density), susunan pori tanah, pF, dan permeabilitas
tanah.

b. Contoh Tanah Agregat Utuh (Undisturbed Soil Agregat) untuk


penetapan stabilitas agregat.
c. Contoh Tanah Biasa ( Disturbed Soil Sample), untuk penetapan
kandungan air, tekstur angka Atterberg, dan sifat-sifat kimia.
Beberapa hal prinsip yang harus diperhatikan dalam pengambilan
contoh tanah untuk penetapan sifat fisik tanah adalah sebagai berikut
(Arsyad,1979) :
1. Penetapan di laboratorium dibandingkan metode lapangan
Penetapan

di

laboratorium

sangat

banyak

keuntungannya

dibandingkan dengan pengukuran di lapangan. Di laboratorium, semua


fasilitas pendukung seperti, listrik, gas, dan air tersedia, serta suhu
mudah dikontrol. Perlengkapan baku, seperti timbangan, dan oven lebih
siap dari pada di lapangan. Perlengkapan yang mahal dan canggih sering
tidak digunakan dilapangan, karena pertimbangan cuaca, pencurian dan
vandalisme, serta kerusakan alat akibat goncangan ketika diangkut.
Selain itu, penetapan dilaboratorium dapat menghemat waktu bekerja,
contoh tanah dikumpulkandari banyak lokasi yang berbeda, dan
ditetapkan secara berurutan, tidak semua sifat tanah dapat ditetapkan di
laboratorium. Di dalam suatu penelitian neraca air misalnya, kadar air
dan potensi air tanah lebih baik dilakukan di lapangan karena intensitas
pengamatan yang l tinggi.
2. Kesalahan, keragaman, dan ketepatan

Para peneliti dihadapkan dengan data yang diperoleh dari hasil


penelitiannya, terjadi penyimpangan atau seberapa besar ketepatan
analisisnya

dan bagaimana keragaman datanya. Data

diperoleh

dan

seberapa besar tingkat keyakinan terhadap nilai data yang diperoleh.


Aspek tingkat kepercayaan tidak terlepas dari prinsip dan metode
statistik. Tujuan dari penyajian bab ini adalah untuk menerangkan
prinsip dasar statistik yang ada relevansinya dengan kesalahan dalam
pengamatan,

dan

jumlah

pengamatan

dari

suatu

pengukuran.

Pengukuran adalah kuantifikasi dari sesuatu yang dinilai, yang langsung


dapat

menjawab

pertanyaan

khusus

dalam

suatu

percobaan.

Implikasinya adalah kuantifikasi pada urutan-urutan kegiatan akan


menghasilkan resultan hasil pengukuran.

3. Keragaman tanah di lapangan


Sifat-sifat tanah bervariasi menurut tempat dan waktu, yang dapat
disebabkan oleh hasil akhir dari proses yang terjadi secara internal atau
alami dan pengaruh dari luar, misalnya intervensi manusia. Proses yang
sifatnya

internal berkaitan dengan faktor-

faktor geologi, hidrologi, dan biologi yang dapat

mempengaruhi

pembentukan tanah. Variabilitas sifat-sifat fisik tanah akibat dari proses


alami

dapat

diregionalisasi

dengan

asumsi

bahwa

tempat

yang berdekatan cenderung mirip atau mempunyai nilai yang tidak berb
eda jauh,yang kemudian didelineasi menjadi satu poligon. Namun
demikian, tingkat kemiripan tersebut sangat tergantung pada skala
pengamatan, misalnya negara, km, atau hanya beberapa mm saja.
Pengaruh luar terhadap sifat-sifatfisik tanah seperti pengolahan tanah
dan jenis penggunaan lahan dapatdiuraikan menurut ruang dan waktu.
Pengolahan tanah, drainase, penutupan tajuk tanaman, dan bahan
pembenah tanah dapat secara nyata mempengaruhi variasi hasil
pengukuran baik menurut ruang maupun waktu.
4. Contoh tanah pewakil
Salah satu hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian
dalam pengambilan contoh tanah adalah ukuran dan jumlah contoh agar
diperoleh tingkat keterwakilan yang memadai berdasarkan heterogenitas
tanah. Salah satu sifat fisik tanah yang heterogenitasnya tinggi adalah
porositas tanah. Porositas tanah dapat berbeda dalam jarak, hanya
beberapa sentimeter bahkan milimeter. Jika nilai porositas tanah
ditetapkan berdasarkan volume contoh tanah yang kecil atau tidak
memadai, maka sangat besar kemungkinannya nilai porositas yang
ditetapkan terlalu kecil atau terlalu besar dari yang sebenarnya. Hal

tersebut akan menyebabkan kesalahan dalam menginterpretasi berbagai


aspek tanah yang berkaitan dengan pori tanah seperti perkolasi,
pencucian,

aliran

permukaan,

dan

lain-lain.

Volume

dan jumlah contoh tanah yang terlalu besarpun tidak diinginkan karena a
kan menyulitkan dalam menanganinya yang akan mempengaruhi
kualitas data. Volume dan jumlah contoh tanah yang sedikit adalah yang
baik, namun hasilanalisisnya mendekati kondisi sifat tanah sebenarnya,
yang ditunjukkan oleh perbedaan yang kecil antara hasil pengukuran
satu dan lainnya (Peck, 1980). Jumlah contoh tanah yang perlu diambil
sebagai pewakil tergantung pada sifat-sifat fisik tanah yang akan
ditetapkan, berikut luasannya secara spasial dan metode penetapan serta
tingkat ketelitiannya.
Menurut Edy Harseno (2008), tanah berbutir halus adalah salah satu
jenis tanah yang mudah dilalui air. Tanah berbutir halus adalah tanah yang
sebagian besar butirannya berupa lanau dan lempung.
Menurut Agus (2009), contoh tanah adalah suatu volume massa tanah
yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan
sifat-sifat yang akan diteliti. Sifat-sifat fisika tanah dapat dianalisis melalui dua
aspek, yaitu disperse dan fraksinasi. Untuk mencari atau mengetahui sifat-sifat
fisik tanah dapat menggunakan pengambilan contoh tanah dengan 3 cara yaitu :

pengambilan dalam keadaan agregat tidak terusik, pengambilan tanah tidak


terusik, dan pengambilan tanah terusik.
Ada dua belas ordo tanah menurut Soil Taxonomy yaitu entisol, andisol,
inseptisol, vertisol, ultisol, oxisol, alfisol, mollisol, spodosol, histosol, aridisol,
dan gleisol. Tanah-tanah tersebut dibedakan ke dalam dua belas ordo
berdasarkan perbedaan sifat-sifat yang dimilki yang disebabkan oleh kerjanya
faktor-faktor pembentuk tanah (Saridevi, 2013).
Fraksinasi adalah penganalisisan sifat-sifat fisika tanah dengan cara
memisahkan butir-butir primer tersebut. Untuk mencari dan atau mengetahui
sifat fisik tanah dapat menggunakan pengambilan contoh tanah dengan
pengambilan tanah tidak terusik, terusik, dan agregat tidak terusik (Soegiman,
1982).
Dalam hal perencanaan pengambilan contoh tanah perlu diperhatikan
hal-hal berikut (Domburg et al, 1994):
1. Tujuan pengambilan misalnya, sasaran wilayah, sasaran waktu,
sasaran peubah, sasaran parameter.
2. Kendala-kendala: finansial, logistik, dan operasional.
3. Cara pengambilan misalnya, bentuk contoh dan tujuan pengambilan
contoh.
4. Cara-cara penetapan dengan pengukuran lapangan dan atau analisis
laboratorium.

5. Rancangan pengambilan ukuran sampel dan bagaimana lokasi


6.
7.
8.
9.

sampel dipilih.
Titik pengambilan contoh terpilih.
Membuat susunan pencatatan data dan pekerjaan lapangan.
Metode analisis statistik.
Dugaan biaya operasional dan ketepatan hasil.

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum penyiapan contoh tanah adalah
motir dan penumpuknya, saringan (2 mm, 1 mm, 0,5 mm), tambir, kantong
plastik dan spidol. Bahan yang digunakan adalah contoh tanah terganggu yang

10

telah diambil dari lapang dan sudah dikeringkan selama kurang lebih satu
minggu.
B. Prosedur Kerja
1. Contoh tanah yang sudah dikeringanginkan ditumbuk dalam mortar
secara hati-hati.
2. Tanah yang sudah ditumbuk kemudian diayak dengan saringan 2 mm,
1 mm, dan 0,5 mm secara berurutan.
3. Tanah yang tertampung di atas saringan 1 m adalah contoh tanah
berdiameter 2 mm dan tanah yang tertampung pada saringan 0,5 mm
adalah tanah berdiameter < 0,5 mm (contoh tanah halus).
4. Contoh tanah dimasukkan ke dalam plastik dan diberi label.

VI. PEMBAHASAN

Pengambilan contoh tanah juga sangat berpengaruh terhadap tingkat


kebenaran hasil analisis sifat fisik dan sifat kimia tanah. Fraksinasi adalah
penganalisisan sifat-sifat fisika tanah dengan cara memisahkan butir-butir
primer tanah tersebut. Untuk mencari dan atau mengetahui sifat fisik tanah, kita
dapat menggunakan pengambilan contoh tanah dengan tiga cara, yaitu
(Sarwono, 2010) :

11

1. Contoh tanah

utuh (undisturbed soil sampel), digunakan untuk

penetapan berat jenis tanah, berat jenis partikel, porositas tanah,


kurva pf, dan permeabilitas tanah.
2. Contoh tanah tidak utuh ( disturbed soil sampel), digunakan untuk
penetapan kadar air tanah, tekstur tanah, konsistensi, warna, dan
analisis kimia tanah.
3. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregate),
digunakan

untuk

penetapan

kemantapan

agregat,

pontesi

mengembang dan mengkerut yang dinyatakan dengan nilai COLE


(coofficient of linear extencibility).
Contoh Tanah Utuh adalah contoh analisis tanah dilakukan terhadap
contoh tanah yang diambil di Iapangan dengan metode tertentu sesuai tujuan
yang diharapkan. Analisa tanah dilaboratorium dilakukan terhadap variabelvariabel kimia dan fisik tanah : pH, kapasitas tukar kation, Nitrogen, kalium,
fosfor, kalsium, magnesium (hara makro), hara mikro (Fe, Cu, Zn, B, l\/lo, dll),
bahan organik, tekstur tanah dan sebagainya (Anonim. 2009). Pengambilan
contoh untuk analisis laboratorium, sesungguhnya tidak semudah yang
dibayangkan orang, karena pemahaman ekstrim bahwa setiap jengkal tanah
memiliki sifat yang berbeda. Dengan demikian contoh tanah yang diambil di
Iapangan haruslah representatif artinya contoh tanah tersebut harus dapat
mewakili suatu areal atau luasan tertentu. Contoh yang tidak representatif selalu
berakibat merugikan apakah petani ataupun masyarakat Iuas. Dengan demikian

12

pengambilan contoh tanah harus mempertimbangkan sifat-sifat tanah dan faktor


faktor pembentukannya. Banyak faktor yang mempengaruhl proses
pembentukan tanah tetapi hanya ada 5 faktor yang dianggap paling penting
(Buol et.al.,1980) yaitu (1) Iklim, (2) Organisme, (3) Bahan lnduk, (4)
Topografi , dan (5) Waktu. Dalam proses pembentukan tanah pengaruh kelima
faktor tersebut bersifat simultan, bukan parsial. Walaupun kenyataan di
lapangan ditemukan ada salah faktor yang lebih dominan pengaruhnya
dibandingkan dengan faktor pembentukan tanah lainnya. Pengambilan contoh
tanah merupakan tahap awal dan terpenting dalam program uji tanah di
laboratorium. Analisis contoh tanah bertujuan untuk (1) menentukan sifat fisik
dan kimia tanah (status unsur hara tanah), (2) mengetahui lebih dini adanya
unsur-unsur beracun di dalam tanah, (3) sebagai dasar penetapan dosis pupuk,
dan kapur sehingga lebih efektif, efisien, dan rasional (4) memperoleh data base
untuk program perencanaan dan pengelolaan tanah-tanaman. Contoh tanah utuh
untuk penetapan-penetapan kerapatan llmbak, susunan pori tanah, pH dan
permeabilitas. Contoh tanah dengan agregat utuh untuk penetapan kemantapan
agregat dan nilai Cole (Hakim, 1986).
Contoh Tanah Tidak Utuh adalah contoh tanah biasa atau contoh tanah
terganggu untuk penetapan-penetapan kadar air, tekstur dan konsistensi.
Pengangkutan contoh tanah terutama untuk penetapan kerapatan Iimbak, pH
dan permeabllitas harus hati-hati. Guncangan-guncangan yang dapat merusak

13

struktur tanah harus dihindarkan. Dianjurkan untuk menggunakan peti khusus


yang besarnya disesuaikan dengan ukuran dan jumlah tabung. Waktu
penyimpanan perlu dlperhatikan. Contoh tanah yang terlalu lama dalam ruang
yang panas akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan dan aktivitas
jasad mikro. Sebaliknya contoh tanah disimpan dalam ruangan yang Iembab
(kelembaban relatif kurang lebih 90 % dan suhu kurang lebih 18 % dengan
variasi cukup kecil (Hakim, 1986).

Prosedur pengambilan contoh tanah utuh antara lain:


1. Permukaan tanah diratakan dan dibersihkan dari rumput atau serasah.
2. Tanah digali sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) di sekitar calon tabung/
ring tembaga diletakkan, kemudian ratakan tanah dengan pisau.
3. Tabung/ ring diletakan di atas permukaan tanah secara tegak lurus
dengan permukaan tanah, kemudian dengan menggunakan balok kecil yang
diletakkan di atas permukaan tabung, tabung ditekan sampai tiga
perempat bagian masuk ke dalam tanah.
4. Tabung/ ring lain diletakan di atas tabung pertama, dan tekan sampai 1 cm
masuk ke dalam tanah.
5. Tabung/ ring bagian atas dipisahkan dari tabung bagian bawah.

14

6. Tabung/ ring digali menggunakan sekop. Dalam menggali, ujung sekop


harus lebih dalam dari ujung tabung agar tanah di bawah tabung ikut
terangkat.
7. Kelebihan tanah bagian atas diiris terlebih dahulu dengan hati-hati
agar permukaan tanah sama dengan permukaan tabung, kemudian tabung
ditutup menggunakan tutup plastik yang telah tersedia. Setelah itu, iris dan
potong kelebihan tanah bagian bawah dengan cara yang sama dan tabung
ditutup.
8. Label dicantumkan di atas tutup tabung bagian atas contoh tanah yang berisi
informasi kedalaman, tanggal, dan lokasi pengambilan contoh tanah.

Prosedur dalam pengambilan contoh tanah tidak utuh karena kondisi


contoh tanah terganggu tidak sama dengan keadaan di lapangan, karena sudah
terganggu sejak dalam pengambilan contoh. Contoh tanah ini dapat dikemas
menggunakan kantong plastik. Lalu diberi label yang berisikan informasi
tentang lokasi, tanggal pengambilan, dan kedalaman tanah. Label ditempatkan
di dalam atau di luar kantong plastik. Jika label di masukkan ke dalam
kantong plastik bersamaan dengan dimasukkannya contoh tanah, maka label dal
am ini perlu dibungkus

dengan kantong

plastik kecil, agar informasi yang

telah tercatat tidak hilang karena terganggu oleh kelembapan air tanah.
Pengangkutan semua contoh tanah hendaknya berpegang kepada prinsip dasar,

15

bahwa contoh tanah tidak boleh tercampur satu sama lain dan tidak mengalami
perubahan apapun selama dalam perjalanan.
Pengambilan contoh tanah agregat utuh dengan cara bongkahan tanah
dimasukkan ke dalam boks yang terbuat dari kotak seng, kotak kayu atau
kantong plastik tebal. Dalam mengangkut contoh tanah yang dimasukkan ke dal
am kantong plastik harus hati-hati, agar bongkahan tanah tidak hancur di
perjalanan, dengan cara dimasukkan ke dalam peti kayu atau kardus yang
kokoh. Untuk analisis IKA dibutuhkan 2 kg contoh tanah.

Cara Menyiapkan Sampel Tanah untuk Beberapa Analisis Tanah


1. Analisis Nitrogen, Pospor, dan Kalium (NPK)
Sampel tanah yang digunakan dalam menganalisis kadar Nirogen,
Pospor, dan Kalium (NPK) adalah sampel tanah terusik (disturb soil). Tanah di
ambil pada kedalam 5-15 cm. Ketika mengambil sampel, sedapat mungkin
tanah yang diambil pada setiap kedalaman memiliki jumlah yang sama. Hal
tersebut bertujuan agar tidak terjadi kesalahan data karena apabila setiap
kedalaman diambil dalam jumlah yang berbeda, akan menyebabkan sampel
tanah hanya mewakili kadar NPK pada kedalaman tertentu saja.
Salah satu cara mudah untuk mendapatkan sample dengan jumlah yang
sama

untuk

setiap

kedalaman

adalah

dengan

menggunakan ring

sample. Pengambilan sampel tanah dengan ring dilakukan dengan meletakkan

16

ring tegak lurus dengan permukaan tanah, kemudian di pukulkan hingga ring
masuk seluruhnya dan sejajar dengan permukaan tanah. Ring di ambil dengan
mencingkil tanah di bagian luar ring secara berhati-hati agar tanah yang ada di
dalam ring tidak keluar ataupun turun. Kemudian ratakan tanah yang melewati
mulut ring hingga sebatas mulut ring tersebut. Masukkan tanah kedalam plastic
dengan melepaskan-nya dari ring. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak
mugkin agar lebih mewakili luasan yang ingin di ketahui NPKnya.
Tanah yang telah di ambil dari beberapa titik tersebut diletakkan di
dalam wadah untuk dihomogenkan. Setelah tanah tersebut homogen maka
ambil sebagian dari sample tersebut untuk dijadikan sample. Setelah sample
diambil maka tanah disaring hingga memiliki ukuran diameter maksimum 2
mm. Kering angin-kan tanah tanpa terpaan sinar langsung hingga kering atau
kadar airnya rendah. Tujuannya adalah agar tidak terjadi terlalu banyak
penguapan sehingga mempegaruhi hasil analisis. Kemudian homogenkan lagi
tanah tersebut dan ambil sampel tanah tersebut secukupnya untuk di bawa ke
laboratorium.

Analisis

NPK

siap

dilakukan

denga

lebih

dahulu

menghomogenan sample yang akan di analisis.


2. Bahan Organik
Penyiapan sampel untuk analisis bahan organik (BO) dilakukan dengan
cara yang sama dengan penyiapan sample untuk analisis NPK. Sedapat ungkin
pengambilan sampel dilakukan sebanyak mungkin. Hal ini agar tanah yang

17

diambil lebih mewakili kadar bahan organik yang ada dilapangan. Setelah
pengambilan dilakukan maka sampel tersebut harus dihomogenkan dan diambil
sebagian sebagai sampel. Setelah itu dilakukan penyaringan hingga ukuran
diameter 2 mm. Pengering angin-an juga harus dilakukan untuk mengurangi
kadar air. Hal tersebut dilakukan tanpa sorotan langsung sinar matahari, agar
penguapa yang terjadi dapat di tekan sekecil mungkin. Setelah itu dilakukan
pencampuran sampel agar lebih homogen. Sampel tersebut diambil secukupnya
untuk di analisi di laboratorium.
3. BV
Sampel tanah yang digunakan untuk analisis BV adalahsampel tanah
terusik. Pengambilan contoh tanah untuk meng-analisis BV dilakukan dengan
ring sampel. Ring yang digunakan harus memiliki volume yang dapat
diketahui. Ring tersebut di letakkan tegak lurus di atas tanah. Ring kemudian
dipukul agar masuk kedalam tanah hingga sebatas mulut ring bagian atas.
Cungkil tanah di bagian luar ring untuk mengeluarkan ring dari tanah. Potong
tanah yang melebihi mulut ring hingga rata dengan mulut ring. Kemudian tanah
tersebut di masukkan kedalam wadah (plastic). Lakukan hal yang sama hingga
beberapa kali sebagai ulangan. Kemudia seluruh tanah tersebut di bawa
seluruhnya kelaboratorium untuk di keringkan hingga kadar lengasnya 0 %.
Kemudian timbang berat bersih tanah terbut. Hasil penimbangan yang telah

18

dilakukan dibagi dengan juah ulangan yang dilakukan dan kemudian dibagi
dengan volume ring yang digunakan untuk mengambil sampel.
4. Stabilitas Agregat
Sample tanah yang digunakan untuk menganalisis stabilitas agragat
adalah sample tanah tidak terusik. Pengmbilan sampel tanah untuk
menganalisis stabilitas agregat hampir sama dengan pengmbilan sample tanah
untuk analisis BV. Namun yang berbeda adalah, tanah yang diambil harus tetap
berada di dalam ring untuk menghindari kerusakan ketika mobilisasi sample
hingga kelaboratorium. Ring berisis tanah diminimalisasi dari gerakan yang
akan merusak sampel tanah terbut. Hal terbut dilakukan dengan cara
membungkus sampel secara rapi tanpa celah agar ring berisi tanah tidak
bergerak-gerak di dalam plastic pembingkusnya. Pengeluaran sampel dari ring
harus dilakukan secara hati-hati agar tik merusak agragat yang secara alami
telah terbentuk di alam (lapangan).
5. Biologi (Respirasi Mikrobia)
Sampel tanah untuk analisis sifat biologi seperti respirasi mikrobia
adala sample tanah terusik. Tanah yang umumnya diambil untuk menganalisis
sifat biologi seperti respirasi adalah tanah yang berada di sekitar akar. Tanah
yang ada di sekitar akar dapat di ambil dengan ring, kor, atau mencabut
tanaman kemudia tanah yang yang terjatuh dari akar dan menempel di akar di
ambil dan dimasukkan kedalam plastic. Tanah yang sudah dimasukkan

19

kedalam plastic dimasukkan kedalam kotak pendingan atau wadah yang


dalamnya bersuhu rendah. Tujuannya untuk menekan aktifitas mikrobia
selama perjanan hingga ke laboratorium.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada tiga macam cara pengambilan contoh tanah, yaitu : contoh tanah
utuh, contoh tanah terganggu, contoh tanah dengan agregat utuh.
2. Prinsip pengambilan contoh tanah adalah bahwa hasil analisis sifat fisik
dan kimia di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sifat fisik
dan dan kimia di lapangan.
3. Ada 3 cara pengambilan contoh sampel tanah selain komposit yaitu :
Sampel sesaat (grap sampel), Sampel gabungan tempat (integrated
sampel) dan Automatic sampling(pengambilan contoh otomatis).
4. Contoh tanah yang tertampung di atas saringan 1 mm adalah contoh tanah
yang berdiameter 2 mm, seperti : Vertisol, Entisol dan Andisol.
5. Contoh tanah yang lolos saringan 0,5 mm adalah contoh tanah
halus,seperti : Inceptisol dan Ultisol.

20

B. Saran
Pada saat praktikum ini sebaiknya praktikan dapat melakukan praktikum
sendiri sehingga praktikan dapat mengetahui cara pengambilan contoh tanah
yang sesuai dengan pengaplikasian di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Cahyono. 2009. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Yogyakarta:


Fakultas Kehutanan UGM.
Ali, Kemas . 2005 . Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Arsyad,S.

1979. Konservasi

Tanah.

Bogor:

Jurusan

Tanah.

Fakultas

Pertanian.IPB
Domburg, P., J. J. de Gruitjer, and P. van Beek. 1994. A Structured Approach to
Designing Soil Survey Schemes with Prediction of Sampling Error from
Variograms. Geoderma 62: 151-164.
Firnawati, Fira. 2012. Studi Pemanfaatan Rakit Bambu Sebagai Lapis Pondasi
pada Media Tanah Lempung. Jurnal Tugas Akhir. Vol X No.2: 1-11.
Hakim, N. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akamedia Pressindo. Jakarta.

21

Herseno, Edy dan Edi Daryanto. 2008. Tinjauan Tinggi Tekanan Air di Bawah
Marbun, Posma dkk. 2014. Klasifikasi Inseptisol pada ketinggian Tempat yang
Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Hasundutan. Jurnal
Agroteknologi Vol. 2 No. 4 Hlm 1451-1458.
Peck, A. J. 1980. Field Variability of Soil Physical Properties. P. 189-221.
In:Advances in Irrigation No.2 Academic Press, New York.
Prasetya, B.H dan Suriadikarta D.A. 2006. Karakteristik, Potensi, dan
Teknologi Pengololaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertenian
Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006: 3947.
Prasetya, B.H. 2007. Perbedaan Sifat-Sifat Tanah Vertisol dari Berbagai Lahan
Induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Vol.9 No.1 Hlm 20-31.
Saridevi, Gusti Agung Ayu Ratih dkk. 2013. Perbedaan Sifat Biologi Tanah
pada Beberapa Penggunaan Lahan Andisol, Inseptisol, dan Vertisol.
Jurnal Agroteknologi Tropik Vol. 2 No. 4 Hlm 214-224.
Soegiman. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

22

Anda mungkin juga menyukai