Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS JARINGAN TANAH TANAMAN

DAN PUPUK

“Sampling Tanah dilapangan untuk Persiapan Uji Laboratorium”

OLEH:

RIA RISQI MAHARANI


D1B1 16 108

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah secara alami telah mengandung logam berat meskipun hanya


sedikit. Tanah pun memiliki kemampuan dalam menyerap logam berat yang
berbeda untuk tiap jenis tanah berdasarkan bahan induk penyusun tanah tersebut.
Menurut standar umum kadar Pb dan Cd yang boleh ada pada tanah adalah
masing-masing 150 ppm dan 2 ppm namun untuk jenis tanah yang berasal dari
batuan beku.
Kandungan unsur-unsur tersebut dalam tanah sangat bervariasi tergantung
sifat-sifat tanah seperti pH, tekstur tanah, komposisi mineral, aktivitas
mikroorganisme di dalamnya dan kelembaban. Ketersediaan Fe dalam tanah
berkisar antara (10.000-60.000) ppm atau (1%-6%), Mn berkisar (100-5.000)
ppm, Zn berkisar (20-150) ppm, sedangkan Cu berkisar (2-60) ppm.
Analisis tanah memberikan data sifat kimia, status unsur hara, serta sifat
fisika tanah. Selain untuk uji tanah, analisis tanah juga diperlukan untuk
klasifikasi tanah dan evaluasi lahan. Uji tanah digunakan dalam penelitian
kesuburan agar dapat memberikan rekomendasi pemupukan untuk perbaikan
kesuburan tanah dan peningkatan hasil pertanian. Analisis jaringan tanaman
diperlukan untuk penelitian respon pemupukan, diagnosis penyakit yang
disebabkan kekahatan atau keracunan unsur, dan rekomendasi pemupukan. Hasil
analisis air dapat digunakan untuk penilaian kualitas air irigasi, tingkat erosi dan
kuantitas pasokan atau intensitas pencucian hara dari suatu lahan. Analisis pupuk
digunakan untuk uji mutu pupuk yang diperlukan dalam penelitian pertanian
maupun industri pupuk.
Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam
program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan
untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan
sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan
menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang
diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan
cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel tanah merupakan tahapan
terpenting di dalam program uji tanah.
Teknik sampling vegetasi ini merupakan teknik survey vegetasi yang
paling sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh
dapat berupa petak tunggal atau ganda. Bentuk petak tergantung pada bentuk
morfologi vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebaran. Sedangkan ukuran
petak disesuaikan dengan bentuk morfologi jenis dan distribusi vegetasi secara
vertical.
Berdasarkan uraian di atas maka haruslah dilakukan praktikum sampling
tanah untuk persiapan uji di laboratorium ini sehingga praktikan dapat mengetahui
alat-alat yang akan digunakan dalam laboratorium dan cara-cara penggunaan alat
tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah,


yaitu :
1. Apa tujuan pengambilan sampling tanah dilapangan untuk persiapan uji
dilaboratorium?
2. Bagaimana cara pengambilan sampling tanah dilapangan untuk persiapan uji
dilabratorium?
3. Bagaimana proses penyimpanan sampling tanah dilapangan untuk persiapan uji
dilaboratorium?

1.3. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini ialah untuk mengetahui sampel tanah untuk
persiapan uji laboratorium.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui
sampel tanah untuk persiapan uji laboratorium.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Tanah lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar dari pada
tanah mineral bagian atas mempunyai kandungan bulk density yang lebih rendah
dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di lapangan tersusun atas tanah-
tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 gr/cm3. Tanah organik memiliki
nilai Bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 gr/cm3–
0,9 gr/cm3 pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak
mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung,
kemampuan tanah menyimpan air drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak
bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan (Rigney, J. A.
and J.F. Reed. 2011).
Tanah yang bertekstur kasar mempunyai kemampuan menahan air yang
kecil dari pada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu tanaman yang ditanam pada
tanah pasir umumnya lebih muda kekeringan dari pada tanah-tanah bertekstur
lempung atau liat (Rosyidah dan Wirosoedarmo 2013).
Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan
organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan
di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan,
belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya
disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi. Warna yang berbeda terjadi
karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif
menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan
suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau
warna yang terkonsentrasi (Madjid, 2009).
Sifat tanah adalah mutu atau atribut yang dapat kita gunakan untuk
membedakan satu sampel materi dari sampel lainnya dan sebagaimana akan kita
lihat nanti, sifat materi umumnya dikelompokkan ke dalam dua golongan besar
yaitu sifat fisik dan kimiawi. Sifat fisik dan perubahan fisik salah satu contohnya
yaitu warna kilap dan kekerasan dari suatu sampel yang dapat menerangkan
penampilan sampel tersebut. Suatu proses perubahan fisik atau keadaan suatu
benda dengan identitas yang tak berubah, disebut perubahan fisik. Dalam
perubahan kimiawi suatu zat secara sempurna diubah menjadi bahan yang
berbeda. Jenis-jenis perubahan kimia yang dialami suatu bahan ditentukan oeleh
sifat-sifat kimiawinya (Chadijah, 2012).
Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel, contoh atau cuplikan
dari bahan ruah atau lapangan yang menjadi objek analisis. Sampel yang diambil
harus menggambarkan komposisis dari objek analis. Agar diperoleh keadaan
representative maka proses pengambilan sampel harus sistematis, mengikuti
langkah-langkah atau tahapan sampling (Chadijah, 2012).
Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara “random
sampling” hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen,
misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan
penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan
“purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Karena titik
berat analisis vegetasi terletak pada komposisi spesies, maka dalam menetapkan
besarnya atau banyaknya petak-petak sampling perlu digunakan suatu kurva
(lengkung) spesiesnya (Kocher, 2009).
Pengambilan sampel bahan dilakukan secara benar dan representatif.
Pengambilan perlu memperhatikan homogenitas sampel yaitu efek ukuran dan
berat partikel sangat berpengaruh terhadapa homogenitas bahan. Bahan dengan
ukuran dan berat lebih besar cenderung akan berpisah dengan bahan yang lebih
kecil dan ringan (Jury, 2010).
Hal pertama adalah pengambilan sampel yaitu Sampel di ambil dari lokasi
yang telah ditentukan sebelumnya. Contohnya untuk pengambilan sampel daun
dapat dilakukan di hutan koservasi misalnya. Sampel yang di ambil jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan analisa. Kalau untuk pengambilan sampel/contoh
daun bisa dilakukan dengan cara biasa yaitu menggunakan tas plastik sebagai
wadah. Berbeda dengan sampel air yang menggunakan botol tertentu
(Sposito. 2011).
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam
program uji tanah. Analisis kimia dan fisika dari contoh tanah yang diambil
diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara, pH, tekstur,
struktur, warna tanah dan sebagainya. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila
contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya,
tidak dengan cara yang benar dalam pengambilannya dan menyebabkan tanah itu
menjadi rusak (Hanafia, 2012).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-
tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Arrijani,
2009).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh - tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Prasetyo,
2013).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda
dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya.
Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai
dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari
susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuh (Sudarmono, 2010)
Keuntungan penambahan pupuk organik pada tanah adalah menyediakan s
ebagian besar unsur N dan Cu serta setengah dari unsure P perlahan-lahan. Menin
gkatkan KTK tanah masam yang telah mengalami pelapukan lanjut. Dapat membe
ntuk komplek dengan oksida amorf sehingga oksida amorf tidak mengkristal dan
menurunkan fiksasi fosfor. Memantapkan agregat tanah dan memperbaiki sifat fisi
ka tanah ehingga menurunkan erosi pada tanah. Meningkatkan kapasitas penahan
air. Dapat membentuk komplek dengsan unsure mikro sehingga mencegah pencuc
ian. Pupuk kotoran ayam ini mempunyai kandungan unsur hara N yang relatif ting
gi dibanding pupuk kandang jenis lain. Terlebih lagi, unsur N dalam kotoran ayam
bisa diserap tumbuhan secara langsung, sehingga relatif tidak perlu proses dekom
posisi terlebih dahulu (Wirosoedarmo, 2009).

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu danTempat


Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada hari minggu, 24-29 Maret 2019
bertempat di Kebun Raya UHO dan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Halu Oleo.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu parang, cutter, cangkul,
meteran, gunting, palu-palu dan alat tulis, lempung porselin atau mesin giling,
ayakan dengan lubang 2 mm dan 0.5 mm, wadah, mortal dan kamera.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu tanah, plastik sampel, kertas
label dan kertas bekas, ring sampel, plastik sampel, kertas label, tali rafia, karung,
lem bening, patok kayu dan koran bekas.

3.3. ProsedurPraktikum

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:


3.3.1 Prosedur kerja lapangan
 Teknik Soil Sampling
a. Mengukur luas lahan yang akan di gunakan yaitu 10 m x 10 m.
b. Memberi patok pada setiap ukuran.
c. Mengikat tali rafia pada setiap patoknya.
d. Mengambil contoh sampel pada ujung titik patok 4 sampel tanah dan pada
bagian titik tengah 5 sampel tanah dan masukkan kedalam plastik sampel.
e. Kemudian setiap sampel tanah yang diambil diberi label A dan label B.
 Teknik Vegetasi Sampling
a Mengukur luas lahan yang akan di gunakan yaitu 10 m x 10 m.
b. Memberi patok pada setiap ukuran.
c. Mengikat tali rafia pada setiap patoknya.
d. Memilih vegetasi yang dominan pada petakan tersebut sebanyak 5 jenis
tanaman, dimana pada setiap tanaman terdapat 3 ulangan.

e. Kemudian beri label pada setiap tanaman yang diambil.


3.3.2 Prosedur Kerja di Laboratorium
 Pencatatan Contoh
Contoh dari lapangan yang disertai surat permintaan analisis yang berisi
daftar contoh dan jenis analisis yang diperlukan, diterima oleh administrasi
laboratorium. Dalam buku dibuat nomor permintaan analisis, jumlah dan nomor
contoh. Untuk setiap contoh dibuat nomor laboratorium yang ditulis pada label
karton.
 Pengeringan
a. Menyebarkan contoh diatas tampah yang dialasi kertas sampul. Label
karton berisi nomor laboratorium contoh diselipkan di bawah kertas.
b Membuang akar-akar atau sisa tanaman segar, kerikil dan kotoran lain.
c. Memperkecil bongkahan yang berukuran besar dengan tangan.
d. Menyinpan contoh pada rak di ruangan khusus bebas kontaminan yang
terlindung dari sinar matahari atau dimasukkan kedalam oven pada suhu
400C.
 Penumbukkan/Pengayakan
a. Menyiapkan contoh-contoh tanah dengan ukuran partikel <2 mm dan <0.5
mm.
b. Menumbuk contoh pada lumpung porselin ata umesin giling dan diayak
dengan ayakan ukuran lubang 2 mm
c. Menyimpan dalam botol yang sudah diberi nomor contoh.
d. Mengambil contoh <0.5 mm dari contoh <2 mm, digerus atau digiling dan
diayak dengan ayakan 0.5 mm. lumping, ayakan dan alat-alat lainnya
harus bersih sebelum dipakai untuk contoh berikutnya.
 Penyimpanan
Menyimpan contoh yang akan dianalisis di ruang contoh yang dekat
dengan ruang timbang. Setelah selesai dianalisis disimpan dalam gudang
penyimpanan contoh dalam jangka waktu tertentu agar memudahkan bila
diperlukan pengulangan analisis.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktikum pengambilan sampling tanah untuk persiapan
uji di laboratorium maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Kegiatan yang dilakukan pada saat pengambilan contoh sampling di


lapangan
No
Gambar Keterangan
.

1. Pembuatan plot 0 m x 10 m

2. Pembuatan sub plot 1 m x 1 m

3.
Pembersihan Area Tanah

Pengambilan Tanah
4.
Menggunakan Ring Sampling

Sampling Tanah yang Telah


5.
Diambil Dilapangan
6..
Pengeringan Sampling Tanah

Tabel 2. Kegiatan yang dilakukan pada saat persiapan uji dilaboratorium


No Gambar Keterangan
1.
Mengeringanginkan Tanah

2.

Penumbukan/pengayakan

3. Penyimpanan contoh tanah


beserta ampas.

Tabel 3. Kegiatan yang dilakukan pada saat persiapan uji vegetasi dilaboratorium
No Gambar Keterangan
1.
Proses pemotongan vegetasi yang
telah dikeringkan

2.

Pemblenderan vegetasi

3. Penggerusan vegetasi

4. Pengayakan vegetasi dengan


ayakan 0,5 mm

5. Sampel vegetasi yang telah diayak

4.2 Pembahasan
Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel, contoh atau cuplikan
dari bahan ruah atau lapangan yang menjadi objek analisis. Sampel yang diambil
harus menggambarkan komposisis dari objek analis.
Metode sampling yang digunakan untuk pengambilan sampel yaitu
Simple Random sampling. Pada Simple Random Sampling, setiap elemen populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk diambil. berdasarkan hasil diatas kami
mengambil 9 titik dalam pengambialn sampel pada luasan arealsebesar 10 m x 10
m. dimana setiap titik plot seluas 1 m yang diambilsecara acak. kondisi areal
didominasi oleh vegetasi pepohonan dan juga jenis paku-pakuan.
Vegetasi memegang peran penting pada banyak proses yang berlangsung
di ekosistem, antara lain: (a) penyimpanan dan daur nutrisi; (b) penyim panan
karbon; (c) purifikasi air; serta (d) keseimbangan dan penyebaran komponen
penting penyusun ekosistem seperti detri-vor, polinator, parasit, dan predator.
Jumlah vegetasi yang ditemukan pada areal pengambilan sampel yaitu ada
5 jenis vegetasi yang berbeda, dimana vegetasi yang paling dominan yaitu dari
jenis paku-pakuan yang diberi lambang berupa vegetasi D. sementara untuk
vegetasi yang lain disimbolkan berupa A B C dan E. Setiap vegetasi yang diambil
dilapangan sebanyak 3 ulangan kemuadian dikeringkan.
Sifat-sifat tanah selalu bersifat heterogen dari suatu tempat dengan tempat
lainnya. Hal ini dikarenakan tanah sebagai tempat manusia, hewan, dan tumbuhan

berpijak untuk melakukan aktivitas serta rutinitasnya. Berdasarkan lokasi

pengambilan sampel tanah jika dilihat dari segi aktivitas diareal tersebut maka
lebih didominasi oleh aktivitas tumbuhan dan hewan sementara untuk aktivitas
manusianya jarang atau sulit dijangkau karena masih terbilang kondisi yang
termasuk hutan.
Tanah yang telah diambil diareal dilakukan pengeringan untuk
mendapatkan contoh sampel yang akan dianalisi dilaboratorium. pengeringan ini
bertujuan agar tanah yang dianalisi tidak merusak alat seperti spektrofotometer,
karena apabila tanah masih dalam kondisi basah analisis tidak dapat dilakukan.
pengeringan tanah berlangsung beberapa hari hingga tanah benar-benar siap untuk
diayak.
Dari hasil pengeringan tanah kemudian diayak denngan beberapa jenis
ayakan yaitu 2 mm dan 0,5 mm kemudian dimasukan kedalam plastik sampel
dimana setiap sampel terbagi diberi kode yaitu berupa sampel dengan kode kimia
tanah atau KT. Contoh tanah yang telah siap dianalisis disimpan diwadah yang
telah disiapkan bersama dengan semua vegetasi yang telah dihancurkan dan
diayak menggunakan ayakan ukuran 0.5 mm.

V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan

. Kesimpulan yang dapat saya tarik dari praktikum ini yaitu


1. Metode sampling yang digunakan untuk pengambilan sampel yaitu Simple
Random sampling. Pada Simple Random Sampling, setiap elemen populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk diambil.
2. Jumlah vegetasi yang ditemukan pada areal pengambilan sampel yaitu ada 5
jenis vegetasi yang berbeda, dimana vegetasi yang paling dominan yaitu dari
jenis paku-pakuan yang diberi lambang berupa vegetasi D.
3. Pengeringan bertujuan agar tanah yang dianalisi tidak merusak alat seperti
spektrofotometer, karena apabila tanah masih dalam kondisi basah analisis
tidak dapat dilakukan. pengeringan tanah berlangsung beberapa hari hingga
tanah benar-benar siap untuk diayak.

5.2 Saran

Saran saya pada praktikum ini yaitu semoga praktikum kedepannya lebih
baik lagi dan lebih teliti dalam membuat laporan.

DAFTAR PUSTAKA
Arrijani, dkk. 2009. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango. Biodiversitas . Vol 7. No 2. Hal 147-153.

Chadijah, Sitti. 2012. Dasar-Dasar Kimia Analitik. Alauddin University. Press.


Makassar.

Hanafiah, 2012. Analisis Kimia Dan Fisika Dari Contoh Tanah Yang
Diambil Diperlukan Untuk Mengukur Kadar Hara. Jurnal fisika FMIPA U
nive rsitas Lampung 1 (1) : 35-145.

Jury. Sposito, and R. 2014. A transfer function model of solute transport through
soil. I. Fundamental conceps. Water Resources Research. 22: 243-247.

Kocher, S.D. & R. Harris. 2009. Riparian Vegetation. ANR Publication 8240 1-7.

Madjid A. 2009. Bahan Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Fakultas


Pertanian Universitas Gajah Mada.

Prasetyo dan Retnaningdyah C. 2013. Peningkatan Kualitas Air Irigasi A kibat


Penanaman V egetasi Riparian dari H idromakrofita Lokal Selama 50
Hari. Biotropika. 1(4): 149- 153.

Rigney, J. A., and J. F. Reed. 2011. Some factors affecting the accuracy of soil
sampling Soil Sci. Soc. Am. Proc. 10: 257-259.

Rosyidah.E, dan Wirosoedarmo. R., 2013. Pengaruh Sifat Fisik Tanah pada
Konduktivitas Hidrolik Jenuh Di 5 Penggunaan Lahan (Studi Kasus Di
Kelurahan Sumbersari Malang). J. AGRITECH. Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya.

Sposito. 2011. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.


Sudarmono. 2010. Zona Riparian dalam Areal Bakal Kebun Raya Sambas; Suatu
Kajian Vegetasi dan Hidrologi. Prosiding Seminar Nasional Limnologi V
345-355.

Wirosoedarmo. 2009. Meningkatkan KTK Tanah Masam Yang Telah


Mengalami Pelapukan Lanjut. Jurnal Pertanian. 1 (2) : 35-145.

DOKUMENTASI
Pengambilan contoh vegetasi di lapangan

Vegetasi A Vegetasi B Vegetasi C Vegetasi D

Vegetasi E

Anda mungkin juga menyukai