Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Untuk mengetahui kesuburan dan sifat kimia tanah, salah satu cara yang sering dipakai
ialah dengan analisis tanah. Dengan mengetahui sifat-sifat penting, seperti, kandungan bahan
organic, kapasitas tukar kation, dan status unsure hara dalam tanah, perencanaan budidaya
tanaman memang menjadi lebih mudah.
Analisis biasanya dilakukan terhadap sejumlah kecil tanah (contoh tanah). Namun
demikian, hasilnya harus bisa menggambarkan sifat tanah pada seluruh areal yang ingin
diketahui. Sri Aprillanti T. Prasetyo, memalui tulisannya yang di lansir dalam informasi
penelitia, Tanah, Air, Pupuk dan Lahan, serta populer dari pusat penelitian tanah dan
agroklimat.
Tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat yang berinteraksi dengan
cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah merupakan padatan, cairan dan udara jarang
berada dalam kondisi setimbang, selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas
permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin dan sinar matahari( foth, Henry.
1986).
Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed soil) dilakukan di atas permukaan tanah
atau horizon, sedangakan pengambilan contoh tanah utuh (undisturbed soil) sangat penting
karena diperlukan untuk analisis sifat fisik tanah. Pengambilan tanah utuh harus benar-benar
diperhatikan dalam proses dilapang (Khamdaandayu, 2009).
Tanah pada setiap lingkungan memiliki struktur dan pola yang berbeda-beda pada setiap
lingkungan dengan keadaan kandungan pH dan kandungan airnya yang tidak sama.
Kandungan kesuburan tanah itu berbeda-beda serta warna yang berbeda antara tanah yang
satu dengan yang lainnya, untuk itu perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel tanah utuh
dan tidak utuh supaya hasil yang di peroleh bisa terkontrol dengan baik untuk di uji di
laboratorium (Kartasapoetra, 2008).
1.2.  Tujuan
Mahasiswa mengetahui cara pengambilan contoh tanah yang akan dianalisis
kesuburannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang
berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa padatan,
cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah mengikuti
perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin,
dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media
yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman seperti
air, udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang
berlebihan. Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat
memberikan media tumbuh yang ideal bagi tanaman (poerwowidodo, 1991).
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-sifat fisik
tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik tanah di laboratorium harus
dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di lapangan. Keuntungan
penetapan sifat-sifat fisik tanah yang dilakukan di laboratorium dapat dikerjakan lebih cepat,
dan dalam jumlah contoh tanah relatif lebih banyak. Kerugiannya adalah contoh tanah yang
diambil di lapangan bersifat destruktif, karena dapat merusak permukaan tanah, seperti
terjadinya lubang bekas pengambilan contoh tanah, cenderung menyederhanakan
kompleksitas sistem yang ada di dalam tanah, dan sebagainya.
Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup berat volume
(BV), berat jenis partikel (PD = particle density),tekstur tanah, permeabilitas tanah, stabilitas
agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk ruang pori total (RPT), pori drainase,
pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air tanah optimum untuk pengolahan, plastisitas
tanah, pengembangan atau pengerutan tanah (COLE = coefficient of linier extensibility), dan
ketahanan geser tanah.
Kelemahan penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium, antara lain dapat terjadi
penyimpangan data akibat pengambilan contoh tanah yang tidak tepat, metode, waktu
pengambilan maupun jarak tempuh pengiriman contoh tanah ke laboratorium yang terlalu
lama/jauh, sehingga menyebabkan kerusakan contoh tanah. Pengambilan contoh tanah untuk
penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada
satu titik pengamatan, misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah
yang menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu dalam
suatu peta tanah. Penetapan tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah dilakukan
menggunakan contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil sample),dengan
harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu bidang lahan dengan luasan
tertentu yang relatif homogen.
2.2   Prinsip
Beberapa hal prinsip yang harus diperhatikan dalam pengambilan contoh tanah untuk
penetapan sifat fisik tanah adalah sebagai berikut:
1. Penetapan di laboratorium dibandingkan metode lapanganPenetapan di laboratorium
sangat banyak keuntungannya dibandingkan dengan pengukuran di lapangan. Di
laboratorium, semua fasilitas pendukung seperti, listrik, gas, dan air tersedia, serta suhu
mudah dikontrol. Perlengkapan baku, seperti timbangan, dan oven lebih siap daripada di
lapangan. Perlengkapan yang mahal dan canggih sering tidak digunakan di lapangan,
karena pertimbangan cuaca, pencurian dan vandalisme, serta kerusakan alat akibat
goncangan ketika diangkut. Selain itu, penetapan di laboratorium dapat menghemat
waktu bekerja, contoh tanah dikumpulkan dari banyak lokasi yang berbeda, dan
ditetapkan secara berurutan. Dibalik keunggulan tersebut, tidak semua sifat tanah dapat
ditetapkan di laboratorium. Di dalam suatu penelitian neraca air, misalnya, kadar air dan
potensi air tanah lebih baik dilakukan di lapangan karena intensitas pengamatan yang
tinggi.
2. Kesalahan, keragaman, dan ketepatan Para peneliti dihadapkan dengandata yang
diperoleh dari hasil penelitiannya, apakah terjadi penyimpangan atau seberapa besar
ketepatan analisisnya, dan bagaimana keragaman datanya. Untuk Petunjuk Pengambilan
Contoh Tanah yang dibutuhkan dalam memperoleh keakuratan pada tingkat peluang
tertentu (Hanafiah, 2004).
Untuk itu, perlu dicari volume dan jumlah contoh tanah yang tidak kecil, tetapi juga tidak
terlalu besar namun dapat menggambarkan kondisi sifat fisik tanah sebenarnya di lapangan.
Konsep keterwakilan contoh tanah tersebut disebut representative elementary volume (REV);
Peck, 1980). Pada kondisi REV seperti ini, setiap penambahan volume dan jumlah contoh
tanah tidak akan merubah secara nyata nilai pengamatan atau cenderung konstan. Gambar 1
memperlihatkan konsep REV dalam kaitannya dengan penetapan porositas tanah. Volume
contoh tanah yang kecil (V1dan V2) yang diambil secara acak di lapangan, nampak jelas
tidak menggambarkan kondisi sebenarnya dari porositas tanah. Pori yang terukur,
kemungkinan besar hanya pori yang berukuran kecil atau besar saja. Dengan menambah
volume atau jumlah contoh tanah (V3) yang diukur, maka pori tanah dengan berbagai
ukurannya dapat terwakili, sehingga setiap penambahan volume contoh tanah dari titik
V3tidak akan merubah secara nyata nilai porositas tanah. Volume contoh tanah pada titik
V3ini disebut sebagai nilai REV.
Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil analisa di
laboratorium. Metode atau pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai dengan jenis analisis
yang akan dilakukan merupakan persyaratan yang perlu diperhatikan (Hanafiah, 2004).
Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh
tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu dengan sifat-sifat yang dimiliki
(Hardjowigeno, 1987).
Pengambilan contoh tanah berupa contoh tanah terganggu dan agregat utuh. Contoh tanah
terganggu digunakan untuk analisis sebaran partikel tanah (tekstur tanah) dan kandungan
bahan organik tanah, sedangkan agregat utuh digunakan untuk analisis kemantapan agregat
tanah (Foth, 1986).
Dengan demikian pengambilan contoh tanah yang diambil di lapangan haruslah
representatif artinya contoh tanah tersebut harus mewakili suatu areal atau luasan tertentu.
Penyebab utama dari contoh tanah tidak represetatif adalah kontaminasi, jumlah contoh tanah
yang terlalu sedikit untuk daerah yang variabilitas kesuburannya tinggi (Poerwowidodo,
1991).
Contoh tanah biasa atau contoh tanah-tanah terganggu untuk penetapan-penetapan kadar
air, tekstur dan konsistensi. Pengangkutan contoh tanah terutama untuk penetapan kerapatan,
pH, dan permeabilitas harus hati-hati. Guncangan-guncangan yang dapat merusak struktur
tanah harus dihindarkan. Dianjurkan untuk menggunakan peti khusus yang besarnya
disesuaikan dengan jumlah tabung. Waktu penyimpanan perlu diperhatikan. Contoh tanah
yang terlalu lama dalam ruangan yang panas akan mengalami perubahan, karena terjadi
pengerutan dan aktivitas jasad mikro (Hakim, 1986).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat

Praktikum pengambilan contoh tanah untuk dianalisis kesuburannya dilakukan pada hari
Jumat 27 September 2019 bertepatan di lab OECF Fakultas Pertanian Universitas
Mulawarman.

3.2. Alat dan bahan


 Alat
1. Sendok kayu
2. Kresek
3. Tali ukur atau tali rapia
4. Timbangan
5. Baskom
6. Karton atau koran
7. Buku panduan praktikum
8.
3.3. Cara kerja
1. Menentukan area titik pengambilan sample yaitu lahan di belakang kadang ayam.
2. Ambil sample tanah sebanyak segenggam tangan dengan menggunakan sendok kayu
yang telah disediakan.
3. Pengambilan sample tanah dengan secara acak sebanyak 20 titik.
4. Kemudian sample tanah di masukkan ke ember plastic kemudian diaduk rata.
5. Timbang seberat 500gram.
6. Kemudian letakkan di atas karton atau koran yang telah di sediakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengambilan contoh tanah untuk dianalisis
kesuburannya di belakang kandang ayam, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman.
Vegetasi tanah termasuk dalam vegetasi yang baik, karena bayaknya jenis tanaman yang
hidup di areal tersebut, baik itu dari tanaman budi daya maupun tubuhan yang hidup secara
liar. Pengambilan contoh tanah dengan cara menggali tanah dengan sendok kayu sebanyak
satu genggaman dengan 20 titik sample tanah dengan system pengambilan sample tanahnya
yaitu dengan cara sistematik memakai sistem diagonal. Sistme diagonal, satu titik di tetapkan
sebagai titik pusat pada unit bidang yang homogen. Menyusul kemudian titik –titik lain di
sekelilingnya. Jadi jumlah titik menjadi 5 buah (1 titik pusat ditambah 4 titik diagonal). Jarak
antar tiitk sekitar 50m diukur dari tiitk pusat.

Setelah titik pengambilan tanah ditentukan, selanjutnya tinggal mengambil contoh tanah
tersebut. Rumput, sisa tanaman, atau bahan organic mentah/serasah di setiap titik dibersihkan
dari permukaan tanah. Tanah kemudian diambil dengan sendok kayu sedalam 20 – 30 cm.
tanah hasil galian dicampur sampai rata. Setelah seluruh titik diambil contoh tanahnya,
semuanya dicampur sampai benar-benar merata. Dari campuran itu kemudian diambil
sebanyak 500grm. Tanah sebanyak 500grm ini merupakan conoth tanah komposit, campuran
contoh tanah individu yang layak untuk dianalisis kesuburannya.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahap awal dan terpenting dalam program uji
tanah di laboratorium.  Pengambilan contoh tanah ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat
tanah pada suatu titik pengamatan.  Prinsipnya adalah hasil analisis sifat fisik tanah dapat
menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di lapangan (Kartasapoetra, 2008).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada praktikum pengambilan contoh tanah untuk
dianalisis kesuburannya:
1. Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang
berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa
padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu
berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian,
tanah merupakan media tumbuh tanaman. Pengambilan contoh tanah merupakan
tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Prinsip pengambilan contoh
tanah adalah bahwa hasil analisis sifat fisik dan kimia di laboratorium harus
dapat menggambarkan keadaan sifat fisik dan dan kimia di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Foth, Henry D., 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press, Yogakarta.

Hakim, Nurhajati. 1986.  Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: UniversitasLampung

Hanafiah,Kemas Ali. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Hardjowigeno, S. 1987.  Ilmu  Tanah Cetakan 1 . Mediyatama Sarana Perkasa.Jakarta

Khamandayu, 2009. Laporan Praktikum Ilmu Tanah. http://Khamandayu. blogspot. com.

Diakses tanggal 23 Oktober 2019.

Kartasapoetra. 2008. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas

Padjajaran. Bandung.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai