Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah dapat didefinisikan sebagai akumulasi partikel mineral yang tidak

mempunyai atau lemah ikatan partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari

batuan. Diantara partikel-partikel tanah terdapat ruang kosong yang disebut pori-

pori yang berisi air dan udara. Ikatan yang lemah antara partikel-partikel tanah

disebabkan oleh karbonat dan oksida yang tersenyawa diantara partikel tersebut,

atau dapat juga disebabkan oleh adanya material organik. Bila hasil dari pelapukan

tersebut berada pada tempat semula maka bagian ini disebut sebagai tanah sisa

(residu soil). Hasil pelapukan terangkut ke tempat lain dan mengendap di beberapa

tempat yang berlainan disebut 5 tanah bawaan (transportation soil). Media

pengangkut tanah berupa gravitasi, angin, air, dan gletsyer. Pada saat akan

berpindah tempat, ukuran dan bentuk partikel dapat berubah dan terbagi dalam

beberapa rentang ukuran.

Pembentukan tanah memakan waktu yang lama, dapat ribuan hingga jutaan

tahun. Proses pelapukan dibedakan menjadi tiga, yaitu pelapukan mekanik, kimiawi,

dan organik. Pelapukan mekanik adalah peluruhan yang menghasilkan partikel lebih

halus. Pelapukan ini meliputi pemanasan, pengendapan, dan penekanan. Pelapukan

kimiawi terjadi karena peristiwa hancur dan terlepasnya material dari batuan induk

disertai perubahan unsur kimia. Sedangkan pelapukan organik terjadi karena

peristiwa hancurnya atau terlepasnya material dari batuan induk yang disebabkan

oleh kegiatan makhluk hidup. Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan

2
tanah, faktor-faktor pembentuknya klasifikasi tanah, survey tanah, dan cara-cara

pengamatan tanah lapang disebut pedologi.

Ada tiga macam cara pengambilan contoh tanah yaitu dengan contoh tanah utuh

digunakan untuk penetapan berat jenis isi, berat jenis partikel, porositas tanah, kurva

pF dan permeabilitas tanah biasanya menggunakan ring sampel untuk

mendapatkannya. Kedua contoh tanah tidak utuh/terganggu digunakan untuk

penetapan kadar air tanah, tekstur tanah,konsistensial, warna tanah, dan analisis

kimia tanah biasanya menggunakan bor untuk mendapatnya. Dan yang terakhir

contoh tanah dengan agregat utuh digunakan untuk penetapan kemantapan

agregat,potensi mengembang dan mengkerut.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Acara I, yaitu:

1. Menyiapkan contoh tanah kering angin/udara dengan diameter 2 mm.

2. Menyiapkan contoh tanah halus (diameter 0.5mm).

3. Menyiapkan contoh tanah untuk penetapan kadar air.

4. Menyiapkan contoh tanah untuk mengetahui derajat kerut tanah.

5. Menyiapkan contoh tanah untuk pengenalan contoh tanah dengan indra.

C. Manfaat

Manfaat yang akan diperoleh setelah melakukan praktikum menyiapkan

contoh tanah adalah tersedianya contoh tanah kering angin/udara dengan diameter

3
2 mm dan teredianya contoh tanah halus diameter 0,5 mm. Kedua tanah tersebut

digunakan untuk penetapan kadar air, derajat kerut tanah dan pengenalan contoh

tanah dengan indra.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat yang

berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah merupakan

padatan, cairan dan udara jarang berada dalam kondisi setimbang, selalu berubah

mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh

suhu udara, angin dan sinar matahari. Pengambilan contoh tanah merupakan tahap

penting untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil

analasis sifat fisik tanah harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya dari

sifat fisik tanah di lapangan. Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang

diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara

tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di

laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik yaitu

pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak

utuh (Lopulisa, 2004).

Manfaat dari pengambilan contoh tanah yaitu agar kita mengetahui cara

pengambilan contoh tanah dengan metode yang disesuaikan dengan sifat-sifat

tanah yang akan diamati. Pengambilan sampel tanah digunakan untuk suatu

metode analisis tanah. Analisis tanah dilakukan terhadap suatu sampel. Tanah

yang diambil di lapangan dengan metode tertentu sesuai tujuan yang diharapkan.

Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan

untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan, misalnya pada

lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang menggambarkan

5
suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu dalam suatu peta

tanah. Penetapan tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah dilakukan dengan

menggunakan contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil sample),

dengan harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu bidang

lahan dengan luasan tertentu yang relatif homogen (Hakim, 2007).

Tanah dengan struktur remah pada umumnya mempunyai porositas yang

terbesar. Pengolahan tanah untuk sementara waktu dapat memperbesar porositas,

namun dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan menurunnya porositas.

Oleh karena itu untuk memperbesar porositas tanah tindakan yang perlu dilakukan

dengan penambahan bahan organik atau melakukan pengolahan tanah minimum.

Pengolahan tanah akan menyebabkan rusaknya struktur tanah. Nilai porositas

dapat diperoleh dari nilai bulk density dan particle density (Sutanto, 2005).

Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan tanah

meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi

sehingga menurunkan laju air larian. Pada ilmu tanah, permeabilitas didefenisikan

secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas, cairan-cairan atau penetrasi akar

tanaman atau lewat. Selain itu permeabilitas juga merupakan pengukuran hantaran

hidraulik tanah.hantaran hidraulik tanah timbul adanya pori kapiler yang saling

bersambungan dengan satu dengan yang lain (Subagyo, 1970).

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-

sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik tanah di

laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah

di lapangan.Pengambilan contoh tanah berupa contoh tanah terganggu dan agregat

6
utuh. Contoh tanah terganggu digunakan untuk analisis sebaran partikel tanah

(tekstur tanah) dan kandungan bahan organik tanah, sedangkan agregat utuh

digunakan untuk analisis kemantapan agregat tanah (Foth, 1986).

Pengambilan contoh tanah umumnya dengan berjalan sambil mengambil

contoh tanah berupa irisan tipis sedalam sekitar 20 cm (daerah perakaran). Dari

suatu lahan yang kesuburan dan pengelolaannya relatif seragam, contoh tanah

masing-masing sebanyak 100 g. Tanah tersebut dikumpulkan dan dicampur

homogeny, kemudian diambil contoh sebanyak 200 g untuk keperluan analisis

(Rosmarkam, 2002).

7
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Tempat dilaksanakannya praktikum Dasar Ilmu Tanah adalah di

Laboratorium Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Univesitas

Jenderal Soedirman. Waktu pelaksanaan praktikum yaitu pada hari Sabtu, 23

Maret 2019 pukul 13.00-15.00.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum penyiapan contoh tanah adalah

contoh tanah terganggu yang telah diambil dari lapang dan sudah

dikeringanginkan kurang lebih satu minggu. Alat yang digunakan saat praktikum

penyiapan contoh tanah adalah mortir dan penumbuknya, saringan (2 mm, 1 mm

dan 0.5 mm), tambir, kantong plastik, spidol dan label.

C. Prosedur Kerja

1. Contoh tanah ditumbuk dalam mortir secara hati-hati.

2. Tanah yang telah ditumbuk lalu diayak dengan saringan berturut-turut dari

yang berdiameter 2mm, 1mm, dan 0.5 mm.

3. Contoh tanah yang diperoleh dimasukkan ke dalam kantong plastik dan

diberi label.

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

(kosong)

B. Pembahasan

Contoh tanah dibedakan atas contoh tanah terganggu (disturbed soil

sample) yang digunakan untuk menganalisis sifat fisika dan kimia seperti struktur,

pH, kapasitas tukar kation, kandungan gipsum, dan lain – lain, dan contoh tanah

tidak terganggu (undisturbed soil sample)  untuk penentuan sifat fisika khusus

seperti bobot isi, permeabilitas, untuk analisis mikromorfologi, dan sebagai alat

peraga untuk pengajaran (Tan, 1996).

Contoh tanah utuh adalah contoh tanah yang diambil menggunakanring atau

tabung, untuk penetapan sifat fisika tanah seperti bobot isi, permeabilitas, dan

daya hantar hidrolik. Pengambilan contoh tanah utuh ini biasanya dilakukan pada

lahan yang berpotensi untuk pengembangan pertanian dengan lereng < 25% dan

merupakan satuan tanah utama. Contoh tanah ini umumnya diambil pada dua

kedalaman, yaitu pada setiap horizon atau lapisan, bukan kedalaman

tertentu. Ring untuk pengambilan contoh tanah utuh memiliki ukuran tertentu.

Bagian bawah ring harus tajam untuk memudahkan masuknya ring ke dalam

tanah sehingga ring selalu dalam posisi vertikal untuk menghindari terjadinya

perubahan volume tanah atau pemadatan (Rayes, 2006).

9
Contoh tanah terganggu dapat juga digunakan untuk analisis sifat-sifat kimia

tanah. Kondisi contoh tanah terganggu tidak sama dengan keadaan di lapangan,

karena sudah terganggu sejak dalam pengambilan contoh. Contoh tanah ini dapat

dikemas mengunakan kantong plastik tebal atau tipis. Kemudian diberi label yang

berisikan informasi tentang lokasi, tanggal pengambilan, dan kedalaman tanah.

Label ditempatkan di dalam atau di luar kantong plastik (Suganda et al, 2002).

Macam-macam cara pengambilan contoh tanah, yaitu:

1. Pengambilan contoh tanah terusik dalam profil.

a. Memilih tempat yang tak tergenang air, tak terkena sinar matahari secara

langsung, datar dan mewakili tempat sekitarnya.

b. Menggali lubang baru untuk profil tanah dengan dinding tegak lurus di

sebelah utara atau selatan, ukuran 1m x 1m x 1m. Tempat untuk mengamati

dibuatkan lubang bertangga. Profil tanah juga dapat dibuat pada tebing yang

dibuat tegak lurus.

c. Menandai perlapisan yang ada berdasarkan warna, suara ketukan dan

kekerasan tiap perlapisan dengan garis yang tegas.

d. Mencatat ciri-ciri morfologi di permukaan tanah sesuai dengan formulir

pelukisan profil.

e. Mencatat ciri-ciri dakhil perlapisan sesuai dengan formulir pelukisan profil.

f. Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin tiap perlapisan dengan

plasitk yang beretiket : Kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor

perlapisan dan ciri-ciri istimewa lain.

2. Pengambilan contoh tanah terusik di lapisan permukaan.

10
a. Memilih tempat yang tidak tergenang air, tak terkena sinar matahari

langsung, datar dan mewakili tempat sekitarnya.

b. Membersihkan seresah, batuan dan benda alam lain di lapisan permukaan

sehingga tubuh tanah terlihat.

c. Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin dengan menggunakan

pacul, cethok dan memasukkannya kedalam plastik yang beritiket: Kode

tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri istimewa

lainnya.

3. Pengambilan Contoh Tanah Terusik dengan Bor.

a. Meletakkan mata bor di permukaan tubuh tanah.

b. Memutar pegangan bor perlahan-lahan ke arah kanan dengan disertai

tekanan sampai seluruh kepala bor terbenam.

c. Kepala bor perlahan-lahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan memutar

pegangan bor tanah ke arah kiri dengan disertai tarikan.

d. Contoh tanah yang terbawa kepala bor dilepaskan perlahan sampai bersih

dan diusahakan tidak banyak merusak susunan tanah.

e. Pengeboran dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan tanah 20 cm sampai

kedalaman yang dikehendaki.

f. Contoh tanah hasil pengeboran pada setiap ketebalan 20 cm itu diletakkan

tersusun menurut kedalaman aslinya, sehingga akan diperoleh gambaran

profil tanah.

11
g. Masukkan sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin dalam plastik yang

beretiket Kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan

ciri-ciri istimewa lainnya (Hardjowigeno, 2010).

Menurut (Soepardi,1979), ada beberapa jenis contoh tanah, diantaranya:

1. Contoh tanah utuh (Undisturbed soil sample)

Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah

tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir menyamai

kondisi di lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan angka

berat volume (berat isi, bulk density), distribusi pori pada berbagai tekanan (pF 1,

pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2) dan permbeabilitas.

2. Agregat utuh (Undisturbed soil agregate)

Contoh tanah agregat utuh adalah contoh tanah berupa bongkahan alami yang

kokoh dan tidak mudah pecah. Contoh tanah ini diperuntukkan bagi analisis

indeks kestabilitas agregat (IKA). Contoh diambil menggunakan cangkul pada

kedalaman 0-20 cm.

3. Contoh tanah tidak utuh/terganggu (Disturbed soil sample)

Contoh tanah terganggu dapat juga digunakan untuk analisis sifat-sifat kimia

tanah. Kondisi contoh tanah terganggu tidak sama dengan keadaan di lapangan,

karena sudah terganggu sejak dalam pengambilan contoh. Contoh tanah ini dapat

dikemas mengunakan kantong plastik tebal atau tipis. Kemudian diberi label yang

berisikan informasi tentang lokasi, tanggal pengambilan, dan kedalaman tanah.

Label ditempatkan di dalam atau di luar kantong plastik (Soepardi,1979).

12
Tanah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang masing-masing memiliki

sifat yang berbeda-beda. Ada jenis tanah yang mempunyai sifat mengembang

(bila basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena

tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan

mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang

tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai

COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change

= Swell index = index pengembangan) (Hardjowigeno, 1993).

Menurut Hardjowigeno (2010), beberapa tanah mempunyai sifat

mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Sifat mengembang dan

mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang

tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai

COLE (Coefficient of Linear Extensibilty) atau PVC (Potential Volume Change =

indeks pengembangan).

Pentingnya nilai COLE antara lain:

1. Jika COLE > 0,09 menujukkan bahwa tanah mengembang dan mengerut

dengan nyata, kandungan liat montmorillonit tinggi.

2. Jika COLE > 0,03 menujukkan bahwa tanah memiliki kandungan mineral

liat montmorillonit agak tinggi.

Besarnya pengembangan dan pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE

(Coefficient of Linear Extensibility). Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai

COLE antara lain jenis liat, kandungan liat, dan adsorpsikation. Manfaat nilai

COLE yang terpenting adalah untuk menduga tingkat keretakan (crack) yang

13
mungkin terjadi pada tanah. Semakin tinggi nilai COLE semakin mudah

terbentuknya retakan-retakan dan tanah menjadi sangat keras pada kondisi kering

(Hardjowigeno, 2010). Nilai Coefficient of Linear Extensibility (COLE) sebagai

parameter pengembangan dan pengerutan tanah ditetapkan dengan bongkah tanah

alami berukuran 50-200 mm (COLE clod) serta dengan menggunakan pasta dari

tanah yang lolos saringan <2 mm yang disebut COLE rod. Pemberian PHA

cenderung menurunkan nilai COLE, baik dari COLE clod maupun COLE rod

dengan semakin meningkatnya dosis yang diberikan. Hal ini terjadi karena

keberadaan PHA dapat menahan kekuatan pengembangan tanah dengan cara

menyemen partikel-partikel liat (Frenkel, 2006).

Mortir dan penumbuknya dalam praktikum penyiapan contoh tanah

digunakan untuk menumbuk contoh tanah yang sudah dikeringanginkan. Saringan

juga merupakan salah satu alat yang digunakan pada praktikum penyiapan contoh

tanah. Saringan berfungsi untuk mengayak tanah, secara bergantian dari yang

ukuran 2 mm, 1 mm kemudian saringan yang berukuran 0,5 mm. Contoh tanah

yang tertampung di atas saringan 1 mm adalah contoh tanah halus (<0,5 mm).

Tambir digunakan untuk peranginan. Kantong plastik digunakan sebagai wadah

tanah yang telah disaring. Label digunakan untuk memberi nama tanah agar lebih

mudah mengetahuinya ketika akan digunakan. Bahan yang digunakan di

praktikum penyiapan contoh tanah tentu saja adalah tanah. Tanah yang telah

didapat dari hasil penyaringan berukuran 2 mm, 1 mm dan 0,5 mm akan

digunakan untuk acara penetapan kadar air, derajat kerut tanah dan pengenalan

contoh tanah dengan indra.

14
Pada penyiapan contoh tanah dibutuhkan beberapa alat berupa saringan

(filter) dan mortir. Media filter atau saringan, berfungsi untuk memisahkan

campuran solid alikuida dengan media porous atau material porous lainnya guna

memisahkan sebanyak mungkin pada tanter suspensi yang paling halus.

Penyaringan ini merupakan proses pemisahan antara padatan atau koloid dengan

cairan, dimana prosesnya dilakukan sebagai proses awal (primary treatment).

Saringan kasar mampu menahan material tersuspensi dengan penetrasi partikel

yang cukup dalam, sehingga saringan kasar mampu menyimpan lumpur dengan

kapasitas yang tinggi (Setyo, 2016). Menurut Ida (2017) digunakannya mortir

beserta penumbuknya pada penyiapan contoh tanah sebagai alat penumbuk tanah

yang masih dalam bentuk agregat yang akan dihaluskan.

Vertisol adalah tanah-tanah yang telah mempunyai perkembangan profil,

yang dicirikan oleh terbentuknya bidang kilir (slickenside) di lapisan bawah,

kandungan liat cukup tinggi (> 30%) dan terdapat rekahan-rekahan di permukaan

tanah selebar > 1 cm dan dalam > 50 cm pada musim kemarau. Tanah ini

terbentuk dari bahan aluvium yang kaya akan basa-basa dan batuan sedimen pada

fisiografi dataran aluvial dan dataran. Umumnya solum tanah dalam, warna tanah

kelabu, tekstur halus, reaksi tanah netral sampai basa, dan kandungan bahan

organik rendah. Faktor pembatas utama adalah sifat mengembang dan mengkerut

sehingga terjadi rekahan yang cukup dalam dan lebar terutama pada musim

kemarau panjang (Susanto A.N. dan Marthen P. S., 2007).

Tanah yang disiapkan pada praktikum acara 1 untuk digunakan pada acara

selanjutnya adalah tanah ultisol, entisol, inseptisol, andisol, dan vertisol.Tanah

15
ultisol yaitu terdapat pengendapan liat dari lapisan A (iluviasi) dan diendapkan di

lapisan B (eluviasi), sehingga kadar liat horizon B > 1,2 kandungan liat horizon A

atau disebut Horizon Argilik. Tanah Entisol memiliki ciri-ciri hanya lapisan A dan

diikuti lapisan C atau R, sehingga merupakan tanah yang masih sangat muda yaitu

baru. Tanah inseptisol ciri-cirinya batas horizon baur dan terdapat lapisan A, B

dan C sehingga solum tanah dalam. Tanah dengan horison bawah penciri kambik,

telah terdapat proses pembentukan tanah alterasi. Tekstur beragam dari kasar

hingga halus (tergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya). Tidak ada

horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Tanah andisol

merupakan tanah yang berkembang dari bahan induk abu vulkan, batu apung dan

sinder. Banyak mengandung mineral dalam tanah. Potensi fiksasi fosfat tinggi.

Daya menahan air tinggi, porositas tinggi dan permeabilitas cepat. Tanah vertisol

merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh

horison,mempunyai sifat mengembang saat basah dan mengkerut saat kering. Jika

tanah mengering, tanah akan mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras

serta terdapat rekahan sedalam > 50 cm (vertik). Padanan dengan sistem

klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit

(Hardjowigeno,1987).

Tanah perlu dikeringanginkan agar tanah meregang sehingga tercipta ruang

dan pori-pori yang memungkinkan tanah mendapatkan aerasi udara. Selain itu, hal

ini dilakukan agar kadar air pada tanah berkurang sehingga siap digunakan pada

acara-acara praktikum selanjutnya. Menurut literatur, hal ini berguna untuk

mengetahui kadar air yang terkandung pada sampel tanah atau tanaman yang

16
sudah dikeringkan dan berfungsi sebagai faktor kadar air pada setiap perhitungan

analisa (Sutardi, 2016).

Diameter tanah yang digunakan pada saat praktikum acara 1 adalah tanah

berdiameter 2 mm dan 0,5 mm. Perbedaannya terletak pada kelas struktur tanah

masing-masing tersebut, dimana tanah berdiameter 2 mm merupakan tanah

dengan kelas struktur sedang, sementara tanah berdiameter 0,5 mm terhitung

tanah dengan kelas struktur halus. Selain itu, tanah berdiameter 2 mm digunakan

untuk menetapkan kadar air tanah dan kadar air kapasitas lapang, sedangkan tanah

berdiameter 0,5 mm digunakan untuk menetapkan kadar air maksimum tanah.

Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah menjadi 3 kategori. Yang

berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2 cm dan 2

mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah

halus (Kohnke, 1968).

Menurut (Poerwowidodo, 1991), pisahan lempung dibedakan secara

mineralogis dari pisahan debu oleh karena lebih dirajai oleh pelikan – pelikan

hasil pelapukan dan tidak dijumpai pada batuan yang tidak lapuk. Pisahan

lempung lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan dalam batuan dan lebih

menunjukkan watak fisis dan kimiawi pisahan lempung. Pisahan lempung dengan

ukuran zarah < 2 mikron, merupakan pisahan koloid. Pelikan ini jarang dijumpai

dalam bentuk zarah berukuran > 2 mikron, dan umumnya dijumpai dengan ukuran

< 2 mikron. Pisahan lempung kasar, terutama berukuran > 0.5 mikron, dapat

mengandung sejumlah kuarsa, dan kadang mika, sedangkan pisahan lempung

ukuran < 0.1 mikron, hampir seluruhnya terdiri dari pelican lempung atau hasil

17
pelapukan lain. Menurut (Suhardi, 1983) Sifat fisik tanah bergantung pada ukuran

partikel-partikelnya. Partikel diatas 2,0 mm dikelompokkan sebagai kerikil, pasir

antara 0,05 mm dan 2,0 mm, geluh atau silt antara 0,002 sampai 0,05 mm dan

lempeng atau clay kurang dari 0,002 mm.

18
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ada tiga macam cara pengambilan contoh tanah, yaitu : contoh tanah utuh,

contoh tanah tidak utuh/terganggu dan contoh tanah dengan agregat utuh.

1. Contoh tanah yang tertampung di atas saringan 1 mm adalah contoh

tanah yang berdiameter 2 mm, seperti : Vertisol, Entisol dan Andisol.

2. Contoh tanah halus (diameter 0.5mm), seperti inseptisol dan ultisol.

3. Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam

program uji tanah.

4. Contoh tanah dapat digunakan untuk menetapkan kadar air tanah,

mengetahui derajat kerut tanah dan pengenalan contoh tanah dengan

indra.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum penyiapan contoh tanah yaitu

sebaiknya seluruh praktikan bersikap tenang dan tidak gaduh saat praktikum

berlangsung. Selain itu, berlaku sopan terhadap asisten praktikum maupun laboran

merupakan hal yang harus diperhatikan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Foth, Henry D. 1986. Fundamental of Soil Science. Gajah Mada University.

Yogyakarta.

Frenkel Dan Shainberg. 2006. Physical and chemical parameters affecting

transport of 137cs and watershed. Wat. Res. Journal. Vol. 13: 923 – 927.

Hakim , Nurhajati. 2007. Dasar – Dasar Ilmu Tanah . PT Baja Grafindo Persada.

Jakarta.

Hardjowigeno. Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

____________________. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

____________________. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika

Pressindo. Jakarta.

Ida, N. 2017. Teknologi produksi dan aplikasi mikroba pelarut hara sebagai pupuk

hayati. Jurnal Media Pertanian. Vol. 2(1) : 24-36.

Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd, Bombay.

Kulon Progo. Agrin Journal. Vol. 12 No. 1 Hlm. 67-77.

Lopulisa, C., 2004. Tanah-Tanah Utama Dunia Ciri, Genesa, dan Klasifikasinya.

Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Poerwowidodo. 1991. Genesha Tanah: Proses Genesa dan Morfologi. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Rayes, M.L. 2006. Deskripsi Profil Tanah di Lapangan. Unit Penerbitan Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

20
Rosmarkam, Afandie dan Nasih Widya. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.

Yogyakarta.

Setyo, P., dan Joko, S. 2016. Pengolahan air tanah berbasis treatment ferrolite,

manganese zeolite, dan ion exchange. Jurnal Teknik Waktu. Vol. 14(2) : 21-

31

Soepardi. 1979. Sifat dan Ciri Tanah I. IPB. Bogor.

Subagyo. 1970. Dasar-Dasar Ilmu Tanah II. PT.Soeroengan. Jakarta.

Suganda H., Achmad R., dan Sutono. 2002. Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah

untuk Penanaman Tanaman Anggrek Bulan, Trubus Action.Artikel.Hlm 3-

12. PT Grassindo Pustaka, Jakarta.

Suhardi. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta.

Susanto A.N. dan Marten P.S. 2007. Karakteristik dan ketersediaan data sumber

daya lahan pulau-pulau kecil untuk perencanaan pembangunan pertanian

di Maluku. Jurnal Litbang Pertanian. Vol: 23(4):123-128.

Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Sutardi, Ahmad. 2016. Hubungan kedalaman pirit dengan beberapa sifat kimia

tanah dan produksi kelapa sawit (Elais guineensis). Jurnal Ilmu Tanah dan

Lingkungan. Vol. 13 (1): 21-24.

Tan, Subharja. 1986. Ilmu Tanah dan Klasifikasi Dasar. PT Hardika Medika.

Bandung.

21
LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai