Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan

organik. Tanah menyediakan unsur-unsur hara untuk makanan tanaman sebagai

bahan pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman, dan

melalui daun dirubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat, protein,

lemak dan lain-lain yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, hewan, dan

tumbuhan.

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah

baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah

bahan pemantap agregat tanah. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK)

berasal dari bahan organik. Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya

derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut

tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi

kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.

Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan

organik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan

fraksitanah yaitu pasir, debu dan liat. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran

dan sifat yang berbeda-beda.

46
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.

Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu

bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan

organik tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.Sifat fisik tanah mempunyai

banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuannya yang

dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk menjadi keras dan menyangga,

kapasitas drainase dan menyimpan air plastisitas, kemudian untuk ditembus akar,

aerasi dan kemampuan menahan vetensi unsure-unsur hara tanaman semuanya

berhubungan dengan kondisi fisik tanah. Mengetahui derajat kerut suatu jenis

tanah akan mempermudah untuk mengetahuikandungan bahan organik dalam

tanah tersebut.

B. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum derajat kerut tanah adalah :

1. Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah.

2. Untuk membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah.

C. Manfaat

Manfaat yang akan diperoleh setelah melakukan praktikum derajat kerut

tanah adalah dapat diketahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis

tanah yang diamati dan dapat membandingkan derajat kerutnya.

47
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah mempunyai sifat mengembang bila basah dan mengerut bila kering.

Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin

tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik

tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah,

maka derajat kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).

Derajat kerut tanah adalah kemapuan tanah untuk mengembang dan

mengerut. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila

kering).Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang

kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan.

Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi

jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief,

1986).

Pisahan lempung dibedakan secara mineralogis dari pisahan debu oleh karena

lebih dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan dan tidak dijumpai pada

batuan yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah pelapukan lanjut daripada

pelikan dalam batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dan kimiawi pisahan

lempung. Pisahan lempung dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan pisahan

koloid. Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2 mikron, dan

umumnya dijumpai dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung kasar, terutama

berukuran > 0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan kadang mika,

48
sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir seluruhnya terdiri dari

pelican lempung atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).

Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air

dan udara merupakan bagian dari tanah. Oleh karena itu sangatlah penting untuk

mempelajari ilmu tanah dan cara untuk melestarikannya. Tanah adalah susunan

butiran padat dan pori-pori yang saling berhubungan satu sama lain sehingga air

dapat mengalir dari satu titik yang mempunyai energi lebih tinggi ke titik yang

mempunyai enargi lebih rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah

diperlukan dalam mekanika. Hal ini sangat berguna didalam menganalisa

kestabilan dari suatu bendungan tanah konstruksi dinding penahan tanah yang

terkena gaya rembesan (Kohnke, 1968).

Kadar air tanah yang tinggi pada tanah akan menyebabkan tanah

mengembang, begitu pula apabila kadar air tanah menurun. Saat kadar ait tanah

menurun maka air yang terdapat di antara ruang lapisan akan keluar sehinga

ruangan yang semula berisi air akan ditempati udara. Karena itu, tanah akan

mengering dan retak-retak (Murtiono, 2009).

Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan

mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut

maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah

disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya

pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient

Of Linear Extensibility) (Hardjowigeno, 2010).

49
Berbagai macam ukuran, tekstur dan srtuktur yang telah disebutkan diatas,

sangat mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah. Dipandang dari

segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir

anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih

besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan

bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang

lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga

terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri

lempung (Soegiman, 1982).

50
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Tempat dilaksanakannya praktikum Dasar Ilmu Tanah adalah di

Laboratorium Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Univesitas

Jenderal Soedirman. Waktu pelaksanaan praktikum yaitu pada hari Sabtu, 23

Maret 2019 pukul 13.00-15.00.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum derajat kerut tanah adalah tanah halus

jenis entisol (0,5 mm), air, dan vaselin. Alat yang digunakan saat praktikum

adalah cawan porselin, cawan dakhil, colet, botol semprot, kuas dan jangka

sorong.

C. Prosedur Kerja

1. Diameter cawan dakhil dikur dengan jangka sorong

2. Cawan dakhil diolesi vaselin secara merata dengan kuas

3. Tanah inceptisol dimasukkan kecawan porselin lalu diberi air dengan

botol semprot

4. Tanah inceptisol diaduk dengan colet hingga menjadi pasta yang

homogen

51
5. Pasta tanah yang homogeny dimasukkan kedua buah cawan dakhil dan

diratakan dengan colet

6. Cawan dakhil yang berisi pasta tanah dijemur di bawah terik matahari

langsung

7. Tanah diukur diameter setiap dua jam sekali dengan jangka sorong

bagian atas sampai diameter dari kedua tanah tersebut konstan

ukurannya

8. Hasil dihitung dengan menggunakan rumus:

diameter awal−diameter akhir


Derajat kerut tanah= ×100 %
diameter awal

52
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4. Hasil Pengamatan Derajat Kerut Tanah

Pengamatan Ke -
No Jenis Tanah
1 2 3 4


36,14 mm 35,92 mm 35,97 mm 35,70 mm
1

1 ᴓ
Entisol 36,11 mm 36,12 mm 35,76 mm 35,45 mm
1 2

X
36,125 mm 36,02 mm 35,865 mm 35,575 mm
X


34,84 mm 34,56 mm 33,76 mm 33,70 mm
1

2 ᴓ
Ultisol 36,35 mm 35,35 mm 35,64 mm 34,90 mm
2 2

X
35,595mm 34, 955 mm 34,70 mm 34,30 mm
X

3 Vertisol ᴓ
37,03 mm 36,62 mm 36,86 mm 36,56 mm
3 1


36,19 mm 34,87 mm 36,46 mm 36,40 mm
2

X 36,61 mm 35,745 mm 36,57 mm 36,48 mm

53
X


36,33 mm 36,15 mm 36,00 mm 35,91 mm
1

4 ᴓ
Andisol 37,06 mm 36,12 mm 36,27 mm 36,23 mm
4 2

X
36,695 mm 36,135 mm 36,135 mm 36,07 mm
X


36,66 mm 35,40 mm 34,46 mm 34,17 mm
1

5 ᴓ
Inseptisol 36,11 mm 36,10 mm 34,58 mm 34,42 mm
5 2

X
36,385 mm 35,75 mm 34,52 mm 34,295 mm
X

36,125−35,575
Derajat Kerut Entisol= x 100 %=1,522 %
36,125

35,595−34,30
Derajat Kerut Ultisol = x 100 %=3,63 %
35,595

36,61−36,48
Derajat Kerut Vertisol= x 100 %=0,355 %
36,61

36,695−36,07
Derajat Kerut Andisol= x 100 %=1,703 %
36,695

36,385−34,295
Derajat Kerut Inseptisol= x 100 %=5,74 %
36,385

54
B. Pembahasan

Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah menjadi 3 kategori. Yang 

berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2 cm dan 2

mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah

halus (Kohnke, 1968).Dalam suatu analisis dilihat bahwa bahan tanah halus

dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama yaitu pasir, debu (lanau), dan

lempung. Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara

batas-batas tertentu (Notohadiprawiro, 1998).

Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda beda.Bahan

anorganik secara garis besar dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu :

1. Dominasi fraksi pasir (0, 05mm – 2, 00mm), bersifat tidak plastis dan

tidak liat, daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang

pori makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah

pasiran relatif baik. Fraksi pasir menyebabkan terbentuknya sedikit pori-pori

makro (dari 5.700 partikel per g tanah terbentuk sekitar 1.400 pori makro),

sehingga luas permukaan yang disentuh bahan menjadi sangat sempit (hanya 4

cm2 per g tanah), sehingga daya pegangnya terhadap air sangat rendah.

Kondisi ini menyebabkan air dan udara mudah masuk keluar tanah, hanya

sedikit air yang tertahan. Pada kondisi lapangan, sebagian besar ruang pori

55
terisi oleh udara , sehingga pori-pori makro disebut juga popri aerasi atau dari

segi kemudahannya dilalui air disebut juga sebagai pori drainase.

2. Dominasi fraksi liat ( 0, 002 mm – 0.05) sebenarnya merupakan pasir

mikro dan sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat

plastis dan kohesi yang cukup baik. Fraksi ini menyebabkan terbentuknya
partikel
banyak pori-pori mikro (dari 90.250,853 juta /g tanah terbentuk sekitar

22.500 juta pori mikro ) sehingga luas permukaan sentuhnya menjadi sangat

luas (8 juta cm2/g tanah, hampir 200.000 kali liat, sehingga daya pegang

tehadap air sangat kuat). Kondisi ini menyebabkan air yang masuk ke pori-

pori segera terperangkap dan udara sulit masuk. Pada kondisi lapangan,

sebagian besar ruang pori terisi air, sehingga pori-pori mikro ini disebut juga

pori kapiler.

3. Dominasi fraksi debu (< 0, 002 m) berbentuk mika atau lempeng, bila

dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengerut

yang besar. Bila kering menciut dan banyak menyerap energi panas, bila

dibasahi terjadi pengembangan volume dan terjadi pelepasan panas yang

disebut sebagai panas pembasahan (heat of wetting). Fraksi ini akan

menyebabkan terbentuknya pori-pori meso dalam jumlah sedang (dari 5,776

juta partikel per g tanah terbentuk sekitar 1.250 pori meso) sehingga luas situs

sentuhnya menjadi cukup luas (454 cm2 per gtanah), mengasilkan daya pegang

terhadap air yang cukup kuat. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup

mudah masuk keluar tanah, sebagian air akan tertahan, di lapangan , sebagian

besar ruang pori terisi oleh udara dan air dalam jumlah yang seimbang,

56
sehiungga pori-pori meso termasuk juga pori drainase, sehingga cukup

permeable (Hanafiah, 2007).

Tanah ringan adalah tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai

tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air. Sebaliknya tanah

berat adalah tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi

jelek, lengket dan sukar pengolahannya. Sebaliknya tanah yang banyak

mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar

pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986).

Berat ringannya tanah, terdapat dua jenis tanah menurut berat ringannya

tanah, yaitu tanah berat dan tanah ringan. Tanah berat adalah jenis tanah yang

kandungan litany lebih banyak dibandingkan fraksi lain, jenis tanah ini

mempunyai derajat kerut yang tinggi contoh jenis tnah ini adalah tanah vertisol.

Sebaliknya untuk tanah kerinh yang lebih banyak mengandung fraksi pasir,

sehingga derajat kerutnya cenderung kecil, contoh jenis tanah ini adalah jenis

tanah entisol yang lebih banyak kandungan pasirnya (Kohnke, 1968).

Berdasarkan hasil perhitungan derajat kerut tanah yang dilakukan, faktor

yang mempengaruhi derajat kerut tanah memiliki sedikit kesesuaian dengan

literatur. Contohnya pada tanah vertisol, dimana tanah jenis ini memiliki nilai

derajat kerut yang paling kecil dari empat jenis lainnya karena tanah vertisol

memiliki kandungan bahan organik yang paling tinggi diantara lainnya. Hal ini

sesuai dengan literatur menurut (Notohadiprawiro, 1998), bahwa faktor- faktor

yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah berat ringannya tanah akan

menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar

57
derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya.

Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin

kecil. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain

itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan

organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kerut tanah antara lain: 1) Berat

ringannya tanah. Tanah berat yaitu tanah yang banyak mengandung liat. Semakin

tinggi kandungan liat maka semakin berat tanah , sehingga derajat kerut tanah

akan semakin besar. Butir-butir liat seperti mika, jika mengandung cukup air

menjadi sangat plastis.Daya adsorpsi liat terhadap air, gas dan garam larut

sangatlah besar; 2) Kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan

organik maka akan derajat kerut tanah akan semakin kecil. Hal ini berbanding

terbalik dengan berat ringannya tanah; 3) Sinar matahari. Semakin tinggi

intensitas cahaya matahari maka derajat kerut tanah akan semakin besar. (Kohnke,

1968).

Sifat mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relatif,

terutama yang berda diantara satuan-satuan structural misel. Jika kisi hablur

lempung mengembang akan terjadi pengerutan pada waktu terjadi pembahasan

oleh air. Setelah mengalami kekeringan sesuatu tanah yang cukup lama akan

mengalami retak yang cukup dalam, sehingga hujan pertama mudah masuk ke

dalam tanah (Buckman, 1994). Menurut Hamzah (2007), derajat kerut yang

terbesar ada pada tanah Vertisol. Tanah Vertisol mempunyai kandungan liat yang

58
mengembang tinggi, retakan dalam dan lebar yang berkembang selama periode

kering.

Sifat mengembang dan mengerut tanah disebabkan oleh kandungan liat

montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dan pengerutan tanah

dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient of Linear Extendility ) atau PVC

( Potential Volume Change = swell index = indeks pengembangan)

(Hardjowigeno, 2003). Antara pengembangan dan pengerutan, kohesi dan plastis

berhubungan erat satu sama lain. Ciri-ciri ini tergantung tidak hanya pada

campuran lempung dalam tanah, tetapi juga sifat dan jumlah humus yang terdapat

bersama koloid organik. Sifat tergantung pada struktur pengembangan tanah

(Buckman, 1994).

Hubungan mengembang dan mengerut dengan kadar air yaitu apabila kadar

air dalam tanah tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh

air sehinggat erjadi pengembangan pada tanah begitu juga sebaliknya. Kandungan

liat juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan

dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi

sangat mudah terjadi pengembangan begitu pula sebaliknya (Foth, 1994).

Tanah yang mempunyai kemampuan mengembang dan mengerut paling

tinggi disebabkan oleh kandungan liat, maka permeabilitasnya semakin lambat.

Hal ini menyebabkan tanah mempunyai retakan-retakan yang banyak. Air yang

mengalir melalui retakan-retakan menyebabkan perkolasi makin tinggi. Hal inilah

59
yang menyebabkan pengukuran kecepatan air perkolasi di musim kering sering

menghasilkan kesalahan-kesalahan.

Hasil perhitungan derajat kerut dari beberapa jenis tanah antara lain derajat

kerut tanah entisol pada pengamatan adalah 1,522% ; derajat kerut tanah

inceptisol pada pengematan adalah 5,74 % ; derajat kerut tanah andisol pada

pengamatan adalah 1,703 %; derajat kerut tanah vertisol pada pengamatan adalah

0,355%dan derajat kerut tanah ultisol pada pengamatan adalah 3,63 %.

Berdasarkan hasil tersebut tanah inceptisol memiliki derajat kerut paling besar dan

derajat kerut paling kecil adalah tanah vertisol..

Pernyataan pada paragraf di atas sesuai dengan literatur yang ditulis oleh

Hardjowigeno (2010), yang menyatakan bahwa derajat kerut tanah dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu berat ringannya tanah akan menentukan

derajat kerut pada tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar

kandungan derajat kerut tanah. Selain itu, kandungan bahan organik tanah

berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, makan

derajat kerut tanah semakin kecil.

Hasil pengamatan tanah vertisol menunjukkan derajat kerut sebesar 0,355 %

yang seharusnya memiliki keliatan yang sangat tinggi, sehingga tidak sesuai

dengan pernyataan Prasetya (2006), tanah vertisol bersifat liat, mempunyai

slickenslide dan mampu mengembang dan mengkerut serta mempunyai drainase

yang lambat. Hasil pengamatan tanah inseptisol menunjukkan derajat kerut

sebesar 5,74%. Hasil ini menunjukkan bahwa tanah ini bertekstur lempung

60
berpasir dimana pernyataan Hakim (1986) menyatakan bahwa tanah inseptisol

memiliki tekstur lempung berpasir, dengan ciri agak kasar, bola agak kasar tetapi

mudah hancur, dan melekat.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Besar derajat kerut tanah pada masing-masing jenis tanah adalah:

a. Entisol = 1,522 %

b. Ultisol = 3,63 %

61
c. Vertisol = 0,355 %

d. Andisol = 1,703 %

e. Inseptisol = 5,74 %

2. Tanah yang memiliki derajat kerut tanah terbesar adalah tanah tanah

Inseptisol dan tanah yang memiliki derajat kerut tanah terkecil adalah

tanah Vertisol

B. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum derajat kerut tanah yaitu,

sebaiknya praktikan lebih memperhatikan tanah yang dijemur agar pengukuran

dapat lebih mudah dan memperoleh data yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Buckman , H. O , and Brady. 1994. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Foth, Henry. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

62
Hakim, Nurhajati, et all. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA. Lampung.

Hamzah, Karismata. 2007. Kajian tingkat perkembangan tanah pada lahan

persawahan di desa Kaluku Tinggi kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.

Journal Agroland Indonesian. Vol. 16(1): 45-52.

Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada. Jakarta

Hardjowigeno, H. Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta

_______________________. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta

Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd, Bombay.

Kulon Progo. Agrin Journal. Vol. 12 No. 1 Hlm. 67-77.

Murtiono, Hari Ugro. 2009. Kajian ketersediaan air permukaan pada beberapa

daerah aliran sungai: studi kasus di sub DAS Temon, Wuryantoro, Alang, dan

Keduang. Jurnal Forum Geografi. Vol.23.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat Jendral

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Prasetya, B.H dan Suriadikarta D.A. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi

pengololaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di

Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 25(2): 39-47.

Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Soegiman. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

63
LAMPIRAN

64
65

Anda mungkin juga menyukai