Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI TANAMAN

ACARA III
IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI TUMBUHAN

Oleh :
Erwan Feraldonada
NIM. A1A018070
Rombongan 5
PJ Asisten : Tania Rizkiani

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
A. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Identifikasi tumbuhan adalah mencandra ciri – ciri tumbuhan baik dari

segi morfologi, anatomi maupun ciri – ciri yang lain sehingga dapat dibedakan

dengan jenis tumbuhan yang lain. Misalnya saja bentuk daun, kedudukan daun,

letak tulang daun, bentuk benang sari, dan letak benang sari. Ciri – ciri anatomi

misalnya letak kambium pada batang batang, dan susunan jaringan pada daun.

Identifikasi tumbuhan merupakan suatu cara untuk mempelajari ilmu botani

dalam pembelajaran biologi terutama pokok bahasan Klasifikasi dan Taksonomi

Tumbuhan. Identifikasi memiliki kompleksitas materi yang cukup tinggi,

sehingga perlu media yang efektif dalam penyampaiannya. Obyek serta persoalan-

persoalan biologi banyak ditemukan di sekitar kita, hal ini sangat baik bila

dijadikan sebagai sumber belajar. Penggunaan lingkungan sebagai media sumber

belajar tidak banyak mengalami kesulitan, mengingat biologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang makhluk hidup yang obyek dan persoalannya banyak terjadi

di lingkungan alam sekitar. Tumbuhan penghijauan merupakan tumbuhan yang

mempunyai banyak fungsi mulai dari fungsi ekologi, kesehatan, lingkungan,

psikologi, serta fungsi pendidikan dan pengajaran. Namun sangat sayang sekali,

tumbuhan yang begitu banyak manfaatnya kurang disadari, masyarakat juga

pemerintah. Identifikasi dikenal juga dengan istilah pengenalan. Melakukan

identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas (“jati


diri”) suatu tumbuhan, yang dalam hal ini tidak lain daripada “menentukan nama

yang benar dan tempat yang tepat dalam sistem klasifikasi”. Oleh karena itu

dalam penyampaian media ini, peran guru (dosen) sebagai fasilitator sangat

penting sehingga pencapaian materi dapat berjalan efektif. Identifikasi sangat

penting dalam ilmu botani karena digunakan sebagai media belajar. Hal ini harus

didukung dengan dengan adanya penguasaan jenis-jenis yang ada di sekitar

lingkungan terutama tumbuhan peneduh jalan, maka dapat membantu pemahaman

pokok bahasan Klasifikasi dan Taksonomi Tumbuhan secara lebih mendalam.

Klasifikasi adalah melakukan penyusunan tumbuhan sesuai dengan ciri –

ciri yang ada sehingga dapat dibedakan dengan tumbuhan lain. Suatu tumbuhan

dapat diklasifikasi mulai dari kingdom hingga species. Klasifikasi dilakukan

setelah identifikasi.

B. Tujuan

Tujuan dari percobaan identifikasi dan klasifikasi tumbuhan yaitu :

1. Mengenal nama jenis tumbuhan dengan melakukan identifikasi atau

determinasi untuk tanaman tingkat rendah dan tinggi dengan menggunakan kunci

determinasi.

2. Dari hasil identifikasi mahasiswa dapat mengklasifikasi tumbuhan yang

diperoleh dari hasil eksplorasi sesuai dari ciri – ciri yang ada.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Keragaman genetik terdiri atas ragam genetik aditif, dominan, dan epistasis.

Ragam genetik aditif adalah ragam genetik yang menyebabkan terjadinya

kesamaan sifat di antara tetua dan turunannya. Fenotipe pada aksi gen aditif

disebabkan penjumlahan dari masing-masing alel tanpa interaksi dengan alel lain

(interaksi alelik atau non alelik), sedangkan pada aksi gen epistasis, fenotipe

ditentukan oleh interaksi alel-alel dari lokus yang berbeda (Roy, 2000).

Proses kunci identifikasi dilakukan tahapan koleksi spesimen, preparasi

spesimen, deterrninasi spesimen dan penyusunan kunci. Hasil identifikasi spesies

kemudian dijadikan acuan pembuatan kunci identifikasi. Maserasi adalah

pemilihan spesimen acuan. Kemudian dipindabkan kedalam cawan sirakus berisi

akuades dan direndam selama satu jam. Selanjutnya dilakukan perendaman dalam

larutan NaOH 2,5% se!ama 16 jam. Kemudian spesimen dipindahkan dari larutan

NaOH ke dalam aquades dan direndam kembali selama 2 jam. Spesimen ditekan

secara perlahan dengan bantuan jarum inokulasi agar isi tubuhnya keluar dan

menyisakan bagianbagian penting inilegumen kerangka tubuh guna keperluan

identifikasi dan deterrninasi. Selanjutnya, dilakukan penyimpanan spesimen

dalam alkohol 60% selama 16 jam (Sartiami, D. 2008).

Banyak metode yang digunakan untuk melakukan identifikasi suatu objek

didasarkan pada ciri yang dimiliki objek. Salah satu yang bisa digunakan yaitu

ANFIS (Adaptive neuro-fuzzy inference system), yang memadukan fuzzy logic

dan neural network (Kadir, 2010).


Indonesia sebagai negara tropis memiliki banyak ragam jenis tumbuh-

tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan adalah segala sesuatu yang hidup dan berbatang,

berdaun, berakar (Purwodarminto, 1995: 1080). Tumbuh-tumbuhan bisa

ditemukan secara liar atau berupa tanaman yang sengaja ditanam dan

dibudidayakan oleh manusia. Pembudidayaan tumbuh-tumbuhan secara

keseluruhan belum mencapai suatu tahapan eksploitasi yang maksimal, dimana

pengelolaan pembudidayaannya belum memanfaatkan secara penuh bagian-

bagian yang dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan, seperti daun, akar, batang, bunga,

buah, kulit dan ranting. Beberapa tumbuh-tumbuhan hanya digunakan akar atau

daunnya saja untuk kepentingan pengobatan maupun bahan makanan, sedangkan

bagian-bagian lainnya hanya terbuang begitu saja. Apabila diamati secara lebih

mendalam, masing-masing tumbuhan sebenarnya memiliki peranan yang sangat

potensial dalam menciptakan ragam jenis finishing interior. Dari daun suatu

tumbuhan dapat diciptakan ribuan macam jenis tampilan sebuah bidang

permukaan. Karakter daun yang kecil dapat digunakan untuk menciptakan tekstur

yang padat, rapat dan rumit. Daun-daun kecil suatu tumbuhan, dapat dieksplorasi

melalui bentukannya yang kecil dengan corak yang mungkin berbintik-bintik,

begitu pula dari daun kelapa yang melebar atau daun ubi kayu yang membentuk

komposisi bintang akan didapatkan sebuah bentukan alamiah sekaligus material

alamiah yang sangat potensial sebagai pengayaan ragam jenis finishing. Tidak

hanya pada daun, bentuk dan ukuran yang terdapat pada setiap akar-akar

tumbuhan pun banyak memiliki keunikan untuk dieksplorasi. Beberapa daerah di

Indonesia, masyarakatnya telah lama memanfaatkan berbagai jenis akar untuk


keperluan peralatan rumah tangga ataupun menggunakannya sebagai aksesoris

perhiasan pelengkap upacara adat. Sebagai contoh salah satu suku di daerah

Papua, masyarakat disana banyak menggunakan akar-akar anggrek yang dipilin

dan dijalin menjadi gelang sebagai aksesoris. Dalam skala ukuran akar yang lebih

besar lagi, dapat dijumpainya akar-akar jati yang banyak digunakan oleh

masyarakat perajin di sekitar hutan-hutan jati sebagai perabot ruang seperti meja,

kursi dan patung. Hal yang sama juga diterapkan pada akar bambu, dimana

masyarakat perajin di daerah Klaten dan Jogjakarta sudah mulai

mengembangkannya sebagai kerajinan hias elemen dekoratif ruang.

Proses klasifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi

citra bentuk daun dari tumbuhan itu sendiri. Cara pengambilan gambar daun dari

tumbuhan tersebut, maka dapat dilakukan langkah-langkah pengenalan pola daun

dengan cara mengenali karakteristik struktural daun seperti bentuk dan tekstur

daun tersebut. Proses klasifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan cara

mengidentifikasi gambar bentuk daun dari tumbuhan. Dengan cara tersebut maka

dapat dilakukan langkah-langkah pengenalan pola daun dengan mengenali

karakteristik struktural daun seperti bentuk dan tekstur sebuah daun. Metode

untuk melakukan pemrosesan terhadap citra masukan dengan pemanfaatan teknik

pengolahan citra digital dilakukan untuk menganalisa karakteristik struktural daun

(Liantoni, 2015).

Sistem pengenalan dan pengklasifikasian daun tumbuhan yang otomatis

sangat berguna karena dapat mendukung pengklasifikasian tumbuhan dengan

cepat. Daun merupakan salah satu ciri tumbuhan yang unik dan mudah diamati
dan cukup representatif sehingga bisa dijadikan obyek untuk ekstraksi fitur

tumbuhan. Ekstraksi fitur obyek yang tepat sangat mempengaruhi baik buruknya

hasil klasifikasi tumbuhan. Beberapa penelitian tentang pengelompokkan bentuk

tumbuhan, umumnya menggunakan metode jaringan saraf tiruan seperti yang

dilakukan (Stephen., et al. 2011).

Kelapa merupakan salah satu tumbuhan yang banyak dimanfaatkan untuk

obat penyakit dalam di Kecamatan Guluk-guluk. Masyarakat banyak menanam

tumbuhan ini disekitar rumah, dan disawah atau tegalan. Untuk pengobatan

tumbuhan ini dimanfaatkan bagian buahnya. Menurut masyarakat tumbuhan ini

merupakan tumbuhan yang serba guna, dari akar sampai ujung daunnya semua

bisa dimanfaatkan, sehingga masyarakat banyak menanam tumbuhan ini. Nama

lokal tumbuhan ini adalah nyiur (Rozak, 2011).

Adapun klasifikasi dari tumbuhan kelapa (Cocos nucifera L.) adalah sebagai

berikut (Savitri, 2008):

Divisi : Magnoliopyta

Kelas : Liliopsida

Bangsa : Arecales

Suku : Arecaceae

Marga : Cocos

Jenis : Cocos nucifera L.

Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut,

tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir

pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe
monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Daun tersusun

secara majemuk, menyirip sejajar tunggal, pelepah pada ibu tangkai daun pendek,

duduk pada batang, warna daun hijau kekuningan. Bunga tersusun majemuk pada

rangkaian yang dilindungi oleh bractea terdapat bunga jantan dan betina, berumah

satu, bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian

yang jauh dari pangkal. Buah besar, diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan

lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat, buah tersusun dari mesokarp berupa

serat yang berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp yang keras

(disebut batok) dan kedap air endokarp melindungi biji yang hanya dilindungi

oleh membran yang melekat pada Sisi dalam endokarp. Endospermium berupa

cairan yang mengandung banyak enzim dan padatannya mengendap pada dinding

endokarp ketika buah menua embrio kecil dan baru membesar ketika buah siap

untuk berkecambah disebut kentos (Steenis, 2006).

Untuk mengenal tanaman, perlu proses identifikasi. Salah satunya dengan

penggunaan nama ilmiah atau nama botani. Tujuannya agar adanya kesamaan

karena nama ilmiah merupakan nama standar internasional. Dengan demikian,

jenis tanaman yang dimaksud akan sama untuk setiap negara. Nama ilmiah

biasanya terdiri dari dua kata, yaitu nama genus dan nama spesies. Misalnya,

Caryota mitis, Caryota adalah nama genus dan mitis adalah nama spesies.

Penulisan genus selalu dimulai dengan huruf kapital, sedangkan nama spesies

dimulai dengan huruf kecil. Adapun penulisan nama ilmiah tersebut dengan

menggunakan huruf miring (italic) (Hasim, 2009).


Penggunaan kunci determinasi merupakan cara yang sering digunakan untuk

mengidentifikasi tumbuhan maupun hewan. Kunci determinasi disebut juga kunci

dikotom, merupakan kunci identifikasi dengan menelusuri jalur yang ditetapkan

oleh keputusan beraturan dengan setiap pilihannya adalah biner (hanya ada dua

alternatif). Manfaat klasifikasi adalah mengetahui adanya hubungan kekerabatan

antara makhluk hidup yang beraneka ragam dalam mendukung kelangsungan

hidup manusia dan mempermudah mengenal dan mempelajari makhluk hidup

(Untoro, 2010).

Menyusun kunci determinasi sederhana untuk mempermudahkan membuat

tahapan klasifikasi makhluk hidup dapat digunakan kunci determinasi. Kunci

determinasi adalah uraian tentang ciri—ciri umum sampaiciri—ciri khusus

makhluk hidup. Cara menggunakan kunci determinasi ini harus mengetahui nama

bagian yang akan diamati, kemudian dicocokkan dengan dengan ciri—ciri yang

ada pada kunci determinasi (Sugiyarto, dan Eni, 2008).

Morfologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari bentuk fisik dan

struktur tubuh dari tumbuhan, morfologi berasal dari bahasa Latin morphus yang

berarti wujud atau bentuk, dan logos yang berarti ilmu. Morfologi tumbuhan

berbeda dengan anatomi tumbuhan yang secara khusus mempelajari struktur

internal tumbuhan pada tingkat mikroskopis. Morfologi tumbuhan berguna untuk

mengidentifikasi tumbuhan secara visual, dengan begitu keragaman tumbuhan

yang sangat besar dapat dikenali dan diklasifikasikan serta diberi nama yang tepat

untuk setiap kelompok yang terbentuk, ilmu yang mempelajari klasifikasi serta

pemberian nama tumbuhan adalah taksonomi tumbuhan (Wahyuni, et al, 2016).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat digunakan dalam praktikum Identifikasi dan Klasifikasi Tumbuhan

yaitu pisau, jarum , loupe, dan penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan

adalah tumbuhan hasil eksplorasi.

B. Prosedur Kerja

1. Bagian-bagian vegetatif maupun generatif dari tumbuhan yang telah

dikoleksi diamati.

2. Tumbuhan tersebut dicandera dengan menggunakan kunci determinasi,

sehingga dapatcdiketahui famili. Tabel ini disebut dichotomis

(menggarpu), pada setiap nomor selalu disusun 2 pertanyaan a dan b yang

setiap kali merupakan pertanyaan kebalikan.

3. Dari beberapa karakter yang diamati, dapat diketahui sesuai dengan

pertanyaan a atau b. Pada akhir pertanyaan didapatkan nomor yang baru

yang menunjukkan arah berikutnya dan seterusnya. Pada akhirnya akan

diketemukan sebuah famili yang bernomor.


4. Uraian dan deskripsi dari familianya dibaca dengan teliti dan uraian

tersebut dibandingkan dengan tanamannya untuk meneliti apakah uraian

tersebut cocok.

5. Dimulai dengan tabel untuk menentukan genus, dan seterusnya sehingga

diketemukan nama speciesnya.

6. Tempat asal tumbuhan, tempat tumbuh dan letak ketinggian tempat dan

nama daerah dicantumkan pada akhur kegiatan.

7. Hasil identifikasi diklasifikasi untuk divisi Bryiophyta, Pterydophyta dan

Spermatophyta, sampai tingkat species.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

NO GAMBAR FOTO KETERANGAN

1 Nama: Tumbuhan paku


Nama Latin : Dryopteris cristata
Daun: Bergerigi
Batang: Tidak berkambium
Akar: Serabut

2 Nama: Lumut
Nama Latin :Bryopsida sp.
Daun: Belum sejati
Batang: Belum sejati
Akar: Belum sejati

3 Nama: Lada
Nama Latin: Piper Nigrum
Daun: Melengkung
Batang: Tidak berkambium
Akar: Serabut

4 Nama: Pohon Durian


Nama Latin : Durio zibethinus
Daun: Menyirip
Batang: Berkambium
Akar: Tunggang
5 Nama: Pohon kelapa
Nama Latin : Cocos nucifera .L
Daun: Sejajar
Batang: Batang tunggal
Akar: Serabut

6 Nama: Bougenville
Nama Latin : Bougainvillea
spectabilis
Daun: Melengkung
Batang: Berkambium
Akar: Tunggang

7 Nama: Jambu air


Nama Latin : Syzygium aqueum
Daun: Melengkung
Batang: Berkambium
Akar: Akar tunggang
Tanaman : Lada (Pipevaceae)

Kunci Determinasi

 Famili : 1b – 2b – 3b – 4b – 6b – 7b – 9a – 41b – 42b – 43b – 54b

61b – 62b – 63a

 Genus : Piper (1b – 2a)

 Spesies : Piper nigrum

Setelah tanaman lada diidentifikasi, hasilnya yaitu tanaman tipe memanjat.

Panjang batang 5 – 15cm. Daun berseling atau tersebar, bertangkai, dengan daun

penumpu yang cepat rontok, dan meninggalkan bekas yang berbentuk cincin.

Helaian daun bulat elur sampai memanjang, dengan ujung meruncing, 8 – 20 kali

5 – 15 cm, bagian bawah terisi dengan kelenjar kecil, tenggel dan rapat. Bulir

berdiri sendiri, di ujung, berhadapan dengan daun, menggantung ; tangkai 1 – 3,5

cm ; sumbu 3,5 – 22 cm. Daun pelindung memanjang, 4 – 5 mm. Tangkai sari

panjang IK 1 m, kepala putik 2 – 5, kebanyakan 3 – 4. Buah buni IK berbentuk

bola. Tumbuh – tumbuhan yang berobah – obah. Dari India, di Tawa terutama

dipelihara 1 – 1500 m. Piper, N, Marica, Ind, J, S, Lada, S, Pedes, S, Sakang, Md.


B. PEMBAHASAN

Pada umumnya, tumbuhan tingkat rendah, seperti ganggang, lumut, dan

tumbuhan paku belum memiliki alat perkembangbiakan khusus. Perkembang-

biakan generatif pada tumbuhan tingkat rendah dapat terjadi dengan cara

konjugasi, peleburan sel kelamin (gamet), dan pembentukan spora (Arisworo,

2006). Bakteri adalah tumbuhan tingkat rendah yang paling kecil. Orang yang

pertama kali mengenal bakteri di bawah mikroskop adalah Antony van

Leeuwenhoek pada tahun 1683

Tanaman tingkat tinggi mempunyai dua macam klorofil yaitu klorofil a

(C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil b (C55H70O6N4Mg)

yang berwarna hijau muda (Song Ai dan Banyo, 2011).

Pada tumbuhan tingkat tinggi, kloroplas terutama terdapat pada jaringan

parenkim palisade dan parenkim spons daun. Dalam kloroplas, pigmen utama

klorofil serta karotenoid dan xantofil terdapat pada membran tilakoid (Salisbury

dan Ross, 1991).

Identifikasi adalah proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu

dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu (Chaplin, 1989). Salah satu

langkah dalam identifikasi adalah pengelompokan yaitu pada awalnya setiap

sampel merupakan satu kelompok tersendiri, selanjutnya dua kelompok terdekat

digabungkan demikian seterusnya sampai diperoleh satu kelompok yang

beranggotakan semua individu. Pengelompokan dengan teknik ini dapat

digambarkan dalam diagram pohon atau dendrogram (Franco., et al 1997).


Identifikasi merupakan proses yang penting untuk mengenali dan membedakan

sesuatu hal dengan hal lainnya, hal ini dapat berupa hewan, tumbuhan, maupun

manusia. Identifikasi ini dilakukan dengan mengenali ciri khas yang dimiliki

sesuatu hal tersebut (Hidayatno, A. 2008).

Pengamatan dilakukan pada bagian daun, mulai flush daun sampai daun

menjadi sempurna dan berwarna hijau tua. Pengamatan tanaman sampel dilakukan

dengan 2 metode, metode non-destruktif yang terdiri dari pengamatan warna

daun, warna tulang daun, panjang daun, lebar daun, rasio P/L daun dan lama

perkembangan daun, sedangkan untuk metode destruktif terdiri dari pengamatan

jumlah daun per flush, posisi duduk daun pada batang, bangun atau bentuk daun

dan luas daun maksimum (Nilasari., et al 2013). Morfologi tumbuhan merupakan

ilmu yang mempelajari bentuk fisik dan struktur tubuh dari tumbuhan. Morfologi

tumbuhan berguna untuk mengidentifikasi tumbuhan secara visual, jika hanya

sekedar nama tidak akan menggambarkan dengan jelas bagaimana wujud

tumbuhan tersebut. Sebagai contoh, hal yang paling sering dan mudah dilakukan

ketika membedakan tumbuhan monokotil dan dikotil adalah mengamati bagian

daunnya. Daun memiliki tulang daun yang beraneka ragam sesuai pengelompokan

jenis tumbuhan monokotil dan dikotil. Struktur tulang daun pada tumbuhan

monokotil yaitu sejajar atau melengkung, sedangkan pada tumbuhan dikotil

struktur tulang daunnya menyirip atau menjari (Christy, 2015). Akar tunggang

dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabut

umumnya tumbuh menyebar ke arah samping dan menembus tanah dangkal. Akar

tanaman berwarna keputih– putihan dan halus berukuran sangat kecil. Di antara
akar–akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi

(stolon) yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang. Akar tanaman berfungsi

menyerap zat–zat yang diperlukan tanaman dan untuk memperkokoh berdirinya

tanaman (Samadi, 1997).

Ciri Morfologi masing-masing spesies hampir mirip, mulai dari akar, batang

dan daun, karena masih dalam satu famili. Anatomi Batang dilihat tipe berkas

pengangkut xylem dan floem, ke 5 spesies tergolong dalam tipe kolateral tertutup,

konsentris aphikribral dan konsetris aphivasal (Suwila, 2015).

Proses klasifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi

citra bentuk daun dari tumbuhan itu sendiri. Cara pengambilan gambar daun dari

tumbuhan tersebut, maka dapat dilakukan langkah-langkah pengenalan pola daun

dengan cara mengenali karakteristik struktural daun seperti bentuk dan tekstur

daun tersebut. Proses klasifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan cara

mengidentifikasi gambar bentuk daun dari tumbuhan. Dengan cara tersebut maka

dapat dilakukan langkah-langkah pengenalan pola daun dengan mengenali

karakteristik struktural daun seperti bentuk dan tekstur sebuah daun. Metode

untuk melakukan pemrosesan terhadap citra masukan dengan pemanfaatan teknik

pengolahan citra digital dilakukan untuk menganalisa karakteristik struktural daun

(Liantoni, 2015). Klasifikasi adalah proses untuk menemukan model atau fungsi

yang menjelaskan atau membedakan konsep atau kelas data, dengan tujuan untuk

dapat memperkirakan kelas dari suatu objek yang labelnya tidak diketahui

(Aradea, 2011). Klasifikasi adalah "pengelompokan yang sistematis dari pada

sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau
golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama" (Hamakonda, 2008).

Klasifikasi adalah proses untuk menemukan model atau fungsi yang menjelaskan

atau membedakan konsep atau kelas data, dengan tujuan untuk dapat

memperkirakan kelas dari suatu objek yang labelnya tidak diketahui (Aradea,

2011).

Tumbuhan berbiji atau Spermatophyta merupakan tumbuhan yang

ciri khasnya adalah adanya suatu organ yang berupa biji. Dalam materi ini yang

bihas yakni Tumbuhan Berbiji Terbuka (Angiospermae) dan Tumbuhan Berbiji

Tertutup (Gymnospermae) (Ginting, 2016). Bryophyta merupakan tumbuhan

sederhana, memiliki 1.200 marga dengan 15.000 jenis, sehingga Bryophyta

dikategorikan sebagai kelompok tumbuhan terbesar kedua setelah Angiospermae,

(Gradstein 2008). Bryophyta juga termasuk tanaman tallophyta, tanaman

tallophyta adalah tanaman yang belum bisa di bedakan antara akar, batang dan

daunnya. Substrat yang umumnya dapat ditumbuhi Bryophyta adalah pada pohon,

kayu mati, kayu lapuk, serasah batuan dengan kondisi lingkungan lembab dan

penyinaran yang cukup. Kehidupan Bryophyta dipengaruhi oleh faktor

lingkunganseperti suhu, kelembapan, dan cahaya. Bryophyta yang hidup seperti

pada pohon akan dipengaruhi oleh struktur permukaan kulit kayu atau tempat

tersebut harus lembab dengan intensitas cahaya yang cukup banyaknya jenis

Bryophyta tersebut, sesuai dengan fungsi yang dimiliki seperti media tanaman

(pengganti ijuk), dapat mencegah erosi, sebagai obat penyakit hati, sebagai bahan

pembalut, kapas, sumber bahan bakar, dan juga sebagai indikator ekologi untuk

mengetahui degradasi lingkungan. Bryophyta juga dijadikan sebagai indikator


pencemaran (Al Habib, 2016). Divisi Pteridophyta (paku) mudah sekali tumbuh,

sehingga tersebar di seluruh bagian dunia, terkecuali di daerah kering (gurun).

Divisi Pteridophyta (paku) tidak bisa hidup dilingkungan kering atau air yang

terbatas, sebagian besar tumbuh di lingkungan basah/lembab atau daerah tropika

(Mardiastutik, 2010). Indonesia merupakan daerah yang banyak ditumbuhi oleh

divisi Pteridophyta (paku), karena Indonesia memiliki iklim tropis. Pteridophyta

merupakan kingdom plantae Indonesia yang memiliki banyak spesies dengan

persebaran yang luas. Persebaran ini 450 spesies terdapat di Jawa Barat, 333

spesies di Jawa Tengah dan 319 spesies terdapt di Jawa Timur. Pteridophyta dapat

tumbuh pada lingkungan berair, permukaan tanah, ataupun menumpang pada

tumbuhan lain yang disebut epifit. Pteridophyta bersifat epifit, karena sumber

makanan tidak meyerap pada tubuh inang yang ditumpanginya, dan air yang

diperoleh langsung dari lingkungan (Ulum, dan Setyati. 2015). Menurut Suwila

(2015) tumbuhan pteridophyta epifit adalah tumbuhan yang hidupnya menempel

dan menumpang pada tumbuhan lain sebagai penopang, tidak berakar pada tanah,

berukuran lebih kecil dari tumbuhan penopang atau inang. Pteridophyta

merupakan salah satu kelompok flora Indonesia yang memiliki keragaman tinggi

serta persebaran yang luas. Menurut Jamsuri (2007) Pteridophyta dapat dijumpai

di daerah tropis maupun subtropis, di ketinggian yang berbeda, hidup di tanah,

merambat atau menumpang pada pohon. Tumbuhan Paku (Pteridophyta) sebagai

bagian dari keanekaragaman hayati merupakan komunitas tumbuhan yang

memiliki fungsi ekologis yang cukup penting di dalam ekosistem hutan, seperti
sebagai vegetasi penutup tanah, pencampur serasah bagi pembentukan hara tanah,

dan produsen dalam rantai makanan (Suraida, et al 2013).

Penggunaan kunci determinasi merupakan cara yang sering digunakan untuk

mengidentifikasi tumbuhan maupun hewan. Kunci determinasi disebut juga kunci

dikotom, merupakan kunci identifikasi dengan menelusuri jalur yang ditetapkan

oleh keputusan beraturan dengan setiap pilihannya adalah biner (hanya ada dua

alternatif) (Untoro, 2010). Menyusun kunci determinasi sederhana untuk

mempermudahkan membuat tahapan klasifikasi makhluk hidup dapat digunakan

kunci determinasi. Kunci determinasi adalah uraian tentang ciri—ciri umum

sampaiciri—ciri khusus makhluk hidup. Cara menggunakan kunci determinasi ini

harus mengetahui nama bagian yang akan diamati, kemudian dicocokkan dengan

dengan ciri—ciri yang ada pada kunci determinasi (Sugiyarto, dan Eni, 2008).

Cara penggunaan buku determinasi adalah sebagai berikut :

1. Bacalah dengan teliti kunci determinasi mulai dari permulaan, yaitu nomor 1a.

2. Cocokkan ciri-ciri tersebut pada kunci determinasi dengan ciri yang terdapat

pada makhluk hidup yang diamati.

3. Jika ciri-ciri pada kunci tidak sesuai dengan ciri makhluk hidup yang diamati,

harus beralih pada pernyataan yang ada di bawahnya dengan nomor yang

sesuai.

Misalnya, pernyataan 1a tidak sesuai, beralihlah ke pernyataan 1b.

4. Jika ciri-ciri yang terdapat pada kunci determinasi sesuai dengan ciri yang
dimiliki organisme yang diamati, catatlah nomornya. Lanjutkan pembacaan

kunci pada nomor yang sesuai dengan nomor yang tertulis di belakang setiap

pernyataan pada kunci.

5. Jika salah satu pernyataan ada yang cocok atau sesuai dengan makhluk hidup

yang diamati, alternatif lainnya akan gugur. Sebagai contoh, kunci determinasi

memuat pilihan:

a. tumbuhan berupa herba, atau

b. tumbuhan berkayu.

Jika yang dipilih adalah 1a (tumbuhan berupa herba), pilihan 1b gugur.

6. Begitu seterusnya hingga diperoleh nama famili, ordo, kelas, dan divisio atau

filum dari makhluk hidup yang diamati. Pada umumnya, buku penuntun

identifikasi makhluk hidup dilengkapi dengan kunci determinasi dan hanya

berlaku setempat (lokal).

Berdasarkan hasil praktikum di atas, tumbuhan paku (Dryopetris cristata)

berdaun bergerigi, batang tidak berkambium, dan berakar serabut. Lumut

(Bryopsida sp.) adalah tumbuhan yang akar, daun, dan batangnya belum sejati.

Tanaman lada (Piper Nigrum)berdaun melengkung, batang tidak berkambium,

dan berakar serabut. Pohon durian ( Durio zibethinus) berdaun menyirip, batang

berkambium dan berakar tunggang. Pohon kelapa ( Cocos Nucifera L.) berdaun

sejajar, batang tunggal, dan berakar serabut. Tanaman bougenville (Bougainvillea

spectabilis) berdaun melengkung, batang berkambium dan berakar tunggang.

Jambu air (Syzygium aqueum) berdaun melengkung, batang berkambium, dan

berakar tunggang.
Tanaman : Lada (Pipevaceae)

Kunci Determinasi

 Famili : 1b – 2b – 3b – 4b – 6b – 7b – 9a – 41b – 42b – 43b – 54b

61b – 62b – 63a

 Genus : Piper (1b – 2a)

 Spesies : Piper nigrum

Setelah tanaman lada diidentifikasi, hasilnya yaitu tanaman tipe memanjat.

Panjang batang 5 – 15cm. Daun berseling atau tersebar, bertangkai, dengan daun

penumpu yang cepat rontok, dan meninggalkan bekas yang berbentuk cincin.

Helaian daun bulat elur sampai memanjang, dengan ujung meruncing, 8 – 20 kali

5 – 15 cm, bagian bawah terisi dengan kelenjar kecil, tenggel dan rapat. Bulir

berdiri sendiri, di ujung, berhadapan dengan daun, menggantung ; tangkai 1 – 3,5

cm ; sumbu 3,5 – 22 cm. Daun pelindung memanjang, 4 – 5 mm. Tangkai sari

panjang IK 1 m, kepala putik 2 – 5, kebanyakan 3 – 4. Buah buni IK berbentuk

bola. Tumbuh – tumbuhan yang berobah – obah. Dari India, di Tawa terutama

dipelihara 1 – 1500 m. Piper, N, Marica, Ind, J, S, Lada, S, Pedes, S, Sakang, Md.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah dengan melakukan identifikasi

atau determinasi untuk tanaman tingkat rendah dan tinggi dengan menggunakan

kunci determinasi kita tahu penamaan nama latin dengan benar dan kita bisa

mengklasifikasi tumbuhan yang diperoleh dengan benar.

B. SARAN

Untuk praktikum selanjutnya, diharapkan tanaman yang menjadi objek

identifikasi dan klasifikasi lebih bervariasi lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Al Habib, 2016. Indikator Ekologi Kali Setail Berdasarkan Pemetaan

Bryophyta Sebagai Bahan Ajar Mata Kuliah Ekologi Dasar.

Journal

Educational Research and Development.

Aradea, 2011. Penerapan Decision Tree Untuk Penentuan Pola Data

Penerimaan Mahasiswa Baru. Jurnal Penelitian Sitrotika. Vol 7(1)

Arisworo, 2006. Ilmu Pengetahuan Alam. Grafindo Media Pratama. Jakarta

Chaplin, C.P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi (diterjemahkan Kartini

Kartono). Jakarta: Rajawali Press

Christy, 2015. Identifikasi Tulang Daun Monokotil Dan Dikotil Dengan

Metode Manual Thresholding. Skripsi Program Studi Fisika,

Fakultas Sains dan Matematika.

Franco, J., J. Croosa, J. Diaz, S. Saba, and S.A. Ebehart. 1997. A. sequential

clustering strategy for classification. Phytomorfology. 1 : 6769.

Ginting, 2016. Perbandingan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan

Media Herbarium dan Charta pada Materi Spermatophyta di Kelas

X SMA Swasta Mulia Pratama Medan Tahun Pembelajaran

2015∕2016. Jurnal Universitas Negeri Medan.


Hamakonda, 2008. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Gunung

Mulia. Jakarta

Hasim, 2009. Tanaman Hias Indonesia. Penebar Swadaya. Depok

Hidayatno, Achmad, Isnanto R, dan Kurnia. 2008. Identifikasi Tanda

Tangan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Perambatan Balik

(BACKPROPAGATION). Jurnal Teknologi. Vol 1(2):100-106

Jamsuri, 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Paku di Sekitar Curug

Cikaracak, Bogor, Jawa Skripsi (Tidak dipublikasikan). Barat.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Kadir, 2010. Identifikasi Tiga Jenis Bunga Iris Menggunakan Anfis. Jurnal

Teknologi.

Liantoni, 2015. Klasifikasi Daun Dengan Perbaikan Fitur Citra

Menggunakan

Metode K-Nearest Neighbor. Ultima Coumputing.

Nilasari, Agustin, Hedy, S dan Wardiyati. 2013. Identifikasi Keragaman

Morfologi Daun Mangga Pada Tanaman Hasil Persilangan Antara

Varietas Arumanis 143 Dengan Podang Urang Umur 2 Tahun.

Jurnal

Produksi Tanaman. Vol 1(1).

Purwodarminto, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 2. Jakarta Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Balai Pustaka, Depdikbud.


Roy, D. 2000. Plant Breeding Analysis and Exploitation of Variation.

Narosa,

New Delhi.

Rozak, 2011. Studi Etnobotani Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Obat

Penyakit Dalam di Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep

Madura. Thesis Universitas Islam Negeri Malang.

Salisbury FB, Ross WC (1991) Fisiologi tumbuhan. Jilid 2. ITB, Bandung

Samadi, B. 1997. Usahatani Kentang. Kanisius. Yogyakarta.

Sartiami, D. 2008. Kunci Identifikasi Ordo Thysanoptera Pada

Tanaman Pangan Dan Holtikultura. Jurnal Ilmu Pertanian

Indonesia. Vol 13(2):103-110.

Savitri, E.S. 2008. Rahasia Tumbuhan Berkasiat Obat Perspektif Islam.

Malang:UIN-Malang Perss.

Song, Y Banyo 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator

Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains.

Steenis, V. 2006. Flora. Cetakan Kelima. Jakarta PT. Pradya Paramita.

Stephen G. W., Forrest S. B., Eric Y. Xu, Yu-Xuan W., Yi-F. C. and Qiao-

Liang X., “A Leaf Recognition Algorithm for Plant Classification


Using Probabilistic Neural Network”, IEEE International

Symposium, pp 11-16, July, 2007.

Sugiyarto, Teguh dan Eni. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen

Pendidikan Nasional. Jakarta.

Suraida, 2013. Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Taman

Hutan Kenali Kota Jambi. Prosiding Semirata FMIPA Universitas

Lampung.

Suwila, 2015. Identifikasi Tumbuhan Epifit Berdasarkan Ciri Morfologi

dan

anatomi Batang di Hutan Perhutani Sub BKPH Kedunggalar,

Sonde dan Natah. Jurnal Florea. Vol 2(1):47-50.

Ulum, B. F. dan Setyati, D. (2015). Tumbuhan Paku(Pteridophyta) Epipit di

Gunung Raung, Banywangi, Jawa Barat.Jurnal Ilmu Dasar. 16 (1),

7-12.

Untoro, 2010. Buku Pintar. Wahyu Media. Jakarta.

Wahyuni, D., Ekasari, W. Witono, J dan Purnobasuki. 2016. Toga

Indonesia.

Airlangga University Press. Surabaya


BIODATA PRAKTIKAN

Nama : Erwan Feraldonada

Tempat tanggal lahir : Banyumas, 10 Februari 2000

Alamat : Adisana RT 2 RW 1 Kebasen, Banyumas

Email : erwanferal10@gmail.com

Motto : Yakin, beroda, dan berusaha

Anda mungkin juga menyukai