Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM BIODIVERSITAS

KEANEKARAGAMAN HAYATI
DI HUTAN UDAYANA EKOLODGE

DISUSUN OLEH :

Nama : Gusti Ayu Putu Intan Pandini


NIM : 1808531033
Tanggal Praktikum : 24 Oktober 2019

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
I. JUDUL PRAKTIKUM
Keanekaragaman Hayati di Hutan Udayana Ekolodge

II. TUJUAN
Untuk mengetahui dan mengamati keanekaragaman hayati (flora dan fauna)
yang terdapat di Hutan Udayana Ekolodge.

III. PENDAHULUAN
Biodiversitas atau keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman
organisme yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem
pada suatu daerah (Indrajati, 2008). Keanekaragaman hayati melingkupi
berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat
yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies,
maupun tingkatan ekosistem. Sederhananya, keanekaragaman hayati adalah
semua jenis perbedaan antar mahkluk hidup (Salim, 1986).
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan
keanekaragaman hayati yang tinggi dan merupakan aset bangsa yang tak
ternilai dan perlu dilestarikan melalui perlindungan dan pemanfaatan secara
berkelanjutan, seperti diamanatkan dalam UU Nomor 5 Tahun 1994
Tentang Keanekaragaman Hayati, yang meliputi konservasi, pemanfaatan
berkelanjutan atas komponen keanekaragaman hayati, serta akses dan
pembagian keuntungan yang adil (Noorhidayah, 2005).
Hutan Indonesia menyimpan beragam flora dan fauna yang belum
teridentifikasi. Kesemuanya merupakan kekayaan bangsa kita yang harus
di kenali dan di manfaatkan secara bijak untuk kemaslahatan hajat hidup
orang banyak. Biodiversitas ini terhampar dari timur hingga barat tersebar
di ribuan pulau di nusantara baik berupa tumbuhan/hewan tingkat rendah,
maupun tumbuhan/hewan tingkat tinggi (Soemarwoto, 1994).
Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor
genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil
pengaruhnya terhadap morfologiorganisme. Sebaliknya, faktor luar relatif
stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Keanekaragaman hayati
dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk
sifat atau ciri makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi pada
berbagai tingkat kehidupan. Saat ini tekanan terhadap keanekaragaman
hayati makin tinggi. Kemajuan tekhnologi telah mengubah fungsi berbagai
flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang
diramalkan degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu
keaekaragaman hayati perlu dilestarikan (Sudarsono, 2005).
Sebagai kader bangsa, mahasiswa perlu dibekali dengan
pengetahuan tentang keanekaragaman hayati dan nilai pentingnya bagi
kehidupan manusia. Dengan demikian mahasiswa akan memiliki kepekaan
untuk menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan keanekaragaman hayati
Indonesia secara berkelanjutan (Soerjani, 1987).

IV. METODE PRAKTIKUM


4.1.Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan tanggal 24 Oktober 2019 pukul 17.00
WITA bertempat di sekitar Hutan Udayana Ekolodge, Bukit, Jimbaran.
4.2.Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu metode jalur
kuadrat dengan luas area 5x500 m.

V. HASIL PRAKTIKUM
No Spesies Kelas Jumlah Keterangan

1 Sonokeling Magnoliopsida 2 LC
(Dalbergia latifolia) (Least Concern)
2 Jambu mete Magnoliopsida 2 LC
(Anacardium occidentale) (Least Concern)
3 Flamboyan Magnoliopsida 2 LC
(Delonix regia) (Least Concern)
4 Kamboja Magnoliopsida 4 LC
(Plumeria cuminata) (Least Concern)
5 Burung Cabai Jawa Aves 1 LC
(Dicaeum trochileum) (Least Concern)
6 Burung Kuntul Kecil Aves 1 LC
(Egretta garzetta) (Least Concern)
7 Burung Cekakak Sungai Aves 3 LC
(Todiramphus chloris) (Least Concern)
8 Burung Cerucuk Aves 3 LC
(Pycnonotus goiavier) (Least Concern)
9 Burung Cipoh Kacat Aves 1 LC
(Aegithina tiphia) (Least Concern)
10 Bunga Gumitir Magnoliopsida >10 LC
(Tagetes erecta) (Least Concern)
11 Pohon Juwet Magnoliopsida 1 LC
(Syzygium cumini) (Least Concern)
12 Bunga Matahari Magnoliopsida >10 LC
(Helianthus annuus) (Least Concern)
13 Pohon Trengguli (Firewood) Magnoliopsida 2 LC
(Cassia fistula) (Least Concern)
14 Pohon Akasia Magnoliopsida 3 LC
(Acacia sp.) (Least Concern)
15 Kelompok Lidah Mertua Liliopsida 2 LC
(Agave sp.) (Least Concern)
16 Siput Pohon Gastropoda >10 LC
(Asperitas sp.) (Least Concern)
17 Burung Walet Sapi Aves 1 LC
(Collocalia esculenta) (Least Concern)
18 Pohon Bidara Magnoliopsida 2 LC
(Ziziphus mauritiana) (Least Concern)
19 Pohon Gamal Magnoliopsida >10 LC
(Gliricidia sepium) (Least Concern)
20 Capung Kuning Insecta 1 LC
(Pantala flavescens) (Least Concern)
21 Kupu-kupu Insecta 1 LC
(Rhopalocera sp.) (Least Concern)
22 Bekicot Gastropoda 1 LC
(Acatina sp.) (Least Concern)
23 Pohon Kapuk Magnoliopsida 5 LC
(Ceiba pentandra) (Least Concern)
24 Burung Kokokan Aves 2 LC
(Ciconia ciconia) (Least Concern)
25 Burung Cinenen Jawa Aves 1 LC
(Orthotomus sepium) (Least Concern)
26 Pohon Santen Magnoliopsida 6 LC
(Lannea grandis) (Least Concern)
27 Burung Tekukur Aves 1 LC
(Spilopelia chinensis) (Least Concern)
28 Pohon Lamtoro Magnoliopsida 5 LC
(Leucaena leucocephala) (Least Concern)
29 Semut Rang-Rang Insecta >10 LC
(Oecophylla) (Least Concern)
30 Pohon Plum Magnoliopsida 5 LC
(Flacaortia indica) (Least Concern)

VI. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui
keanekaragaman hayati yang dapat ditemukan di Hutan Udayana Ekolodge,
Bukit, Jimbaran. Lingkungan hidup di wilayah hitan ini meliputi komponen
biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis
makhluk hidup mulai yang bersel satu (uniseluler) sampai makhluk hidup
bersel banyak (multiseluler) yang dapat dilihat langsung oleh kita.
Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan
kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain faktor fisik, ada faktor
kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan
mineral. Baik komponen biotik maupun komponen abiotik sangat beragam
atau bervariasi. Oleh karena itu, ekosistem yang merupakan interaksi antara
komponen biotik dengan komponen abiotik pun bervariasi pula.
Di dalam ekosistem hutan ini, seluruh makhluk hidup yang terdapat
didalamnya selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk
hidup maupun makhluk hidup dengan lingkungannya atau komponen
abiotiknya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di
dalam suatu ekosistem. Hasil observasi yang didapatkan diketahui bahwa
telah berhasil ditemukan 30 spesies, yang terdiri dari 1 spesies dari kelas
Liliopsida, 2 spesies dari kelas Gastropoda, 3 spesies dari kelas Insecta, 9
spesies dari kelas Aves, dan 15 spesies dari kelas Magnoliopsida.
Spesies terbanyak yang ditemui yaitu berasal dari kelas
Magnoliopsida, hal ini dikarenakan komposisi penyusun Hutan Udayana
Ekolodge adalah tumbuhan baik berukuran besar atau berukuran kecil.
Sehingga kenakeragaman spesies yang dominan pada ekosistem savanna ini
yaitu dari kelas Magnoliopsida. Selain dari kelas Magnoliopsida, spesies
yang individunya berjumlah banyak adalah berasal dari kelas Gastropoda
yaitu siput pohon (Asperitas sp.) dengan jumlah lebih dari 10 buah. Spesies
dari kelas Aves terbanyak yang berhasil didapatkan yaitu Burung Cekakak
Sungai (Todiramphus chloris) dan Burung Cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
masing-masing 3 individu. Spesies dari kelas Insecta yang banyak dijumpai
yaitu Semut Rang-Rang (Oecophylla). Spesies terakhir yaitu dari kelas
Liliopsida yang berhasil diamati yaitu Agave (Agave sp.) yang termasuk
dalam kelompok tanaman Lidah Mertua. Jumlah spesies yang didapatkan
yaitu sebanyak 2 individu.
Semua spesies yang terdapat dalam 4 kelas yang berhasil didapatkan
dalam observasi ini termasuk kategori Least Concern (LC) berdasarkan
IUCN Red List (International Union for Conservation of Nature). Least
Concern (LC) merupakan kategori yang berarti spesies dengan kategori ini
memiliki risiko punah atau terancam sangat rendah (Noorhidayah dan
Sidiyasa, 2005). Hal ini menandakan bahwa populasi dari semua spesies
pada Hutan Udayana Ekolodge masih berlimpah dan terjaga.

VII. SIMPULAN
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat
kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat
tinggi, yaitu keanekaragaman hayati tingkat gen, keanearagaman hayati
tingkat jenis, dan keanekaragaman hayati tingkat ekosistem. Salah satu
wilayah di Bali yang masih menyimpan keanekaragaman hayati yaitu,
Hutan Udayana Ekolodge yang memiliki 30 spesies, yang terdiri dari 1
spesies dari kelas Liliopsida, 2 spesies dari kelas Gastropoda, 3 spesies dari
kelas Insecta, 9 spesies dari kelas Aves, dan 15 spesies dari kelas
Magnoliopsida. Semua spesies di Hutan Udayana Ekolodge berada dalam
kategori Least Concern (LC) atau memiliki resiko punah sangat rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Indrajati, M. 2008. Strategi Menuju Kehidupan yang Berkelanjutan. PT. Gramedia.
Jakarta.

Noorhidayah & K. Sidiyasa. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Ber-khasiat Obat di


Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Jurnal Analisis Kebijakan
Kehutanan. 2(2): 115-128.

Salim, E. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3ES. Jakarta.

Sudarsono, P. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Universitas Negeri Malang. Malang

Soemarwoto, O. 1994. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit


Djambatan. Bandung.

Soerjani, M., Rofiq, M. dan M. Rozy, M. 1987. Lingkungan Sumberdaya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan. UI Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai