Anda di halaman 1dari 14

IDENTIFIKASI SPESIES MIKROALGA DARI BERBAGAI CARA HIDUPNYA

Oleh: Nama NIM Kelompok Rombongan Asisten : Nilla Ambarwati Nastiti : B1J010187 : 11 : IV : Piat Supriatna

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kondisi perairan Indonesia yang sangat potensial perlu terus dikembangkan untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Salah satunya adalah dengan

pengembangan potensi hasil laut seperti ikan. Ikan merupakan salah satu hewan laut yang bersifat heterotrof (tidak dapat membuat makanan sendiri), oleh karena itu ikan memperoleh energi dari organisme lain baik hewan maupun tumbuhan. Mikroalga merupakan pembuka kehidupan di planet bumi ini, karena mikro alga memungkinkan adanya makhluk hidup yang lebih tinggi tingkatannya di muka bumi. Menurut evolusi mikroalga diketahui telah hidup jauh sebelum manusia ada, dengan jarak sekitar beberapa ratus juta tahun. Mikroalga merupakan organisme autotrof (dapat membuat makanan sendiri) karena mikroalga mampu merubah hara anorganik menjadi organik dan merupakan organisme penghasil oksigen (O2). Sifat mikroalga yang sangat menguntungkan bagi organisme lain memungkinkan organisme yang lebih tinggi tingkatannya untuk dapat hidup dengan produk-produk yang dihasilkan dari mikroalga, salah satunya oksigen yang merupakan faktor penting penunjang hidup bagi sebagian besar organisme. Alga merupakan organisme yang dianggap sebagai nenek moyang tumbuhan saat ini. Alga memiliki beberapa karakteristik yang juga dimiliki oleh tumbuhan saat ini seperti pigmen klorofil. Alga secara morfologi dapat terbagi menjadi dua golongan yaitu mikroalga (alga dengan ukuran mikroskopis) dan makroalga (alga yang berukuran makro). Namun, secara spesifik bentuk tubuh beserta ukurannya tidak akan sama persis dengan tumbuhan dan ukuran tubuhnya sekalipun dalam bentuk makro tidak mudah dilihat dengan mata telanjang. Mikroalga merupakan tumbuhan thalus yang berklorofil dan mempunyai pigmen tumbuhan yang dapat menyerap cahaya matahari melalui proses fotosintesis. Hidup di air tawar, payau, laut dan hidup secara terestrial, epifit, dan epizoic. Mikroalga merupakan mikroba tumbuhan air yang berperan penting dalam lingkungan sebagai produser primer, disamping bakteri dan fungi yang ada disekitar kita. Sebagian mikroalga bersifat fotosintetik, mempunyai korofil untuk

menangkap energi matahari dan karbon dioksida menjadi karbon organik yang berguna sebagai sumber energy bagi kehidupan consumer seperti kopepoda, larva moluska, udang dan lain-lain. Selain perannya sebagai produsen primer, hasil sampingan fotosintesa mikroalga yaitu oksigen juga berperan bagi respirasi biota disekitarnya. Pengetahuan tentang fikologi telah berkembang pesat setelah beragam jenis alga dengan karakteristiknya masing-masing berhasil di identifikasi. Mikroalga umumnya bersel satu atau berbentuk benang, sebagai tumbuhan dan dikenal sebagai fitoplankton. Fitoplankton memiliki zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air. Sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut, fitoplankton menjadi makanan alami bagi zooplankton baik masih kecil maupun yang dewasa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai indikator kesuburan suatu perairan. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebihan. Contoh kelas Dinoflgellata tubuhnya memiliki kromatopora yang menghasilkan toksin (racun), dalam keadaan blooming dapat mematikan ikan. Dewasa ini fitoplankton telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia antara lain bidang perikanan, industri farmasi dan makanan suplemen, pengolahan limbah logam berat, sumber energi alternatif biodiesel. Keberadaan mikroalga atau kelimpahan mikroalga di lingkungan sangat bervariasi terutama di areal yang lembap. Kelimpahan mikroalga di alam yang begitu luas belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh manusia. Hal ini dikarenakan kurangnya identifikasi dari mikroalga.

B. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman mikroalga ditinjau dari berbagai cara hidupnya di alam.

C. Tinjauan Pustaka

Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik yang termasuk dalam kelas alga, diameternya antara 3-30 m, baik sel tunggal maupun koloni yang hidup di seluruh wilayah perairan tawar maupun laut, yang lazim disebut fitoplankton. Di dunia mikrobia, mikroalga termasuk eukariotik, umumnya bersifat fotosintetik dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), coklat (fikosantin), biru kehijauan (fikobilin), dan merah (fikoeritrin). Morfologi mikroalga berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi belum ada pembagian tugas yang jelas pada sel-sel komponennya. Hal itulah yang membedakan mikroalga dari tumbuhan tingkat tinggi (Erlina, 1986). Menurut Arlyza (2005), parameter pertumbuhan fitoplankton mencakup pH, Salinitas, suhu, cahaya, karbondioksida, nutrient dan aerasi Sampai saat ini kurang lebih 20.000 jenis mikroalga telah teridentifikasi dan hanya sedikit yang telah dapat diisolasi dan dikultur. Beberapa mikroalga tidak dikultur karena belum ada yang mencoba untuk mendapatkannya. Beberapa juga belum dapat dikultur karena perkembangan metode isolasi dan kultur mikroalga belum begitu baik. Berbagai jenis mikroalga merupakan organisme fotosintetik, kebanyakan uniseluler, dan struktur reproduksinya kurang berkembang baik (Labeda, 1990). Mikroalga adalah mikroorganisme fotosintetik dengan morfologi sel yang bervariasi, baik uniselular maupun multiselular (membentuk koloni kecil). Sebagian besar mikroalga tumbuh secara fototrofik, meskipun tidak sedikit jenis yang mampu tumbuh secara heterotrofik Ganggang hijau-biru prokariotik (cyanobacteria) juga termasuk dalam kelompok mikroalga. Dalam Bergey's Manual of Systematic Bacteria, kelompok mikroorganisme ini ditempatkan bersama-sama dengan klas Oxyphotobacteria, dalam divisi Gracilicutes (Kurniawan dan Gunarto, 1999). Mikroalgae adalah tumbuhan ganggang ber-sel satu yang tumbuh di laut maupun di darat, bentuknya sangat kecil dan mengandung chlorophyl (zat hijau daun) yang dapat melakukan proses asimilasi karbon menghasilkan gula dan menyerap gas CO2 sebagai makanan utamanya. Gula oleh algae dikonversikan

menjadi karbohidrat, lemak (lipid) dan protein. Alga termasuk autrotof dengan fotosintesis. Dua hal pokok ya ng dibutuhkan alga dalam pertumbuhanya adalah sinar matahari yang cukup dan karbondioksida (CO2) (Feldman, 1951). Mikroalga terkadang hidup dengan bersimbiosis dengan organisme lain seperti fungi. Simbiosis antar keduanya dapat membentuk lichen. Mikroalga mendapatkan perlindungan sedangkan jamur mendapatkan nutrisi dari mikroalga. Identifikasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari dan mengenal ciriciri yang beraneka ragam dari individu-individu. Kemudian mencari perbedaanperbedaan yang mantap sifatnya diantara individu-individu yang nampaknya sama. Sel mikroalgae dapat dibagi menjadi 10 divisi dan 8 divisi algae merupakan bentuk unicellular. Dari 8 divisi algae, 6 divisi telah digunakan untuk keperluan budidaya perikanan sebagai pakan alami. Setiap divisi mempunyai karakteristik yang ikut memberikan andil pada kelompoknya, tetapi spesies-spesiesnya cukup memberikan perbedaan-perbedaan dari lainnya. Ada 4 karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi mikro algae yaitu tipe jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe komponen fotosintesa, dan jenis pigmen sel. Selain itu morfologi sel dan bagaimana sifat sel yang menempel berbentuk koloni / filamen adalah merupakan informasi penting didalam membedakan masing-masing group (Haffandi, 2013). Identifikasi taksonomi mikroalgae adalah sangat penting kaitannya dengan memproduksi pakan alami algae didalam memenuhi kualitas nutrisi yang konsisten. Selain itu kegiatan budidaya pakan alami mikroalgae mungkin bisa terjadi kontaminasi dengan mikroorganisme baik dari jenis mikroalgae maupun bakteri, protozoa dan lainnya. Sel mikroalgae didalam kulutur bisa juga terjadi perubahan-perubahan bentuk, ukuran, pergerakan selama perbedaan-perbedaan pada bagian tahapan siklus hidupnya atau karena kondisi kultur. Dengan adanya kemungkinan terjadinya perubahan ini, maka diperlukan identifikasi jenis/ species yang hendak dipilihnya sebagai jenis/ species yang akan diproduksi dalam kultur pakan alam (Wirosaputro, 1998).

II. MATERI DAN METODE

A. Materi Alat yang digunakan pada praktikum meliputi planktonet, mikroskop cahaya, object glass, cover glass, pipet tetes, botol film, ember. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sampel mikroalga dari air kolam, akuades steril dan formalin. B. Metode

Sampel mikroalga

Bagian atas

Bagian Tengah

Bagian bawah atau dasar

Masing-masing Ambil satu tetes pada bagian permukaan menggunakan pipet tetes

Teteskan diatas object glass dan tutup dengan cover glass

Amati dibawah mikroskop dan identifikasikan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Tabel 1. Permukaan Closterium sp. (10x10) Tengah Closterium abruptum (10x10) Dasar Staurodesmus convergens (10x10) Amphidinium craisum (10x10) Callothrix sp. (10x10)

Closterium sp.

Closterium abruptum

Staurodesmus convergens

Amphidinium craisum

Callothrix sp.

B. Pembahasan

Berdasakan hasil praktikum identifikasi spesies mikroalga dari berbagai cara hidupnya didapatkan dibagian permukaan yaitu Closterium sp., dibagian tengah yaitu Closterium abruptum, dibagian dasar yaitu Staurodesmus convergens, Amphidinium craisum, dan Callothrix sp. Menurut Bougis (1979), klasifikasi Closterium sp. yaitu: Domain Kingdom Division Class Order Family Genus : Eukaryota : Plantae : Charophyta : Zygnemophyceae : Desmidiales : Closteriaceae : Closterium sp.

Berbentuk uniseluler ataupun semiseluler. Reproduksinya secara asexual dan sexual. Aseksual yaitu dengan pembelahan biner dari sel induk dipartisi. Sedangkan seksual jika terjadi konjugasi membentuk sebuah hipnozigot. Menurut Bougis (1979), klasifikasi Closterium abruptum yaitu: Divisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Bangsa : Zygnematales Suku : Desmidiaceae Marga : Closterium Jenis : Closterium abruptum Menurut Bougis (1979), klasifikasi Staurodesmus convergens yaitu: Domain Kingdom Division Class Order Family Genus : Eukaryota : Plantae : Charophyta : Zygnemophyceae : Desmidiales : Desmidiaceae : Staurodesmus

Menurut Bougis (1979), klasifikasi Amphidinium craisum yaitu: Divisi : Pyrrophycophyta Kelas : Dinophyceae Bangsa : Gymnodiniales Suku : Gymnodiniaceae Marga : Amphidinium Jenis : Amphidinium craisum Menurut Bougis (1979), klasifikasi Callothrix sp. yaitu: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Monera : Cyanophyta : Cyanophiceae : Nostocales : Rivulariceae : Calothrix : Calothrix sp.

Spesies Calothrix sp. hidup pada air tawar, air laut dan melapisi batu-batuan atau menempel pada ganggang dan batuan akuatik lainnya. Filamennya meruncing dan tidak bercabang/memiliki percabangan palsu. Percabangan palsu dapat lepas dari trikom induk. Heteroksitnya biasanya basal dan jika ada akinet berdekatan dengan heteroksit basal. Callothrix sp. memiliki kemampuan mengikat nitrogen dan sekresi ekstra seluler itu dalam medium. Pelepasan unsur hara melalui pembusukan mikroba setelah kematian ganggang tampaknya menjadi sarana utama dimana nitrogen yang tersedia untuk tanaman. Selain meningkatkan kesuburan nitrogen, ganggang hijau biru telah dikatakan menguntungkan tanaman dengan memproduksi zat mendorong pertumbuhan (Bakshi, 2012). Alga merupakan kelompok organisme yang bervariasi baik bentuk, ukuran, maupun komposisi senyawa kimianya. Alga ini ada berbentuk uniseluler (contoh Chlorococcus sp), koloni (Volvox sp), benang (filamen) (contoh Spyrogyra sp.) serta bercabang atau pipih (contoh Ulva sp., Sargasum sp., dan Euchema sp.) (Cotteau, 1996). 1. Klasifikasi Alga

Alga yang hidup melayang-layang di permukaan air disebut neuston, sedangkan yang hidup di dasar perairan disebut bersifat bentik. Alga yang bersifat bentik digolongkan menjadi : a. Epilitik (hidup di atas batu) b. Epipalik (melekat pada lumpur atau pasir) c. Epipitik (melekat pada tanaman) d. Epizoik (melekat pada hewan) Berdasarkan habitatnya diperairan, alga dibedakan atas : a) Alga subaerial, yaitu alga yang hidup di daerah permukaan.

b) Alga intertidal, yaitu alga yang secara periodik muncul dipermukaan karena naik turunnya air akibat pasang surut. c) Alga sublitoral, yaitu alga yang hidup di bawah permukaan air.

d) Alga edafik, yaitu alga yang hidup di dalam tanah. 2. Reproduksi Alga

a. Reproduksi Aseksual Reproduksi aseksual terjadi melalui pembelahan sel menghasilkan dua sel anak yang masing-masing akan menjadi individu baru. Reproduksi dengan cara pembelahan sel umumnya terjadi pada alga bersel tunggal. Alga berbentuk koloni tanpa filament atau yang berbentuk filament umunya bereproduksi melalui fragmentasi. Fragmentasi adalah terpecah-pecahnya koloni menjadi beberapa bagian. Selain melalui pembelahan sel dan fragmentasi, alga juga dapat bereproduksi melalui pembentukan zoospora. Zoospore merupakan sel tunggal yang diselubungi oleh selaput yang dapat bergerak atau berenang bebas dengan menggunakan satu atau lebih flagella. Setiap zoospore merupakan calon individu baru. b. Reproduksi Seksual Reproduksi seksual melibatkan peleburan dua gamet untuk membentuk zigot dan tumbuh menjadi individu baru. Terdapat dua tipe reproduksi seksual, yaitu isogami dan oogami. Pada tipe isogami, gamet jantan dan gamet betina berukuran sama besar dan umumnya dapat bergerak. Apabila zigot gamet betina dan jantan mengalami dormansi, maka disebut zigospora. Pada tipe oogami, ukuran gamet jantan berbeda dengan betina. Gamet betina memiliki ukuran yang lebih besar dan

tidak bergerak dan sebaliknya gamet jantan berukuran kecil dan bergerak. Jika zigot yang terbentuk tidak berkecambah tetapi mengalami dormansi maka disebut oospora (Sastrawijaya, 1991). Pigmen lain yang terdapat di dalam sel-sel alga adalah: a. b. c. d. e. Fikosianin = warna biru Xantofil = warna kuning Karoten = warna keemasan Fikosantin = warna pirang Fikoeritrin = warna merah. Salah satu biota alga yaitu fitoplankton merupakan organisme yang mempunyai peranan besar dalam ekosistem perairan dan menjadi produsen primer. Keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai bioindikator adanya perubahan lingkungan perairan yang disebabkan ketidakseimbangan suatu ekosistem akibat pencemaran. Analisis struktur, kemelimpahan dan model distribusi kemelimpahan fitoplankton juga dapat memberikan gambaran kondisi perairan sungai (Singaravelu, 2007).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum identifikasi spesies mikroalga dari berbagai cara hidupnya antara lain: 1. Didapatkan spesies mikroalga dibagian permukaan yaitu Closterium sp., dibagian tengah yaitu Closterium abruptum, dibagian dasar yaitu

Staurodesmus convergens, Amphidinium craisum, dan Closterium abruptum.

DAFTAR REFERENSI

Baugis, P. 1979. Marine Planton Ecology. American Elsevier Publishing Company, New York. Brotowidjoyo, M. D., D. Triwibowono dan E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty, Yogyakarta. Cotteau, P. 1996. Microalgae. In: Manual on Production and Use of Live Food for Aquaculture. FAO Fisheries Haffandi, Linda. 2013. Identifikasi Mikroalga. http://lindahaffandi.blogspot.com/2013/06/identifikasi-mikroalga.html. Diakses tanggal 14 Juni 2013. Insan, A. Illalqisny. 2009. Modul Praktikum Fikologi. Fakultas Biologi Unsoed. Purwokerto. K. Govindaraju. 2010. Biogenic silver nanoparticles by Solanum torvum and their promising antimicrobial activity. Journal of Biopesticides 3(1 Special Issue) 394 - 399 (2010). Lee, R. E. 1980. Phycology. Cambridge University Press. Cambridge. Panggabean. 2007. Potensi Pemanfaatan Alga Laut Sebagai Penunjang Perkembangan Sektor Industri. Makalah Ilmiah Ketua Jurusan Kimia. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Prihatini, N. B., W. Rachmayanti, W. Wardhana. 2007. Pengaruh Variasi Fotoperiodisitas Terhadap Pertumbuhan Chlorella Dalam Medium Basal Blod. Biota Vol 12 (1): 32-39. Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Singaravelu, G., J.S. Arockiamary, V. Ganesh Kumar, K. Govindaraju. 2007. A novel extracellular synthesis of monodisperse gold nanoparticles using marine alga, Sargassum wightii Greville. Colloids and Surfaces B: Biointerfaces 57 (2007) 97101.

Sutomo. 2005. Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp., dan Chaetoceros gracilis) dan Pengaruh Kepadatan Awal Terhadap Pertumbuhan C. Gracilis di Laboratoriun. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. No. 37: 43-58 Taw, Nyan. 1990. Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni dan Massal Mikroalga. Proyek Pengembangan Udang, United nations development Programme, Food and Agriculture Organizations of the United Nations.

Anda mungkin juga menyukai