Anda di halaman 1dari 20

Frens

REFLEKS MANUSIA

Berikut ini adalah laporan praktikum Anatomi Fisiologi Manusia jurusan Biologi Universitas Negeri
Malang, sebagai berikut.

A. Dasar Teori

Refleks adalah respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan lingkungan interna maupun
lingkungan eksterna, terjadi lewat suatu lintasan refleks yang disebut lengkung refleks. Komponen
utama dari lengkung refleks adalah reseptor yang menerima stimulus, efektor yang merespon stimulus,
neuron sensorik dan motorik yang merupakan lintasan komunikasi antara reseptor dan efektor (Basoeki,
2000).

Berdarkan prosesnya (dipelajari/tidak dipelajari) terdapat dua tipe refleks; (1) refleks sederhana atau
refleks dasar yang menyatu tanpa dipelajari, seperti menutup mata pada saat ada benda yang menuju
ke arahnya, dan (2) refleks yang dipelajari atau refleks yang dikondisikan (conditioned reflex) yang
dihasilkan dari berbuat dan belajar, seperti membelokkan setir mobil jika akan menabrak benda. Hal
tersebut dikerjakan secara otomatis, namun hanya setelah banyak berlatih secara sadar (Soewolo,
2005).

Sebagian besar refleks merupakan refleks yang rumit, melibatkan beberapa neuron penghubung antara
neuron sensorik dan neuron motorik (refleks polisinap). Refleks sederhana hanya melibatkan dua
neuron, tanpa neuron penghubung (refleks monosinap), misalnya refleks patella. Karena penundaan
atau penghambatan refleks dapat terjadi pada sinap-sinap, maka makin banyak sinap yang terlibat pada
lengkung refleks makin banyak waktu yang diperlukan untuk menghasilkan suatu refleks (Basoeki, 2000).

Menurut Soewolo (1999), refleks patella merupakan reflek monosinap karena dalam lengkung refleknya
hanya ada satu sinap yaitu antara saraf aferen dengan saraf eferen. Refleks monosinap ini tidak
melibatkan neuron penghubung seperti pada refleks monsinap yang membutuhkan neuron penghubung
antara saraf aferen dan saraf eferen. Lebih lanjut, Andin (2008) menyatakan bahwa waktu respon gerak
refleks sangat cepat sekitar 50 milidetik.

Menurut Binhasyim (2008), contoh refleks monosinap adalah refleks regangan (stretch reflex).
Gambaran umum stretch refleks adalah sebagai berikut; pukulan pada ligamentum patella akan
meregangkan otot ekstrafusal maupun muscle spindle muskulus quadriceps. Muscle spindle menjawab
dengan mengirimkan impuls ke medula spinalis. Serabut aferen di radix dorsale yang membawa impuls
membentuk sinapsis dengan motoneuron yang kemudian tereksitasi dan menyebabkan kontraksi
muskulus quadriceps. Agar hal ini terjadi, maka harus disertai pengurangan tensi di otot antagonis m.
quadriceps, yaitu otot fleksor lutut. Hal ini terjadi sebagai berikut; aferen dari muscle spindle
membentuk cabang ke sekelompok neuron intermediet di substasia grisea. Neuron ini ini bersifat
inhibitor dan mengirimkan axonnya ke motoneuron yang menginervasi otot antagonis.
Refleks tidak hanya dihubungkan dengan kontraksi otot kerangka, tetapi juga dengan fungsi tubuh
seperti denyut jantung, respirasi, digesti, urinasi, dan devakasi. Refleks yang dibawakan oleh korda
spinalis saja disebut refleks spinal. Refleks yang mengakibatkan kontraksi otot kerangka dikenal sebagai
refleks somatik. Sedangkan refleks yang menyebabkan kontraksi otot polos, jantung atau sekresi
kelenjar disebut refleks visceral/autonomic (Basoeki, 1988).

Berdasarkan atas sistem pengendaliannya, refleks digolongkan atas refleks somatik (yang dikendalikan
oleh system saraf somatik) dan refleks otonom (yang dikendalikan oleh sistem saraf otonom). Kedua
macam refleks tersebut dapat berupa refleks kranial atau refleks spinal. Refleks spinal dapat terjadi
tanpa melibatkan otak, misalnya refleks fleksor. Meskipun demikian otak seringkali memberikan
“pertimbangan” pada aktifitas refleks spinal sehingga dapat menguatkan atau menghambat refleks
tersebut (Basoeki, 2000).

Menurut Soewolo dkk (2005), berdasarkan pusat pengintegrasinya refleks dibedakan menjadi refleks
cranial dan refleks spinal. Refleks cranial adalah refleks yang diintegrasi oleh otak. Contoh reflek cranial
adalah refleks mengedipkan mata. Sedangkan refleks spinal adalah refleks yang diintegrasikan oleh sum-
sum tulang belakang. Refleks menarik diri (withdrawal refleks), merupakan contoh dari refleks spinal
dasar. Bila jari seseorang tersentuh benda panas, suatu refleks terjadi untuk menarik tangan menjauhi
benda panas tersebut.

B. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai bermacam-macam refleks pada
manusia.

C. Prosedur Kerja
E.Analisis Data

1. Refleks patella

Untuk melihat refleks patella terdapat tiga perlakuan yang diberikan pada pelaku. Perlakuan pertama
yaitu perlakuan normal dimana pelaku duduk dengan kedua kaki terjuntai ke lantai dan kemudian
dipukul ligamentum patellanya hasilnya adalah kaki pelaku bergoyang. Perlakuan kedua sama dengan
perlakuan pertama tapi ligamentum patella dipukul saat pelaku sedang mengerjakan soal penjumlahan
(otak aktif) hasilnya adalah kaki bergoyang sedikit lebih kuat. Perlakuan ketiga yaitu pelaku sambil
melakukan aktivitas otot hasilnya adalah kaki bergoyang lebih kuat dibanding saat perlakuan pertama
dan kedua.

2.Refleks Achilles

Dilakukan dengan menepuk tendon Achilles setelah pelaku duduk berlutut di kursi dan telapak kakinya
ditekuk ke atas dan dikembalikan ke posisi normal. Hasilnya adalah telapak kaki langsung bergerak
setelah dipukul.

3.Refleks kornea

Untuk melihat refleks patella pengamat mendekatkan sedikit kapas secara perlahan ke arah mata
pelaku, responnya adalah saat kapas menjadi sangat dekat dengan mata, kelopak mata langsung
berkedip.

4.Refleks fotopupil

Sebelum pelaku diberi perlakuan terlebih dahulu pengamat mengukur diameter pupil pelaku dan
hasilnya adalah 3 mm. Setelah diberikan perlakuan yaitu berupa pelaku menutup mata selama 2 menit
kemudia membukanya dan melihat cahaya terang, ukuran diameter pupilnya terlihat melebar yaitu
menjadi 3,5 mm.

5.Refleks Akomodasi Pupil

Pada cahaya yang cukup terang pelaku melihat suatu obyek yang berjarak kira-kira 6 meter, diameter
pupil pelaku menyempit, lalu perlahan kembali normal. Kemudian saat pelaku mengalihkan pandangan
pada obyek yang dekat pada jarak 20 cm pupil sedikit melebar.

6.Refleks Konvergensi

Ketika pelaku memusatkan pandangannya pada suatu obyek yang jauh, kedua bola mata pelaku tepat di
tengah. Kemudian ketika pelaku mengalihkan pandangan pada obyek di dekat mata, posisi kedua bola
matanya bergerak sedikit ke arah medial.

7.Refleks Menelan
Pelaku diminta menelan saliva di dalam mulut secara berturut-turut selama 20 detik, namun pada detik
ke 16 lidah pelaku sudah kering dan tidak dapat menelan saliva lagi. Namun ketika pelaku diminta
melakukan hal yang sama untuk sejumlah air yang dimasukkan ke dalam mulut, lebih dari 20 detik
pelaku masih bisa menelan saliva.

8.Refleks Salivari

Volume saliva pelaku setelah menahan tidak menelan saliva selama 2 menit adalah 2,2 ml dan pHnya 7.
Kemudian pelaku diberi 2-3 tetes sari jeruk pada lidah dan dibiarkan selama 5-10 detik, pH saliva
berubah menjadi 6. Kemudian setelah menahan tidak menelan saliva selama 2 menit lagi, volume saliva
pelaku bertambah menjadi 6,4 ml dan pHnya 6.

F. Pembahasan

1.Refleks Patella

Pada percobaan refleks patella yang dilakukan dengan cara memukul ligamentum patella memberikan
respon berupa gerak refleks pada kaki (lutut bergoyang ke depan) yang merupakan refleks stretch. Hal
ini disebabkan karena adanya kerja dari musculus quadriceps femoris yang menyampaikan impuls
sensori ke corda spinalis dan menghasilkan impuls berupa kontraksi otot. Pada percobaan terdapat 3
perlakuan yaitu dalam keadaan kaki terjuntai bebas dan pikiran rileks,saat berfikir, dan saat melakukan
aktifitas otot, dari ketiga perlakuan ini menunjukkan hasil yang berbeda. Saat diberi perlakuan dalam
keadaan kaki terjuntai bebas dan pikiran rileks terlihat adanya goyangan kaki ke arah depan (ada
respon) yang merupakan refleks stretch. Sedangkan pada saat kaki dipukul dalam keadaan otak pelaku
sedang aktif (menghitung bilangan 3 digit), maka kaki dari pelaku terlihat gerakan yang menuju ke arah
depan dengan kecepatan yang lebih cepat dibandingkan perlakuan yang pertama (terdapat respon).
Ketika kaki pelaku dipukul saat pelaku melakukan aktifitas otot dengan pelaku menarik kedua tangan
yang jari-jarinya bertautan satu sama lain, maka pada kaki pelaku terjadi respon berupa gerakan kaki
dengan kecepatan yang lebih kuat lagi.

Hasil yang kami dapat yaitu adanya respon kaki bergoyang ke depan sesuai dengan teori. Menurut
Soewolo (2005), dari ketiga perlakuan menghasilkan refleks yang sama, yaitu menggerakkan otot kaki ke
depan. Hal ini karena pada perlakuan yang pertama (saat ligamentum patella dipukul), respon berupa
quadriseps berkontraksi menggerakkan otot ke depan. Pada perlakuan kedua (saat pelaku sedang
menjumlahkan angka-angka/otak aktif lalu memukul ligamentum patellanya) dan ketiga (saat pelaku
melakukan aktifitas otot lalu memukul ligamentum patellanya), otot fleksor tetap relaksasi sehingga
memudahkan kaki bergerak ke depan.

Burhan (2009) menyatakan bahwa refleks patella ini termasuk refleks monosinaptik, yang hanya
melibatkan satu sinaps saja. Oleh sebab itu, seharusnya dari semua perlakuan menghasilkan respon
yang sama. Meskipun pada perlakuan kami, dari tiap perlakuan menghasilkan respon yang sama berupa
kaki yang bergoyang ke depan tetapi kekuatan goyangannya tidak sama. Harusnya dalam perlakuan otak
aktif atau otot aktif respon dan kekuatan refleksnya sama dengan keadaan normal. Kesalahan ini bisa
terjadi karena kekurang telitian pengamat dalam melihat kekuatan respon kaki atau mungkin karena
ketidaksamaan kekuatan pemukulan dengan pemukul karet sehingga kekuatan goyangan kaki berbeda-
beda.
2.Refleks Achilles

Fenomena refleks achilles ini merupakan salah satu contoh dari refleks tendon yang melibatkan neuron
asosiasi dan neuron motor. Refleks tendon terpola untuk melindungi tendon dari kerusakan yang
mungkin dihasilkan karena tegangan yang berlebihan. Adanya organ neuron tendinose sebagai
mekanoreseptor dapat mengakibatkan kontraksi tendon (Burhan, 2009). Pusat pengintegrasi refleks ini
pada segmen sakral ke-1 dan kedua dari sumsum tulang belakang. Jika pelaku tidak dapat merasakan
refleks ini maka telah terjadi kerusakan saraf pada otot kaki posterior atau sel saraf di dalam wilayah
lumbosacral cordaspinal.

Pada percobaan, saat pelaku duduk berlutut di kursi dengan telapak kaki ditekuk-tekuk agar
menghasilkan tegangan otot gastroknemius dan setelah itu dipukul pada bagian tendon achillesnya,
maka terdapat respon pada pelaku berupa kaki langsung bergerak/adanya gerakan kaki. Sehingga hal ini
menunjukan bahwa gerakan kaki pelaku dalam keadaan normal merespon refleks. Refleks ini
menunjukkan kontraksi gastroknemius dan solius (Tortora, 1984). Seperti yang dinyatakan Burhan
(2009) bahwa Refleks tendon terpola untuk melindungi tendon dari kerusakan yang mungkin dihasilkan
karena tegangan yang berlebihan oleh karena itu sebelum dilakukan pemukulan pada tendon Achilles,
telapak kaki pelaku ditekuk-tekuk ke atas untuk menghasilkan tegangan pada otot gastroknemius.
Dalam praktikum ini pelaku memberikan respon berupa adanya gerakan kaki yang artinya refleks tendon
pelaku masih baik.

3.Refleks Kornea

Percobaan refleks kornea dilakukan dengan mendekatkan kapas ke kornea subyek serta mengamati
bagaimana responnya. Adapun respon dari pelaku adalah mengedipkan matanya, respon ini adalah
refleks dasar sebagai bentuk respon adanya benda yang akan masuk ke mata. Menurut Burhan (2009),
refleks ini merupakan refleks kranial yang diintegrasikan oleh otak. Sedangkan menurut Anthony (1983)
refleks ini di mediai oleh lengkung refleks dengan serabut sensori pada percabangan opnthalmik dari
saraf kranial ke-5 yang berpusat dalam pons dan serabut motoriknya pada saraf kranial ke-7. Dalam
praktikum ini pelaku merespon kapas yang perlahan didekatkan ke mata dengan langsung mengedipkan
mata yang artinya refleks mata pelaku terhadap benda yang akan masuk ke mata masih baik.

4.Refleks Fotopupil/Cahaya

Dari percobaan refleks fotopupil ini menunjukkan adanya perbedaan diameter pupil pada saat sebelum
dan sesudah diberi perlakuan (pelaku menutup mata saat melihat kearah terang, kemudian membuka
matanya). Berdasarkan data hasil praktikum, diameter pupil pelaku sebelum di beri perlakuan adalah 3
mm setelah diberi perlakua, pelaku menatap ke arah cahaya dengan mata tertutup selama 2 menit dan
kemudia membuka matanya, diameter pupil berubah menjadi melebar yaitu 3,5 mm.

Hasil percobaan tersebut sesuai dengan teori. Pada saat sesudah diberi perlakuan diameternya semakin
besar karena otot sirkuler relaksasi dan otot radier berkontraksi untuk mengatur cahaya yang masuk
(Burhan, 2009). Sehingga saat sebelum pelaku di beri perlakuan dan setelah diberi perlakuan terjadi
penambahan ukuran dimeter pupil.

Adapun penyebab setelah dibiarkan beberapa detik diameter pupil kembali normal atau kecil
dikarenakan pupil akan berkontriksi (mengecil saat melihat cahaya terang disebut juga refleks cahaya
pupillary / pupillary light) untuk melindungi retina dari intensitas atau stimulus cahaya yang berlebihan
(Anthony, 1983). Refleks fotopupil pusat sensorisnya adalah saraf kranial II dan III dan motorisnya adalah
saraf kranial VII (Soewolo, dkk. 2003). Mekanisme kontraksi serabut otot iris akan mengakibatkan
kontriksi pupil hal ini mencegah cahaya menyebar dari obyek masuk ke mata melewati kornea dan
lensa, cahaya yang menyebar tidak akan terfokus pada retina sehingga gambar terlihat kabur pada
retina (Anthony, 1983).

5.Refleks Akomodasi Pupil

Pada cahaya yang cukup terang pelaku melihat suatu obyek yang berjarak kira-kira 6 meter, diameter
pupil pelaku menyempit, lalu perlahan kembali normal. Kemudian saat pelaku mengalihkan pandangan
pada obyek yang dekat pada jarak 20 cm pupil sedikit melebar. Hal tersebut dapat terjadi karena daya
akomodasi mata diatur melalui saraf parasimpatis, perangsangan saraf parasimpatis menimbulkan
kontraksi otot siliaris yang selanjutnya akan mengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan daya bias.
Dengan meningkatkan daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding waktu daya biasnya
rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah mata frekuensi impuls parasimpatis kedotsiliaris
progresif ditingkatkan agar objek tetap dilihat dengan jelas.

Menurut Febrisa (2012) pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit
bila kondisi ruangan terang. Lebar pupil di pengaruhi oleh iris di sekelilinginya. Iris berfungsi sebagai
diafragma. Iris inilah yang terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.

6.Refleks Konvergensi

Febrisa (2012) menyatakan bahwa mata dalam keadaan istirahat memilki fokus pada jarak yang tak
terhingga. Ketika seseorang melihat benda dari jarak dekat dengan refleks konvergensi-akomodasi yaitu
mata berkonvergensi, pupil menjadi konstruksi, mata memfokuskan pada objek. Dibelakang masing-
masing pupil terdapat lensa, yang memfokuskan cahaya yang datang dari retina. Ketika kita
mengarahkan penglihatan kita pada sesuatu yang berjarak dekat dengan kita, ketegangan pada ligamen-
ligamen yang mempertahankan masing-masing lensa agar tetap ditempatnya disesuaikan oleh otot-otot
siliaria, dan lensa berbentuk silindris sesuai bentuk alamiahnya.

Berdasarkan hasil percobaan kami didapatkan hasil sebagai berikut; ketika pelaku memusatkan
pandangannya pada suatu obyek yang jauh, kedua bola mata pelaku tepat di tengah. Kemudian ketika
pelaku mengalihkan pandangan pada obyek di dekat mata, posisi kedua bola matanya bergerak sedikit
ke arah medial.

7.Refleks Menelan

Pelaku diminta menelan saliva di dalam mulut secara berturut-turut selama 20 detik, namun pada detik
ke 16 lidah pelaku sudah kering dan tidak dapat menelan saliva lagi. Namun ketika pelaku diminta
melakukan hal yang sama untuk sejumlah air yang dimasukkan ke dalam mulut, lebih dari 20 detik
pelaku masih bisa menelan saliva. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa menelan air lebih mudah
daripada menelan ludah. Menurut Ronquillo (2011) perbedaan antara menelan ludah dengan menelan
air berkenaan dengan produksi saliva yang secara tidak sadar, dimana menurunnya sekresi ludah diatur
oleh saraf autonom, tepatnya saraf simpatik. Sedangakan menelan air lebih mudah karena tidak
dipengaruhi oleh kerja saraf autonom, tetapi merupakan gerakan sadar.

8.Refleks Salivari
Pengeluaran saliva sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tergantung pada tingkat perangsangan,
kecepatan aliran bervariasi dari 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva
disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin);
sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut. Sekresi saliva
yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa adanya rangsangan yang jelas, disebabkan oleh
stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva. Sekresi
basal ini penting untuk menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu. Berdasarkan
data hasil percobaan kami volume saliva pelaku setelah menahan tidak menelan saliva selama 2 menit
adalah 2,2 ml dan pHnya 7. Kemudian pelaku diberi 2-3 tetes sari jeruk pada lidah dan dibiarkan selama
5-10 detik, pH saliva berubah menjadi 6. Kemudian setelah menahan tidak menelan saliva selama 2
menit lagi, volume saliva pelaku bertambah menjadi 6,4 ml dan pHnya 6. Ketika lidah ditetesi oleh sari
jeruk maka pH saliva berubah menjadi asam.

G. Kesimpulan

Gerak refleks ialah gerakan spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak refleks dilakukan tanpa
kesadaran. Mekanisme gerak refleks berlangsung secara spontan dibawah kontrol medulla spinalis,
yakni; rangsang → reseptor → neuron sensorik → interneuron → medulla spinalis → interneuron →
neuron motorik → efektor → gerakan. Impuls dari neuron motorik langsung menuju efektor diluar
kontrol otak.

H. Daftar Rujukan

Andin. 2008. Patellar Reflex. (Online). ( http://www.wisegeek.com/what-is-a-patellar-reflex.htm, diakses


tanggal 15 Oktober 2013).

Anthony, Chaterine P dan Gary A.T.1983. Anatomy and Physiology. London: The C.V Mosby Company.

Basoeki, Soedjono, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. IMSTEP JICA: Malang.

Basoeki, Soedjono. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: P2LPTK

Binhasyim. 2008. Stretch Reflex dan Pengendalian Otot. (Online).


(http://binhasyim.com/2008/04/04/stretch-reflex-dan-pengendalian-otot-bag6/, diakses tanggal 15
Oktober 2013).
Burhan. 2009. Macam Refleks pada Manusia. (Online). (http://biologi-itey.com/2010/01/macam-refleks-
pda-menusia.html, diakses tanggal 14 Oktober 2013).

Febrisa, Dwi. 2012. Laporan Praktikum Faal Reaksi Pupil. (Online).


(http://riichaacha.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-faal-reaksi-pupil.html, diakses tanggal 15
Oktober 2013).

Ronquillo, Iysses. 2011. Sistem Saraf Manusia. (Online).


http://wong168.wordpress.com/2011/04/12/sistem-saraf-manusia/feed. Diakses tanggal 15 Oktober
2011.

Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. IMSTEP JICA: Malang.

Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang : Universitas Negeri Malang.

Tortora, Gerard dan Nicholas P.A.1984. Principles of Anatomy and Physiology. New York: D Van Nostran
Company.

Home

View web version

About Me

Unknown

View my complete profile

Powered by Blogger.

Home anfisman

Anfisman

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI dan FISIOLOGI MANUSIA SISTEM GERAK REFLEKS

By ernawidiasmini -July 20, 201704673


LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI dan FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM GERAK REFLEKS

Oleh :

Kls/Smt: A/II

Nama Kelompok :

Dewa Ayu Embas Saraswati (131016)

Ni Putu Erna Widiasmini (131017)

Eugenius Surya Puji (131018)

Fransiska Oktaviana Mei (131019)

Gusti Agung Ayu Ketut Sudiariyanti (131020)

AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR

TAHUN AKADEMIK 2013/2014

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2

Tubuh manusia terbentuk atas banyak jaringan dan organ yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi
khusus. Sel adalah unit atau unsur yang terkecil tubuh yang dimiliki oleh semua bagian tubuh. Sel
disesuaikan oleh tugas dan fungsinya, atau dengan jaringan tempat sel itu berada. Beberapa sel
misalnya yang berada pada system saraf dan otot, memang sangat khas. Beberapa lainnya, seperti yang
ada dalam jaringan ikat, perkembangannya tidak sesempurna dengan sel yang ada di saraf dan otot.
Pada umumnya semakin khusus tugas suatu sel semakin kecil daya tahannya menghadapi kerusakan dan
paling sukar memperbaiki atau mengggantinya. System kehidupan dapat didefenisikan dari berbagai
sudut pandang, dari yang paling luas ( memerhatikan seluruh bumi) sampai yang paling kecil (tingkat
atom). Setiap sudut pandang menyediakan informasi tentang bagaimana atau mengapa sebuah system
kehidupan berfungsi.

Tubuh manusia terdiri dari sel, jaringan, organ, dan system organ. Dalam tubuh manusia disusun oleh
rangka, dimana rangka ini diliputi oleh otot-otot yang juga menyusun tubuh dan melindungi organ lain
dalam tubuh mahluk hidup. Untuk menggerakkan tubuh manusia harus ada perintah ke saraf, disini
diketahui bahwa gerakan itu ada yang disadari dan ada yang tak disadari. Gerakan yang disadari adalah
gerakan yang memang benar-benar perintah dari otak sedangkan gerakan yang tidak disadari tiba-tiba
terjadi yang mungkin disebabkan karena kaget atau yang lainnya.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dilakukanlah praktikum ini. Dimana pada praktikum ini kita akan
mengamati dan mengenal beberapa gerakan yang tidak disadari atau gerak refleks. Praktikum ini akan
lebih memperjelas pengetahuan kita tentang gerak refleks.

1.3 Tujuan
1.4

Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat memahami dan mengetahuimacam-macam gerak
refleks.

1.3 Landasan Teori

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari
yaitu gerak refleks. Untuk terjadi gerak refleks, maka dibutuhkan struktur sebagai berikut : organ
sensorik (yang menerima impuls), serabut saraf sensorik (yang menghantarkan impuls), sumsum tulang
belakang (serabut-serabut saraf penghubung menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima dan
mengalihkan impuls), dan organ motorik (yang melaksanakan gerakan).

Gerak refleks merupakan bagian dari mekanika pertahanan tubuh yang terjadi jauh lebih cepat dari
gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas
menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar ;
misalnya, bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh
permukaan panas. (Evelyn Pearce, 2009 : 292)

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba diluar kesadaran kita.
Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari rangsangan yang berbahaya merupakan
suatu reaksi perlindungan. Refleks ekstensor (polisinaps) rangsangan dari reseptor perifer yang mulai
dari refleksi pada anggota badan dan juga berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerakan refleks
merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar
misalnya menutup mata pada saat terkena debu

Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4 Bagian:

Neuron sensorik (nouron aferen) yaitu sel saraf yang bertugas untuk menyampaikan rangsangan dari
reseptor ke pusat susunan saraf. Neuron memiliki dendrit yang berhubungan dengan reseptor
(penerima rangsangan) dan neurit yang berhubungan dengan sel saraf lainnya.

Neuron Motorik (nouron aferen), yaitu sel saraf yang berfungsi untuk menyampaikan impuls motorik
dari susunan saraf pusat ke saraf efektor. Dendrit menerima impuls dari akson neoron lain sedangkan
aksonnya berhubungan dengan efektor.

Neuron konektor adalah sel saraf yang bertugas menghubungkan antara neuron yang satu dengan yang
lainnya.

Neuron ajustor, yaitu sel saraf yang bertugas menghubungkan neuronØ sensorik dan neuron motorik
yang terdapat di dalam sumsum tulang belakang atau di otak (Idel, 2000).

Refleks pada dasarnya merupakan suatu respon dalam rangka mengelak dari suatu rangsangan yang
dapat membahayakan atau mencelakakan. Ciri refleks adalah respon yang berlangsung cepat atau tidak
disadari oleh yang bersangkutan. Refleks semacam ini dinamakan reflex bawaan yang pusatnya pada
sumsum tulang belakang. Impuls saraf berasal dari reseptor dibawa oleh sareaf eferen yang bersifat
sensorik, menuju ke system sarf pusat, yaitu sumsum tulang belakang. Di sumsum tulang belakang,
impuls di transfer oleh neuron asesori dari neuron sensori ke neuron motorik. Dari neuron motorik
impuls di alirkan melalui saraf motorik ke efektor.

Dilihat dari bentuk reaksi atau aksi yang ditimbulkan refleks memiliki karakteristik sebagai berikut:

Dapat diramalkan, respon yang ditimbulkan karena adanya rangsangan yang berulang-ulang akan sama.

Mempunyai tujuan tertentu, refleks sangat berfungsi sebagai kelangsungan hidup suatu organisme.

Refleks memiliiki reseptor tertentu, dengan kata lain setiap rangsangan akan menimbulkan respon
namun terbentuknya respon ini hanya pada efektor tertentu.

Refleks mempunyai periode laten, adanya waktu antara stimulus dan mulai terjadinya respon pada
efektor.

Spontan dan tidak dipelajari.

Berfungsi sebagai pelindungdan pengatur


Periode laten akan lama pada respon yang terus meneruskan sehingga akan mengakibatkan timbulnya
kelelahan (Widiastuti, 2002).

Beberapa Metode Pemeriksaan Refleks

Refleks kornea , Kapas yang telah di sediakan, di gulung menjadi bentuk selinder halus. Orang coba
menggerakan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah sisi tanpa menggerakan kepala.
Sentuhlah dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas. Respon yang terjadi berupa kedipan
mata secara cepat.

Refleks cahaya, Cahaya senter yang dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba. Respon yang
terjadi berupa konstriksi pupil homolateral dan kontra lateral.

Refleks periost radialis, Lengan orang coba setengah ditleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan. Ketuk periosteum pada ujung distal os radii. Respon yang terjadi pada orang coba berupa
fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.Pada percobaan ini

Refleks periost ulnaris, Lengan bawah setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi
dan supinasi. Ketuk pada periost prosessus stiloideus. Respon yang terjadi yaitu berupa pronasi
tangan.Pada orang coba pada saat praktikum terlihat adanya refleks tersebut.

Knee Pess Refleks (KPR), Pada percobaan ini orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga
kedua tungkai akan tergantung bebas atau oarang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai pada
sendi lutut. Ketuk tendo patella dengan hammer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot
kuadriseps.

Achilles pess refleks, Tungkai orang coba difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan, ketuk
tendo achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontaraksi gastroknemius.

Refleks biseps, Lengan orang coba setenganh di fleksikan pada sendi siku. Ketuk pada tendo otot biseps
akan menyebabkan fleksi lengan pada siku dan tampak kontraksi otot biseps.

Refleks triseps, Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan. Ketukan pada tendo
otot triseps 5 cm di atas siku, ini akan menyebabkan ekstensi lengan dan kontarksi otot triseps.

Withdrwal Refleks, Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaan ekstensi. Tunggu pada
saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit lengan dengan jarum
sntik steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba. Respon yang terjadi berupa fleksi lengan
tersebut menjauhi stimulus.

METODE

TUJUAN PRAKTIKUM

Ü Mengetahui mekanisme terjadinya reflex


Ü Melakukan prosedur pemeriksaan reflex fisiologis dengan baik dan benar

Ü Mennjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan reflex

ALAT DAN BAHAN

Ü Palu reflex

Ü Kapas

CARA KERJA

Refleks Dalam (reflex fisiologis)

= Refleks regang otot

= Refleks tendon

Timbul akibat regangan otot oleh rangsangan (ketok) sebagai jawaban : kontraksi.

Refleks Bisep : extremitas superior

= Biseps Pees Refleks (BPR)

Pusat : C5-C6

Cara :

– Lengan bawah penderita semifleksi

– Tempatkan ibu jari di atas tendon otot biseps lalu ketok

Refleks Triseps : extremitas superior


= Triseps Pees Refleks ( TPR)

Pusat : C6-C8

Cara :

– Lengan penderita semifleksi

– Ketok insersio tendon m.triseps (atas olekranon)

– Jawaban : Kontraksi Triseps

Refleks Kuadrisep Femoris : extremitas inferior

= Knee Pees Refleks ( KPR)

= Refleks Patella

Pusat : L2,L3,L4

Cara :

– Tungkai di fleksi gantungkan


– Ketok tendon m.kuadriseps femoris (bawah patella)

Refleks Tendon Achilles : extremitas inferior

= Achilles Pees Refleks ( APR)

= Refleks Triseps Sure

Pusat : S1,S2

Cara :

– Tungkai bawah fleksi sedikit


– Dorsofleksikan kaki ( pegang ujung jari-jari)
– Ketok tendon Achilles

REFLEKS SUPERFISIAL

Refleks Kornea
Cara :

Kapas digulung ujungnya sampai runcing

Suruh orang coba melirik

Sentuh kornea berlawanan lirikan

– Respon : Refleks
– Lengkung: aferen N.V1,efferent N.VII

HASIL PRAKTIKUM

No Nama Macam-macam Gerak Refleks

Refleks Bisep Refleks Triseps Refleks Patella Refleks Tendon Achilles Refleks Kornea

1 Embas Kontraksi Kontraksi Kontraksi Kontraksi Berkedip

2 Erna Kontraksi Kontraksi Kontraksi Kontraksi Berkedip

3 Eugenius Kontraksi Kontraksi Kontraksi Kontraksi Berkedip

4 Fransiska Kontraksi Kontraksi Kontraksi Kontraksi Berkedip

5 Diari Kontraksi Kontraksi Kontraksi Kontraksi Berkedip

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, dari uji coba gerak refleks pada bagian-bagian
tubuh manusia maka diperoleh data yaitu pada refleks biceps gerakan yang terjadi menjauh dan
gerakannya monosinaps berupa fleksi lengan pada siku dan supinasi. Pada refleks triceps gerakannya
menjauh dan merupakan refeeks monosinaps berupa ekstensi lengan dan supinasi. Pada refleks patella
(KPR) terjadi gerakan menjauhi dan merupakan refleks monosinaps.

Pada reflex Achilles Pess Refleks (APR), gerakan yang terjadi menjauhi martil refleks dan merupakan
gerak refleks monosinaps karena hanya gerakan kaki yang ada. Pada respon yang terjadi ketika tendon
Achilles diketuk berupa fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius. Pada refleks kornea
gerakannya menjauhi dan merupakan refleks monosinaps dengan gerakan menutup mata.

Mekanisme gerak refleks yaitu mulai dari stimulus atau rangsangan kemudian ke reseptor atau indra ke
saraf sensorik ke sumsum tulang belakang kemudian ke saraf motorik ke efektor dan kemudian
menimbulkan gerakan. Monosinaps adalah gerak refleks yang menghasilkan hanya satu gerakan
sedangkan Polisinaps adalah gerak refleks yang menghasilkan lebih dari satu gerakan.
Pengamatan pada kelompok kami diperoleh refleks yang sama setiap individu. Pada teorinya apabila
diperoeh tespon yang berbeda disebabkan karena gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar,
misalnya bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh
permukaan benda panas itu (Pearce, 2006). Selain itu rangsangan yang diberikan dapat diubah menjadi
bentuk aksi-aksi yang berbeda oleh reseptor, maka reseptor ini menimbulkan gerakan atau aksi-aksi
yang berbeda setiap individu.

Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan.
Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks
juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari. Gerak refleks
terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron
perantara (neuron penghubung). Hal ini berbeda sekali gerak dengan mekanisme gerak biasa. Gerak
biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan langsung ke otak. Dari
otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak
biasa gerakan itu diketahui atau dikontrol oleh otak. Sehingga gerak biasa adalah gerak yang disadari
(Prasetyo, 2009).

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagaiberikut :

Refleks biseps berupa fleksi lengan pada siku dan kontraksi otot biseps.

Ketukan pada tendon otot triseps diatas siku akan menyebabkan refleks berupa gerakan fleksi dalam hal
ini berupa ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps

Knee pess refleks, ketukan pada tendon patella menggunakan pali refleks akan menimbulkan refleks
berupa ekstensi tungkai yang disertai dengan kontraksi otot kuadriseps.

Achilles pess refleks, ketukan pada tendon achiles akan menimbulkan rerfleks berupa plantar rfleksi dari
kaki dan kontraksi otot gastroknemius.

Apabila sisi kolateral mata disentuh oleh benda asing contohnya sentuhan dengan kapas maka terjadi
respon berupa kadipan.

DAFTAR PUSTAKA

Pratama, Tomi. 2008. Gerak Refleks Pada Manusia. http://thetom022. Wordpress. Com
/2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia/.
http://mybloglilis.blogspot.com/2011/03/laporan-anfisman-gerak-refleks.html

Laporan-Laporan Lengkap Laporan Refleks Fisiologis.htm

TAGSajustoranatomifisiologigerakkonektorlaporanmanusiamotorikneuronpraktikumreflekssensoriksiste
m

Tweet

Previous article

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI dan FISIOLOGI MANUSIA SISTEM RESPIRASI

Next article

MORFOLOGI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN “Mengenal dan Menentukan Ciri-ciri atau Karakter Morfologi
Daun, Bunga, Batang, Akar, Buah,dan Biji”

Ernawidiasmini

RELATED ARTICLESMORE FROM AUTHOR

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI dan FISIOLOGI MANUSIA SISTEM KARDIOVASKULER

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI dan FISIOLOGI MANUSIA SISTEM RESPIRASI

LEAVE A REPLY

Comment:

Name:*

Email:*

Website:

Recent Posts

RUANG LINGKUP FITOKIMIA ANTOSIANIN

AKSES PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN TERKAIT DENGAN PROGRAM BADAN
PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN
KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

DESKRIPSI MORFOLOGI TANAMAN TANAMAN KIRINYU (Chromolaena odorata L.)

REKAYASA GENETIKA PRODUK VAKSIN HEPATITIS B

Recent Comments

Felixhoink on METABOLISME LIPID

CaseyOdoca on LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI ANALISIS KUALITATIF SIMPLISIA DAUN (FOLIUM)


DAN BUNGA (FLOS)

Terryjoype on METABOLISME LIPID

AngeloOwemi on LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI ANALISIS KUALITATIF SIMPLISIA DAUN


(FOLIUM) DAN BUNGA (FLOS)

A WordPress Commenter on Hello world!

Archives

September 2017

July 2017

Categories

Anfisman

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

Biokimia

Biologi Sel

Botani Farmasi

Farmakoekonomi

Farmakognosi

Farmakologi

Farmasi Sosial

Fitokimia

Ilmu komunikasi

Kepatuhan

Kewirausahaan

Kimia dasar
Manajemen farmasi

Mikrobiologi

Morfistum

Pelayanan Informasi Obat

Penderita

Praktek Kerja Lapangan

Reaksi tabung

Sediaan semi solid

Teknologi sediaan liquid

Uncategorized

Meta

Log in

Entries feed

Comments feed

WordPress.org

EDITOR PICKS

POPULAR POSTS

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI ANALISIS KUALITATIF SIMPLISIA PATI (AMYLUM)

July 18, 2017

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI ANALISIS KUALITATIF SIMPLISIA RIMPANG (RHIZOMA)

July 18, 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN RUMAH SAKIT TK II UDAYANA…

September 11, 2017

POPULAR CATEGORY

Farmakognosi8

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA5


Mikrobiologi5

Praktek Kerja Lapangan4

Fitokimia4

Biokimia3

Anfisman3

Farmasi Sosial2

ABOUT US

FOLLOW US

Anda mungkin juga menyukai